PAPER
KEPERAWATAN KOMUNITAS II
KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
1. Defindra Yudha Pramana (108116037)
2. Tria Oktaviana Rahajeng (108116045)
3. Anis Isfatun khoiriyyah (108116055)
4. Ayu Safitri (108116063)
2. PENYEBAB DISABILITAS
Juliet C. Rothman (2003) mengelompokan Disabilitas berdasarkan kondisi
penyebabnya sebagai berikut:
a. Impairment
Impairment yang terdiri dari ketidakseimbangan orthopedic, ketidakmampuan
belajar dan reterdasi mental, ketidakmampuan penglihatan, ketidakmampuan
pendengaran, kelumpuhan, Disabilitas fisik kehilangan bagian tubuh,
ketidakseimbangan berbicara, dan yang lainnya.
b. Penyakit dan Gangguan (Penyebab)
Penyakit sistem otot (musculoskletel), penyakit sistem sirkulasi, penyakit sistem
pernapasan, penyakit sistem syaraf dan alat perasa, endocrine, nutrisional, dan penyakit
metabolisme serta gangguan kekebalan, kondisi dari masa dan gejala perinatal, tanda-
tanda dan gambaran kondisi penyakit, gangguan mental, tidak termasuk retardasi
mental, penyakit sistem digestive/ pencernaan, neoplasma, cedera dan keracunan, tidak
melibatkan impairment, penyakit infeksi dan jamur, penyakit kulit dan jaringan
subcutaneous, abnormal sejak lahir, penyakit darah dan organ pembentuk darah.
Buku Pedoman Pelayan dan Rehabilitasi Anak Disabilitas Dirjen Yanrehsos
Departemen Sosial RI (2007:11) menyebutkan penyebab Disabilitas yaitu :
a. Disabilitas bawaan
Disabilitas ini biasanya terjadi ketika anak masih dalam kandungan yang
disebabkan ibu mengalami gangguan penyakit atau metabolisme, kelainan kromosomal,
gangguan genetic, kekurangan gizi atau sebab lain yang tidak diketahui yang
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
b. Disabilitas setelah lahir
Disabilitas ini biasanya terjadi pada saat proses kelahiran bayi yang disebabkan
oleh kesalahan penanganan pada waktu persalinan. Selain itu anak bisa terinfeksi suatu
penyakit, bakteri, virus, kekurangan gizi atau mengalami kecelakaan yang menyebabkan
Disabilitas.
Michael Oliver (1996), menyatakan bahwa penyandang Disabilitas akan terus
mengalami perkembangan dari masa ke masa. Kemajuan teknologi dan perkembangan
zaman termasuk memberikan kontribusi terhadap meningkatnya jumlah penyandang
Disabilitas. Perkembangannya akan berjalan seiring dengan perkembangan kemajuan
teknologi seperti penciptaan beragam kendaraan dan bermacam-macam perubahan pola
makan seperti fast food dan bentuk lain. Industrialisasi telah ikut memiliki andil terhadap
semakin tumbuhnya orang-orang dengan disabilitas.
3. KATEGORI DISABILITAS
Menurut Rollands dalam Juliet C. Rothman (2003) terdapat 3 (tiga) katagori
penyandang Disabilitas yang menunjukkan identitas penyandang Disabilitas:
a. Progresif Disabilities (penyandang Disabilitas kondisi Disabilitasnya terus
berkembang). Kelompok yang termasuk kedalam katagori ini adalah para penderita
penyakit seperti penderita Alzheimer dan diabetes. Orang-orang yang termasuk kedalam
katagori ini pada suatu waktu akan mengalami kondisi Disabilitas karena akan terus
mengalami penurunan fungsi organ tubuh meskipun secara bertahap.
b. Constan Disabilitas (Disabilitas Permanen). Kondisi Disabilitas yang dialami seseorang
baik semnjak ia lahir ataupun diperoleh semasa hidupnya seperti gangguan syaraf tulang
belakang atau orang memiliki kekurangan anggota tubuh seperti kaki dan tangan. Bagi
orang yang mendapatkan Disabilitas pada saat hidupnya akan mengakibatkan trauma
dan memerlukan pendampingan untuk membantu penyandang Disabilitas tersebut
dalam menghadapi perubahan hidupnya.
c. Relaping or Episodic Disabilitas. Katagori ini merupakan Disabilitas yang timbul
secara tiba-tiba sdan sulit diprediksi. Disabilitas ini sekilas tidak terlihat terhadap
penyandangnya , namun bisa muncul secara tiba-tiba seperti penderita epilepsi, multiple
sclerosis dan penyakit lupus.
Kategori tentang Disabilitas ini dapat membantu pekerja sosial dalam memahami
masalah dari klien, dan masalah yang berhubungan dengan kondisi penyandang
Disabilitas. Hal ini juga diperlukan untuk diketahui dari penyandang Disabilitas adalah
mengenai ras, etnik, gender, dan orientasi seksual yang dapat dijadikan sebagai pedoman
kerangka kerja untuk menyediakan pelayanan. Pengelompokkan katagori tersebut dapat
digunakan oleh pekerja soaial untuk memudahkan dalam menyusun kerangka kerja dalam
memberikam pelayanan maupun untuk memudahkan menjangkau sistem pelayanan yang
sesuai bagi penyandang Disabilitas.
International clasification of fuctioning disbility and health (world health
organizatio 2001:19, international of functioning disability and haelth ICF,). Menjelaskan
adanya hubungana antara gangguan fungtioning dengan disability.Keterbatasan yang
dimiliki seseorang dapat dapat dikurangi dengan melakukan pendekatan kesehatan bagi
diri penyandang Disabilitas. Kemampuan seorang individu dalam arti keberfungsian fisik
seseorang memiliki hunbungan antara kondisi kesehatan dengan lingkungan dan faktor
individu itu sendiri. Berikut ini kategori Disabilitas terlihat dalam uraian sebagai berikut:
a. Individu yang mengalami infairment tanpa memiliki keterbatasa kemampuan.
Contohnya seseorang penderita kusta yang masih mampu beaktivitas.
b. Individu yang mengalami masalah penampilan dan memiliki kemampuan yang terbatas
tanpa mengalami suatu inpairment. Contohnya seperti orang yang mengalami kondisi
sakit, kondisi penampilannya tidak terlihat mengalami suatu inpairment.
c. Individu yang mengalami masalah penampilan tanpa menunjukan masalah inpairment
pada dirinya atau keterbatasan kemampuan. Hal ini dapat dicontohkan dengan seorang
penderita HIV/AIDS yang terlihat seperti biasa, dapat beraktifitas normal dan tidak
mengalami keterbatasan meskipun sebenarnya ada penyakit di dalam tubuhnya.
d. Seseorang yang memiliki keterbatasan kemampuan tetapi tidak bermasalah untuk
tampildalam lingkungan karena dukungan teknologi sebagai upaya mengatasi
keterbatasan yang dimilikinya.
e. Individu dengan pengalaman yang tidak baik yang mempengaruhi penerimaan terhadap
dirinya sendiri seperti seseorang dengan Disabilitas fisik akan dianggap sebagai
seseorang yang tidak memiliki keterampilan secara sosial.
4. JENIS DISABILITAS
Menurut Undang Undang nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat undang
tersebut, bahwa : Penyandang Cacat adalah setiap orang yang mengalami kelainan fisik
atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan atau hambatan bagi
seseorang untuk melakukan aktivitas secara selayaknya yang terdiri dari :
a. Penyandang Cacat fisik
b. Penyandang Cacat mental
c. Penyandang Cacat fisik dan mental
Undang undang tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Cacat fisik
adalah Disabilitas yang mengakibatkan gangguanfungsi tubuh, antara lain gerak tubuh,
penglihatan, pendengaran dan kemampuan bicara. Cacat mental adalah kelainan mental
dan atau tingkah laku, baik Disabilitas bawaan maupun akibat dari penyakit. Sedangkan
yang dimaksud fisik dan mental adalah keadaan seseorang yang menyandang dua jenis
Disabilitas sekaligus.
