Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RISKIANI BAHRUDIN

NIM : 20147004
PROGRAM STUDI : HUKUM PIDANA ISLAM
SEMESTER :V
MATA KULIAH : BIMBINGAN PENULISAN KARYA
ILMIAH

Tinjauan Perspektif Hukum Pidana Islam Terkait Kasus Dugaaan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga (KDRT) Yang Di Lakukan Oleh Ketua KNPI
Di Maluku Utara.

Pada hari Rabu tanggal 09.11.2022, di dapati terjadinya suatu tindak pidana
kekerasan yang di lakukan oleh seorang onkum yang di ketahui merupakan ketua dari
salah satu instansi.
Oknum Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Maluku
Utara (Malut), berinisian IM di polisikan atas dugaan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT). Informasi yang di terima media ini, sekitar pukul 22.40 WIT
malam. Korban F(35) yang merupakan istri dari IM juga diperiksa Penyidik
Pelayanan Utit Perempuan dan Anak (PPA) kurang lebih dua jam. Sebelum ke PPA,
korban terlebih dahulu membuat laporan resmi di Sentral Pelayanan Kepolisisan
Terpadu (SPKT) Polres Ternate, sekitar pukul 21.50 WIT malam. Setelah itu korban
di arahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk di visum ep Repertum.
Korban kepada awak media mengatakan, dirinya di aniaya oleh Ketua KNPI
Provinsi Malut, IM didepan Kantor Disperindag Kota Ternate, sekitar pukul 19.30
WIT atau usai ba’da Maghrib. IM nekat melakukan kekerasan lantaran di duga
terbakar api cemburu, kata korban, pelaku juga beberapa kali menelpon dirinya,
namun tidak direspon. “Dia lakukan tindakan penganiayaan itu lantaran entah
cemburu, dan meelpon saya tidak angkat“, Kata korban yang namanya tidak mau
disebut.
Penganiayaan dilakukan IM deangan cara penarikan jilbab, menampar dan
mencubit paha korbanbagian kanan. Lantaran tidak terima korban lalu ditemani
kakaknya dan kedua teman mendatangi SPKT Polres Ternateuntuk membuat laporan
resmi. “Selesai Visum saya di panggil ke PPA untuk dimintai kronologis,” Akunya
dengan wajah cemas.
Lebih lanjut, saat di kantor polres ternate terduga pelaku juga turut dating dan
melontarkan bahasa ke korban bahwa silahkan dilaporkan dan diproses. Menanggapi
itu, F berharap kepada Satuan Reserse KriminL (Reskrim) agar menindaklanjuti
laporannya dan di proses secara hukuam yang berlaku. Tujuannya pelaku
mendapatkan efek jera dan di kemudian hari tidak mengulangi perbuatan kepada
perempuan yang lain lagi. “Saya harap dia (IM) harus di proses agar mendapatkan
efek jera,”
Korban mengaku menyesali perbuatan IM yang tidak wajar. Sebab menurutnya,
hal sepele bisa dibicarakn dengan baik-bail, bukan dengan langsung melakukan
tindakan kekerasan. “ Karena perempuan itu harus dilindungii dan disayangi, bukan
sebaliknya diperlakukan tidak terhormat. Intinya, Kasus ini harus diproses sesuai
hukum,”
Senada, kakak korban pun menegaskan bahwa tindakan kekerasan yang
dialamai adiknya harus diproses tanpa memandang status. “Kami sangat berharap
pelaku harus diberikan efek jera, karena perbuatan ini sangat merugikan adiknya.
“Tandasnya. Terpisah, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolres) Ternate AKBP Andik
Purnomo Sidik, Melalui Kepala Seleksi Hubungan Masyarakat (Kasasi Humas) IPDA
Wahyuddin di konfimasi melalui WhatsApp maupun telpon untuk membenarkan
laporan tersebut, namun hingga berita naik tayang Wahyuddin belum memberi
respon.
Berikut di atas sedikit penjelasan maupun kronologis terkait kasusu yang
penulis dapat dari berbagai sumber di media internet.
Pandangan Penulis Terkait Kasus Diatas
Tindak kekerasan di dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang
kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam
rumah tangga pada umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota
keluarga di dalam rumah tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan bisa berupa
kekerasan fisik dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak
kekerasan didalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata,
status sosial, tingkat pendidikan, dan suku bangsa.
Islam adalah suatu agama yang disampaikan oleh nabi-nabi berdasarkan wahyu
Allah yang disempurnakan dan diakhiri dengan wahyu Allah pada nabi Muhammad
sebagai nabi dan rasul terakhir. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan
menjadi bagian dari agama islam. Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan
hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia didunia ini dan akhirat kelak, dengan
jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang
mudharat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain,
tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun
jasmani, individual dan sosial. Hal ini juga sama berlakunya pada kasus Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Keluarga merupakan satuan terkecil dari masyarakat yang di
dalamnya berlangsung proses sosialisasi, baik di bidang agama, ilmu pengetahuan,
ekonomi maupun ideologi. Setiap keluarga memimpikan dapat membangun keluarga
harmoni, bahagia dan saling mencintai, namun pada kenyataannya banyak keluarga
yang merasa tidak nyaman, tertekan dan sedih karena terjadi kekerasan dalam
keluarga, baik kekerasan yang bersifat fisik, psikologis, seksual, emosional, maupun
penelantaran. Masalah kekerasan dalam rumah tangga mengingatkan pada gambaran
akan istri yang teraniaya atau istri yang terlantar karena tindakan suami yang
sewenang-wenang kepada mereka. Kekerasan dalam rumah tangga pada prinsipnya
merupakan salah satu fenomena pelanggaran hak asasi manusia, sehingga masalah ini
termasuk sebagai salah satu bentuk diskriminasi, khususnya terhadap perempuan.
Kekerasan dalam rumah tangga sendiri diartikan sebagai setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibatkan timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, memaksa, atau merampas
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sakin
pentingannya suatu hubungan dalam pernikahan, Hukum islam juga turut ikut andil
dalam mengatur atau membuat aturan terkait Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT), agar setiap pasangan mengetahui di mana dan bagaimana seharusnya dalam
berumah tangga
Kasus di atas termasuk dalam kelompok penganiyaan yang tidak menyebabkan
kematian. Jadi dari kasus diatas jika kita tarik dalam hukum pidana islam maka
Pelaku dapat di jerat dengan sanksi jarimah had maupun ta’zir (Sanksi Diat). Diat
merupakan suatu sanksi ataupun hukuman pokok untuk pelaku tindak pidana
pembunuhan maupun penganiayaan yang di sengaja maupun tidak disengaja.
Terjadinya perselisihan, pertikaian dan perbedaan pendapat dalam hidup
berumah tangga adalah suatu yang tidak pernah diharapkan. Terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga dapat disebabkan adanya berbagai faktor. Maksudnya dapat
dipengaruhi oleh faktor dari luar atau lingkungan, tetapi dapat juga dipicu karena
adanya faktor dari dalam diri pelaku sendiri.

Anda mungkin juga menyukai