Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Model dan Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu:
Dr. Nur Aisyah, M. Pd

Oleh :
Rahmatul Aziz Al-Mursyidin
M. Wahyu Hidayat
Muhammad Asnawi

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
UNIVERSITAS NURUL JADID
PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya kepada penulis, yang pada kesempatan kali ini penulis dapat
menuangkan tinta untuk mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Sholawat serta salam marilah selalu kita hadirkan kepada baginda kita Nabi besar
Muhammad SAW sebagai uswah al hasanah yang senantiasa diharapkan syafaatnya
dihari kiamat.
Dalam penyusunan makalah ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. KH.Zuhri Zaini,BA selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid


2. Dr.KH Hamid Wahid,M.Ag selaku rektor Universitas Nurul Jadid
3. Dosen Dr. Nur Aisyah, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan
Model dan Strategi Pembelajaran PAI
4. Rekan-rekan yang selalu memberi semangat serta dukungannya kepada penulis.

Seperti pepatah mengatakan”tiada gading yang tak retak”. Penulis sadar bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kritik dan saran dari pembaca penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin Ya robbalalamin

Probolinggo,1 Desember 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang turut menentukan prestasi seseorang.
Keberhasilan pendidikan di madrasah sangat tergantung pada proses belajar
mengajar di kelas. Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat banyak unsur yang
saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses mengajar. Unsur-unsur
tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajar, tes, dan
lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut juga sangat berperan dalam
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Seperti yang dijelaskan definisi pendidikan
di Indonesia yaitu yang tercantum dalam Undang-Undang tentang sistem
pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal I ayat I yang mengemukakan
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyrakat, bangsa dan Negara.1 Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional
yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran meliputi suatu
komponen, salah satu komponen pembelajaran yang harus diperhatikan adalah
metode.2

1
Ramayulis, Ilmu Pendidika . (Palembang: Grafika Telindo Press, 2011), h. 1-2
2
Hamruni, Strategi Pembelajaran. (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 11
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimpletasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran, atau dapat didefenisikan sebagai cara kerja yang
bersistematis dalam memudahkan dalam pelaksanaan suatu kegiatan guna tercapainya
suatu tujuan yang ditentukan. Metode pembelajaran merupakan cara guru melakukan
atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Banyak metode atau cara yang
dilakukan guru untuk menjelaskan konsep, fakta, dan prinsip kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran, salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran kontekstual adalah dengan melalui metode pemecahan masalah (problem
solving)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa pencetus Problem Solving?
2. Apa Pengertian metode problem solving?
3. Apa Tujuan dan manfaat metode problem solving?
4. Bagaimana Langkah-langkah metode problem solving?
5. Apa Kelemahan dan kelebihan metode problem solving?
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI BAPAK PROBLEM SOLVING , GEORGE POLYA (1887 – 1985)

Masa kecil
Pasangan suami istri berdarah Yahudi, Jakab Polya dan Anna Deutsch, menikah
dan lahirlah Geolge Polya pada 13 Desember 1887 sebagai anak keempat dari lima
bersaudara. Keluarga ibu sudah beberapa generasi tinggi di kota Buda, namun pada
tahun 1872, kota Buda digabung dengan kota Obuda dan Pest dan hasil merjer kota ini
adalah kota Budapest. Meskipun menyandang nama Polya sebagai nama keluarga dan
anaknya awalnya bernama Gyorgy (kemudian disebut George) ketika baru lahir, namun
nama Polya ini hanya disandang selama lima tahun. Jakab Polya berganti nama menjadi
Jakab Pollak. Untuk mengetahui pergantian nama ini, kita perlu mengetahui karir Jakab
dan sedikit tentang sejarah Hongaria.