Access unlimited di dalam juliet C Rothman (2003) merupakan suatu organisasi
penyandang Disabilitas yang mengawasi akses dan akomodasi serta pembelaan bagi
aksesibilitas untung penyandang Disabilitas. Organisasi ini telah mengembangkan sistem
yang sangat spesifik untuk mengkategorikan ketidakmampuan atau Disabilitas sebagai
berikut:
a. Impairment fisik
Disabilitas yang ternasuk kedalam kategori ini seperti musculoskeletal dan
gangguan sambungan jaringan yang bisa meminta penyesuaian dari lingkungan, seperti
Cerebral Palsy, hilangnya anggota tubuh, Clobfoot, kerusakan saraf pada tangan atau
lengan, cedra kepala, dan cedera pergelangan tangan, Arthritis dan rematik,
intrancranial, muscular dystrphy, dan pembentukan yang tidak tepat sejak lahir dan
gangguan otot.
b. Impairment Pendengaran
Disabilitas yang termasuk dalam kategori ini seperti kehilangan pendengaran dari
30 desibel atau lebih, dengan nada yang murni rata-rata 500, 100, 2000 Hz ANSI, tanpa
bantian pada telinga yang lebih baik, dan termasuk impairment pendengaran konduktif,
impairment pendengaran sensorineural, kehilangan pendengaran untuk nada yang tinggi
atau rendah, kehilangan pendengaran karena trauma suara keras, dan tuli yang
berhubungan dengan kehilangan pendengaran tadi.
c. Impairment Penglihatan
Gangguan pada fungsi dan struktur mata yang disebabkan ketajaman
penglihatannya 20/70 atau kurang dari itu dalam mata yang lebih baik dengan lensa
korektif, bidan peripheral sangat constricted yang mempengaruhi fungsi, atau
kehilangan penglihatan secara progresif.
d. Ketidak Mampuan Belajar
Lebih membatasi pada cara mendengarkan, berbicara, menulis, membaca, berfikir,
kemampuan matematika, atau kahlian sosial, seperti dyslexia, dysgraphia, disphasia,
dyscalculia, dan lain-lain.
e. Impairment Bicara
Gangguan yang termasuk kedalam kategori ini seperti gangguan artikulasi bahasa,
kelancaran, atau suara yang mengangguk komunikasi, pembelajaran atau penyesuaian
sosial dan termasuk cara bicara yang gagap, tersendattersendat, larygectomy, dan
aphasis.
f. Gangguan Hiperaktif dan Kurang Memperhatikan
Gangguan yersebut bisa terjadi didalam dan diluar dirinya, menurut lembaga
Acces Unlimited ini hal tersebut tidak dapat memenuhi persyaratan untuk diakomodasi
sebagai bentuk Disabilitas.
g. Cardiovascular atau Kondisi Sirkulasi
Termasuk penyakit jantung bawaan sejak lahir, demam rematik, arteriosclerotic
dan penyakit jantung turunan, serta penyakit jantung akibat hipertensi.
h. Mental, Psychoneurotic, dan Gangguan Kepribadian
Termasuk gangguan kejiwaan, kecanduan alkohol, ketergantungan obat-obatan
terlarang, dan gangguan karakter kepribadian lainnya.
i. Cedera Otak Traumatis
Termasuk gangguan neurobiologis sebagai akibat dari kecelakaan atau cedera
yang menciptakan ketidakmampuan kognitif atau perilaku seperti kehilangan ingatan,
dan kesulitan untuk berkonsentrasi, kurangnya kesadaran diri dan melihat kedalam
dirinya, dan impairment dalam berfikir serta ketidakmampuan fisik termasuk
impairment dalam bicara, penglihatan, pendengaran, keahlian motorik, dan
keseimbangan.
j. Gangguan pernafasan
Termasuk asma, Tubercholosis, emphysema, pneumoniosis, bronchitis kronis, dan
lain-lain.
k. Diabetes, epilepsi, dan kondisi lainnya yang merupakan suatu penyakit yang
menimbulkan Disabilitas.
5. PERMASALAHAN DISABILITAS
Khun (1961) dalam Michael Oliver menyatakan bahwa masyarakat perlu
mengembangkan tanggapan yang tepat tentang Disabilitas untuk dapat dipahami oleh
berbagai pihak serta pengambil keputusan, penyusun kebijakan, pekerja professional
termasuk bagi orang-orang yang peduli terhadap masalah Disabilitas sehingga berbagai
kalangan memiliki persepsi yang sama tentang Disabilitas.
Masalah seorang penyandang Disabilitas akan terus meningkat seiring
meningkatanya tekanan dari lingkungan sosial (Sutherlan 1981 dan Barner 1991) dalam
Michael Oliver. Dapat dikatakan sebagai seorang penyandang Disabilitas akan terus
mengalami keterbatasan karena ada yang salah dengan cara pandang masyarakat terhadap
penyandang Disabilitas. Argumen ini menunjukkan ternyata yang menimbulkan masalah
terhadap peyandang Disabilitas adalah masyarakat itu sendiri yang menekan dan
memberikan keterbatasan terhadap penyandang Disabilitas.
Asumsi ontologi dihubungkan secara langsung dengan level epistemology terlihat
bahwa pandangan terhadap suatu Disabilitas akan melihat pada penyebab dari Disabilitas,
pengobatan dan perawatan. Asumsi ini menampilakan hal-hal yang berkaitan dengan
Disabilitas seperti masalah kesehatan, masalah kesejahteraan dan masalah sosial. Asumsi
inilah yang mempengaruhi cara pandang dari berbagai pihak yang memberikan pelayanan
terhadap masalah Disabilitas.
World Health Organization (2001:8) dalam International Classification Of
Functioning Disability And Health ICF,) menyatakan bahwa keberfungsian seseorang dan
Disabilitasnya dipahami sebagai interaksi dinamis antara keberfungsian struktur fisik dan
faktor kontekstual. ICF memasukkan faktor lingkungan sebagai komponen penting dari
klasifikasi tersebut yang berinteraksi dengan semua komponen keberfungsian dengan
Disabilitas. Dukungan atau hambatan terhadap karakteristik fisik, sosial, dan sikap
masyarakat membangun dasar dari komponen faktor lingkungan dengan functioning and
disability and contextual faktors sebagai berikut:
a. Functioning and Disability (Disabilitas dan keberfungsian) melibatkan dua komponen
yaitu:
1) Keberfungsian dan struktur tubuh (fisik);
Permasalahn Disabilitas berkenaan dengan gangguan pada keberfungsian dan
struktur tubuh, sebagai suatu penyimpangan atau kehilangan dan fungsi dan atau
struktur anatomi tubuh. Dalam hal ini melibatkan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Keberfungsian mental
b. Fungsi sensorik dan rasa sakit (pain)
c. Fungsi pendengaran dan bicara
d. Fungsi peredaran darah, kekebalan tubuh dan sistem pernapasan.
e. Gen dan fungsi dan reproduksi
f. Sistem syaraf dan jaringan otot
g. Fungsi perabaan (kulit) dan struktur yang terkait
h. Struktur sistem pernapasan, jantung, struktur yang berkaitan dengan mobilitas dan
sebagainya.
2) Aktivitas dan partisipasi (keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi).
Permasalahan Disabilitas berkenaan dengan keterbatasan aktivitas dan pembatasan
partisipasi seseorang dalam situasi kehidupan. Aktivitas dan partisipasi merupakan
dua aspek yang berkaitan, berkenaan dengan kapasitas pribadi dan masalah-masalah
yang secara langsung bersentuhan dengan aspek lingkungan sebagai hasil dari
interaksi antara faktor personal (individual) dan lingkungan (sosial).
b. Contextual Factor (Faktor Kontekstual)
Faktor-faktor kontekstual merupakan latar belakang kehidupan seseorang secara
lengkap. Komponen dari faktor kontekstual meliputi faktor individual dan lingkungan
sosial.
1) Faktor Personal (individual) Faktor personal adalah kualitas-kualitas yang melekat
pada individu. Kualitas-kualitas ini menentukan dan membedakan satu orang dengan
orang lainnya, dan secara signifikan mempengaruhi cara individu memaknai
Disabilitasnya.
2) Faktor Lingkungan (sosial). Perspektif sosial berkaitan dengan jarigan lingkungan
sosial di sekitar individu penyandang Disabilitas. Lingkungan merupakan kategori
kedua dalam faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Disabilitas.
Lingkungan, yang mencangkup faktor-faktor eksternal bagi individu, meliputi
lingkungan terdekat (misalnya keluarga, teman, komunitas) maupun lingkungan
masyarakat yang lebih luas (misalnya teknologi, perundang-undangan, definisi sosial
tentang Disabilitas.
