Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK MATERNITAS I

PENGKAJIAN IBU NIFAS

DOSEN FASILITATOR :
BINA MELVIA GIRSANG, S.Kep, Ns.,M.Kep

OLEH :
Annisa Rahmah
201101065
Kelas A
Semester 3
Kelompok 2

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa , yang masih memberikan
saya kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan
judul “PENGKAJIAN IBU NIFAS” .Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Praktikum Klinik Maternitas I.
Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan
makalah, yang berisi tentang hasil pengkajian pasien. Bab 2 berupa tinjuan pustaka yang
berisi pembahasan pengkajian ibu nifas . Dan Bab 3 yang berisi daftar pustaka atau referensi.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam menyusun makalah ini. Terimah kasih kepada ibu dosen Bina
Melvina Girsang.S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah banyak membimbing penulis dalam
perkuliahan maupun dalam penulisan makalah ini . Penulis juga berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 7 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................................. 4
HASIL PENGKAJIAN ..................................................................................................................... 4
A. DATA PASIEN : .................................................................................................................... 4
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB .............................................................................. 4
C. ANAMNESA .......................................................................................................................... 4
3. Riwayat Persalinan sekarang ........................................................................................... 5
4. Riwayat Persalinan Yang Lalu ......................................................................................... 5
D. PEMERIKSAAN FISIK ....................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................. 8
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................... 8
A. Pengertian Masa Nifas .......................................................................................................... 8
B. Tahapan Masa Nifas .............................................................................................................. 8
C. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas ................................................................................. 9
a. Perubahan sistem reproduksi ........................................................................................... 9
b. Perubahan Sistem Pencernaan ....................................................................................... 12
c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler ................................................................................ 13
d. Perubahan Sistem Perkemihan ...................................................................................... 13
e. Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas.............................................................. 14
D. Kebutuhan Pada Masa Nifas .............................................................................................. 15
E. Komplikasi yang Terjadi Pada Masa Nifas ....................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 23
BAB I

HASIL PENGKAJIAN

A. DATA PASIEN :
1. Nama : Khairani
2. Usia : 26 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status Perkawinan : sudah menikah
5. Pekerjaan : Belum Bekerja (ibu rumah tanggal)
6. Pendidikan : S1
7. Suku : Jawa
8. Agama : Islam
9. Alamat : Jln. Talun Kenas No 23
10. Tanggal Pengkajian : Jumat, 17 September 2021
11. Tanggal Masuk : Jumat , 17 September 2021

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


1. Nama: : Annisa Rahmah
2. Umur : 20 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Mahasiswa Keperawatan
5. Hubungan dengan Pasien :-
6. Alamat : Jln. Talun kenas , Desa Sumbul , Dusun II
Rambung Merah , Kec . STM Hilir , Kab. Deli Serdang

C. ANAMNESA

1. Sebelum pemeriksaan apakah ibu pernah mengalami pusing ,mualn, dan nyeri ?

Ya , Pasien mengatakan Pasien mengalami nyeri tetapi dalam skalaa yang

kecil

2. Apakah ibu mengalami gangguan eliminasi seperti kesulitan buang air besar dan juga

buang air kecil ?

Tidak , pasien tidak memiliki gangguan eliminasi


3. Riwayat Persalinan sekarang

a. Apakah Ibu ada keluhan sewaktu hamil ?

• Ya, Mual

b. Berat badan setelah hamil

• 70 kg

c. Apakah terjadi komplikasi ?

Tidak

d. Jenis persalinan yang digunakan

• Normal

e. Pendamping : suami

f. Penolong : Dokter

g. Lama persalinan : 4 jam

4. Riwayat Persalinan Yang Lalu

a. Apakah Ibu ada keluhan sewaktu hamil : Tidak

b. Jumlah dan Keadaan anak : 1 dan sehat

c. Berat badan setelah hamil : 70 kg

d. Apakah terjadi komplikasi :Tidak

e. Jenis persalinan yang digunakan : Normal

f. Pendamping : suami

g. Penolong : Dokter

h. Lama persalinan : 5 jam

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Tanda Vital
a. Tensi :120 /80 mmHg
b. Suhu :35 c
c. Nadi : 65 kali / menit
d. Respiratory :20 kali / permenit , bunyi vesikular tidak ada bunyi ronchi atau
pun wheezing
2. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala : Normal ,kulit kepala Klien bersih dan
tidak ada ketombe , warna rambut klien adalah hitam, rambut tidak rontok
2. Muka : Normal , tidak ada pembengkakan
pada wajah
3. Mulut : Normal , tidak terdapat gusi yang
berdarah atau pun mengalami pembengkakan , kemudian gigi klien juga
bersih tidak ada yang berlubang .
4. Hidung : Normal , terdapat sekeret dalam jumlah
normal , dan klien tidak sedang mengalami flu
5. Telinga : Normal , tidak terdapat serumen
6. Leher : Normal, Tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid , dan tidak ada benjolan
7. Payudara : Normal , keadaan puting ibu menonjol ,tidak
ada pembengkakan , produksi ASI lancar , area disekitar puting berwarna
coklat .
8. Abdomen
a. Luka bekas operasi : tidak ada , Namun terdapat strech mark
b. Involutio Uteri : Sudah tidak ada tinggi fundus uteri
c. Diastatis recti adominimus : 3 jari perawat sudah terjepit setelah
pasien duduk .
d. Bising usus: normal
9. Genitalia :
a. Jumlah darah nifas : sedikit dengan berukuran < dari 10 cm
b. Kapan pasien mengganti pembalut : 1 jam yang lalu
c. Usia Nifas pasien : Minggu Ke 2
d. Luka perineum : normal , luka episiotomi , dengan luka perineum tidak
memerah , tidak membengkak , tidak tidak ada nanah , luka dijahit
dengan baik, tidak ada jahitan yang lepas.
e. Anus :normal , tidak memiliki penyakit ambeyen ( hemoroid)
10. Ekstermitas
a. Ekstermitas Atas
Edema : tidak ada , tidak terjadi pembengkakan pada tangan
dan jari pasien
Varises :tidak ada
Pengisian ulang kapiler darah : normal , kembali sebelum 3 detik
b. Ektermitas Bawah
Edema : tidak ada
Varises :tidak ada
Homans sign : tidak ada nyeri saat kaki pasien dorfleksi , tidak ada
warna kemerahan
Pengisian ulang kapiler darah : normal , kembali sebelum 3 detik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu

setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah

alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat

dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.

Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa

atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

yang berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009 : 1) . Menurut Prawirohardjo (2009

: 122), masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

B. Tahapan Masa Nifas


Setyo Retno Wulanjani (2011), mengatakan bahwa masa nifas di bagi

menjadi 3 tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan – jalan, dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

b. Peurperium intermedial yaitu kepulihan penyeluruh alat – alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.


c. Remote peurperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu

– minggu , berbulan – bulan atau bertahun


C. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Uterus

Setelah proses persalinan, uterus yang membesar selama persalinan

akan mengalami proses involusi. Icesmi (2013) menyatakan involusi

uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.Selama

involusi, uterus mengalami tiga proses, yaitu :

a) Iskemia miometrium

Setelah uterus berkontraksi dan retraksi secara terus-menerus

setelah pengeluaran plasenta, uterus relatif anemi dan menyebabkan

serat otot atrofi.

b) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam rahim. Selama kehamilan jaringan otot di rahim

panjangnya menjadi 10 kali lipat dan lebarnya 5 kali lipat dari

keadaan sebelum hamil, oleh karena itu enzim proteolitik akan

memendekkan dan mengembalikan otot-otot rahim ke keadaan

seperti sebelum hamil.

c) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Setelah

melahirkan, ibu mendapatkan kadar oksitosin dari tubuh ibu sendiri

dan dari injeksi yang diberikan.

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh


perubahan tinggi uterus. Perubahan ukuran uterus ini dapatdiperiksa
dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk merabatinggi fundus
uteri (TFU).
Tabel 2.1
Involusi Uterus
Diameter
Berat Bekas
Tinggi Fundus Keadaan
Involusi Uterus Melekat
Uteri Serviks
(gr) Plasenta
(cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek
pusat
Satu Pertengahan pusat- 500 7,5 Beberapa hari
minggu simfisis setelah
Dua Tak teraba di atas 350 3-4 postpartum
minggu simfisis dapat dilalui 2
Enam Bertambah kecil 50-60 1-2 jari akhir
minggu minggu pertama
Delapan Sebesar normal 30 dapat dimasuki
minggu 1 jari
Sumber : Vivian Nanny, L.D. 2014

2) Perubahan pada serviks

Setelah persalinan, serviks bentuknya menjadi menganga seperti

corong. Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui

oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari

saja.

3) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan yang kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.

Degan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar

3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1-2 cm (Icesmi dkk, 2013). Regenerasi

endometrium terjadi di tempat plasenta selama sekitar 6 minggu.

Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung didalam desidua

basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang

membeku pada tempat implantasi plasenta, sehingga pembuluh darah

tersebut terkelupas dan terbuang bersama pengeluaran lochea.


4) Perubahan ligamen

Selama kehamilan, ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta

fasia merenggang dan akhirnya berangsur-angsur menciut kembali

seperti sediakala selama masa nifas. Pada beberapa wanita ada yang

mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen,

fasia, dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.

5) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan

vagina dan hilangnya rugae. Vulva dan vagina mengalami penekanan

serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,

dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ

ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan

vagina akan kembali seperti keadaan sebelum hamil sementara labia

menjadi lebih menonjol.

6) Lochea

Lochea adalah pengeluaran cairan dari uterus yang merupakan

campuran dari desiduda dan darah. Desidua dan cairan yang keluar

terjadi karena adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang

mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Lochea mempunyai reaksi

basal/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat

dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea

mempunyai bau amis dan volumenya berbeda pada setiap wanita.

Selama masa nifas lochea mengalami perubahan warna dan volume

yang dipengaruhi oleh proses involusi uterus. Perubahan lochea dibagi

menjadi 4 macam, yaitu :


Tabel 2.2

Jenis

Lochea

Hari
No. Jenis Lochea Warna Kandungan
Muncul
1. Lochea Hari ke 1-3 Merah Sel desidua, vernix
rubra/merah postpartum caseosa, rambut lanugo,
(kruenta) sisa mekonium dan
darah.
2. Lochea Hari ke 3-5 Merah Darah dan lendir karena
sanguinolenta postpartum kekuningan pengaruh plasma darah
3. Lochea serosa Hari ke 5-9 Kekuningan Sedikit darah namun
postpartum atau banyak serum, leukosit
kecoklatan dan robekan laserasi
plasenta
4. Lochea alba Lebih dari Putih Leukosit, selaput lendir
hari ke-9 kekuningan serviks dan serabut
dan pucat jaringan yang mati.
Sumber : Vivian Nanny, L.D. 2014

Pengeluaran lochea yang tidak lancar maka disebut lochiastasis,

sedangkan jika lochea tetap berwarna merah setalah 2 minggu ada

kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi kurang

sempurna yang sering disebabkan karena adanya reflexio uteri.

Lochea yang terjadi infeksi mempunyai karakteristik pengeluaran

cairan seperti nanah dan berbau busuk, yang disebut dengan lochea

purulenta.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Menurut Rukiyah (2010: 64), beberapa hal yang berkaitan dengan

perubahan pada sistem pencernaan antara lain :

1) Nafsu makan

Pasca melahirkan, ibu biasanya merasa lapar sehingga ibu

diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu

makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan

makanan juga mengalami penurunan satu atau dua hari.


2) Motilitas

Secara khas, penurunan otot tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus otot

dan motilitas ke keadaan normal.

3) Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami kontsipasi. Hal ini

disebabkan tonus otot menurun selama proses persalinan dan awal

masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema selama

melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi

jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu

untuk kembali normal.

c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah

bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada

penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah

kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga

sampai kelima postpartum.

d. Perubahan Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.

Namun kadang-kadang ibu nifas mengalami sulit buang air kecil karena

sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan adanya edema kandung

kemih selama persalinan. Kandung kemih pada puerperium sangat

kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih

penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urin residu.
Sisa urin dan trauma kandung kemih waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi (Ambarwati, 2010: 81).

e. Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas

1) Suhu badan
Dalam 24 jam post partum, suhu badan akan naik sedikit, sekitar

0,5oC dari suhu normal (37,3oC – 38oC ) sebagai akibat kerja keras

sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada

hari ke-3 suhu badan akan naik lagi karena pembentukan ASI. Apabila

kenaikan suhu lebih dari 38oC, perlu diwaspadai terhadap adanya

infeksi masa nifas.

2) Nadi

Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena

pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah

berlebihan. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat

dan akan mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada

minggu ke–8 sampai minggu ke–10 setelah melahirkan, denyut nadi

kembali ke frekuensi sebelum hamil.

3) Tekanan darah

Pasca melahirkan, pada kasus yang normal tekanan darah

biasanya tidak akan berubah. Tekanan yang lebih rendah pasca

melahirkan menunjukkan adanya perdarahan, sedangkan tekanan

yang tinggi menandakan adanya PE pasca partum.

4) Pernapasan

Pada ibu post partum umumnya pernapasan lambat atau normal.

Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan

khusus pada saluran napas. Bila pernapasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok

D. Kebutuhan Pada Masa Nifas

Setyo Retno Wulandari (2011), mengatakan ada beberapa macam

kebutuhan saat nifas :

a. Nutrisi

Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena

sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk

menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkatkan tiga kali dari

kebutuhan biasa. Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan

protein di atas normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu

dianjurkan makan-makanan mengandung asam lemak omega 3 yang

banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru.

b. Ambulasi

Di sebut juga early ambulation. Early ambulation adalah

kebijakan untuk sekelas mungkin membimbing klien keluar dari tempat

tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah di

perbolehkan bangun dari tempat tidur dan dalam 24-48 jam postpartum.

Keuntungannya early ambulation adalah :

1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.

2) Faal usus dan kandungan kencing lebih baik.

3) Dapat lebih memungkinkan dalam menggajari ibu untuk merawat

atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu

masih dalam perawatan.


c. Eliminasi

1) Miksi ( BAK )

Miksi di sebut normal bila dapat buang air kecil spontan

setiap 3-4 jam dan ibu di usahakan dapat buang air kecil.

2) Defekasi ( BAB )

Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar.

Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka

diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat

buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur,

pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat,olah raga.

d. Kebersihan diri / perineum

Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi

sendiri dikamar mandi sendriri, yang terutama di bersihkan

adalalah putting susu dan mamae dilanjutkan perineum.

a) Perawatan perineum

Apabila setelah buang air kecil atau buang air besar

perineum di bersihkan secara rutin. Caranya di mulsi dsri

simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi cara

membersihkanya dengan sabun yang lembut minimal sekali

sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitan

akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di

bersihkan atau di cuci. Ibu di beri tahu caranya mengganti

pembalut yaitu bagian dalamnya jangan sampai terkontaminasi

oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling

sedikit 4 kali dalam sehari.


b) Perawatan payudara

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting

susu dengan menggunakan BH yang menyongkong

payudara

2) Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui.

Menyusui tetap di lakukan di mulai dari putting yang tidak

lecet.

3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24

jam, ASI di keluarkan dan di minumkan dengan

mnenggunakan sendok.

e. Istirahat

Anjurkan ibu untuk :

(1) Istirahat cukup untuk menggurangi kecelakaan

(2) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur

(3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan

(4) Menggatur kegiatan rumahnya sehingga dapat

menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira

2jam dm malam 7-8 jam.

Kurang isirahat pada ibu nifas mengakibatkan :

(1) Menggurangi jumlah ASI

(2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan

perdarahan

(3) Depresi
f. Latihan / senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik

seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama danotot dasar

panggul. Oleh karena itu, latihan fisik tertentu diperlukan ibu untuk

mengembalikan kondisi ibu seperti sebelum hamil. Latihan fisik yang bisa ibu

lakukan adalah senam nifas. Senam nifas adalah senam yangdilakukan sejak hari

pertama melahirkan setiap hari sampai hari yangkesepuluh, terdiri dari sederetan

gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Untuk

mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya senam nifas dilakukan

seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan

tidak ada penyulit post partum.

E. Komplikasi yang Terjadi Pada Masa Nifas

1) Infeksi Nifas

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandung kencing atau pun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada

munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada

jalan lahir. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan

luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel

penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri,

baik panjang ataupun kedalaman luka perineum

Menurut Saleha (2009 : 96), infeksi puerperalis adalah infeksi

pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium

bekas insersi plasenta.


Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah

luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat

baik untuk berkembangnya bakteri.Pada saat persalinan, bagian

serviks, vulva, vagina, dan perineum yang sering mengalami

perlukaan pada persalinan. Semua ini merupakan tempat masuknya

kuman patogen (Saleha, 2009:96).

2) Perdarahan

Menurut Suherni dkk (2009:128), perdarahan pervaginam atau

perdarahan post partum atau post partum hemorargi adalah

kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia

setelah melahirkan.

2. Luka Perineum

a. Robekan perineum

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016: 103), robekan perineum

hampir terjadi pada semua persalinan pertama juga pada persalinan

berikutnya. Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat

diklarifikasikan berdasarkan luas robekannya.

Robekan perineum bisa terjadi secara spontan maupun karena

tindakan episiotomi. Episiotomi merupakan satu upaya untuk

mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak dan

mengendalikan robekan perineum untuk mempermudah menjahit

(Octaviani, 2012).
b. Tingkat dejarat robekan perineum

Menurut Saifuddin (2009), derajat robekan perineum dibagi atas 4

tingkatan, yaitu:

1) Tingkat I : Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vaginadengan

atau tanpa mengenai kulit perineum.

2) Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan ototperinei

transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.

3) Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai denga ototsfinger

ani

4) Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot

sfinger ani dan mukosa rektum

c. Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu :

1) Rupture

Menurut Hamilton (2002) dalam Rukiyah dan Yulianti (2012 : 44)

rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau

bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak

teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.

2) Episiotomi

Menurut Eisenberg (1996), episiotomi adalah sebuah irisan bedah

pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan


tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Tindakan ini dilakukan apabila

perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus

dilakukan pemberian anestesi lokal, kecuali pasien sudah diberi

anestesi epiderual (Rukiyah dan Yulianti, 2012

: 44).
d. Fase Penyembuhan Luka

Fase-fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002), yaitu:

1) Fase inflamasi

Fase ini berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Respons vascular dan

selular terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cidera.

Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatet terbentuk

dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung

5 sampai 10 menit. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan

vasokontriksinya karena norepenefrin dirusak oleh enzim intra

selular. Histamine dilepaskan yang meningkatkan permeabilitas

kapiler.

2) Fase proliferatif

Fase ini berlangsung 5 sampai 20 hari. Fibroblast memperbanyak

diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang berimigrasi. Sel-

sel epitel membentuk kuncup pada pinggir luka, kuncup ini

berkembang menjadi kapiler.

3) Fase maturasi

Fase ini berlangsung 21 sampai 30 hari atau bahkan tahunan.

Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka.


Jaringan parut tanpa besar, sampai fibrilkolagen menyusun kedalam

posisi yang lebih padat (Rukiyah dan Yulianti, 2012 : 46)


DAFTAR PUSTAKA

Girsang, B. M., Darti, N. A., Simamora, R., & Karo, E. I. (2019). Gambaran karakteristik

luka perineum pada ibu post partum dengan hidroterapi sitz bath. Jurnal

Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(3), 666-671.

Akhenan. (2011). Determinan Pada Ibu Nifas Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Post-

Natal Care. Jurnal Kesehatan: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas

Airlangga.

Eldawati, S. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas dengan Praktik Perawatan

Masa Nifas di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Bulan Januari-Maret 2015.

Jurnal: Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Gustirini, Ria. (2012). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Postpartum Terhadap

Pelaksanaan Kunjungan Masa Nifas di Bidan Praktik Swasta Nurachmi Palembang

Tahun 2012. Jurnal: Kebidanan STIkes Muhammadiyah Palembang.

Kasanah, U (2016). Pengaruh Dukungan Bidan Terhadap Kunjungan Nifas Guna Deteksi

Resiko Kegawatdaruratan di Puskesmas Kayen Kabupaten Pati. Jurnal Kebidanan

(JIKK0 vol II, No 5.

Ikhtiarini, Dewi Erti. 2015. Keperawatan Klinik VIII: Panduan Praktikum. Jurnal

Keperawatan Soedirman Vol. 7, No. 1. Tahun 2015.

Manurung, S.A.Y dan Siti, S.N. (2016). Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Adaptasi

Fisiologis Selama Kehamilan. University of Sumatera Utara InstitutionaL.


Megasari, K. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Trimester Iii Dengan Ketidaknyamanan

Sering Buang Air Kecil. Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.X , 36-41

Nora, H. (2012). Manajemen Aktif Persalinan Kala Tiga. JURNAL KEDOKTERAN

SYIAH KUALA Volume 12 , 165-170

Mangeke. I.P. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum. Diakses dari

eprint.polttekkesjogja.ac.id, diakses tanggal 9 November 2020.

Manurung, S. 2011. Buku ajar keperawatan maternitas asuhan keperawatan intranatal.

Jakarta : Trans info media.

Margaretha. L.2017. Konsep Dasar Post Partum. Diakses dari repository.ump.ac.id, diakses

tanggal 10 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai