Anda di halaman 1dari 61

MODUL PEMBELAJARAN

TAHSIN

DISUSUN OLEH TIM

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2019/2020

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 1


LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PEMBELAJARAN

Judul Modul : Tahsin


Mata Kuliah : Tahsin
Semester / Prodi : 1 ( satu ) / Sarjana Dan Pendidikan Profesi Bidan
Tahun Akademik : 2019/2020
Tim Penyusun :Rizal Effendi Putra,M.Pd
Jumlah Halaman : 62 Halaman
Keterangan : Tidak Diterbitkan, Digunakan Untuk Kalangan Sendiri

Dengan ini menyatakan bahwa modul pembelajaran tersebut di atas telah disahkan untuk
dapat digunakan dalam proses Perkuliahan Pengantar Praktik Kebidanan Tahun Akademik
2019/2020

Pekanbaru, Februari 2019

Disahkan oleh,
Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Koordinator Mata Kuliah

Isna Wardaniati, M. Farm Rizal Effendi Putra,M.pd


NIK. 484020215014 NIDN. 1005129201

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 2


Visi dan Misi
Prodi Profesi Bidan Universitas Abdurrab
Visi
Menjadi prodi profesi bidan yangunggul dalam kewirausahaan bidan di komunitas
berdasarkan nilai-nilai Islam, mampu bersaing secara nasional pada tahun 2035.

Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu
dan anak di komunitas berdasarkan standar kompetensi bidan.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang professional untuk menghasilkan praktisi bidan
yang kompeten dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
3. Menyelenggarakan pendidikan yang professional untuk menghasilkan praktisi bidan
yang mampu berwirausaha dalam lingkup profesi kebidanan.
4. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berfokus
pada kesehatan ibu dan anak di komunitas.
5. Menjalin kerja sama institusional dalam bidang tri darma perguruan tinggi untuk
meningkatkan daya saing dosen dan mahasiswa di tingkat lokal dan nasional.
6. Memberikanan pembekalan untuk lulusan agar mampu berwirausaha dalam lingkup
profesi kebidanan
7. Membentuk insan akademik yang melaksanakan nilai-nilai islami.

Tujuan Pendidikan
1. Menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak
di komunitas berdasarkan standar kompetensi bidan.
2. Terselenggaranya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di komunitas.
3. Terjalin kerjasama institusional dalam bidang tri darma perguruan tinggi untuk
meningkatkan daya saing dosen dan mahasiswa di tingkat lokal dan nasional.
4. Menghasilkan lulusan bidan yang mampu berwirausaha dalam lingkup profesi
kebidanan
5. Terbentuknya insan akademik yang melaksanakan nilai-nilai islami.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 3


DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................................1
Halaman Pengesahan..................................................................................................................2
Visi Dan Misi .............................................................................................................................3
Daftar Isi.....................................................................................................................................4
Makharij Al-Hurf........................................................................................................................5
Tafkhim Aw Tarqiq....................................................................................................................8
Tasydid .....................................................................................................................................12
Qalqalah ...................................................................................................................................15
Mad ..........................................................................................................................................18
Ghunnah Nun dan Mim Bertasydid..........................................................................................24
Ghunnah Nun Sukun dan Tanwin.............................................................................................26
Ghunnah Mim Sukun................................................................................................................29
Gharib Al- Qur’an.....................................................................................................................31
Fawatih As-Suwar.....................................................................................................................41
Waqaf Wal Ibtida’.....................................................................................................................53
Daftar Pustaka............................................................................................................................62

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 4


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Makharij Al-Hurf 1
SUB POKOKBAHASAN : Makharij Al – Hurf 1
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang Makharij al-Hurf 1

DASAR TEORI

MAKHARIJ AL HURF

A. PENGERTIAN MAKHARIJAL HURUF


Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madli: َ‫ َج َرخ‬yang artinya keluar. Lalu
dijadikan ber-wazan ٌ‫ َم ْعفَي‬yang ber-sighat isim makan, maka menjadi ٌ‫ َج ْر َخي‬. yang) ‫يَ َخا ِر ُج‬
ِ ‫ ُر ْو‬H‫ )ا ْن ُح‬huruf makharijul, itu Karena. ‫ ا ِر ٌج‬H‫ يَ َخ‬:adalah jamaknya Bentuk diindonesiakan
‫ف‬
menjadi makhraj huruf, artinya: tempat-tempat keluar huruf. Secara bahasa, makhraj
artinya tempat keluar. Sedangkan menurut istilah, makhraj adalah suatu nama tempat
yang padanya huruf dibentuk atau diucapkan.

B. PEMBAGIAN MAKHARIJAL HURUF


Semua huruf Hijaiyyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat keluar)
tersendiri. Secara umum makharijul huruf terbagi menjadi lima bagian, yang terdiri atas
17 makharijul huruf. Berikut ini adalah rinciannya :
1 ‫الجوف‬ AL jauf Kelompok 1 makhraj
rongga mulut
2 ‫ا ْل َح ْل ِق‬ Al Halq Kelompok 3 makhraj
tenggorokan
3 ُ‫اللِّسَان‬ Al Lisan Kelompok lidah 10 makhraj

4 ‫ش َف َت ْي ِن‬
َّ ‫ال‬ Asy syafatain Kelompok dua 2 makhraj

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 5


bibir
5 ُ ‫الخ ْي‬
‫ش ْو ُم‬ َ Al khaisyum Kelompok 1 makhraj
rongga hidung

Di bawah ini adalah 17 makharijul huruf disertai dengan latihan mengucapkannya :


1. Kelompok Rongga Mulut ( ‫) الجوف‬
Kaidah
Huruf yang keluar dari rongga mulut huruf-huruf Mad yaitu : ‫و – ا – ي‬

2. Kelompok Tenggorokan ( ‫)الحلق‬


Kaidah
Huruf yang keluar dari tenggorokan adalah huruf-huruf :
‫ ع‬- ‫ ح‬-‫ هـ‬-‫ ء‬-- ‫خ – غ‬

a. ‫ ء‬-‫ هـ‬, Keluar dari tenggorokan bawah


b. ‫ح – ع‬, Keluar dari tenggorokan tengah
c. ‫خ – غ‬, Keluar dari tenggorokan atas

3. Kelompok Lisan (‫)اللسان‬


Kaidah
Huruf yang keluar dari lidah yaitu :
‫ ش – ي – ض – ل – ن – ر – د – ت – ط – ص – س – ز – ظ – ث – ذ‬-‫ق – ك – ج‬

a. Bunyi huruf ‫ ق‬keluar dari pangkal lidah dekat dengan kerongkongan yang
dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang.
b. Bunyi huruf ‫ ك‬seperti huruf ‫ ق‬, namun pangkal lidah diturunkan.
c. Bunyi huruf ‫ ج‬, ‫ ش‬,‫ ي‬, keluar dari tengah-tengah lidah bertemu dengan
menepati langit-langit bagian atas
d. Bunyi huruf ‫ ض‬keluar dari dua sisi lidah atau salah satunya bertemu dengan
gigi geraham.
e. Bunyi huruf ‫ ل‬keluar dengan menggerakkan semua lidah dan bertemu dengan
ujung langit-langit
f. Bunyi huruf ‫ ن‬keluar dari ujung lidah di bawah makhraj huruf

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 6


g. Bunyi huruf ‫ ر‬keluar dari ujung lidah, sama seperti dengan memasukkan
punggung lidah
h. Bunyi huruf ‫ ط‬, ‫ د‬, ‫ ت‬keluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gigi
bagian atas.
i. Bunyi huruf ‫ ز‬, ‫ س‬, ‫ ص‬, keluar dari ujung lidah yang hampir bertemu dengan
gigi depan bagian bawah.
j. Bunyi huruf ‫ ذ‬, ‫ ث‬, ‫ ظ‬, ujung lidah keluar sedikit, bertemu dengan ujung gigi
depan bagian atas

4. Kelompok Dua Bibir ( ‫) الشفتان‬


Kaidah
Huruf yang keluar dari dua bibir adalah :
‫م‬,‫ب‬,‫و‬,‫ف‬

a. ‫ ف‬, keluar dari bibir bagian dalam bertemu dengan ujung gigi atas

b. ‫ م‬, ‫ ب‬, ‫ و‬huruf Mim dan Ba’ dengan menempelkan dua bibir, sedangkan Wau
dengan memonyongkan bibir

5. Kelompok Rongga Hidung ( ‫) الخيشوم‬


Kaidah
Huruf yang keluar dari rongga hidung yaitu ghunnah (dengung). Ghunnah
terdapat pada tujuh tempat yakni :
a. Idgham bighunna
b. iqlab
c. Ikhfa’ hakiki
d. Ikhfa’ Syafawi
e. Idgham Mistlain
f. Huruf ‫ ن‬dan ‫( م‬Nun dan Mim bertasydid baik washal maupun waqaf
g. Lafadz irkam Ma’anaa (idgham mutajanisain)

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 7


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Tafkhim Aw Tarqiq
SUB POKOKBAHASAN : Tafkhim aw tarqiq
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang tafkhim aw tarqiq

DASAR TEORI

TAFKHIM AW TARQIQ

A. TAFKHIM
1. Pengertian Tafkhim
Tafkhim ( ‫ ) التفخيم‬ialah sifat ketebalan pada suatu huruf di mana ketika ia
diucapkan, posisi mulut di penuhi oleh gema suaranya (seakan-akan di penuhi oleh
makanan )
2. Huruf – Huruf Yang Di Baca Tafkhim
a. Huruf isti’la
Terkumpul dalam ‫غط قظ‬HHHHH‫ خص ض‬yakni ‫ظ‬-‫ق‬-‫ط‬-‫غ‬-‫ض‬-‫ص‬-‫ خ‬yang tingkat
ketebalanya sebagai berikut :
a) Jika Huruf isti’la berharakat fathah dan sesudah berupa Alif, misalnya:
‫ ( طاب – صابرا‬keterangan. jenis ketebalanya ini paling tebal )
b) Jika Huruf isti’la dan sesudahnya bukan Alif, misalnya ‫ ضرب – طبع‬atau
jika huruf isti’la mati dan harakat sebelum nya Fathah, misalnya – ‫مطلع‬
‫مغرب‬  (keterangan. jenis ini tebalnya di bawah poin a )
c) Jika huruf isti’la berharakat Dammah, misalnya ‫ضرب – طوبى‬  atau jika
huruf isti’la mati dan huruf sebelumnya berharakat Dammah, misalnya
‫ويطعمون – مقمحون‬  ( keterangan. Jenis ini dibaca tebalnya di bawah poin
b)

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 8


d) Jika huruf isti’la di berharakat kasroh, misalnya ‫دخلت – قسمة‬  atau jika
huruf isti’la mati dan huruf sebelumnya kasrah, misalnya ‫اخراج – اطعام‬  (
keterangan. Jenis ini tebalnya di bawah poin c )
b. Ra ( ‫ ) ر‬yang berada di awal atau di tengah kata.
a) Jika Ra ( ‫ ) ر‬berharakat Fathah, misalnya ‫ ارءيت – رحمة‬.
b) Jika Ra ( ‫ ) ر‬berharakat Dammah, misalnya ‫رزقوا – كفروا‬
c) Jika Ra ( ‫ ) ر‬mati terletak setelahnya huruf yang berharakat Fathah,
misalnya ‫ارسلنا‬
d) Jika Ra (‫ر‬  ) mati terletak sesudahnya huruf yang berharakat
Dammah, misalnya ‫يرزقون‬
e) Jika Ra mati terletak sesudahnya huruf yang berharakat kasroh
Aridah ( Alif tidak asli ), misalnya ‫ارجعى – اركعوا‬
f) Jika huruf Ra mati, terletak sesudahnya huruf berharakat Kasro ( baik
itu Aridah maupun Asliyyah ) yang berada di akhir kata sebelumnya,
misalnya ‫ان ارتبتم – اركعوا‬
g) Jika sebelum Ra mati berupa huruf yang berharakat Kasrah Asliyyah
dan sesudahnya huruf isti’la yang tidak berharakat kasroh, misalnya
‫قرطاس – فرقة – لبلمرصاد‬
c. Ra ( ‫ ) ر‬yang berada di akhir kata.
a) Jika Ra mati baik itu Asliyyah atau Aridah, terletak sesudah huruf
yang berharakat Fathah, misalnya ‫ذر – وانحر‬HH‫ر – والت‬HH‫والقم‬  yang di-
Waqfkan; atau di antara keduanya di pisah huruf shohih mati,
misalnya ‫والعصر‬  ini yang di-Waqafkan.
b) Sesudah Alif misalnya ‫النار‬  yang di-Waqfkan juga.
c) Sesudah huruf yang berharakat Dammah misalnya ‫وأمر – وانظر‬  dan
‫بالنذر‬  yang di-Waqfkan, atau di antara ke duanya di pisah oleh huruf
shohih mati misalnya ‫مع العصر‬  yang di-Waqfkan.
d) Sesudah Waw mati, misalnya ‫في الصدور‬  yang di-Waqafkan juga
d. Lam ( ‫ ) ل‬Lafaz ‫هللا‬
a) Jika lafaz Allah di baca dari permulaan, misalnya ‫هللا الصمد‬
b) Jika lafaz Allah di dahului huruf yang berharakat Fathah, misalnya
‫هو هللا‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 9


c) Jika lafaz Allah di dahului huruf yang berharakat dommah, misalnya
‫رسول هللا‬
e. Alif
a) Jika alif terletak setelah huruf isti’la, misalnya ‫قال‬
b) Jika Alif terletak sesudah Lam Lafaz Jalalah, yang tidak di dahului
oleh huruf yang berharakat kasroh, misalnya ‫يريد هللا‬
c) Jika Alif terletak sesudah huruf Ra yang tidak di baca Al-Imalah,
misalnya ‫ولو ترى‬
B. TARQIQ
1. Pengertian Tarqiq
Tarqiq adalah kebalikanya dari Tafkhim, kalo Tafkhimkan menebal sedangan
Tarqiq ialah menipis yang tentunya ketika ia mengucapkan posisi rongga mulutnya
tampa di penuhi oleh gema suaranya. 
2. Huruf – Huruf Yang DiBaca Tarqiq
Apa bila dilihat dari sifat-sifat tersebut, ia di bagi menjadi 5 ( lima ) bagian yaitu:
a. Huruf Istifal : Yaitu huruf hijaiyah selain huruf Isti’la,
b. Ra yang berada di awal kalimat atau di tengah kalimat.
a) Jika Ra berharakat kasrah, misalnya ‫رجال – من امرنا‬
b) Jika sebelum Ra mati berupa huruf yang berharakat Kasrah Asliyyah
yang terletak di dalam suatu kata dan sesudahnya bukan huruf Isti’la,
misalnya ‫فرعون‬
c. Jika Ra yang berada di akhir kalimat
a) Jika Ra mati ( baik asliyyah maupun Aridiy/ tidak asli ) sesudahnya
huruf berharakat kasrah, misalnya ‫فطهر – فكبر‬  dan ‫قدر – مدكر‬  yang di-
Waqafkan; atau di antara keduanya di pisahkan Huruf Shahih mati
yang bukan Huruf Isti’la’-misalnya ‫وال بكر‬  dan berikutnya di-
Waqfkan.
b) Jika Ra mati ( Aridi/ tidak asli ) sesudahnya Ya mati, misalnya ‫بصير‬
‫ – خبير – والصلح خير‬yang di-Waqofkan
d. Lam ( ‫ ) ل‬lafaz Jalalah ( ‫) هللا‬: Jika sebelum Lafaz Allah di dahului huruf yang
berharakat Kasroh, misalnya ‫ومن يتق هللا‬
e. Alif: Jika alif tidak terletak sesudahnya Huruf Isti’la, atau tidak terletak
sesudah Lam ( ‫ ) ل‬Lafaz Allah, misalnya ‫ال ريب‬.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 10


C. HURUF YANG DAPAT DI BACA TAFKHIM ATAU TARQIQ
a. RA di tengah kalimat: Jika sebelum huruf RA mati sebelum nya huruf yang
berharkat Kasrah Asliyyah dan sesudah nya huruf Isti’la’ yang berharakat Kasra,
misalnya ‫كل فرق‬.
b. RA yang di akhir kalimat: Jika akhir kata berupa huruf RA mati tidak asli dan
huruf sebelum nya berupa huruf yang berharakat kasrah, namun di pisah oleh
huruf Isti’la’ yang mati ( sukun ). Ini hanya terdapat pada ‫عين القطر‬  dan ‫مصر‬ 
ketika di-Waqaf-kan.
c. . ‫اذا يسر‬  ( surat al-fajar 4 )
‫ان اسر‬  ( di manapun berada dalam Al-Qur’an )
‫فاسر‬   ( di manapun berada dalam Al-Qur’an )
‫ونذر‬   ( ada 6 tempat di Surah Al-Qomar )
Jika Waqaf pada lafaz-lafaz ini: ‘illatnya hahekatnya sesusah RA adalah berupa
YA yang di buang—yakni YA tidak ada rasm nya ( keterangan YA pada lafaz
‫اذايسر‬  dan ‫نذر‬  di dalam ilmu Qiraat di sebut sebagai YA Zaidah atau YA
tambahan.

Penjelasan: Hukum bacaaan RA yang ber-Tasydid adalah pada RA yang di-


Idghami ( yakni, RA yang pertama di-Idghamkan/di leburkan kepadanya ). Sebab, RA 
yang ber-Tasydid pada hakikatnya adalah terdiri dari 2 (dua) di mana RA yang pertama
sukun dan RA yang ke dua berharakat.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 11


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Tasydid
SUB POKOKBAHASAN : Tasydid
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang tasydid

DASAR TEORI

TASYDID
A. PENGERTIAN TASYDID
Tasydid yaitu suatu tanda baca [harakat] yang berbentuk seperti kepala dari huruf
hijaiyah sin [ ‫ ]س‬atau dalah huruf dalam bahasa Indonesia mirip dengan huruf w. Tasydid
yaitu sebuah simbol penekanan dalam suatu konsonan dobel /ganda, atau bisa disebut
sebagai suatu tanda baca yang terjadi sebab adanya pertemuan [pengulangan] dari suatu
huruf hijaiyah yang sama.
Panjang bacaan dari huruf hijaiyah yang bertasydid umumnya yaitu 2 harokat atau 1
alif. Akan tetapi bisa saja dibaca dengan cara lebih panjang lagi, seperti halnya Tasydid
yang terdapat  dalam Hukum Ghunnah Musyaddadah. Dan ini akan menjadi lebih tebal
[panjang] lagi pantulannya pada saat masuk ke materi Hukum Qolqolah Kubro [ qolqolah
yang waqof /berhenti disebabkan karena ada  tanda waqof.

B. MACAM – MACAM TASYDID


Tasydid ini terbagi menjadi 2 buah, yaitu:
1. Tasydid Hukum
Tasydid Hukum yaitu tasydid yang terjadi sebab adanya suatu HUKUM
PERTEMUAN [PELEBURAN] huruf hijaiyah [kata] satu dengan huruf hijaiyah
[kata] yang berikutnya – bisa terdapat di tengah ayat Al Qur’an ataupun  ketika
washal – seperti halnya tasydid yang terdapat dalam hukum-hukum Idgham, yaitu :
a) Idgham Bilaghunnah

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 12


b) Idgham Bighunnah
c) Idgham Mutaqaribain
d) Idgham Mutajanisain
e) Idgham Mutamatsilain
f) Idgham Mitslain

Di dalam ayat di Al-Quran Al Karim, Tasydid Hukum bisa saja terjadi di dalam
suatu kata  [kalimat] dan juga bisa saja terjadi dalam suatu kata [kalimat] yang
terpisah. Tasydid Hukum sering sekali dianggap sebagai suatu simbol [tanda] yang
tak harus ada pada Al-Quran Al Karim. Dalam beberapa mushaf Al Qur’an bahkan
tak menuliskan symbol [tanda] Tasydid Hukum tersebut. Akan tetapi untuk Al-
Quran Al Karim standar Indonesia pada umumnya tanda tersebut telah ditulis.

2. Tasydid Ashli
Tasydid Ashli yaitu tasydid yang ada karena telah sesuai dengan asalnya, atau
bisa dikatakan bukanlah disebabkan oleh Hukum Peleburan / Pertemuan dari Huruf
[Kata]. Tasydid Ashli ini berada dalam satu kata [kalimat].
Tasydid Ashli ini harus ada di dalam mushaf Al-Quran Al Karim, ini
sangatlah berbeda dengan hukum dari Tasydid Hukum, sebabnya adalah bila
Tasydid Ashli tak ditulis dalam Al Qur’an tersebut, maka bisa menjadikan
kekeliruan yang sangat-sangat fatal.
Tasydid Ashli bisa diartikan sebagai DUA HURUF HIJAIYAH yang sama
mahraj dan sifatnya dan ini teradapat di dalam satu kata [kalimat], dan ini 
DIBUAT/DITULIS SEBAGAI SATU HURUF YANG BERTASYDID; asal
usulnya yaitu satu huruf yang berharokat sukun, dan satunya lagi adalah huruf
hijaiyah yang mempunyai baris [harakat] (bisa berupa harokat Fathah, harokat
Fathatain, harokat Kasrah, harokat Kasratain, harokat Dhammah dan harokat
Dhammatain).

C. CONTOH BACAAN TASYDID DALAM AL-QUR’AN


Surah Al-Lahan Ayat 1 :

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 13


Tasydid terdapat pada huruf ba pada kalimat tabbat, dibaca 2 harokat, dan ini masuk
ke dalam tasydid ashli. Kemudian ada tasyid lagi yang berwarna biru dikata lahabiww
dan ini masuk ke dalam tasyid hukum, karena ini dibaca tasyid karena ada hukum nun
mati bertemu dengan huruf waw, bacaan idhghom.
Sedangkan di kata watab.b’ terjadi tasydid ashli, dibaca dengan 3 harokat, karena
adanya qolqolah kubro.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 14


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Qalqalah
SUB POKOKBAHASAN : Qalqalah
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang qalqalah

DASAR TEORI

QALQALAH

A. PENGERTIAN QALQALAH
Secara lughawi (arti bahasa) qalqalah berarti goyangan atau gerakan.Sedang secara
istilahi (terminologis) qalqalah adalah pantulan suara tiba-tibasehingga terdengar suara
memantul atau membalik.
Huruf-huruf qalqalah ini ada lima, yaitu qaf ( ‫)ق‬, tha’ ( ‫)ط‬, ba’ (‫ )ب‬jim (‫ )ج‬dan dal (‫) د‬
yang biasa dikumpulkan dalam lafazh ‫ ٍد‬HHH‫قَ ْط ُب َج‬. Cara membaca qalqalah ini harus
terdengar suara pantulan pada setiap huruf dari lima hurufnya, terutama ketika
diwaqafkan (Marzuki, 2012).

B. PEMBAGIAN DAN HUKUM BACAAN QALQALAH


Bacaan qalqalah terbagi menjadi dua macam, yaitu;
1. Qalqalah Shugra
Shugra artinya kecil. Qalqalah Shugra menurut istilah ialah :

‫فان كان سكونها اصليا فهي صغرا‬


Jika huruf qalqalah bertanda sukun ashli, maka ia dinamakan qalqalah Shugra.
Dalam kitab al-Qaulus sadid dijelaskan pengertian qalqalah Shugra yang lain, yaitu:

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 15


‫فما سكن منها في وسط الكليمة يسمى قلقلة صغرى‬
Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun ditengah kalimat,maka dinamakan
qalqalah Shugra.
Berdasarkan dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahw qalqalah Shugra
terjadi pada dua kondisi, yaitu apabila huruf qalqalah :
 Bersukun ashli
 Bersukun ditengah kalimat.
Cara pengucapan qalqalah ialah dengan menekan kuat makhraj huruf dari
huruf qalqalah yang bersukun tersebut sehingga suaranya memantul dengan
pantulan yang kuat dan jelas. Untuk huruf Qaf dan tha’ pantulannya mendekati
suara “o” karena kedua huruf ini tersifati oleh isti’la, sedangkan untuk huruf lainnya
akan terdengar mendekati suara “e”. Bahkan, suara ini pun cenderung berubah-ubah
tergantung pada harokat dari huruf sebelum dan sesudahnya.
Contoh Qalqalah Shugra :

‫ق‬ ‫رزقنا‬ Razaqnahum


‫ط‬ ‫يطمعون‬ Yaqtha’una
‫ب‬ ‫من قبلك‬ Ming qablika
‫ج‬ ‫مجرمون‬ Mujrimun
‫د‬ ‫يدخلون‬ Yadkhuluna

Dalam Qalqalah Shugra terdapat qalqalah shugra shaghir (kecil), yaitu bila
huruf qalqalah dalam keadaan bersukun dalam kalimat dan bacaannya di washolkan.
Contoh huruf ba’ qoblu.
2. Qalqalah Kubra
Kubra artinya besar. Qalqalah kubro menurut istilah ialah :

‫ان كان سكونها عارضا فيالوقف فهي كبرى‬

Jika huruf qalalah bersukun aridhi karena di waqofkan, maka ia dinamakan


qalqalah kubro.
Kemudian dalam kitab al-qaulus sadid di terangkan pengertian Qalqalah kubra

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 16


yang lain, yaitu :

‫وما كان سكن منها في اخر الكلمة يسمى قلقلة كبرى‬

Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun diakhir kalimat maka ia dinamakan


qalqalah kubra.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Qalqalah kubra terjadi
apabila huruf Qalqalah :
 Bersukun Aridhi karena diwaqofkan. Dengan kata lain, huruf tersebut
asalnya berharokat tetapi menjadi bersukun karena dibaca waqof.
 Bersukun di akhir kalimat.

Pengucapan Qalalah Kubra sama dengan cara pengucapan Qalqalah secara


umum, namun harus lebih berkumandang dan lebih jelas dibandingkan dengan
pegucapan Qalqalah Shugra. Bahkan pengucapan Qalqalah Kubra harus lebih kuat
lagi tatkala huruf Qalqalah yang diwaqofkan tersebut dalam keadaan bertasydid.
Contoh Qalqalah Kubro

‫ق‬ ‫ما خلق‬ ma khalaq


‫ط‬ ‫محيط‬ Muhith
‫ب‬ ‫حسا ب‬ Hisab
‫ج‬ ‫بهيج‬ Bahij
‫د‬ ‫لشديد‬ La syadid

Qalqalah Kubra terbagi menjadi dua yaitu:


 Qalqalah Kubra Kabir (besar), yakni bila huruf Qalqalah disukunkan
diakhir kalimat dan bacaannya pun di waqofkan .
Contoh : huruf ba’‫عداب‬ ADZAAB
 Qalqalah Kubra Akbar ( paling besar ), yakni bila huruf qalqalah dalam
keadaan bertasydid di akhir bacaan yang di waqofkan.
Contoh huruf qaf  ‫با الحق‬ BILHAQQ.    

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 17


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Mad
SUB POKOKBAHASAN : Pengertian Mad,Macam-macam Mad
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang pengertian Mad
2. Menjelaskan tentang macam-macam Mad

DASAR TEORI

MAD

A. PENGERTIAN MAD
Menurut bahasa Mad artinya panjang, sedangkan menurut istilah Mad yaitu
memanjangkan bunyi suatu huruf dengan huruf mad. Adapun Huruf mad ada 3 yaitu: , ‫ي‬
‫ و‬,‫ا‬.

B. MACAM – MACAM MAD


Mad terbagi kepada 2 macam, yaitu :
1. Mad Thabi’i atau Mad Asli
Mad Ashli / Mad Thobi’i adalah mad yang berdiri sendiri karenaa zat  huruf mad itu.
Jadi mad ashli/mad thobi’i itu suatu mad yang masih murni.
Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
 Huruf berharakat fathah bertemu dengan alif.
 Huruf berharakat kasroh bertemu dengan ya mati.
 Huruf berharakat dhommah bertemu dengan wawu mati.
Panjangnya mad ashli/mad thobi’i adalah 1 alif atau 2 harokat, baik disaat washal
maupun waqaf.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 18


Contoh :

2. Mad Far’i
Mad far’i secara bahasa adalah cabang. Sedangkan menurut istilah mad far’i
adalah   mad yang merupakan hukum tambahan dari mad ashli (sebagai hukum
asalnya), yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.Mad far’i itu terbaagi menjadi
beberapa macam, di antaranya yaitu:
a. Mad Wajib Muttashil
Mad wajib muttashil adalah mad ashli / mad thabi’i yang bertemu dengan
hamzah dalam satu kata. Cara membaca mad wajib muttashil adalah wajib
dipanjangkan 5 harakat atau 2 setengah alif.
Contoh:

b. Mad Jaiz Munfashil


Mad jaiz munfashil adalah mad ashli / mad thab’i yang bertemu dengan
hamzah dalam lain kata atau dalam kata yang berbeda. Cara membacanya
adalah 2 – 5 harakat (1, 2, dan 2 setengah alif).
Contoh:

c. Mad Lazim Harfi Musyba’


Mad ini terjadi hanya pada permulaan surat di dalam Al-Qur’an. Huruf-huruf
yang termasuk mad lazim harfi musyba’ itu terkumpul dalam kalimat ‫نقص‬
‫ عسلكم‬yakni ( ‫ م‬،‫ ك‬،‫ ل‬،‫ س‬،‫ ع‬،‫ ص‬،‫ ق‬،‫)ن‬.
Cara membacanya adalah 6  harakat atau 3 alif.
Contoh:

Mad lazim harfi musyba’ itu terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 19


a) Mad Lazim Harfi Musyba’ Mutsaqqal
Disebut mutsaqal karena dalam mad ini bacaan diberatkan akibat
terjadinya proses peng-idghom-an. Cara membacanya adalah 6 harakat
(3 alif). Contoh:
QS. al-Baqarah ayat 1, QS. asy-Syu’ara’ ayat 1, dan QS. al-A’raf ayat 1.
‫طس ّم‬, ‫ ال ّم‬,‫ال ّمص‬

b) Mad Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf


Di dalam mad ini bacaan diringankan (mukhaffaf)  karena tidak ada
terjadinya proses peng-idghom-an. Cara membacanya adalah 6 harakat
(3 alif). Contoh:
QS. Maryam ayat 1 dan QS. asy-Syura ayat 1.
‫عسق‬, ‫كهيعص‬

d. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf


Mad ini juga terjadi hanya pada permulaan surat di dalam Al-Qur’an. Huruf-
huruf yang termasuk mad ini terkumpul pada kalimat ‫ح ٌّي طَهُ َر‬ 
َ yakni  ( ،‫ ط‬،‫ ي‬،‫ح‬
‫ ر‬،‫)ه‬. Cara membacanya adalah 2 harakat atau 1 alif. Contoh:

e. Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal


Mad lazim kalimi mutsaqqal adalah apabila setelah huruf mad (ashli/thabi’i)
terdapat huruf yang bertasydid dalam satu kalimat. Jadi syarat mad ini adalah
adanya huruf yang bertasydid setelah mad Ashli/thabi’i.
Cara membacanya adalah 6 harakat atau 3 alif. Contoh:

f. Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf


Mad lazim kalimi mukhaffaf adalah apabila setelah mad (ashli/thabi’i) terdapat
huruf yang bersukun dan tidak ada idgham. Jadi syarat mad ini adalah adanya
huruf yang bersukun setelah huruf mad (ashli/thabi’i).

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 20


Cara membacanya adalah 6 harakat atau 3 alif. Contoh:

g. Maad Badal
Mad badal adalah berkumpulnya mad dengan hamzah dalam satu kata, tetapi
posisi hamzah lebih dahulu dari huruf mad. Cara membacanya adalah 2 harakat
atau 1 alif. Contoh:

h. Mad ‘Aridl Lis


Mad ‘aridl lis sukun adalah pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir
kata/kalimat, sedangkan huruf sebelum huruf yang di-waqaf-kan itu merupakan
salah satu dari huruf-huruf dasar mad ashli/thabi’i yakni alif, wawu, dan ya’.
Cara membacanya adalah 2 – 6 harakat atau 1- 3 alif. Contoh;

i. Mad Iwadl
Mad iwadl adalah berhentinya bacaan pada tanwin di akhir kalimat. Mad iwadl
yang dimaksudkan di sini adalah bacaaan panjang pada akhir kata/kalimat
sebagai pengganti dari suara tanwin fathah yang tidak berbunyi lagi karena
bacaan di-waqaf-kan. Cara membacanya adalah 2 harakat atau 1 alif. Contoh:

j. Mad Lin
Secara bahasa mad artinya panjang dan lin artinya lunak. Sedangkan menurut
istilah mad lin adalah apabila wawu dan ya’ berharakat sukun dan huruf
sebelumnya berharakat fathah dan setelahnya ada huruf hidup. Kemudia bacaan
diwaqafkan. Jadi huruf lin itu hanya dua yakni wawu dan ya’.
Cara membacanya adalah seperti mad ‘aridl lis sukun, yaitu 2 – 6 harakat atau
1 – 3 alif. Contoh:

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 21


k. Mad Shilah
Secara bahasa silah artinya adalah hubungan. Sedangkan menurut istilah mad
shilah adalah mad tambahan (dari mad asli) disebabkan oleh ha’ dhamir (kata
ganti benda atau orang ketiga tunggal). Mad shilah terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
a) Mad Shilah Qashirah
Mad shilah qashirah adalah apabila sebelum ha’ dhamir ada huruf yang
berharakat dan disyaratkan tidak disambung dengan huruf berikutnya, dan
tidak pula bertemu dengan hamzah yang berharakat. Dan biasanya mad
ini dilambangkan dengan fathah tegak, kasroh tegak, atau dhommah
terbalik pada huruf “ha” dhomir.Cara membacanya adalah 2 harakat atau
1 alif. Contoh:

b) Mad Shilah Thawilah


Mad shilah thawilah adalah apabila setelah ha’ dhamir terdapat hamzah
qath’i. Jadi, mad shilah thawilah mensyaratkan adanya huruf hamzah
setelah ha’ dhamir. Jika tidak ada hamzah maka hukumnya adalah mad
shilah qashirah. Cara membacanya adalah 5 harakat atau 2 setengah alif.
Contoh:

l. Mad Tamkin
Secara bahasa tamkin adalah tetap (penetapan). Sedangkan menurut istilah mad
tamkin adalah bertemunya dua huruf ya’ (dalam satu kata), ya’ yang pertama
berharakat kasrah dan bertasydid, sedangkan ya’ yang kedua berharakat sukun
atau mati. Cara membacanya adalah 2 – 6 harakat atau 1 – 3 alif.
Contoh

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 22


m. Mad Farq
Farq secara bahasa adalah pembeda. Sedangkan secara istilah adalah bacaan
panjang yang berfungsi untuk membedakan kalimat istifham (pertanyaan) dan
khabar (keterangan), karena jika tidak dibedakan dengan mad, kalimat  istifham
akan disangka kalimat khabar, padahal hamzah tersebut adalah hamzah
istifham. Cara membacanya adalah 6 harakat atau 3 alif. Contoh:
 QS. al-An’am ayat 143 dan 144.
 QS. an-Naml ayat 59.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 23


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Ghunah Nun dan Mim Bertasydid
SUB POKOKBAHASAN : Ghunah Nun dan Mim Bertasydid
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang Ghunah Nun dan Mim Bertasydid

DASAR TEORI

GHUNAH NUN DAN MIM BERTASYDID

A. PENGERTIAN GHUNAH
Ghunnah ialah apabila terdapat huruf Nun di-Tasydid (  ّ‫ن‬ )  atau Mim di-Tasydid     (
‫) ّم‬ adalah disebut ghunnah    ( ُ‫) ا ْل ُغنَّة‬oleh karenanya ia harus dibaca dengan ghunnah
(dengung) yang sempurna dengan tempo 2 harakat – serta ada sentuhan janur
hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).
Setiap mim dan nun yang bertasydid wajib di ghunnahkan sepanjang dua harakat.
Adapun mengenai ukuran lama ghunnahnya sebagai ulama qira’at menetapkannya
dengan cara menutup jari atau membukanya dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat. Imam Al-Jamzuri mengatakan:

‫س ِّم ُكاًّل َح ْرفَ ُغنَّ ٍة بَدا‬ ُ ‫َو ُغنَّ ِم ْي ًما ثُ َّم نُ ْونًا‬
َ ‫ش ِّددَا * َو‬

“Dan ghunnahkanlah setiap mim dan nun yang bertasydid. Dan sebutlah masing-masing
sebagai huruf ghunnah”.

B. PEMBAGIAN HURUF GHUNNAH


1. Mim Tasydid (‫ ّم‬  )
Mim tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama sukun dan yang kedua
berharakat. Mim yang pertama dimasukan / berpadu ke dalam mim yang kedua,

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 24


maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Contoh :   َ‫َع َّم يَتَسآ َءلُ ْون‬
2. Nun Tasydid ( ّ‫ن‬ )
Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua
berharakat. Nun yang pertama dimasukan / perpadu kedalam nun yang kedua, maka
terjadilah satu huruf yang bertasydid. Contoh:  ‫بَِأنَّ َربَّ َك َأ ْو َحى لَ َها‬   

Mim Tasydid ( ‫ ّم‬ ) Nun Tasydid ( ّ‫ن‬ ) Keterangan


Contoh ‫ِم َّما نَ َّز ْلنَا َولَ َّما‬ ُ‫س ِإنَّه‬
ِ ‫َو ِمنَ النَّا‬ Tempo ghunnah /
‫فَتَيَ ُّم ْوا‬ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم‬ dengung 2 harakat,
‫ُمتَ َع ِّمدًا‬ ‫َج َهنَّ َم‬ diberlakukan baik
‫ُأ َّم َهاتُ ُك ْم‬ ‫َولَتـ ِج َدنَّ ُك ْم‬ nun
ُ‫َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَه‬ َّ‫فََأتَ َم ُهن‬ Tasydid (  ّ‫ن‬ ) atau
Mim Tasydid ( ‫ ّم‬ ) di
tengah kata
seperti ُ‫الجنَّة‬,
َ atau di
akhir kata
seperti  ‫بِا ْل َمنِّ – فِى‬
‫ا ْليَ ِّم‬  ketika di-
Waqafkan

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 25


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Ghunah Nun Sukun dan Tanwin
SUB POKOKBAHASAN : Ghunah Nun Sukun dan Tanwin
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang Ghunah Nun Sukun dan Tanwin

DASAR TEORI

GHUNAH NUN SUKUN DAN TANWIN

A. PENGERTIAN HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN


Hukum nun sukun dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Qur'an.
Hukum ini berlaku jika nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf hijaiyahtertentu.
Pembagian hukum bacaan nun sukun dan tanwin yang bertemu huruf hijaiyah dibagi
menjadi empat, yaitu : Idzhar, Ikhfa, Idgham, Iqlab.

B. MACAM – MACAM NUN SUKUN DAN TANWIN


1. Idzhar Halqi
Yang dinamakan idzhar halqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin
bertemu salah satu huruf halqi (yang keluar dari tenggorokan), yaitu : ‫ﻫ‬ ‫ء ح خ ع غ‬
Adapun cara membacanya adalah harus dibaca jelas.
Contoh :
ٍ َ‫ ِمنْ َخال‬ - ‫ ِمنْ ح َِم ْي ٍم خ‬ - ‫ َمنْ ٰا َمنْ ح‬ - ‫ء‬
‫ق‬

َ‫ َمنْ َهلَك‬ - ‫ﻫ‬ ‫س ٍل‬


ْ ‫ ِمنْ ِغ‬ - ‫اَ ْن َع ْمتَ غ‬ - ‫ع‬

2. Iqlab

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 26


Yang dinamakan iqlab adalah apabila ada nun mati dan tanwin bertemu
dengan huruf ba'. cara membacanya adalah mengganti suara nun sukun atau tanwin
menjadi mim sukun dan disertai dengan dengung selama 2 harakat.
Contoh : 
‫ص ْي ٌر‬
ِ َ‫س ِم ْي ٌع ب‬
َ

3. Idhgam Bighunnah
Yang dimaksud dengan idghom bighunnah adalah apabila ada nun sukun atau
tanwiin bertemu dengan salah satu huruf 4, yaitu : ‫و‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ي‬
Adapun cara membacanya adalah dengan meleburkan/ memasukkan bunyi huruf
yang pertama kepada huruf sesudahnya, sehingga bunyi huruf yang pertama tidak
terdengar lagi dan harus dibaca dengan dengung sepanjang 2 harakat.
Contoh :

ٌ ‫ َع َذ‬ – ‫ب يَّ ْو َمِئ ٍذ م‬


‫اب ُّمقِ ْي ٌم‬ ٌ ‫قُلُ ْو‬ - ‫ي‬

ِ ‫عَنْ نَّ ْف‬ – ‫ن‬


‫ ِمنْ َّو َراِئ ِه ْم‬ – ‫س ِه و‬

4. Idhgam Bila Gunnah


Yang dinamakan idghom bila ghunnah adalah apabila ada nun sukun atau
tanwin bertemu salah satu huruf ‫ ر‬,‫ل‬.
Adapun cara membacanya adalah dengan meleburkan/ memasukkan bunyi
huruf yang pertama kepada huruf sesudahnya sehingga bunyi huruf yang pertama
tidak terdengar lagi, tapi tidak boleh dibaca dengung.
Contoh : 
‫ َر ٍّب َّر ِح ْي ٍم‬ –‫ ِمنْ لَّ ُد ْنهُ ر‬ - ‫ل‬

5. Ikhfa’ Haqiqi
Yang dimaksud dengan ikhfa' haqiqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin
bertemu salah satu huruf lima belas, selain huruf-huruf yang telah disebutkan di atas
yaitu: ‫ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك‬
Cara membacanya adalah dengan dengan samar-samar disertai dengan dengung yang
sempurna selama 2 harakat.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 27


Contoh :
ً ‫ َما ًء ثَ َّج‬ - ‫ ِمنْ ت َْحتِها َ ث‬ - ‫ت‬
‫اَ ْن َج ْينَا ُك ْم‬ – ‫اجا ج‬

ْ ‫ َمنْ َذاالَّ ِذ‬ – ‫ ِمنْ د ُْو ِن هللاِ ذ‬ – ‫ش ِد ْيداً د‬


‫ي‬ َ ‫ َع َذابًا‬ – ‫ش‬

َ ‫ َولَدًا‬ – ‫ش ِد ْي ٌد ص‬
‫صالِ ًحا‬ ٌ ‫ َع َذ‬ – ‫سانَ ش‬
َ ‫اب‬ َ ‫اِنَّ ااْل ِ ْن‬ – ‫س‬

‫عَنْ ظُ ُه ْو ِر ِه ْم‬ – ‫ق ظ‬
ُ ‫ َو َما يَ ْن ِط‬ – ‫ض ْو ٍد ط‬
ُ ‫ َم ْن‬ – ‫ض‬

َ‫ ِك َرا ًما َكاتِبِيْن‬ – ‫ ِر ْزقًاقَالُ ْوا ك‬ – ‫ ُع ْم ٌي فَ ُه ْم ق‬ – ‫ف‬

Adapun ikhfa' sendiri dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:


a. Ikhfa' a'la/aqrob
Yang dimaksud ikhfa' a'la adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu
dengan huruf  ‫ ط د ت‬.Cara membacanya adalah ketika menyuarakan nun mati,
ujung lidah hampir menyentuh pangkal dua buah gigi atas sesuai makhroj ‫ط د ت‬
b. Ikhfa' Ausath
Yang di maksud ikhfa' ausath adalah:apabila ada nun mati atau tanwin
bertemu dengan salah satu huruf ikhfa' berikut ini ‫ث ج ذ ز س ش ص ض ظ ف‬
cara membacanya pada waktu mengucapkan nun mati, sikap lidah/bibir
dipersiapkan menempati makhroj huruf yang di hadapi.
c.  Ikhfa' adna/ab'ad
Yaitu apabila ada nun mati dan tanwin bertemu dengan huruf ‫ق ك‬
cara membacanya menjadi seperti “ng”.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 28


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Ghunah Mim Sukun
SUB POKOKBAHASAN : Ghunah Mim Sukun
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang Ghunah Mim Sukun

DASAR TEORI

GHUNAH MIM SUKUN

A. PENGERTIAN HUKUM MIM SUKUN


Mim mati adalah huruf mim yang tidak berharokat, memiliki tanda baca yaitu sukun.
Hukum mim mati adalah cara membaca mim ketika bertemu dengan huruf hijaiyyah
baik washol maupun waqof. Mim mati  apabila bertemu dengan  huruf 
Hijaiyyah cara bacanya sama dengan hukum nun mati atau tanwin, ada yang dibaca
dengung, jelas, dan ada pula yang samar.

Hanya saja yang membedakan keduanya adalah terletak pada bibir. Kalaunun mati
atau tanwin tidak melaui dua bibir, sementara mim mati melalui dua bibir, mim yang
sakin tidak dapat jatuh sebelum huruf mad karena akan terjadi pertemuan dua huruf yang
sakin dan hal ini mustahil terjadi dalam bahasa arab,karena tidak dapat di baca dan
di ucapkan.

B. PEMBAGIAN HUKUM MIM SUKUN


Hukum mim sukun (  ‫م‬ ) jika bertemu huruf hijaiyah yang 28 terbagi 3 hukum :
1. Ikhfa Syafawi
Ikhfa artinya menyembunyikan dan syafawi artinya huruf yang keluar dari

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 29


bibir. Hurufnya 1 ‫ ( ب‬ba) Maksudnya, apabila mim sukun ( ‫م‬ ) bertemu dengan
huruf ‫ب‬ (ba) maka dibaca samar dan di dengungkan.

Contoh :
Mim Sukun Huruf
‫ترميهم بحجارة‬ ‫ب‬
‫تظاهرون عليهم باإلثم‬ ‫ب‬

2. Idhgam Mimi
Yaitu apabila mim sukun (‫)م‬ bertemu dengan mim ‫م‬
Contoh :
Mim Sukun Huruf
‫لهم ما يشآءون‬ ‫م‬
‫لكم ما في األرض‬ ‫م‬

3. Idzhar Syafawi
Izh-har artinya jelas atau terang. Syafawi artinya bibir. Terjadinya izh-har syaf
awi adalah jika mim mati bertemu dengan huruf-huruf  hijaiyyah selain huruf mim
dan ba’.
Contoh :
Mim Sukun Huruf Mim Sukun Huruf
‫ان فيكم ضعفا‬ ‫ض‬ ‫لكم آياته‬ ‫ء‬
‫عليهم طيرا‬ ‫ط‬ ‫لم تنذرهم‬ ‫ت‬
‫فوقهم ظلل‬ ‫ظ‬ ‫في داركم ثالثة‬ ‫ث‬
‫ولهم عذاب‬ ‫ع‬ ‫جزائكم جزاء‬ ‫ج‬
‫عليهم غضب‬ ‫غ‬ ‫عليهم حجارة‬ ‫ح‬
‫ويمدهم في‬ ‫ف‬ ‫هم خير البرية‬ ‫خ‬
‫ان لهم قدم‬ ‫ق‬ ‫لكم دينكم‬ ‫د‬
‫فجعلهم كعصف‬ ‫ك‬ ‫ليكم ذكرا‬ ‫ذ‬
‫فإنـهم لـمحضرون‬ ‫ل‬ ‫فيهم رشدا‬ ‫ر‬
‫وهم نائمون‬ ‫ن‬ ‫بينهم زبرا‬ ‫ز‬
‫من ربكم وبقية‬ ‫و‬ ‫نومكم سباتا‬ ‫س‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 30


‫وزداهم هدى‬ ‫هـ‬ ‫هم شر البرية‬ ‫ش‬
‫لم يلد‬ ‫ي‬ ‫اهديكم صراطا‬ ‫ص‬
MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Gharib Al-Qur’an
SUB POKOKBAHASAN : Pengertian Gharib Al-qur’an,Bacaan Gharib
dalam Al-qur’an,Cara menafsirkan ayat-ayat yang
gharib,Faedah mengetahui gharib Al-qur’an
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang pengertian Gharib Al-qur’an
2. Menjelaskan tentang bacaan gharib Al-qur’an
3. Menjelskan tentang cara menafsirkan ayat-ayat yang gharib
4. Menjelaskan tentang faedah mengetahui gharib Al-qur’an

DASAR TEORI

GHARIB AL-QUR’AN

A. PENGERTIAN GHARIB AL-QUR’AN


Lafadz gharaib berasal dari bahasa arab, yakni bentuk jamak dari
lafadz gharibah yang berarti asing, tersembunyi, samar atau sulit
pengertiannya. Sedangkan menurut istilah Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang
perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya
permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Jika dihubungkan dengan al qur’an maka yang dimaksud dengan Gharaib al-
Qur’an adalah ayat-ayat al qur’an yang sukar pemahamannya sehingga hampir-hampir
tidak dapat dimengerti maknanya, seperti lafadz ‫َأبَّا‬  dalam ayat 31 dari surat ‘Abasa  (
‫) َوفَا ِك َهةً َّو َأبَّا‬.
Menurut Abu Sulaiman al-Khotthobi : Gharib al qur’an adalah suatu hal yang samar
dan jauh dari kepahaman. Beliau membagi gharib al qur’an menjadi dua, yang pertama

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 31


adalah hal yang jauh makananya serta samar, yang hanya dapat dipahami  setelah melalui
proses pemikiran yang mendalam. Sedangkan yang kedua adalah perkataan seseorang
yang rumahnya jauh dari kabilah arab sehingga jika kalimat tersebut diungkapkan kepada
kita (orang arab) maka otomatis kita langsung menganggapnya aneh.
Sedangkan menurut Muchotob Hamzah Gharib al qur'an adalah Ilmu al-qur’an yang
membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang ganjil dalam al-qur’an yang tidak biasa
digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Gharib al-qur’an adalah ilmu
yang membahas suatu makna kata dari ayat al-qur’an yang dianggap aneh (tidak cocok)
dan sulit dipahami.

