Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT:


PELATIHAN PEMBELAJARAN SHOROF

OLEH:

Dr. Fathur Rohman, M.PdI (Ketua)


Mahmud Fauzi, Lc., M.HI (Anggota)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENGJOMBANG
DESEMBER 2020

I
HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul PKM : PELATIHAN PEMBELAJARAN


. SHOROF

2 Bahasa Arab
Nama Rumpun Ilmu :
3
Indentitas Team PKM:
.
Ketua:
a. Nama Lengkap
: Dr. Fathur Rohman, M.PdI
b. NIDN
2122108302
c. Jabatan Fungsional :
III.C / Lektor
d. Program Studi
e. Nomor HP : Pendidikan Bahasa Arab
085649794165
f. AlamatE-mail : Mohalfath.mumtaz@gmail.com
:
Aggota
. :
a. Nama Lengkap
b. NIDN : Mahmud Fauzi, Lc., M.HI
c. Jabatan Fungsional
d. Program Studi
e. Nomor HP
f. AlamatE-mail -

Biaya Pengabdian
4 Mandiri

Jombang, 01 Desember 2020


Dekan,

(H. Ahmad Faruq, M.Ag.)


UHA. 01.022

II
Daftar Isi

BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………... 1
A. Fokus Isu……………………..….……………………………... 1
B. Permasalahan…………………………………………………… 2
C. Tujuan………………….……………………………………….. 2
D. Singnifikasi……………………………………………………… 3
BAB II: Kerangka Konsep……………………………………………… 4
A. Gambaran Umum Lokasi Pendampingan …….………………… 4
B. Kondisi saat ini Masyarakat Dampingan ….…………………… 4
C. Kondisi yang Diharapkan………………………………………. 5
D. Strategi Pelaksanaan……………………………………………. 5
E. Kajian Teori…………………………………………………….. 7
BAB III: PELAKSANAAN PENGABDIAN ….………………………. 15
A. Gambaran Kegiatan ……………………………………………... 15
B. Teori yang dihasilkan dari Pendampingan………………………. 15
BAB IV: DISKUSI KEILMUAN …………………………………......... 18
A. Diskusi Data……………………………………………………… 18
B. Follow Up………………………………………………………... 19
BAB V: PENUTUP………………………………………………………. 20
A. Kesimpulan ………………………………...………………….. 20
B. Saran…………………………………………………………… 20

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Fokus Isu

Bahasa Arab memiliki banyak cabang ilmu, diantaranya ilmu nahwu,


ilmu mantiq, ilmu balaghoh dan ilmu aruth dan sebagainya. Namun di antara
sekian banyak cabang ilmu bahasa Arab, ada 2 ilmu yang harus dikuasai bagi
pemula yakni ilmu nahwu & ilmu shorof. Dengan mempelajari ilmu nahwu &
ilmu shorof insya Allah kita bisa membuat kalimat dalam bahasa arab yang
benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab. Adapun ilmu-ilmu yang lain
seperti ilmu nahwu, ilmu mantiq, ilmu balaghoh dan ilmu aruth, ini sudah tidak
lagi membicarakan bagaimana cara membuat kalimat yang benar dalam bahasa
arab tetapi sudah sampai level bagaimana membuat kalimat yang indah baik
susunannya maupun maknanya.
Kaidah tata bahasa Arab dibahas dalam ilmu nahwu dan sharaf. Ilmu
Nahwu merupakan ilmu yang mempelajari kedudukan kata dalam sebuah
kalimat, sedang ilmu shorof adalah ilmu mempelajari perubahan kata dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain, secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasanya
ilmu shorof itu menyediakan kata-katanya sedangkan ilmu nahwu itu
memberikan kita kaidah bagaimana cara menyusun kalimat yang benar dan
termasuk di dalamnya bagaimana memberikan harokat yang benar karna di
dalam bahasa arab perbedaan harokat bisa menyebabkan perbedaan makna
dalam pemahamannya.

Pengertia ilmu sorof menurut bahasa adalah Shorof berarti perubahan


angin dari suatu keadaan menuju keadaan lain atau dari suatu ke arah lain.
Sedangkan menurut istilah adalah Shorof adalah perubahan asal suatu kata
kepada kata yang berbeda untuk mencapai arti yang dikehendaki yang hanya
bisa tercapai dengan perubahan tersebut. Ilmu ini disusun pertama kali oleh
Imam Muadz bin Muslim, seorang ulama dari Kufah, Irak. Beliau wafat tahun

1
187 H. Pembasan ilmu shorof meliputi isim-isim mutamakkin (yang dapat
berubah-ubah) dan fi’il –fi’il yang munshorif (dapat ditasrif)

Sumber ilmu shorof ialah dari kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al


Qur’an dan hadist Nabi Saw. serta kata-kata yang berlkau bagi orang Arab.
Melalui ilmu Shorof, seorang dapat telepas dari kesalahan ucap dalam
mengucapkan setiap kata atau kalimat dan mampu menjaga peraturan-
peraturan bahasa Arab di dalam tulisannya. Ilmu shorof termasuk dalam
golongan ilmu tata bahasa Arab yang paling penting karena menjadi pedoman
untuk mengetahui sighat atau bentuk kalimat, tasghirnya, nisbatnya, jamaknya
(baik sama’iy, qiyasy, syadz) I’lalnya, idghamnya, ibdalnya, dan lain-lainya.
B. Permasalahan

