Anda di halaman 1dari 113

TUGAS FINAL

KESEHATAN REPRODUKSI

NAMA : NIRMALASARI. B

NIM : 17 3145 301 049

KELAS :C

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK


STIKES MEGA RESKI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

1
DAFTAR ISI

BAB I UPAYA PROMOTIF DAN PREFENTIF DAN PROGRAM

DEPKES DALAM KESPRO

A. Latar belakang.3

B. Pembahasan ..7

1. Pengertian promotif dan prefentif ..7

a. Upaya promotif dan prefentif.9

b. Tingkat-tingkat usaha promotif dan prefentif...9

c. Masa sakit.15

2. Program depkes dalam kespro20

a. Pengertian depkes dalam kespro....20

b. Sm (safe motherfood).23

c. Program depkes mps dan safe motherfood28

d. Program mps dalam mengurangi AKI di indonesia...29

e. Cakupan pelayanan....30

f. Program kemitraan dalam sektor..32

g. Program pemberdayaan wanita dan keluarga....33

h. Program pemberdayaan masyarakat...35

DAFTAR PUSTAKA.36

2
BAB I

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM KESPRO DAN

PROGRAM DEPKES DALAM KESPRO

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,

mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system

reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana

manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu

menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Kesehatan menurut Undang-Undang No.36/2009 mencakup empat

aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa, spiritual, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang mampu hidup produktif secara sosial

maupun ekonomis. Kesehatan Reproduksi menurut Undang-Undang

No.36/2009 adalah keadaaan sehat secara fisik, mental dan sosial

secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-

laki dan perempuan (Lubis, 2013).

Promosi kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting

dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu memperoleh

pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat sesuai dengan

lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong

dirinya sendiri dibidang kesehatan.

3
Upaya promotif adalah serangkaian upaya untuk memberikan

pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, dan masyarakat guna

mempengaruhi perilaku, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan.

Hak reproduksi dan kesehatan reproduksi sangat erat kaitannya

dengan isu gender dan kesehatan perempuan, karena mereka mempunyai

kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi yang khususnya sehubungan

dengan kodratnya sebagai perempuan. Sangat penting untuk mengakui

bahwa warga berhak atas perawatan kesehatan tanpa diskriminasi,

termasuk upaya-upaya pencegahan dengan standar yang setara dengan

yang tersedia di masyarakat (WHO, 1993). Perempuan memiliki akses

yang lebih sedikit terhadap pelayanan perawatan kesehatan bila

dibandingkan dengan laki-laki. Perawatan kesehatan reproduksi mungkin

juga terbatas atau tidak tersedia dan berbagai materi promosi kesehatan,

informasi dan pengobatan (termasuk untuk HIV dan ketergantungan obat)

sering lebih terbatas perempuan di banding untuk laki-laki. Beberapa

kajian menunjukkan bahwa perempuan setidak-tidaknya dua kali lebih

besar kemungkinannya untuk tertular HIV melalui seks. Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang sebelumnya sudah ada dapat meningkatkan risiko

tertular HIV dan proporsi perempuan dengan IMS relatif tinggi.

Pengabdian Masyarakat yang dilakukan dengan memberikan pendidikan

kesehatan tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap smear merupakan

upaya preventif terhadap permasalahan kesehatan reproduksi.

4
Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar

terguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah

juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan

nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga

dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu

ini.

Menurunkan AKI dan anak merupakan dua tujuan pembangunan

millennium yang dimana dalam poin empat yaitu mengurangi tingkat

kematian anak dan poin lima meningkatkan kesehatan ibu yang disepakati

oleh hampir seluruh negara di dunia pada Deklarasi Milenium di tahun

2000. Tingginya AKI di Indonesia telah lama menjadi salah satu

keprihatinan utama berbagai upaya telah dilakukan untuk mengakselerasi

penurunan tersebut.

Kematian ibu dapat diturunkan secara signifikan dengan investasi yang

terbatas melalui program yang efektif, kebijakan dan upaya di bidang

hukum yang menunjang, maupun intervensi sosial dan masyarakat.

Perhatian khusus difokuskan pula pada kegiatan-kegiatan berbasis

masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar wanita dan bayi baru

lahirnya mempunyai akses terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau

menggunakannya, jika dibutuhkan, dengan penekanan khusus pada

penolong persalinan yang terampil dan penyediaan pelayanan dan

berkelanjutan.

5
Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950 telah

melakukan suatu bentuk kerjasama dengan organisasi internasional yang

bernaung di bawah PBB tersebut, yang bergerak dalam bidang kesehatan

dunia untuk menangani permasalahan AKI ini. Dalam kerjasama ini

pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan (Depkes) sangat

berperan penting karena dalam pelaksanaan program MPS ini, Depkes

mengadopsi langkah strategi yang dicanangkan oleh WHO dan

menjalankan dengan maksimal untuk mensukseskan Pembangunan

Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy

Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia

dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang

berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak

perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada

pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan

intervensi klinis dan pelayanan kesehatan. Dalam konteks Rencana

Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, visi MPS adalah:

Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan

persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat.

6
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian promotif dan preventif secara umum

Upaya promotif adalah untuk meningkatkan status atau derajat

kesehatan reproduksi yang optimal dan merupakan langkah awal

yang sangat penting dalam pelayanan antenatal yang ada, dengan

menitikberatkan pada kegiatan promitif. Sasarannya adalah kelompok

ibu-ibu sehat.

Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk

mencegah terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang

dengan resiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah kelompok resiko

tinggi dan agar tidak jatuh menjadi (primery prepention). Betuk

kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, perinatal

dan neonatal.

Menurut Leavel dan Clark, upaya promitif dan preventif yang

disebut juga sebagai upaya pencegahan adalah segala kegiatan yang

dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah

suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan

dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi

perilaku menghindar.

Upaya promotif dan preventif menurut leavell and clark Dalam

perkembangannya, untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk

penyakit dikenal tiga tahap pencegahan :

7
1. Pencegahan primer : dilakukan pada masa individu belum menderita

sakit, upaya yang dilakukan ialah :

1) Promosi kesehatan (health promotion) yang ditujukan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah keshatan

2) Perlindungan khusus (spesifik protection) upaya spesifik untuk

mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya

melakukan imunisasi, peningkatan keterampiln remaja untuk

mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menaggulangi

stress dan lain-lain.

2. Pencengahan sekunder : dilakukan pada masa individu mulai sakit

1) Diagnose dini dan pengobatan segera

(early diagnosis and promt treatment), tujuan utama dari

tindakan ini ialah :

a) Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan

penyakit menular.

b) Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,

menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya

komplikasi dan cacat.

2) Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang

terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi

berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih

buruk lagi.

8
a. Pencegahan tersier : dilakukan pada tahap penyembuhan

rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita

tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat

berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.

a. Manfaat Upaya Promotif Dan Preventif

Upaya promotif dan preventif menurut Leavel dan Clark, bermanfaat

untuk:

1. Menurunkan angka kesakitan

2. Meningkatkan presentase kasus yang di deteksi dini pada stadium

awal

3. Menurunkan kejadian komplikasi

4. Meningkatkan kualitas hidup

b. Tingkat-tingkat usaha promitif dan preventif

Untuk mengatasi permasalahan kesehatan di keluarga dan

masyarakat termaksud kesehatan reproduksi perlu memperhatikan

prinsip pokok utama promotif dan preventif.Menurut Leavel dan Clard

dalam bukunya prefentif medicine for the doctor in his community

membagi usaha pencegahan dalam lima tingkatan :

Usaha pencegahan itu adalah :

1. Masa sebelum sakit

a. Health Promition (mempertinggi nilai kesehatan)

9
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan

kesehatan pada umumnya. Menurut Machfoedz Ircham dalam

bukunya Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan,

usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan diantaranya :

1) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas

Karena adanya hubungan langsung antara gizi dan

penyakit, maka untuk mencegah terjadinya masalah

kesehatan yang berhubungan makanan maka masyarakat

diharuskan dapat memperhatikan :

a) Asupan makanan yang dimakan

a) Bahan makanan pokok

b) Bahan makanan lauk pauk

c) Bahan ma kanan sayur

d) Bahan makanan buah-buahan

Setelah dikonsumsi, bahan makanan akan menjadi zat makanan yang

berfungsi :

1. Sebagai sumber energy dan tenaga

2. Menyokong pertumbuhan badan

3. Memelihara jaringan tubuh

4. Mekanisme pertumbuhan tubuh

Jika tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi maka fungsi-fungsi akan

menderita gangguan dan hambatan

b. Pengawasan terhadap makanan yang di makan

10
Makanan adalah sesuatu yang sangat berharga sekali, orang

tidak boleh membiarkan makanan menjadi buruk keadaannya oleh

karena itu makanan di jaga kebersihannya sejak pertama kali di

buat hingga saat akan di makan. Makanan yang busuk atau

tercemar dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.

Upaya yang dilakukan untuk mecegah terjadinya pencemaran

terhadap makan adalah :

1. Usahakan agar lalat, tikus, dan binatang lainya tidak menyentu

atau memakan makanan yang akan di makanan.

2. Makanan yang telah di masak harus di makan.

3. Usahakan agar alat dapur tetap bersih.

4. Cuci tangan sebelum memegang ataupun mempersiapkan

makanan.

c. Perbaikan higene dan sanitasi lingkungan seperti :

1) Penyediaan air rumah tangga yang baik

Seperti kita ketahui bahwa banyak sekali penyakit yang di

sebabkan oleh air yang kotor atau air yang tercemar. Agar sehat

maka orng membutuhkan air bersih untuk, minum,

membersihkan dan memasak makanan, mandi, mencuci

pakaian, dan lain-lain. Pengadaan air bersih amat penting untuk

kesehatan masyarakat.

Upaya yang di lakukan adalah dengan memperoleh air yang

bersih dari keran yang terjamin kebersihannya, sumur gali,

11
pompa air. Air yang dapat di minum dari manapun asalnya

seharusnya di masak terlebih dahulu agar terbebas dari kuman-

kuman yang membahayakan. Satu hal yang amat penting bahwa

semua anggota masyrakat harus secara sadar mengembangkan

mutu air tersebut untuk kepentingan rumah tangga dan

kepentingan bersama.

2) Perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah

Setiap rumah tangga menghasilkan sampah yang berasal dari

memasak, sisa makanan, menyapu, membersihkan dan hasil

kerja yang lainnya. Bila sampah berceceran begitu saja di

sekitar rumah maka dapat mendatangkan penyakit. Agar hidup

menjadi sehat dan untuk mencegah timbulnya penularan

penyakit, sebaiknya sampah di kelolah secara aman dan hati-

hati.

d. Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain

Pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil di luar

nikah, yang terkena penyakit infeksi akibat seks bebas dan

pelayanan keluarga berencana.

Pelayanan Kb di peruntuhkan bagi usia reproduksi yang telah

berkeluarga dan belum ingin hamil / ingin menunda kehamilannya.

e. Pendididkan kesehatan pada masyarakat, diantaranya:

1. Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan menyusui

12
2. Konseling mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi pada

remaja, masa dewasa dan lansia.

3. Sex education secara dini oleh orang tua, kelompok LSM,

sekolah-sekolah

f. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian

yang baik.

Upaya ini ditujukan kepada anggota masyarakat yang masih

berada dalam keadaan pre-pathogenesis yang dikenal dengan

penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan jiwa. Seseorang

dikatakan sehat jiwanya apabila orang itu dapat mengendalikan

pikirannya secara teratur dalam segala perilaku.

Penyuluhan dan bimbingan di berikan sejak manusia masih dini,

misalnya dengan membiasakan anak teratur dalam buang air besar

atau air kecil, membiasakan tidur secara teratur, membiasakan berdoa

sebelum makan, atau sebelum tidur, membiasakan mengucapkan

syukur dan terima kasik kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada

siapapun yang membrikan sesuatu dan menghargai pendapat orang

lain. Selain itu suasana rumah tangga yang harmonis sangat baik

untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak dan kesehatan jiwa

seluruh anggota keluarga.

Specic protection ( memberikan perlindungan khusus terhadap

masalah kesehatan atau penyakit tertentu, diantaranya:

1. Imunisasi/ vaksinasi untuk pencegahan penyakit-penyakit tertentu.

13
Penyakit infeksi banyak menyebabkan kematian. Penyakit ini

biasanya di sebabkan oleh kuman yang menyerang tubuh. Tubuh

bias melindungi diri dari kuman bila orang tersebut diimunisasi.

Imunisasi berarti bahwa obat yang disbut vaksin disuntikanke dalam

tubuh atau ditelan untuk melindungi kemungkinan serangan kuman.

Masyarakat perlu mengetahui bahwa anak-anak dan wanita hamil

dapat dilindungi dari penyakit menular dengan imunisasi. Penyakit

menular yang dapat di cegah dengan imunisasi adalah TBC, Difteri,

batuk rejan, tetanus, poliomealitis, hepatitis, campak, colera,

typhus, paratyphus, cacar dan radang otak.

g. Isolasi penderita penyakit menular

Isolasi dilkukan pada penderita penyakit menular yang dapat

menyebarkan penyakitnya kepada masyrakat lain

h. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun di

tempat kerja. Berbagai kecelakaan biasa di alami dan di derita oleh

para pekerja misalnya kecelakaan karena alat kerja, gangguan

kesehatan karena suasana dan tempat kerja. Kecelakaan atau

gangguan yang di alami atau diderita oleh para pekerja di sebabkan

oleh alat-alat kerja yang tidak memenuhi syarat, bekerja tanpa alat

perlindungan, tempat kerja tidak memenuhi persyaratan kesehatan,

suasana kerja yang tidak tenang dan pekerja yang tidak baik tentang

keadaan kesehatannya atau karena pekerjaan yang tidak sesuai

dengan pendidikan, minat dan bakat pekerja itu sendiri.

14
Untuk menghidari terjadinya kecelakaan dan gangguan-gangguan

kesehatan itu maka setiap pekerja harus diteliti dulu tentang keadaan

kesehatannya sebelum diterima menjadi pekerja, di samping itu perlu

adanya jaminan upah yang cukup sesuai dengan pendidikan dan sifat

pekerjaanya.

Alat-alat kerja pun disesuaikan dengan ukuran dan kemampuan tubuh

pekerja,para pekerja,perlu alat pelindung kerja.syarat tempat kerja pun

harus sesuai,misalnya luas ruangan,penerangan,pentilasi,kerapian dan

kebersihannya perlu memenuhi persyaratan kesehatan. Suasana kerja

pun diciptakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan keresahan

pada para pekerja.

i. Perlindungan terhadap penganiayaan,pelecehan seksual dan

diskriminasi terhadap hak reproduksi wanita,tindakan kekerasaaan

pada anak dan mauoun wanita.

