Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRIBADI

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah

Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlak

OLEH :

Heru Adlil : 2113.015

DosenPembimbing:

Devi Wahyuni, S.Ag, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)

BUKITTINGGI

T.A 2015/2016
A. SILABUS PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : MADRASAH ALIYAH


MATA PELAJARAN : AQIDAH AKHLAK
KELAS/SEMESTER : X (SEPULUH) / GANJIL

KOMPETENSI INTI :
KI 1 : menghargai dan menghayati ajaran agama yang di anutnya
KI 2 : menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI 3 : memahami pengetahuan (factual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata.
KI 4 : mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas / semester : X / Ganjil
Pertemuan : ke-3
Alokasi waktu : 6 x 40 menit
Kompetensi Inti (KI) :-
Kompetensi Dasar (KD) : Menjelaskan pengertian akhlak terpuji( hikmah, iffah dan
syaja’ah)
Indikator : . Siswa mampu menjelaskan pengertian akhlak terpuji( hikmah,
iffah dan syaja’ah)
Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu memahami sifat-sifat wajib, mustahil dan
jaiz bagi Allah SWT.
I. Materi Ajar : Sifat-sifat Allah SWT.
II. Metode Pembelajaran : a. Tanya jawab
b. Ceramah
III. Langkah Pembelajaran:
a. Kegiatan awal
- Guru-murid memberi salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan Basmalah dan kemudian berdoa sebelum memulai
pelajaran.
- Siswa menyiapkan buku akidah akhlak.
- Guru bertanya kepada murid tentang pengetahuannya mengenai sifat-
sifat Allah SWT
- Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakkan beberapa kegiatan
sebagai berikut:
(i) Eksplorasi
- Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang sifat Allah,
guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Contohnya:
sebutkan sifat-sifat Allah yang kamu ketahui?
- Guru meminta siswa untuk membaca dalil yang berkaitan dengan sifat
wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah.

(ii) Konsolidasi Pembelajaran


- Guru menunjuk seorang siswa yang sudah hafal sifat-sifat Allah
- Setelah para siswa membaca secara klasikal, guru menunjuk siswa
untuk mengelompokkan sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan
ma’nawiyah yang wajib dan mustahil bagi Allah.
c. Kegiatan akhir (penutup)
- Guru menanyakan kepada siswa tentang sifat-sifat Allah yang telah
dipelajari.
- Guru atau siswa menyimpulkan pelajaran tentang sifat-sifat Allah yang
telah dipelajari.
- Guru meminta agar para siswa rajin menghafal sifat-sifat Allah.
- Guru memberi tahu materi untuk pertemuan selanjutnya.
IV. Alat dan sumber belajar :
a. Buku Aqidah Akhlak kelas VII
b. Al-Quran dan terjemahannya
C. RINGKASAN MATERI
I. Pengertian Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari bahasa arab al-akhlak, yang merupakan bentuk jamak
dari kata khuluq atau al-khaliq berarti :
a) Tabiat, budi pekerti
b) Kebiasaan atau adat

Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan
terpuji menurut pandangan akal dan hukum islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-
perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk. Karena akhlak
merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka perbuatan itu baru disebut akhlak
jikalau memenuhi beberapa syarat yaitu :

a) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang


b) Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan terlebih dahul

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam islam, sehingga setiap aspek dari
ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia,
yang disebut al-akhlak al karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda rasulullah saw ;

Rasulullah bersabda; “ sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”(HR.Al-Hakim)

II. Hikmah
1. Pengertian Al-Hikmah dan ruang lingkupnya

Secara bahasa al-Hikmah berati kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus,
pengetahuan. Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, menjelaskan al-hikmah sebagai
perkataan yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap
kebenaran. Sedangkan menurut Toha Jahja Omar, hikmah adalah bijaksana, artinya meletakan
sesuatu pada tempatnya, dan kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-
cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal
yang dilarang oleh Allah sebagaimana dalam ketentuan hukum-Nya.

