Anda di halaman 1dari 32

Pengertian, Fungsi dan Tujuan

Hukum Pidana

DR. YOSERWAN, SH., MH., LLM.


FAKULTAS HUKU UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Pengertian

1. Pembagian Hukum atas Hukum Publik dan Hukum Privat


Salah satu yang tergolong ke dalam hukum publik adalah Hukum Pidana. Hukum pidana
mengatur kepentingan umum keseluruhan warga negara bukan orang perorangan
individu
Hukum Pidana berasal dari kata hukum dan pidana
Hukum dalam arti luas mencakup keseluruhan aturan mengenai perbuatan yang boleh
dan tidak boleh dilakukan yang bertujuan untuk mengatur kehidupan yang memberikan
sanksi bagi yang melanggar
Pidana:
 Berasal dari kata Pidono (sanskerta/jawa) yang berarti nestapa atau
penderitaan.
 Pidono merupakan padanan dari kata Poenale (Bahasa latin) /Penal/ straf
 Kata Poenale melahirkan Ius Poenale
 Pidana diartikan sebagai penderitaan atau nestapa yang diberikan
terhadap seseorang yang melanggar suatu aturan
• Dalam sistem hukum Common law dikenal istilah Criminal Law yang
berasal dari kata crime dan law. Crime diartikan sebagai kejahatan yakni
perbuatan atau tindakan yang merugikan orang lain. Dengan demikian
lebih menitik beratkan kepada sifat atau karakteristik perbuatannnya
• Ius poenale lebih menitikberatkan kepada akibat yakni sanksi berupa
penderitaan atau nestapa yang diberikan terhadap seseorang melakukan
suatu perbutan
1. Pengertian pidana:
Pidana: suatu bentuk penderitaan atau nestapa yang diberikan
terhadap seseorang yang melanggar suatu aturan hukum
Pidana merupakan salah satu bentuk sanksi terhadap pelanggaran
hukum. Sanksi lain dapat berbentuk keperdataan, administrasi,
ketatanegaraan dan pidana
Berbeda dengan sanksi lainnya, sanksi pidana lebih keras dan kejam yakni menimbulkan
penderitaan atau nestapa.
Karena sifatnya yang demikian, hukum pidana atau sanksi pidana disebut sanksi istimewa
karena berlawanan dengan tujuan aturan hukumnya sendiri. Hukum bidana disebut juga
Pisau bermata dua. Namun sanksi yang demikian ditujukan untuk mencapai tujuan yang
lebih besar yakni kepentingan umum
Sanksi pidana lebih ditujukan terhadap fisik dan pribadi seperti terhadap nyawa, tubuh, atau
kemerdekaan dan sebagaian terhadap harta kekayaan
2. Pengertian Hukum Pidana
Dari kata penal atau pidana itulah lahir istilah hukum pidana yang merupakan
padanan dari bahasa belanda yakni Strafrecht atau bahasa Inggris yakni
Criminal Law
Hukum Pidana : Aturan hukum yang menetapkan perbuatan apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dan memberikan sanski pidana bagi yang
melanggarnya
Hukum Pidana:
a. Aturan hukum
b. Memuat perbuatan yang boleh/tida boleh dilakukan (perintah dan
larangan)
c. Sanksi pidana bagi pelanggarnya
Hukum pidana disebut juga hukum sanksi istimewa, karena sanksinya
berbeda dengan sanksi lainnya seperti saknsi perdata dan administratif.
 Ius Poenale/hukum pidana melahirkan hak dari negara untuk memberikan
hukuman (ius puniendi) . Hak tersebut melahirkan juga aturan hukum
bagaimana tata cara (prosedur) negara memberikan hukuman tersebut.
Auran ini kemudian melahirkan Hukum acara pidana
 Jadi hukum pidana dalam arti luas mencakup Ius Poenale dan Ius puniendi
yakni aturan tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dijatuhkan serta
sanksinya dan aturan tentang bagaimana negara menjatuhkan sanksi bila
aturan tersebut dilanggar.
B. Tujuan dan Fungsi Hukum Pidana

1. Tujuan hukum pidana tidak terlepas dari tujuan hukum pada umumnya yakni untuk
menciptakan ketertiban, kedamaian dan keadilan
a. Tertib yakni segala sesuatu berjalan secara teratur sebagaimana mestinya sebagaimana
yang diharapkan dan diinginkan. Kalau tidak akan tercipta kekacauan
b. Kedamaian adalah suasana keadaan bathin yang nyaman dan tenang. Artinya tidak ada
gangguang perasaan batin seseorang. Bila terjadi kekacauan misalnya bathin seseorang
akan terganggu
c. Keadilan
Pada priinsipnya keadilan adalah suatu keadaan atau kondisi seseorang akan
mendapatkan apa yang menjadi haknya dan menjalankan kewajibannya
Aristoteles membedakan keadilan atas kedilan distributif dan keadilan komutatif
Distributif artinya keadilan didasari atas konstribusi atau jasa seseorang terhadap sesuatu
Keadilan komutatif adalah keadilan berdasarkan kepentingan bersama tampa
memperhatikan konstribusi
 Semua tujuan hukum itu juga menjadi tujuan hukum pidana tapi lebih
ditujukan terhadap perbuatan atau tindakan yang melindungi kepetingan
umum terhadap perbuatan atau tindakan yang merugikan.
 Misalnya terjadi pencurian, maka akan terlanggar ketertiban,
kedamaian dan keadilan
 Pelanggaran lalu lintas akan lebih melanggar ketertiban, kedamaian dan
keadilan
2. Fungsi Hukum Pidana
Kenapa masih diperlukan hukum pidana sedangkan sudah banyak aturan hukum lainnya
seperti hukum tata negara hukum perdata dan administrasi negara yang masing-masingnya
juga sudah mempunyai sanksi:
a. Untuk melindungi kepentingan umum dari tindakan atau perbuatan yang sangat
merugikan kepentingan bersama atau publik (fungsi perlindungan)
b. Karena sanski hukum lainnya belum begitu kuat atau keras untuk memaksa seseorang menghormati
kepentingan umum maka perlu diperkuat dengan sanksi pidana yang lebih keras dan kejam (Fungsi
penguatan /bevestiging).
c. Karena sanksi yang keras dan kejam tersebut, maka hukum pidana hanya berada pada barisan
belakang dalam melindungi kepentingan umum, dia tidak berdiri pada barisan depan . Fungsi ini
disebut dengan fungsi sekunder. Artinya kalau aturan hukum lain sudah ada dan cukup tidak perlu
ada aturan hukum pidana atau bila sanksi lain sudah ada dan sudah cukup tidak perlu ada sanksi
pidana. Jadi hukum pidana disebut juga berfungsi sebagai Ultimum remidium bukan Primum
remidium
C. SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA

1. Sumber hukum secara umum diartikan sebagai darimana aturan hukum berasa hukum atau dimana
hukum itu ditemukan
Sumber hukum secara umum dibedakan atas:
a. Sumber hukum dalam artian materil
b. Sumber hukum dalam artian formil
Sumber hukum dalam artian materil yakni dilihat isi atau substansi aturan hukum itu darimana
berasalnya. Secara umum hukum itu berasal dari kehidupan masyrakat atau dari pergaulan hidup
masyarakat. Kehiudupan masyarakat mencakup aspek atau ruang lingkup yang luas:
a. Kemasyarakatan (sosial)
b. Budaya
c. Politik
d. Ekonomi
e. Keagamaan
f. Ilmu pengetahuan/teknologi
Sumber hukum dalam artian formil berkaitan dengan tempat wadah dimana kita menemukan
aturan hukum. Artinya kita bisa menemukan/mengetahui aturan hukum tersebut
Sumber hukum dalam artian formil ini mencakup:
1. UU
2. Kebiasaan
3. Traktat
4. Yurisprudensi
5. Doktrin
Sumber Hukum Pidana mencakup sumber hukum baik dalam artian materil/formil, kecuali
kebiasaan
Sumber hukum dalam artian formil adalah UU hukum pidana dan bukan hukum pidana
Sumber Hukum Pidana:
1. Perundang-undangan pidana:
2. KUHP/KUHAP
3. Hukum Pidana khusus
4. Hukum Pidana administratif
Yurisprudensi, putusan hakim melahirkan preseden: Ada yang bersifat
terikat dan bebas: Indonesia menganut preseden bebas artinya
hakim tidak terikat kepada putusan terdahulu
Traktat: perjanjian dengan negara lain khususnya mengenai ekstradisi
Doktrin: Pendapat para ahli (opinio jurist) yang ada dalam
tulisan/pemikran ahli hukum.
Pembagian Hukum Pidana

Hukum Pidana Umum


(generale strafrecht)
Hukum Pidana Khusus
Speciale strafrecht)
 Oranngnya
 asasnya
 aturan hukum acara
 Penegak hukumnya
Sumber Hukum Pidana

Sumber Hukum Pidana Indonesia:


1 KUHP sebagai Warisan Belanda (wetboek van Strafrecht (WvS) Sebagai sebuah Kodifikasi Hukum
Pidana. KUHP Terdiri dari 3 Buku:
Buku I: Tentang Ketentuan Umum (algemene Deel (Pasal 1 s/d 103)
Buku 2: Tentang Kejahatan (misdrijven): Psl 104 s/d 488)
Buku 3 tentan Pelangaran: (Overtredingen) Psl 489 s/d 569
2. Hukum Pidana Khusus: Tersebar dlm berbgai perundanundanan Dibuat di luar KUHP
Contoh : Hukum Pidana Korupsi
Hukum Pidana Perbankan, dll.
D. Asas- Asas Hukum Pidana

Aturan aturan atau norma hukum pidana positif harus tunduk kepada asas-asas prinsip hukum
pidana.
Asas-asas hukum pidana ini mendasari aturan hukum pidana dan aturan hukum pidana tharus
mengacu kepada asas hukum dan tidak boleh bertentangan dengannya.
Asas ini menjadi dasar dari pembentuk undang-udnang dan aparat penegak hukum. Namun
dalam hal-hal tertentu suatu aturan hukum juda dapat menyimpang dari asas hukum
sepanjang ditetapkan dalam aturan hukum (lex specialis derogat legi generalis)
Asas Hukum Pidana mencakup :
1. Asas-asas umum hukum pidana
Asas ini menjadi dasar yang prisipil dari hukum pidana, yakni:
a. Asas legalitas:
Suatu perbuatan atau tinkadan baru dapat dipidana kalau sudah ditetapkand alam suatu ketentuan
perundang-undangan hukum pidana
Asas ini ditetapkan dalam KUHP yakni dalam Pasal 1 ayat (1)
“ Tiada sautu perbuatan dapat dipidana kecuali berdasarkan ketentuan
perundang-udannagn pidana yang telah ada sebelumnya.
Asas ini berasal dari Romawi yang disebut dengan asas Nullum delictum. Asas
ini dituangkan dalam sebuah adagium: “Nullum delictum nulla poena
sinne praevia lege poenali”
Artinya tiada perbuatan yang dipidana kecuali dengan suaut
perundangundangan sebelumnya
1. Asas ini mencakup:
a. Tindak pidana haru dituankan dalam suatu perundang-undangan hukum
pidana (legalitas dalam artian material) Konsekwensinya adalah tidak
deterimanya hukum pidana adat? Bagaimana kalau terjadi perkembangan
dalam masyarakat:
Aturan hukum pidana tidak berlaku surut (non-retro actief).
Suatu aturan hukum pidana tidak berlaku terhadap suatu
perbuatan yang terjadi sebelum undang-udang itu ditetapkan.
Hukum Pidana hanya berlaku terhadap perbuatan yang terjadi
setelah undang-undang itu disahkan
bagaimana kalau terjadi perubahan undang-undangan setelah
suatu perbuatan terjadi maka akan diberlakukan aturan yang
menguntungkan terdakwa.
Asas ini ditetapkan dalam pasal 1 ayat (2) KUHP: Jika ada perubahan dalam
perundang-undangan esuadah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa
diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan.
Merubahan undang-undang bisa berakibat kriminalisasi atau dekriminalisasi
atau sanksi atau akibatnya lebih merugikan atau menguntungkan terdakwa,
maka yang diberlakukan adalah yang lebih menguntungkan.
c. Tidak dimungkinkannya diberlakukan analogi atau kias dalam hukum
pidana.
Analigi maksudnya adalah menyamakan suatu hal atau perbuatan dengan
perbuatan lain, yang sudah ada aturannya walupun perbuatan itu berbeda.
Sesuai dengan sifatnya undang-udang itu bersifat statis atau sesaat sehingga
tidak bisa memberikan rumusan secara tepat. Padahal perbuatan dalam
masyarakat berkembang.
Oleh sebab itu akan memimbulkan permasalahan
apakah suatu perbuatan tersebut merupakan tindak
pidana atau tidak. Maka dengan demikian akan
menimbulkan analigi. Contohnya kasus pencurian
listrik, dan kasus penipuan.
b. Asas kesalahan
Dalam hukum pidana setiap tindak pidana baru busa diminta
pertanggungjawabannnya tau dipidana : Geen straf zonder schuld
(Culpabilitas)
Asas ini berasal dari asas mens rea dari Romawi: :”Actus non facit reum nisi
mens rea”
Asas ini bekaitan dengan unsur tindak pidana secara umum yakni
Unsur objektif dan subjektif
Unsur objektif yakni berkaitan dengan perbuatannya : Perbuatan harus
melanggar hukum atau Wedderechtelijk yang merupakan perwujudan dari
asas legalitas.
Dalam perkembangannya asas melawan hukum dapat berbentu melawan
hukum dapat diedakan atas :
Melaawan hukum dalam artian material dan dalam artian formal
Melawan hukum dalam artian formil yakni bertentangan dengan undanga-
udnang
Melawan hukum dalam artian materil yakni bertengangan dengan semua
hukum baik ertulis atau tidak tertulis
Melawan hukum dalam artian materil dapat dibedakan dalam artian positif dan
negatif
Dalam artian positif artinya menjadi dasar untuk menghukum sedangkan
dalam artian negatif menjadi dasar yang membebaskan.

Anda mungkin juga menyukai