Dosen Pengampu :
Dr.Eddhie Praptono S.H.,M.H.
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PANCASAKTI KOTA TEGAL
2023
Kata Pengantar
Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kami banyak sekali
nikmat dan rezeki dan atas izin - Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami
yang berjudul “Pentingnya siskamling di lingkungan masyarakat” sebagai tanggung
jawab kami atas tugas mata kuliah pengantar ilmu hukum.
Dalam menyusun makalah ini, kami mengambil berbagai sumber seperti internet
untuk mendapatkan informasi dan penjelasan berkaitan dengan sistem keamanan
lingkungan agar memudahkan kami dalam menyusun makalah ini.
Tujuan kami menulis makalah ini adalah agar makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai upaya sistem keamanan lingkungan bagi ketertiban
lingkungan masyarakat.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari terdapat banyak sekali kekurangan,
baik dari segi penulisan, pemilihan kata, redaksional kata, bahkan dari penggunaan
bahasa indonesia yang baik dan benar, yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah lebih lanjut.
Yang terakhir, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat menjadi manfaat
bagi kita semua.
Kelompok X
DAFTAR ISI
Halaman depan........................................................................................................... I
Kata pengantar.......................................................................................................... II
Daftar isi.................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pokok bahasan................................................................................................... IV
1.2 Tujuan Makalah..................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan........................................................................................................IV
Daftar Pustaka..........................................................................................................XI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan kegiatan siskamling terdapat pada UUD 1945 perubahan Kedua Bab XII
Pasal 30 : (1) Tiap - tiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. (2) Untuk pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama,
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Sehubungan dengan hal tersebut berdasarkan
Undang - Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dalam Pertimbangan huruf b ditegaskan “bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri
melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Republik Indonesia selaku alat negara
yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Konsep kegiatan siskamling sudah ada dalam budaya masyarakat Indonesia, bahkan
jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada masa penjajahan Kolonial Belanda, warga sipil
ikut dilibatkan dalam menjaga lingkungan karena adanya tingkat kriminalisasi yang
tinggi, Di dalam peraturan tugas kepolisian Belanda ( Het Herzine Indonesisch Reglement
) di tahun 1920-an, menyebut jika dirasa perlu menurut pertimbangan bupati dan disetujui
oleh residen, kepala desa wajib mengadakan jaga malam dan meminta seluruh warga
desa untuk berjaga malam bergiliran, dan kepala desa tak memberi keonggaran kecuali
ada alasan yang dapat diterima.
Hal yang sama juga terjadi di masa penjajahan Jepang tugas menjaga keamanan dan
ketertiban lingkungan masyarakat menjadi tanggung jawab para anggota Keibodan, yaitu
salah satu organisasi semi militer yang tugasnya adalah membantu aparat kepolisian,
kurang lebih seperti hansip atau satpam di zaman sekarang. Selain menjaga ketertiban
dan keamanan lingkungan, mereka juga bertugas mencari dan menangkap para pelaku
kriminal seperti penjahat, pencuri, penyamun dan yang lainnya serta melakukan ronda
keliling kampung atau daerah dan melakukan jaga malam. Di beberapa daerah, warga
sipil diminta untuk berpartisipasi dalam melakukan jaga malam dan ronda keliling
kampung atau daerah. Salah satu bukti adalah terbitnya Koran Harian Asia Raya di
tanggal 17 April 1943, yang memuat peraturan ronda keliling bagi seluruh masyarakat
Tegal tanpa terkecuali, ronda keliling ini dilaksanakan mulai dari jam 10 malam sampai
jam 8 pagi. Setiap 30 rumah penduduk akan dipantau atau dijaga oleh satu regu yang
terdiri dari tiga orang.
Istilah sistem keamanan lingkungan ( siskamling ) yang kita kenal sekarang bermula
di tahun 1981. Adanya berbagai gejolak, persoalan, konflik, hingga kriminalitas dari
dalam negeri, membuat Kepala Polisi Republik Indonesia pada saat itu, Jenderal
Awaloedin Djamil, menggagas terbentuknya pengamanan swakarsa, dari ronda kampung
atau siskamling hingga industrial security seperti satpam. Siskamling menempatkan
warga sipil sebagai pelaksana, sedangkan penanggung jawab atau pelaksana harian
biasanya dipegang oleh seorang hansip. Sejak saat itulah dibentuk banyak pos keamanan
lingkungan atau yang kita kenal dengan poslamling di kota - kota sampai ke pelosol -
pelosok desa.