Abdurrahman As-Sa’di menafsirkan kata Al-hikmah denganilmu- ilmu yang bermanfaat


dan pengetahuan-pengetahuan yang benar, akal yang lurus, kecerdasan yang murni, tepat dan
benar dalam hal perkataan maupun perbuatan. Kemudian beliau berkata, “seluruh perkara
tidak akan baik kecuali dengan al-hikmah, yang tidak lain adalah menempatkan segala sesuatu
sesuai pada tempatnya; mendudukkan perkara pada tempatnya, mengundurkan ( waktu ) jika
memang sesuai dengan kondisinya, dan memajukan ( waktu ) jika memang sesuai dengan
yang dikehendaki.”

2. Anjuran Memiliki Hikmah

Hikmah itu adalah Setiap perkataan yang benar dan menyebabkan perbuatan yang
benar. Hikmah ialah: ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan dan
perkataan, mengetahui kebenaran dan mengamalkanya.

Tidaklah cukup dalam mengamalkan ajaran agama hanya dengan al-Qur’an saja tanpa
dengan al-Hikmah yang berarti as-sunnah atau pemahaman yang benar tentang al-Qur’an,
karena itulah as- sunnah juga disebut sebagai al-hikmah. Orang yang dianugerahi al-hikmah
adalah: Orang yang mempunyai ilmu mendalam dan mampu mengamalkannya secara nyata
dalam kehidupan. Orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Orang yang
menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya (adil). Orang yang mampu memahami dan
menerapkan hukum Allah Swt

Setelah seseorang mendapatkan hikmah, maka baginya wajib untuk menyampaikan atau
mendakwahkannya sesuai dengan firrman Allah

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-
nahl : 125)
Hikmah dalam berdakwah tidak terbatas pada makna: perkataan yang lemah lembut,
pemberian motivasi, hilm ( tidak cepat emosi dan tidak bersikap masa bodoh), halus ataupun
pemaaf. Namun, hikmah juga mencakup pemahaman yang mendalam tentang berbagai
perkara berikut hukum-hukumnya, sehingga dapat menempatkan seluruh perkara tersebut
pada tempatnya, yaitu

1) Dapat menempatkan perkataan yang bijak, pengajaran, serta pendidikan sesuai dengan
tempatnya.
2) Berkata dan berbuat secara tepat dan benar
3) Dapat memberi nasihat pada tempatnya
4) Dapat menempatkan mujadalah (dialog) yang baik pada tempatnya.
5) Dapat menempatkan sikap tegas
6) Memberikan hak setiap sesuatu, tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak lebih cepat
ataupun lebih lambat dari waktu yang dibutuhkannya

3. Keutamaan Hikmah

1) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam melaksanakan dan membela kebenaran
ataupun keadilan
2) Menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal utama yang terus dikembangkan
3) Mampu berkomunikasi denga orang lain dengan beragam pendekatan dan bahasan
4) Memiliki semangat juang yang tinggi untuk mensyiarkan kebenaran dengan beramar
makruf nahi munkar
5) Senantisa berpikir positif untuk mencari solusi dari semua persoalan yang dihadapi
6) Memiliki daya penalaran yang obyektif dan otentik dalam semua bidang kehidupan
7) Orang-orang yang dalam perkataan dan perbuatannya senantiasa selaras dengan
sunnah Rasulullah
III. Iffah
1. Pengertian Iffah
Secara etimologis, ‘iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu- ‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, iffah juga berarti kesucian tubuh. Secara
terminologis, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan
merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.
Iffah (al-iffah) juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk memelihara kesucian diri (al-
iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan.
2. Iffah dalam Kehidupan
iffah hendaklah dilakukan setiap waktu agar tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal
ini dapat dilakukan dimulai memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-
angan yang buruk. Sedangkan kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian :

a) Kesucian Panca Indra; (QS. An-Nr [24] : 33)

Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian


(diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS.
An-Nur : 33)

b) Kesucian Jasad; (QS. Al-Ahzab: 59)

Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: «Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka». yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59)

c) Kesucian dari Memakan Harta Orang Lain; (QS. An-Nisa : 6)


Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. ke mudian
jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta),
Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan
harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-
gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara
pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan
harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan
harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta
kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang
penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas
persaksian itu).(QS. An-Nisa : 6)

