Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 2

ASUHAN PEREMPUAN BERKEBUTUHAN


KHUSUS

DOSEN PEMBIMBING :
NURUL B ADRIYAH . SST.M.Keb
DISUSUN OLEH :

APRILIA INDRIANI : 2015201002


CLARA KARTIKA : 2015201007
ICHA NURADINDA : 2015201013
NASRI DEVI : 2015201019
RANUM PUTRI : 2015201025
ARDIAN KUM : 2015201031
ALA SITI M AIM : 2015201038
ANAH : 2015201041
ASM A UL HUSNA : 2015201044
M IA AUDINA : 2015201029
NURIM A : 2015201005
YUDANTI SILVIA : 2015201043
INDRIANI AYU : 2015201020
SAPITRI OKTA : 2015201017
INDRAYANI NIDA : 2015201035
RIANI
M EIA ZULIANTY
WIDIA NATASYA
A.Definisi Berkebutuhan Khusus (Disabilitas)

Hallahan (2009) menjelaskan semua disabilitas adalah inabilitas


(ketidakmampuan) dalam melakukan sesuatu, tetap i tidak semua inab ilitas
tersebut
termasuk
berjalan datau
isabilitas.
b Sebagai
tetap i contoh,
inisebagian
bukan besar anak us
disabilitas ia 6 bulaninabilitas
melainkan tidak
dapat
icara,
(ketidakmampuan) usia hal yang belum sesuai dengan tahap perkembangan
tersebut.

Sementara cacat merupakan kelainan atau kerusakan anggota tubuh


dan yang menyebabkan
sebagainya menjadi kurang sempurna
keadaannyaWorld Health Organization (WHO) (dalam
abnormal. atau Desiningrum,
2016)
B. KELOMPOK RENTAN

1.Menurut UU Republik
Indonesia
Kelompok rentan adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin perempuan hamil, dan orang
dengan Disabilitas.
2.Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kelompok rentan adalah perempuan, anak, orang dengan Disabilitas, dan masyarakat hukum adat.
3.Puji Pujiono, Sekretariat Jaringan antar Organisasi Masyarakat Sipil
Kelompok rentan adalah orang dengan Disabilitas, kelompok minor, kelompok lansia,
masyarakat suku terasing, dan masih banyak lagi. Menurut Puji, kelompok rentan merupakan
bagian dari masyarakat yang paling terdampak terjadinya krisis.
4.Achmad Yurianto, Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19
Di tengah kondisi pandemi, kelompok rentan adalah kelompok usia lanjut, kelompok yang
memiliki penyakit kronis sebelumnya misalnya, hipertensi, kencing manis, gagal ginjal, kelainan
pada paru-paru yang kronis misalnya penderita asma, bronkitis.
5.Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Kelompok rentan di Indonesia yang menjadi prioritas adalah kelompok orientasi seksual dan
identitas gender, minoritas ras, minoritas etnis, minoritas orang dengan Disabilitas, serta
minoritas agama, dan keyakinan.
C. KELOMPOK PEREMPUAN
RENTAN
Berikut merupakan perempuan berkebutuhan khusus dalam berbagai aspek
beserta
contohnya, yaitu:
a)Kebutuhan khusus pada permsalahan psikologis
* Kehamilan akibat pemerkosaan:
* KDRT;
* Trauma persalinan yang sebelumnya;
b) Kebutuhan khusus pada masalah
geografi * Lingkungan berpolusi:
* Lingkungan dataran tinggi dan
* Lingkungan rendah;
radiasi;
c) Kebutuhan khusus pada permasalahan
ekonomi
* Kemiskinan
* Banyak anak
d) Kebutuhan khusus pada permasalahn social
* Kehamilan dalam penjara;
* Single parent;
e)Kebutuhan khusus pada pemasalahan budaya
* Pemilihan jenis kelamin anak;
* Vaginal birth after caesarean; pada kebutuhan
* Persiapan persalinan dan khusus;
f)Kebutuhan khusus pada permasalahan system reproduksi
kelahiran
* Kasus abortus/ illegal di kalangan
masyarakat;
* Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih
tinggi.
D. Perlunya Pendampingan Terhadap Perempuan
Berkebutuhan Khusus

