OLEH:
I
HALAMAN PENGESAHAN
2 Bahasa Arab
Nama Rumpun Ilmu :
3
Indentitas Team PKM:
.
Ketua:
a. Nama Lengkap
: Dr. Fathur Rohman, M.PdI
b. NIDN
2122108302
c. Jabatan Fungsional :
III.C / Lektor
d. Program Studi
e. Nomor HP : Pendidikan Bahasa Arab
085649794165
f. AlamatE-mail : Mohalfath.mumtaz@gmail.com
:
Aggota
. :
a. Nama Lengkap
b. NIDN : Mahmud Fauzi, Lc., M.HI
c. Jabatan Fungsional
d. Program Studi
e. Nomor HP
f. AlamatE-mail -
Biaya Pengabdian
4 Mandiri
II
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………... 1
A. Fokus Isu……………………..….……………………………... 1
B. Permasalahan…………………………………………………… 2
C. Tujuan………………….……………………………………….. 2
D. Singnifikasi……………………………………………………… 3
BAB II: Kerangka Konsep……………………………………………… 4
A. Gambaran Umum Lokasi Pendampingan …….………………… 4
B. Kondisi saat ini Masyarakat Dampingan ….…………………… 4
C. Kondisi yang Diharapkan………………………………………. 5
D. Strategi Pelaksanaan……………………………………………. 5
E. Kajian Teori…………………………………………………….. 7
BAB III: PELAKSANAAN PENGABDIAN ….………………………. 15
A. Gambaran Kegiatan ……………………………………………... 15
B. Teori yang dihasilkan dari Pendampingan………………………. 15
BAB IV: DISKUSI KEILMUAN …………………………………......... 18
A. Diskusi Data……………………………………………………… 18
B. Follow Up………………………………………………………... 19
BAB V: PENUTUP………………………………………………………. 20
A. Kesimpulan ………………………………...………………….. 20
B. Saran…………………………………………………………… 20
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Fokus Isu
1
187 H. Pembasan ilmu shorof meliputi isim-isim mutamakkin (yang dapat
berubah-ubah) dan fi’il –fi’il yang munshorif (dapat ditasrif)
C. Tujuan
2
1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap ilmu Sharaf bagi santri PP.
Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir setelah mengikuti pelatihan
pembelajaran Tashrif lughawi?
2. Untuk meningkatkan kemampuan menghafal tashrif lughawi untuk
santri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir setelah mengikuti pelatihan
pembelajaran Tashrif lughawi?
3. Agar santri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir setelah mengikuti
pelatihan pembelajaran Tashrif lughawi dapat lancer dalam hafalan
shorofnya sekaligus memahami maknanya?
D. Signifikasi
3
BAB II
KERANGKA KONSEP
4
akan menjelaskan kaidah-kaidah tashrif lughawi, cara menghafal wazan tashrif
lughawi secara cepat dan praktis, pemberian latihan-latihan memperaktekkan
wazan dalam ilmu shorof dengan baik dan benar.
C. Kondisi yang Diharapkan
Setelah pelaksanaan pelatihan pembelajaran tashrif lughawi di pondok
pesantren AL-Furqon Darul Falah, diharapkan berdampak pada peningkatan
pengetahuan tashrif lughawi dalam ilmu shorof para santri dan memberikan
banyak pengaruh positif bagi pemahaman santri terhadap kaidah-kaidah dan
wazan-wazan ilmu Shorof. Para santri juga menampakkan dapat memberikan
respon positif terhadap kegiatan ini, hal ini disebabkan karena model
penyampaiannya dilengkapi dengan beberapa contoh dan praktek penggunaan
wazan-wazan dan kaidah-kaidah tashrif lughawi. Dampak lain yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah pemahaman santri terhadap materi ilmu
shorof mengalami peningkatan yang nantinya akan diukur dengan cara
memberikan beberapa latihan agar mereka menjawab beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh narasumber terkait materi yang telah disampaikan dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berupa latihan-latihan penerapan wazan dan
kaidah tashrif lughawi dengan baik dan benar.