3. Keutamaan Iffah
Dengan demikian, seorang yang ‘af adalah orang yang bisa menahan diri dari perkara-
perkara yang dihalalkan ataupun diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara
tersebut dan menginginkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah:.
Artinya; “Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku
simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-
minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang
menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya
sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada
selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian
diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Agar seorang mukmin memiliki sikap iffah, maka harus melakukan usaha-usaha untuk
membimbing jiwanya dengan melakukan dua hal berikut ;

1) Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan menjaga


kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan apa yang ada di tangan mereka,
hingga ia tidak meminta kepada makhluk, baik secara lisan (lisnul maqal) maupun
keadaan (lisanul hal).
2) Merasa cukup dengan Allah, percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa yang
bertawakal kepada Allah, pasti Allah akan mencukupinya. Allah itu mengikuti
persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan.
Sebaliknya, bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang
disangkanya.
Untuk mengembangkan sikap ‘iffah ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dan dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kehormatan diri, di antaranya:
1) Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakan sunnah Rasulullah
2) Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yang jelas akhlaknya
3) Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaian secara Islami
4) Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yang diperolehnya
5) Menundukkan pandangan mata (ghadul bashar) dan menjaga kemaluannya
6) Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki atau perempuan yang bukan mahramnya
7) Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang dapat mengundang fittnah.

’Iffah merupakan akhlak paling tinggi dan dicintai Allah Swt. Oleh sebab itulah sifat ini
perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan daya tahan
terhadap keinginan- keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan membahayakan
saat telah dewasa. Dari sifat ’iffah akan lahir sifat-sifat mulia seperti: sabar, qana’ah, jujur,
santun, dan akhlak terpuji lainnya.
Ketika sifat ’iffah ini sudah hilang dari dalam diri seseorang, akan membawa pengaruh
buruk dalam diri seseorang, akal sehat akan tertutup oleh nafsu syahwatnya, ia sudah tidak
mampu lagi membedakan mana yang benar dan salah, mana baik dan buruk, yang halal dan
haram.
IV. SYAJA’AH
1. Pengertian Syaja’ah
D. EVALUASI
LEMBAR PENILAIAN