Mempelajari bahasa

Ibunya ingin agar George meneruskan profesi ayahnya sebagai seorang pengacara
dengan kuliah di bidang hukum. George lulus sekolah dasar pada tahun 1894, sebelum
melanjutkan di Daniel Berzsenyi Gymnasium guna belajar bahasa Yunani klasik dan
bahasa Latin selain bahasa Jerman modern maupun bahasa asli Hongaria. Minat George
adalah biologi dan studi kepustakaan, namun menonjol dalam bidang geografi dan
subyek-subyek lain. Matematika bukan bidang yang disukai George. Di sekolah, nilai
mata pelajaran geometri mendapat nilai sedikit lebih baik dibanding aritmatika.
Disinyalir bahwa cara mengajar guru yang salah membuat anak tidak dapat berprestasi.

Banting ‘setir’

George lulus dan masuk universitas Budapest pada tahun 1905 dengan biaya
ditanggung oleh Jeno yang sudah menjadi seorang ahli bedah. Awalnya George
mengambil jurusan hukum, namun hanya bertahan satu semester karena dianggapnya
membosankan. Banting setir dengan belajar berbagai bahasa dan kepustakaan yang
menjadi minat utamanya, namun bertahan selama 2 tahun yang memperoleh sertifikat
sebagai bekal untuk mengajar bahasa Latin di sekolah menengah. Kecewa dengan
kenyatan ini, George memutuskan untuk belajar filsafat, namun seorang profesor,
Bernat Alexander, menyarankan agar George mengambil mata pelajaran fisika dan
matematika untuk membantu memahami filsafat. Nasihat ini dituruti dan George belajar
matematika. Disebutkannya bahwa fisika terlalu sulit dan filsafat terasa terlalu mudah,
sedang matematika berada di tengah-tengah. Di universitas Budapest, Polya belajar
fisika di bawah Eotvos dan matematika dibimbing oleh Fejer. Fejer, pada saat itu,
adalah salah seorang matematikawan terkemuka Hongaria. Bersama Fejer, Polya
membuat karyakarya kolaborasi, dimana pengaruh Fejer *) sangat terasa pada karya-
karya Polya di kemudian hari. Tahun 1910 - 1911, Polya kuliah di universitas Vienna,
dengan uang yang diperoleh lewat mengajar anak-anak orang kaya sebagai dosen
pribadi. Di sini, kembali, Polya mendapatkan matematika dari tangan Wirtinger dan
Mertens meskipun menambah pengetahuan fisika dengan kuliah teori relativitas, optik
dan topik-topik lainnya. Tahun berikutnya, Polya kembali ke Budapest dan dianugerahi
dengan gelar doktorat di bidang matematika, terutama, dengan belajar sendiri, teori
probabilitas geometri. Tahun 1912 dan 1913 kembali menekuni

matematika di Gottingen lewat kumpulan matematikawan terkemuka di dunia


seperti: Hilbert, Weyl, Edmund Landau, Runge, Courant, Hecke dan Toeplitz.

Karya kolaborasi Polya

Polya bertemu dengan Szego di Budapest pada kisaran tahun 1913, ketika yang baru
saya pulang menuntut ilmu di mancanegara. Szego pada saat itu masih mahasiswa di
Budupest dan bersama dengannya Polya mendiskusikan praduga (conjecture) karyanya
terntang koefisien-koefisien Fourier. Szego tertarik untuk membuktikan praduga Polya
yang dijadikan karya publikasi perdananya. Beberapa tahun kemudian, ketika Polya
memutuskan untuk menulis buku tentang problem- problem dalam analisis, maka dia
meminta bantuan Szego dan hampir selama dua tahun mereka bekerja bersama.
Hasilnya buku karya Polya dan Szego tentang problem-problem dalam analisis sangat
berbeda. Polya menjelaskan bahwa bukan problem yang menjadi subyek, tapi metode
dalam solusi lebih menjadi penekanan. Mereka bersamasama menemui penerbit pada
tahun 1923 dan karya mereka diterbitkan dalam dua jilid. Tahun 1920, Polya diangkap
menjadi profoseor luar biasa di ETZ disusul memperoleh bea siswa dari Rockefeller
(Rockefeller Dellowship) pada tahun 1924, yang memungkinkan dirinya belajar
bersama Hardy di Inggris. Mulai tahun itu, Polya terkadang berada di Oxford atau
Cambridge, bekerja bersama Hardy dan Littlewood. Buku karya trio matematikawan ini
terbit pada tahun 1934 dengan judul Inequalities. Sambil mengerjakan buku itu, Polya
juga membuat 31 makalah pada kurun waktu 1926-1928. Jangkauan topik, kedalaman
dan banyaknya publikasi yang dilakukannya membuat diangkat menjadi Ordinary
profesor di ETH pada tahun 1928.