Setelah mealakukan pengamatan, analisinalisis situasi sementara


adalah para santri Pondok Pesantren Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir Diwek
Jombang masih kurang pemahamannya terhadap tashrif lughawi yang ada
dalam ilmu shorof, selain itu mereka juga belum bisa menghafal wazan-wazan
tashrif lughawi dan memperaktekkannya ketika diganti dengan lafadh-lafadh
lain yang, apalagi menerapkannya dalam praktek membaca kitab kuning di
pesantren.

Berangkat dari hal-hal di atas, perlu adanya kegiatan pelatihan


pembelajaran tashrif lughawi yang inens dilakukan di pondok pesantren Al-
Furqon Darul Falah 5 ini sebagai solusi untuk mengatasi kelemahan
kemampuan satri dalam ilmu Sorof

C. Tujuan

Agar program pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini bisa


mencapai sasaran dan memerikan solusi yang tepat terhadap permasalahan di
atas, maka perlu kami tentukan arah tujuan program pelatihan pembelajaran
shorof ini. Adapun tujuan pelatihan ini adalah sebagai berikut:

2
1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap ilmu Sharaf bagi santri PP.
Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir setelah mengikuti pelatihan
pembelajaran Tashrif lughawi?
2. Untuk meningkatkan kemampuan menghafal tashrif lughawi untuk
santri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir setelah mengikuti pelatihan
pembelajaran Tashrif lughawi?
3. Agar santri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir setelah mengikuti
pelatihan pembelajaran Tashrif lughawi dapat lancer dalam hafalan
shorofnya sekaligus memahami maknanya?
D. Signifikasi

Pelatihan pembelajaran shorof ini sangat signifikan dengan kebutuhan


santri-santri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir, karena setelah mengikuti pelatihan
ini, diharapkan para satri dapat menghafal dan memahami makna lafadh-lafadh yang
sudah dihafal dalam Sharaf lughawi, sehingga mereka tidak hanya dapat menghafal
dengan lancer saja, tetapi juga memahami perubahan makna yang terjadi bila
berubah wazan dan shighatnya.

3
BAB II

KERANGKA KONSEP

A. Gambaran Umum Lokasi Pendampingan

Lokasi pendampingan kegiatan pelatihan pembelajaran shoraf adalah di


PP. Al-Furqon Darul Falah 5. Lokasi pendampingan kegiatan pelatihan ini
merupakan pomdok pesantren yang teletak di kota Cukir kecamatan Diwek
kabupaten Jombang provinsi Jawa timur. Pondok pesantren ini merupakan Lembaga
Pendidikan non formal dengan jumlah para santri sekitar 200 orang yang
keseluruhannya adalah perempuan.

B. Kondisi saat ini Masyarakat Dampingan


Masyarakat dampingan yang akan mengikuti pelatihan pempelajaran
Sharaf adalah para santri putri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 yang di dalam
kurikulum Pendidikan pondoknya terdapat materi pembelajaran Sharaf dengan
metode mengajar yang mengacu kepada kemampuan menghafal kitab amtsilah
tashrifiyah, padahal di pondok pesantren itu para santrinya juga dibebani menghafal
Al-Qur’an dan kitab arbain Nawawi, sehingga terkadang materi shorof ini menjadi
tidak dinomer satukan, karena ia tidak menjadi syarat kelulusan seperti halnya
hafalan Al-Qur’an dan kitab Arbain Nawawi, namun guru yang mengajarnya tetap
menuntut mereka harus bisa menghafal semua tashrifan yang ada di dalamnya dan
bisa memahami perubahan makna yang terjadi menurut perubahan wazan dan
shighatnya.
Hal itu menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi para santri-santri di PP.
Al-Furqon Darul Falah 5 tersebut dalam mengahafalkan wazan-wazan dan lafadh-
lafadh yang ada dalam tashrif lughawi serta memahami maknanya menurut
perubahan wazan dan shighatnya. Untuk menjembatani masalah pemahaman
tentang tashrif lughawi dalam ilmu sharaf, dan ketidak mampuan santri dalam
menghafal tashrifan wazan tashrif lughawi dalam ilmu shorof, serta tidak
mampunya santri dalam mempraktekkan tashrif lughawi dalam bahasa Arab dan
membaca kitab kuning maka perlu adanya pembelajaran tashrif lughawi yang
dikemas dalam kegiatan pelatihan pembelajaran tashrif lughawi. Kegiatan ini