Setiap anak memerlukan pendampingan dalam masa tumbuh


kembangnya, terleb ih anakanak berkebutuhan khusus. Bagi mereka,
keberadaan
para pendamping memiliki makna yang sangat berarti. O leh sebab itu
pengetahuan
dan kapasitas pendamping anak berkebutuhan khusus menjadi faktor penting
yang
menjadi kunci sukses penanganan. kesiapan d ini para orangtua, keluarga,
dan
masyarakat dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus akan memberi dampak
yang s ignifikan dalam merawat, memelihara, mendid ik, dan meramu bakat
atau
potensi yang dimiliki setiap anak berkebutuhan khusus. dukungan dari
masyarakat
dan pemerintah dalam menyed iakan lingkungan dan fasilitas yang ramah
terhadap
Secara konstitusional anak-anak khusus telah
mendapatkan dukungan, dari negara. hal
berkebutuhan
itu terjamin dalam perundang-undangan
dan
kelembagaan pemerintah dalam mendorong peningkatan perlindungan anak
tanpa diskriminasi. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak juga telah menerbitkan Peraturan tentang Kebijakan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Berkaitan dengan komitmen tersebut
telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011, tentang
Pengesahan Konvens i Mengenai Hak-Hak Penyandang Disab ilitas
(Convention On The Rigths Of Persons With Disabilities) dan diterbitkanya
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 10 Tahun
pemerintah untuk 2011 tentang perlindungan
memberikan Keb ijakan Penanganan Anakterhadap
dan pelayanan Berkebutuhan
anak
Khusus. Kedua peraturan perundangan tersebut merupakan upaya
berkebutuhan
khusus.
E. JENIS DISABILITAS
Klasifikasi tipe dan jenis penyandang disabilitas yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Disabilitas fisik
Tipe disabilitas yang termasuk disabilitas fisik adalah sebagai berikut.
a. Tipe A (tunanetra)
Tunanetra merupakan gangguan pada organ penglihatan
sehinggamengakibatkan ketidakmampuan melihat pada penyandangnya.
b. Tipe B (tunarungu)
Tunarungu merupakan gangguan pada organ pendengaran sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan mendengar pada penyandangnya.
c. Tipe C (tunawicara)
Tunawicara merupakan gangguan yang
mengakibatkan ketidakmampuan berbicara pada penyandangnya.
d. Tipe D (tunadaksa)
Tunadaksa merupakan gangguan pada anggota tubuh
sehingga mengakibatkan menurunnya kemampuan gerak pada
penyandangnya.
e. Tipe E1 (tunalaras)
Tunalaras merupakan gangguan yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan bersosialisasi atau berinteraksi sosial pada penyandangnya.
Tunalaras pada tipe E1 biasanya mengalami cacat pada suara dan nada
lanjutan
2) Disabilitas mental
Tipe disabilitas yang termasuk disabilitas mental adalah sebagai berikut.
a. Tipe E2 (tunalaras)
Tunalaras merupakan gangguan yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan bersosialisasi atau berinteraksi sosial pada penyandangnya.
Penyandang tunalaras tipe E2 mengalami gangguan emosional dan
penyimpangan tingkah laku.
b. Tipe F (tunagrahita)

Tunagrahita merupakan gangguan yang mengakibatkan rendahnya tingkat


kecerdasan terutama pada bidang akademik pada penyandangnya.
3) Disabilitas ganda atau disabilitas fisik dan
Tipe disabilitas yang termasuk disabilitas ganda adalah sebagai berikut.
a. Tipe G (tunaganda)
Tunaganda adalah keadaan dimana penyandangnya mengalami dua jenis gangguan sekaligus.
F.Ragam disabilitas
Penyandang disab ilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan ϐ isik, mental, intelektual
atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan
Hak-Hak Penyandang Disabilitas).
Berikut ragam disabilitas berdasarkan Undang-undang nomor 8 tahun
2016:
❖ Penyandang Disab ilitas fis ik: Penyandang disabilitas ϐisik mengalami keterbatasan akibat
gangguan pada fungsi tubuh.
❖ Penyandang Disabilitas intelektual: Disab ilitas intelektual adalah suatu kond isi di mana seorang
anak memiliki masalah dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya.
❖ Penyandang Disab ilitas mental: Penyandang disabilitas mental mengalami keterbatasan
akibat gangguan pada pikiran atau otak. Disabilitas mental, termasuk bipolar, gangguan
kecemasan,
depresi, dan gangguan mental lainnya.
❖ Penyandang Disabilitas sensorik: Disabilitas sensorik adalah keterbatasan fungsi pancaindra.
Yang termasuk jenis disabilitas ini, antara lain disabilitas wicara, rungu, dan netra.
Lanjut. . . .

❖ Berdasarkan UU no 8 tahun 2016: Ragam Penyandang Disabilitas


sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi
dalam jangka waktu lama yang ditetapkan o leh tenaga medis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
G.Hak hak perempuan
berkebutuhan
khusus yang
Terdapat empat asas yang dapat menjamin kemudahan
1.
atau Asas kemudahan,
akses ibilitas yaitu disab
penyandang setiapilitas
orang dapat
mutlak mencapai semua tempat atau
harus yang
bangunan
dipenuhi, yaitu sebagai berikut:
2. bersifatumum dalam suatu lingkungan. yang
Asas kegunaan, yaitu semua orang dapat mempergunakan semua tempat atau
bangunan
3. Asas bersifat umum
keselamatan, dalam
yaitu suatu bangunan
setiap lingkungan. dalam suatu lingkungan terbangun harus
memperhatikan
4. keselamatan bagi semua orang termasuk
disabilitas.
Asas kemand irian, yaitu setiap orang harus
bisa mencapai dan masuk untuk mem
pergunakan semua tempat
Diungkapkan oleh atau bangunan
Michael O liverdalam
(1996), disabilitas (kedisabilitasan) adalah
suatu lingkungan
orang dengan tanpa membutuhkan
bantuan
dengan orangtragis
gangguan lain. atau tak berdaya yang layak untuk dikasihani dan mendapatkan bantuan
atau amal dari pihak lain. Oleh karena itu, pendekatan khas yang dilakukan adalah dengan cara
memberikan bantuan berupa uang atau hadiah, seperti makanan atau pakaian.
H.Prinsip berkomunikasi dengan perempuan berkebutuhan khusus/disabilitas

Prinsip berkomunikasi dengan penyandang disabilitas Membangun komunikasi dengan


penyandang disabilitas tentu saja harus berangkat dari pengetahuan bahwa penyandang disabilitas
bukan kelompok homogen. Kelompok disabilitas dibedakan utamanya berdasarkan jenis
kedisabilitasan sebagaimana pada tulisan sebelumnya. Ada ragam jenis kedisabilitasan yang harus
dikenali, terutama oleh kelompok non-disabilitas. Berikut beberapa Prinsip berkomunikasi dengan
penyandang disabilitas
- Semua Cara bentuk pendampingan harus dikomunikasikan dengan penyandang disabilitasnya
atau
di informasikan oleh penyandang disabilitasnya.mengambil tindakan Tampa instruksi dari
- mereka kemungkinan besar dapat membahayakan mereka.
Saat berbicara dengan pengguna kursi roda,posisi mata harus sejajar dengan mata pengguna
- kursi roda.
- Tidak menyisahkan alat bantu penyandang disabilitas fisik dari mereka tanpa diketahui oleh
- mereka. Tidak menaruh barang barang kita dikursi roda Tampa izin pengguna kursi roda.
Tanyakan apakah mereka memerlukan bantuan.
Prinsip berkomunikasi dengan penyandang disabilitas
mental
- Menanyakan hal hal apa saja yang perlu diketahui oleh kita terutama jika kita
berperan sebagai pendamping : Seperti waktu untuk istirahat,waktu untuk
minum obat,dan lain sebagainya.
- Berbicaralah langsung kepada penyandang disabilitas mental,tidak
melalui pendamping.
- Gunakan kata kata sederhana.
- Gunakakan petunjuk petunjuk pembantu seperti gambar yang berlaku.

