Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN IKM-IKK Makassar, 5 juni 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH
UPAYA PROMOTIF dan PREVENTIF

Oleh :
Rahmawati, S. S. Ked
111 2016 2063
Andi Suryani Tenri Awaru, S. Ked
111 2015 2165

BAGIAN IKM-IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dahulu, pembicaraan tentang organ reproduksi selalu dianggap tabu.
Jangankan untuk konsultasi ke dokter, sekadar bertanya kepada orang terdekat
(orangtua) saja merasa malu dan sungkan. Oleh karena itu, pengetahuan
masyarakat akan hal-hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi tergolong
rendah. Hal ini bisa menjadi pemicu munculnya berbagai macam keluhan dan
permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Organ reproduksi adalah salah satu bagian terpenting dalam tubuh
manusia yang memiliki peran besar dan tergantikan oleh organ yang lain.
Pengetahuan tentang kesehatan organ reproduksi, sangat perlu dibahas dan
diketahui oleh kaum wanita, baik yang sudah menjadi ibu-ibu maupun bagi
remaja putri, agar dapat menjaga kesehatan dan memfungsikan organ reproduksi
secara benar dan bertanggung jawab.
Dengan upaya upaya penyebarluasan pengetahuan kesehatan organ
reproduksi, maka kita telah dapat disebut melakukan pencegahan secara promotif
dan preventif.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kesehatan Reproduksi” yang berjudul
“Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan”.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui upaya promotif dan preventif menurut Leavel dan Clark
b. Untuk mengetahui tentang upaya health promotion
c. Untuk mengetahui tentang upaya general dan specific protection
d. Untuk mengetahui tentang upaya early diagnosis dan prompt treatment
e. Untuk mengetahui tentang upaya disability limitation
f. Untuk mengetahui tentang upaya rehabilitation
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
A. PENGERTIAN
1. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan adalah
keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan
hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh, yang semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua
hal yang berkaitan dengan semua system yang terjadi pada tubuh manusia ,
serta fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2003).

2. Promotif (Promosi Kesehatan)

Menurut WHO, berdasarkan piagam Ottawa / Ottawa Charter (1986)


mengenai promosi kesehatan sebagai hasil Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan di Ottawa Canada, promosi kesehatan merupakan
suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan
kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (self
empowerment).

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut


pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan
(Green dan Ottoson,1998).

Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan,


kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan
melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan
dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat.

3
Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan ketrampilan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat (Depkes RI, 2006).

3. Preventif

Preventif adalah usaha yang ditunjukkan untuk mencegah terjadinya


penyakit melalui usaha-usaha pemberian immunisasi pada bayi dan anak,
ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi
penyakit secara dini (Effendy, 1998).

Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang


artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai
upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan,
kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo
dan Latipun, 2005 : 145 ).

B. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN


Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3
hal, yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat

2. Peningkatan perilaku masyarakat

3. Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan,


yaitu :

1. Tujuan Program (program objective)

4
Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan
epidemiologi, berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan ini harus mencakup who will in how much of what by
when. Tujuan program juga sering disebut tujuan jangka panjang
(Contohnya: mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun
50% setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun).
2. Tujuan Pendidikan (Education Objective)

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar


tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga
tujuan jangka menengah (Contohnya: cakupan angka kunjungan ke
klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan
tiga tahun).

3. Tujuan Perilaku (Behavioral Objective)

Merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran


perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.
Tujuan perilaku berhubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan.
(Contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di
tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan enam
bulan).
(Maulana, 2009).

C. PENCEGAHAN PENYAKIT (USAHA PREVENTIF)


1. Pengertian
Preventif adalah usaha yang ditunjukkan untuk mencegah terjadinya
penyakit melalui usaha-usaha pemberian immunisasi pada bayi dan anak,

5
ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi
penyakit secara dini (Effendy, 1998).

Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan


untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata
lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan
penyakit, memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi tubuh dari
berkelanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan (Effendi dan
Makhfudli, 2009).

2. Tingkat Pencegahan
Menurut Leavell dan Clark (1965) dalam bukunya “Preventive
Medicine for the Doctor in his Community”, membagi usaha pencegahan
penyakit dalam 5 tingkatan pencegahan yang dapat dilakukan pada masa
sebelum sakit dan pada masa sakit. Kelima tingkatan pencegahan tersebut
dapat dikelompokkan ke dalam 3 upaya pencegahan yaitu:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan
sebelum terjadinya patogenik atau dilakukan saat individu belum
menderita sakit. Tujuanya adalah untuk mencegah penyakit dan
trauma. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health
promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection).

1) Promosi kesehatan (Health promotion)

a) Pengertian

Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu


bentuk definisi mengenai promosi kesehatan. Promosi
Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu

6
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan
fisik, sosial budaya dan sebagainya). (Ottawa Charter, 1986).

Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan


batasan lain pada promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah
program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri,
maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

b) Tujuan

a. Membangun kebijakan masyarakat sehat

b. Membangun keterampilan personal

c. Memperkuat partisipasi komunitas

d. Menciptakan lingkungan yang mendukung

e. Reorientasi pelayanan kesehatan

c) Ruang lingkup promosi kesehatan

1. Pendidikan Kesehatan (Health education)

2. Pemasaran sosial (sosial marketing)

3. Penyuluhan

4. Upaya peningkatan (Promotif)

5. Advokasi di bidang kesehatan

6. Pengorganisasian, pengembangan, pergerakan, pemberdayaan


masyarakat

d) Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan


pelaksanaan

7
1. Promosi kesehatan tatanan keluarga

2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah

3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja

4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum

5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

e) Usaha pencegahan
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan
kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha diantaranya :
1. Perbaikan dan peningkatan gizi.
2. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perseorangan.

3. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti


penyediaan air bersih, perbaikan dan penyediaaan tempat
pembuangan sampah, perumahan sehat.

4. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.


5. Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing individu.

6. Kesempatan memperolah hiburan yang sehat untuk


memungkinkan perkembangan kesehatan mental dan sosial.

7. Nasehat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung


jawab.

(Effendy, 1998)

2) Perlindungan khusus (Specific protection)

a) Pengertian

Spesific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah


terjadinya penularan penyakit tertentu (Maulana, 2009).

8
Tujuannya blm

b) Usaha pencegahan

1. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk


mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu.

2. Isolasi terhadap penderita penyakit menular.

3. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-


tempat umum dan di tempat kerja.

4. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat


karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.

5. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.

(Effendy, 1998)

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang di lakukan pada
fase awal patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan
intervensi guna menghentikan penyakit pada tahap dini, mencegah
penyebaran penyakit, menurunkan intensitas penyakit atau mencegah
komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan. Pencegahan
sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit. Pencegahan
sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini dan penanganan
segera (early diagnosis and prompt treatment).
Diagnosis dini dan penanganan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
a) Pengertian
Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau
tindakan pencegahan pada seseorang atau kelompok yang
memiliki resiko terkena penyakit.

9
Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang
dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai
masalah yang terjadi.

b) Tujuan
1. Mencegah penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan
penyakit menular.
2. Mengobati dan menghentikan proses penyakit.
3. Menyembuhkan orang sakit.
4. Mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
c) Usaha pencegahan
1. Mencari kasus sedini mungkin (case finding).
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin.
3. Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu seperti
penyakit kusta, TBC.
4. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita
(case holding).
5. Mencari orang-orang yang pernah berhubungan dengan
penderita berpenyakit menular (contact person).
6. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan
kasus.
(Effendy, 1998)

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah atau membatasi
ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien yang tidak
mampu agar dapat berfungsi secara optimal. Pada proses ini
diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga
individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental

10
dan sosial. Langkah pencegahan ini antara lain di lakukan melalui
upaya pembatasan ketidakmampuan (disability limitation) dan
rehabilitasi (rehabilitation).
1. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
a) Pengertian
Pembatasan kecacatan adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang
ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kasus atau penyakit
yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan dapat berupa perawatan untuk menghentikan
penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala
fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian
(Hidayat, 2008).

b) Tujuan
1. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar
terarah dan tidak menimbulkan komplikasi.
2. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
3. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih
intensif.
(Effendy, 1998)

c) Usaha pencegahan
1. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar
terarah dan tidak menimbulkan komplikasi.
2. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
3. Perbaikan fasilitas kesetahan sebagai penunjang untuk
dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih
intensif.
(Effendy, 1998)

11
2. Rehabilitasi (rehabilitation).
a) Pengertian
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas
penderita kedalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya
b) Tujuan
c) Bentuk Rehabilitasi
1) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya. Misalnya, seorang yang karena kecelakaan,
patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki
yang patah yaitu denganmempergunakan kaki buatan yang
fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.
2) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan.
Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badania
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.untuk
hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
3) Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan /
jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang
semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak
mampuannya.
4) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang

12
fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata palsu.
d) Usaha pencegahan
1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat.
2. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang
bersangkutan untuk bertahan.
3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga
setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan
diri.
4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
(Effendy, 1998)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya.

13
Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalma 3
golongan, yaitu : Usaha pencegahan (usaha preventif), Usaha pengobatan (usaha
kuratif) dan Usaha rehabilitasi
Leavell dan Clark dalam bukunya “ Preventive Medicine for the Doctor in
his Community” , membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang
dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha
pencegahan itu adalah :
 Masa sebelum sakit :
1. Health promotion
2. Spesific protection
 Pada masa sakit :
1. Early diagnosis and prompt treatment
2. Disibility limitation
3. Rehabilitation

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar–Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC.
Effendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas:
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: EGC.

14
Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Widyastuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :


Fitramaya.

15

Anda mungkin juga menyukai