Kegiatan pengabdian ini juga menjadi sebuah informasi bagi santri
PP. Al-Furqon Darul Falah agar tetap konsisten mempelajari ilmu shorof bab
tashrif lughawi dan terus semangat dalam menjalankan rutinitas belajar shorof
di pondok pesantren Al-Furqon Darul Falah 5
D. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan pelatihan pembelajaran shorof ini dilaksanakan dengan
menggunakan strategi di bawah ini:
a. Mengorganisir Gagasan
Hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat, khususnya dalam hal
pembelajaran akan dianalisis sebagai dasar untuk melakukan perencanaan
pemecahan masalah. Setelah matrik ranking masalah ditetapkan bersama, maka
langkah selanjutnya adalah merencanakan bersama upaya pemecahan masalah.
5
Dalam tahap perencanaan ini, ide dan gagasan dari partisipan diinventarisir
terlebih dahulu, untuk kemudian diputuskan bersama-sama gagasan yang dipilih.
b. Mengorganisir kemampuan mahasiswa
Gagasan pemecahan masalah yang telah ditetapkan harus
mempertimbangkan kemampuan mahasiswa sebelumnya harus sudah
menginventarisir siapa yang memiliki kemampuan ini. Begitu seterusnya hingga
keragaman kemampuan yang dimiliki oleh santri-santri dapat saling melengkapi
guna mendukung jalannya aksi perubahan sosial.
c. Menyusun Strategi penyelesai
Komunitas menyusun strategi solusi untuk memecahkan problem
pembelajaran shorof. Di dalamnya, komunitas menentukan langkah-langkah
sistematik dalam pembelajaran shorof yang berkaitan dengan teknik menghafal
wazan-wazan, mauzun, memahami makna, perubahan wazan, perubahan
shighot, dan lain-lain serta merumuskan kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila
terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.
Hasil perencanaan aksi selanjutnya diimplementasikan secara simultan
dan partisipatif. Pemecahan persoalan penyelesaian kesulitan pembelajaran
shorof bukanlah sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi
merupakan proses pembelajaran.
Evaluasi dilakukan dengan mengkroscek apakah yang telah
dilaksanakan tetap berada dalam jalur yang ditentukan, bagaimana impresi dan
efek yang dihasilkan. Jika ternyata langkah yang telah dilakukan membawa
implikasi negatif dan destruktif, maka bukan tidak mungkin peneliti harus
merubah arah kebijakan, karena sebenarnya menghendaki pendekatan yang
fleksibel dan multidimensional untuk menunjang progresifitas masyarakat.
Informasi yang telah terkumpul ditinjau secara terus-menerus,
kemudian diklasifikasi, diverifikasi, disistematisasikan, dan terakhir diambil
kesimpulan-kesimpulannya. Dengan demikian data-data lengkap yang telah
tersusun menjadi bermakna.
Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-
program aksi yang sudah terlaksana, peneliti bersama masyarakat merefleksikan
6
semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir). Refleksi
teoritis dirumuskan secara bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang
dapat dipresentasikan pada khayalak publik sebagai pertanggungjawaban
akademik.
E. Kajian Teori
1. Pengertian shorof
Ilmu sorof adalah induk dari ilmu bahasa Arab sebab melahirkan
i’rab, model dan lain sebagainya. Oleh Sebab itu, tahap awal untuk
Tata bahasa (Qawaid) adalah aturan bahasa Arab agar seseorang dapat
sesuai dengan susunan gramatikal bahasa Arab itu sendiri. Secara garis besar
ilmu Qawaid terdiri dari atas dua bagian yaitu nahwu dan Soraf. Ilmu Nahwu
akhir sebuah kata.2 Dalam kitab Qawaid Al-shorfiyah di jelaskan bahwa ilmu
Sorof adalah ilmu yang membahas tentang perubahan keadaan kata, dari satu
betuk ke bentuk yang lain untuk mendatangkan makna yang dikehendaki. Ketika
1
Misbahussurur,Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu (Terjemah Berikut Penjelasan Kitab al-
Jurumiyyah),(Cilacap: Ihya Media, 2009), hlm. 2
2
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN Maliki Pres
2009), h. 93
7
kita belajar ilmu Soraf ada yang disebut dengan taṣrif, taṣrif adalah merubah asal
suatu kata menjadi beberapa bentuk kata yang berbeda-beda agar memperoleh
artinya merubah, sedangkan secara istilah adalah ilmu yang membahas tentang
huruf asli, huruf tambahan, shahih, illat dan lain-lain. Berangkat dari pengertian
tasfrif secara istilah ini dapat ditarik penegertian bahwa sorof meliputi: 1)
merubah kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk menghasilkan makna
yang diinginkan, seperti merubah bentuk kata mashdar ke bentuk fiil madhi, fi’il
mudhori, fi’il amar, isim fa’il, isim maf‟ul, nisbat, tasghir, dan lain sebagainya.