6. DAMPAK DISABILITAS
Disabilitas tentunya menimbulkan dampak terhadap fisik, pendidikan, vokasional
maupun ekonomi. Selain itu dampak yang juga ditimbulkan akibat dari Disabilitas adalah
timbulnya masalah psikososial seperti seseorang penyandang Disabilitas akan memiliki
kecenderungan untuk menjadi rendah diri atau sebaliknya menghargai diri terlalu
berlebihan, mudah tersinggung, terkadang agresif, pesimis, labil sulit mengambil
keputusan, menarik diri dari lingkungan, kecemasan, ketidakmampuan dalam berhubungan
dengan orang lain dan ketidakmampuan mengambil peranan sosial.
Disabilitas memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seseorang.
Menurut Kubler-Ross (1969) mengemukakan model griefing dengan lima tahapan dalam
griefing, reaksi ini mungkin terjadi secara berurutan dan suatu waktu dapat timbul secara
bersamaan. (Zastrow, 2004) sebagai berikut :
a. Denial atau penyangkalan
b. Anger atau marah
c. Bergaining, adanya pertimbangan dalam dirinya
d. Mood depresi, sedih
e. Acceptance, penerimaan dengan mengatasi masalah
Selain itu masih terdapat sikap dan tanggapan masyarakat yang kurang
menguntungkan secara luas yang tergambar seperti :
a. Masih adanya sikap ragu ragu terhadap kemampuan atau potensi penyandang
Disabilitas.
b. Masih adanya sikap masa bodoh sementara lapisan masyarakat terhadap permasalahan
penyandang Disabilitas.
c. Belum luasnya partisipasi masyarakat di dalam menangani permasalah penyandang
Disabilitas.
d. Masih lemahnya sementara organisasi sosial yang bergerak di bidang Disabilitas di
dalam melaksanakan operasinya atau kegiatan.
e. Belum atau masih terbatasnya fasilitas umum yang dapat dipergunakan oleh
penyandang Disabilitas.
Hambatan - hambatan yang dialami oleh penyandang Disabilitas dalam kehidupan
sehari-hari yaitu :
a. Hambatan dalam proses belajar seperti membaca, belajar menulis dan berhitung.
b. Hambatan dalam penerapan pengetahuan seperti memfokuskan perhatian, berpikir,
membaca, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
c. Hambatan dalam melaksanakan kebutuhan dan tugas umum seperti melakukan tugas
tunggal dan tugas ganda, melakukan kegiatan harian, mengatasi stress dan tuntutan
psikologik lainnya.
d. Hambatan dalam komunikasi seperti komunikasi verbal dan non verbal, menerima
pesan tertulis, berbicara, menyampaikan pesan non verbal maupun bahasa isyarat dan
pesan tertulis.
e. Hambatan dalam mobilitas
1) Merubah dan mempertahankan posisi tubuh, berpindah tempat.
2) Mengangkat dan memindahkan barang.
3) Berjalan dan berpindah tempat.
4) Bergerak dan menggunakan alat transportasi, seperti transportasi umum dll, menyetir
mobil.
f. Hambatan dalam perawatan diri seperti mandi perawatan tubuh, berpakaian, buang air,
makan, minum dan memelihara kesehatan diri.
g. Hambatan dalam melakukan tugas-tugas rumah tangga, seperti menyiapkan makanan,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
h. Hambatan dalam interaksi dan relasi interpersonal dalam keluarga, masyarakat dengan
orang asing, termasuk hubungan intim dengan istri atau suami.
i. Hambatan dalam kehidupan komunitas atau kemasyarakatan, sosial dan bernegara
seperti kehidupan bermasyarakat, kebutuhan rekreasi dan istirahat, kebutuhan beragama
dan spiritual, hak asasi manusia, kehidupan politik dan bewarganegara.
Anderson, E.T . 2006 . Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta :
EGC
NN. 2010. Himpunan Kebijakan Pendidikan Pusat Kajian Disabilitas FISIP UI. Pdf.
https://id.scribd.com/presentation/369139458/Kel-7-Disabilitas
https://id.scribd.com/doc/90817911/disabilitas-1