Anda di halaman 1dari 6

Assalamualaikum wr wb

Halo guys, kami dari kelompok 6 dengan saya [nama].

Pada kesempatan kali ini, kita bakal bahas 2 kasus yang melanggar hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Nah, sebelumnya, kalian pernah denger ga, kemarin² tuh sempat ada kasus yang viral di media sosial loh
(waduch apa tuh, walah)

Yang pertama, ada kasus pembunuhan anak oleh ayah kandungnya, katanya sih biar masuk surga. (lohhh,
walah, edan, whoaa)

Terus yang kedua, kasus pembullyan oleh 8 anak sekolahan, sampe dipolisikan! (waduhh, weh gimana tuhh)

Podcast kita kali ini bakal bahas 2 kasus itu. Jadi langsung aja ya, kita mulai dari kasus pertama! /cut/

- KASUS PERTAMA

Kasus kita yang pertama adalah pembunuhan anak oleh ayah kandungnya di Desa Putat Lor, Gresik.
Pada sabtu (29/4/2023), sekitar pukul 04.30 WIB, Pelaku bernama M Qodad Afalul tega menghabisi anak
kandungnya yang baru berumur 9 tahun dengan menusuk punggung menggunakan pisau, hingga 24 kali.

Setelah membunuh anaknya, Qodad langsung menyerahkan diri ke polisi. Alasan pelaku melakukan
pembunuhan kepada putrinya karena stres dan masalah ekonomi.

Qodad mengaku tidak menyesal sedikit pun telah membunuh darah dagingnya sendiri. Ia mengaku mengalami
stres berat. Terlebih, setelah istrinya kabur dari rumah untuk menjadi pemandu lagu atau LC.

Kalian tahu nggak, dia bilang apa? / dari pernyataan pelaku sendiri tuh bagaimana sih ?

"Makanya saya bunuh, biar anak saya masuk surga. Karena belum dewasa, pasti masuk surga, tidak terbebani
dengan dosa-dosa orang tuanya. Dari pada anak saya tersiksa di dunia memiliki ibu yang banyak dosa."

Waduh walah hadehhh.

[MENGAPA MELANGGAR]

Nah, sudah jelas ya, kasus ini melanggar hak dan kewajiban sebagai manusia dan warga negara. Tapi kenapa,
sih?

Kalau dari sisi sang anak, kasus ini melanggar hak asasi manusia, yaitu hak sang anak untuk hidup dan
mendapat kasih sayang serta perlindungan orang tua.
Semua manusia di dunia ini punya hak untuk hidup dan melangsungkan hidupnya. Meski alasannya 'supaya
sang anak masuk surga', tindakan seperti pembunuhan ini tentu merupakan bentuk perampasan terhadap hak
asasi menusia. Apalagi dilakukan oleh seorang ayah yang seharusnya melindungi anaknya.

Kalau dari sisi kewajiban sang ayah, kasus ini merupakan bentuk pelanggaran atas kewajiban seorang orang tua
untuk melindungi dan menyayangi anaknya. Juga merupakan pelanggaran terhadap kewajiban mematuhi
undang-undang dan hukum yang berlaku.

[NILAI PANCASILA]

Ditinjau dari teori Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia, kasus pembunuhan "Anak oleh ayah kandung"
ini merupakan kasus pembunuhan yang mengerikan. Kasus ini melanggar beberapa nilai-nilai Pancasila.

Pertama, bahwa kasus pembunuhan tersebut termasuk melanggar sila pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha
Esa". Dan dari sila ini menjelaskan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia yang menekankan nilai-nilai moral dan
keagamaan dan kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai akal budi, tidak mempunyai hak untuk
menyabut nyawa seseorang. Dan dalam sila ini juga dijelaskan bahwa manusia sebagai umat beragama tidak
diajarkan untuk membunuh sesama manusia, melainkan untuk hidup rukun antar umat manusia dan saling
mangasihi, menghargai satu dengan yang lain serta saling bertoleransi bagi setiap umat beragama.