B. MACAM – MACAM BACAAN GHARIB DALAM AL-QUR’AN


Di dalam al-qur’an banyak dijumpai bacaan gharib, diantara macam-macamnya
adalah sebagai berikut:
1. Saktah
Saktah menurut bahasa artinya diam, tidak bergerak. Sedangkan menurut
istilah ilmu qira’ah, saktah yaitu berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas
dengan niat melanjutkan bacaan. Di dalam Al-Qur'an ada 4 bacaan saktah, yaitu: (1)
Surat al-Kahfi: ayat 1-2, (2) Surat Yasin: ayat 52, (3) Surat al-Qiyamah: ayat 27, dan
(4) Surat al-Muthaffifin: ayat 14. Berikut ini contoh-contoh bacaan saktah dalam
sebuah ayat yang lengkap:

َ ‫ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َأ ْن َز َل َعلَى َع ْب ِد ِه ا ْل ِكت‬


‫لِيُ ْن ِذ َر‬ ‫) قَيِّ ًما‬1( ‫ ِع َو َجا‬ ُ‫َاب َولَ ْم يَ ْج َع ْل لَه‬
)52( َ‫سلُون‬ َ ‫ق ا ْل ُم ْر‬ َ ‫ َما َو َع َد ال َّر ْح َمنُ َو‬ ‫ َم ْرقَ ِدنَا َه َذا‬  ْ‫َقالُوا َيا َو ْيلَنَا َمنْ بَ َعثَنَا ِمن‬
َ ‫ص َد‬
)27( ‫اق‬
ٍ ‫ َمنْ َر‬ ‫َوقِي َل‬
ِ ‫ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َما َكانُوا يَ ْك‬  َ‫بَ ْل َران‬ َّ‫َكال‬
14( َ‫سبُون‬

Saktah pada QS. Al-Kahfi: 1, menurut segi kebahasaan susunan kalimatnya


sudah sempurna. Dengan kata lain, jika seorang qari’ membaca waqaf pada
lafadz ‫ ِع َو ًجا‬, sebenarnya sudah tepat karena sudah termasuk waqaf tamm. Namun
apabila dilihat dari kalimat sesudahnya, ternyata ada lafadz ‫قَيِّ َما‬  sehingga arti
kalimatnya menjadi rancu atau kurang sempurna.
Lafadz ‫قَيِّ َما‬   bukanlah menjadi sifat/na’at dari lafadz  ‫ ِع َو ًجا‬, melainkan

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 32


menjadi hal atau maf’ul bihnya lafadz lafadz ‫ع َو ًجا‬.
ِ Apabila lafadz ‫قَيِّ َما‬ 
menjadi na’atnya lafadz ‫ ِع َو ًجا‬  akan mempunyai arti : “Allah tidak menjadikan al-
Quran sebagai ajaran yang bengkok serta lurus”. Sedangkan apabila
menjadi hal atau maf’ul bih akan menjadi : “Allah tidak menjadikan al-Quran
sebagai ajaran yang bengkok, melainkan menjadikannya sebagai ajaran yang lurus
“. Menurut Ad-Darwisy, kata  ‫قَيِّ ًما‬  dinashabkan sebagai hal (penjelas) dari
kalimat ‫ َولَ ْم َي ْج َع ْل لَهُ ِع َو ًجا‬  , sedang Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa kata tersebut
dinashabkan lantaran menyimpan fi’il berupa ” ُ‫ج َعلَه‬ “. َ Berbeda juga dengan pendapat
Abu Hayyan, menurutnya kata ‫قَيِّ ًما‬  itu badal mufrad dari badal jumlah “ُ‫ه‬Hَ‫ ْل ل‬H‫َولَ ْم يَ ْج َع‬
‫ع َو ًجا‬  “. 
ِ Tidak mungkin seorang qari’ memulai bacaan (ibtida’) dari ‫قَيِّ ًما‬,
sebagaimana juga tidak dibenarkan meneruskan bacaan (washal) dari ayat
sebelumnya. Dengan pertimbangan alasan-alasan diatas, baik diwaqafkan maupun
diwashalkan sama-sama kurang tepat, maka diberikanlah tanda saktah.
Pada saktah  QS. Yaasiin: 52 di dalam kalimat:  ُ‫ ِمنْ َم ْرقَ ِدنَا سكتة َه َذا َما َو َع َد ال َّر ْح َمن‬.
Menurut Ad-Darwisy lafadz ‫ َذا‬H‫ه‬ itu mubtada’ dan khabarnya
ٰ adalah lafadz َ‫ د‬H‫ا َو َع‬HH‫َم‬
ُ‫ال َّر ْح َمن‬ . Berbeda halnya dengan pendapat Az-Zamakhsyari yang menjadikan lafadz
‫ َذا‬HHH‫ه‬ itu na’at dari 
ٰ ‫ ِد‬HHHَ‫ َم ْرق‬, sedangkan ‫ َما‬ sebagai mubtada’ yang khabarnya tersimpan,
yaitu lafadz ‫حق‬  atau ‫ه َذا‬. ٰ Dari segi makna, kedua alasan penempatan saktah tersebut
sama-sama tepat. Pertama, orang yang dibangkitkan dari kuburnya itu mengatakan:
“Siapakah yang membangkitkan dari tempat tidur kami (yang) ini. Apa yang
dijanjikan Allah dan dibenarkan oleh para rasul ini pasti benar”. Kedua, orang yang
dibangkitkan dari kuburnya itu mengatakan: “Siapakah yang membangkitkan kami
dari tempat tidur kami. Inilah yang dijanjikan Allah dan dibenarkan oleh para rasul
ini pasti benar”. Dengan membaca saktah, kedua makna yang sama-sama benar
tersebut bisa diserasikan, sekaligus juga untuk memisahkan antara ucapan malaikat
dan orang kafir.
Adapun lafadz  ْ‫ َمن‬ dalam QS. Al-Qiyamah: 27 pada kalimat ‫اق‬
ٍ ‫كتة َر‬H‫ َمنْ س‬  dan
lafadz ‫ ْل‬HHHَ‫ب‬  dalam QS. Al-Muthafifin: 14 pada kalimat  َ‫كتة َران‬HHH‫ ْل س‬HHHَ‫ب‬ adalah untuk
menjelaskan fungsi  ْ‫ َمن‬  sebagai kata tanya dan fungsi ‫بَ ْل‬ sebagai penegas dan juga
untuk memperjelas idharnya lam dan nun, sebab apabila lam dan nun bertemu
dengan ra’ seharusnya dibaca idgham, namun karena lafadz  ْ‫ َمن‬  dan ‫ ْل‬HHHHَ‫ب‬  dalam
kalimat ‫اق‬
ٍ ‫كتة َر‬HH‫ َمنْ س‬  dan  َ‫كتة َران‬HH‫ ْل س‬H َ‫ب‬ mempunyai makna yang berbeda, maka perlu
dipisahkan (diidharkan) dengan waqaf saktah.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 33


2. Imalah
Imalah artinya memiringkan bunyi fathah pada kasroh, dan dari huruf alif ke
ya’ (Kecenderungan fathah kepada kasrah sehingga seolah-olah dibaca re). Imalah
hanya terdapat 1 lafadz dalam Al-Qur'an, yakni surat Huud ayat 41, Juz 12.
)41( ‫ساهَا ِإنَّ َربِّي لَ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
َ ‫ َو ُم ْر‬ ‫ َم ْج َراهَا‬ ِ ‫س ِم هَّللا‬ ْ ‫َوقَا َل‬
ْ ِ‫ار َكبُوا فِي َها ب‬
Sebab-sebab di-Imalahkannya lafadz “‫ ” َم ْج ٰرى َها‬diantaranya adalah untuk
membedakan antara lafadz “‫ ” َم ْج ٰرى َها‬yang artinya berjalan di darat dengan lafadz “
‫ ” َم ْج ٰرى َها‬yang artinya berjalan di laut. Dalam salah satu kamus bahasa arab dijelaskan
bahwa lafadz “‫ ” َم ْج ٰرى َها‬berasal dari lafadz “‫”ج ٰرى‬
َ yang artinya berjalan atau mengalir
dan lafadz tersebut dapat dipakai dalam arti berjalan di atas daratan maupun berjalan
di atas lautan (air), namun kecenderungan perjalanan di permukaan laut (air) tidak
stabil seperti halnya di daratan. Terkadang diterjang ombak kecil dan besar atau
terhempas angin, sehingga sangat tepat apabila lafadz “‫ ” َم ْج ٰرى َها‬tersebut di-
Imalahkan.

3. Isymam
Isymam yaitu isyarah dlommah di tengah-tengah dengung. Isymam di dalam
Al-Qur'an hanya ada 1, yaitu di surat Yusuf ayat 11, Juz 12
ِ َ‫ َعلَى يُوسُفَ َوِإنَّا لَهُ لَن‬ ‫ال تَْأ َمنَّا‬  َ‫قَالُوا يَا َأبَانَا َما لَك‬
)11( َ‫اص ُحون‬
yaitu pada waktu membaca lafadz tersebut, gerakan lidah seperti halnya
mengucapkan lafadz “‫ ”اَل تَْأ َمنُنَا‬sehingga hampir tidak ada perubahan bunyi antara
mengucapkan lafadz “‫ ”اَل تَْأ َمنَّا‬dengan mengucapkan “‫”اَل تَْأ َمنُنَا‬. Dengan kata lain, asal
dari lafadz “‫تَْأ َمنَّا‬ ‫ ”اَل‬adalah lafadz “‫تَْأ َمنُنَا‬ ‫”اَل‬. Kalau diteliti lebih dalam,
ternyata rasm utsmani hanya menulis satu nun yang bertasydid. Ada pertanyaan
muncul, dimana letak dammahnya? Sehingga untuk mempertemukan kedua lafadz
tersebut dipilihlah jalan tengah yaitu bunyi bacaan mengikuti rasm, sedangkan
gerakan bibir mengikuti lafadz asal.

4. Badal ( Mengganti)
Badal menurut bahasa artinya mengganti, mengubah, sedangkan
maksud badal disini adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan
huruf hijaiyah lainnya. Diantara lafadz-lafadz yang di badal dalam Al-Qur’an

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 34


menurut Imam Ashim riwayat Hafs yaitu :
ِ ‫(فِي السَّمٰ ٰو‬  ‫ي‬
a) Badal ‫ء‬  dengan )‫ت اْئت ُْونِ ْي‬
Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya’, sebagian besar
imam qira’ah sepakat mengganti hamzah qatha’ yang tidak menempel dengan
lafadz sebelumnya dan jatuh sesudah hamzah washal dengan alif layyinah (‫)ى‬.
Contoh pada QS. Al-Ahqaf : 4.
ٍ ۢ َ‫ ِب ِك ٰت‬ ‫ٱْئتُونِى‬  ۖ‫ت‬
‫ب‬ ِ ‫َأ ْم لَ ُه ْم‬
ِ ‫فِى ٱلسَّمٰ ٰو‬ ‫ش ْر ۭ ٌك‬
Cara membacanya, yaitu apabila seorang qari’ membaca waqaf pada lafadz
ِ ‫ ٰ َم ٰ َو‬H ‫ٱلس‬
( ‫ت‬ َّ ‫ )ۖ فِى‬maka huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’  (ۖ ْ‫مٰ ٰوت‬H ‫ٱلس‬
َّ ‫فِى‬
‫اِ ْيتُونِى‬ ) sedangkan apabila dibaca washal tidak ada perubahan.

ْۜ َ‫ب‬ )
ُۜ ‫ َويَ ْب‬  dan ً‫صطَة‬
b) Badal ‫ص‬  dengan ‫س‬  (ُ‫صط‬
Yaitu mengganti shad dengan siin, sebagian imam qira’ah termasuk
Imam Ashim mengganti ‫ص‬  dengan ‫س‬  pada lafadz ُ‫ط‬HH‫ص‬ ُۜ ‫ َويَ ْب‬  dalam QS. Al-
ْۜ َ‫ب‬  dalam QS. Al-A’raf : 69. Sebab-sebab
Baqarah : 245 dan lafadz ً‫طَة‬HH‫ص‬
digantinya huruf shad dengan siin pada kedua lafadz tersebut karena
mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu ُ‫سط‬
ُ ‫سطَ – يَ ْب‬
َ َ‫ب‬.
Sedangkan pada lafadz ‫ ْي ِط ٍر‬HHH‫ص‬
َ ‫ ِب ُم‬  dalam QS. Al-Ghasyiyah : 22,
huruf ‫ص‬ tetap dibaca shad karena sesuai dengan tulisan dalam mushaf (rasm
utsmani) dan menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang
َۣ ‫ٱ ْل ُم‬  dalam QS. At-Thur :
mempunyai sifat isti’la’. Adapun pada lafadz  َ‫ص ْي ِطرُون‬
37, huruf ‫ص‬  boleh tetap dibaca shad dan boleh dibaca siin karena, pertama,
َ ُ‫س ْيطَ َر – ي‬
mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu ‫س ْي ِط ُر‬ َ  , kedua, menyesuaikan
sifat ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’.

5. Ba’ di idgham ke Mim


Yaitu huruf Ba’ Mati (disukun) ketika bertemu Mim diidghamkan ke
huruf Mim tersebut. Dalam ilmu tajwid, bacaan ini termasuk bacaan Idgham
Mutaqoribain. Di dalam Al-Qur'an hanya terdapat 1 kali, yaitu di surat Huud ayat 42
Juz 12.
( َ‫ َوال تَ ُكنْ َم َع ا ْل َكافِ ِرين‬ ‫ار َك ْب َم َعنَا‬ ٌ ُ‫ج َكا ْل ِجبَا ِل َونَادَى ن‬
ْ ‫يَا بُنَ َّي‬ ‫وح ا ْبنَهُ َو َكانَ فِي َم ْع ِز ٍل‬ ٍ ‫َو ِه َي ت َْج ِري بِ ِه ْم فِي َم ْو‬
)42

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 35


6. Naql
Naql menurut bahasa berasal dari lafadz  ‫ ُل – نَ ْقاًل‬HHHHِ‫ َل – يَ ْنق‬HHHHَ‫نَق‬ yang artinya
memindah, sedangkan menurut istilah ilmu qira’ah artinya memindahkan harakat ke
huruf sebelumnya. Yaitu lam alif (‫)ال‬  dibaca kasroh lam-nya , sedangkan
kata ismun (‫س ٌم‬
ْ ِ‫)ا‬ hamzah-nya tidak dibaca. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs
ْ ِ ‫ْئس ااْل‬
ada satu bacaan naql yaitu lafadz ‫س ُم‬ َ ِ‫ب‬ dalam surat al-Hujuraat ayat 11 Juz 26.
)11( ‫ق بَ ْع َد اإلي َما ِن‬ ُ ُ‫ا ْلف‬ ‫س ُم‬
ُ ‫سو‬ ْ ‫ْئس اال‬ ِ ‫َوال تَنَابَزُوا بِاأل ْلقَا‬
َ ‫ ِب‬ ‫ب‬

ْ ِ ‫ااْل‬  adalah karena adanya dua hamzah


Alasan dibaca naql pada lafadz ‫ ُم‬HHH‫س‬
washal, yakni hamzah al ta’rif dan hamzah ismu yang mengapit lam, sehingga kedua
hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung dengan kata sebelumnya.
Faidahnya bacaan naql ialah untuk memudahkan dalam mengucapkannya atau
membacanya.

7. Tiga Model Bacaan


Yaitu, 3 (tiga) macam bacaan yang terjadi karena washal dan waqaf. Ketiga
hukum bacaan tersebut adalah :
 Bila washal, Ra’-nya dibaca pendek keduanya.
 Bila waqaf pada kalimat pertama, Ra’ dibaca panjang 1 alif / 2 harakat.
 Bila Waqaf pada kalimat kedua, Ra’ kalimat pertama dibaca qasr (pendek,
dan Ra’ kalimat kedua dibaca sukun (mati).
3 (tiga) buah model bacaan asing ini hanya terdapat dalam surat al-Insaan ayat 15-16.

)16( ‫ض ٍة قَ َّد ُروهَا تَ ْق ِدي ًرا‬ ٍ ‫ض ٍة َوَأ ْك َوا‬


َّ ‫ ِمنْ ِف‬ ‫) قَ َوا ِري َر‬15( ‫قَ َوا ِري َرا‬  ْ‫ب َكانَت‬ َّ ِ‫َويُطَافُ َعلَ ْي ِه ْم ِبآنِيَ ٍة ِمنْ ف‬

8. Tahsil
Tashil artinya lunak, yakni hamzah pertama dibaca tahqiq (jelas) dan pendek,
sedangkan hamzah kedua dibaca tashiil, yaitu meringankan bacaan antara Hamzah
dan Alif. Di dalam Al-Qur'an hanya terdapat 1 kali, yaitu di Surah Fussilaat, ayat 44:

)44( ‫ َو َع َربِ ٌّي‬ ‫َأَأع َْج ِم ٌّي‬ ُ‫صلَتْ آيَاتُه‬


ِّ ُ‫َولَ ْو َج َع ْلنَاهُ قُ ْرآنًا َأع َْج ِميًّا لَقَالُوا لَ ْوال ف‬

Alasan lafadz ‫ َءاَع َْج ِم ٌّى‬ dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah qatha’

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 36


bertemu dan berurutan pada satu lafadz, bagi lisan orang Arab merasa berat
melafadzkannya, sehingga lafadz tersebut bisa ditashilkan (diringankan).

C. CARA MENAFSIRKAN AYAT-AYAT YANG GHARIB


Permasalahan ini menjadi persoalan yang sangat rumit, khususnya setelah Nabi SAW.
wafat, sebab saat beliau masih hidup semua permasalahan yang timbul langsung
ditanyakan kepadanya. Tentu tidak semua persoalan sosial dan kemasyarakatan serta
keagamaan muncul saat beliau masih hidup karena umur beliau relatif singkat, sementara
pesoalan kemasyarakatan tersebut berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat
itu sendiri.
Namun Rasulullah sebelum wafat telah meninggalkan dua pusaka yang sangat ampuh
dan mujarab serta berharga, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul. Nabi menjamin barang
siapa yang berpedoman kepada keduanya niscaya dia tidak akan sesat selama-lamanya.

)‫سـنَّـتِى (رواه الحكم‬


ُ ‫اب هللاِ َو‬ ْ ُّ‫ضـل‬
َ َ ‫ـوا بـ َ ْعـ َدهُـ َما ِكـتـ‬ ِ َ ‫ـن لَنْ تـ‬
ِ ‫تـ َ َركـْتُ فِـ ْي ُكـ ْم شَـ ْيـَئـ ْي‬ 

“Aku meninggalkan dua perkara pada diri kalian yang kalian tidak akan tersesat
setelahnya yaitu Kitab Allah dan Sunnahku”.
Hadits ini dikuatkan oleh firman Allah yang tertera pada surat al Nisa’ ayat 59:

ْ‫ول ِإن‬
ِ ‫س‬ُ ‫سو َل َوُأولِي األ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَِإنْ تَنَازَ ْعتُ ْم فِي ش َْي ٍء فَ ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّر‬ُ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطي ُعوا هَّللا َ َوَأ ِطي ُعوا ال َّر‬
)59( ‫سنُ تَْأ ِويال‬ َ ‫اآلخ ِر َذلِ َك َخ ْي ٌر َوَأ ْح‬
ِ ‫ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
(pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah persoalan tersebut kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Secara teoritis kembali kepada al qur’an dan hadits boleh dikatakan tidak ada
masalah, tetapi problema muncul lagi dan terasa memberatkan pikiran ketika teori itu
diterapkan untuk memecahkan berbagai kasus yang terjadi di masyarakat. Oleh karena hal
itu cara yang digunakan oleh ulama’ dalam memahami gharib al qur’an, - dan ini disebut
juga “Ahsana al Thuruq” oleh  sebagian ulama - adalah sebagi berikut :

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 37


1. Menafsirkan Al-qur’an dengan Al-qur’an
Contoh Surat al An’am ayat 82
)82( َ‫ُأولَِئ َك لَ ُه ُم األ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬ ‫بِظُ ْل ٍم‬ ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم‬
ُ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب‬

Kata ‫ظلم‬ dalam ayat tersebut jika diartikan secara tekstual maka terasa


membawa pemahaman yang asing dan tidak cocok dengan kenyataan sebab hampir
tidak ditemukan orang-orang yang beriman yang tidak pernah melakukan perbuatan
dzalim sama sekali. Jika begitu maka tidak ada orang mukmin yang hidupnya
tentram dan tidak akan mendapat petunjuk.
Oleh karena itu sahabat bertanya kepada Rasulullah, lalu Rasul menafsirkan
kata dzulm dengan syirk berdasarkan pada surat Luqman ayat 13:
ْ ُ‫َوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ال ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُنَ َّي ال ت‬
)13( ‫ش ِركْ بِاهَّلل ِ ِإنَّ الش ِّْركَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
Dari penjelasan Nabi di atas dapat diketahui bahwa kata dzulm dalam surat al
An’am berarti syirk bukan ke-dzaliman biasa, dengan penjelasan itu selesailah
persoalannya. Dan berdasarkan penjelasan Nabi itulah maka surat al An’am ayat 82
diterjemahkan sebagai berikut: “orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik) mereka itulah yang
mendapatkan keamanan dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
2. Menafsrikan Al-qur’an dengan sunnah rasul
As-Sunnah adalah penjelas dari al qur’an, dimana al qur’an telah menjelaskan
bahwa semua hukum (ketetapan) Rasulullah berasal dari Allah. Oleh karena itu
Rasulullah bersabda:
ُ ‫َأالَ إنِّي ُأ ْوتِيْتُ القُرآنَ َو ِم ْثلَهُ َم َعهُ يَ ْعنِي ال‬  
َ‫سنَّة‬

“Ketahuilah bahwa telah diberikan kepadaku Qur’an dan bersamanya pula sesuatu
yang serupa dengannya” yaitu sunnah.

3. Jika tidak ditemukan di dalam hadits maka dicari dalam atsar (pendapat)

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 38


shahabat.
Pendapat para sahabat lebih akurat dari pada lainnya dikarenakan mereka telah
berkumpul dengan Rasulullah dan mereka telah meminum air pertolongan beliau
yang bersih. Mereka menyaksikan wahyu dan turunnya, mereka tahu asbabun
nuzul dari sebuah ayat maupun surat dari al qur’an, mereka mempunyai kesucian
jiwa, keselamatan fitrah dan keunggulan dalam hal memahami secara benar dan
selamat terhadap kalam Allah SWT. bahkan menjadikan mereka mampu menemukan
rahasia-rahasia al qur’an lebih banyak dibanding siapapun orangnya.
4. Jika masih belum didapati pemecahannya maka  sebagian ulama memeriksa
pendapat tabi’in.
Diantara tabi’un ada yang menerima seluruh penafsiran dari sahabat, namun
tidak jarang mereka juga berbicara tentang tafsir ini dengan istinbath (penyimpulan)
dan Istidlal (penalaran dalil) sendiri. Tetapi yang harus menjadi pegangan dalam hal
ini adalah penukilan yang shohih.
5. Melalui sya’ir
Walaupun sebagian besar ulama nahwu mengingkari cara yang kelima ini
dalam menafsirkan ayat yang gharib namun cobalah kita melepaskan diri dari
perbedaan itu dan melihat penjelasan dari Abu Bakar Ibnu Anbari yang berkata
“telah banyak riwayat yang menyebutkan bahwa sahabat dan tabi’in berhujjah
dengan sya’ir-syair dengan kata-kata yang asing bagi al qur’an dan
yang musykil (yang sulit)”.
Syair-syair itu bukanlah dijadikan sebagi dasar al qur’an untuk berhujjah
melainkan dijadikan sebagai penjelas dari huruf-huruf asing yang ada di al qur’an,
karena Allah berfirman dalam surat az Zukhruf ayat 3 “Sesungguhnya Kami
menjadikan al-qur’an dalam bahasa arab”.
Syair-syair itu sebagai perbendaharaan bangsa arab. Jika salah satu huruf
dalam al qur’an tidak diketahui dalam bahsa arab maka dikembalikan pada
perbendaharaan mereka (bangsa arab), dan dicari maknanya.
Ibnu Abbas berkata “ jika kalian bertanya kepadaku tentang sebuah kata asing
di dalam al qur’an maka carilah maknanya pada syair-syair. Sesungguhnya syair-
syair itu adalah perbendaharaan bangsa arab”.
Contoh: ketika Ibnu Abbas sedang duduk-duduk di halaman ka’bah, dia
dikelilingi oleh sekelompok kaum  dan bertanya kepadanya tentang penafsiran

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 39


beberapa ayat, diantaranya mereka bertanya tentang tafsir ayat ‫وابتغو اليه الوسيلة‬ yang
ada pada surat al Maidah ayat 35. Kata ‫الوسيلة‬ diartikan oleh Ibnu Abbas dengan
“kebutuhan” , kemudian dia mengambil dasar dari syair yang dikatakan oleh Antarah
yang berbunyi :
‫ ان يأخذوك تكحاي و تخضبي‬       ‫ان الرجال لهم اليك وسيلة‬

“Sesungguhnya para laki-laki itu membutuhkanmu Jika mereka hendak


mengambilmu Maka pakailah celak dan semir “

D. FAEDAH MENGETAHUI GHARIB AL-QUR’AN


Banyak faedah yang dapat dipetik dengan mengetahui dan mempelajari ayat-ayat
yang gharibat antara lain sebagai berikut:
1. Mengundang tumbuhnya penalaran ilmiah. Artinya, mempelajari ayat-ayat yang sulit
dalam pemahamannya itu akan melahirkan berbagai upaya guna memahaminya.
2. Mengambil perhatian umat. Dengan diketahuinya ke-gharib-an ayat-ayat Alqur’an,
maka terasa mendalam ketinggian bahasa yang dibawa oleh Alqur’an.
3.  Memperoleh keyakinan eksistensi Alqur’an sebagai kalam ilahi. Dengan diketahui
maksud yang terkandung dalam ayat-ayat gharibat, maka akan diperoleh suatu
pemahaman yang mendalam dari ayat tersebut

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 40


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Fawatih As-Suwar
SUB POKOKBAHASAN : Pengertian fawatih as-suwar,Macam-macam
fawatih as-suwar,Kedudukan fawatih as-
suwar,Perbedaan pendapat dari para ulama
mengenai fawatih as-suwar
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang pengertian fawatih as-suwar
2. Menjelaskan tentang macam-macam fawatih as-suwar
3. Menjelskan tentang kedudukan fawatih as-suwar
4. Menjelaskan tentang perbedaan pendapat dari para ulama mengenai fawatih as-suwar

DASAR TEORI

FAWATIH AS-SUWAR

A. PENGERTIAN FAWATIH AS-SUWAR


Menurut bahasa “Fawatih” adalah bentuk jamak dari kata “Fatihah” yang artinya
pembukaan atau permulaan.Sedangkam “Al-Suwar” adalah bentuk jamak dari kata “As-
Surah” yang artinya sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan
akhiran. Jadi “Fawatih al-Suwar” diartikan dengan beberapa pembukaan dari surat-surat
Al-qur’an atau macam-macam awalan dari surat al-qur’an. Istilah Fawatih al-
Suwar (pembuka-pembuka surat) dalam al-Qur’an bisa disebut juga dengan Awail al-
Suwar ( permulaan-permulaan surat).

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 41


Menurut As-Suyuti huruf al-Muqotha’ah (huruf yang terpotong-potong).Itulah yang
disebut dengan fawatih suwar.Dan tergolong dari ayat mutasyabih.Itulah yang
menyebabkan banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia di dalamnya.
Sedangkan menurut Dr.Shulhi as Sholeh dalam kitabnya”Mabahits Fi Ulumil
Qur’an”,fawatih suwar berbeda dengan huruh muqotha’ah. Karena huruful muqotha’ah
merupakan salah satu macam fawatih suwar. Menurutnya seluruh surat-surat dalam Al-
qur’an dibuka dengan sepuluh macam pembukaan,dan salah satunya adalah huruf-huruf
hijaiyah yang terputus.

B. MACAM – MACAM FAWATIH AS-SUWAR


Macam-macam fawatihus suwar itu telah diinvertarisir imam Al-Qasthalani dalam
kitabnya Lathaiful isyaratin menjadi 10 macam pembahasan. Oleh Syekh Syihabun Abu
Syamal Al Muqqadasi (wafat 665 H), sepuluh macam fawatihus suwar
dinadhamkan/disyairkan dalam dua bait syair sebagai berikut:
“Allah Swt memuji kepada Dzatnya sendiri dengan tetapnya pujian, dan bersihnya Allah
(dari sifat tercela) ketika Dia membuka surah-surah al-Qur’an. Dan (dibuka dengan)
amar, syarat, nida’, ta’lil, kosam, do’a, dan huruf-huruf tahajji serta istifham dan jumlah
khabariyah”
Jadi fawatihus suwar atau pembukaan-pembukaan dari 114 surah-surah al-Qur’an itu
terdapat 10 macam, diantaranya:
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah Swt ( al istiftaahu bits tsanaa’i )
terdapat dalam 14 surah
Pujian kepada Allah Swt itu ada 2 macam yaitu:
a. Menetapkan sifat-sifat terpuji ( al itsbaatu sifaatil madhi ) yang memakai salah
satu dari 2 lafadz sebagai berikut:
a) Memakai lafal “ hamdalah “ ( bilafdzil hamdalah ) yakni dibuka dengan
lafal  ِ ‫اَ ْل َح ْم ُدهلِل‬, terdapat dalam 5 surah sebagai berikut:
 Surah al-Fatihah dengan lafal                           ”  َ‫َأ ْل َح ْم ُدهَلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْن‬ “
 َ ‫ت َواَأل ْر‬
Surah al- An’am dengan lafal        ”‫ض‬ ِ ‫موا‬
َ ‫س‬َّ ‫ق ال‬ ْ ‫َأ ْل َح ْم ُدهّلِل ِ الَّ ِذ‬ “
َ َ‫ي َخل‬
 َ ‫ي َأ ْن َز َل َعلَى َع ْب ِد ِه ا ْل ِك‬
Surah al- Kahfi dengan lafal          ” ‫تب‬ َ ‫َأ‬ “
ْ ‫لح ْم ُدهّلِل ِ الَّ ِذ‬
 ِ ‫ت َواَأل ْر‬
Surah as-Saba’ dengan lafal    ” ‫ض‬ ِ ‫سم َوا‬ ْ ‫َأ ْل َح ْم ُدهّلِل ِ الَّ ِذ‬ ”  
َّ ‫ي لَهُ َمافِى ال‬
 َ ‫ت واَأْل ْر‬
Surah Fathir dengan lafal           ” ‫ض‬ ِ ‫سم َوا‬ ِ َ‫ي ف‬
َّ ‫اط ِرال‬ َ ‫َأ‬ “
ْ ‫لح ْم ُدهّلَل الَّ ِذ‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 42


