Diagnose yang dapat ditegakkan berdsarkan gejala dan hasil pemeriksaan pada atresia
esophagus adalah:
Biasanya disertai hidramnion (60%). Dapat dilakukan kateterisasi dengan kateter 6-10,
jika saat pemasangan kateter dan berhenti pada jarak kurang dari 10 cm, maka diduga
atresia esophagus.
Setelah diberi minum, bayi batuk dan sianosis karena aspirasi cairan ke dalam saluran
nafas.
Pada bayi baru lahir timbuul sesak nafas disertai dengan air liur yang keluar, maka
diduga merupakan gejala dari atresia esophagus.
Diagnose dapat dibuat dengan foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia.
Penatalaksanaan Atresia esophagus
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, maka anomaly congenital lain pada bayi terlebih
dahulu dievaluasi. Foto toraks dapat mengevaluasi abnormalitas skeletal, malformasi
kardiovaskuler, pneumonia dan lengkung aorta kanan. Foto abdomen bertujuan
mengevaluasi abnormalitas skeletal, obstruksi intestinal dan malrotasi, foto toraks dan
abdomen biasanya sudah mencukupi, penggunaan kontraks tidak terlalu sering dibutuhkan
untuk mengevaluasi atresia esophagus.
Lanjutan
Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esophagus dan fistula
trakeoesofagus adalah sebagai berikut:
Dismotilitas esophagus, dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dinding esophagus. Berbagai tingkat
dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
Gastrosofagus refluks, kira-kira 50% bayi yang menjadi operasi ini akan mengalami gastroesofagus refluks pada
saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluks ke esophagus. Kondisi ini dapat
diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
Fistula trakeasofagus berulang, pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
Disfagia atau kesulitan menelan, disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki.
Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air mutu tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
Kesulitan bernapas dan tersedak, komplikasi ini berhubungan dengan proses mennelan makanan dan aspirasi
makanan dan aspirasi makanan kedalam trakea.
Batuk kronis, merupakan gejala umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus. Hal ini disebabkan oleh
kelemahan dari trakea.
Meningkatka infeksi saluran pernapasan, pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegahh kontak dengan
orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi vitamin dan suplemen.
Penanganan
Pada anak yang telah dilakukan operasi dapat diberi makan campuran sebungkus
entrosool dengan 70 ml air matang dan sebungkus peptisol dengan 700 ml air
matang, sehingga jumlah cairan menjadi 1500 ml, dan 1 ml 1/3 kkal dengan cara
melalui pipa makanan. Pipa makanan yang digunakan adalah pipa silatik
poliuretan. Pada pemasangan anak diposisikan miring ke kanan dan
dipertahankan selama 5-15 menit
Pengobatan Atresia Esophagus