4
akan menjelaskan kaidah-kaidah tashrif lughawi, cara menghafal wazan tashrif
lughawi secara cepat dan praktis, pemberian latihan-latihan memperaktekkan
wazan dalam ilmu shorof dengan baik dan benar.
C. Kondisi yang Diharapkan
Setelah pelaksanaan pelatihan pembelajaran tashrif lughawi di pondok
pesantren AL-Furqon Darul Falah, diharapkan berdampak pada peningkatan
pengetahuan tashrif lughawi dalam ilmu shorof para santri dan memberikan
banyak pengaruh positif bagi pemahaman santri terhadap kaidah-kaidah dan
wazan-wazan ilmu Shorof. Para santri juga menampakkan dapat memberikan
respon positif terhadap kegiatan ini, hal ini disebabkan karena model
penyampaiannya dilengkapi dengan beberapa contoh dan praktek penggunaan
wazan-wazan dan kaidah-kaidah tashrif lughawi. Dampak lain yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah pemahaman santri terhadap materi ilmu
shorof mengalami peningkatan yang nantinya akan diukur dengan cara
memberikan beberapa latihan agar mereka menjawab beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh narasumber terkait materi yang telah disampaikan dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berupa latihan-latihan penerapan wazan dan
kaidah tashrif lughawi dengan baik dan benar.
Kegiatan pengabdian ini juga menjadi sebuah informasi bagi santri
PP. Al-Furqon Darul Falah agar tetap konsisten mempelajari ilmu shorof bab
tashrif lughawi dan terus semangat dalam menjalankan rutinitas belajar shorof
di pondok pesantren Al-Furqon Darul Falah 5
D. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan pelatihan pembelajaran shorof ini dilaksanakan dengan
menggunakan strategi di bawah ini:
a. Mengorganisir Gagasan
Hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat, khususnya dalam hal
pembelajaran akan dianalisis sebagai dasar untuk melakukan perencanaan
pemecahan masalah. Setelah matrik ranking masalah ditetapkan bersama, maka
langkah selanjutnya adalah merencanakan bersama upaya pemecahan masalah.

5
Dalam tahap perencanaan ini, ide dan gagasan dari partisipan diinventarisir
terlebih dahulu, untuk kemudian diputuskan bersama-sama gagasan yang dipilih.
b. Mengorganisir kemampuan mahasiswa
Gagasan pemecahan masalah yang telah ditetapkan harus
mempertimbangkan kemampuan mahasiswa sebelumnya harus sudah
menginventarisir siapa yang memiliki kemampuan ini. Begitu seterusnya hingga
keragaman kemampuan yang dimiliki oleh santri-santri dapat saling melengkapi
guna mendukung jalannya aksi perubahan sosial.
c. Menyusun Strategi penyelesai
Komunitas menyusun strategi solusi untuk memecahkan problem
pembelajaran shorof. Di dalamnya, komunitas menentukan langkah-langkah
sistematik dalam pembelajaran shorof yang berkaitan dengan teknik menghafal
wazan-wazan, mauzun, memahami makna, perubahan wazan, perubahan
shighot, dan lain-lain serta merumuskan kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila
terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.
Hasil perencanaan aksi selanjutnya diimplementasikan secara simultan
dan partisipatif. Pemecahan persoalan penyelesaian kesulitan pembelajaran
shorof bukanlah sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi
merupakan proses pembelajaran.
Evaluasi dilakukan dengan mengkroscek apakah yang telah
dilaksanakan tetap berada dalam jalur yang ditentukan, bagaimana impresi dan
efek yang dihasilkan. Jika ternyata langkah yang telah dilakukan membawa
implikasi negatif dan destruktif, maka bukan tidak mungkin peneliti harus
merubah arah kebijakan, karena sebenarnya menghendaki pendekatan yang
fleksibel dan multidimensional untuk menunjang progresifitas masyarakat.
Informasi yang telah terkumpul ditinjau secara terus-menerus,
kemudian diklasifikasi, diverifikasi, disistematisasikan, dan terakhir diambil
kesimpulan-kesimpulannya. Dengan demikian data-data lengkap yang telah
tersusun menjadi bermakna.
Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-
program aksi yang sudah terlaksana, peneliti bersama masyarakat merefleksikan

6
semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir). Refleksi
teoritis dirumuskan secara bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang
dapat dipresentasikan pada khayalak publik sebagai pertanggungjawaban
akademik.

E. Kajian Teori
1. Pengertian shorof

Ilmu sorof adalah induk dari ilmu bahasa Arab sebab melahirkan

berbagai macam bentuk kata yang mengambarkan berbagai macam ilmu.

Sedangkan ilmu Nahwu dikatakan sebagai bapaknya, karena ilmu Nahwu

dipergunakan untuk merngkai setiap kalimat dalam struktur susunan kalimat,

i’rab, model dan lain sebagainya. Oleh Sebab itu, tahap awal untuk

mempelajari bahasa Arab adalah mempelajari terlebih dahulu ilmu sorof

kemudian ilmu Nahwu.1

Tata bahasa (Qawaid) adalah aturan bahasa Arab agar seseorang dapat

menggunakan bahasa Arab dengan benar Ketika melakukan berkomunikasi,

sesuai dengan susunan gramatikal bahasa Arab itu sendiri. Secara garis besar

ilmu Qawaid terdiri dari atas dua bagian yaitu nahwu dan Soraf. Ilmu Nahwu

membahas tentang kaidah-kaidah huruf, kata, kalimat, dan bagaimana harakat

akhir sebuah kata.2 Dalam kitab Qawaid Al-shorfiyah di jelaskan bahwa ilmu

Sorof adalah ilmu yang membahas tentang perubahan keadaan kata, dari satu

betuk ke bentuk yang lain untuk mendatangkan makna yang dikehendaki. Ketika

1
Misbahussurur,Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu (Terjemah Berikut Penjelasan Kitab al-
Jurumiyyah),(Cilacap: Ihya Media, 2009), hlm. 2
2
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN Maliki Pres
2009), h. 93

