Anda di halaman 1dari 10

Di Susun Oleh :

Kiki Misbahul ( p07124119026 )


Ismi Raudhatul Amna ( p07124119025 )
ATRESIA ESOPHAGUS
Pengertian
Atresia esophagus adalah marfomasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk
melakukan pasase yang kontinu,esophagus mungkin tidak membentuk sambungan dengan
trakea (fistula trajeoesofagus). Atresia esophagus adalah perasaan nyeri di dada, karena
masuknya isi lambung kedalam esophagus bagian bawah. Keluhan sering ditemukan dalam
kehamilan,terutama dalam posisi tengkurap,atau menelan sesuatu makanan tertentu atau
obat. Pada kehamilan tua,mungkin kelainan ini agak sering di jumpai karena pengaruh
tekanan rahim yang membesar.
Tanda dan Gejala Atresia Esophagus
Adanya penemuan khas terlihat pada jam-jam awal kehidupan, dan penentuan penyakit
harus dibuat sebelum diberikan makanan pertama(Rendle, Gray, & Dodge, 2005). Tanda
ataupun gejala dapat berupa :
 Salivasi yang berlebihan dimana saliva cenderung mengalir dari mulut dalam bentuk
seperti buih
 Apabila diusahakan pemberian makanan maka akan terjadi batuk dan sumbatan,
kesukaran bernapas dan ditemukan sianosis.
 Terdapat kesukaran pemberian makanan yang mengarah pneumonia aspirasi, walaupun
demikian hal ini jarang terbukti mencapai 2-3 hari setelah dimulainya pemberian
makanan
 Dapat terjadi pneumonitis yang disebabkan kerusakan akibat refluks cairan lambung
melalui kantong bagian bawah.
Komplikasi
 Pneumonia aspirasi yang disebabkan karena usaha makan
 Atelektasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
 Dismotilitas esophagus, terjadi karena kelemahan dinding otot esophagus
 Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik
 Fistula tracheosophagus berulang
 Disfagia atau kesulian menelan (Behrman, 2002)
Diagnosa

Diagnose yang dapat ditegakkan berdsarkan gejala dan hasil pemeriksaan pada atresia
esophagus adalah:
 Biasanya disertai hidramnion (60%). Dapat dilakukan kateterisasi dengan kateter 6-10,
jika saat pemasangan kateter dan berhenti pada jarak kurang dari 10 cm, maka diduga
atresia esophagus.
 Setelah diberi minum, bayi batuk dan sianosis karena aspirasi cairan ke dalam saluran
nafas.
 Pada bayi baru lahir timbuul sesak nafas disertai dengan air liur yang keluar, maka
diduga merupakan gejala dari atresia esophagus.
 Diagnose dapat dibuat dengan foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia.
Penatalaksanaan Atresia esophagus

Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, maka anomaly congenital lain pada bayi terlebih
dahulu dievaluasi. Foto toraks dapat mengevaluasi abnormalitas skeletal, malformasi
kardiovaskuler, pneumonia dan lengkung aorta kanan. Foto abdomen bertujuan
mengevaluasi abnormalitas skeletal, obstruksi intestinal dan malrotasi, foto toraks dan
abdomen biasanya sudah mencukupi, penggunaan kontraks tidak terlalu sering dibutuhkan
untuk mengevaluasi atresia esophagus.
Lanjutan
Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esophagus dan fistula
trakeoesofagus adalah sebagai berikut:
 Dismotilitas esophagus, dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dinding esophagus. Berbagai tingkat
dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
 Gastrosofagus refluks, kira-kira 50% bayi yang menjadi operasi ini akan mengalami gastroesofagus refluks pada
saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluks ke esophagus. Kondisi ini dapat
diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
 Fistula trakeasofagus berulang, pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
 Disfagia atau kesulitan menelan, disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki.
Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air mutu tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
 Kesulitan bernapas dan tersedak, komplikasi ini berhubungan dengan proses mennelan makanan dan aspirasi
makanan dan aspirasi makanan kedalam trakea.
 Batuk kronis, merupakan gejala umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus. Hal ini disebabkan oleh
kelemahan dari trakea.
 Meningkatka infeksi saluran pernapasan, pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegahh kontak dengan
orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi vitamin dan suplemen.
Penanganan

Tindakan yang harus dilakukan yaitu pemasangan kateterisasi ke dalam


esophagus dan bila mungkin dilakukan hisapan secara terus-menerus, setelah
itu ditidurkan setelah duduk untuk anak dengan fistula diletakkan dengan
posisi kepala lebih rendah.
Penanganan pasca operasi

Pada anak yang telah dilakukan operasi dapat diberi makan campuran sebungkus
entrosool dengan 70 ml air matang dan sebungkus peptisol dengan 700 ml air
matang, sehingga jumlah cairan menjadi 1500 ml, dan 1 ml 1/3 kkal dengan cara
melalui pipa makanan. Pipa makanan yang digunakan adalah pipa silatik
poliuretan. Pada pemasangan anak diposisikan miring ke kanan dan
dipertahankan selama 5-15 menit
Pengobatan Atresia Esophagus

Ateresia esophagus adalah kasus gawat darurat.Prabedah, penderita seharusnya


ditengkurapkan untuk mengurangi kemungkinan isi lambung masuk ke paru-
paru.Kantong esophagus harus secara teratur dikosongkan dengan pompa untuk
mencegah aspirasi secret.Perhatian yang cermat harus diberikan terhadap
pengendalian suhu, fungsi respirasi, dan pengelolaan anomaly penyerta.Kadang-
kadang, kondisi penderita mengharuskan operasi tersebut dilakukan secara
bertahap, tahap pertama biasanya adalah pengikatan fistula dan pemasukan pipa
gastrotomi untuk memasukkan makanan, dan langkah kedua adalah anastomosis
kedua ujung esophagus.Delapan sampai 10 hari setelah anastomosis primer,
makanan lewat mulut biasanya dapat diterima. Esofagografi pada hari ke 10 akan
menolong menilai keberhasilan anastomosis. (Behrman, 2002)

Anda mungkin juga menyukai