Kedua, kasus pembunuhan tersebut juga melanggar sila kedua yaitu "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab".
Kita sebagai umat manusia tidak diajarkan untuk menyakiti atau bahkan membunuh sesama kita, dan sila ini
juga menjelaskan bahwa kita sebagai umat manusia yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, harus
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta
mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban manusia sebagai insan yang berakal budi, dan
menghargai hak asasi setiap individu.

Ketiga, kasus ini juga melanggar sila kelima yaitu, "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Pada sila ini
pun sudah dijelaskan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia, menekankan keadilan sosial yang merata bagi
seluruh rakyat Indonesia, dalam hubungan mengenai kasus pembunuhan tersebut adalah pelaku telah
melanggar nilai-nilai keadilan, karena pelaku telah tega menghabisi anaknya sendiri dan tidak memiliki sikap
adil bagi korban yang telah dibunuh. Dan untuk pembelajaran bagi kita semua sebagai bangsa Indonesia harus
mempunyai sikap yang peduli, mengasihi, menghargai, menjaga , serta mentaati peraturan atau norma-norma
yang berlaku di Indonesia kejadian ini tidak terulang lagi.

[PASAL]

Pasal yang dilanggar kasus ini cukup banyak loh.


Di antaranya:
UUD 1945 Pasal 28A,
UU No. 23 Tahun 2004,
Pasal 340 KUHP, dan
Pasal 44 ayat 3 UU RI No.23 Tahun 2004.

[SANKSI]
Kalian tahu nggak, kalau menurut pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana itu bisa dapat hukuman mati?

Menurut AKBP Adhitya Panji Anom, salah satu pihak yang mengurus kasus ini, M Qodad Afalul dijerat dengan
Pasal 340 KUHP Jo Pasal 44 ayat 3 UU RI No.23 Tahun 2004 tentang pembunuhan, dan terancam hukuman
pidana mati, atau pidana seumur hidup, atau selama waktu tertentu yang paling lama 20 tahun.

[PENDAPAT]

[RELEVANSI]

Pembunuhan adalah salah satu kasus yang tidak benar yang bertentangan dengan sila ke-2 Pancasila.
Seharusnya apapun masalahnya dan sekecil apapun itu dapat dibicarakan dengan baik-baik sehingga
permasalahan tersebut dapat diselesaikan.

Hal ini nunjukkin nih, kalau di masa sekarang pun pemahaman terhadap nilai-nilai luhur Pancasila masih
kurang banget. Sila ke-2 Pancasila mengajarkan kita untuk memiliki sikap saling mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seharusnya jika kita sudah mengetahui nilai-nilai
luhur yang terdapat dalam sila ke-2 Pancasila ini, maka tidak terjadi lagi kasus pembunuhan.

[PENDAPAT HUKUM]

Jadii menurut hukum yang berlaku, M Qodad Afalul ini dijerat banyak pasal-pasal yang kita sebutin tadi. Ada
pasal tentang hak asasi manusia, pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga, dan karena korbannya anak-
anak, dia juga melanggar pasal tentang perlindungan anak.

Menurut Pasal 28A, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya."

Pasal 340 KUHP menyatakan bahwa:


“Barangsiapa sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama 20 tahun."

Kemudian, menurut Pasal 44 Ayat (3) UU PKDRT:


"Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh
lima juta rupiah)."

Pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004 (UU PKDRT) juga menegaskan bahwa:


“Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya, dengan cara: a.kekerasan fisik; b.kekerasan psikis; c.kekerasan seksual; atau penelantaran rumah
tangga.”

Wah, bisa berlapis-lapis tuh hukumannya!


[CARA MENCEGAH]

[KOMEN]

[QUOTES]

KASUS KEDUA

Kasus perudungan atau bullying di lingkungan sekolah terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar.


Kasus perudungan ini menimpa SSR, 16, anak pengacara kondang asal Jaten, Karanganyar, AR.
Akibat kasus ini 8 siswa SMA swasta berbasis agama di Karanganyar dilaporkan ke polisi.

ia mengungkapkan sudah sejak setahun SSR menjadi korban perundungan siswa lain. Korban
mengalami trauma psikis berat dan harus mendapat pendampingan dari psikiater. Parahnya aksi
bullying tersebut terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Hingga anaknya tak mau sekolah dan
menjadi pribadi yang pemurung.