7
kita belajar ilmu Soraf ada yang disebut dengan taṣrif, taṣrif adalah merubah asal

suatu kata menjadi beberapa bentuk kata yang berbeda-beda agar memperoleh

makna yang dikehendaki.3

Syaikh Musthofa Al-Galayani mengatkan; secara bahasa kata tashrif

artinya merubah, sedangkan secara istilah adalah ilmu yang membahas tentang

berbagai macam kaidah tentang bentuk kalimah dan huruf-hurufnya seperti

huruf asli, huruf tambahan, shahih, illat dan lain-lain. Berangkat dari pengertian

tasfrif secara istilah ini dapat ditarik penegertian bahwa sorof meliputi: 1)

merubah kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk menghasilkan makna

yang diinginkan, seperti merubah bentuk kata mashdar ke bentuk fiil madhi, fi’il

mudhori, fi’il amar, isim fa’il, isim maf‟ul, nisbat, tasghir, dan lain sebagainya.

2) mengubah kata yang tidak untuk mendatangkan makna baru, tetapi adanya

sebab lain yang berkaitan dengan proses penambahan huruf, pembuangan huruf,

penggantian huruf, pembalikan huruf, dan mengidghomkan huruf.4

Pengertian sorof secara bahasa adalah mengubah. Sedang menurut

istilah adalah mengubah bentuk asal kepada bentuk-bentuk lain untuk mencapai

arti yang dikehendaki yang hanya bisa tercapai dengan adanya perubahan.5 ‘ilm

3
M. Sholihuddin Shofwan, Mabadi‟ Shorfiyah Pengantar qowaid as-shorfiyah juz awwal,
(Jombang: Darul Hikmah 2000) hlm 1
4
Syekh Mushthafa Al Ghulaynaini, Tarjamah Jami‟ud durusil Arabiyyah, (Semarang; CV.
ASY SYIFA‟ 1992, hlm 413
5
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud
(Bandung:Sinar Baru Algensindo Offset, 2000), hal. 1

8
al-sharf adalah ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk

di dalamnya imbuhan.6

Bahasa Arab adalah bahasa yang pola pembentukan katanya sangat

beragam dan fleksibel, baik melalui cara derivasi (tashrif isytiqaqy) maupun

dengan cara infleksi (tashrif i’raby). Dengan dua cara tersebut, bahasa Arab

menjadi sangat kaya dengan kosakata.

Dengan demikian untuk dapat membaca dan memahami literatur bahasa

Arab setidaknya harus menguasai ilmu-ilmu yang mendukung yaitu Ilmu Nahwu

dan Sharaf, dan juga menguasai mufrodat sehingga ada sedikit gambaran tentang

isi teks yang sedang dibacanya. Hal ini agaknya selaras dengan ungkapan orang

Barat yang mengatakan bahwa” orang Eropa, dengan membaca dapat memahami

teks tetapi orang Arab harus faham dulu baru dapat membaca teks dengan

benar.7

Bahasa Arab dari segi pengembangan makna gramatikal ditandai

dengan Isytiqaq, yang menjadikan katakata Arab berubah secara elastis dalam

kata itu sendiri. Dari satu kata ‫ سلم‬dan ‫ سالمة‬umpamanya, dapat dikembangkan

menjadi jumlah kata seperti berikut ini: ‫ اسالم – سالمة – يسلم – سلم‬- ‫ مسلم – سالم‬- ‫سليم‬

– ‫وغيرها‬.

6
Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Lembaga Bahasa
Yassarna YBMQ Jakarta), hlm. 55
7
Taufiq Burj, Musykilat Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghairi an-Nathiqina
biha, dalam as-Sijl al-Ilm Li-Nadwah al-Alamiyah Li Ta’lim al-Arabiyyah
Li Ghairi an-Nathiqina biha, 1980. (Riyad : Imadat Syu’un al-Maktabat,
Kairo: Dar al-Ma’arif) h. 129