Lalu bagaimana tujuan dan peran siskamling dalam menjaga ketertiban dan
keamanan lingkungan masyarakat? Dalam Pasal 1 angka 6 Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Sistem Keamanan
Lingkungan ( “Perkapolri 23/2007” ) menjelaskan bahwa siskamling adalah “suatu
kesatuan yang meliputi komponen - komponen yang saling bergantung dan berhubungan
serta saling mempengaruhi, yang menghasilkan daya kemampuan untuk digunakan
sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan kondisi keamanan dan
ketertiban di lingkungan”. Dari Perkapolri Nomor 23 tahun 2007 itu dapat dipahami
bahwa tujuan siskamling adalah :
a. Menciptakan situasi dan kondisi yang aman, tertib, dan tentram di lingkungan
masyarakat.
b. Terwujudnya kesadaran warga masyarakat dalam penanggulangan terhadap setiap
kemungkinan timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat ( kamtibnas )
Untuk mencapai tujuan itu, maka dibutuhkan peran siskamling dalam menjaga ketertiban
dan keamanan dalam lingkungan masyarakat, adapun peran siskamling adalah :
Penjagaan
Melakukan patroli atau perondaan yang dilaksanakan sesuai waktu yang disepakati
Memberikan peringatan - peringatan untuk mencegah adanya kecelakaan,
kriminalitas seperti pencurian, penyerangan, pengrusakan dan sebagainya serta
peringatan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa, gunung meletus dan
lainnya.
Memberikan informasi tentang sesuatu atau hal - hal yang berkaitan dengan
keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat.
Memberikan bantuan dan pelayanan kepada masyarakat jika terdapat masalah yang
mengganggu keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat dan membantu Ketua
RT/RW dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Melakukan koordinasi dan kolaborasi kegiatan dengan anggota Polri, Pamong Praja,
dan aparat pemerintahan terkait lainnya yang bertugas dalam daerah tersebut.
Melaporkan setiap adanya gangguan atau masalah mengenai keamanan dan
ketertiban masyarakat kepada Polri
Melakukan tindakan represif sesuai dengan petunjuk teknis Polri dalam kasus
tertangkap tangan, dan menyerahkan penanganannya pada Satuan Polri di
wilayahnya.
Melakukan tindakan yang dirasa perlu untuk menjaga keamanan dan keselamatan
warganya atas izin dan perintah dari ketua pelaksana siskamling
Ketua siskamling
Jabatan ketua siskamling biasanya dijabat oleh ketua Rukun Tetangga ( RT )/Rukun
Warga ( RW ) atau juga bisa dijabat oleh seseorang yang telah dipilih dan disepakati
dalam musyawarah masyarakat setempat. Ketua siskamling bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan siskamling termasuk dalam menyusun agenda siskamling,
menyusun daftar giliran ronda keliling, dan lain - lain.
Pelaksana siskamling
Pelaksana dari kegiatan siskamling adalah seluruh kepala rumah tangga dan laki - laki
minimal berusia 17 tahun, sehat jasmani dan rohani, serta bertempat tinggal atau hidup di
lingkungan RT/RW setempat.
Dalam melaksanakan kegiatan siskamling, dibutuhkan sarana dan prasarana agar kegiatan
siskamling dapat berjalan dengan maksimal, beberapa sarana dan prasarana dalam
kegiatan siskamling adalah :
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Siskamling adalah kegiatan yang sangat penting dalam lingkungan masyarakat, selain
dapat menjaga ketertiban dan keamanan dalam lingkungan masyarakat, kegiatan ini juga
memunculkan rasa cinta tanah air dan mempererat rasa persaudaraan. Tapi sayangnya di
era modern ini kegiatan siskamling perlahan hilang peranannya, apalagi di daerah
perkotaan, karena warga lebih memilih untuk mempercayakan tugas siskamling pada
hansip setempat, oleh karena itu kami sarankan agar diadakan penyuluhan atau
pengarahan secara luas oleh instansi kepolisian terkait pentingnya siskamling di
lingkungan masyarakat, karena dengan adanya penyuluhan dan pengarahan ini kami
yakin masyarakat akan sadar akan pentingnya siskamling dalam lingkungan mereka,
karena dengan adanya siskamling, terjalin rasa persaudaraan dan kesadaran akan
pentingnya menjaga tanah air.
Daftar Pustaka
Undang - Undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dalam Pertimbangan huruf b
https://historia.id/kultur/articles/jangan-berpaling-dari-siskamling-P3R4v
https://www.hukumonline.com/klinik/a/tujuan--komponen--dan-bentuk-kegiatan-
siskamling-yang-sesuai-aturan-lt5c72d8333b1df/