b) Memakai lafal  ‫تَبَا َر َك‬ yang terdapat dalam 2 surah yaitu:
 Surah al-Furqan dengan lafal           ” ‫ذي نَ َّز َل ا ْلفُ ْرقأنَ َعلَى َع ْب ِد ِه‬
ْ َّ‫اركَ ال‬
َ َ‫تَب‬ ”  
 Surah al-Mulk dengan lafal                              ” ُ‫ي بِيَ ِد ِه ا ْل ُم ْلك‬
ْ ‫تَبَا َر َك الَّ ِذ‬ “

b. Mensucikan Allah SWT. Dari sifat-sifat yang negatif ( tanziilu an shifaatin


nuqshaan ) yang memakai lafal tasbih, terdapat dalam 7 surah, diantaranya:
a) Surah al-Isra’ dengan lafal
‫سرى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل‬ ْ ‫سبْحنَ الَّ ِذ‬
ْ َ‫ي ا‬ ُ  
Artinya :“ maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu
malam”.
b) Surah al- A’ala dengan lafal
‫س َم َربِّ َكاَألعْلى‬
ْ ‫سبِّ ِحا‬
َ                         
Artinya :“ sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi”.
c) Surah al-Hadid dengan lafal
ِ ‫ت َواَأل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫سم َوا‬
َّ ‫سبَّ َح هلِل ِ َمافِى ال‬
َ
Artinya : “ semua yang ada dilangit dan yang ada dibumi bertasbih pada Allah
( menyatakan kebesaran Allah”.
d) Surah al-Hasyr dengan lafal
ِ ‫ت َو َما فِى اَأل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫سم َوا‬
َّ ‫سبَّ َح هلِل ِ مافِى ال‬
َ
Artinya :“ telah bertasbih kepada Allah apa yang ada dilangit dan apa yang
ada di bumi”.
e) Surah ash-Shaaffu dengan lafal
ِ ‫ت َو َما فِى اًَأل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫سم َوا‬
َّ ‫سبَّ َح هلِل ِ َما فِى ال‬
َ
Artinya : “ telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa
saja yang ada dibumi”.
f) Surah al-Jumu’ah dengan lafal
ِ ‫ت َو َما فِى اَأل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫سم َوا‬
َّ ‫سبِّ ُح هلِل ِ ما فِى ال‬
َ ُ‫ي‬
Artinya : “ telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa
saja yang ada dibumi”.
g) Surah at-Taghabuun dengan lafal
ِ ‫ت َوما ِفى اَأل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫سموا‬
َّ ‫سبِّ ُح هلِل ِ ما فِى ال‬
َ ُ‫ي‬
Artinya : “ telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa
saja yang ada dibumi”.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 43


2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus ( istiftaahu bil huruufi al
muqaththa’ati )
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai
14 huruf dengan tanpa diulang yang terkumpul dalam kalimat ‫اط ٌع لَهُ ِس ِّر‬
ِ َ‫نَصِّ َح ِك ْي ٌم ق‬ ,
yang terdiri dari huruf-huruf ‫ ي‬,‫ ه‬,‫ ن‬,‫ م‬,‫ ل‬,‫ ك‬,‫ ق‬,‫ ع‬,‫ ط‬,‫ص‬ ,‫ س‬,‫ ر‬,‫ ح‬,‫أ‬. Jika dihitung
dengan memasukkan huruf-huruf yang berulang-ulang, maka akan berjumlah 78
huruf. Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah al-Qur’an
disusun dalam 14 rangkaian dan terdiri dari 5 kelompok sebagai berikut.
a. Kelompok sederhana, terdiri dari 1 huruf ( al- muwahhada ) yang ada 3
rangkaian dan terdapat dalam 3 surah sebagai berikut  yaitu:
a) Surah  shaad dengan lafal
ِّ ‫ان ِذ‬
‫الذ ْك ِر‬ ِ ‫ َوالقُ ْر‬.‫ص‬
Artinya : “ shaad, demi al-Qur’an yang mempunyai keagungan”.
b) Surah qaaf dengan lafal
‫ َوالقُ ْرا ِن ال َم ِجي ِد‬.‫ق‬
Artinya : “ qaaf, demi al-Qur’an yang sangat mulia”.
c) Surah al-Qalam dalam lafal
َ‫سطُ ُر ْون‬
ْ ‫ َوالقَلَ ِم َو َما َي‬.‫ن‬
Artinya : “ nuun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”.

b. Kelompok yang terdiri dari dua huruf (Al-Mutsanna) yang ada empat rangkaian
dan terdapat dalam 9 surah, diantaranya :
a) Rangkaian huruf “Ha” dan “Mim” dalam 6 surah, sebagai berikut :
 Surah Ghafir atau al-Mu’min
 Surah As-Sajdah
 Surah Az-Zuhruf
 Surah Ad-Dukhan
 Surah Al-Jatsiyah
 Surah Al-Ahqaf
b) Rangakaian huruf “Tha” dan “Ha” hanya dalam 1 surah yaitu Surah
Thaha.
c) Rangakaian huruf “Tha” dan “Sin” hanya dalam 1 surah yaitu Surah An-
MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 44
Naml.
d) Rangkaian huruf “Ya” dan “Sin” hanya dalam 1 surah saja yaitu Surah
yaasin.

c. Kelompok yang terdiri dari tiga huruf (Al-Mutsallatsatu)yang ada tiga


rangkaian dan terdapat dalam 13 surah-surah, sebagai berikut:
a) Rangkaian huruf “ Alif, Lam, Mim,” dalam 6 surah sebagai berikut:
 Surah al-Baqarah
 Surah Ali-Imran
  Surah Al-Ankabut
 Surah Ar-Rum
 Surah Luqman
 Surah As-Sajdah
b) Rangkaian huruf “Alif, Lam, Ra” dalam 5 surah, sebagai berikut:
 Surah Yunus
 Surah Hud
 Surah Yusuf
 Surah Ibrahim
 Surah Al-hijr
c) Rangkaian huruf “Tha, Sin, dan Mim” dalam 1 surah yaitu Surah Al-
Qashash dan Asy-Syu’ara.

d. Kelompok yang terdiri dari 4 huruf (Al-Muraaba’ah) yang ada dua rangakaian


dan terdapat dalam dua surah saja
a) Rangkaian yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, dan Ra dalam satu
surah yaitu Ar-Ra’d
b) Rangkaian yang terdiri dari Alif, Lam, Mim, Shad dalam satu surah yaitu
Surah Al-A’raf.

e. Kelompok yang terdiri dari 5 huruf ( Al-Mukhaamasatu) yang ada dua


rangkaian dan terdapat dalam dua surah, yaitu:
a) Rangkaian yang terdiri dari huruf Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, dan Shad dalam satu

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 45


surah yaitu Surah Maryam.
b) Rangkaian yang terdiri dari huruf Ha, Mim, ‘Ain, Sin dan Qaf dalam satu
surah yaitu Surah Asy-Syura.

3. Pembukaan dengan Nida/panggilan (Al-istiftaahu Bin Nidaa’)


Nida’ (panggilan) itu ada 3 macam, yaitu:
a. Nida/ panggilan yang ditujukan kepada kepada Nabi SAW, terdapat dalam 5
surah, diantaranya Surah Al-Ahzab, Surah At-Tahrimdan Surah Ath-Thalaq
dimulai dengan lafal  “‫ياَاَيُّ َهاالنَّبِ ُّي‬ ,” Surah Al-Muzammil dimulai dengan lafal  ” َ‫ي‬
ً‫ َل اِالَّقَلِ ْيال‬HHHHH‫ااَيُّ َهاا ْل ُمزَ ِّم ُل قَ ِم الَّي‬ “dan Surah Al-Muddatsir dimulai dengan lafal
” ‫يَااَيُّ َهاال ُم َّدثِّ ُر‬ ” .
b.  Nida yang ditujukan kepada kaum mukminin dengan lafal ” ‫يَااَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا‬ “,
terdapat dalam surah, diantaranya:
a) Surah Al-Maidah
b) Surah Al-Hujurat

ُ َّ‫يَااَيُّ َهاالن‬ ” , yang terdapat dalam


c. Nida yang ditujukan kepada umat manusia ” ‫اس‬
dua surah, yaitu Surah An-Nisa dan Surah Al-Hajj.

Hikmah atau rahasia dari pembukaan surah-surah dengan memakai nida’


adalah untuk memberikan perhatian, peringatan baik kepada Nabi Saw atau
umat beliau dan untuk menjadi pedoman dan petunjuk dalam mengarungi laut
kehidupan didunia ini.

4. Pembukaan dengan jumlah Khabariyah (Al-istiftaahu Bil Jumalil Khabariyyati)


Jumlah Khabariyyah diawal surah-surah Al-Qur’an ada dua macam, yaitu:
a. Jumlah Ismiyah, yang menjadi pembukaan 11 surah-surah, diantaranya:
ُ ‫بَ َرا َءةٌ ِمنَ هّللا ِ َو َر‬ “
a) Surah At-Taubah dengan lafal                            ” ‫س َولِ ِه‬
ْ ‫س ْو َرةٌ اَ ْن َز ْلن َها َوفَ َر‬
b) Surah An-Nur dengan lafal                             ” ‫ضن َها‬ ُ  “
َ ‫ب ِمنَ هّللا ِ ال َع ِز ْي ِز‬
c) Surah Az-Zumar dengan lafal               ” ‫الحك ْي ِم‬ ِ ‫تَ ْن ِز ْي ُل ال ِكت‬ “
d) Surah Muhammad dengan lafal             ”  ‫سبِ ْي ِل هّللا‬
َ ْ‫صد ُّْوا عَن‬ َ ‫”الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر َوا َو‬
e) Surah Al-Fath dengan lafal                                       ” ‫ِإنَّافَت َْحنَالَكَ فَ ْت ًحا ُمبِ ْينًا‬ “
َ ‫اَل َّر ْحمنُ َعلَّ َم الٌقُ ْر‬ “
f) Surah Ar-Rahman dengan lafal                                 ” ‫ان‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 46


g) Surah Al-Haqqah dengan lafal                                          ” ُ‫االحآقَّة‬
َ ‫ا ْل َحآقَّةُ َم‬ “
h) Surah Nuh dengan lafal                                             ” ‫س ْلنَانُ ْو ًحاِإلَى قَ ْو ِم ِه‬
َ ‫ِإنَّااَ ْر‬ “
ِ ‫ِإنَّااَ ْن َز ْلنهُ فِى لَ ْيلَ ِةالقَد‬ “
i) Surah Al-Qadr dengan lafal                                     ” ‫ْر‬
j) Surah Al-Qaqi’ah dengan lafal                                    ” ُ‫َأا ْلقَا ِر َعةُ َماا ْلقَا ِر َعة‬ “
k) Surah Al-Kautsar dengan lafal                                    ” ‫ِإنَآاَ ْعطَ ْينَا َك ال َك ْوثَ َر‬ “

b. Jumlah Fi’liyah yang menjadi pembukaan 12 surah-surah diantaranya 


a) Surah Al-Anfal dengan lafal                                          ” ‫يَسَْئلُ ْونَ َك َع ِن اَأل ْنفا ِل‬ “
ْ َ‫َأتَى َأ ْم ُرهّللا ِ فَاَل ت‬ “
b) Surah An-Nahl dengan lafal                                         ” ُ‫ستَع ِجلُ ْوه‬
c) Surah Al-Anbiya’ dengan lafal                                       ” ‫سابُ ُه ْم‬ ِ ‫ِإ ْقتَ َر َب لِلنَّا‬ “
َ ‫س ِح‬
d) Surah Al-Mu’minun dengan lafal                                         ”  َ‫قَ ْداَ ْفلَ َح ا ْل ُمْؤ ِمنُ ْون‬ “
e) Surah Al-Qamar dengan lafal                                  ” ‫ق القَ َم ُر‬ َ ‫سا َعةُ َوا ْن‬
َّ ‫ش‬ ِ َ‫ِإ ْقتَ َرب‬ “
َّ ‫ت ال‬
f) Surah Al-Mujadilah dengan lafal                            ” ‫س ِم َع هّللا ُ قَ ْو َل الَّتِى ت َُجا ِدلُ َك‬
َ ‫قَ ْد‬ “
g) Surah Al-Ma’arij dengan lafal                                       ” ‫ب َواقِ ٍع‬ َ ‫سَأ َل‬
ٍ ‫سآِئ ٌل بِ َع َذا‬ َ  “
ِ ‫آَل ُأ ْق‬ “
h) Surah Al-Qiyamah dengan lafal                                        ” ‫س ُم بِيَ ْو ِم القِيَا َم ِة‬
ِ ‫آَل ُأ ْق‬ “
i)  Surah Al-Balad dengan lafal                                                ” ‫س ُم بِه َذا ْلبَلَ ِد‬
j) Surah Abas dengan lafal                                                            ” ‫س َوتَ َولَّى‬
َ َ‫ َعب‬ “
ِ ‫ ِل ال ِكت‬HH‫ ُر ْوا ِمنْ َأ ْه‬HHَ‫لَ ْم َي ُك ِن الَّ ِذيْنَ َكف‬
ْ ‫ب َوا ْل ُم‬
k) Surah Al-Bayyinah dengan lafal  ”  َ‫ ِر ِكيْن‬HH‫ش‬
َ‫ ُم ْنفَ ِّكيْن‬ “
l) Surah At-Takatsur dengan lafal                                                ” ‫اَ ْله ُك ُم الـتَّ َكاثُ ُر‬ ”
5. Pembukaan dengan sumpah/ qosam (Al-Istiftaahu Bil-Qasami)
Sumpah Allah yang dipakai dalam pembukaan surah al-Qur’an itu ada 3 macam, dan
terdapat dalam 15 surah diantaranya :
a. Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Istiftaahu ‘Uluwiyyati)
Terdapat dalam 8 surah, yaitu:
a) Surah Ash-Shaaffat dengan lafal                                           ” ‫صفَّا‬ ِ ّ ‫صف‬
َ ‫ت‬ َّ ‫ َوال‬ “
b) Surah An-Najm dengan lafal                                               ” ‫ َوالنَّ ْج ِم ِإ َذا َه َوى‬ “
c) Surah Al-Mursalaat dengan lafal                                         ” ‫ت ع ُْرقًا‬ َ ‫ َوا ْل ُم ْر‬ “
ِ ‫سل‬
d) Surah An-Nazi’at dengan lafal                                               “‫ت َغ ْرقًا‬
ِ ‫والنَّ ِزع‬ “
َ
e) Surah Al-Buruj dengan lafal                                            ” ‫ج‬ ِ ‫س َما ِء َذا‬
ِ ‫ت البُ ُر ْو‬ َّ ‫ َوال‬ “
ِ ‫س َما ِء َوالطَّا ِر‬
f) Surah Ath-Thariq dengan lafal                                            ” ‫ق‬ َّ ‫ َوال‬ “
g) Surah Al-Fajr dengan lafal                                                ” ‫ش ٍر‬ ٍ َ‫والَفَ ْج ِر َولَي‬ “
ْ ‫ال َع‬ َ
h) Surah Asy-Syams dengan lafal                                           ” ‫ضح َها‬
ُ ‫س َو‬
ِ ‫ش ْم‬
َّ ‫ َوال‬ “

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 47


b. Sumpah dengan benda-benda bawah (Al-Qasamu Bis-Sufliyaati) terdapat dalam
4 surah, yaitu:
a) Surah Adz-Dzariyat dengan lafal                            ” ‫ت َذ ْر ًوا‬ َّ ‫ َو‬ “
ِ ‫الذا ِري‬
b) Surah Ath-Thur dengan lafal                          ” ‫سطُ ْز ٍر‬ ُّ ‫ َوال‬ “
ْ ‫ط ْو ِر َو ِك َم‬
c) Surah At-Tin dengan lafal                                      ” ‫ َوالتِّ ْي ِن َوال َّز ْيت ُْو ِن‬ “
d) Surah Al-‘Adiyat dengan lafal                                 ” ‫ض ْب ًحا‬ ِ ‫ َوا ْلع ِدي‬ “
َ ‫ت‬

c. Sumpah dengan waktu (Al-Qasamu Bil-Waqti), terdapat dalam 3 surah,


diantaranya:
a) Surah Al-Lail dengan lafal                                       ” ‫ َوالَّ ْي ِل ِأ َذايَ ْغشَى‬ “
b) Surah Adh-Dhuha dengan lafal                                       ” ‫الض َحى‬
ُّ ‫و‬ “
َ
ْ ‫ َوا ْل َع‬ “
c) Surah Al-‘Ashr dengan lafal                                            ” ‫ص ِر‬

6. Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu Bis-Sarthi)


Syarat-syarat yang dipakai Allah sebagai pembukaan surah-surah Al-Qur’an ada 2
macam dan digunakan dalam 7 surah, sebagai berikut:
a. Syarat yang masuk pada jumlah ismiyah, dipakai diawal 3 surah diantaranya:
a) Surah At-Takwir dengan lafal                                 ”  ْ‫س ُك ِّو َرت‬ َّ ‫ِإ َذال‬ “
ُ ‫ش ْم‬
b) Surah Al-Infithar dengan lafal                                  ”  ْ‫ِإ َذالشّمآ ٌءفَطَ َرت‬ “
َّ ‫ْإ َذال‬ “
َ ‫سمآ ٌءا ْن‬
c) Surah Al-Insyiqaq dengan lafal                                ”  ْ‫شقَّت‬

b. Syarat yang masuk pada jumlah fi’liyah, dipakai diawal 4 surah, diantaranya:
ِ ‫ِإ َذا َوقَ َع‬ “
a) Surah Al-Waqi’ah dengan lafal                               ” ‫ت ال َواقِ َع ِة‬
b) Surah Al-Munafiqun dengan lafal                        ”  َ‫ِإ َذا َجا َء َكال ُمنفِقُ ْرن‬ “
ُ ‫ت اَأل ْر‬
c) Surah Az-Zalzalah dengan lafal                         ” ‫ض ُز ْل َزالَ َها‬ ِ َ‫ِإ َذا ُز ْل ِزل‬ “
ِ ‫ص ُرهّللا ِ َوا ْلفَ ْت‬
d) Surah An-Nashr dengan lafal                                 ” ‫ح‬ َ ‫ِإ َذ‬ “
ْ َ‫اجا َءن‬

7. Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu bil Amri)


Ada 6 fi’il amar yang dipakai untuk membuka surah-surah al-Qur’an, yang terdiri
dari 2 lafal dan digunakan untuk membuka 6 surah-surah sebagai berikut:
a. Dengan fi’il Amar ‫ِإ ْق َرْأ‬  yang hanya untuk membuka satu surah yaitu Surah
Al-‘Alaq.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 48


b.  Dengan fi’il amar ‫قُ ْل‬, yang digunakan dalam 5 surah sebagai berikut:
ْ ‫قُ ْل ُأ ْو ِح َي ِإلَ َّي َأنَّهُ ا‬ “
a) Surah Al-Jinn dengan lafal        ”  ِّ‫ستَ َم َع نَفَ ٌر ِمنَ ال ِجن‬
b) Surah Al-Kafirun dengan lafal                          ” َ‫قُ ْل يآَأيُّ َهاالكفِ ُر ْون‬ ” 
c) Surah Al-Ikhlash dengan lafal                                        ” ٌ‫قُ ْل ُه َوهّللا ُ َأ َحد‬ 
ِ َ‫قُ ْل َأع ُْو ُذبِ َر ِّب الفَل‬ “
d) Surah Al-Falaq dengan lafal                                  ” ‫ق‬
ِ ‫قَُأْلع ُْو ُذبِ َر ِّب النَّا‬ “
e) Surah An-Nas dengan lafal                                     ” ‫س‬

8. Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu bil Istifhaami)     


Bentuk pertanyaan/ istifham yang dipakai sebagai pembukaan dari 6 surah-surah al-
Qur’an itu ada 2 macam sebagai berikut:
a. Pertanyaan positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang
dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya. Terdapat dalam 4 surah
yaitu:
a) Surah Ad-Dahru, dengan lafal:
َ ‫ َه ْل َأتَى َعلَى اِإل ْن‬ ”  
  ” ‫سا ِن ِحيْنٌ ِمنَ ال َّد ْه ِر‬
Artinya:“ bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa”.
b) Surah An-Naba’, dengan lafal:
     ” ‫ َعنِالنَّبَِإال َع ِظ ْي ِم‬. َ‫ َع َّم يَتَسآ َءلُ ْون‬ ” 
Artinya:“ tentang apakah mereka saling bertanya-tanya. Tentang berita yang
besar”.
c) Surah Al-Ghasyiyyah, dengan lafal:
  ” ‫سى‬ ُ ‫ َه ْل َأت َك َح َد ْي‬ ”
َ ‫ث ُم ْو‬
Artinya: “ sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan”.
d) Surah Al-Ma’un, dengan lafal:
ُ ‫ي يُ َك ِّذ‬
                                                           ” ‫ب بِال ِّد ْي ِن‬ ْ ‫َأ َر َءيْتَ الَّ ِذ‬ ”
Artinya:“ tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama”.

b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan yang dalam kalimat negatif. Diantaranya :


a) Surah al-Insyirah dengan lafal ” ‫ك‬ َ َ‫َألَ ْم نَ ْش َرحْ لَك‬ “
َ ْ‫ص ْدر‬
ِ ‫ك بَِأصْ ح‬
b) Surah Al-Fiil dengan lafal ” ‫ب الفِ ْي ِل‬ َ ُّ‫َألَ ْم تَ َر َك ْيفَ فَ َع َل َرب‬ “

9. Pembukaan dengan do’a


Do’a atau harapan yang digunakan sebagai pembukaan dari 3 surah ada 2 macam

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 49


sebagai berikut :
a. Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du’aaul Ismiyyu)ada di 2
surat yaitu:
a) Surah Al-Muthaffifin, dengan lafal:
‫َو ْي ٌل لِ ْل ُمطَفِّفِّ ْين‬
Artinya: “ kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.
b) Surah Al-Humazah, dengan lafal:
     ” ٌ‫ َو ْي ٌل لِ ُك ِّل ُه َم َز ٍة لُّ َم َز ة‬ “
Artinya:“ kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela

b. Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du’aaul Fi’liyu) membuka satu


surah saja yaitu surah Al-Lahab   ” ‫َب‬ ٍ ‫تَبَّــتْ يَدَاَأبِى لَ َه‬ “
َّ ‫ب َوت‬

10. Pembukaan dengan alasan ( Al-Istiftaahu bit-Ta’lili)


Seperti yang digunakan untuk membuka surah Al-Quraisy dengan lafal:
ٍ ‫لف قُ َر ْي‬
” ‫ش‬ ِ ‫ِإل ْي‬ ” 
Artinya:“karena kebiasaan orang-orang Quraisy”

C. KEDUDUKAN FAWATIH AS-SUWAR


Fawatihus Suwar Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan
kebahasaan.Fawatihus suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang
terdapat di dalam Al_Qur’an . Pemaparan tentang fawatihus Suwar, khusunya
menyangkut Al-Huruf Al Muqotta’ah, tidak banyak bahkan hampir tidak ada yang
berhasil mengungkapkan latar belakang ataupun keterangan yang valid yangsecara
historis bisa membuktikn hubungan-hubungan fawaitus suwar.Dari segimakna, memang
banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf itu.
Dikatakan spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak didahului
pengungkapan konteks historisnya. Lain halnya dengan Fawatihus Suwar dalam bentuk
lain misalnya Al Qosam (sumpah), An Nida’ (seruan), Al Amr (perintah),Al Istifham
(pertanyaan) dan lain-lain.Urgensi  terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks
penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian-penggalian makna yang terlebih dahulu  akan
memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historisyang konkrit
ataupun penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu tentu saja kitatetap meyakini

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 50


eksistensi Al-Qur’an, kebesarannya, keagungannya, juga rahasiakemu’jizatannya.
Adapun beberapa manfaat fawatihus suwar:
1. Sebagai Tanbih ( peringatan ) dan dapat memberikan perhatian baik bagi
nabi,maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalamfawatih
as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia - rahasia Allahyang kita
tidak dapat mengetahuinya,
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.

Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum muslimin


yang masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataanmusuh -
musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. dengan
mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa al-Qur’an itu
sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah SWT.

D. PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA MENGENAI FAWATIH AS-SAWUR


Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabih yang terletak pada awal surat
berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikianrupa,
melengkapi segala yang melemahkan manusia dan mendatangkan seperti Al-
Qur’an. Karena kehatian-hatiannya, mereka tidak berani member penafsiran dan tidak
berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf itu.Dan mereka berkeyakinan
bahwa Allah sendiri yang mengetahui tafsirannya. Hal ini menjadi suatu kewajaran yang
berlaku bagi ulama salaf karena dalam hal teologi pun menolak terjun dalam pembahasan
tentang hal-hal yang suci seperti ungkapannya : “Istimewa Allah adalah cukup diketahui,
hal ini harus kita percayai, mempersoalkan hal itu adalah bid’ah”. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Subhi Sholih menyatkaan “ Huruf awalan
itu adalah rahasia Al-Qur’an ”.
Hal ini sebagaimana diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Tholib.“Sesungguhnya
bagi tiap-tiap kitabada saripatinya, saripati Al-Qur’an iniadalah huruf-huruf Hijaiyah”.
Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berkata: “ Di tiap-tiap kita ada rahasianya, rahasia dalam
Al-Qu’anadalah permulaan-permulaan surat”. Pendapat atau penafsiran para mufasir
tentang Fawaithus Suwar:

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 51


1. Mufasir dari Kalangan Tasawuf.Ulamaa tasawuf berpendapat bahwa fawatihus
Suwar adalah huruf-huruf yang tepotong-potong yang masing-masing diambil
darinama Allah, atau yang tiap-tiap hurufnya merupakan penggantian darisuatu
kalimat yang berhubungan denganyang sesudahnya atau hurufitu menunjukkan
kepada maksud yang dikandung oleh surah yang surah itu dimulai dengan huruf-
huruf yang terpotong-potong itu.
2. Mufasir Orientalis Pendapat yang palinng jauh menyimpang dari kebenaran adalah
dari seorangorientalis yang bernama Noldeke dari Jerman, yang kemudian dikoreksi,
bahwa awalan surat itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-
namapara sahabat Nabi. Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama Sa’ad Bin Abi
Waqosh,Mim adalah huruf depan dari nama Al-Mughiroah, huruf nun adalah dari
namaUsman Bin Affan.
3. Al-KhuwaibiAl-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat- kalimat itu merupakan tasbih
bagi Nabi.Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain
sebagainya.
4. Rasyid RidhaAs-sayyid menurut rasyid ridha tidak membenarkan al-quwaibi diatas,
karena nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan
wahyu.Rasyid ridha berpendapat sesuai dengan ar-Razi bahwa tanbih ini sebenarnya
dihadapkan kepada orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena
orang-orang kafir apabila nabi membaca al-Qur’an mereka satu sama
lainmenganjurkan untuk tidak mendengarkannya, seperti dijelaskan dalam
suratfushilat ayat 26.
5. Mufasir Dari Kalangan Syi’ah, Kelompok syi’ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf
awalah itu dikumpulkansetelah dihapus ulangan-ulangannya maka akan berarti :
“Jalan Ali adalahkebenaran yang kita pegang teguh”. Perwakilan itu kemudian
dijawab olehkelompok Ahlul Sunnnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang
merekaperoleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga dihapus di ulangan-ulangannya
dengan mengatakan “Benarlah jalanmu bersama kaum Ahlu Sunnah”.Dari pendapat
para ahli tentang Fawatihus Suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat
sangat banyak macamnya. Hal ini boleh jadi didasari oleh pendidikandan ilmu-ilmu
yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-Qur’an secara lebih luas.

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 52


MATA KULIAH : Tahsin
POKOKBAHASAN : Waqaf Wal Ibtida’
SUB POKOKBAHASAN : Pengertian waqaf wal ibtida’,Pembagian waqaf wal
ibtida’,Macam-macam tanda baca waqaf,Cara
berwaqaf dengan baik
SEMESTER` :I

LEARNING OUTCOME

Setelah mengikuti Pembelajaran ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang pengertian waqaf wal ibtida’
2. Menjelaskan tentang pembagian waqaf wal ibtida’
3. Menjelskan tentang macam-macam waqaf wal ibtida’
4. Menjelaskan tentang cara berwaqaf dengan baik

DASAR TEORI

WAQAF WAL IBTIDA’

A. PENGERTIAN WAQAF DAN IBTIDA’


Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan
untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.
Kata al-Waqaf biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah titik
atau tanda di mana seseorang yang membaca al-Qur’an diam (menghentikan bacaannya)
pada tanda tersebut.Makna yang kedua adalah tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan
oleh para imam ahli Qir’at. Dengan demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 53


tersebut dinamakan waqaf, sekalipun seorang pembaca al-Qur’an tidak berhenti di tempat
(posisi) tersebut.
Waqaf  juga bisa diartikan memberhentikan suara (ketika membaca Al-Quran)
sebentar pada suatu kalimat untuk mengambil (menarik) nafas dengan niat untuk
melanjutkan bacaan al-Qur’an lagi dan tidak ada tujuan untuk menghentikan bacaan al-
Qur’an  sama  sekali. Perlu kita mengenal istilah-istilah terkait dengan membaca Al-
Qur’an dan menghentikan bacaan sebagai berikut :
1. Iftitah [ ‫اح‬HHَ‫اِ ْفتِت‬ ] adalah pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan
membaca isti’adzah, basmalah, lalu diteruskan dengan membaca ayat.
2. Waqaf [  ْ‫ َوقَف‬ ] adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata
untuk mengambil nafas dengan maksud hendak melanjutkan bacaan pada ayat
berikutnya.
3. Ibtida’ [ ‫اِ ْبتِدَاء‬ ] adalah memulai bacaan kembali sesudah waqaf dari awal suku kata
pada ayat berikutnya.
4. Qatha’ [ ‫قَطَ ْع‬ ] adalah mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan memotong bacaan sama
sekali. Dan apabila hendak membuka bacaan kembali sesudah melakukan qatha’,
disunahkan membaca isti’adzah lagi
Perthatikan contoh berikut :

‫ـــم هللاِ الـ َّر ْحـ َم ِن الـ َّر ِحـ ْي ِم‬


ِ ‫س‬ ْ ِ‫ ب‬- ‫ُـو ُذ بِاهللِ ِمنَ الشَّـ ْيطَا ِن الـ َّر ِجـ ْي ِم‬
ْ ‫اَع‬

‫ الَّ ِذى‬. ‫الخنَّاس‬


َ ‫س‬ ِ ‫س َوا‬
ْ ‫الو‬ َ ْ‫ ِمن‬. ‫ اِل ِه النَّاس‬. ‫ َملِ ِك النَّاس‬. ‫قُ ْل اَع ُْو ُذ بِ َر ِّب النَّاس‬
َ ‫ش ِّر‬

‫الجنَّ ِة َوالنَّاس‬
ِ َ‫ ِمن‬. ‫صد ُْو ِرالنَّاس‬
ُ ‫سفِى‬
ُ ‫س ِو‬
ْ ‫يُ َو‬

B. PEMBAGIAN WAQAF
Waqaf dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. WAQAF IKHTIBARI (menguji atau mencoba).
Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan untuk menguji qari’ atau
menjelaskan agar diketahui cara waqaf dan ibtida’ yang sebenarnya. Waqaf ini
dibolehkan hanya dalam proses belajar mengajar, yang sebenarnya tidak boleh waqaf
menurut kaidah ilmu tajwid.
2. WAQAF IDHTHIRARI (terpaksa).

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 54


Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan dalam keadaan terpaksa, mungkin
karena kehabisan nafas, batuk atau bersin dan lain sebagainya. Apabila terjadi waqaf
ini, hendaklah mengulang dari kata tempat berhenti atau kata sebelumya yang tidak
merusak arti yang dimaksud oleh ayat.
3. WAQAF INTIZHARI (menunggu).
Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan pada kata yang diperselisihkan oleh
ulama’ qiraat antara boleh dan tidak boleh waqaf. Untuk menghormati perbedaan
pendapat itu, sambil menunggu adanya kesepakatan, sebaiknya waqaf pada kata itu,
kemudian diulangi dari kata sebelumnya yang tidak merusak arti yang dimaksud oleh
ayat, dan diteruskan sampai tanda waqaf berikutnya. Dengan demikian terwakili dua
pendapat yang berbeda itu.
4. WAQAF IKHTIARI (pilihan).
Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan pada kata yang dipilih, disengaja dan
direncanakan, bukan karena ada sebab-sebab lain.
Waqaf Ikhtiari dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Waqaf Tam (sempurna).
Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang sudah sempurna, baik
menurut tata bahasa maupun arti. Pada umumnya terdapat pada akhir ayat dan di
akhir keterangan, cerita atau kisah. Dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan
ayat berikutnya. Seperti waqaf pada  َ‫ا ْل ُم ْفلِ ُح ْون‬ dalam ayat berikut :

]5 : ‫ َواُولِئكَ ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُح ْونَ [ البقرة‬  ‫اُولِئ َك َعلَى ُهدًى ِّمنْ َّربِّ ِه ْم‬

a) Waqaf Tam bisa terjadi sebelum habisnya ayat, seperti waqaf pada
kata ‫اَ ِذلَّ ٍة‬ dalam ayat :

َ‫ اَ ِع َّزةَ اَ ْهلِ َها اَ ِذلَّ ٍة وقف ِو َك َذالِك‬H‫سد ُْوهَا َو َج َعلُوا‬


َ ‫اَ ْف‬ ً‫قَالَتْ اِنَّ ا ْل ُملُ ْو َك اِ َذا د ََخلُ ْوا قَ ْريَة‬ 
] 34 : ‫يَ ْف َعلُ ْونَ [ النمل‬

b) Waqaf Tam terkadang terjadi pada pertengahan ayat, seperti waqaf pada
kata ‫اِ ْذ َجا َء نِ ْي‬ dalam ayat :

]29: ‫سا ِن َخ ُذ ْوالً [الفرقان‬ َّ ‫الذ ْك ِر بَ ْع َداِ ْذ َجا َء نِ ْي وقف َو َكانَ ال‬
َ ‫ش ْيطَانُ لِِإل ْن‬ ِّ ‫ضلَّنِ ْي َع ِن‬
َ َ‫لَقَ ْد ا‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 55


c) Dan waqaf Tam dapat terjadi pula sesudah habis ayat tambah sedikit, seperti
waqaf pada kata ‫وبِاللَّ ْي ِل‬ dalam
َ ayat :

]138 - 137 : ‫صبِ ِحيْنَ ☼ َوبِاللَّ ْي ْل وقف اَفَالَ تَ ْعقِلُ ْونَ [ الصفات‬
ْ ‫َواِنَّ ُك ْم لَتَ ُم ُّر ْونَ َعلَ ْي ِه ْم ُم‬

b. Waqaf Kafi (cukup). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa sudah dianggap cukup, tetapi dari segi arti, cerita atau kisah
masih ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ☼ َ‫يُ ْوقِنُ ْون‬ dalam
ayat berikut :

َ‫ا ْل ُم ْفلِ ُح ْون‬ ‫ َواُولِئكَ ُه ُم‬  ‫اُولِئ َك َعلَى ُهدًى ِّمنْ َّربِّ ِهم‬   ☼
َ‫قَ ْبلِ َك ج َوبِاَأل ِخ َر ِة ُه ْم يُ ْوقِنُ ْون‬  ‫☼ َوالَّ ِذيْنَ يُْؤ ِمنُ ْونَ بِ َما اُ ْن ِز َل اِلَيْكَ َو َما اُ ْن ِز َل ِمن‬
[ [ 5 – 4 : ‫البقرة‬

c. Waqaf Hasan (baik). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang sudah
dianggap baik menurut tata bahasa, tetapi masih ada kaitan dengan ayat
berikutnya, baik dari segi arti maupun tata bahasa. Seperti waqaf pada
ْ
☼ ‫ال َعالَ ِمـيْن‬ dalam ayat berikut :

ِ ‫اَ ْل َح ْمـ ُد هللِ َر ِّب ا ْل َعـالَ ِمـيْنَ ☼ اَل َّر ْح‬ 


‫مـن ال َّر ِح ْي ِـم ☼ َمـالِ ِك يَ ْو ِم ال ِّد ْين‬

d. Waqaf Qabih (buruk). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa tergolong buruk dan bahkan merusak arti atau maksud dari
َ ‫لِ ْل ُم‬ dalam ayat berikut :  
makna ayat yang sebenarnya. Seperti waqaf pada ☼ ‫صلِّ ْين‬

َ ‫صالَ تِ ِه ْم‬
َ‫ساه ُْون‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ ْ‫صلِّيْنَ ☼ الَّ ِذيْنَ ُه ْم عَن‬

َ ‫لِ ْل ُم‬ akan merusak arti atau maksud ayat. Maksud dari ayat
Waqaf pada ☼  َ‫صلِّيْن‬
adalah : “Neraka itu untuk orang-orang yang melalaikan shalat” Ketika waqaf
َ ‫لِ ْل ُم‬ ,
pada ☼ ‫لِّ ْين‬HHHHHHH‫ص‬ maka maksud ayat lalu berubah menjadi :
“Neraka itu untuk orang-orang yang mengerjakan shalat"

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 56


C. CARA BERWAQAF
Waqaf dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut,
yaitu :
1. Akhir suku kata dimatikan dalam bacaan apabila berharakat fathah, kasrah,
dhammah, kasratain atau dhammatain [  ‫َـ ِـ ُـ ٌـ ٍـ‬ ] Contoh :
‫سقَ َر‬
َ    dibaca        ‫سقَ ْر‬ َ
 ‫نُ ُذر‬          dibaca        ‫نُ ُذ ْر‬ 
َ ‫اَ ْح‬      dibaca        ْ‫سن‬
   ُ‫سن‬ َ ‫اَ ْح‬
ٍ ‫ت ََخ ُّو‬       dibaca           ْ‫ت ََخ ُّوف‬            
 ‫ف‬
ِ َ‫ا‬         dibaca       ‫ش ْر‬
  ‫ش َر‬ ِ َ‫ا‬   

2. Akhir suku kata dimatikan [ ‫ْـ‬ ]dalam bacaan apabila berharakat : Fathah, kasrah atau
dammah yang sebelumnya ada Alif [ُ ‫ا ـ َ ـ ِ ـ‬ ] sepertI :

☼ ‫اب‬
ُ ‫س‬َ ‫ب ☼ ا ْل ِح‬ َ ‫اب ☼ ا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س‬َ ‫ا ْل ِح‬  dibaca  ‫سا ْب‬
َ ‫ال ِح‬
‫اي‬
َ َّ‫اِي‬           dibaca       ‫اي‬
ْ َّ‫اِي‬  
‫اي‬ َ ‫خ‬      dibaca        
َ َ ‫طا ي‬ َ ‫اي‬ َ ‫َخ‬
ْ َ ‫طا ي‬

a. Fathah sebelumnya ada Wa [ َ ‫و ـ‬ ] seperti


ْ َ ‫يُ ْن‬ dibaca ☼  ْ‫ص ُر ْون‬
: ☼  َ‫ص ُر ْون‬ َ ‫يُ ْن‬
b. Fathah, kasrah atau dhammah sebelumnya ada Ya’ mati, [َ ‫ي ـ ُ ـ ِ ـ‬ ] ,
ْ seperti :
‫اَ ْل َحلِ ْيم‬    ☼ ‫اَ ْل َحلِ ْي َم ☼ اَ ْل َحلِ ْي ِم‬   dibaca   ‫اَ ْل َحلِ ْي ْم‬
c. Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Ya’mati, [ٍ ‫ـ‬ ٌ ‫ي ـ‬
ْ  ] seperti :   ☼ ‫َحلِ ْي ٌم‬
‫حلِ ْي ٍم‬           dibaca        
َ ‫َحلِ ْي‬
d. Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Waw mati [ٍ‫و ـ ٌ ـ‬ ] seperti
ْ :  ☼ ‫َغفُ ْو ٌر‬
‫ َغفُ ْو ٍر‬             dibaca        ‫َغفُ ْو ْر‬

3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif [‫]ًـ ا‬ dibaca
fathah    [‫]َـ ا‬, seperti : ‫ح ِك ْي ًما‬        dibaca    ‫ا‬
َ ‫َح ِك ْي َم‬
a. atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [‫] ًء‬ dibaca
fathah [‫] َء‬ , seperti :   ‫ َما ًء‬         dibaca        ‫َماَئا‬
b. atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat
fathatain [ ‫ًـ ى‬ ] dibaca fathah [ ‫]َـ ى‬, seperti : ‫س ّمًى‬
َ ‫ ُم‬ dibaca  ‫س َّمى‬
َ ‫ُم‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 57


4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ‫ـة ـ ة‬ ] dimatikan dan bunyinya
berubah menjadi bunyi Ha’ [ ‫ـ ْه ـ ْه‬ ] , seperti :
 ٌ‫حا ِميَة‬            dibaca             
َ ‫َحا ِميَ ْه‬

5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau dhammah [  ‫ـ ِه ـ‬
ُ‫ـه‬ ] dimatikan [ ‫ـ ْه ـ ـ ْه‬ ] , seperti :

‫صا ِحبَتِ ِه‬         dibaca        


َ ‫صا ِحبَتِ ْه‬
َ    

6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya tanpa
ada perubahan, seperti :
 ‫اَ ْقفَالُ َها‬ tetap dibaca ْ‫اَ ْقفَالُ َها‬ ,
َ َ‫ف‬ tetap dibaca  ‫سقُ ْوا‬
 ‫سقُ ْوا‬ َ َ‫ف‬ ,
 ‫ َعلَ ْي ِه ْم‬ tetap dibaca  ‫لَيَ ْط َغى‬
 ‫ َعلَ ْي ِه ْم‬ tetap dibaca  ‫لَيَ ْط َغى‬

7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat huruf
mati seperti dalam kurung [ ‫ ْـ ُـ‬/ ‫ ْـ ِـ‬/ ‫ْـ َـ‬ ] maka huruf akhir suku kata itu dimaitkan
seperti dalam kurung [ ‫ْـ ْـ‬ / ‫ ْـ ْـ‬/ ‫ْـ ْـ‬ ] sehingga ada dua huruf mati. Cara mewaqafkan,
cukup sekedar bunyi akhir suku kata itu didengar sendiri atau oleh orang yang
berdekatan sebagai isyarat bahwa ada huruf mati, sehingga waqaf seperti ini
disebut “waqaf isyarat. Contoh :
‫ص ِر‬ْ ‫ َوا ْل َع‬      dibaca ‫ص ْر‬
ْ ‫ َوا ْل َع‬               
 ‫واَأل ْمـ ُر‬      dibaca    
َ ْ ‫َواَأل ْم‬
‫ـر‬

8. Akhir suku kata bertasydid dimatikan tanpa menghilangkan fungsi tasydidnya,


seperti :
َّ‫ ِم ْنـ ُهن‬         dibaca ‫ ِم ْنـ ُه ّْن‬  
َ‫خلَقَهُن‬         dibaca        ‫َخلَقَ ُه ّْن‬

9. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ؤ‬ ] dimatikan bila waqaf, dan
dibaca pendek bila washal, seperti :

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 58


 ‫يَـتَـفَـيَّـُؤا‬  bila Waqaf dibaca ‫ َيـتَـفَـيَّـْأ‬ - dan bila Washal dibaca ُ‫ ِظالَلُه‬ ‫ َيـتَـفَـيَـُؤا‬ (QS.An-
Nahl [16] : 48)
 - ‫يَـ ْعـبَــُؤا‬   bila Waqaf dibaca  ‫يَـ ْعـبَـْأ‬ - dan bila Washal dibaca ‫يَـ ْعـبَـُؤا بِـ ُك ْم‬ (QS.Al-
Furqan [26] : 77)
Demikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 ‫تَـ ْفـتَـُؤا‬ , - dalam QS. Thaha  : ]20[ ‫يَـ ْد َرُؤا‬
‫اَتَـ َو َّكـُؤا‬ 18 ,- dan dalam QS. An-Nur [24] : 8 

D. TANDA-TANDA WAQAF

NO TANDA NAMA PENJELASAN


1 ‫م‬ WAQAF Tanda mesti berhenti.
ْ َ‫َوق‬
LAZIM  [  ‫ف‬
‫]الَ ِز ْم‬
2 ‫ال‬ LA WAQFA  [  َ‫ال‬ Tanda tidak boleh berhenti.
َ‫ َو ْقف‬ ]
3 ‫ط‬ WAQAF Tanda sempurna berhenti.
MUTHLAQ 
ْ ‫ف ُم‬
[ ‫طلَ ْق‬ ْ َ‫وق‬ ]
َ
4 ‫ج‬ WAQAF Tanda boleh berhenti dan
ْ َ‫َوق‬
JAIZ  [  ‫ف‬ boleh terus.
‫جاِئ ْز‬ ]
َ
5 ‫ز‬ WAQAF Tanda boleh berhenti, terus
MUJAWWAZ  lebih baik.
 [ ‫ ُم َجو َّْز‬ ]
6 ‫ص‬ WAQAF Tanda diringankan (di
MURAKH- bolehkan) berhenti
ْ َ‫َوق‬
KHASH  [  ‫ف‬ karena mempunyai
ْ‫ ُم َر َّخص‬ ] nafas pendek, terus
lebih baik.
7 ‫قف‬ WAQAF Tanda berhenti lebih baik,
MUSTAHAB   tidak salah kalau terus.
ْ َ‫ َوق‬ ].
[ ْ‫ف ُم ْستَ َحب‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 59


8 ‫قلى‬ WAQAF AULA  [ Tanda berhenti lebih baik.
‫ف اَوْ لَى‬
ْ َ‫]وق‬.
َ
9 ‫ق‬ QILA WAQAF  [ ‫قِي َْل‬  Sebagian pendapat, tanda
ْ َ‫ َوق‬ ]
‫ف‬ boleh berhenti.
10 ‫صلى‬ WASHAL AULA  [  Tanda terus lebih baik.
‫صلْ اَوْ لَى‬
َ ‫] َو‬
11 ‫ك‬ Kadza lika Tanda berhenti seperti tanda
Muthabiq lima waqaf sebelumnya.
َ ِ‫َك َذال‬
qablahu    [ ‫ك‬
ٌ ِ‫ ُمطَاب‬ ]
ُ‫ق لِ َما قَ ْبلَه‬
12 --- WAQAF Tanda boleh berhenti pada
MU’ANAQAH  salah satu titik tiga.
 [ ‫ف ُم َعانَقَ ِة‬
ْ َ‫ َوق‬ ]
13 ‫سكت‬/‫س‬ SAKTAH   [ ‫ َس ْكتَ ْة‬ ]  Tanda berhenti sejenak
tanpa ambil nafas.

E. IBTIDA’
Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti
atau setelah wakaf. Pada umumnya ibtida’ dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Ibtida’ yang derbolehkan. Ibtida’ ini adalah ibtida’ yang memulai bacaan pada
kalimat al-Qur’an yang menerangkan makna/ maksud secara sempurna. Contonya:
‫و هللا أحد‬H‫ل ه‬H‫المين – ق‬HH‫رب الع‬
ّ ‫د هلل‬HH‫الحم‬      Serta contoh-contoh dari permulaan ayat-ayat
lainnya.
b. Ibtida’ yang tidak diperbolehkan. Yaitu ibtida’ (memulai suatu kalimat) yang
membuat maknanya berubah dan menjadi makna/arti yang tidak sebenarnya.
Contohnya:
ً‫اتخذ هللا ولدا‬  (pada ayat aslinya)   ً‫وقالوا اتخذ هللا ولدا‬
‫يد هللا مغلولة‬  (pada ayat aslinya)   ‫وقالت اليهود يد هللا مغلولة‬

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 60


DAFTAR PUSTAKA

Anwar Rosihan, Ulum Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008).


Chirzin, Muhammad, Al-Quran dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta, PT Dana Bhakti
Prima Yasa, 1998.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an, , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011).
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Abdul Majid Khan, Praktikum Qira’at (Jakarta: Amzah, 2008)
Imam Jalaluddin As Suyuthi, Al Itqon fi Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh Farikh
Marzuqi Ammar dan Imam Fauzi Ja’iz dengan judul Samudra Ulumul Qur’an {Al-Itqan
fi Ulumil Qur’an} (Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya, 2006)

MODUL PEMBELAJARAN TAHSIN 61

Anda mungkin juga menyukai