Anda di halaman 1dari 2

Aksi Main Hakim Sendiri, Bukti Moral Yang Lemah

Baru – baru ini peristiwa menyayat hati kembali terjadi di wilayah Papua Barat Daya, tepatnya di
Kota Sorong. Namun berita menghebohkan itu bukanlah aksi keji Kelompok Kriminal Bersenajata
(KKB) Papua Merdeka, melainkan tindakan main hakim sendiri.

Bermula dari mencuatnya isu penculikan anak di Kota Sorong, Papua Barat Daya, membuat warga
geram. Seorang wanita paruh baya dituduh menjadi dalang aksi penculikan tersebut. Dia pun
akhirnya ditangkap dan hendak dieksekusi langsung ditempat.

Khawatir jika nanti terjadi peristiwa berdarah, seorang RT langsung menghubungi kepolisian
setempat agar korban bisa diamankan. Beringas memang, lantaran tidak terima korban akan dibawa
ke kantor polisi massa akhirnya berlaku anarkis, lalu membakar korban tanpa ampun. Meski sempat
ditolong oleh beberapa warga yang simpati, namun akhirnya nyawa korban sudah tidak
terselamatkan.

Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila. Sila yang selalu kita gaungkan adalah
sila kelima, keadilan sosial bagi seluru rakyat Indonesia. Pun demikian dengan saudara – saudara
kami di Papua selalu meminta agar pemerintah berlaku seadil – adilnya dalam hal pembangunan,
demi tercapainya kesejahteraan bersama. Namun jika ditengok kembali pada kasus ini, apa benar
masyarakat yang meminta keadilan sudah berlaku adil pada sesamanya sendiri.

Tindakan main hakim sendiri dengan jelas menjadi bukti bahwa masyarakat tidak begitu percaya
dengan landasan dan filosofi bangsanya sendiri. Yang miris adalah dikabarkan bahwa korban yang
terbunuh adalah orang dengan gangguan kejiwaan yang biasanya selalu melintas lalu lalangan di
dalam kompleks. Hal ini berarti tindakan keji tersebut hanya didasari kecurigaan tanpa ada bukti
yang pasti.

Aksi main hakim sendiri yang berujung penganiayaan ini rupanya tidak sekali terjadi di negeri ini.
Sudah sering, bahkan hampir menjadi lumrah di beberapa daerah. Bahkan sampai membuat korban
tewas setempat. Polanya juga hampir serupa. Pertama ada isu santer di masyarakat, kedua
mencurigai, lalu ketiga menghabisi tanpa ampun. Tidak ada interogasi dan konfirmasi kepada pelaku
yang dicurigai,. Bahkan belum sempat memberikan keterangan atau pembelaan, massa akan
langsung memberikan pukulan demi pukulan lantaran emosi sesaat tanpa perlu ada pembuktian.

Ini membuktikan bahwa masyarakat masih belum terlalu faham apa itu keadilan sosial. Kebanyakan
hanya mengira bahwa bansos yang merata adalah keadilan sosial. Padahal tidak sesederhana itu.
Keadilan tidak hanya tuntutan yang harus dipenuhi pemerintah, tetapi juga harus dilakukan oleh
seluruh warga Indonesia, kepada sesama tanpa memandang perbedaan. Jika soal hukum saja,
masyarakat masih mau menang sendiri, bagaimana mungkin cita – cita Pancasila bisa terwujud.

Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan masyarakat begitu mudahnya bertindak main hakim
sendiri kepada terduga pelaku kejahatan, menurut Dr. Martini Idris, dosen Hukum Pidana Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Pertama, masyarakat tidak faham dasar – dasar hukum dan akibat yang didapat dari tindakan
kekerasan. Hal ini dipicu dari jumlah massa yang banyak dan membuat suatu kekuatan untuk berani
melakukan penyerangan – penyerangan. Masyarakat menjadi tidak takut dengan konsekuensi yang
akan didapat karena tindakan tersebut dilakukan secara beramai dan kompak. Ketika hal itu terjadi,
tidak ada lagi yang peduli dengan akibat hukum yang akan didapat.

Kedua, rendahnya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan masyarakat
menjadi mudah terkontrol atau tersulut emosi ketika termakan isu yang sedang santer saat itu.
Padahal dibutuhkan bukti untuk membenarkan isu tersebut. Lantaran hanya menduga – duga lalu
akhirnya membuat keputusan yang salah. Pada akhirnya merekalah yang sesungguhnya salah.
Bertindak anarki pada orang yang belum jelas salah atau tidaknya.

Sebagai anak bangsa yang mencintai negeri ini, menjadikan negeri yang damai dan berintegritas
pada Pancasila adalah tugas kita semua. Tidak sepantasnya mudah termakan isu yang belum jelas
kebenarannya. Apakah dengan bertindak main hakim sendiri membuat negara kita akan damai,
tentu saja tidak. Maka melalui pesan – pesan moral mari kita sampaikan hingga ke pelosok negeri ini,
bahwa sesungguhnya kita mencintai kedamaian, agar keadilan sosial bisa benar – benar bisa
terwujud.

Anda mungkin juga menyukai