9
Bahasa Arab termasuk bahasa yang infleksi, pengembangan makna

gramatikal dilakukan dengan cara mengembangkan satu bentuk menjadi

sejumlah bentuk untuk menunjukan variasi makna yang berbeda. Lain halnya

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, yang dalam pengembangan makna

gramatikalnya banyak mengandalkan proses afiksasi (awalan, akhiran, sisipan),

dan reduplikasi (pengulangan), seperti pada tabel di atas. Dari perbandingan itu

tampak bahasa Arab lebih ajeg (qiyasi) dalam pemahaman makna, dan lebih

simpel bentuk pengembangannya (ijaz), karena perubahan terjadi secara

internal, tidak perlu banyak mengandalkan afiksasi atau reduplikasi.8

Adapun keterangan dari pengertian di atas adalah setiap mengubah

sesuatu dari bentuk asalnya, seperti mengubah bentuk rumah atau pakaian dan

sebagainya, itu adalah shorof menurut lughah. Sedangkan shorof menurut istilah

ialah mengubah dari bentuk asal pokok pertama kepada bentuk yang lain. Ada

yang mengartikan lain, yakni shorof adalah mengubah dari fi’il madhi kepada

fi’il mudhari’, masdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il nahi, isim makan, dan isim

alat. Adapun faedah perubahan itu adalah agar mendapatkan arti yang berbeda.9

Ilmu shorof memperhatikan studi konstruksi kata dari beberapa aspek


berikut:
a) Isytiqoq (derivasi) dari beberapa bentuk yang berubah-ubah dari asal
yang satu, contoh: (ka ta ba), kaatibun, maktuubun, kitabah, maktab, maktabah
dst.

(‫)ب ت ك‬: ،‫ كاتب‬،‫ مكتوب‬،‫ كتابة‬،‫مكتبة مكتب‬

8
Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Lembaga Bahasa
Yassarna YBMQ Jakarta), h. 17-18
9
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud, h. 2

10
b) Perubahan yang terjadi pada kata; penambahan dan pengurangan.
1) Perubahan pada penambahan: prefixes, suffixes, dan infixes yang
menemui kata dan menyebabkan pada perubahan makna, di sini ada perbedaan
jelas antara huruf asal dan huruf tambahan, awalan seperti pada fi’il mudhorik
yang dalam bahasa bahasa Arab terkumpul dalam kata (alif, nun ya’ dan ta’),
suffixes seperti tanda tatsniyah:(makna dua). ‫عالمين‬- ‫ عالمان‬dan jamak ,‫عالمون‬-
‫ عالمين‬suffixes seperti: alif tanda jamak taksir ( ‫ ) رجال‬, ta’ wazan ‫)التزام( افتعال‬
2) Perubahan pada pengurangan: hal ini bisa dicermati pada proses
i’lal, terkadang dengan membuang huruf dari kata, yaitu ada dua macam:
a) Membuang secara sima’I (diambil dari lisan/produk arab):
terbatas pada kata yang dibuang huruf akhirnya, dan tidak ada kaidahnya,
seperti:

،‫ أب‬،‫ أخ‬،‫ فم‬،‫ دم يد‬: ،‫ ابو‬،‫ اخو‬،‫ فمو‬،‫دمي يدى‬.


b) Membuang secara Qiyasy (keajegan): seperti membuang huruf
hamzah pada kata af’ala (dari fi’il mudhorik), seperti:10

‫ ا َك َر َم‬------ ‫ يؤكرم‬- --------- ‫ ِر ُم يُك‬.


‫ وعد‬------ ‫ يوعد‬- ---------- ُ‫ يَ ِعد‬.
ِ َ‫ ق‬------------------ ‫قَاض‬
‫اضي‬

2. Tujuan belajar ilmu shorof


Ilmu nahwu shorof sangat diperlukan dalam memahami literatur-litratur
Arab terutama Al-Qur’an dan hadith yang sulit dipahami dan bahkan banyak
yang memberikan interpretasi, melihat dari begitu pentingnya ilmu nahwu
shorof sehingga ada sebagian ulama yang menaungkan argumentasinya dalam
bentuk syair yang artinya sebagai berikut:11

10
Muhammad Muhammad dawud, al-arobiyyah wa ilmu al-lughoh al-hadits, , (kairo: Dar
gharib, 2001), hal 161
11
Misbah Musthofa, Al-Imrithy Gramatika Arab (Bangilan Tuban: Al-Balagh), hal. 4

11
a. Untuk memahami kalam Arab. Hal ini telah dijelaskan di kitab al-
‘Imrit}iy yang Artinya: Ilmu Nahwu lebih berhak dipelajari dahulu, karena
kalam Arab tanpa ilmu nahwu tidak akan bisa dipahami.
b. Untuk memahami kandungan al-Qur’an dan hadith yang sekiranya
sulit atau sukar. Hal ini juga diterangkan dalam kitab al-‘Imritiy yang artinya:
Dan mendalami bahasa Arab sangat penting bagi manusia agar mereka bisa
memahami al-Qur’an dan al-Sunnah yang rumit kandungan maknyanya.
Dengan adanya kedua fungsi di atas maka kita dianjurkan untuk tahu
ilmu nahwu shorof sehingga kita dapat berbicara bahasa Arab dan memahami
kandungan-kandungan al-Qur’an.
3. Istilah-istilah dalam belajar ilmu shorof