B. PENGERTIAN METODE PROBLEM SOLVING


Hanlie Murray, Alwyn Oliver, dan Piet Human menjelaskan bahwa pembelajaran
penyelesaian masalah (Problem Solving) merupakan salah satu dasar teoritis dari
berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah (Problem) sebagai isu
utamanya, termasuk juga Problem Based Learning dan Problem Posing. Akan tetapi
dalam praktiknya problem solving lebih banyak diterapkan untuk pelajaran
Matematika.3 Metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa.4

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar


metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.5 metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.6 Dapat
disimpulkan metode problem solving yaitu suatu cara atau prosedur pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu yang memecahkan suatu permasalahan dan bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, siswa untuk
menyelesaikan persoalan

Dalam pelaksanaan pemecahan masalah, guru hendaknya membimbing siswa


melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Siswa dibimbing oleh guru memilih dan merumuskan masalah
2. Siswa menyadari mengapa permasalah tersebut dipilihnya merupakan suatu
masalah dan bagaimana kemungkinan alternatif pemecahannya
3. Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis selanjutnya
melaksanakan pengumpulan data
4. Siswa menarik kesimpulan dari data yang diperoleh
Ciri-ciri permasalahan yang baik sesuai dengan tujuan dari pembelajaran model
pembelajaran problem solving yaitu:
1. Permasalahan hendaknya nyata dan dapat mengembangkan/mempertinggi mental
siswa-siswa untuk memecahkannya.
2. Permasalahan hendaknya bermakna bagi siswa-siswa sehingga mereka

3
Miftahul Huda, Model-model pengajaran dan pembelajaran isu-isu metodis dan paradigmatic,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 273
4
Adang Heriawan,. Metodologi pembelajaran kajian teoristik prakstis model, pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran. Serang Banten: LP3G (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan
Profesi Guru, 2012), h. 92
5
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2006), h. 103
6
Sudirman,dkk., Ilmu Pendidikan.( Bandung: Remadja Karya ,1987), h.67
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
3. Permasalahan hendaknya sama dengan tujuan sekolah/pendidikan dan sesuai pula
dengan lingkungan belajar siswa.

Permasalahan hendaknya sesuai dengan kemampuan siswa-siswa yang


memungkinkan mereka dapat melaksanakannya.7

C. TUJUAN DAN MANFAAT METODE PROBLEM SOLVING

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar
untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri (1983:133)
metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain :

a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta


dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan
bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam
situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam
berbagai macam ragam altenatif
d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir
objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok.

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian


menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.

Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan


penemuan.8
D. LANGKAH-LANGKAH METODE PROBLEM SOLVING

Langkah-langkah penyelesaian masalah dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :9

7
Joseph Mbulu, Pengajaran Individual Pendekatan Metode Dan Media Pedoman Mengajar Bagi
Guru Dan Calon Guru, (Malang: Yayasan Elang Emas, 2001), h. 155
8
Ahmad Kosasih Dhajiri,. Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VTC,
(Bandung : Jurusa PMPKn IKIP, 1985), h. 133
9
W Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), h. 115
Tahap – Tahap Kemampuan yang diperlukan

1. Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah

secara jelas
2. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk
memperinci menganalisa masalah dari
berbagai sudut

3. Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang


lingkup, sebab – akibat dan
alternative penyelesaian

4.Mengumpulkan dan mengelompokkan Kecakapan mencari dan menyusun data


data sebagai bahan pembuktian hipotesis menyajikan data dalam bentuk
diagram,gambar dan tabel

5. Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas


data, kecakapan menghubung –
hubungkan dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan

kesimpulan

6. Menentukan pilihan penyelesaian Kecakapan membuat altenatif


penyelesaian kecakapan dengan
memperhitungkan akibat yang terjadi
pada setiap pilihan
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan
melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut: 10

1. Mendifinisikan Masalah

Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:


a) Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis
maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa untuk merumuskan masalahnya
dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka
dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar
atau salah pendapat tersebut.
b) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang
relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate)
perumusan – perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan
yang paling tepat dipakai oleh semua.
2. Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok
kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya masalah
3. Merumuskan Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara
penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif,
berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya
temu yang tinggi
4. Menentukan dan menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan
dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang
cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
a) Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
b) Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah


yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem solving
sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah
10
W Gulo, Strategi Belajar Mengajar, h 117
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah
kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan
merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk
bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan
menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan dalam menentukan pilihan
pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan
membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan
mengambil keputusan.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE PROBLEM SOLVING


Kelebihan dari metode problem solving sebagai berikut:
1. Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan , khusunya dengan dunia kerja.
2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi
permasalahan didalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak,
suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3. Metode ini merangsang siswanya secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam
proses belajarnya, siswa banyak nmelakukan mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
Adapun kekurangan metode problem solving yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir
siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang
beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok SLTP, SLTA
dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat
kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu
yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi
dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri
atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.11

11
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, h. 92 -93
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pasangan suami istri berdarah Yahudi, Jakab Polya dan Anna Deutsch, menikah dan
lahirlah Geolge Polya pada 13 Desember 1887 sebagai anak keempat dari lima
bersaudara. Keluarga ibu sudah beberapa generasi tinggi di kota Buda, George lulus
dan masuk universitas Budapest pada tahun 1905 dengan biaya ditanggung oleh Jeno
yang sudah menjadi seorang ahli bedah. Awalnya George mengambil jurusan
hukum, namun hanya bertahan satu semester karena dianggapnya membosankan.
Banting setir dengan belajar berbagai bahasa dan kepustakaan yang menjadi minat
utamanya, namun bertahan selama 2 tahun yang memperoleh sertifikat sebagai bekal
untuk mengajar bahasa Latin di sekolah menengah. Kecewa dengan kenyatan ini,
George memutuskan untuk belajar filsafat.
2. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan. metode problem solving adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya
oleh siswa.
3. manfaat antara lain :
a. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan,
serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri.

b. kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan


berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
c. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi
atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai
macam ragam altenatif
d. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir
objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok.

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian


menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan
penemuan.
4. langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan
pembelajaran problem solving sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah
b. Menelaah masalah
c. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
d. Pembuktian hipotesis
e. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
5. Kelebihan dari metode problem solving sebagai berikut:
a. Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan , khusunya dengan dunia kerja.

b. belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa


menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi
permasalahan didalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak,
suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
c. Metode ini merangsang siswanya secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam
proses belajarnya, siswa banyak nmelakukan mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
Adapun kekurangan metode problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir
siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang
beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok SLTP, SLTA
dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat
kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu
yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi
dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri
atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Dhajiri, Ahmad Kosasih Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral-VCT dan


Games dalam VTC. Bandung : Jurusa PMPKn IKIP, 1985.

Djamara, Syaiful Bahri dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rineka Cipta, 2006.

Gulo, W Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo,


2002. Hamruni, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Insan
Madani, 2012
Heriawan, Adang, Metodologi pembelajaran kajian teoristik prakstis model,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Serang Banten:
LP3G Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru, 2012.

Huda, Miftahul Model-model pengajaran dan pembelajaran isu-isu metodis dan


paradigmatic, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Mbulu, Joseph Pengajaran Individual Pendekatan Metode Dan Media Pedoman


Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Yayasan Elang Emas, 2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidika . Palembang: Grafika Telindo Press,
2011. Sudirman,dkk., Ilmu Pendidika, Bandung: Remadja Karya
,1987.

Anda mungkin juga menyukai