Usia dini (0-6 tahun) merupakan periode paling kritis dan penentu di
seluruh siklus hidup manusia. Puncak perkembangan terjadi pada periode usia
ini. Kebutuhan esensial yang tidak mencukupi dapat berdampak permanen
berupa kehilangan potensi kecerdasan, ketidaksiapan bersekolah, prestasi
belajar rendah, daya tahan tubuh lemah dan produktifitas rendah diusia
selanjutnya. Stimulasi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, perawatan,
perlindungan dan kesejahteraan merupakan kebutuhan esensial yang harus
dipenuhi agar anak usia dini sehat dan tumbuh kembangnya optimal.
Sehat, tumbuh dan berkembang dengan optimal adalah hak setiap anak
Indonesia dimanapun berada dan dalam kondisi apapun. Pemerintah, keluarga,
masyarakat dan pendidik anak usia dini secara bersama-sama harus
memastikan seluruh kebutuhan esensial anak terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan
ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama lintas kementerian terkait
antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, dan lain sebagainya. Kesehatan dan tumbuh kembang
anak usia dini menjadi komitmen penting negara yang tertuang sekaligus pada
beberapa Undang-Undang meliputi UU Kesehatan, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Perlindungan Anak. Komitmen
bersama juga tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
60 Tahun Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif (PAUD HI), menjelaskan bahwa PAUD HI adalah upaya
pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
esensial anak mencakup stimulasi pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan yang saling terkait dan
terintegrasi.
Profil tumbuh kembang anak usia dini menunjukan 30,8% stunting,
17,7% gizi kurang dan satu dari tiga anak Indonesia mengalami anemia besi
(Riskedas, 2018). Capaian kemampuan emosional baru mencapai 69,9% serta
kemampuan literasi-numerasi mencapai 64,6% (Analisis Perkembangan anak
usia dini 2018, Integrasi Susesnas-Riskedas 2018). Data tahun 2019
menunjukkan bahwa dari 3.414.150 orang di Indonesia yang diperkirakan sakit
TBC, 11,92% anak usia 0-14 tahun yang terdiagnosis dan tercatat di Program
TBC Nasional.