No Butir-butir soal Kunci jawaban


1. Jelaskan pengertian sifat Allah? keadaan yang berhubungan dengan zat
Allah, sesuai dengan keagungan-Nya.
2. Jelaskan pengertian sifat wajib, sifat Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang
mustahil dan sifat jaiz bagi Allah? harus ada pada zat Allah SWT.
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang
tidak mungkin ada pada zat Allah SWT.
Sifat jaiz bagi Allah SWT adalah sifat yang
boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah
SWT.
Tulislah ayat tentang sifat qiyamuhu ‫ي ْالقايُّو ُم ۚ اَل ت اأ ْ ُخذُهُ ِسناةٌ او اَل ن ْاو ٌم ۚ لاهُ اما‬ َٰ
3. ُّ ‫َّللاُ اَل ِإلاها ِإ هَل ه اُو ْال اح‬
‫ه‬
binafsih? ‫ض ۗ ام ْن ذاا الهذِي اي ْشفا ُع ِع ْنداهُ ِإ هَل‬ ِ ‫ت او اما ِفي ْاْل ا ْر‬ ِ ‫س ام ااوا‬ ‫ِفي ال ه‬
ٍ‫ش ْيء‬
‫طونا بِ ا‬ ُ ‫بِإِذْنِ ِه ۚ يا ْعلا ُم اما بايْنا أ ا ْيدِي ِه ْم او اما اخ ْلفا ُه ْم ۖ او اَل ي ُِحي‬
ۖ‫ض‬‫ت او ْاْل ا ْر ا‬ ‫ِم ْن ِع ْل ِم ِه إِ هَل بِ اما شاا اء ۚ او ِس اع ُك ْر ِسيُّهُ ال ه‬
ِ ‫س ام ااوا‬
‫ي ْالعا ِظي ُم‬
ُّ ‫ظ ُه اما ۚ اوه اُو ْالعا ِل‬
ُ ‫او اَل يائُودُهُ ِح ْف‬
4. Sebutkan pengertian sifat wajib Sifat ma’ani adalah sifat-sifat abstrak yang
ma’ani dan macam-macam sifat wajib ada pada Allah, yaitu sifat-sifat Allah
wajib ma’ani? yang berhubungan dengan perbuatan-
perbuatan-Nya.
Macam-macam sifat wajib ma’ani yaitu:
Qudrat, Iradat, ‘Ilmun, Hayat, Sama’,
Bashar, Kalam.
5. Sebutkan macam-macam sifat wajib a) Sifat Qidam artinya dahulu
salbiyah dan artinya? b) Sifat Baqa’ artinya kekal
c) Sifat Mukhalafatu lil hawaditsi artinya
berbeda dengan makhluk
d) Sifat Qiyamuhu binafsihi artinya
berdiri dengan sendirinya
e) Sifat Wahdaniyah artinya Maha Esa
6. Apa yang di maksud sifat Sifat mutkalliman memilki arti Yang Maha
mutakalliman? dan beri bukti bahwa Berbicara/yang Maha Berfirman. Buktinya
Allah bersifat mutakalliman! adalah bahwa adanya kitab-kitab Allah yang
isinya adalah firman Allah SWT.
7. Sebutkan tujuh sifat mustahil ma’ani 1.’Ajzun artinya lemah.
beserta artinya? 2.Karahah artinya terpaksa.
3.Jahlun artinya bodoh.
4.Mautun artinya mati.
5.Shaumun artinya tuli.
6.Umyun artinya buta.
7.Bukmun artinya bisu.
8. Sebutkan 5 ciri-ciri orang yang 1.Menjaga diri dari perbuatan maksiat,
beriman kepada sifat-sifat Allah? karena ia yakin Allah Maha Maha Melihat,
mendengar dan mengetahui segala
perkataan dan perbuatannya.
2. Berusaha untuk selalu meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan. Karena ia sadar,
mansusia tidak akan hidup kekal dan
hidupnya harus dipertanggung jawabkan.
3. Memanfaatkan waktu dengan optimal,
dengan harus berikhtiar dan menjadi lebih
baik dari sebelumnya, karena ia percaya
Allah itu ada dan selalu bersamanya.
4.Berpikir/bertindak secar positif dan
mandiri. Ia tidak ingin merepotkan orang
lain, karena ia menggantungkan hidupnya
hanya kepada Allah.
5.Peduli terhadap sesame dan alam
sekitarnya, karena Allah menciptakan alam
seisinya untuk dimanfaatkan dan
dilestarikan dengan baik.
6.Saling menghormati dan menghargai
kelebihan dan kekurangan sesama.
7. Ikhlas dan tawadhu’ dalam berbuat dan
beramal. Karena semua perbuatannya hanya
tulus diniatkan kepada Allah.
9. Sebutkan macam-macam sifat wajib a) Sifat Qadiran artinya Yang Maha Kuasa/
ma’nawiyah bagi Allah? Yang Maha Berkuasa
b) Sifat muridan artinya Yang Maha
Berkehendak
c) Sifat ‘aliman artinya Yang Maha
Mengetahui
d) Sifat hayyan artinya Yang Maha Hidup
dam Pemilik Kehidupan
e) Sifat sami’anYang Maha Mendengar
f) Sifat bashiran artinya Yang Maha
Melihat
g) Sifat mutakalliman artinya Yang Maha
Berbicara/Yang Maha Berfirman
10. Tulislah dalil beserta arti tentang Dalam QS. Ali Imran ayat 26 juga
sifat jaiz bagi Allah? menunjukkan tentang sifat jaiz Allah.
‫ع ْال ُم ْلكا ِم هم ْن‬
ُ ‫قُ ِل الله ُه هم امالِكا ْال ُم ْل ِك تُؤْ ِتي ْال ُم ْلكا ام ْن تاشاا ُء اوت ا ْن ِز‬
‫شا ُء ۖ بِيادِكا ْال اخي ُْر ۖ إِنهكا اعلا َٰى‬ ‫تاشاا ُء اوت ُ ِع ُّز ام ْن تاشاا ُء اوت ُ ِذ ُّل ام ْن تا ا‬
‫ُك ِل ا‬
ٌ ‫ش ْيءٍ قاد‬
‫ِير‬
Artinya: “katakanlah: “Wahai Tuahn Yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang Engkau Kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau Kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu”

Anda mungkin juga menyukai