1. Tashrif
Pengertian dari Tasrif adalah Perubahan asal suatu kata kepada kata-
kata yang berbeda untuk mencapai arti yang di kehendaki. Seperti perubahan
dari bentuk Mufrad (satu) kepada Tastniyah (dua) dan Jamak (banyak) dan atau
bentuk Masdar (kata benda) kepada fi`il (kata kerja) atau wasf (kata sifat) atau
dengan maksud lafadz yakni meringankan ucapan seperti perubahan kata
qawala (‫ ) قول‬dan gazawa (‫ ) غزو‬menjadi qaala (‫ )قال‬dan gazaa (‫) غزا‬.12
Secara umum, suatu kata kerja berubah menjadi jenis perubahan kata
sebagai berikut :
1. Fi’il Madhi (kata kerja lampau, past tense)

2. Fi’il Mudhori‟ (kata kerja sekarang, present continuous tense)

3. Mashdar (kata benda)

4. Isim Faa'il (subjek, pelaku)

5. Isim Maf'ul (objek)

12
Al-Maraghi, 2010 : 4

12
6. Fi’il Amr (kata kerja perintah)

7. Fi’il Nahiy (kata kerja larangan)

8. Isim Zaman (nama waktu), Isim Makan (nama tempat), Isim


Alat (nama alat). Untuk yang kedelapan ini merupakan bentuk tashrif yang
jarang ditemui, karena penggunaannya benar-benar sima'i, artinya dipakai
tergantung dari penggunaannya dikalangan orang Arab.

2. Wazan
Wazan merupakan suatu rumus baku, dimana setiap kata kerja nantinya
akan masuk ke salah satu dari 35 rumus baku perubahan kata. Dari 35 wazan
atau bab, 6 diantaranya untuk kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi
Mujarrad). Selebihnya (29 bab yang lain), untuk kata kerja yang lebih dari 3
huruf Wazan biasanya menggunakan kata fa-'ain-lam (‫)فعل‬. Perbedaan antara
tashrif dan wazan yaitu tashrif adalah perubahannya sedangkan wazan adalah
rumusnya.

3. Fi’il-fi’il Tsulatsi Mujarrad

Dalam Ilmu Sharaf kata kerja yang terdiri dari tiga huruf atau disebut
dengan Fi’il Tsulatsi Mujarrad terdiri dari 6 bab.

4. Fi’il Shohih
Fi’il shohih merupakan fi’il yang di dalamnya tidak terdapat huruf
‘ilah.

4. Pembahasan ilmu Sharaf

Ruang lingkup sorof terbagi atas beberapa komponen, antara lain:

perubahan bentuk - bentuk kata dari kata kerja menjadi kata benda dan

sebaliknya, perubahan bentuk - bentuk kata, sesuai dlomir dan kuantitas isi

13
yang dikandungnya, pergantian, pembuangan atau pemindahan salah satu

huruf pada sebuah kata atau juga penambahan, perubahan syakal (harakat)

selain pada syakal yang terakhir pada suatu kata, sifat sebuah kata.Muhtarom

Busyro menyatakan bahwa manfaat ilmu sorof adalah untuk menjaga lisan agar

jangan sampai salah ucap dalam tiap – tiap kata atau kalimat dan untuk menjaga

peraturan

– peraturan bahasa Arab dalam tulisan.Dalam makalah yang ditulis oleh Mamat

Zaenudin diterangkan secara singkat bahwa manfaat mempelajari ilmu antara

lain: mengetahui asal kata, mengetahui huruf – huruf tambahan, mengetahui

ibdal, mengetahui i’lal, mengetahui idgham.

Kitab – kitab yang mengkaji ilmu sorof sangat banyak jumlahnya.

Adapun kitab atau buku yang mengkaji sorof (Mu’minin, 2009: xvii) antara

lain: Jami’ ad-Durūs al-Lugoh al-‘Arabiyah, Jamarah al-Lugah, Syarh al-

Ajurūmiyah, Syarh al-Kāfiyah, Syarh al-Fiyah Ibnu Mālik, Al-Kha’şaiş, Syarh

Al Muluki fi at- Taȏrif, Al-Hadi fi ‘Ilmu aş-Şarf, Al Amtsilah at-Taşrifiyah,

Alfiyah Ibnu Malik, Shorof Praktis Metode Krapyak, Syarh li Taşrif al ‘Izzy,

Syarh al- Ajurumiyah, Syarh al-Kāfiyah, Syarh al- Muluki fi at-Taşrif dan lain

– lain.13

13
Eka Safitri, Penerapan metode krapyak dalam pembelajaran saraf di pesantren, Jurnal Al
Bayan Vol.9, No.2,Bulan Desember Tahun 2107, h. 208

14
BAB III
PELAKSANAAN PENGABDIAN

A. Gambaran Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian berlangsung pada hari kamis-
Jum’at, 13, 20, 27 Nop. 2020, dengan dihadiri 50 orang peserta dari santri PP. Al-
Furqon Darul Falah 5. Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa rangkain
kegiatan diantaranya adalah pertama; sebelum menyampaikan materi pelatihan,
pemataeri melakukan pretest kepada para peserta dampingan, kemudian setelah
mendapatkan hasil dari nilai pretes, kemudian pemateri merumuskan hal-hal apa
saja yang harus diberikan kepada para peserta.
Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan materi pembelajaran
sharaf, penyampaian materi ini dibagi menjadi tiga sesi yaitu pertama sesi
menyampaikan konsep tentang teknik menghafal tasrifan, kedua; materi tentang
perubahan makna lafadh yang mengikuti perubahan shighat, ketiga; materi
praktek penerapan teknik menghafal tashrifan dan ,masing-masing materi ini
disampaikan dalam durasi 3 jam. Materi pertama disampaikan pada hari Jum’at
tanggal 13 Nopember 2020, materi kedua disampaikan pada hari Jum’at tanggal
20 Nopember 2020, dan materi ke tiga disampaikan pada hari Jum’at tanggal 27
Nopember 2020.

B. Teori yang dihasilkan dari Pendampingan


Setelah peneliti melakukan proses pendampingan dalam pelatihan
pembelajaran shorof bagi santri PP. Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir Diwek
Jombang, maka kami dapat menyimpulkan beberapa teori tentang pembelajaran
shorof adalah sebagai berikut:
Pertama, Talqin yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh
seorang guru dengan membaca tashrifan, lalu ditirukan sang murid secara
berulang-ulang sehingga nancap dihatinya. Dengan metode ini santri membaca
tashrifan yang akan dihafal secara berulang-ulang jumlah pengulangan

15
bervariatif sesuai dengan kebutuhan masing-masing santri, cara ini akan
memerlukan kesabaran dan aktu yang banyak
Kedua, talaqqi yaitu dengan cara sang murid mempresentasikan
hafalan sang murid kepada gurunya . Dalam metode ini hafalan santri akan diuji
oleh guru pembimbing, seorang santri akan teruji dengan baik jika dapat
membaca dan menghafal dengan lancar dan benar tanpa harus melihat catatan.
Ketiga, mu’aradah yaitu murid dengan murid yang lain membaca
saling bergantian. Penghafal hanya memerlukan keseriusan dalam
mendengarkan tashrifan yang akan dihafal yang dibacakan oleh orang lain.
Adapun jika kesulitan mencari orang untuk diajak menggunakan metode ini,
penghafal masih bisa menggunakan rekaman tashrifan yang dapat diunduh dari
youtube atau internet.
Keempat, muroja’ah yaitu mengulangi atau membaca kembali
tashrifan yang sudah di hafal. Metode ini dapat dilakukan secara sendiri dan juga
bisa bersama orang lain. Melakukan pengulangan bersama orang lain merupakan
kebutuhan yang sangat pokok untuk mencapai kesuksesan dalam menghafal
tashrifan. Teknik pelaksanaannya dapat diadakan perjanjian terlebih dahulu,
antara tempat dan waktu pelaksanaan serta banyaknya tashrifan yang akan
dimuraja’ah.

16
BAB IV
DISKUSI KEILMUAN

A. Diskusi Data
Dalam PKM pembelajaran sharaf ini, analisis data merupakan tahap
yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa
informan yang telah di pilih selama pedampingan berlangsung. Selain itu juga
berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran hasil dampingan.
Analisis data ini telah dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses
pengumpulan data di lapangan dampingan.
secara rinci dapat kami sajikan secara lebih rinci di bawah ini agar lebih
memudahkan untuk menganalisisnya. Adapun data hasil pendampingan yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Mengenal maca-macam metode menghafal tashrifan.
Para peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan pembelajaran
sharaf ini dapat mengenal dan memahami pengertian sharaf, macam-macam
metode menghafal tashrifan yang meliputi Setelah peneliti melakukan proses
pendampingan dalam pelatihan pembelajaran shorof bagi santri PP. Al-Furqon
Darul Falah 5 Cukir Diwek Jombang, maka kami dapat menyimpulkan
beberapa teori tentang pembelajaran shorof adalah sebagai berikut:
Pertama, Talqin yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan
oleh seorang guru dengan membaca tashrifan, lalu ditirukan sang murid
secara berulang-ulang sehingga nancap dihatinya. Dengan metode ini santri
membaca tashrifan yang akan dihafal secara berulang-ulang jumlah
pengulangan bervariatif sesuai dengan kebutuhan masing-masing santri,
cara ini akan memerlukan kesabaran dan aktu yang banyak
Kedua, talaqqi yaitu dengan cara sang murid mempresentasikan
hafalan sang murid kepada gurunya . Dalam metode ini hafalan santri akan
diuji oleh guru pembimbing, seorang santri akan teruji dengan baik jika
dapat membaca dan menghafal dengan lancar dan benar tanpa harus melihat
catatan.