2) mengubah kata yang tidak untuk mendatangkan makna baru, tetapi adanya
sebab lain yang berkaitan dengan proses penambahan huruf, pembuangan huruf,
istilah adalah mengubah bentuk asal kepada bentuk-bentuk lain untuk mencapai
arti yang dikehendaki yang hanya bisa tercapai dengan adanya perubahan.5 ‘ilm
3
M. Sholihuddin Shofwan, Mabadi‟ Shorfiyah Pengantar qowaid as-shorfiyah juz awwal,
(Jombang: Darul Hikmah 2000) hlm 1
4
Syekh Mushthafa Al Ghulaynaini, Tarjamah Jami‟ud durusil Arabiyyah, (Semarang; CV.
ASY SYIFA‟ 1992, hlm 413
5
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud
(Bandung:Sinar Baru Algensindo Offset, 2000), hal. 1
8
al-sharf adalah ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk
di dalamnya imbuhan.6
beragam dan fleksibel, baik melalui cara derivasi (tashrif isytiqaqy) maupun
dengan cara infleksi (tashrif i’raby). Dengan dua cara tersebut, bahasa Arab
Arab setidaknya harus menguasai ilmu-ilmu yang mendukung yaitu Ilmu Nahwu
dan Sharaf, dan juga menguasai mufrodat sehingga ada sedikit gambaran tentang
isi teks yang sedang dibacanya. Hal ini agaknya selaras dengan ungkapan orang
Barat yang mengatakan bahwa” orang Eropa, dengan membaca dapat memahami
teks tetapi orang Arab harus faham dulu baru dapat membaca teks dengan
benar.7
dengan Isytiqaq, yang menjadikan katakata Arab berubah secara elastis dalam
kata itu sendiri. Dari satu kata سلمdan سالمةumpamanya, dapat dikembangkan
menjadi jumlah kata seperti berikut ini: اسالم – سالمة – يسلم – سلم- مسلم – سالم- سليم
– وغيرها.
6
Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Lembaga Bahasa
Yassarna YBMQ Jakarta), hlm. 55
7
Taufiq Burj, Musykilat Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghairi an-Nathiqina
biha, dalam as-Sijl al-Ilm Li-Nadwah al-Alamiyah Li Ta’lim al-Arabiyyah
Li Ghairi an-Nathiqina biha, 1980. (Riyad : Imadat Syu’un al-Maktabat,
Kairo: Dar al-Ma’arif) h. 129
9
Bahasa Arab termasuk bahasa yang infleksi, pengembangan makna
sejumlah bentuk untuk menunjukan variasi makna yang berbeda. Lain halnya
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, yang dalam pengembangan makna
dan reduplikasi (pengulangan), seperti pada tabel di atas. Dari perbandingan itu
tampak bahasa Arab lebih ajeg (qiyasi) dalam pemahaman makna, dan lebih
sesuatu dari bentuk asalnya, seperti mengubah bentuk rumah atau pakaian dan
sebagainya, itu adalah shorof menurut lughah. Sedangkan shorof menurut istilah
ialah mengubah dari bentuk asal pokok pertama kepada bentuk yang lain. Ada
yang mengartikan lain, yakni shorof adalah mengubah dari fi’il madhi kepada
fi’il mudhari’, masdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il nahi, isim makan, dan isim
alat. Adapun faedah perubahan itu adalah agar mendapatkan arti yang berbeda.9
8
Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Lembaga Bahasa
Yassarna YBMQ Jakarta), h. 17-18
9
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud, h. 2
10
b) Perubahan yang terjadi pada kata; penambahan dan pengurangan.
1) Perubahan pada penambahan: prefixes, suffixes, dan infixes yang
menemui kata dan menyebabkan pada perubahan makna, di sini ada perbedaan
jelas antara huruf asal dan huruf tambahan, awalan seperti pada fi’il mudhorik
yang dalam bahasa bahasa Arab terkumpul dalam kata (alif, nun ya’ dan ta’),
suffixes seperti tanda tatsniyah:(makna dua). عالمين- عالمانdan jamak ,عالمون-
عالمينsuffixes seperti: alif tanda jamak taksir ( ) رجال, ta’ wazan )التزام( افتعال
2) Perubahan pada pengurangan: hal ini bisa dicermati pada proses
i’lal, terkadang dengan membuang huruf dari kata, yaitu ada dua macam:
a) Membuang secara sima’I (diambil dari lisan/produk arab):
terbatas pada kata yang dibuang huruf akhirnya, dan tidak ada kaidahnya,
seperti:
10
Muhammad Muhammad dawud, al-arobiyyah wa ilmu al-lughoh al-hadits, , (kairo: Dar
gharib, 2001), hal 161
11
Misbah Musthofa, Al-Imrithy Gramatika Arab (Bangilan Tuban: Al-Balagh), hal. 4
11
a. Untuk memahami kalam Arab. Hal ini telah dijelaskan di kitab al-
‘Imrit}iy yang Artinya: Ilmu Nahwu lebih berhak dipelajari dahulu, karena
kalam Arab tanpa ilmu nahwu tidak akan bisa dipahami.
b. Untuk memahami kandungan al-Qur’an dan hadith yang sekiranya
sulit atau sukar. Hal ini juga diterangkan dalam kitab al-‘Imritiy yang artinya:
Dan mendalami bahasa Arab sangat penting bagi manusia agar mereka bisa
memahami al-Qur’an dan al-Sunnah yang rumit kandungan maknyanya.
Dengan adanya kedua fungsi di atas maka kita dianjurkan untuk tahu
ilmu nahwu shorof sehingga kita dapat berbicara bahasa Arab dan memahami
kandungan-kandungan al-Qur’an.
3. Istilah-istilah dalam belajar ilmu shorof
1. Tashrif
Pengertian dari Tasrif adalah Perubahan asal suatu kata kepada kata-
kata yang berbeda untuk mencapai arti yang di kehendaki. Seperti perubahan
dari bentuk Mufrad (satu) kepada Tastniyah (dua) dan Jamak (banyak) dan atau
bentuk Masdar (kata benda) kepada fi`il (kata kerja) atau wasf (kata sifat) atau
dengan maksud lafadz yakni meringankan ucapan seperti perubahan kata
qawala ( ) قولdan gazawa ( ) غزوmenjadi qaala ( )قالdan gazaa () غزا.12
Secara umum, suatu kata kerja berubah menjadi jenis perubahan kata
sebagai berikut :
1. Fi’il Madhi (kata kerja lampau, past tense)
12
Al-Maraghi, 2010 : 4
12
6. Fi’il Amr (kata kerja perintah)
2. Wazan
Wazan merupakan suatu rumus baku, dimana setiap kata kerja nantinya
akan masuk ke salah satu dari 35 rumus baku perubahan kata. Dari 35 wazan
atau bab, 6 diantaranya untuk kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi
Mujarrad). Selebihnya (29 bab yang lain), untuk kata kerja yang lebih dari 3
huruf Wazan biasanya menggunakan kata fa-'ain-lam ()فعل. Perbedaan antara
tashrif dan wazan yaitu tashrif adalah perubahannya sedangkan wazan adalah
rumusnya.
Dalam Ilmu Sharaf kata kerja yang terdiri dari tiga huruf atau disebut
dengan Fi’il Tsulatsi Mujarrad terdiri dari 6 bab.
4. Fi’il Shohih
Fi’il shohih merupakan fi’il yang di dalamnya tidak terdapat huruf
‘ilah.
perubahan bentuk - bentuk kata dari kata kerja menjadi kata benda dan
sebaliknya, perubahan bentuk - bentuk kata, sesuai dlomir dan kuantitas isi
13
yang dikandungnya, pergantian, pembuangan atau pemindahan salah satu
huruf pada sebuah kata atau juga penambahan, perubahan syakal (harakat)
selain pada syakal yang terakhir pada suatu kata, sifat sebuah kata.Muhtarom
Busyro menyatakan bahwa manfaat ilmu sorof adalah untuk menjaga lisan agar
jangan sampai salah ucap dalam tiap – tiap kata atau kalimat dan untuk menjaga
peraturan
– peraturan bahasa Arab dalam tulisan.Dalam makalah yang ditulis oleh Mamat
Adapun kitab atau buku yang mengkaji sorof (Mu’minin, 2009: xvii) antara
Alfiyah Ibnu Malik, Shorof Praktis Metode Krapyak, Syarh li Taşrif al ‘Izzy,
Syarh al- Ajurumiyah, Syarh al-Kāfiyah, Syarh al- Muluki fi at-Taşrif dan lain
– lain.13
13
Eka Safitri, Penerapan metode krapyak dalam pembelajaran saraf di pesantren, Jurnal Al
Bayan Vol.9, No.2,Bulan Desember Tahun 2107, h. 208
14
BAB III
PELAKSANAAN PENGABDIAN
A. Gambaran Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian berlangsung pada hari kamis-
Jum’at, 13, 20, 27 Nop. 2020, dengan dihadiri 50 orang peserta dari santri PP. Al-
Furqon Darul Falah 5. Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa rangkain
kegiatan diantaranya adalah pertama; sebelum menyampaikan materi pelatihan,
pemataeri melakukan pretest kepada para peserta dampingan, kemudian setelah
mendapatkan hasil dari nilai pretes, kemudian pemateri merumuskan hal-hal apa
saja yang harus diberikan kepada para peserta.
Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan materi pembelajaran
sharaf, penyampaian materi ini dibagi menjadi tiga sesi yaitu pertama sesi
menyampaikan konsep tentang teknik menghafal tasrifan, kedua; materi tentang
perubahan makna lafadh yang mengikuti perubahan shighat, ketiga; materi
praktek penerapan teknik menghafal tashrifan dan ,masing-masing materi ini
disampaikan dalam durasi 3 jam. Materi pertama disampaikan pada hari Jum’at
tanggal 13 Nopember 2020, materi kedua disampaikan pada hari Jum’at tanggal
20 Nopember 2020, dan materi ke tiga disampaikan pada hari Jum’at tanggal 27
Nopember 2020.
15
bervariatif sesuai dengan kebutuhan masing-masing santri, cara ini akan
memerlukan kesabaran dan aktu yang banyak
Kedua, talaqqi yaitu dengan cara sang murid mempresentasikan
hafalan sang murid kepada gurunya . Dalam metode ini hafalan santri akan diuji
oleh guru pembimbing, seorang santri akan teruji dengan baik jika dapat
membaca dan menghafal dengan lancar dan benar tanpa harus melihat catatan.
Ketiga, mu’aradah yaitu murid dengan murid yang lain membaca
saling bergantian. Penghafal hanya memerlukan keseriusan dalam
mendengarkan tashrifan yang akan dihafal yang dibacakan oleh orang lain.
Adapun jika kesulitan mencari orang untuk diajak menggunakan metode ini,
penghafal masih bisa menggunakan rekaman tashrifan yang dapat diunduh dari
youtube atau internet.
Keempat, muroja’ah yaitu mengulangi atau membaca kembali
tashrifan yang sudah di hafal. Metode ini dapat dilakukan secara sendiri dan juga
bisa bersama orang lain. Melakukan pengulangan bersama orang lain merupakan
kebutuhan yang sangat pokok untuk mencapai kesuksesan dalam menghafal
tashrifan. Teknik pelaksanaannya dapat diadakan perjanjian terlebih dahulu,
antara tempat dan waktu pelaksanaan serta banyaknya tashrifan yang akan
dimuraja’ah.
16
BAB IV
DISKUSI KEILMUAN
A. Diskusi Data
Dalam PKM pembelajaran sharaf ini, analisis data merupakan tahap
yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa
informan yang telah di pilih selama pedampingan berlangsung. Selain itu juga
berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran hasil dampingan.
Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses
pengumpulan data di lapangan dampingan.
secara rinci dapat kami sajikan secara lebih rinci di bawah ini agar lebih
memudahkan untuk menganalisisnya. Adapun data hasil pendampingan yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Mengenal maca-macam metode menghafal tashrifan.
Para peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan pembelajaran
sharaf ini dapat mengenal dan memahami pengertian sharaf, macam-macam
metode menghafal tashrifan yang meliputi Setelah peneliti melakukan proses
pendampingan dalam pelatihan pembelajaran shorof bagi santri PP. Al-Furqon
Darul Falah 5 Cukir Diwek Jombang, maka kami dapat menyimpulkan
beberapa teori tentang pembelajaran shorof adalah sebagai berikut:
Pertama, Talqin yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan
oleh seorang guru dengan membaca tashrifan, lalu ditirukan sang murid
secara berulang-ulang sehingga nancap dihatinya. Dengan metode ini santri
membaca tashrifan yang akan dihafal secara berulang-ulang jumlah
pengulangan bervariatif sesuai dengan kebutuhan masing-masing santri,
cara ini akan memerlukan kesabaran dan aktu yang banyak
Kedua, talaqqi yaitu dengan cara sang murid mempresentasikan
hafalan sang murid kepada gurunya . Dalam metode ini hafalan santri akan
diuji oleh guru pembimbing, seorang santri akan teruji dengan baik jika
dapat membaca dan menghafal dengan lancar dan benar tanpa harus melihat
catatan.
17
Ketiga, mu’aradah yaitu murid dengan murid yang lain
membaca saling bergantian. Penghafal hanya memerlukan keseriusan dalam
mendengarkan tashrifan yang akan dihafal yang dibacakan oleh orang lain.
Adapun jika kesulitan mencari orang untuk diajak menggunakan metode ini,
penghafal masih bisa menggunakan rekaman tashrifan yang dapat diunduh
dari youtube atau internet.
Keempat, muroja’ah yaitu mengulangi atau membaca kembali
tashrifan yang sudah di hafal. Metode ini dapat dilakukan secara sendiri dan
juga bisa bersama orang lain. Melakukan pengulangan bersama orang lain
merupakan kebutuhan yang sangat pokok untuk mencapai kesuksesan
dalam menghafal tashrifan. Teknik pelaksanaannya dapat diadakan
perjanjian terlebih dahulu, antara tempat dan waktu pelaksanaan serta
banyaknya tashrifan yang akan dimuraja’ah.
2. Memahami perubahan makan lafadh
Setiap lafadh dalam bahasa Arab akan mengalami perubahan
makan mengikuti macam-macam fungsi tashrifan dan shighatnya, sehingga
mereka bisa memahami peruabahan makna akan terjadi bila suatu lafadh
tersebut dirubah bentuk shighatnya dan tashrifannya. Satu lafadh akan
memiliki banyak turunan makna bila ia dirubah menjadi shighat yang
lainnya dan bentuk wazan yang lainnya.
3. Mempraktekkan teknik menghafal tashrifan Sharaf.
Ketika para peserta mengetahui macam-macam metode menghafal
tashrifan Sharaf, mereka akan berusaha untuk menghafalkan tasrifan yang ada
dalam kitab shorof tersebut dengan lebih mudah dan menyesuiakan dengan
kapasitas kemampuan diri mereka sendiri, mereka bisa memilih metode mana
yang paling pas dengan diri mereka sendiri, dan sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing santri sehingga mereka tidak merasa terbebani dengan
hafalan-hafalan yang lain.
B. Follow Up
Setelah dilakaukannya kegiatan pendampingan berupa pelatihan
pembelajaran sharaf dengan mengacu berbagai macam kekurangan dan
18
potensinya, maka peneliti dapat memperagrampak sebagai bagian dari follow up
dari kegiatan dampingan ini, diantaranya adalah:
1. Para santri membiasakan diri untuk menghafalkan amtsilah tashrifiyah
menggunakan metode-metode yang sudah dipelajari dalam pelatihan ini.
2. Pesantren memasukkan kegiatan menghafal amtsilah tashrifiyah dalam
kurikulum pesantrennya dan dijadikan sebagai salah satu syarat kelulusan
dari pesantren.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah selesai melakukan kegiatan pendampingan ini dapat kami
samapain beberapa kesimpuannya, daintaranya adalah sebagai berikut:
1. Para peserta dampingan dapat memahami berbagai macam jenis metode
menghafal tashrifan yang terdapat dalam kitab amtsilah tashrifiyah.
2. Peserta dampingan dapat memahami berbagai macam bentuk perubahan
makna lafadh sesuai dengan perubahan bentuk wazan dan shighatnya.
3. Peserta dampingan dapat memperaktekkan berbagai macam metode
menghafal tashrifan sesuai dengan kondisi masing-masing, baik
kemampuan, waktu, dan situasinya.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat kami sampaikan agar kegiatan dapingan
seperti ini dapat lebih ditingkatkan lagi manfaatnya dengan cara:
1. Mengadakan evaluasi secara berkala terhadap hafalan tashrifan para santri PP.
Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir Diwek Jombang.
2. Terdapat kesinambungan pelatihan seperti ini agar kemapuan peserta
dampingan dapat terus terupgreat dan terus meningkat.
3. Alokasi waktu kegiatan perlu ditambah lagi.
20
DAFTAR REFERENSI
21