Prinsip berkomunikasi dengan penyandang disabilitas intelektual


-percakapan harus di lakukan secara ramah
-berbucara langsung dengan penyandang disabilitas intelektual, tidak
melalui
pendampingan.
-perbanyak senyum.
.
• Prinsip berkomunikasi dengan penyandang disabilitas sensorikNetra (penglihatan)
- Salam, sapa sentuhan bagian luar telapak tangan anda kepada tangan mereka
-
sambil menyebutkan nama kita.
- Selalu tanyakan terlebih dahulu apakah mereka butuh bantuan atau dampingan
kita.
- Infokan kepada mereka jika kita ingin meninggalkan mereka.
- Dalam menuntun biarkan penyandang disabilitas netra yang memegang pen
-
damping. Bukan sebaliknya. Tidak memindahkan barang barang milik atau yang
-
sedang digunakan penyandang disabilitas.Rungu dan wicara atau keduanya
- Berbicara harus dengan kontak mata dan berhadapan wajah kepada penyandang
disabilitas rungu/wicara.
- Jika ada penerjemah bahasa isyarat, tidak perlu mengarahkan wajah kita ke
penerjemah. Tetap berhadapan dengan lawan bicara.
- Gerakan bibir harus jelas dan diperlambat untuk memudahkan lawan bicara
menang kap setiap kata yang dilontarkan.
- Menggunakan mimik/gestur/ekspresi/bahasa tubuh.
- Menyediakan alat tulis. - Menghindari penggunaan masker atau benda yang
menutupi wajah, terutama area bibir.
- Menyediakan interpreter/penerjemah bahasa isyarat apabila dibutuhkan.
Kesimpulan
Perempuan berkebutuhan khusus adalah perempuan yang rentan menjadi korban perkosaan,
pelecehan seksual, dan tindak kriminal lainnya. Hal ini karena perempuan berkebutuhan khusus
mengalami kesulitan bertubi-tubi Pertama, ia adalah perempuan yang posisinya selalu subordinat dalam
masyarakat patriakat. Ia akan selalu kalah, meskipun ia dalam posisi benar. Kedua, ia berkebutuhan
khusus, sehingga dianggap tidak mampu bersaksi di depan pengadilan.
Selanjutnya, peristiwa pelecehan pada anak perempuan berkebutuhan khusus ini dianggap sebagai
kasus saja sehingga jumlahnya tidak banyak. Oleh karena itu para pemimpin masyarakat tidak
mempedulikannya. Keempat, lingkungan keluarganya juga tidak mendukungnya, karena perempuan
harus segera menikah. Faktor keempat ini adalah faktor budaya. Faktor-faktor ini cenderung mendorong
perempuan untuk segera menikah, sehingga bebaslah tanggung jawab orangtua, pemimpin masyarakat,
dan masyarakat secara keseluruhan.
Apakah masyarakat secara makro hanya berpangku tangan saja melihat ketidakadilan seperti ini?
Kuncinya adalah pendidikan bagi kaum perempuan. Perempuan yang terdidik berarti masyarakatnya juga
akan menjadi lebih maju serta terhindar dari kemiskinan. Perempuan / laki-laki berkebutuhan khusus
adalah karunia Tuhan. Anak-anak itu justru akan mengingatkan masyarakat untuk lebih peduli pada
lingkungan sosial. Anak-anak berkebutuhan khusus itu juga mempunyai potensi terpendam. Tugas
keluarga, sekolah dan masyarakatlah untuk menggali potensi itu. Paling tidak, mereka dilatih untuk
dapat mengerjakan tugas sehari-hari secara mandiri, bukan segera menikahkan.
TERIMAKASIH☺

Anda mungkin juga menyukai