B. ETIOLOGI :
Etiologi Tuberculosis Paru adalah “Mycobacterium Tuberculosis”
( kuman berbentuk batang, panjang 1 – 4 /m, dengan tebal 0,3 – 0,5 m. sifat
kuman tahan asam dan aerob )
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam
dan lebih tahan terhadap kimia dan fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang
tinggi kandungan oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi
prediksi pada penyakit Tuberkulosis.
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 1
D. PATOFISIOLOGI :
Seseorang di curigai menghirup basil Mycobacterium Tuberculosis akan menjadi
terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada daerah
tersebut bakteri berkumpul dan berkembang biak. Penyebaran basil dapat juga
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain ( Ginjal, tulang, kortek
serebri ) dan area lain dari paru – paru ( lobus atas )
Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu
unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung
dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus
dibagian bawah lobus atas paru, basil tuberkel ini membuat peradangan. Sistem
kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempat tersebut dan mempagosit,
namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh ( makrofag
dan neutrofil) dan memfagositosis ( menelan ) bakteri. Lymposit yang spesifik
terhadap tuberkulosis menghancurkan ( melisiskan ) basil dan jaringan normal,
alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru ( granulomas ) merupakan gumpalan basil yang masih
hidup dan sudah yang mati, di kelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
potektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari
massa fibrosa ini di sebut “Tuberkel Ghon”. Bahan ( bakteri dan makrofag ) menjadi
nekrotik, membentuk massa sepeti keju ( nekrosis kaseosa ) Massa ini dapat
mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, Bakteri
menjadi non - aktif.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respon
sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang
atau aktifnya bakteri yang tidak aktif.pada kasus ini terjadi ulserasi pada Ghon
tubercle dan akhirnya menjadi perkejuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses
penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi kemudian
meradang mengakibatkan bronkopneumonia, pembentukan tuberkel dan seterusnya.
Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan
terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk
jaringan parut dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 2
E. KOMPLIKASI
Komplikasi TBC meliputi :
Komplikasi Dini
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Empiema
4. Laringitis.
5. Menjalar organ lain ---- usus.
Komplikasi Lanjut
1. Obstrusi jalan nafas ..... SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
2. Kerusakan parenkim paru berat ..... SOPT / fibrosis paru, korpulmonal
3. Ailoidosis
4. Karsinoma Paru
5. ARDS (Akut Respiratory Distres Sindrom) / Sindrom gagal nafas dewasa
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pada tahap dini sulit diketahui.
b. Bentuk dinding dada pigeon chest / pectus carinatum / dada burung
c. Ekspansi dada asimetris
d. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong kesisi yang sakit.
e. Ronchi basah, kasar dan nyaring terjadi akibat adanya peningkatan produksi
sekret pada saluran pernafasan
f. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik/ bergermuruh
g. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
h. Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Radiologi :
1) Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas / terdapat lesi pada lobus atas
2) Pada kavitas bayangan berupa cincin.
3) Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi
4) Tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol
keatas.
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 3
b. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
c. Laboratorium :
1) Darah : leukosit meningkat, LED meningkat
2) Kultur Sputum /Usap BTA: positif terdapat kuman mycobacterium →
Diagnosis TBC
3) Test kulit tuberkulin / Test Mantoux : Skin test dengan menginjeksikan
PPD (Derivat Protein yang dimurnikan 0,1 ml) : reaksi positif ; dg indurasi
10 mm/>, timbul 48-72 setelah injeksi dianggap signifikan yang
menandakan bahwa pasien akhir – akhir ini telah terpajan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.
G. PENATALAKSANAAN :
Keperawatan
1. Peningkatan bersihan jalan nafas
2. Memberikan posisi yang tepat untuk memudahkan drainase
3. Memberikan oksigen masker dengan kelembaban tinggi
4. Meningkatkan masukan cairan
5. Meningkatkan aktivitas
6. Memberikan nutrisi yang adekuat (makan dengan porsi kecil dan sering)
7. Penyuluhan tentang :
Kepatuhan terhadap regimen pengobatan (minum obat secara teratur : obat,
jadwal dan efek samping)
Cara mencegah penularan : berbicara, batuk, bersin, tertawa dan bernyanyi.
Menjaga pentingnya higyene : perawatan mulut dll
Medis
1 Pemberian obat-obatan :
a. OAT (obat anti tuberkulosa) :
Obat Primer Obat Sekunder
o Isoniazid (INH) Ekonamid
o Rifampisin (RIF) Protionamid
o Pirazinamid (PZA) Sikloserin
o Streptomisin(SM) Kanamisin
o Etambutol (EMB) PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
Tiasetazon
Viomisin
Kapreomisin
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 4
2) Nama obat : EMB ( Ethambutol hydrochloride )
Dosis : Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai
dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai
15 mg/kgBB/hr
Anak :6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Efek samping : optik neurisis ( dapat menjadi buta ) dan skin rash
3) Nama obat : ( RIF ) Rifampisin
Dosis : 10 mg / Kg BB Per Oral 1 x 450 mg
Efek samping : hepatitis, reaksi demam, purpura, nausea dan vomitus
4) Nama obat : ( PZA ) Pyrazinamide
Dosis : 15 – 30 mg / Kg BB/ Per Oral
Efek samping : hiperurikemia, hepatotoksisitas, skin rash, atralgia dan
distress gastrointestinal.
5) Nama obat : ( SM ) Sreptomisin
b. Bronchodilatator
c. Espektoran
d. OBH
e. Vitamin
2 Fisioterapi dan rehabilitasi
3 Penanggulangan Khusus Pasien
Tuberkulosis paru di obati terutama dengan agen kemoterapi (agen
antituberkulosis) selama periode 6 – 12 bulan
a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
- Menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan
cara pemberian.
- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 5
4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid
jangka lama)
5. Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi
6. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.
H. DIAGNOSA PERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
Sekret yang kental--- akumulasi sekret
Edema trakeal / faringeal.
Sekresi trakheobronkial yang sangat banyak
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan :
Penurunan efektifitas paru, atelektasis.
Kerusakan membran alveolar kapiler.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
Kelemahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum : dyspnoe, anorexia,
4. Potensial infeksi atau penyebaran infeksi TB berhubungan dengan :
Pertahanan primer tidak adekwat, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan.
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,perubahan status nutrisi dan
demam
6. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan,
pencegahan, berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas
pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.
Pathway.
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 6
Mycobacterium Tuberculosis
Alveoli
Sitoplasma makrofag
(dalam jarigan paru)
Lemah
DAFTAR PUSTAKA
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 7
Doengoes, E. Marlyn, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Judul Asli :
Nursing Care Plann. Alih Bahasa : Kariasa, Made I. Sumarwati, Made Ni.
EGC. Jakarta.
Shulman, Stanford T (Et Al), 1995. Dasar Biologis Dan Klinis ; Penyakit Infeksi. Edisi
Keempat. Gadjah Mada University Press.
Smeltzer, suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Brunner &
Suddart, Ed 8 volume I. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman ( 2009 ). Asuhan Keperawatan Pada Pasien d
Toetik Files / poltekkes Bhakti Mulia /progdi D III Keperawatan / KMB II Pernafasan TBC / 2020 8