LANDASAN TEORITIS
1. Pengertian Mediasi
Secara etimologi (bahasa) mediasi berasal dari bahasa latin yaitu mediare
yang berarti ditengah atau berada ditengah, sedangkan menurut terminologi (istilah)
mediasi adalah penyelesaiaan yang melibatkan orang ketiga yaitu mediator dalam
pihak yang berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara
adil dan damai, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang
sedang bersengketa. 1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai proses
melibatkan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu sengketa sebagai penasehat dan
perantara bagi para pihak. Definisi yang diberikan oleh Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa mediasi mempunyai tiga unsur penting. Petama mediasi adalah
proses penyelesaian perselisihan yang sedang dialami oleh para pihak. Kedua pihak-
pihak yang terlibat sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak
yang tidak berkaitan dengan para pihak dan tidak memihak antar pihak yang sedang
berselisih. Ketiga mediator hendak bertindak sebagai penasehat dan tidak memiliki
kewenangan mengambil keputusan dari para pihak hanya saja membantu dan
1
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari`ah, Adat Dan Nasional, (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 1-3
12
13
mengayomi para pihak agar masalah yang dihadapi dapat terselesaikan dengan
Pengadilan yang disambut baik oleh Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).
tentang mediasi salah satu dari padanya mengkaji pengertian mediasi, sebagai mana
yang diatur dalam Pasal 1 ayat 1. Bahwa ”Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
antar pihak, sehingga dapat menyatukan perbedaan antara keduanya dan pihak ketiga
mampu memahami masalah yang dihadapi dan tercapainya suatu perdamaian tetab
berada di tangan para pihak sendiri mediator hanya membantu menasehati dan
adalah intervensi pada suatu sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yang dapat
Maskur Hidayat, Strategi dan Taktik Mediasi, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 53
3
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2006), hal.120.
4
Ahmad Mujahidin, Ruang Lingkup dan Praktek Mediasi Sengketa Ekonomi Syari`Ah,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 5.
14
pihak yang bersengketa dalam upaya mencari kesepakatan dengan sukarela dalam
sebagai proses negosiasi pemecahan masalah dimana puhak luar yang tidak memihak
Dari beberapa uraian mengenai definisi mediasi tersebut di atas, maka bisa
tingkah laku pribadi para pihak, dengan memberikan pengetahuan dan informasi,
atau dengan menggunakan proses negosiasi yang lebih efektif. Dan dengan demikian
dipersengketakan
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari`Ah, Adat dan Nasional…, hal. 5.
6
Maskur Hidayat, Strategi dan Taktik Mediasi, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 55.
7
Ahmad Mujahidin, Ruang Lingkup dan Praktek Mediasi Sengketa Ekonomi..., hal. 121.
15
a. Al-Qur'an
Al-Qur`an adalah kitab suci umat Islam yang merupakan mukjizat terbesar
Nabi Muhammad SAW yang diwahyukan melalui malaikat jibril untuk dijadikan
pedoman hidup bagi umat manusia sepanjang masa. Dalam Al-Qur'an Allah
menjelaskan berbagai bentuk arahan, peraturan dan nesehat agar menjadi bekal untuk
manusia menjalankan hidup sesuai syariat yang sudah diatur salah satu dalam ayat
ِ ِ ِ
َصلِ ُح ْوا َبنْي َ اَ َخ َويْ ُك ْم َو َّات ُقوا اهللَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْرمَحُْون
ْ َامَّنَا اْملْْؤمُن ْو َن ا ْخ َوةٌ فَا.
ع
antaranya cara melakukan proses perdamaian bagi suami istri yang sedang berselisih
Departemen Agama RI, Al-Qur`an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro,
2010), hal. 60.
16
صاَل َحايُّ َوفِ ِقِاق بينِ ِهما فَابعثواح َكم ِّامن اَهلِ ِه وح َكما ِّمن اَهلِهج اِ ْن ي ِريدآ ا ِ ِ ِ
ْ َ ْ ُ َ ْ ْ ً َ َ ْ ْ ً َ ْ ُ َ ْ َ َْ َ َوا ْن خ ْفتُ ْم ش َق
اهللَ َبْيَن ُه َماقلى اِ َّن اهللَ َعلِْي ًما َخبِْيَر.