17
Ketiga, mu’aradah yaitu murid dengan murid yang lain
membaca saling bergantian. Penghafal hanya memerlukan keseriusan dalam
mendengarkan tashrifan yang akan dihafal yang dibacakan oleh orang lain.
Adapun jika kesulitan mencari orang untuk diajak menggunakan metode ini,
penghafal masih bisa menggunakan rekaman tashrifan yang dapat diunduh
dari youtube atau internet.
Keempat, muroja’ah yaitu mengulangi atau membaca kembali
tashrifan yang sudah di hafal. Metode ini dapat dilakukan secara sendiri dan
juga bisa bersama orang lain. Melakukan pengulangan bersama orang lain
merupakan kebutuhan yang sangat pokok untuk mencapai kesuksesan
dalam menghafal tashrifan. Teknik pelaksanaannya dapat diadakan
perjanjian terlebih dahulu, antara tempat dan waktu pelaksanaan serta
banyaknya tashrifan yang akan dimuraja’ah.
2. Memahami perubahan makan lafadh
Setiap lafadh dalam bahasa Arab akan mengalami perubahan
makan mengikuti macam-macam fungsi tashrifan dan shighatnya, sehingga
mereka bisa memahami peruabahan makna akan terjadi bila suatu lafadh
tersebut dirubah bentuk shighatnya dan tashrifannya. Satu lafadh akan
memiliki banyak turunan makna bila ia dirubah menjadi shighat yang
lainnya dan bentuk wazan yang lainnya.
3. Mempraktekkan teknik menghafal tashrifan Sharaf.
Ketika para peserta mengetahui macam-macam metode menghafal
tashrifan Sharaf, mereka akan berusaha untuk menghafalkan tasrifan yang ada
dalam kitab shorof tersebut dengan lebih mudah dan menyesuiakan dengan
kapasitas kemampuan diri mereka sendiri, mereka bisa memilih metode mana
yang paling pas dengan diri mereka sendiri, dan sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing santri sehingga mereka tidak merasa terbebani dengan
hafalan-hafalan yang lain.
B. Follow Up
Setelah dilakaukannya kegiatan pendampingan berupa pelatihan
pembelajaran sharaf dengan mengacu berbagai macam kekurangan dan

18
potensinya, maka peneliti dapat memperagrampak sebagai bagian dari follow up
dari kegiatan dampingan ini, diantaranya adalah:
1. Para santri membiasakan diri untuk menghafalkan amtsilah tashrifiyah
menggunakan metode-metode yang sudah dipelajari dalam pelatihan ini.
2. Pesantren memasukkan kegiatan menghafal amtsilah tashrifiyah dalam
kurikulum pesantrennya dan dijadikan sebagai salah satu syarat kelulusan
dari pesantren.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah selesai melakukan kegiatan pendampingan ini dapat kami
samapain beberapa kesimpuannya, daintaranya adalah sebagai berikut:
1. Para peserta dampingan dapat memahami berbagai macam jenis metode
menghafal tashrifan yang terdapat dalam kitab amtsilah tashrifiyah.
2. Peserta dampingan dapat memahami berbagai macam bentuk perubahan
makna lafadh sesuai dengan perubahan bentuk wazan dan shighatnya.
3. Peserta dampingan dapat memperaktekkan berbagai macam metode
menghafal tashrifan sesuai dengan kondisi masing-masing, baik
kemampuan, waktu, dan situasinya.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat kami sampaikan agar kegiatan dapingan
seperti ini dapat lebih ditingkatkan lagi manfaatnya dengan cara:
1. Mengadakan evaluasi secara berkala terhadap hafalan tashrifan para santri PP.
Al-Furqon Darul Falah 5 Cukir Diwek Jombang.
2. Terdapat kesinambungan pelatihan seperti ini agar kemapuan peserta
dampingan dapat terus terupgreat dan terus meningkat.
3. Alokasi waktu kegiatan perlu ditambah lagi.

20
DAFTAR REFERENSI

Misbahussurur,Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu (Terjemah Berikut Penjelasan


Kitab al- Jurumiyyah),(Cilacap: Ihya Media, 2009)
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN
Maliki Pres 2009)
M. Sholihuddin Shofwan, Mabadi‟ Shorfiyah Pengantar qowaid as-shorfiyah juz
awwal, (Jombang: Darul Hikmah 2000)
Syekh Mushthafa Al Ghulaynaini, Tarjamah Jami‟ud durusil Arabiyyah,
(Semarang; CV. ASY SYIFA‟ 1992)
Moch Anwar, Ilmu Sharaf Terjemah Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud
(Bandung:Sinar Baru Algensindo Offset, 2000)
Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Lembaga
Bahasa Yassarna YBMQ Jakarta)
Taufiq Burj, Musykilat Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghairi an-Nathiqina biha, dalam as-
Sijl al-Ilm Li-Nadwah al-Alamiyah Li Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghairi an-
Nathiqina biha, 1980. (Riyad : Imadat Syu’un al-Maktabat, Kairo: Dar al-
Ma’arif)
Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, (Lembaga
Bahasa Yassarna YBMQ Jakarta)
Muhammad Muhammad dawud, al-arobiyyah wa ilmu al-lughoh al-hadits, , (kairo:
Dar gharib, 2001)
Misbah Musthofa, Al-Imrithy Gramatika Arab (Bangilan Tuban: Al-Balagh, tt)
Eka Safitri, Penerapan metode krapyak dalam pembelajaran saraf di pesantren,
Jurnal Al Bayan Vol.9, No.2,Bulan Desember Tahun 2107, h. 208

21

Anda mungkin juga menyukai