Upaya yang dilakukan agar tidak terjadi penganiyaan, pelecehan

seksual, tindakan kekerasaan terhadap anak maupun wanita adalah

ketetetapannya undang-undang perlindungan anak,perlindungan

wanita,undang-undang kekerasaan pada wanita

c. Masa saat sakit

1. Early diangdosis and promitife treantment (mengenal dan

mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan

pengobatan yang tepat dan segera).

15
Tujuan utama dari usaha ini adalah :

2. Pengobatan yang setepat-tepatnya dari setiap penyakit

sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna.

3. Pencegahan penularan pada orang lain, bila penyakitnya

menular

4. Mencegah terjadinya kecatatan yang diakibatkan oleh suatu

penyakit.

Beberapa usaha diantaranya :

a) Case finding

Yaitu yang mencari penderita di masyarakat dengan jalan

pemeriksaan, misalnya pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan papsmer, dan sebagainya serta memberikan

pengobatan.

b) Contat tracing

Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan

penderita penyakit menular dan penyakit infeksi untuk

diawasi bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan

pengobatan, misalnya pada wanita yang menderita penyakit

menular seksual seperti gonorhoe, sipilis, hepatitis B,

HIV/AIDS dan sebagainya, pesangannya diperiksa dan

diberikan pengobatan agar penyakitnya tersebut.

c) Pendidikan kesehatan pada masyarakat

16
agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada

tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat

perlu mengetahui dan menyadari bahaya penyakit kelamin

untuk dirinya, keluarga dan keturunannya. Agar mereka

menyadari penularan penyakit kelamin tersebut, maka

mereka yang merasa telah berbuat segera memeriksakan

dirinya untuk segera diobati.

Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau

tidaknya usaha pengobatan tidak hanya tergantung pada

baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatan,

melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu

diberikan.

Pengobatan yang lambat akan menyebabkan usaha

penyembuhan lebih sulit bahkan mungkin tidak dapat

sembuh lagi misalnya pada pengobatan kanker yang

terlambat.

5. Disability limitation (pembatasan kecatatan dan berusaha untuk

menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan

oleh suatu masalah kesehatan dan penyakit).

Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha early diagnosis and

promotife treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan

yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat

(tidak terjadi komplikasi ). Bila sudah terjadi kecatatan maka

17
dicegah agar kecatatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi

dari alat tubuh yang cacat ini dipertahan semaksimal mungkin.

Beberapa usaha diantaranya :

a) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecatatan.

b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan

pemeriksaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya agar penderita

dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada komplikasi

lanjut.

c) Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi.

Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan

benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak

mengalami komlikasi. Selain itu untuk mencegah terjadinya kompliksi

maka penderita yang dalam tahap pemulihan dianjurkan untuk

berkunjung kefasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukakn

pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna.

6. Rehabilitation (rehabilitasi)

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita

kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota

masyarakat yang berguna untuk didrinya dan masyarakat.

Rehabilitasi terdiri dari :

a) Rehabilitasi fisik

18
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal

mungkin, misalnya seorang wanita yang terkena tindak kekerasan

dalam rumah tangga seperti wajahnya tersiram air keras, maka

wanita tersebut harus diberikan pengobatan secepatnya baik pada

wajah atau anggota tubuh lainnya agar wanita tersebut dapat

kembali ketengah masyarakat dan tidak merasa malu akibat luka

yang ditimbulkan tersebut.

b) Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam

hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan, misalnya

seorang wanita yang mengkomsumsi zat atau obat-obat terlarang

maka wanita tersebut akan mengalami dampak buruk dari

mengkomsumsi obat-obat terlarang tersebut diantaranya emosi

labi, moral rusak yang akan membuat wanita tersebut menjadi

rendah diri dan merasa dikucilkan.

c) Rehabilitasi sosial vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan dalam

masyarakat dengan kafasitas kerja yang semaksimal sesuai

dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

d) Rehabilitasi aestetis

Yaitu untuk mengembalikan rasa keindahan walaupun kadang-

kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat

dikendalikan , misalnya penggunaan mata palsu, operasi wajah

19
pada penderita yang mengalami kerusakan pada wajahnya akibat

tindak kekerasan, operasi vagina pada wanita yang telah

berkeluarga dan tetap menjaga keharmonisan keluarganya

2. PROGRAM DEPKES DALAM KESPRO

a. Pengertian MPS (Making Pregnancy Safer) dan SM (Safe

Motherhood)

1). MPS (Making Pregnancy Safer)

Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor

kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan

dan kesakitan ibu dan bayi. Strategi MPS merupakan tonggak

sejarah yang menandai komitmen baru untuk memastikan hak

ibu dan bayinya. Strategi MPS disusun berdasarkan

pengetahuan epidemiologi yang didapat sejak pencanangan

Prakarsa Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987.

Pesan Kunci MPS Kompleksnya masalah kematian ibu

memerlukan strategi kesehatan yang memastikan bahwa:

a) Setiap persalinan harus diinginkan.

b) Setiap persalinan dilayani tenaga kesehatan terlatih.

c) Setiap komplikasi memperoleh pertolongan.

Kerangka fikir MPS dalam Safe Motherhood dukungan yang

efektif untuk upaya Safe Motherhood nasional membutuhkan

pelaksanaan kegiatan dalam kerangka pikir MPS yang meliputi

area:

20
1) Membangun Kemitraan.

2) Advokasi

3) Penelitian untuk Pengembangan.

4) Penyusunan Standar dan Instrumen.

5) Meningkatkan Dukungan Kapasitas, Teknis dan

Kebijaksanaan.

6) Monitoring dan Evaluasi

Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan

bayi baru lahir di Indonesia. Strategi kegiatan yang akan

dilakukan melalui kemitraan dengan pemerintah dan mitranya :

a) Meningkatkan kapasitas pemerintah.

b) Menyusun atau memperbaharui kebijaksanaan dan standar

nasional pelayanan kebidanan untuk Kesehatan lbu Anak,

KB, termasuk pelayanan pasca abortus,pelayanan aborsi

bila dilegalkan) dan menyusun kombinasi perundangan

untuk mendukung kebijaksanaan dan standar ini.

c) Membangun sistem yang menjamin pelaksanaan standar ini

dengan baik.

d) Meningkatkan akses kepada pelayanan kesehatan ibu-anak

dan pelayanan KB yang efektif dengan memacu investasi

sektor pemerintah dan swasta sertamengembangkan

pengaturan alternatif (seperti melalui kontrak) untuk

21
memaksimumkan kontribusi pihak swasta pada tujuan

nasional.

e) Mendorong pelayanan di tingkat keluarga dan masyarakat

yang mendukungkesehatan ibu anak dan KB.

f) Meningkatkan sistem untuk monitoring pelayanan

kesehatan ibu dan anak.

g) Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dalam

agenda pembangunan kesehatan nasional dan

internasional

Sebagai komponen penting dari Safe Motherhood nilai tambah

Making Pregnancy Safer terletak pada fokus pada sektor kesehatan.

Meskipun tujuan Safe Motherhood dan MPS sama, MPS memiliki

fokus yang lebih kuat yang dibangun atas dasar sistem kesehatan

yang mantap, untuk menjamin pelaksanaan intervensi yang cost-

effective dan berdasarkan bukti, yang bertujuan untuk menanggulangi

penyebab utama kematian ibu dan kematian bayi baru lahir.

Tujuannya adalah menanggulangi penyebab utama kesakitan dan

kematian ibu dan bayi baru lahir. Perhatian khusus difokuskan pula

pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang diperlukan untuk

menjamin agar wanita dan bayi baru lahirnya mempunyai akses

terhadap pelayanan yang diperlukan, dan mau menggunakannya, jika

dibutuhkan, dengan penekanan khusus pada penolong persalinan

yang terampil dan penyediaan pelayanan dan berkelanjutan.

22
Indonesia yang telah menjadi anggota WHO sejak tahun 1950

telah melakukan suatu bentuk kerjasama dengan organisasi

internasional yang bernaung di bawah PBB tersebut, yang bergerak

dalam bidang kesehatan dunia untuk menangani permasalahan AKI

ini. Dalam kerjasama ini pemerintah Indonesia khususnya

Departemen Kesehatan (Depkes) sangat berperan penting karena

dalam pelaksanaan program MPS ini, Depkes mengadopsi langkah

strategi yang dicanangkan oleh WHO dan menjalankan dengan

maksimal untuk mengsukseskan Pembangunan Kesehatan Menuju

Indonesia Sehat 2015.

b. SM (Safe Motherhood)

Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh

perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil

dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu keluarga

berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan

pelayanan obstetri esensial.

Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi

penyebab langsung maupun tak langsung. Penyebab kematian

langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan

(kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan,

kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap

rangkaian kejadian diatas.

23
Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat

komplikasi anestesi atau bedah kaisar. Penyebab kematian tak

langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau

berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan

penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan.

Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.

Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan salah satu upaya yang

telah dilaksanakan dan menjadi gerakan nasional sejak tahun 1996,

namun dalam perkembangannya gerakan ini perlu ditingkatkan kembali

baik kepedulian maupun tanggung jawab masyarakat, LSM, swasta

dan pemerintah.

Upaya yang dilakukan Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:

a. Persalinan yang ditolong dukun.

b. Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan

memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.

c. Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu

50% menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar

65% berada dalam keadaan 4 terlalu.

d. Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk

mengambi keputusan ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan.

e. Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia

gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian

24
ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang

sebenarnya dapat dicegah.

Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena

lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui

kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian

gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI

serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas

utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya

Indonesia Sehat 2015.

Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang

disebut dengan Safe Motherhood. Gerakan ini pertama kali

dicanangkan pada International Conference on Safe Motherhood,

Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia

sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif berbagai sector

pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari

berbagai badan internasional.

Terdapat Empat pilar Safe Motherhood :

1. Keluarga Berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana., maksud daripada

ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan

sejahtera dengan membatasi kelahiran. "Dengan kata lain KB

adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan

dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan

25
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya. Jumlah anak

dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan

ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.

a. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini

komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi

perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antena-

tal meliputi :

1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular

seksual.

2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak,

hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.

3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan

bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

b. Persalinan Yang Bersih Dan Aman

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan

aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan

pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian

menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan

bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca

persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu

dan bayi baru lahir.

26
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan

setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan,

ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih

dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.

d. Pelayanan Obstetri Esensial

Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat

memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi

tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan. Pelayanan obstetri

esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau

komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu

hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan dalam mengatasi

risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/ persalinan.

Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah

tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam

untuk bedah cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan

cairan infus), transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual,

dan aspirasi vakum untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta

masyarakat, mustahil pelayanan obstetri esensial dapat menjamin

tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi

berbasis masyarakat yang meliputi :

27
1. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan

pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki

kesehatan ibu.

2. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun

untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat

pertolongan.

3. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan

kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana

mencari pertolongan.

c. Program Depkes MPS dan SM

Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana

Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian

ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada

kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap

untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif

berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making

Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.

Tiga pesan kunci MPS itu adalah :

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang

adekuat akses terhadap pencegahan kehamilan.

3. Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan

penanganan komplikasi keguguran.

28
Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah

melalui Departemen Kesehatan dewasa ini menerapkan Strategi

Making Pregnancy Safer (MPS), atau Membuat Kehamilan Lebih

Aman, yang merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya

tentang Penyelamatan Ibu Hamil. Strategi MPS yang memberi

penekanan kepada aspek medis, walaupun tidak mengabaikan

aspek non-medis. Indonesia telah mencanangkan Making

Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan

masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada 12 Oktober 2000

sebagai bagian dari program Safe Motherhood.

d. Program Making Pregnancy Safer dalam Membantu Mengurangi

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

Empat strategi utama ini yang merupakan strategi yang diadopsi

langsung oleh Depkes dari empat strategi MPS global :

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan berkualitas yang

cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti.

2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas

program, lintas sektor dan kemitraan lainnya untuk melakukan

advokasi guna memaksimalkan sumberdaya yang tersedia serta

meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.

3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui

peningkatan pengetahuan mereka untuk menjamin perilaku

29
sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru

lahir.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin

penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan

bayi baru lahir.

e. Cakupan Pelayanan

Dalam strategi ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas

dan kesinambungan pelayanan di Indonesia. Dimana dengan

adanya kualitas pelayanan yang baik, maka dalam melaksakan

program ini dapat berhasil. Indonesia memiliki banyak pulau yang

masih banyak belum terjangkau oleh Depkes, misalnya saja di

Papua karena belum banyak tersedia sarana dalam melakukan

pengobatan. Hal ini yang patut dan harus diperhatikan oleh

pemerintah. Dalam melakukan asesmen nasional tentang

pelayanan ibu hamil dan bayi baru lahir dan manajemen pelayanan

disemua tingkat. Tidak hanya di kota-kota besar melainkan di

kabupaten, kecamatan,desa bahkan di daerah-daerah terpencil.

Untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang baik tenaga

ahli dokter dan bidan bahkan dukun bayi mendapat pelatihan-

pelatihan agar mampu dan tidak melakukan kesalahan yang

menimbulkan banyak resiko terhadap Ibu hamil, melahirkan dan

dalam masa setelah persalinan (post natal) harus mempunyai

akses terhadap tenaga kesehatan yang terlatih, yaitu profesi

30
kesehatan yang terakreditasi seperti bidan, dokter, atau perawat

yang telah menempuh pendidikan dan dilatih untuk menguasai

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam mengelola

kehamilan normal (tanpa komplikasi), persalinan dan periode

segera setelah melahirkan dan dalam pengidentifikasian,

pengelolaan dan rujukan atas komplikasi yang diderita oleh ibu dan

anak.

Melakukan asesmen kebutuhan dan pelayanan kesehatan ibu

dan bayi baru lahir yang terdapat di tingkat kabupaten atau kota

saat ini. Dimana asesmen pelayanan perlu juga mencakup

asesmen kebutuhan sistem kesehatan, seperti sumber daya

manusia, peralatan, bahan-bahan, obat-obatan, kemampuan fisik,

transportasi, komunikasi, manajemen struktur dan prosedur.

Kerjasama WHO dan Depkes dalam pelaksanaan program yang

pertama, dapat terlihat hasilnya dengan adanya penambahan

jumlah tenaga kesehatan, dan penambahan puskesmas di setiap

propinsi Indonesia.

Pada program ini lebih menekankan dimana ditempatkannya

para bidan-bidan atau tenaga kesehatan di setiap propinsi,

sehingga bisa dengan cepat menangani dan sekaligus memberikan

pertolongan pertama kepada para ibu hamil khususnya pada saat

pemberian pelayanan untuk pertolongan pertama saat persalinan di

31
setiap puskesmas, polindes, dan rumah sakit pemerintah dan

swasta di seluruh provinsi.

f. Program Kemitraan Lintas Sektor

Dalam menjalankan program MPS untuk menurunkan AKI di

Indonesia, WHO dan Depkes tidak bekerja sendiri, adanya

kerjasama dengan organisasi-organisasi profesi seperti Ikatan Bidan

Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, dan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional. Dengan membuat suatu kerjasama yang solid

untuk menurunkan AKI, di Indonesia sendiri sudah diterapkan

program keluarga berencana yaitu dimana setiap satu keluarga

hanya memiliki dua orang anak, ini merupakan suatu keputusan

pemerintah untuk mengurangi kematian ibu karena dengan memiliki

banyak anak akan menimbulkan resiko yang sangat tinggi dalam

melakukan persalinan dan terutama terlalu tua untuk melakukan

persalinan. Kemudian dengan adanya kerjasama mitra kerja lain ini

untuk membuat suatu kordinasi yang baik dalam memantau jumlah

AKI di Indonesia secara bersama-sama.

Meningkatnya kemitraan yang efektif guna memaksimalkan

sumberdaya yang tersedia serta meningkatkan dan menjamin

koordinasi perencanaan dan kegiatan kesehatan ibu dan bayi baru

lahir yang lebih baik dengan , BKKBN. Dalam melaksanakan

program ini banyak bekerjasama dengan kemitraan lain seperti

BKKBN.

32
g. Program Pemberdayaan Wanita dan Keluarga

Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui

peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang

kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang

tersedia. Meningkatnya upaya-upaya dalam kegiatan Suami Siaga,

untuk memantapkan keterlibatan suami mempromosikan kesehatan

ibu dan bayi baru lahir, KB, dan pencegahan Penyakit Menular

Seksual.

Dalam hal ini dengan Menambahkan pesan-pesan MPS dalam

upaya Suami Siaga yang sedang dilaksanakan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterlibatan dan partisipasi suami mempromosikan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir :

1. Fokus khusus pada pelayanan kedaruratan kebidanan, persiapan

persalinan dan pencegahan PMS termasuk HIV.

2. Memberi dukungan pada wanita selama kehamilan, persalinan

dan setelah kelahiran serta perawatan bayi baru lahir.

3. Mempromosikan partisipasi aktif suami dalam penerimaan KB

pada pascasalin dan pascaaborsi.

4. Mendorong suami untuk menyediakan dana guna persiapan

pelayanan kedaruratan.

Meningkatnya keterlibatan keluarga dalam menjamin pelayanan

yang adekuat selama kehamilan dan masa laktasi serta mencegah

kehamilan yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan

33
terlalu banyak. Pemberian informasi oleh Bidan di Desa dan

petugas lain pada keluarga tentang pentingnya gizi yang memadai

serta istirahat yang cukup selama kehamilan dan masa laktasi serta

pemberian ASI secara dini dan eksklusif, membantu keluarga dalam

persiapan persalinan. Kegiatan ini amat penting untuk menghindari

keterlambatan pertama, yaitu mengenal masalah dan mengambil

langkah-langkah.

Pada persalinan rumah: bilamana dan bagaimana menghubungi

Bidan di Desa, persiapan tempat bersalin di rumah, bahan-bahan

yang diperlukan selama persalinan dan untuk keperluan bayi,

mengatur keuangan untuk membayar biaya dan transportasi jika

terjadi komplikasi dan fasilitas mana yang akan digunakan. Jika

direncanakan untuk melahirkan di fasilistas kesehatan, perlu

direncanakan bilamana akan pergi ke fasilitas kesehatan, persiapan

bahan untuk persalinan, dana dan transportasi.

Dalam program ini lebih ditingkatkan lagi peran keluarga terutama

suami dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan

bersalin, selain dari pemberiaan kasih sayang dan perhatian yang

lebih selama masa kehamilan selain itu menyiapkan dana, apabila

nantinya dibutuhkan dalam masalah persalinan yang mengalami

resiko, selain itu tersedianya alat transportasi apabila dalam

keadaan darurat yang tidak dapat diketahui terlebih dahulu.

34
Jadi peran suami merupakan yang paling utama karena selain

wanita yang mengalami masa persalinan sang suami lebih mengerti

keadaan dan kondisi istrinya. Adanya program suami siaga,

diharapkan dapat membantu wanita hamil dalam masa kehamilan

dan bukan hanya pada saat kehamilan pertama tapi pada kehamilan

berikutnya. Selain itu peran keluarga lainnya seperti ibu dalam

memberikan informasi pengalaman dan pengetahuan pada masa

kehamilan. Peran suami sangatlah penting mengingat bahwa sehari-

hari, di temani oleh suami dalam merawat dan menjaga.

h. Program Pemberdayaan Masyarakat

Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin

penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir. Mantapnya Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang sedang

dilaksanakan dalam meningkatkan tingkat pengetahuan wanita,

suami dan keluarga mengenai peningkatan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir.

GSI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya

membantu salah satu program pemerintah untuk peningkatan

kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang

berdampak terhadap upaya penurunan AKI karena hamil,

melahirkan dan nifas.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh Noveri. WHO 2017, Upaya Preventif Permasalahan

Kesehatan Reproduksi

Marmi.2013. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Maryanti D, Septikasari M. 2009. Buku Ajara Kesehatan Reproduksi

Teori dan Praktikum. Nuha Medika : Yogyakarta.

Widyastuti, Yani, Dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi; Fitramaya:

Yogyakarta.

Suryantiromauli,s.st,anavidavindari2009.,kesehatan

reproduksi.,Yogyakarta:nuha medika

Purnomo W,prsentasi Safe motherhood (Upaya Penurunan Kematian

Ibu dan Bayi Baru Lahir),FKM Unair

WHO,SAFEMOTHERHOOD.,modul,dasarbidan

dimasyarakat.jakarta:penerbit buku kedokteran

36
DAFTAR ISI

BAB II HAM DAN KEKERASAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

A. Latar belakang.. 38

B. Pembahasan 39

1. Pengertian HAM..39

a. Hak-hak reproduksi...40

2. Kekerasan dalam praktik kebidanan46

a. Etika profesi kebidanan...46

b. Hak dan kewajiban dalam praktik kebidanan...47

c. Ruang lingkup praktik kebidanan.. 50

d. Bentuk-bentuk kekerasan dalam praktik kebidanan...55

DAFTAR PUSTAKA.56

37
BAB II

HAM DAN KEKERASAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

A. Latar Belakang

Keadaan manusia tidak dapat dipisahkan dengan hak asasi manusia

(HAM). HAM ada melekat pada manusia, apabila HAM dihilangkan berarti

hilanglah kemanusiaannya seorang manusia. Oleh karenanya, HAM

bersifat fundamental maka adanya merupakan keharusan, siapapun tidak

dapat mengganggu dan setiap orang harus memperoleh perlindungan

HAM-nya. Bagaimana ini kaitannya dengan kesehatan reproduksi.

Tren kekinian yang juga berentetan jauh kebelakang dengan tradisi dan

budaya masyarakat dinegara-negara telah terjadi diskriminasi ataupun

dominasi dari sekelompok orang terhadap kelompok lainnya, utamanya

berkaitan dengan jenis kelamin, sehingga menimbulkan penindasan dan

kesewenang-wenangan terhadap HAM. Dan wanitalah yang menjadi

korban. Dalam hal ini terkait dengan masalah reproduksi pada wanita,

yang menggangu atau merugikan kesehatannya, sehingga tidak ada

jaminan tentang hak reproduksi. Kemudian, telah muncul sebagai upaya

dan perjuangan untuk menentang penindasan dan kesewenangan

tersebut. Yakni perjuangan penyetaraan jender. Dalam konteks seperti itu,

menjadi penting pemahaman HAM yang akan dikaitkan dengan kesehatan

reproduksi. Pengetahuan kesehatan bukan saja penting dimiliki para bidan

atau para spesialis tetapi, sangat begitu penting pula dimiliki khususnya

38
oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-

anak Ketika masyarakat merasakan ketidak puasan terhadap pelayanan,

atau apabila seorang bidan merugikan pasien, tidak menutup

kemungkinandimeja hijaukan. Bahkan didukung semakin tinggi peranan

media baik media masa maupun elektronik dalam menyoroti berbagai

masalah yang timbul dalam pelayanan kebidanan, merupakan hal yang

perlu diperhatikan dan perlu didukung pemahaman bidan mengenai kode

etik profesi bidan dan hukum kesehatan, dasar kewenangan, dan aspek

legal dalam pelayanan kebidanan

Kode etik diharapkan diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman

yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada

kenyataannya para bidan masih banyak yang melakukan pelanggaran

terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap

masyarakat. Keadaan tersebut merupakan suatu bentuk kekerasan dalam

praktek kebidanan.

nya demi kesehatan, dan kesejahteraan mereka.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian HAM

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara

kodrati, universal, dan abdi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,

meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri,

hak keadilan, hak kemerdekaan, hak komonokasi, hak keamanan, dan

39
hak kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh di abaikan atau di

rampas oleh siapapun. Sselanjutnya manusia juga mempunyai hak dan

tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan

kehidupannya dalam masyarakat (pemukaan, Ta. No XVII/MPR/1998).

a. Hak-Hak Reproduksi

Hak-Hak reproduksi meliputi hal-hal berikut ini:

1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan

yang jelas dan benar tentang sebagai aspek terkait dengan

masalah kesehatan reproduksi.

Contohnya: seorang remaja harus mendapatkan informasi dan

pendidikan kesehatan reproduksi.

2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan

reproduksi.

Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan

perlindungan kehidupan reproduksinya termasuk perlindungan

dari resiko kematian akibat proses reproduksi. Contoh: seorang

remaja mengalami ke hamilan yang tidak diinginkan harus tetap

mengalami pelayanan kesetan yang baik agar proses kehamilan

dan kelahirannya dapat berjalan dengan baik.

3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.

40
Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan

pikirannya tentang kehidupan yang di yakininya. Perbedaan yang

ada harus di akui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya

kerugian atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja

berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut namun tidak

dengan pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya

advokasi dan komonilasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Contoh:

seseorang dapat saja mempunyai pikiran bahwa banyak anak

menguntungkan bagi dirinya dan keluarganya. Bila ini terjadi

maka orang tersebut tidak boleh serta merta dikucilkan atau di

jauhi dalam pergaualan. Upaya merubah pikiran atau keyakinan

tersebut boleh di lakukan sepanjang di lakukan sendiri oleh yang

bersangkutan setelah mempertimbangkan sebagai hal sebagai

dampak dari advokasi dan KIE yang di lakukan petugas.

4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.

Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak

untuk mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkan

pelayanan kesehatan yang baik sehingga terhindar dari

kemungkinan kematian dalam proses kehamilan dan melahirkan

tersebut. Contoh: pada saat melahirkan seorang perempuan

mempunyai hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya secara

cepat terutama jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk

41
terjadinya komplikasi atau bahkan kematian. Keluarga tidak

boleh menghalangi dengan berbagai alas an.

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.

Setiap orang berhak menentukan jumlah anak yang di milikinya

serta jarak kelahiran yang diinginkan. Contoh: Dalam konteks

program KB, perintah, masyarakat, dan lingkungan tidak boleh

melakukan pemaksaan jika seseorang ingin memiiki anak dalam

jumlah besar. Yang harus di lakukan adalah memberikan

pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya mengenai

dampak negative dari memiliki anak jumlah besar dan dampak

positif dari memiliki anak sedikit, jikapun klien berkeputusan

untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan

keputusan klien itu sendiri.

6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan

kehidupan reproduksi. Hak ini terkait dengan adanya kebebasan

berpikr dan menentukan sendiri kehidupan reproduksi yang

memiiki oleh seseorang.Contoh: Dalam konteks hak tersebut,

maka seseorang harus di jami keamanannya agar tidak terjadi

pemaksaan atau pengucilanatau munculnya ketakuatan dalam

diri individu karena tidak memiliki hak kebebasan tersebut.

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk

termasuk perlindungan dari perkosaan, penyiksaan dan

pelecehan seksual. Remaja laki-laki dan perempuan berhak

42
mendapatkan perlindungan dari berbagai perlakuan buruk di atas

karna akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi.

Contoh: perkosaan terhadap remaja putri dapat berdampak pada

kehamilan yang tidak diinginkan oleh yang bersangkutan maupun

keluarga dan lingkungannya. Penganiayaan dan tindakan

kekerasan dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis

yang kemudian dapat saja berpengaruh pada kehidupan

reproduksinya.

7. Hak mendapatkan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksi

Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan

reprodusi, serata mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya

dan sebenar-benarnya untuk mendapatkan pelayanan informasi

tentang kesehatan reproduksi remaja. Contoh: petugas

berkewajiban untuk memberi informasi kepada remaja, karna

pengetahuan tersebut relah hal paling baru untuk remaja.

8. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

Setiap individu di jamin haknya kapan, dengan siapa, serta ia

dimana akan membangun keluarganya. Tentu saja ini tidak

terlepas dari norma agama, soaial dan budaya Contoh:

seseorang akan menikah dalam usia yang masih muda, maka

43
petugas tidak bias memaksa orang tersebut untuk membatalkan

pernikahannya. Yang bias diupayakan adalah memberitahu

orang tersebut tentang peraturan yang berlaku di Indonesia

tentang batas usia terendah untuk menikah dan yang penting

adalah memberitahu tentang dampak negatif dari menikah dan

hamil pada usia muda.

9. Hak untuk bebas dari bentuk diskriminasi dalam segala

kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif

berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis

kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan

kebangsaanya. Contoh: orang tidak harus mendapatkan

pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas (bukan

sekedar atau asal-asalan) tentu saja sesuai dengan kondisi yang

melengkapinya. Demikian pula seseorang tidak boleh

mendapatkan perlakuan yang berbada dalam hal mendpatkan

pelayanan kesehatan reproduksi hanya karena yang

bersangkutan memiliki keyakinan yang berbeda dalam kehidupan

reproduksi. Misalnya seseorang tidak mendapatkan pelayanan

pemeriksaan kehamilan secara benar, hanya karena yang

bersangkutan tidak ber-KB atau pernah menyampaikan aspirasi

yang berbeda dengan masyarakat sekitar. Pelayan juga tidak

44
boleh membedakan apakah seorang perempuan atau laki-laki.

Hal ini disebut distriminasi gender.

10. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat aspirasinya

baik melalui pernyataan pribadi atau pernyataan melalui suatu

kelompok atau partai yang berkaitan dengan kehidupan

reproduksi. Contoh: seseorang berhak menyuarakan

penentangan atau persetujuan terhadap aborsi baik sebagai

individu maupun bersama dengan kelompok. Yang perlu

diingatkan adalah dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi

tersebut harus memperhatikan azas demokrasi dan dalam arti

tidak boleh memaksakan kehendak dan menghargai pendapat

orang lai serta taat kepada hokum dan peraturan yang berlaku

45
2. KEKERASAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

a. Etika Profesi Kebidanan

1. Konsep Etika

Pengertian etika (etimologi), berasal dari bahasa yunani adalah

Ethos, yang berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat

kebiasaan (custom). Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia, etika

adalah ilmu tentang apa yang baik dan yan buruk, tentang hak dan

kwajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan

akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

2. Etika Profesi Kebidanan.

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat

dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah

benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah

(Jones, 1994).

Bahwa setiap profesi yang memberikan pelayanan jaa kepada

masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan prinsip

prinsip moral yan mengatur tentang perilaku profesional dalam hal

ini kode etik profesi bidan (Agus, 1996). Dengan demikian kode etik

profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber

dari nilai nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan

merupakan pernyataan kompherensif profesi bidan yang

memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan

pengabdian profesi. Kode etik profesi bidan juga merupakan suatu

46
pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan

pelayanan profesional bidan.

Kode etik kebidanan pertama kali disusun tahun 1986 dan

disahkan dalam konas IBI X tahun 1998. Petunjuk pelaksanaanya

disahkan dalam rakernas IBI tahun 1991. Kode etik bidn di

Indonesia mengandung kekuatan, tertuang dalam mukaddimah

tujuan dan Bab. Kode etik merupakan :

1) Norma norma yang harus dpindahkan oleh semua profesi

dalam melaksanakan tugasnya dan dalam kehidupanmasyarakat

2) Norma norma : petunjuk ketentuan ketntuan boleh dan tidak

boleh.

b. Hak Dan Kewajiban Dalam Praktek Kebidanan.

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan

sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak (klaim) terhadap bidan atas

pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan terhadap individu,

yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk

pasien, jadi hak adalah suatu yang diterima oleh pasien. Sedangkan

kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga

ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus

diberikan oleh pasien. Hak dan kewajiban bidan ini diuraikan seperti

yang sudah ditetapkan pada Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia

ke XII di Bali tahun 1998.

1. Hak Bidan.

47
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengn profesinya.

b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada

setiap jenjang pelayanan kesehatan.

c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/keluarga yang

bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik

profesi.

d. Bidan berhak atas privasi/atau kedirian dan menuntut apabila

nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun

profesi lain.

2. Kewajiban Bidan

a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan

hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit.

b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai

dengan standar profesi dengan wajib menghormati hak-hak

pasien.

c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang

mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan

pasien.

d. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan

yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin dapat timbul..

e. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak lain yang

terkait secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.

48
Kewajiban dan hak bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 diatur dalam pasal

18 dan 19, sebagai berikut:

Pasal 18

1) Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:

a. Menghormati hak pasien

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan

pelayanan yang dibutuhkan.

c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat

ditangani dengan tepat waktu.

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan

lainnya secara sistematis.

g. Mematuhi standar.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik

kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

2) Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan

mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan

sesuai dengan bidang tugasnya.

49
3) Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu

program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

Pasal 19

Dalam melaksanakan praktik kerja, bidan mempunyai hak :

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan

praktik/kerja sepanjang sesuai dengan standar.

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien

dan/atau keluarganya.

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar.

d. Menerima imbalan jasa profesi.

C. Ruang Lingkup Praktek Kebidanan.

Bidan dalam melaksanakan pelayanan asuhan kebidanan kepada

wanita yaitu pada waktu remaja, prahamil, proses kehamilan, proses

persalinan, masa nifas dan wanita menaopause. Bidan merupaka

profesi yang diakui secara nasional dan internasional dengan sejumlah

praktisi diseluruh dunia. Pada dasarnya praktek kebidanan yaitu

penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan

kepada klien dengan pendekatan manajeman kebidanan.

Menurut ICMI, WHO, dan FIGO tentang bidan (1992) Lingkup

praktek kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/otonomi

pada anak perempuan, remaja dan wanita sebelum, selama kehamilan

dan selanjutnya.hal ini berarti bidan memberikan pengawasan yang

50
diperlukan,asuhan serta nasehat bagi wanita selam hamil, bersalin dan

masa nifas. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri

dan merawat bayi yang baru lahir.

Filosofi asuhan kebidanan menggambarkan keyakinan yang

dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan bahwa persalinan dan

nifas kebidanan mencakup asuhan kebidanan pada kehamilan,

persalinan dan nifas yang normal.

Berdasarkan kepmenkes No. 900/Menkes/SK/2002, praktik bidan

diatur dalam BAB V pasal 14-26 tentang praktik bidan yaitu sebagi

berikut: Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kebidanan.

b. Pelayanan keluarga berencana.

c. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pasal 15 :

1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14

huruf a di ajukan kepada ibu dan anak.

2. Pelayanan pad iu diberikan masa oranikah, prahamil dan masa

kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan asa antra

(periode interval)

3. Pelayanan kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru

lahir, masa bayi masa balita dan masa prasekolah.

Pasal 16 :

51
a. Pelayanan kebidanan kepada ibu

- Penyuluhan dan konseling

- Pemeriksaan fisik.

- Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

- Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu

hamil dengan abortus iminiens, hiperemesis gravidarum tingkat

1 preklamsia ringan dan preklamsia berat.

- Pertolongan persalinan normal.

- Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak

sungsang, partus macet di dasar panggul, ketuban pecah dini

tanpa infeksi,perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir,

distosia karena uteri primer, post-term dan preterm.

b. Pelayanan kebidanan pada anak

- Pemeriksaan pada bayi baru lahir

- Pemeriksaan tali pusat

- Perawatan bayi

- Resusitasi pada bayi baru lahir

52
Pasal 17

Dalam keadaan tidak tecapai dokter yang bewenang pada aerah

tersebut, bidan dapat memberukan pelayanan pengobatan pad

penyakit ringan pada ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya.

Pasal 18

Bidan dalam memberikan pelayanan sebaimana dimaksud dalam

pasal 18 berwewenang untuk :

- Memberikan imunisasi

- Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalianan dan

nifas.

- Mengeluarkan plasenta secara manual.

- Bimbingan senam hamil

Pasal 19

Bidan dalam memberikan pelayanan kelurag berencana :

- Memberikan obt dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat

kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan

kondom.

- Memberikan penyuluhan atau onseling pemakaian kontrasepsi.

Pasal 20

Bidan dalam memberikan pelayanan Kesmas,sebagaimana

dimaksud dalam pasal 20, berwenang untuk :

- Pembinaan peran serta msyarakat dibidang kesehatan ibu dan

anak.

53
- Memantau tumbuh kembang anak

- Melaksananakan pelayanan kebidanan komunitas

Pasal 21

Pelayanan sebagaimana dimaksud pada aya 1 ditjukan untuk

penyelamatan jiwa.

Pasal 22

Bidan dalam menjalankan praktik perorangan harus memenuhi yang

meliputi tempat dan ruangn praktek, tempat tidur, peralatan, obat

obatan dan kelengkapan administrasi.

Pasal 23

Bidan dalam menjalankan praktek perorangan sekurang- kurangnya

harus memiliki peralatan dan kelengkapan administratif sebagaiman

tercantum dalam lampiran 1 keputusan ini.

Pasal 24

Bidan dlam menjalankan praktik harus membantu pemerintah dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu

dan anak serta keluarga berencana.

Pasal 25

Disamping ketentuan sebagaimana dimaksud pda ayat 1,

melaksanankan praktek sesuai dengan kewenangannya harus

- Menghormati hak pasien

- Merujuk kasus yang tidk dapat ditangani.

54
- Menimpan rahasia sesuai dengan perturan perundang- undangan

yang berlaku.

- Memberi informasi tentang pelayanan yang akan diberikan.

Pasal 26.

Petunjuk pelalsanaan praktik bidan sebagaimana tercantum dalam

lampiran 3 keputusan ini.

D. Bentuk-bentuk kekerasan dalam praktek Kebidanan.

Kode etik diharapkan diharapkan mampu menjadi sebuah

pedoman yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya.

Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang melakukan

pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan

terhadap masyarakat. Contoh bentuk kekerasan dalam dilakukan oleh

bidan, aborsi dan kekerasan dalam pemeriksaan bayi dalam prakrek

kebidanan.

1. Kekerasan dalam pelayanan kebidanan ANC.

2. Kekrasan terhadap bayi dalam praktik kebidanan

3. Memberikan pertolongan sendiri dalam persalinan sungsang.

4. Pemberian tindakan aborsi.

5. Criminal malpraktic.

55
DAFTAR PUSTAKA

Lasa dkk.LKS Gita SMU PPKn. Hak Asasi Manusia. PT. Pabelan.
Surakarta. Wikipedia Indonesia. 2007.
Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi Manusia-
26k.Diakses 02 Desember 2011
Sadjiman, Djunaedi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Daerah :Tanpa
Nama Penerbit.
Iskandar, imelda & tajuddin norma.2010. etika kebidanan dan hukum
kesehatan.makassar;
Wello basri. 2011 etika profesi dn hukm kesehatan. Makassar ;pustaka
refleksi
Dewi,nilda syntia & sujiyatni 2011. Etika profesi kebidanan.yogyakarta;
rohima press.

56
DAFTAR ISI

BAB III KONSEP GENDER DAN KB TERKINI

A. Latar belakang58

B. Pembahasan ..62

1. Pengertian Gender....62

a. Pengertian kesehatan reproduksi...62

b. Keterkaitan antara gender dan kespro...65

c. Pengaruh gender terhadap kespro laki-laki..68

d. Pengaruh gender terhadap kespro perempuan...68

2. KB Terkini .70

a. Pengertian kontrasepsi.70

b. Manfaat kontrasepsi..71

c. Alat kontrasepsi terbaru....71

DAFTAR PUSTAKA.85

57
BAB III

KONSEP GENDER DAN KB TERKINI

A. latar belakang

Di Indonesia, banyak perempuan yang tidak mendapatkan kesempatan

yang sama dengan laki-laki dalam menjaga kesehatan mereka. Kondisi ini

terjadi terutama adanya perlakuan tidak adil dan tidak setara antara

mereka(ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender) dalam pelayanan

kesehatan. Selain itu program-program kesehatan belum sepenuhnya

mempertimbangkan adanya isu tersebut.

Saat ini tenaga kesehatan kita makin sadar tentang pentingnya

mempetimbangkan isu gender dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Terutama untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakadilan,

ketidaksetaraan peran dan tanggung jawab dalam lingkungan tempat

mereka bekerja. Namun memahami ketidakadilan dan ketidaksetaraan

gender, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Setidaknya ada tiga faktor utama mengapa pemahaman gender masih

dirasakan kurang dikalangan tenaga kesehatan.

1. konsep gender merupakan sesuatu yang baru

2. tidak tau apa yang harus dilakukan

3. bagaimana melakukannya

58
Isu kesetaraan gender telah menjadi pembicara diberbagai Negara

sejak tahun 1979 dengan diselenggarakannya konferensi bangsa-bangsa

dengan tema the convention on the elimination of all form of discrimination

against women (CEDAW) yang membahas tentang penghapusan segala

bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Hasil konferensi tersebut

menjadi acuan dalam memperjuangkan hak asasi perempuan (HAP).

Konferensi ini kemudian diratifikasi kembali oleh pemerintah Indonesia

pada tahun 1984 menjadi undang-undang no 7 tahun 1984 tentang

pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi

terhadap wanita.

Selanjutnya pada tahun 1995 diselenggarakan kembali konferensi

perempuan sedunia yang dirumuskan dalam Beijing platform for action

yang menyebutkan bahwa perempuan dan kesehatan sebagai salah satu

dari 12 bidang kritis yang dikemukakan dalam rencana aksi. Konferensi ini

mengikat semua Negara peserta termasuk Indonesia untuk

mengimplementasikan gender mainstreaming atau pengurus gender

dinegara masing-masing. Komitmen ini kemudian dituangkan dalam

GBHN tahun 1999 yang dijabarkan pada program pembangunan nasional

lima tahun (propenas 2000-2004)

Deklarasi Beijing bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan gender,

yang berkaitan erat dengan upaya penyetaraan martabat dan hak bagi

laki-laki dan perempuan. Hasil kesepakatannya adalah deklarasi dan

59
kerangka aksi Beijing yang menetapkan 12 bidang kritis yang dianggap

penting untuk meningkatkan persamaan hak perempuan dan laki-laki.

Untuk dapat lebih memahami tentang gender, kita harus memahami

bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dapat dilihat dari

sisi struktur fisik, organ reproduksi, cara berfikir, dan way of problem

solving. Saat ini focus utama pelayanan kesehatan masih menekankan

aspek media dan kurang sekali memperhatikan isu-isu sosial. Padahal

sosial antara laki-laki dan perempuan merupakan penyebab utama

mencuatnya kesenjangan antara mereka sehingga pada akhirnya

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat pada umumnya.

Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk

menjarangkan kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring

dengan perkembangan, masalah kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian

dari masalah kesehatan reprodukKeberadaan metode dan alat-alat

kontrasepsi terkini, memaksa para penyelenggara pelayanan Keluarga

Berencana untuk memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah

kontrasepsi telah memasuki tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu

menyangkut masalah kesetaraan gender dan hak asasi manusia.

Sementara, cara pandang tradisional melihat masalah kontrasepsi hanya

masalah yang menyangkut perempuan.

Peningkatan partisipasi pria dalam Program KB dan Kesehatan

Reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya mendorong

kesetaraan gender, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS

60
serta penyakit menular seksual dan menyukseskan pencapaian

pembangunan Milenium (MDGs) 2015. Dalam MDGs isu pertumbuhan

penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi tidak

disebutkan secara eksplisit, namun banyak studi membuktikan MDGs

tidak mungkin dicapai jika persoalan dasar kependudukan tidak ditangani

dengan baik.

Kontrasepsi bukanlah tanggung jawab perempuan saja, sudah

saatnya pria juga berpartisipasi memikirkannya. Apalagi apabila sang isteri

sudah merasa tidak nyaman dengan kontrasepsi yang digunakannya,

karena timbul efek samping seperti kegemukan, tekanan darah tinggi, dan

perdarahan per vaginam. Terbatasnya akses informasi dan akses

pelayanan Kontrasepsi pria dan minimnya kualitas pelayanan yang belum

sesuai harapan, terbatasnya pilihan cara dan metode Kontrasepsi pria

yakni kondom dan MOP, serta rendahnya dukungan politis dan sosial

budaya.

61
A. PEMBAHASAN

1. Pengertian gender

Gender adalah suatu konsep budaya yang berupa untuk membuat

perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku,

mentalitas dan karakteristik emosional.

Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang dikonstruksikan

oleh budaya karena seseorang lahir sebagai perempuan atau lahir

sebagai aki-laki. Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki akan

menjadi kepala keluarga, pencari nafkah, menjadi orang yang

menentukan bagi perempuan. Seseorang yang lahir sebagai

perempuan , akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai

orang yang dilindungi, orang yang lemah, irasional, dan emosional.

a. pengertian kesehatan reproduksi

Reproduksi adalah suatu proses biologis dimana individu

organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar

mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk

kehidupan. Setiap individu organism ada sebagai hasil dari suatu

proses reproduksi oleh pendahulunya.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya

62
penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan

dengan reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya.

Sedangkan menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah

keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta

prosesnya.

Adapun kesehatan reproduksi secara sederhana dapat kita lihat

dari hal sebagai berikut.

1. Organ reproduksi

Organ reproduksi laki-laki maupun perempuan harus bebas dari

berbagai macam penyakit serta dapat berfungsi sebagaimana

mestinya.

2. Hubungan seks

Dalam melakukan hubungan seks harus terbebas dari rasa tidak

nyaman, serta takut akan hamil, dan tertular berbagai jenis

penyakit kelamin.

3. Kehamilan

Seorang ibu hamil harus terbebas dari komplikasi kehamilan yang

serius dan janin yang dikandungnya harus dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik di dalam rahim ibu.

4. Persalinan

63
Seorang ibu harus bersalin dengan normal dan terbebas dari

komplikasi persalinan.

Banyak laki-laki maupun perempuan mempunyai hak-hak

reproduksi namun, karena perbedaan gender maka banyak hal

yang telah merugikan perempuan, sehingga perempuan lebih sulit

memperoleh hak-hak reproduksinya dibandingkan laki-aki. Agar

hak-hak reproduksi perempuan terpenuhi, perlu ada hubungan

yang setara dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan,

termasuk dalam hubungan seks dan reproduksi.

Adapun hak-hak reproduksi sebagai berikut.

1) Hak reproduksi (HAM internasional)

a. Hak dasar pasangan dan individu untuk menentukan secara

bebas dan bertanggung jawab atas jumlah dan jarak

kelahiran, mendapatkan informasi serta cara-cara untuk

melaksanakan ha tersebut.

b. Hak untuk mencapai standar

2) Hak-hak reproduksi

a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan

reproduksi

b. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan

kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi yang

berkualitas.

64
c. Hak kebebasan dan tanggung jawab dalam menentukan

jumlah dan jarak waktu memiliki anak.

d. Hak kebebasan dan tanggung jawab dalam menentukan

jumlah dan jarak waktu memiliki anak.

e. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena

kehamilan dan proses persalinan.

f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan

kehidupan reproduksi.

g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk

termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan,

penyiksaan, dan pelecehan seksual.

h. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan

yang terkait dengan kesehatan reproduksi.

i. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan

reproduksinya.

j. Hak membangun dan merencanakan keluarga.

k. Hak kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya,

l. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam

kehidupan keluarga dan kehidupan reproduksinya.

b. Keterkaitan antara gender dengan kesehatan reproduksi

Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor

sosial budaya, serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan

65
perempuan merupakan faktor penting yang berperan dalam

mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini

dinyatakan dengan jelas oleh WHO dalam konferensi perempuan

sedunia ke IV di Beijing tahun 1995.

1. Jenis kelamin, gender, dan kesehatan

Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan

perempuan menunjukan perbedaan yang nyata.

Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai

harapan hidup yang lebih panjang dari laki-laki, secara

umum di anggap faktor biologis.namun dalam kehidupan

perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan

tekanan dari pada laki-laki. Walaupun faktor yang melatar

belakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok

sosial, hal tersebut menggambarkan bahwa dalam

menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat

dibandingkan laki-laki. Sejumlah penelitian menunjukkan

bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan

perempuan pada usia yang berbeda, misalnya pada

penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia yang lebih

tua pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang

perempuan, misalnya gangguan yang berkaitan dengan

66
kehamilan dan kanker serviks, sementara itu hanya laki-

laki yang terkena kanker prostat.

Kapasitas perempuanb untuk hamil dan melahirkan

menunjukkan bahwa mereka memerlukan pelayanan

kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan

sakit maupun sehat.

Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender

dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya seseorang

dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya beberapa

penyakit, sementara disisi lain memerlukan perlidungan

terhadap penyakit lainnya. Perbedaan yang timbul dapat

berupa keadaan sebagai berikut:

1. Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.

2. Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu

penyakit.

3. Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan

yang sakit.

4. Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan

akses pelayanan kesehatan .

5. Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki

dan perempuan.

Terjadinya tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan

gender. Secara umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang

67
merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas,

dominasi, serta memaksakan kekuasaan terhadap perempuan,

seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah tangga. Karena itu

kekerasan terhadap perempuan sering disebut sebagai kekerasan

berbasis gender.

c. pengaruh gender terhadap kesehatan reproduksi laki-laki

Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik

untuk mempelajari kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga

pengetahuan mereka cenderung terbatas.

Hal ini menyebabkn laki-laki kurang berminat mencari informasi dan

pengobatan terhadap penyakit, misalnya: infeksi menular seksual

(IMS).

d. pengaruh gender terhadap kesehatan reproduksi perempuan

Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negative

terhadap kesehatannya. Namun menikah diusia muda kebanyakan

bukanlah keputusan mereka. Melainkan karena

ketidakberdayaan(isu gender). Dibeberapa tempat di Indonesia,

kawin muda dianggap sebagai takdir yang tak bisa ditolak.

Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan dengan

siapa mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada

ditangan laki-laki, ayah ataupun keluarga laki-laki lainnya.

Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi

melalu proses yang sangat panjang. Perbedaan ini dibentuk,

68
disosialisasikan , diperkuat, bahkan di konstruksikan secara sosial

dan budaya. Pada akhirnya perbedaan ini dianggap sebagai

ketentuan tuhan yang tidak bisa diubah dan dianggap sebagai

perempuan.

69
2. KB TERKINI

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi asal kata dari kontra yang berarti mencegah/

menghalangi dan konsepsi yang berarti pembuahan/pertemuan antara

sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur

dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara,

baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur

operasi.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan

upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variebel yang

mempengaruhi fertilisasi. (Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi menurut

Mochtar, 1998 adalah cara mencegah terjadinya konsepsi dengan

menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu

usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan

dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi menurut BKKBN,

1999 adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.

Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Dapat dipercaya;

2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

70
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

6. Mudah pelaksanaanya

7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

8.Dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan

b. Manfaat Kontrasepsi

Kontrasepsi sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu

melalui pengaturan jarak kehamilan, selain itu dengan kontrasepsi

maka kita juga dapat melakukan perencanaan keluarga termasuk

didalamnya pengaturan jumlah anak.

c. Alat Kontrasepsi Terbaru

Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan teknologi

memang terus berkembang dan tidak terkecuali dengan alat

kontrasepsi beberapa penemuan terkini alat kontrasepsi diantaranya :

1. Kondom 'spray-on'

Seorang penemu di Jerman telah membuat kondom dengan

sistem semprot. Dengan kondom ini, dijamin tak akan ada lagi

yang bingung mencari kondom yang sesuai sebab kondom akan

menyesuaikan ukuran dengan sendirinya.

71
Menurut sang penemu, Jan Vinzenz Krause, direktur Institute

for Condom Consultancy Jika pergi ke toko obat untuk membeli

kondom, yang kebanyakan dijual adalah yang pas untuk pria

dengan panjang penis rata-rata 14,5 cm. Tetapi banyak orang

yang memiliki penis lebih kecil atau lebih besar dari ukuran itu.

Maka Krause menciptakan kondom yang disebut kondom 'spray-

on' dengan sistem pompa yang menyemprotkan lateks cair ke

alat kelamin dalam hitungan detik. Krause telah mengajukan hak

paten untuk sistem penyemprotan lateks yang ia ciptakan.Ia

mengaku sudah memiliki prototipe yang sukses dan

penemuannya ini dalam percobaan dapat menyesuaikan ukuran

dengan ukuran yang paling besar sekalipun.

Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria memasukkan

penisnya ke dalam tabung dan menekan tombol untuk

menyemprotkan lateks cair dari cartridge yang bisa dilepas.

Karet lateks akan mengering dalam hitungan detik. Setelah

selesai digunakan, kondom ini bisa dilepas seperti kondom

biasa. Waktu yang dibutuhkan agar lateks dapat mengering

adalah sekitar 20 - 25 detik. Tapi Krause sedang mengupayakan

agar waktunya bisa dipercepat lagi menjadi 10 detik.

Dalam survei yang lakukan, ditemukan ada 2 tanggapan

yang berbeda dari para pria. Beberapa pria mengatakan itu ide

yang hebat dan akan sangat membantu karena sulit menemukan

72
kondom yang pas. Sedangkan lainnya mengatakan tidak bisa

membayangkan cara penggunaannya. Masalahnya adalah

karena memakai kondom dianggap mengganggu hubungan

seks. Kondom spray-on ini dijual dengan harga yang lebih mahal

daripada kondom konvensional.

2. Kondom Spray

Sebuah perusahaan Cina bernama Blue Cross Bio-

Medicalmenawarkan suatu spray kondom (foam condom) yang

dibuat dari silver nanotech partikel. Alat kontrasepsi terbaru dengan

spray condom. Alat kontrasepsi ini tidak digunakan bagi laki-laki

tetapi digunakan oleh pihak wanita.

Penggunaannya busa spray tersebut disemprotkan ke vagina,

setelah itu busa spray akan membentuk semacam selaput dan

mencegah konsepsi serta melindungi terhadap infeksi. Semprotan

spray menggunakan polyvinyl alcohol resin sebagai bahan dasarnya,

yang sudah terkandung dengan silver nanotech partikel, sehingga

memberikan spermicide dan antiseptik pelumas yang dapat

membantu mencegah penyakit menular seksual (PMS). Sepertinya

produk ini aman digunakan dan penggunaannya menurut

produsennya.

3. Suntik KB untuk Pria

Alat kontrasepsi akan semakin bermacam pilihan dan tentunya

akan menjadi alternative bagi pasangan suami isteri untuk

73
menentukan metode keluarga berencananya. Selama ini alat

kontrasepsi suntikan ataupun pil Kb hanya monopoli kaum wanita.

Namun dengan penemuan yang terbaru ini, lelaki sudah bisa

menggunakan alat kontrasepsi suntik. Disatu sisi hal ini mungkin

menguntungkan kaum wanita karena bisa bergantian menggunakan

alat kontrasepsi, namun dilain pihak juga khawatir penemuan ini akan

makin menumbuhsuburkan perilaku seks bebas lelaki karena pria

tidak takut lagi akan menghamili pasangan yang sah.

Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi di

Indonesia memang masih rendah. Selain kondom, vasektomi

(memotong saluran benih untuk menghambat transportasi sperma)

merupakan pilihan dari jenis kontrasepsi yang saat ini tersedia untuk

pria. Untuk mencari alternatif kontrasepsi terbaru, kini para ahli

tengah meneliti kontrasepsi pria yang lebih efektif, yakni suntikan

testoteron. Berdasarkan uji coba terhadap 1.045 pria sehat berusia

20-45 tahun di Cina, suntikan testoteron terbukti efektif sebagai alat

kontrasepsi pria.

Para responden yang memiliki pasangan usia subur tersebut

disuntik dengan 500 miligram formula testoteron setiap bulan selama

30 bulan. Hasil penelitian menunjukkan angka kegagalan (terjadinya

kehamilan) hanya 1,1 per 100 pria dalam kurun waktu 24 bulan. Para

peneliti juga melaporkan tidak ditemukannya efek samping dalam

penggunaan suntikan ini. Selain itu, setelah penghentian suntikan,

74
kemampuan memproduksi sperma pada laki-laki tersebut kembali

normal.

4. MOW tanpa Sayatan

Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada

perut mulai dikembangkan. Teknik tersebut menggunakan

pendekatan histereskopi streilisasi wanita. Sebelumnya, ada dua

teknik operasi sterilisasi wanita pada umumnya, yaitu melalui sayatan

10 cm pada perut (minilaparatomi) atau menggunakan teknik minim

sayatan 1,5 2 cm pada perut (laparoskopi).

Teknik terbaru telah dikembangkan sejak lama dan terus

dimodifikasi sehingga lebih aman dan nyaman. Sekarang, dengan

teknologi terkini dan penemuan peralatan-peralatan terbaru yang

sangat kecil serta menggunkan bahan dasar terpercaya, teknik

tersebut mulai diterima dunia kedokteran dan masyarakat awam.

Teknik ini menggunkan alat berupa histereskopi yang dimasukkan ke

dalam rahim melalui vagina dan mulut rahim.

Histreskopi adalah alat kedokteran yang terdiri atas kamera mikro

resolusi tinggi (high definition) dengan diameter 0,3 cm yang disertai

dengan working channel. Dengan histerekopi, dokter dapat melihat

keadaan di dalam rahim melalui monitor dan melihat secara tepat

muara kedua saluran telur. Setelah dokter menentukan saluran telur,

alat steril yang sangat kecil dimasukkan melalui working channel

secara tepat ke dalam saluran telur dengan bimbingan histereskopi

75
secara tepat. Berbeda dari banyak alat kontrasepsi lainnya, alat

mikrosteril ini tidak mengandung hormon sehingga tidak akan

mempengaruhi siklus haid alami setiap bulan.

Tindakan tanpa sayatan itu bisa dilakukan baik dengan pembiusan

lokal maupun tanpa pembius di ruang praktik, khusus dan tidak

memerlukan waktu pemulihan lama. Sebab setelah operasi, pasien

dapat langsung pulang dan kembali ke aktivitas semula tanpa harus

rawat inap. Histereskopi sterilisasi wanita ini dapat dilakukan secara

tepat, cepat dan mudah bila ditangani tenaga kesehatan terlatih di

sarana kesehatan lengkap.

5. RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)

Penghambatan Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan

Metode ini pertamakali ditemukan di India oleh seorang profesor

biomedis dari Indian Institute of Technology bernama Sujoy K. Guha.

RISUG terdiri dari campuran bubuk stirena maleat anhidrida (SMA)

dengan dimetil sulfoksida (DMSO). Gel yang dihasilkan disuntikkan

ke vas deferens untuk melapisi dinding vas deferens dan memblokir

lorongnya (lumen).

RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)

Penghambatan Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan ini

merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bekerja di dalam

saluran vas deferens atau saluran yang berfungsi untuk mengalirkan

sperma. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah karena

76
bersifat sementara, sehingga kesuburan dapat kembali apabila

diinginkan. Suntikan ini sangat efektif dan per dosis bisa bertahan

hingga 10 tahun. Efek sampingnya juga sedikit dan dosisnya bisa

disesuaikan dengan kebutuhan.

RISUG disuntikkan melalui metode yang mengekspos vas

deferens seperti pada metode vasektomi tanpa pisau bedah. Setelah

penerapan anestesi lokal, dokter membuat lubang di kulit skrotum

yang sangat kecil sehingga tidak memerlukan jahitan tetapi membuat

vas deferens mudah terlihat. Proseurnya dengan menyuntikan bahan

sejenis polymer yang berbentuk gel ke dalam saluran vas deferens,

sehingga gel tersebut akan melapisi bagian dalam dinding vas

deferens. Keseluruhan prosedur biasanya membutuhkan waktu

kurang dari 15 menit.

6. Pemanasan

Telah lama diketahui bahwa kenaikan suhu yang sebentar pada

bagian testis dapat menekan pembentukan sperma

(spermatogenesis), sementara kenaikan suhu yang lebih lama dapat

mempengaruhi patologi testis dan terjadinya cryptorchidism,

varicocele serta ketidaksuburan sementara.

Penelitian klinis yang dilakukan untuk mengevaluasi potensi dari

alat pembungkus bagian scrotal untuk digunakan sebagai metode

kontrasepsi pria yang praktis menunjukkan penurunan yang reversible

terhadap jumlah sperma tetapi masih kurang kuat untuk dijadkan

77
metode kontrasepsi yang terpercaya. Karena masih terdapat hal yang

meragukan termasuk masalah keamanan dari metode ini, maka

penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan.

7. Ultrasound

Saat ini, peneliti dari Universitas North Carolina, AS, sedang

menguji apakah gelombang ultrasound bisa menjadi metode

kontrasepsi baru bagi pria. Penelitian ini menemukan, gelombang

ultrasound di bagian testis diketahui cukup aman menghentikan

produksi sperma selama enam bulan. Prinsip kerjanya adalah

menembakkan ultrasound ke testis supaya produksi sperma turun

sampai tingkat nol. Angka ini merupakan angka ideal untuk mencegah

terjadinya konsepsi atau kehamilan. Namun, para peneliti masih

berkutat untuk mencari tahu cara mengembalikan kesuburan pria

setelah melakukan metode ini. Pasalnya, ada kemungkinan pria ingin

memiliki anak lagi.

Mengembalikan kesuburan menjadi isu penting, karena sekali testis

berhenti memproduksi sperma dan cadangan sperma dikosongkan, pria

akan menjadi tidak subur sementara. Menurut Dr James Tsuruta alat

kontrasepsi ini dapat diandalkan selama 6 bulan, dengan biaya murah dan

termasuk kontrasepsi non-hormonal dengan satu kali perawatan. Dr

Tsuruta juga menambahkan, metode ultrasound ini sudah umum

digunakan sebagai instrumen terapi dalam kedokteran olahraga atau klinik

terapi fisik. Maka itu, diharapkan tujuan jangka panjang penelitian ini

78
adalah menciptakan alat KB yang sesuai untuk pria, tanpa

membahayakan kesuburan.

8. Implant Terkini

Susuk/implant disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang

di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah

kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil

atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek

api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau

tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif

berupa hormon.Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi

sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan

menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5

tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. Pencabutan bisa

dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.

d. Metode Kontrasepsi Hormonal

1. Testosterone

Penelitian mengenai metode kontrasepsi hormonal untuk pria

pada awalnya banyak menggunakan testosterone yang digunakan

untuk mengelabuhi otak sehingga menghentikan produksi sperma.

Tetapi hal tersebut ternyata tidak terlalu sukses apabila

79
dibandingkan dengan kerja pil kontrasepsi pada wanita yang dapat

menghentikan terjadinya ovulasi.

2. Prolaktin

Penelitian terbaru akhirnya banyak dilakukan untuk

menemukan hormon lain yang dapat mempengaruhi produksi sperma.

Hormon tersebut adalah prolaktin, hormon yang biasa terdapat pada

wanita hamil untuk mengontrol produksi air susu ternyata terdapat

juga pada pria.

Untuk dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi, tablet yang

dapat menghambat produksi prolaktin harus diminum setiap hari yang

dibarengi dengan suntikan/implant yang mengandung testosterone.

Hal ini juga masih menimbulkan perdebatan terutama mengenai

tingkat kepatuhan pria untuk minum pil tersebut setiap hari.

c. Desogestrel

Selain itu para peneliti di Manchester telah mengkombinasikan

pemberian desogestrel (digunakan pada pil kontrasepsi untuk wanita)

dan koyo yang mengandung testosterone untuk digunakan sebagai

kontrasepsi pada pria. Cara kerjanya adalah : desogestrel akan

menghentikan produksi testosterone di testis sehingga produksi

sperma juga terhenti, sedangkan koyo testosterone akan

menyediakan kebutuhan testosterone yang diperlukan oleh bagian

tubuh yang lain (tanpa adanya testosterone, maka pria akan

80
Kehilangan bulu-bulu di wajah dan payudara akan membesar). Akan

tetapi kesuksesan metode ini pada pria yang penggunakannya hanya

sekitar 60 %.

Oleh sebab itu, maka penggunaan kontrasepsi hormonal pada

pria sampai saat ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut,

walaupun tidak mustahil suatu saat nanti akan ada kontrasepsi

hormonal untuk pria yang se-efektif dan se-aman seperti kontrasepsi

hormonal untuk wanita.

d. Suntikan progesteron

Pemberian hormon progesteron pada pria akan berdampak pada

turunnya produksi sperma.

e. Pil Kontrasepsi Non Hormonal

1. Ekstrak Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa)

Saat ini tengah dikembangkan metode kontrasepsi bagi pria dari

ekstrak tanaman Gandarusa. salah seorang peneliti dari universitas

Airlangga Surabaya, Drs. Bambang Prayogo, Apt. yang meneliti khasiat

dari tanaman Gandarusa dan pengaruhnya sebagai kontrasepsi alami

bagi pria. Kandungan kimia tanaman gandarusa adalah Alkaloid, saponin,

Flavonoid, Polifenol, Alkaloid yustisina dan minyak atsiri, bagian tanaman

yang digunakan adalah seluruh bagian tumbuhan.

Tanaman gandarusa memiliki sifat antispermatozoa, dan saat ini

proses penelitian tersebut sudah memasuki uji klinis. Menurut Drs.

Bambang, cara kerja senyawa ekstrak gandarusa ini mirip seperti metode

81
hormonal KB. Yakni menurunkan aktifitas enzim hialuronidase didalam

spermatozoa, sehingga sel sperma tidak mampu menembus sel telur.

Pada fase pertama penelitiannya, dilibatkan 36 subyek sehat dan subur.

Setelah itu, obyek penelitian dilipatgandakan menjadi 120 pasangan usia

subur (PUS). Dari hasil uji klinik tersebut, ternyata 100 persen memiliki

hasil maksimal. Tidak terjadi kehamilan pada si wanita. Dalam uji coba

ketiga ini Drs. Bambang telah mengujikan hasil temuannya kepada sekira

350 pasangan muda subur. Proses uji coba ini masih berjalan dan

sebentar lagi akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Diungkapkan Bambang untuk membuat kapsul dibutuhkan waktu

yang sangat lama. Bukan hanya satu atau dua tahun, tetapi membutuhkan

waktu puluhan tahun karena langsung bersentuhan dengan masyarakat.

Mulai mencari bahan, memproses secara ilmiah yang benar-benar steril,

hingga pengujian di masyarakat. Dalam uji coba itu, pasangan muda

harus minum kapsul setiap hari sekali selama 30 hari.

Serangkaian penelitian panjang selama bertahun-tahun ini memang

benar-benar membuktikan ekstrak daun gandarusa sudah terbukti efektif

untuk mencegah kehamilan bagi sang istri. Meski berhubungan dengan

pasangan, dengan mengonsumsi pil KB pria ini secara teratur kelahiran

bisa dicegah. Bahkan para pria yang merupakan akseptor KB tersebut

mengaku makin jantan. Saat ini proses pengembangan itu sudah selesai,

sehingga 2012 diperkirakan pil KB pria pertama di dunia ini bisa

dikonsumsi oleh masyarakat.

82
Dalam penelitian didapati penggunaan pil KB khusus pria ini tak

akan mengakibatkan menurunnya gairah seks. Bambang mengharapkan

tidak ada penyalahgunaan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Pria yang

mengonsumsinya dijamin tetap bisa melakukan rutinitas pemenuhan

kebutuhan batinnya, tanpa takut pasangannya mengalami kehamilan. Jadi

tak perlu takut. Hanya saja yang perlu dicatat adalah jika benar ini sudah

diedarkan jangan sampai disalah gunakan.

Gandarusa, merupakan tanaman herbal yang sudah dimanfaatkan

oleh sebagian besar masyarakat sebagai tanaman obat. Menurut situs

Wikipedia, tanaman gandarusa ini selain memiliki sifat antispermatozoa

juga memiliki efek analgetik, antidiuretik. Menurut salah seorang

pembudidaya gandarusa, Tini Hartini, Gandarusa ini bisa digunakan

sebagai obat anti nyeri ketika keseleo.

2. Bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat

(suatu zat untuk metabolisme vitamin A).

Sedangkan studi di luar negeri meneliti suatu obat yang dapat

menghambat produksi sperma. Saat ini penelitian mencapai tahap uji

pada hewan coba. Hal ini memberikan harapan baru bagi

perkembangan KB untuk pria. Pada suatu jurnal endokrinologi

disebutkan penelitian eksperimental suatu bahan BMS 189453 yang

dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu zat untuk metabolisme

vitamin A). Vitamin A ini merupakan faktor pertumbuhan yang

dibutuhkan dalam proses pembelahan dan kelangsungan hidup sel-sel

83
sperma di testis. Cara kerja pil KB pria ini berbeda dengan pil KB

perempuan yang berisi hormon sintetis.

Seperti kita ketahui bersama bahwa vitamin A berperan penting

dalam mempertahankan fungsi penglihatan, tetapi penggunaan pil KB

pria ini ternyata tidak mengganggu fungsi penglihatan. Para peneliti

menyebutkan bahwa terdapat jalur yang berbeda antara fungsinya

dalam proses penglihatan dengan proses produksi sperma.

Dalam suatu studi, peneliti memberikan pil ini pada hewan

coba. Hasil penelitian menunjukkan produksi sperma berhenti

sehingga menyebabkan hewan coba ini mengalami kemandulan

selama 2-4 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa obat ini mempunyai

efek temporer.

c. Nifedipine

Adalah jenis obat yang termasuk calcium channel blockers

(CCBs). Penelitian menunjukkan CCBs bisa menghambat saluran

kalsium dalam membran sel sperma. Hal itu akan berdampak

menghambat kerja sperma tetapi tidak berpengaruh pada produksinya.

Seseorang yang mengonsumsi nifedipine jumlah spermanya tetap

tetapi fungsinya menurun.

84
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arief, Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah Pembahasan

Sosiologis tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat. Jakarta,

Gramedia,1985

Fakih, Mansour, DR. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997

Alimul, A. Aziz Hidayat. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tekhnik

Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Glassier, Anna dan Gebbie Ailsa. 2006. Keluarga Berencana Dan

Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

Hadyani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.

Yogyakarta :

85
DAFTAR ISI

BAB IV KDRT DAN PERMASALAHAN DALAM KESPRO

A. Latar belakang87

B. Pembahasan .91

1. Kekerasan terhadap perempuan..91

a. Bentuk-bentuk kekerasan teradap perempuan91

b. Faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan

dalam Rumah tangga ..96

c. Dampak kekerasan terhadap kespro...100

2. Permasalahan kespro ..105

a. Penyakit menular seksual..105

b. HIV/AIDS...107

c. Gonorea ....108

d. Sifiis ...108

e. Klamidia.108

f. Ulkus mole....109

g. Herpes genetalia..109

h. Kondolima akuminata..110

DAFTAR PUSTAKA..113

86
BAB IV

KDRT DAN PERMASALAHAN DALAM KESPRO

A. Latar Belakang

KDRT merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat

dalam dan terjadi di seluruh negara dunia. Dalam hal ini, masyarakat

internasional telah menciptakan standar hukum yang efektif dan

khusus memberikan perhatian terhadap KDRT. Tindakan untuk

memukul perempuan, misalnya, telah dimasukan di dalam konvensi

HAM internasional maupun regional yang mempunyai sifat hukum

mengikat terhadap negara yang telah meratifikasinya. Dokumen HAM

Internasional tersebut meliputi, Universal Declaration of Human Rights

(UDHR), the International Covenant on Civil and Political Rights

(ICCPR), dan the International Covenant on Economic, Social and

Cultural Rights(ICESCR) yang menjadi standar umum mengenai Hak

Asasi Manusia, di mana para korban dari KDRT dapat menggugat

negaranya masing-masing.

Berbagai pertistiwa kekerasan dalam rumah tangga telah

menunjukkan bahwa negara telah gagal untuk memberi perhatian

terhadap keluhan para korban. Maka negara dapat dikenakan sanksi

jika negara tersebut merupakan anggota dari instrumen internasional

sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Hal yang sama dapat pula

87
dilakukan di bawah Convention on the Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women (CEDAW) beserta dengan

Protokolnya, dan juga melalui Convention Against Torture and Other

Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment or Punishment (CAT).

Demikian juga, instrumen regional dapat memberikan perlindungan

terhadap perempuan yang menjadi korban. The European Convention

for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms

(ECHR), the American Convention on Human Rights (ACHR),

bersama dengan the Inter-American Convention on the Prevention,

Punishment and Eradication of Violence Against Women (Inter-

American Convention on Violence Against Women), dan the African

Charter on Human and Peoples' Rights (African Charter) merupakan

dokumen utama HAM regional yang dapat dijadikan landasan bagi

korban KDRT.

Pengaruh negatif dari KDRT pun beraneka ragam dan bukan

hanya bersifat hubungan keluarga, tetapi juga terhadap anggota dalam

keluarga yang ada di dalamnya. Dalam hal luka serius fisik dan

psikologis yang langsung diderita oleh korban perempuan,

keberlangsungan dan sifat endemis dari KDRT akhirnya membatasi

kesempatan perempuan untuk memperoleh persamaan hak bidang

hukum, sosial, politik dan ekonomi di tengah-tengah masyarakat.

Terlepas dari viktimisasi perempuan, KDRT juga mengakibatkan

retaknya hubungan keluarga dan anak-anak yang kemudian dapat

88
menjadi sumber masalah sosial. Tindak kekerasan pada istri dalam

rumah tangga merupakan masalah sosial yang serius, akan tetapi

kurang mendapat tanggapan dari masyarakat dan para penegak

hukum karena beberapa alasan,

3. Ketiadaan statistik kriminal yang akurat, kedua: tindak kekerasan

pada istri dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup sangat pribadi

dan terjaga privacynya berkaitan dengan kesucian dan keharmonisan

rumah tangga (sanctitive of the home), ketiga: tindak kekerasan pada

istri dianggap wajar karena hak suami sebagai pemimpin dan kepala

keluarga, keempat tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga

terjadi dalam lembaga legal yaitu perkawinan.

(Hasbianto, 1996) Perspektif gender beranggapan tindak

kekerasan terhadap istri dapat dipahami melalui konteks sosial.

Menurut Berger (1990), perilaku individu sesungguhnya merupakan

produk sosial, dengan demikian nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat turut membentuk prilaku individu artinya apabila nilai yang

dianut suatu masyarakat bersifat patriakal yang muncul adalah

superioritas laki-laki dihadapan perempuan, manifestasi nilai tersebut

dalam kehidupan keluarga adalah dominasi suami atas istri. Mave

Cormack dan Stathern (1990) menjelaskan terbentuknya dominasi laki-

laki atas perempuan ditinjau dari teori nature and culture. Dalam

proses transformasi dari nature ke culture sering terjadi penaklukan.

89
Laki-laki sebagai culture mempunyai wewenang menaklukan dan

memaksakan kehendak kepada perempuan (nature).

Secara kultural laki laki ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari

perempuan, karena itu memiliki legitimasi untuk menaklukan dan

memaksa perempuan. Dari dua teori ini menunjukkan gambaran aspek

sosiokultural telah membentuk social structure yang kondusif bagi

dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga mempengaruhi prilaku

individu dalam kehidupan berkeluarga. Penelitian yang mengkaitkan

tindak kekerasan pada istri yang berdampak pada kesehatan reproduksi

masih sedikit. Menurut Hasbianto (1996), dikatakan secara psikologi

tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga menyebabkan gangguan

emosi, kecemasan, depresi yang secara konsekuensi logis dapat

mempengaruhi kesehatan reproduksinya.

Kekerasan terhadap perempuan dapat berdampak fatal berupa

kematian, upaya bunuh diri dan terinfeksi HIV/AIDS. Selain itu, kekerasan

terhadap perempuan juga dapat berdampak non fatal seperti gangguan

kesehatan fisik, kondisi kronis, gangguan mental, perilaku tidak sehat

serta gangguan kesehatan reproduksi. Baik dampak fatal maupun non

fatal, semuanya menurunkan kualitas hidup perempuan. Dengan melihat

serangkaian fakta diatas, maka tidak berlebihan jika dikatakan KDRT

merupakan bagian dari isu kesehatan masyarakat yang patut

diperhatikan. Kekerasan terhadap perempuan dapat muncul dalam satu

90
atau lebih bentuk. Berikut ini beberapa hasil wawancara dengan istri-istri

yang menjadi korban KDRT yang semua pelakunya adalah suami mereka.

Kisah kisah mereka bukan khayalan atau karangan semata ini adalah

kisah nyata yang sesunguhnhya dekat dengan realitas di masyarakat,

yang sering kita menutup mata terhadap realitas ini. Mereka adalah

korban KDRT yang berhasil ditolong dan diberikan layanan medis,

psikologis, juga bantuan pendampingan hukum oleh PusatPelayanan

Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kalimantan

Timur. Menurut model Dixon-Mudler (1993) tentang kaitan antara

kerangka seksualitas atau gender dengan kesehatan reproduksi;

pemaksaan hubungan seksual atau tindak kekerasan terhadap istri

mempengaruhi kesehatan seksual istri. Jadi tindak kekerasan dalam

konteks kesehatan reproduksi dapat dianggap tindakan yang mengancam

kesehatan seksual istri, karena hal tersebut menganggu psikologi istri baik

pada saat melakukan hubungan seksual maupun tidak.

B. PEMBAHASAN

1. Kekerasan Terhadap Perempuan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan khususnya

terhadap perempuan oleh pasangannya maupun anggota keluarga

dekatnya, terkadang juga menjadi permasalahan yang tidak pernah

diangkat ke permukaan. Meskipun kesadaran terhadap pengalaman

kekerasan terhadap wanita berlangsung setiap saat, fenomena KDRT

terhadap perempuan diidentikkan dengan sifat permasalahan ruang privat.

91
Dari perspektif tersebut, kekerasan seperti terlihat sebagai suatu tanggung

jawab pribadi dan perempuan diartikan sebagai orang yang bertanggung

jawab baik itu untuk memperbaiki situasi yang sebenarnyadidikte oleh

norma-norma sosial atau mengembangkan metode yang dapat diterima

dari penderitaan yang tak terlihat.

Pemahaman dasar terhadap KDRT sebagai isu pribadi telah

membatasi luasnya solusi hukum untuk secara aktif mengatasi masalah

tersebut. Di sebagian besar masyarakat, KDRT belum diterima sebagai

suatu bentuk kejahatan. Bagaimanapun juga, sebagai suatu hasil

advokasi kaum feminis dalam lingkup HAM internasional, tanggung jawab

sosial terhadap KDRT secara bertahap telah diakui sebagian besar

negara di dunia. Kekerasan dalam rumah tangga seringkali menggunakan

paksaan yang kasar untuk menciptakan hubungan kekuasaan di dalam

keluarga, di mana perempuan diajarkandan dikondisikan untuk menerima

status yang rendah terhadap dirinya sendiri. KDRT seakanakan

menunjukkan bahwa perempuan lebih baik hidup di bawah belas kasih

pria.

Hal ini juga membuat pria, dengan harga diri yang rendah,

menghancurkan perasaan perempuan dan martabatnya karena mereka

merasa tidak mampu untuk mengatasi seorang perempuan yang dapat

berpikir dan bertindak sebagai manusia yang bebas dengan pemikiran

dirinya sendiri. Sebagaimana pemerkosaan, pemukulan terhadap istri

menjadi hal umum dan menjadi suatu keadaan yang serba sulit bagi

92
perempuan di setiap bangsa, kasta, kelas, agama maupun wilayah.Pada

tingkat internasional, kekerasan terhadap perempuan telah dilihat sebagai

suatu bingkai kejahatan terhadap hak dan kebebasan dasar perempuan

serta perusakan dan pencabutan kebebasan mereka terhadap hak-hak

yang melekat pada dirinya.

Hal ini menjadi sebuah tantangan dalam pencapaian persamaan hak,

pengembangan dan kedamaian yang diakui dalam Nairobi Forward-

looking Strategis for the Advancement of Women, yang

merekomendasikan satu perangkat tindakan untuk memerangi kekerasan

terhadap. Rekomendasi tersebut dibebankan kepada Pemerintah sebagai

kewajiban hukum dan moral untuk menghilangkan KDRT melalui

kombinasi berbagai langkah serius. Kekerasan dalam rumah tangga

menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 2004 adalah setiap perbuatan

terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau

penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau pe-rampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga.

Tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi

dikarenakan telahdiyakini bahwa masyarakat atau budaya yang

mendominasi saat ini adalah patriarkhi, dimana laki-laki adalah superior

dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai

dan mengontrol perempuan. Hal ini menjadikan perempuan

93
tersubordinasi. Di samping itu, terdapat interpretasi yang keliru terhadap

stereotipi jender yang tersosialisasi amat lama dimana perempuan

dianggap lemah, sedangkan laki-laki, umumnya lebih kuat. Sesuai dengan

yang dinyatakan oleh Sciortino dan Smyth, 1997; Suara APIK,1997,

bahwa menguasai atau memukul istri sebenarnya merupakan manifestasi

dari sifat superior laki-laki terhadap perempuan.

Kecenderungan tindak kekerasan dalam rumah tangga terjadinya

karena faktor dukungan sosial dan kultur (budaya) dimana istri di

persepsikan orang nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa

saja. Hal ini muncul karena transformasi pengetahuan yang diperoleh dari

masa lalu, istri harus nurut kata suami, bila istri mendebat suami, dipukul.

Kultur di masyarakat suami lebih dominan pada istri, ada tindak kekerasan

dalam rumah tangga dianggap masalah privasi, masyarakat tidak boleh

ikut campur .

a. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan

Bentuk tindak kekerasan ini mempengaruhi kesehatan reproduksi

wanita, yaitu berperan dalam meningkatkan risiko IMS (Infeksi Menular

Seksual), termasuk HIV. Hal itu tidak terlepas dari perilaku seksual

para pasangaan mereka. Korban KDRT mengakui bahwa pasangan

mereka memiliki mitra seksual lebih dari satu dan menolak untuk

menggunakan alat kontrasepsi kondom. Fakta yang lebih

mencengangkan adalah para korban tindak kekerasan tersebut banyak

94
yang menyatakan telah melakukan aborsi disengaja, bahkan banyak

diantara mereka yang telah mengalami keguguran.

Menurut Dr. Charlotte Watts, dari London School Kekerasan pada

pasansgan memiliki kesamaan dampak pada kesehatan wanita dan

status kesehatan dimanapun dia berada, prevalensi kekerasan pada

kondisi dimana wanita tersebut berada atau latar belakang budaya dan

ekonomi dimana dia berada. Dr. Watts menambahkan bahwa tingkat

kerugian pada aspek kesehatan yang dialami wanit korban kekerasan

rumah tangga pada studi WHO konsisten di beberapa Negara.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan

terhadap istri dalamrumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat)

macam :

1. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,

jatuh sakit atau lukaberat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam

golongan ini antara lain adalah menampar,memukul, meludahi,

menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,

memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya

perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah

atau bekas luka lainnya.

2. Kekerasan psikologis / emosional

Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

95
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau

penderitaan psikis berat pada seseorang. Perilaku kekerasan yang

termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan,

komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri,

mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti

sebagai sarana memaksakan kehendak.

3. Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari

kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual,

memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak

istri.

4. Kekerasan ekonomi

Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,

perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari

kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan

menghabiskan uang istri.

b. Faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan dalam

rumah tangga

Adapun faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap perempuan

dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap

96
istri telah diungkap dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Diana

Ribka, juga oleh Istiadah yang dapat diringkaskan sebagai berikut:

1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami

dan istri. Anggapan bahwa suami lebih berkuasa dari pada istri telah

terkonstruk sedemikian rupa dalam keluarga dan kultur serta

struktur masyarakat. Bahwa istri adalah milik suami oleh karena

harus melaksanakan segala yang diinginkan oleh yang memiliki. Hal

ini menyebabkan suami menjadi merasa berkuasa dan akhirnya

bersikap sewenangwenang terhadap istrinya. Jika sudah demikian

halnya maka ketimpangan hubungan kekuasaan antara suami dan

istri akan selalu menjadi akar dari perilaku keras dalam rumah

tangga.

2. Ketergantungan ekonomi.

Faktor ketergantungan istri dalam hal ekonomi kepada suami

memaksa istri untuk menuruti semua keinginan suami meskipun ia

merasa menderita. Bahkan, sekalipun tindakan keras dilakukan

kepadnya ia tetap enggan untuk melaporkan penderitaannya

dengan pertimbangan demi kelangsungan hidup dirinya dan

pendidikan anak-anaknya. Hal ini dimanfaatkan oleh suami untuk

bertindak sewenang-wenang kepada istrinya.

3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaiakan konflik.

Faktor ini merupakan faktor dominan ketiga dari kasus kekerasan

dalam rumah tangga. Biasanya kekerasan ini dilakukan sebagai

97
pelampiasan dari ketersinggungan, ataupun kekecewaan karena

tidak dipenuhinya keinginan, kemudian dilakukan tindakan

kekerasan dengan tujuan istri dapat memenuhi keinginannya dan

tidak melakukan perlawanan. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa

jika perempuan rewel maka harus diperlakukan secara keras agar ia

menjadi penurut. Anggapan di atas membuktikan bahwa suami

sering menggunakan kelebihan fisiknya dalam menyelesaikan

problem rumah tangganya.

4. Persaingan

Jika di muka telah diterangkan mengenai faktor pertama

kekerasan dalam rumah tangga adalah ketimpangan hubungan

kekuasaan antara suami dan istri. Maka di sisi lain, perimbangan

antara suami dan istri, baik dalam hal pendidikan, pergaulan,

penguasaan ekonomi baik yang mereka alami sejak masih kuliah, di

lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat di mana mereka

tinggal, dapat menimbulkan persaingan dan selanjutnya dapat

menimbulkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Bahwa di

satu sisi suami tidak mau kalah, sementara di sisi lain istri juga tidak

mau terbelakang dan dikekang.

5. Frustasi

Terkadang pula suami melakukan kekerasan terhadap istrinya

karena merasa frustai

98
tidak bisa melakukan sesuatu yang semestinya menjadi tanggung

jawabnya. Hal ini biasa terjadi pada pasangan yang:

a. Belum siap kawin

b. Suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang

mencukupi kebutuhan rumah tangga.

c. Masih serba terbatas dalam kebebasan karena masih

menumpang pada orang tua atau mertua. Dalam kasus ini

biasanya suami mencari pelarian kepada mabuk-mabukan dan

perbuatan negatif lain yang berujung pada pelampiasan terhadap

istrinya dengan memarahinya, memukulnya, membentaknya dan

tindakan lain yang semacamnya.

6. Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum

Pembicaraan tentang proses hukum dalam kasus kekerasan

dalam rumah tangga tidak terlepas dari pembicaraan hak dan

kewajiban suami istri. Hal ini penting karena bisa jadi laporan korban

kepada aparat hukum dianggap bukan sebagai tindakan kriminal

tapi hanya kesalahpahaman dalam keluarga. Hal ini juga terlihat dari

minimnya membicarakan mengenai hak dan kewajiban istri sebagai

korban, karena posisi dia hanya sebagai saksi pelapor atau saksi

korban. Dalam proses sidang pengadilan, sangat minim kesempatan

istri untuk mengungkapkan kekerasan yang ia alami. Beberapa

faktor penghambat untuk menanggulangi tindakan kekerasan dalam

rumah tangga, antara lain :

99
a. Keterbukaan dan saling percaya, dalam hal ini pasangan

suami istri harus saling terbuka dan percaya satu sama

lain dan jangan menyembunyikan apapun dari pasangan

anda karena jika sikap tersebut buruk lambat laun akan

terungkap

b. Memahami kedudukan satu sama lain, hal ini perlu agar

ada keharmonisan apalagi

b. jika suami dan istri sama-sama bekerja

c. Jauhi amarah destruktif, pertengkaran dalam rumah tangga

merupakan hal yang wajar tetapi akan menjadi tidak wajar

ketika pertengkaran berlanjut terus-menerus dan akan

diperparah lagi jika salah satu pasangan atau keduanya

memiliki pendirian yang keras

d. Bersikaplah pemaaf seperti yang diterangkan dalam hadist

Nabi Muhammad SAW yang artinya Berilah maaf pada wanita

(istri), pasti ia akan memberi maaf kepadamu. Barang siapa

memutuskan tanggung jawab kepada keluarganya, amalnya

tidak akan di terima Allah dan ia tidak akan masuk surga (H.R.

Thabrani)

c. Dampak kekerasan terhadap kesehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi menurut ICPD (1994) adalah suatu keadaan

sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan

100
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Sehubungan

dengan dampak tindak kekerasan terhadap kehidupan seksual dan

reproduksi perempuan, penelitian yang dilakukan oleh Rance (1994)

yang dikutip oleh Heise, Moore dan Toubia (1995) kekerasan dan

dominasi laki-laki dapat membatasi dan membentuk kehidupan

seksual dan reproduksi perempuan. Selain itu, laki-laki juga sangat

berpengaruh dalam pengambilan keputusan tentang alat kontrasepsi

yang dipakai oleh pasangannya. Selanjutnya penelitian yang

dilakukan di Norwegia oleh Schei dan Bakketeig (1989) yang dikutip

oleh Heise, Moore dan Toubia (1995) juga menyatakan bahwa

perempuan yang tinggal dengan pasangan yang suka melakukan

tindak kekerasan menunjukkan masalah-masalah ginekologis yang

lebih berat ketim-bang dengan yang tinggal dengan pasangan/suami

normal ; bahkan problem gineko-logis ini bisa berlanjut dalam rasa

sakit terus menerus.

Tindak kekerasan terhadap istri perlu diungkap untuk mencari

alternatif pemberdayaan bagi istri agar terhindar dari tindak kekerasan

yang tidak semestinya terjadi demi terwujudnya hak perempuan untuk

memperoleh kesehatan reproduksi yang sehat. Perempuan terganggu

kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil mengalami

gangguan menstruasi seperti menorrhagia, hipomenorrhagia atau

metrorhagia bahkan wanita dapat mengalami menopause lebih awal,

dapat mengalami penurunan libido, ketidakmampuan mendapatkan

101
orgasme, akibat tindak kekerasan yang dialaminya. Di seluruh dunia

satu diantara empat perempuan hamil mengalami kekerasan fisik dan

seksual oleh pasangannya. Pada saat hamil, dapat terjadi keguguran /

abortus, persalinan imatur dan bayi meninggal dalam rahim.

Pada saat bersalin, perempuan akan mengalami penyulit persalinan

seperti hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama, persalinan dengan

alat bahkan pembedahan. Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi

dengan BBLR, terbelakang mental, bayi lahir cacat fisik atau bayi lahir

mati. Dampak lain yang juga mempengaruhi kesehatan organ

reproduksi istri dalam rumah tangga diantaranya adalah perubahan

pola fikir, emosi dan ekonomi keluarga. Dampak terhadap pola fikir

istri. Tindak kekerasan juga berakibat mempengaruhi cara berfikir

korban, misalnya tidak mampu berfikir secara jernih karena selalu

merasa takut, cenderung curiga (paranoid), sulit mengambil keputusan,

tidak bisa percaya kepada apa yang terjadi.

Istri yang menjadi korban kekerasan memiliki masalah kesehatan

fisik dan mental dua kali lebih besar dibandingkan yang tidak menjadi

korban termasuk tekanan mental, gangguan fisik, pusing, nyeri haid,

terinfeksi penyakit menular Dampak terhadap ekonomi keluarga.

Dampak lain dari tindakan kekerasan meskipun tidak selalu adalah

persoalan ekonomi, menimpa tidak saja perempuan yang tidak bekerja

tetapi juga perempuan yang mencari nafkah. Seperti terputusnya

akses ekono-mi secara mendadak, kehilangan kendali ekonomi rumah

102
tangga, biaya tak terduga untuk hunian, kepindahan, pengobatan dan

terapi serta ongkos perkara.

Dampak terhadap status emosi istri. Istri dapat mengalami depresi,

penyalahgunaan / pemakaian zat-zat tertentu (obat-obatan dan

alkohol), kecemasan, percobaan bunuh diri, keadaan pasca trauma

dan rendahnya kepercayaan diri. Perjuangan penghapusan KDRT

berangkat dari fakta banyaknya kasus KDRT yang terjadi dengan

korban mayoritas perempuan dan anak-anak. Hal ini berdasarkan

sejumlah temuan Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap

Perempuan (Komnas Perempuan) dari berbagai organisasi penyedia

layanan korban kekerasan.

Dari sisi hukum, ketiadaan sanksi yang tegas dan membuat jera pelaku

telah melanggengkan kekerasan atau kejahatan di masyarakat.

Seperti pelaku pemerkosaan yang dihukum ringan, pelaku perzinaan

yang malah dibiarkan, dan lain lain. Dari sisi sosialbudaya, gaya hidup

hedonistik yang melahirkan perilaku permisif, kebebasan berperilaku

dan seks bebas, telah menumbuh-suburkan perilaku penyimpangan

seksual seperti homoseksual, lesbianisme dan hubungan seks disertai

kekerasan. Dari sisi pendidikan, menggejalanya kebodohan telah

memicu ketidak-pahaman sebagian masyarakat mengenai dampak-

dampak kekerasan dan bagaimana seharusnya mereka berperilaku

santun. Ini akibat rendahnya kesadaran pemerintah dalam penanganan

103
pendidikan, sehingga kapitalisasi pendidikan hanya berpihak pada

orang-orang berduit saja.

Lahirlah kebodohan secara sistematis pada masyarakat. dan

kemerosotan pemikiran masyarakat, sehingga perilakupun berada pada

derajat sangat rendah. Untuk persoalan ini, dibutuhkan penerapan

hukum yang menyeluruh oleh negara. Kalau tidak akan terjadi

ketimpangan. Sebagai contoh sulit untuk menghilangkan pelacuran,

kalau faktor ekonomi tidak diperbaiki. Sebab, tidak sedikit orang

melacur karena persoalan ekonomi. Kekerasaan dalam rumah tangga,

kalau hanya dilihat dari istri harus mengabdi kepada suami, pastilah

timpang. Padahal dalam Islam, suami diwajibkan berbuat baik kepada

istri. Kekerasaan yang dilakukan oleh suami seperti menyakiti fisiknya

bisa diberikan sanksi diyat. Disinilah letak penting tegaknya hukum

yang tegas dan menyeluruh. Menurut pasal 11 UU PKDRT, pemerintah

bertanggung jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah

tangga dan menurut pasal 12 ayat (1) menyelenggarakan advokasi dan

sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi

tanggung jawab pemerintah.

Namun, nyatanya, sosialisasi dan advokasi kekerasan dalam rumah

tangga masih minim. Masih banyak masyarakat yang belum

mengetahui apalagi memahami UU PKDRT, bahkan di kalangan aparat

penegak hukum masih timbul berbagai persepsi. Di samping itu,

diperlukan sosialisasi yang memadai bagi masyarakat luas, terutama

104
bagi para pihak yang berpotensi melakukan KDRT, sebagai upaya

pencegahan. Bagi pihak yang mungkin menjadi korban KDRT,

sosialisasi perlu, agar bila terjadi KDRT, ia dapat memperbaiki nasibnya

karena telah mengetahui hak-haknya.

UU PKDRT perlu direvisi pada bagian-bagian yang rancu dan perlu

penambahan jenis kekerasan, seperti kekerasan ekonomi dan

kekerasan sosial. Selain itu, diperlukan harmonisasi peraturan

perundang-undangan yang tidak sejalan dengan napas kesetaraan

gender, antara lain dengan merevisi UU Perkawinan, agar peraturan

perundang-undangan bisa saling mendukung dan tidak saling

bertentangan, supaya UU PKDRT dapat dirasakan efektivitasnya.

Penegakan hukum UU PKDRT tidak akan terlepas dari penegakan

hukum pada umumnya. Apabila negara tidak dapat menciptakan

supremasi hukum, perlindungan yang diatur dalam UU PKDRT hanya

akan berupa law in book (teori) belaka, sedangkan dalam law in action

(praktik) akan sulit terwujud. Oleh karena itu, supremasi hukum harus

ditegakkan.

2. Permasalahan Kespro

a. Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi

saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan dengan atau tanpa hubungan

seksual (Intan Kumalasari Dan Iwan Andhyantoro, 2012).

105
Risiko tinggi terhadap penularan penyakit menular seksual (PMS)

sebagai berikut:

1) Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai

pasangan seksual lebih dari satu baik yang dikenal atau tidak

dikenal.

2) Pasangan seksual mempunyai pasangan ganda.

3) Melakukan hubungan seksual dengan penderita PMS.

4) Tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seksual

dengan pasangan yang mempunyai keluhan PMS.

5) Pemakaian alat suntik secara bersama-sama secara bergantian.

6) Penularan dari ibu ke janin/bayi selama kehamilan (HIV/AIDS,

herpes, sifilis), melalui jalan lahir pada saat persalinan

(HIV/AIDS, gonore, klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS).

7) Tenaga kesehatan yang bekerja memberi pelayanan kesehatan

kepada pasien.

Cara pencegahan penyakit menular seksual (PMS) yaitu sebagai

berikut:

b. Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pesan kunci ABCDE.

1) Abstinensia: tidak melakukan hubungan seksual di luar

nikah.

2) Be faithful: setia terhadap pasangan yang sah (suami-istri).

3) Condom: menggunakan kondom apabila salah satu

pasangan berisiko terkena PMS.

106
4) Drugs: hindari pemakaian narkoba.

5) Equipment: mintalah peralatan kesehatan yang steril.

6) Pencegahan penularan penyakit menular seksual melalui

darah.

7) Pencegahan penularan dari ibu ke janin/bayi.

8) Menjaga kebersihan alat reproduksi karena ada jenis infeksi

menular seksual (IMS) yang dapat diderita tanpa melalui

hubungan seksual misalnya keputihan yang diakibatkan oleh

jamur.

9) Segera memeriksa diri ke petugas kesehatan bila ada gejala-

gejala infeksi menular seksual (IMS) yang dicurigai.

10) Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS.

Adapun Jenis-jenis penyakit menular seksual (PMS)

b. HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu sejenis virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV akan masuk

dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih

yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan

menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi

lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit.

Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) yaitu kumpulan

gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya

kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

107
c. Gonore

Gonore (kencing nanah) disebabkan oleh bakteri Nisseria

gonorrhea dengan masa inkubasi antara 2-10 hari setelah masuk

ke dalam tubuh. Tanda dan gejala pada wanita seperti keputihan

kental berwarna kekuningan dan terasa gatal, nyeri pada

pinggul, sakit sewaktu menstruasi dan keluhan nyeri saat

kencing (uretritis).

Sementara pada pria gejala yang tampak yaitu keluarnya

cairan putih kuning kehijau-hijauan, rasa gatal, panas dan nyeri

di uretra, bengkak pada uretra dan berwarna kemerahan serta

nyeri ketika ereksi.

d. Sifilis

Sifilis (raja singa) disebabkan oleh bakteri Treponema

pallidum dengan masa inkubasi antara 2-6 minggu bahkan

terkadang sampai 3 bulan sesudah tubuh terinfeksi.

Gejala yang tamapak seperti luka pada kemaluan tanpa rasa

nyeri, bercak merah di tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh

darah dan kulit.

e. Klamidia

Klamidia disebabkan oleh bakteri Clamidia trachomatis.

Gejala yang tampak pada laki-laki yaitu sakit ringan pada saat

108
kencing, sakit di saluran kencing serta keluarnya sekret/duh dari

alat kelamin. Sedangkan gejala pada wanita yaitu pada

umumnya tidak menimbulkan gejala, keputihan berwarna putih

kekuningan, nyeri panggul dan perdarahan setelah koitus.

f. Ulkus mole

Ulkus mole (canchroid/sankroid) disebabkan oleh bakteri

Haemophillus ducreyi. Gejala yang tampak yaitu luka-luka dan

nyeri tanpa radang jelas di bagian kemaluan, benjolan mudah

pecah dilipatan paha disertai sakit.

g. Herpes genitalis

Herpes genitalis disebabkan oleh virus Herpes simplex

dengan masa inkubasi antara 4-7 hari setelah virus menginfeksi

tubuh. Dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada

tempat masuknya virus. Bagian yang paling banyak terinfeksi

adalah kepala penis dan preputium serta vulva, vagina dan

serviks. Gejala yang timbul seperti bintil-bintil berkelompok

seperti anggur berair dan nyeri pada kemaluan, jika bintil pecah

akan meninggalkan luka yang kering berkerak lalu hilang

dengan sendirinya kemudian muncul lagi seperti awal,

membesarnya kelenjar getah benin di selangkangan dan sulit

kencing.

109
h. Kondiloma akuminata

Kondiloma akuminata (kutil kelamin) disebabkan oleh virus

Human papilloma tipe 6 dan 11 dengan masa inkubasi 2-3

bulan setelah virus menginfeksi tubuh. Gejala yang bisa terlihat

yaitu adanya satu atau beberapa kutil (lesi) di daerah kemaluan

dan lesi ini dapat membesar.

Trikomonas vaginalis

Trikomonas vaginalis disebabkan oleh protozoa Trikomonas

vaginalis dengan masa inkubasi 3-28 hari setelah kuman

masuk kedalam tubuh. Gejala yang timbul pada pria terutama

yang diserang adalah uretra dan kelenjar prostat sehingga

keluhan sering kencing, nyeri saat kencing dan keluar nanah

dari lubang uretra, sedangkan gejala yang tampak pada wanita

yaitu keputihan encer, berwarna kekuningan, berbusa dan

berbau busuk, vulva agak membengkak, kemerahan dan gatal.

(Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, 2013).

1. Infertilitas

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri

belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan

hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun

waktu 1 tahun tanpa menggunakan alat atau metode

kontrasepsi dalam bentuk apapun (Dwi Maryanti dan Majestika

Septikasari, 2009).

110
Adapun Jenis-jenis infertilitas :

a. Infertilitas primer

Infertilitas primer jika pasangan suami istri belum mampu dan

belum pernah memiliki anak.

b. Infertilitas sekunder

Infertilitas sekunder jika pasangan suami istri telah atau pernah

memiliki anak sebelumnya, tapi saat ini belum mampu memiliki

anak lagi.

Adapun Faktor penyebab infertilitas :

1. Faktor suami dan istri.

1) Gangguan senggama

2) Ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa subur.

3) Reaksi imunologis (kekebalan),

4) Adanya tumor otak

5) Adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid.

2. Faktor suami

1) Varikokel, yaitu pelebaran pembuluh darah vena di sekitar

skrotum (buah zakar).

2) Sumbatan/obstruksi saluran sperma

3) Faktor lain yang tidak dapat diketahui. Kemungkinan

dipengaruhi faktor genetik, kelainan kromosom, dan lain-lain.

111
3. Faktor istri

a. Gangguan pada alat reproduksi yang menyebabkan

terganggunya proses pembuahan.

b. Gangguan ovulasi

c. Kegagalan implantasi

d. Endometriosis

Adapun beberapa usaha yang dapat dilakuakan untuk menangani

infertilitas adalah sebagai berikut:

1) Konsultasi medis.

2) Manajemen masa subur yang benar.

3) Pemberian obat-obatan untuk kesuburan.

4) Tindakan inseminasi buatan.

5) Bayi tabung. (Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, 2013).

112
DAFTAR PUSTAKA

Amalia,E.2000. Kekerasan terhadap Perempuan dalam

Keluarga:Analisa Kasus Pada Beberapa Keluarga di Wilayah

Ciputat.Jakarta:Unpudblished research report PSW IAIN Syarif

Hidayatullah

BKKBN, 2001.Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.

Yanti, 2011. Buku Ajar : kesehatan reproduksi. Pustaka Rihama.

Yogyakarta.

Maryanti, Dwi. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan

Praktikum. Nusa Medika. Yogyakarta.

113

Anda mungkin juga menyukai