Artinya: ”Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru
damai dari keluarga perempuan jika keduanya (juru damai itu)
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami istri itu sunggu, Allah maha mengetahui, maha teliti. (An- Nisa:
35).9
b. Al-Hadis
Hadits adalah segala perkataan, perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama
Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma
dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua
setelah Al-Qur'an. Dalam pembahasan tentang mediasi maka Nabi Muhammad SAW
pernah bersabdah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yaitu:
Artinya: ”Amar Ibnu Auf al-Muzany Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW
bersabdah: perdamaian itu halal antara kaum muslimin, kecuali
perdamaian yang mengharamkan hal yang haram atau mengharamkan
hal yang halal. Kamu muslim wajib berpegang pada syarat-syarat
mareka, kecuali syarat yang mengharamkan hal yang halal atau
menghalakan yang haram HR. Tirmizi)”.10
Departemen Agama RI, Al-Qur`an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro,
2010), hal. 30.
10
Al-Hafizh Ibnu Hajar, Bulughu Maram, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1999), hal. 258.
17
Tujuan mediasi merupakan sebuah target yang harus dipenuhi oleh mediator
perdamaian, kemudian apa yang disebut perdamaian, adalah suatu kesepakatan dari
kedua belah pihak untuk mengakhiri sengketa dengan jasa mediator yang berusaha
kokoh.11
mempunyai tujuan yang sama yaitu, menyelesaikan sengketa antara para pihak
dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan impersial mediasi dapat
mengantarkan para pihak pada perwujudan kesepakatan damai yang permanen dan
lestari sehingga dapat menempatkan para pihak pada posisi yang sama, tidak ada
pihak yang dimenangkan dan dikalahkan (win-win solution) dan para pihak memiliki
Sedangkan jika dilihat dari sisi mamfaatnya maka mediasi dapat memberikan
nyata sehingga mediasi tidak hanya tertuju kepada hak-hak hukumnya saja.
11
Machadi Riyadi, Teori Iknemook dalam Mediasi Malapraktek Medik, (Jakarta: Prenada
Media, 2018), hal. 115.
12
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari`Ah, Adat Dan Nasional, (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 26.
18
5. Mediasi dapat mengubah hasil yang dalam litigasi dan abritase sulit
6. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan
saling pengertian yang lebih baik di antara para pihak yang bersengketa
mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan oleh hakim
di pengadilan.13
dengan hasil yang dicapai melalui mediasi (meskipun mengecewakan atau lebih
buruk daripada yang diharapkan). Bila ditenung permasalahan lebih awal, bahwa
hasil kesepakatan yang diperoleh melalui jalur mediasi jauh lebih baik karena tidak
menghabiskan waktu dan hanya menggunakan biaya yang ringan, dari pada terus
kesepakatan tidak memuaskan keinginan agar adanya perdamaian dari para pihak
Gatot P. Soemartono, Arbitrase Dan Mediasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal.
139.
14
Maskur Hidayat, Strategi dan Taktik Mediasi, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 140-148.
19
mediator harus mempunyai keahlian dalam menangani para pihak yang sedang
berselisih dengan memiliki kemampuan secara personal dan memiliki banyak strategi
dimiliki oleh mediator agar proses mediasi berjalan dengan efektif dalam hal para
1. Membangun rasa percaya pada mediator karena itu hal utama yang harus
dilakukan adalah memahami hakikat atau pokok sengketa para pihak.
2. Menghilangkan rasa saling curiga dan permusuhan kepada pihak lawan
sehingga dapat mencoba membangun komunikasi nonformal antara
mediator penggugat dan tergugat.
3. Seorang mediator harus menggunakan bahasa yang positif, mudah dipahami
dan singkat namun jelas untuk di mengerti oleh para pihak.
4. Mampu merancang bentuk penyelesaian jika sudah mengetahui puncak
permasalahan para pihak.
5. Ada usulan terbaik dalam penyelesaiaan proses mediasi dari para
mediator.15
menyelesaikan kasus perdebatan para pihak agar hasil yang diperoleh dapat
memuaskan bagi mediator sendiri dan para pihak yang sedang bertikai. Setelah mahir
seorang mediator dalam bidang mediasi maka barulah memulai proses mediasi
1. Pramediasi
15
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari`Ah, Adat dan Nasional…, hal. 103-108.
20
persepsi sendiri. Hal ini penting bagi mediator karena sebelum memulai mediasi ia
2. Sambutan Mediator
Ketika para pihak datang pada sebuah tempat dan pertemuan yang disepakati,
apresiasi kepada para pihak yang sudah bersedia hadir dan menjadikan mediasi
mediator hanya berperan membantu para pihak dalam penyelesaian sengketa dan
tidak memiliki kewenangan apa pun untuk mengambil keputusan, keputusan tetab
Dalam praktek biasanya, kesepakatan pertama diberikan kepada para pihak yang
pertama mengajak dan mememuhi jalur mediasi kemudian baru serahkan kepada
dilakukan secara langsung oleh para pihak dan tidak diwakilkan, sehingga mareka
sama-sama memahami persoalan dan akan terhindar dari fitnah yang dibuat oleh
16
Susanti Adi Nugraha, Mamfaat Mediasi Sebagai Altenatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta:
Kencana, 2019), hal. 25-26.
17
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari`Ah, Adat Dan Nasional, (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 82-85.
21
lalu didengar kembali masalah yang dipaparkan para pihak agar mereka mengerti dan
memahaminya.18
4. Identifikasi Masalah
Setelah presentasi para pihak tidak semua persoalan yang dihadapi para pihak
berurut secara sistematif, oleh karena itu mediator harus mengidentifikasi masalah
dalam bahasa presentasi para pihak. Mediator harus jeli melihat demensi-dimensi
yang secara umum disepakati oleh para pihak dan yang secara teknis masih
maka lebih mudah mediator untuk meluruskan masalah yang sulit untuk
didamaikan.19
Pada langkah ini mediator menyusun hasil presentasi para pihak dalam dua
permasalahan sehingga lebih mudah dipahami oleh kedua belah piahak, persoalan-
persoalan tersebut diluruskan dalam sebuah daftar, yang dimulai dari persoalan yang
kesepakatan para pihak untuk persoalan mana yang mendapat prioritas untuk
18
Maskur Hidayat, Strategi dan Taktik Mediasi, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 61.
19
kesepakatan. Dalam langkah ini biasanya memerlukan waktu yang agak lama, karena
para pihak. Mulai diskusi mengenai tawaran yang mungkin mereka sepakati bersama.
Peran mediator di sini cenderung tidak begitu aktif, namun tetap menjaga proses
mediasi berlangsung. Jika dalam mediasi tersebut para pihak mengalami hambatan,
menemui masing-masing pihak pada tempat dan waktu berbeda. Pertemuan terpisah
juga dapat mendapat tawaran dari para pihak atau salah satu pihak yang mendapat
7. Perumusan Kesepakatan
pihak maka mediator dapat merumuskan dalam bahasa tulisan yang sudah dipahami
dan di mengerti oleh kedua belah pihak. Rumusan kesepakatan tersebut dapat berupa
point-point atau pernyataan yang dapat diterima kedua belah pihak. Rumusan ini
20
Desriza Ratman, Mediasi Non Litigasi Terhadap Sengketa Medik, (Jakarta: Gramedia,
2012), hal. 41.
21
pertemuan untuk mendiskusikan kembali kesepakatan yang telah dirumuskan. Hal ini
perlu dilakukan mengingat mediator harus memastikan seluruh isu telah di bahas lalu
mareka membuat keputusan akhir. Dalam kesepakatan ini pula mediator meminta
komitmen keputusan akhir dari para pihak dan setelah mareka memberikan
komitmen tersebut lalu keputusan yang dibuat dituangkan dalam bentuk tulisan
9. Penutup Mediasi
Pada langkah terakhir ini mediator mengucapkan selamat kepada para pihak
mengingatkan keputusan yang diambil dalam mediasi adalah keputusan yang dibuat
bersama oleh masing-masing pihak dan keputusan yang diambil sesuai kepentingan
serta terbaik bagi para pihak. Dengan berakhirnya langkah ini, maka secara formal
persengketaan para pihak maka dalam prakeknya seorang mediator harus mempunyai
kriteria yang sesuai dangan tugas yang akan dilaluinya dalam hal ini, seorang
22
Imam Jauhari, Penyelesaian Sengketa Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hal. 14.
23
Maskur Hidayat, Strategi dan Taktik Mediasi..., hal. 33.
24
1. Social Network Mediators adalah mediator sudah dikenal baik oleh para pihak
yang bersengketa sehingga dapat dipercayai oleh para pihak yang bertikai.
baik dalam sebuah komunitas karena mediator dan para pihak menjadi bagian
di dalamnya.
posisi yang kuat, sehingga mareka memiliki potensi dan kepastian untuk
mempengaruhnya.
berjalan lancar sehingga mediator memiliki sejumlah kewenangan dan tungas dalam
menjalankan proses tersebut, kewenangan dan tugas mediator berfokus pada upaya
dan menjaga proses mediasi. Mediator diberi kewenangan oleh para pihak melakukan
24
sengketa.
menyelesaikan sengketa.
dan kokoh, terutama pada saat negosiasi. Ketika mediator melihat para
25
Desriza Ratman, Mediasi Non Litigasi Terhadap Sengketa Medik, (Jakarta: Gramedia,
2012), hal. 60.
26
Terdapat dua bentuk mediasi bila dilihat melalui prakteknya yaitu mediasi di
dalam pengadilan (litigasi) dan mediasi diluar pengadilan (non litigasi) keduanya
memiliki tujuan yang sama yaitu terciptanya sebuah perdamaian yang melibatkan
pihak ketiga. Sedangkan jika dilihat dari sisi perbedaan antara mediasi di dalam
pengadilan dan mediasi di luar pengadilan yaitu, kalau mediasi di luar pengadilan
sifatnya pilihan berupa para pihak dapat memilih lembaga mana saja untuk
perdata yang diajukan kepengadilan. Dalam hal ini, terdapat beberapa poin tentang
130 ayat 1 HIR, menyatakan bahwa jika pada hari yang telah ditentukan itu, kedua
belah pihak datang muka hakim mencoba dengan perantaraan keduanya akan
mendamaikan mereka itu. Pasal itu dapat ditafsirkan bahwa Hakim mempunyai
kewajiban untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa itu pada waktu
dimulainya sidang.
kedua itu dapat dicapai, maka pada waktu sidang dibuatkan sepucuk surat (akta)
tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum mentaati perjanjian yang dibuat
itu, surat tersebut akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan biasa”.27
26
Terdapat beberapa kesimpulan yang ditarik dari Pasal 130 ayat 2 HIR, yaitu:
a. Sepucuk akta artinya akta ini dibuat setelah kedua belah pihak sepakat
hal ini dapat memberikan keadilan bagi para pihak serta dapat mengurangi kasus-
kasus perdata yang terdapat di pengadilan. Adapun proses yang harus ditempuh oleh
para pihak sebagaimana diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Republik
Indonesia Nomor 01 Tahun 2008 tanggal 31 Juli 2008.” Berupa, Pada persidangan
yang dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara, hakim wajib menjelaskan mengenai
kepada para pihak untuk memilih mediator dari daftar mediator yang disediakan,
setelah kedua pihak menyepakati nama mediator, maka sidang ditunda dalam waktu
Pada dasarnya proses mediasi di luar pengadilan tidak diatur dalam peraturan
Susanti Adi Nugraha, Mamfaat Mediasi Sebagai Altenatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta:
Kencana, 2019), hal. 30.
28
Machadi Riyadi, Teori Iknemook dalam Mediasi Malapraktek Medik, (Jakarta: Prenada
Media, 2018), hal. 132.
28
karena itu, pengetahuan tentang proses dan teknik-teknik mediasi dapat diperoleh
melalui karya-karya tulisan pakar mediator yang sudah ahli dalam ilmu mediasi,
khususnya pakar tersebut berasal dari negara-negara bahasa ingris sepertih Amerika
Serikat, Australia dan Jepang yang membahas berbagai macam ragam proses mediasi
Mediasi di luar pengadilan adalah perdamaian yang dibuat oleh para pihak
dilakukan oleh para pihak di depan notaris ataupun saudara atau kerabat para pihak
yang bersengketa itu sendiri. Perdamaian yang dilakukan di depan notaris akan
dibuatkan akta yang disebut akta notaris, sedangkan perdamaian yang dibuat oleh
tangan, dalam pelaksanaannya akan mengalami kesulitan. Jika salah satu pihak
enggan melaksanakan isi akta perdamaian yang mareka buat itu, maka akan lebih
mudah dengan akta yang dibuat oleh notaris. Dalam literatur terdapat beberapa
variasi yang dikemukakan oleh pakar mediasi tentang tahapan proses mediasi di luar
pengadilan, diantaranya:
activities).
29
Imam Jauhari, Penyelesaian Sengketa Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hal. 72.
30
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari`Ah, Adat Dan Nasional, (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 170.
29
masyarakat sebagai penyelesaian sengketa dengan Hukum adat. Hukum adat sebagai
suatu sistem hukum memliki pola tersendiri dalam menyelesaikan konflik dan
sengketa. Hukum adat memiliki karakter yang khas dan unik bila dibandingkan
dengan sistem hukum lain. Hukum adat lahir dan tumbuh dari masyarakat, sehingga
keberadaannya bersenyawa dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Hukum adat
tersusun dan terbangun atas nilai, kaidah dan norma yang disepakati dan diyakini
kuat dengan karakter, nilai dan dinamika yang berkembang dalam masyarakat adat.32
31
Sri Warjiyati, Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Budi Utama, 2020), hal, 124-17.
30
filosofi, kebersamaan (komunal), pengorbanan para pihak dan mediator, dan keadilan
konsep lainnya ialah penyelesaian sengketa melalui musyawarah antara para pihak
dan mediator fenomena ini telah lama hadir jauh sebelum sistem litigasi
musyawarah yang dibuat dalam bentuk mediasi, negosiasi, fasilitasi dan arbitrase.
sebagai mediator, fasilitator dan negosiator. Dalam masyarakat hukum adat, mediasi
sengketa melalui jalur hukum adat, Aceh memiliki pola-pola tersendiri dalaml
1. Suloh
Kata suloh dalam bahasa Aceh berasal dari istilah Arab, yaitu al-shulhu, yang
berarti upaya perdamaian. Suloh adalah upaya perdamaian antar para pihak yang
33
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,
1992), hal. 61.
31
suloh sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan sosial akibat adanya sengketa
atau konflik. Suloh lebih diarahkan pada upaya perdamaian kasus perdata, kasus
yang diselesaikan oleh suloh ini, umumya berkaitan dengan batas-batas tanah atau
tentang warisan, perdebatan suami istri, dan lainnya yang berhubungan dengan kasus
perdata.
2. Peumat Jaroe
tanpa adanya proses peusijeuk dan peumat jaroe. Proses peusijeuk digunakan untuk
semua perkara baik pidana maupun perdata. Peusijeuk dilaksanakan bukan hanya
untuk menyelesaikan konflik, tetapi untuk menyatakan rasa syukur pun biasanya
diwujudkan denga peusijeuk dalam masyarakat Aceh. Peumat Jaroe pihak yang
Jika dilihat, proses mediasi yang digunakan masyarakat hukum adat pada
prinsipnya tidak jauh berbeda dengan proses mediasi yang dikembangkan pada era
modern. Diantaranya:
a. Para pihak yang bersengketa dapat meminta bantuan kepada pihak ketiga
agama.
34
Hisyam Syafroedin, Perdamaian Dalam Masyarakat Aceh, (Banda Aceh: PLPIIA, 1982),
hal. 41.
32
para pihak duduk bersama guna mencari jalan keluar untuk mengakhiri
sengketa.
adat lain yang independen setelah mendapat persetujuan dari kedua belah
pihak.
f. Bila kesediaan ini sudah dikemukakan kepada mediator, maka tokoh adat
35