Korban selama setahun dirundung secara verbal dengan kata-kata yang tidak pantas, yaitu lonte,
suka merokok, mabuk-mabukan, keluar masuk hotel, flash sale, dan lainnya. Kata-kata ini
dikeluarkan di lingkungan sekolah.

Selain penghinaan para pelaku juga melakukan tindakan di mana meja belajar di kelas korban
diberikan tisu yang berisi kotoran

[MENGAPA MELANGGAR]
Bullying adalah perilaku intimidasi yang bisa dilakukan berulang untuk melukai seseorang, baik emosional
maupun fisik. Seringkali tujuannya adalah mempermalukan atau menyakiti. Dengan begitu, bullying
merupakan perilaku yang melanggar hak asasi manusia, karena membatasi atau merenggut kebebasan serta
merugikan orang lain (korban). Siswa berhak mendapatkan pendidikan, serta berhak mendapat keamanan di
lingkungan tempat pendidikannya. Bullying yang terjadi di sekolah tentu melanggar hak ini.

Sementara itu, dengan melakukan bullying, tentu seseorang telah mengingkari kewajibannya yaitu
menghormati hak asasi manusia lain. Tidak hanya melanggar HAM, bullying juga merupakan perilaku yang
tidak mengindahkan peraturan sekolah, sehingga dengan melakukannya, seseorang akan melanggar kewajiban
mereka sebagai siswa, yaitu kewajiban untuk menjaga agar lingkungan sekolah aman dan tentram, yang dapat
diwujudkan dengan mematuhi peraturan sekolah.

[NILAI PANCASILA]
Kasus ini melanggar sila ke-2 Pancasila terkait pembahasan “Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab “tentang Bullying. .
Kasus bullying dianggap sebagai pelanggaran sila ke-2 Pancasila karena hak dan martabat seseorang tidak
dihargai, dimana seorang individu diperlakukan tidak setara karena individu lain menganggap dirinya lebih baik
dalam segi tertentu. Individu tersebut bersikap sewenang wenang dan tidak adanya perilaku saling mengasihi
antar sesama. Dengan adanya sikap kemanusiaan yang adil dan beradab maka akan terciptanya kehidupan
masyarakat yang saling mengasihi dan menghormati setiap individu tanpa memandang suku, ras, budaya, dan
agama.

[PASAL]
pada kasus ini melanggar pasal apa saja sih?

Pada kasus ini melanggar pasal yaitu


1. pasal 311 KUH Pidana ayat 1
2. pasal 1 ayat 6 nomor 39 tahun 1999

[SANKSI]

Jadi jika melanggar UUD dapat dikenakan sanksi ya kan? Apa aja sih sanksi yang didapatkan?

Afan dijerat dengan Pasal 340 KUHP yaitu pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama 20 tahun dan pasal 44 ayat 3 UU No 23 tahun 2004 yaitu pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).

[RELEVANSI]
pembunuhan adalah salah satu kasus yang tidak benar yang bertentangan dengan sila ke-2 Pancasila.
Seharusnya apapun masalahnya dan sekecil apapun itu dapat dibicarakan dengan baik-baik sehingga
permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Pancasila. Sila ke-2 Pancasila mengajarkan kita untuk memiliki sikap saling
mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seharusnya jika kita
sudah mengetahui nilai-nilai luhur yang terdapat dalam sila ke-2 Pancasila ini, maka tidak terjadi lagi kasus
pembunuhan. Sehingga yang diperlukan yaitu pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam diri kita
masing-masing.

[PENDAPAT HUKUM]

Dari segi pandangan hukum tuh bagaimana sih pendapatnya?

Menurut pasal 311 ayat (1) KUH Pidana menyebutkan, “Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau
pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya,
dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.

Menurut pasal 1 ayat 6 nomor 39 tahun 1999 Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh
bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai