Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DEWASA
TB PARU

NAMA : Fadhilla Asnur Al Humaira


NIM : 202214901014

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(Ns. Rizki Sari Utami, M.Kep) (Ns. Yuniza Betri SY, S.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AWAL BROS
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

Waktu (Hari/Tanggal/Tahun) : Senin, 5 November 2022

Nama Ko-Ners : Fadhilla Asnur Al-Humaira


NIM : 202214901014
Judul Kasus : TB Paru
Ruangan Dinas : Ruang Dahlia (Ruang Penyakit Dalam)

I. PENGERTIAN
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah (Wijaya, 2013)
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
(Smeltzer, 2014)

II. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012) adalah sebagai mana
telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB (mycobacterium
tuberculosis humanis).
1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang mempunyai
berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium, salah satu speciesnya
adalah M. tuberculosis.
2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type
humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan, setelah hygiene
peternakan makin di tingkatkan
3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam basa. Karena
itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)
4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil Tahan
Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis, mungkin saja Basil
Tahan Asam (BTA) yang ditemukan adalah mycobacterium atipik yang menjadi
penyebab mycobacteriosis.
5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20 menit
untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24 jam.
6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa
menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan terbunuh dalam beberapa menit
bila terkena alcohol 70 % atau lisol 5%.

III. MANIFESTASI KLINIS


Menurut Wijaya, (2013, Hal. 140) Gambaran klinik TB paru dapat di bagi
menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :
1. Gejala respiratorik, meliputi ;
1) Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak.
3) Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia, dan lain – lain.
4) Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura rusak.
2. Gejala sistemik, meliputi :
1) Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam
beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak napas walaupun jarang dapat juga timbulnya menyerupai gejala
pneumonia\tuberkulosis paru termasuk insidius (Wijaya, 2013)
3. Tanda dan gejala lain yaitu :
1) Demam 40-41ᴼC, serta ada batuk/batuk berdahak
2) Sesak nafas dan nyeri dada
3) Malaise, keringat malam
4) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada ronki atau wheezing.
5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh
7) Batuk kronik ≥ 3 minggu

IV. PATOFISIOLOGI
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar
cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit, setelah berada
dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus
bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit
polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak
membunuh organisme tersebut. Sesudah hari hari pertama maka lekosit diganti oleh
magrofat (Wijaya, 2013).
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala
pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limferegional. Makrofag yang
mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel spiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung
selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif
padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblas menimbulkan respon berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelingi
tuberkel (Wijaya,2013).
Lesi primer paru-paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
percairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materitubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil
dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan parut fibrosa (Wijaya, 2013, Hal. 138).
Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran
darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain(ekstrapulmaner). Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi apabila
focusnekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vascular dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ organ tubuh (Wijaya,
2013)
Pathway

Microbacterium
tuberkulosa Droplet infection Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Keluar dari

tracheobnchial Dibersihkan oleh makrofag Menetap dijaringan paru


bersama sekret
Terjadi peroses peradangan

Sembuh tanpa pengobatan

Tumbuh dan berkembang


Pengeluaran zat pirogen
di sitoplasma makrofag

Mempengaruhi hipotalamus

Komplek Limfangitis Limfadinitid


Mempengaruhi sel point
primer lokal ragional

Hipertermi

Sembuh
Melebar ke organ lain (paru lain, Sembuh sendiri
dengan bekas
saluran pencernaan, tulang melalui tanpa
fibrosis
media bronchogen pengobatan
perontinuitum,hematogen/limfogen

Radang tahunan dibronkus Pertahanan primer tidak adekuat

Berkembang Pembentukan tuberkel


menghancurkan jaringan
Kerusakan membran alveolar

Bagian tengah nekrosis

Pembentukan Menurunnya
Membentuk jaringan keju
sputum permukaan efek
berlebihan paru
Sekret keluar saat batuk
Batuk produktif MK: ketidakefektifan Alveolus

(batuk terus menerus) bersihan jalan nafas


Alveolus mengalami

konsolidasi & eksudasi


Droplet infection Batuk berat

MK: Gangguan
Terhirup orang Distensi abdomen
pertukaran gas
sehat

Mual,muntah
MK: Resiko
infeksi
Intake nutrisi

kurang

MK: Defisit
Nutrisi
V. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksananaan Medis

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :

1) Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1
– 3 bulan.
 Streptomisin inj 750 mg. Pas 10 mg.
 Ethambutol 1000 mg.
 Isoniazid 400 mg.
2) Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah
setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan
pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat dilakukan dengan minum
obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
 INH.
 Rifampicin. Ethambutol

Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi


6-9 bulan.

3) Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam


pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
 Rifampicin. Isoniazid (INH). Ethambutol.
 Pyridoxin (B6).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan melakukan :
1) Pemantauan tanda-tanda infeksi
2) Pemberian oksigen yang adekuat
3) Latihan batuk efektif
4) Fisioterapi dada
5) Pemberian nutrisi yang adekuat
6) Kolaburasi pemberian obat antituberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin,
etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2007. Hal 62) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada
klien dengan dengan tuberkulosis paru untuk menunjang
dignosis yaitu :
1. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis pada
stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA.
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi tidak mengindikasikan
penyakit yang sedang aktif.
4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian paru
paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura.
Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrosa.
5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan CSF, serta
biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada TB paru-
paru lanjut kronis.
8. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru paru.
9. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus
atau kerusakan paru-paru karena TB.
10. Darah: leukositosis, LED meningkat.
11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan
menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
parenkim paru-paru dan penyakit pleura.
VII. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB paru yang lain.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Meliputi keluhan yang menjadi faktor masuk ke RS
b) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengobatan.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.

VIII. PERUBAHAN POLA FUNGSI

Meliputi Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, Pola Nutrisi dan metabolik, Pola
Eliminasi, pola aktivitas dan latihan, Pola Istirahat dan Tidur, pola persepsi dan kognitif,
mekanisme koping dan toleransi terhadap stress, pola hubungan peran, pola reproduksi, Pola
nilai dan keyakinan.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda Vital
Biasanya tekanan darah pasien meningkat, suhu tubuh pasien TB paru
tinggi , pernapasan pendek dan cepat, denyut nadi meningkat
b) Pemeriksaan kepala dan leher
c) Pemeriksaan Integumen
Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor kulit jelek karena
keringat dingin dimalam hari
d) Pemeriksaan Thorak :
I : biasanya tidak simetris kiri dan kanan, penurunan ekspansi paru,
menggunakan otot asesori pernafasan, pernafasan dangkal.
P : biasanya fremitus kiri dan kanan sama
P : sonor kiri dan kanan
A : biasanya ada bunyi nafas tambahan ronkhi basah kasar dan nyaring
e) Pemeriksaan Jantung :
I : biasanya ictus cordis tidak terlihat.
P : biasanya ictus cordis teraba 2 jari.
P : biasanya bunyi redup
A : biasanya irama jantung cepat
f) Pemeriksaan Abdomen :
I : biasanya perut nya datar
A : biasanya terjadi penurunan bising usus.
P : tidak ada masa
P : baiasanya tidak kembung
g) Sistem Perkemihan : Biasanya keadaan dankebersihan genetalia pasien baik.
Biasanya pasien terpasang kateter.
h) Sistem Muskuloskeletal : Biasanya ada edema pada ekstermitas atas dan
bawah, dan kekuatan otot lemah.
i) Sistem Neurologi

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis pada
stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA.
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi tidak mengindikasikan
penyakit yang sedang aktif.
4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian paru
paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura.
Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrosa.
5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan CSF, serta
biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada TB paru-
paru lanjut kronis.
8. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru paru.
9. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus
atau kerusakan paru-paru karena TB.
10. Darah: leukositosis, LED meningkat.
11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan
menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
parenkim paru-paru dan penyakit pleura.

XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
3. Hipertemi berhubungan dengan imflamasi
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakadekutan intake nutrisi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen.
XII. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI

1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas


Bersihan Jalan
keperawatan diharapkan
Nafas Tidak Observasi
jalan napas paten dengan
Efektif
indikator: - Monitor pola napas
- Mendemonstrasikan - Monitor bunyi napas
batuk efektif dan suara tambahan
nafas yang bersih,
- Monitor sputum (jumlah,
tidak ada sianosis
warna, aroma)
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, Terapeutik
mampu bernafas
- Pertahankan kepatenan
dengan mudah, tidak
jalan napas
ada pursed lips)
- Posisikan semi fowler
- Menunjukkan jalan
atau fowler
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, - Lakukan fisioterapi dada,
irama nafas, frekuensi jika perlu
pernafasan dalam
- Lakukan penghisapan
rentang normal, tidak
lendir kurang dari 15
ada suara nafas
detik
abnormal)
- berikan oksigen, jika
- Mampu
perlu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor Edukasi
yang dapat
- anjurkan asupan cairan
menghambat jalan
2000 ml/hari, jika tidak
nafas
kontraindikasi
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Pemantauan respirasi
Observasi
- monitor pola napas
- monitot frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
- monitor saturasi oksigen,
monitor nilai AGD
- monitor adanya sumbatan
jalan napas
- monitor produksi sputum
Terapeutik
- atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Gangguan
2. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
Pertukaran Gas
keperawatan diharapkan
Observasi
karbodioksida pada
membran alveolus-kapiler - monitor pola napas
dalam batas normal
- monitot frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
- monitor saturasi oksigen,
monitor nilai AGD
- monitor adanya sumbatan
jalan napas
- monitor produksi sputum
Terapeutik
- atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigen
Observasi
- monitor kecepatan aliran
oksigen
- monitor posisi alat terapi
oksigen
- monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- monitor integritas mukosa
hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- bersihkan secret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
- berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di
rumah
Kolaborasi
- kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
Hipertermi keperawatan diharapkan suhu
tubuh tetap berada pada Observasi
rentang normal dengan - identifikasi penyebab
kriteria hasil : hipertermi ( mis:
- suhu tubuh dalam rentang dehidrasi, terpapar
normal lingkungan panas,
- suhu kulit membaik penggunakan inkubator)

- tidak menggigil - monitor suhu tubuh


- monitor kadar elektrolit
- monitor haluaran urine
- monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
- sediakan lingkungan yang
dingin
- longgarkan atau lepaskan
pakaian
- basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- berikan cairan oral
- hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan diharapkan
Observasi
status nutrisi membaik
dengan indikator: - Identifikasi nutrisi
- Berat badan membaik - Identifiaksi alergi dan
intoleransi makanan
- Indeks massa tubuh
membaik - Identifikasi makanan
yang disukai
- Nafsu makan membaik
- Identifikasi kebutuhan
- Bising usus membaik
kalori dan jenis nutrient
- Membran mukosa
- Identifikasi perlunya
membaik
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
jika perlu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
5. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama 3x24 Observasi
pertemuan diharapkan - Monitor tanda dan gejalan
risiko infeksi dengan infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil : Terapeutik
- Tidak ada tanda-tanda - Batasi jumlah pengunjung
infeksi - Berikan perawatan kulit
- Menunjukkan pada area edema
kemampuan untuk - Cuci tangan sebelum dan
mencegah timbulnya sesudah kontak dengan
infeksi pasien dan lingkungan
- Menunjukkan perilaku pasien
hidup sehat - Pertahankan teknik
aseptik pada pasien yang
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner $ Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta :
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta : EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

Tamboyang, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai