Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN KEMITRAAN SATUAN PAUD UNTUK PERCEPATAN

PENURUNAN STUNTING

Oleh:Bau ancing,S.Pd (TK Melati Kab.Tolitoli,Provinsi Sulawesi Tengah)

1.JUDUL

“Pentingnya Peran Guru Paud dalam Membangun Kemitraan Sebagai Upaya


Percepatan Penurunan stunting Di Kabupaten Tolitoli ,Provinsi Sulawesi Tengah”

2.LATAR BELAKANG

Persoalan stunting bukan sekedar masalah kesehatan dan gizi yang buruk tapi juga aspek tak
langsung penyebab lainnya. Oleh karena itu, intervensi untuk mencegah stunting bukan hanya
terkait dengan Kesehatan dan gizi, tetapi juga dengan bidang lainnya. Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) menjadi salah intervensi utama dalam percepatan pencegahan stunting. PAUD
penting sebagai forum untuk memberikan edukasi tentang pola makan, pola asuh dan pola
sanitasi kepada para orang tua terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan. PAUD juga
penting untuk memberikan stimulasi bagi perkembangan kognitif dan tumbuh kembang anak.

Kolaborasi multi pemangku kepentingan atau kemitraan dalam upaya percepatan


penurunan stunting merupakan satu aksi nyata dalam mengatasi tantangan stunting di
Indonesia. Kegiatan kemitraan ini merupakan perwujudan dari Pilar 1 Stranas Stunting yaitu
Peningkatan Komitmen dan Visi Kepemimpinan di Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa, yang diamanatkan dalam
Peraturan Presiden No 72 tahun 2021.

Masa keemasan anak usia dini membutuhkan stimulasi serta lingkungan yang kaya akan
pengetahuan sehingga tumbuh kembang anak teroptimalkan. Stimulasi tumbuh kembang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan yakni lima aspek perkembangan yaitu
perkembangan nilai agama dan moral, bahasa, kognitif, fisik motorik, dan sosial emosi.
Satuan PAUD yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk melaksanakan stimulasi yang tepat.
Untuk mewujudkan satuan PAUD yang berkualitas diperlukan layanan yang sistematis dan
terencana. Dengan adanya satuan PAUD yang berkualitas maka kebutuhan esensial anak
akan terpenuhi secara utuh. (Ghina Salamatu Sadiah, Nur Faizah Romadhona, 2020).
Dalam rangka memfasilitasi kebutuhan anak tersebut, pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang mensyaratkan bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD)
harus dilakukan secara Holistik Integratif (HI) melalui PAUD HI. Holistik berasal dari
bahasa Yunani yakni holisme yang berarti semua atau keseluruhan sedangkan integratif
menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang
utuh atau bulat. Holistik adalah penanganan anak usia dini secara menyeluruh yang bertujuan
untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan dalam bentuk layanan gizi dan
Kesehatan, pendidikan dan pengasuhan serta perlindungan. Terpadu berkaitan dengan
penanganan terhadap anak usia dini dilakukan secara terpadu oleh berbagai pemangku
kepentingan dari tingkat satuan PAUD, masyarakat, pemerintah daerah dan pusat. Dengan
demikian PAUD holistik integratif adalah penanganan anak usia dini secara menyeluruh yang
mencakup layanan gizi, Kesehatan, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan untuk
mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh
berbagai pemangku kepentingan.

3.TUJUAN

.Meningkatkan pemahaman guru PAUD tentang pentingnya melakukan kemitraan


denganorang tua sebagai upaya percepatan penurunan stunting.Serta menyampaikan informasi
kepada masyarakat khususnya guru PAUD yang ada di Kabupaten Tolitoli tentang pentingnya
menjalin kemitraan sebagai upaya penurunan stunting

4.SASARAN

Penurunan stunting di indonesia adalah tanggung jawab kita bersama mulai dari tingkat Pusat
sampai ke tingkat daerah .Peran guru PAUD dalam membangun kemitraan sangat di butuhkan
.sasaran utama dalam membangun kemitraan adalah orang tua peserta didik,bunda PAUD
Desa,masyarakat serta instansi terkait ,sehingga diharapkan dapat saling bekerja sama dalam
mencapai tujuan penurunan angka stunting agar anak-anak indonesia yang tumbuh sehat tanpa
stunting.Sasaran dalam percepatan penurunan angka stunting di harapkan dapat tepat sasaran
sehingga layanan pada masyarakat dapat meningkatkan kesehatan dan gizi anak

5.URAIAN MATERI HASIL STUDI MENDALAM

PAUD HI (pengembangan anak usia dini holistik integratif) ini dimaksudkan sebagai
upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan
esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi
(Ghina Salamatu Sadiah, Nur Faizah Romadhona, 2020). Peraturan presiden no. 60 tahun
2013, PAUD holistik integratif adalah pengembangan anak usia dini yang dapat menjamin
terpenuhinya hak tumbuh kembang anak usia dini, setidaknya dalam 5 hal, yaitu 1) kesehatan,
gizi, perawatan, 2) pengasuhan, 3) perlindungan, 4) kesejahteraan dan 5) pendidikan anak
(Mahmudah & Yuliati, 2020). PAUD HI merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas
sumber daya manusia yang dimulai sejak dini. Anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak
mulia merupakan perwujudan untuk pengembangan anak usia dini holistik integratif. Anak
sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia apabila terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia
dini secara utuh yakni Kesehatan, gizi, pendidikan, dan pengasuhan sesuai segmentasi usia
anak. Sasaran PAUD HI adalah orang tua dan keluarga, kader masyarakat, penyelenggaraan
pelayanan dan tenaga pelayanan, pemerintah (pusat dan daerah), perguruan tinggi, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dunia usaha, mitra pembangunan
serta media massa.

arget capaian dengan tujuan khusus PAUD HI

Target capaian dengan tujuan khusus PAUD HI dikutip dari buku Rencana Aksi Nasional
PAUD HI 2020-2024 dijabarkan sebagai berikut

Sumber: Rencana Aksi Nasional PAUD HI, 2021

Analisis berdasarkan tabel tersebut, bidang layanan Kesehatan dan gizi, pendidikan,
pengasuhan dan kesejahteraan berkaitan erat dengan program percepatan penurunan stunting
yang diatur dalam Peraturan Presiden no. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting. Program essential dalam PAUD-HI berkaitan dengan intervensi gizi sensitif.

1.Peran Guru PAUD dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua tahap berbeda yang tidak dapat
dipisahkan (Mulyati, 2017). Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal itu menunjukkan
bahwa manusia mengalami perubahan dalam beberapa hal, misalnya dalam hal tinggi dan
berat badan, perbendaharaan kata, dan kematangan berpikir. Akan tetapi, ada pula hal-hal
yang cenderung menetap, seperti temperamen dan kepribadian. peristiwa perkembangan
selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki
oleh organisme ini, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. pertumbuhan
adalah mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedang perkembangan lebih
mengarah kepada kualitas. Artinya konsep pertumbuhan mengandung definisi sebagai
perubahan ukuran fisik yang bersifat pasti, akurat yakni dari kecil menjadi besar, dari sempit
menjadi lebar. Proses tumbuh kembang anak harus selalu diperhatikan, baik dalam
lingkungan sekolah maupun keluarga. Hasil observasi tumbuh kembang anak di lingkungan
sekolah perlu dilaporkan kepada orang tua secara berkala agar orang tua dapat menyelaraskan
dan menyesuaikan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dalam proses mendidik dan
monitoring tumbuh kembang anak di rumah baik pertumbuhan fisik, motorik halus, motorik
kasar, bahasa, emosi maupun perilaku sosial anak.

Selain itu pendidik perlu melakukan deteksi dini terhadap anak untuk mengantisipasi hal
– hal yang tidak diinginkan terjadi pada diri anak. Program Deteksi Dini merupakan salah
satu program pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk menemukan penyimpangan
perkembangan pada anak usia prasekolah secara dini, menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga profesional (Ulfa, 2018). Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah
dilakukan dan tenaga kesehatan juga memiliki “waktu” dalam membuat rencana tindakan
yang tepat sehingga hasilnya akan maksimal

2.Peran Guru PAUD dalam Percepatan Penurunan Stunting

Golden Age atau masa keemasan, terjadi pada usia 0 – 6 tahun. Masa tersebut sering kita
sebut dengan masa anak usia dini. Pada masa usia dini kerja otak anak berlangsung lebih
cepat dan membutuhkan stimulasi yang tepat dan optimal untuk memperkaya sel – sel
neuronnya. Keterlambatan perkembangan yang terjadi pada anak, akan mempengaruhi pada
tahapan perkembangan yang lain. Untuk itu diperlukan peran guru dan tenaga pendidik anak
usia dini untuk dapat membantu anak dalam mengoptimalkan aspek perkembangan anak.
Selain itu status gizi anak usia dini merupakan salah satu indikator kesehatan yang perlu
menjadi perhatian bagi guru dan para tenaga kependidikan anak usia dini. Saat ini angka
kekurangan gizi pada usia ini masih menjadi masalah, hal ini terbukti dari tingginya
prevalensi stunting di Indonesia (Linda Riski Sefrina, 2020).

Sebagai seorang guru PAUD dalam rangka percepatan pencegahan angka stunting dapat
memberikan materi pembelajaran tentang kesehatan dan gizi yang dikemas dengan cara yang
menyenangkan. Diantaranya, memperkenalkan perilaku kesehatan yang dapat diberikan
kepada anak dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu, memberikan perilaku
pemeliharaan kesehatan (health maintenance) yang terdiri dari, perilaku pencegahan
penyakit, perilaku penyembuhan penyakit bilamana sakit. Seperti guru dapat memberikan
pengertian kepada anak ketika sakit harus melaporkannya kepada orang tua dan jangan
makan sembarangan serta makan makanan yang sehat. Yang kedua perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan
(health seeking behaviour). Dan terakhir yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau
tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku
ini dimulai dari mengobati sendiri (self-treatment) sampai mencari pengobatan di luar.
(Ghina Salamatu Sadiah, Nur Faizah Romadhona, 2020).

Berdasarkan data status Gizi nasioanal tahun 2021 Kabupaten Tolitoli ,angka Prevalensi
di angka 29.3%,sementara tahun 2022 mengalami peningkatan di mana angka Prevalensi
stunting di Kabupaten Toltitoli berada di 30,7% di mana dari 100 balita ada sekitar 30 anak
yang beresiko stunting. Penanganan stunting secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat ke
tingkat Desa,khususnya di kabupaten Tolitoli telah melakukan sejumlah upaya penanganan
stunting melalui Tim percepatan penurunan stunting yang di dalamnya terdiri dari anggota
dari gabungan lintas sektoral termasuk di dalamnya pemerintah Desa yang menjadi lokus
stunting.

Berdasarkan Hasil survey dan monitoring di lapangan salah satu faktor penyebab adanya
stunting yakni masih tingginya angka pernikahan dini ,di mana menikah di usia kurang dari
19 tahun dinilai bisa beresiko terjadi stunting,kerena usia ini organ reproduksi dan kondisi
fisik belum siap sempurna secara psikologis dan optimal .Guru PAUD merupakan tangan
pertama setelah keluarga yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya
penurunan stunting di kabupaten Tolitoli.
3.Pemberdayaan Orang Tua dalam Percepatan Pencegahan Stunting

Sampai saat ini Indonesia masih mengalami krisis asupan gizi seimbang, yang mana
menyebabkan banyak sekali balita dan anak usia dini yang mengalami kurang gizi hingga
berujung pada stunting. Peran dari berbagai aspek keluarga, pendidikan dan kesehatan sangat
dibutuhkan dalam rangka percepatan pencegahan stunting. Stunting menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2005 adalah salah salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai
dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan standar deviasi referensi. Stunting terjadi
mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun
(Himawaty, 2020). Indonesia termasuk dalam 17 negara di antara 117 negara yang
mempunyai prevalensi tinggi stunting, wasting dan overweight pada balita yaitu masing-
masing 37,2%; 12,1%; 11,9% (Martony et al., 2020). Stunting disebabkan oleh tiga hal
mendasar yaitu faktor lingkungan, akses pangan dan pola pengasuhan (Pawestuti et al.,
2021). Faktor – faktor tersebut tidak lepas dari peran orang tua sebagai kerabat terdekat anak.

Memberikan asupan gizi yang cukup dan seimbang merupakan keberhasilan tumbuh
kembang anak yang optimal. Asupan gizi yang baik dan tercukupi diperlukan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak (Handika et al., 2020). Orang tua memiliki peran yang
sangat penting karena mayoritas balita dan anak usia dini masih bergantung kepada orang tua
(Aryani et al., 2021). Oleh sebab itu orang tua memerlukan pengetahuan serta pelatihan –
pelatihan mengenai kesehatan dan asupan gizi anak agar dapat menerapkannya di kehidupan
sehari – hari. Salah satu yang dapat diterapkan adalah dengan pemberian makanan tambahan
(PMT). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada
balita berbentuk makanan ringan yang aman dan bermutu serta kegiatan pendukung lainnya
dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang
sesuai dengan kebutuhan anak (Novita et al., 2020).

4.Definisi Kemitraan

Epstein mendefinisikan kemitraan sekolah sebagai hubungan antara sekolah yang dalam ini
satuan PAUD dengan anggota masyarakat, keluarga, organisasi, lembaga lainnya yang
terencana sungguh-sungguh yang secara langsung atau tidak langsung agar mampu
mendorong perkembangan sosial, emosi, fisik, dan intelektual peserta didik (Epstein,
Sanders,andSimon,2002).
Satuan PAUD bukan merupakan satu-satunya pranata sosial yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan pembelajaran untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Keluarga, masyarakat,
organisasi dan lembaga lainnya dapat memberikan kontribusi positif dan membangun dengan
mengembangkan menjalin kerjasama dan menyelaraskan nilai, memperkaya pengetahuan
anak serta memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pendidikan pada satuan PAUD.
Secara umum program kemitraan sekolah bertujuan untuk menjalin kerja sama serta
keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai Tri Sentra
pendidikan yang ditujukan untuk menumbuhkembangkan karakter dan optimalisasi
perkembangan anak.

Tujuan Program Kemitraan:


Secara khusus tujuan dari program kemitraan sekolah dapat dijabarkan menjadi tiga, di
antaranya:

1. Memberikan dukungan lingkungan belajar yang dapat mengembangkan optimalisasi


tumbuh kembang anak melalui jalinan kemitraan sekolah bersama keluarga dan
masyarakat. Satuan PAUD dapat menjalin kerjasama dengan pengelola taman di wilayah
masing-masing sebagai salah satu lingkungan belajar anak.
2. Mendukung keselarasan pendidikan di rumah dan di sekolah melalui keterlibatan orang
tua. Orang tua dan guru secara aktif berkomunikasi dalam untuk mendiskusikan
perkembangan anak serta memastikan pengasuhan yang selaras antara di rumah dan di
sekolah.
3. Masyarakat mempunyai peranan untuk mendukung program pendidikan. Dengan
demikian masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan
pendidikan.
4. Bentuk Kemitraan Satuan PAUD Inisiator Orang Tua Penggerak

Kemitraan satuan PAUD merupakan hubungan kerja sama antar lembaga yang
memberikan manfaat untuk kedua belah pihak. Satuan PAUD dapat mendiskusikan
dahulu dengan mitra berkaitan dengan bentuk kemitraan yang akan dirancang dan
di implementasikan. Kemitraan dapat dilakukan melalui pengembangan teknologi,
pengetahuan dan keterampilan, penyediaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
Epstein memaparkan enam tipe/bentuk kemitraan yang dapat diterapkan oleh satuan
PAUD untuk mengorganisasikan aktivitas pendidikan. Satuan PAUD dapat memilih
tipe/bentuk kemitraan yang sesuai dengan kondisi masing-masing untuk dilaksanakan,
karena setiap tipe/bentuk terdiri atas aksi-aksi yang berbeda

6.KESIMPULAN

Keterlibatan satuan PAUD dalam upaya percepatan penurunan stunting sebagai


intervensi sensitif dengan menerapkan program Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif (PAUD HI). Program PAUD HI adalah upaya pengembangan anak usia dini yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling secara
sistematis, dan terintegrasi.

Melalui Program PAUD HI menunjukkan integrasi layanan kesehatan,stimulasi


pendidikan,perlindungan anak yang melibatkan orang tua, Keluarga,masyarakat dan
pemerintah pada Satuan PAUD dapat mengoptimalkan upaya percepatan penurunan Stunting.
Keterlibatan satuan PAUD dalam percepatan penurunan stunting menunjukkan
keterlibatan guru dalam upaya tersebut. Peran guru sebagai pendidik di satuan PAUD menjadi
subjek pelaksanaan utama yang secara langsung subjek pelaksana utama yang secara langsung
berinteraksi dengan anak dan orangtua .Guru PAUD dapat berperan dalam ekosistem
Pendidikan,Kemitraan,dan merancang serta mengimplemetasikan berbagai upaya untuk
percepatan penurunan stunting.

DAFTAR PUSTAKA

1.Modul ajar Peran guru dalam percepatan penurunan stunting

2.Modul ajar Pedoman percepatan penurunan stunting melalui pengembangan anak usia dini
Holistik integratif

3.Sarjono,4 juli 2023 data stunting di Kab.tolitoli rri.go.id

Anda mungkin juga menyukai