Anda di halaman 1dari 14

Konsep Dasar Kurikulum Menurut Loris Malaguzzi

(Reggio Emilia)

Disusun Oleh:
Ana Oktaviani 1105620029
Astrid Shifa Safitri 1105620052
Jasmine Safira Putri Kania 1105620058

Dosen Pengampu:
Dr. Hapidin, M.Pd & Rahmah Novianti, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena dengan
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wassalam serta umatnya. Semoga kami mampu meneladani beliau sebagai manusia
yang berguna.

Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Dasar Kurikulum dengan judul “Konsep Dasar Kurikulum Menurut Loris
Malaguzzi”. Makalah ini tentu tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Hapidin, M.Pd dan Rahmah Novianti, S.Pd.,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Kurikulum dan semua pihak yang telah
membantu memberikan saran serta masukan untuk menyempurnakan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berguna di masa yang akan datang.

Jakarta, 25 September 2022

Hormat Kami,
Kelompok 9

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filosofi tentang Anak
2.2 Peran Pendidik
2.3 Tujuan Pendidikan
2.4 Konten Pendidikan
2.5 Proses Pembelajaran
2.6 Pengaturan Ruangan
2.7 Asesmen

BAB III PENUTUP


3.1 Penutup

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum adalah rencana tertulis berdasarkan prinsip perkembangan anak yang
sesuai dengan program standar pencapaian, yang berisi tujuan akhir perkembangan dan
pembelajaran anak-anak, pengalaman yang diperoleh jika anak-anak mencapai tujuan, peran
pengajar dan orang tua dalam mencapai tujuan, material yang diperlukan untuk penerapan
kurikulum. Kurikulum lebih dari sebuah kumpulan aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga
berisi ide yang kompleks tentang tujuan, isi, dan pedagogis.
Pembelajaran Reggio Emilia adalah pendekatan pembelajaran yang diciptakan oleh
tokoh yang bernama Loris Mallaguzzi untuk anak usia dini yang berasal dari kabupaten
Reggio Emilia, provinsi Romagna, Italia Utara tahun 1963. Secara umum pembelajaran
Reggio Emilia berisi tentang pendidikan untuk anak usia dini yang didasarkan kepada
hubungan anak, guru dan staf, orangtua, dan lingkungan fisik. Pembelajaran Reggio Emilia
menurut Helm & Katz (dalam Barinci, 2018) adalah pembelajaran yang membangun semua
aspek program atas dasar kebutuhan, minat, dan perbedaan anak-anak. Sehingga jelas pada
pembelajaran tersebut guru bukan pencetus ide dari tema sebuah pembelajaran, melainkan
anak-anak itu sendiri. Dalam pembelajaran Reggio Emilia terdapat prinsip inti antara lain
pengembangan pemikiran kritis, keterlibatan, eksplorasi, diskusi, berhipotesis dan
penyelesaian masalah oleh anak-anak. Pembelajaran Reggio Emilia menurut Arifin (2009:7)
secara khusus sangat mementingkan tiga unsur utama dalam pendidikan anak usia dini yaitu
tenaga pendidik, orangtua, dan masyarakat. Pada pembelajaran Reggio Emilia menganggap
anak anak dari masa awal mereka sebagai pembelajar yang kompeten yang layak
mendapatkan setiap kesempatan untuk memenuhi potensi mereka (Hall et al, 2014:39). Dari
beberapa unsur penting dalam pembelajaran Reggio Emilia ini didukung dengan kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan anak, dan dikenal sebagai kurikulum emergen yaitu
merupakan kurikulum yang dibuat berdasarkan pada kepentingan anak-anak, tema dari
pembelajaran diambil dari apa yang disampaikan oleh anak-anak, masyarakat atau keluarga
serta peristiwa atau kondisi sekitar yang dikenali oleh anak-anak, misal genangan air,
bayangan, dinosaurus, dan lain-lain. Di dalam pembelajaran Reggio Emilia tim perencana
kurikulum merupakan komponen penting.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filosofi tentang Anak


Loris Malaguzzi seorang pendidik asal Italia yang mendirikan Pendekatan Reggio
Emilia. Setelah Perang Dunia II berakhir di utara kota, yaitu kota Reggio Emilia. Terdapat
beberapa sukarelawan yang terdiri dari orang tua dan guru yang dipimpin oleh Loris
Malaguzzi yang berinisiatif untuk membangun sekolah. Hal ini terjadi ketika orang tua
merasa rindu untuk mendidik anak-anaknya kembali pasca Perang Dunia II dan juga orang
tua merasa bahwa pada tahun awal perkembangan, anak akan mengalami proses untuk
membentuk diri sebagai seorang individu. Berdasarkan kondisi ini, lahirlah sebuah program
pendidikan yang berprinsip rasa hormat, tanggung jawab, dan kebersamaan melalui
eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan memperkaya minat anak. Dengan ini, Loris
Malaguzzi mendirikan Pendekatan Reggio Emilia yang didirikan di kota Italia Utara bernama
Reggio Emilia.
Loris Malaguzzi merupakan seorang constructivist yang pemikirannya yang
dipengaruhi oleh John Dewey, Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky. Model pembelajaran
ini membantu anak untuk dapat belajar dengan membangun konstruksi pembelajaran mereka
sendiri yang mana selaras dengan pemikiran John Dewey mengenai cognitive construction,
anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang semuanya dilakukan dengan cara
berpikir ekspresif, komunikatif, dan ilmiah. Dalam pembelajarannya pendekatan Reggio
Emilia menggunakan bermain.
Pendekatan ini memandang anak sebagai pembelajar yang kompeten, sehingga model
kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak seutuhnya. Selain itu pendidikan
ini berpusat pada anak yang bergantung pada keyakinan bahwa anak-anak adalah individu
yang kuat, cakap, dengan kemampuan dan keinginan untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri. Walaupun anak dilihat sebagai sosok yang mampu, mereka juga memerlukan bantuan
lingkungan, seperti material guru, atau teman sebaya dalam menyusun pengetahuannya hal
ini berkaitan dengan teori Vygotsky. Maka dari itu, pendekatan ini percaya bahwa, anak-anak
belajar melalui interaksi dengan teman, melibatkan orang tua, guru, serta interaksi dengan
lingkungan setempat. Pendekatan ini juga melihat anak sebagai seseorang yang harus
dihormati karena anak bukan wadah kosong, melainkan anak memiliki potensi. Anak
memiliki 100 bahasa yang artinya bahwa anak terlahir dengan banyak cara untuk
mengkomunikasikan isi hati dan pikiran mereka atau mengekspresikan pikirannya melalui
100 cara. Pendekatan ini juga melihat anak sebagai seorang komunikator yang dapat
berkomunikasi melalui banyak media, seperti gambar, tulisan, bermain, menari,
menggunakan simbol, dll)
Dalam Pendekatan ini terdapat tiga prinsip, yaitu:
1. Pendidikan yang berpusat pada anak.
2. Memperhatikan perkembangan anak dan hubungannya dengan lingkungan
mereka yang dimana lingkungan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu peran
lingkungan fisik dan peran lingkungan sebagai guru.
3. Orang tua merupakan komponen vital dalam pendekatan ini.

2.2 Peran Pendidik


Dalam pembelajaran Reggio Emilia memiliki tiga unsur penting yaitu guru, orang tua,
dan lingkungan. Pendekatan ini dipandang sebagai sumber atau inspirasi untuk membantu,
pendidik, orang tua, dan anak-anak ketika mereka bekerja sama untuk mengembangkan
program pendidikan merek sendiri. Di mana masing-masingnya memiliki peranannya dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan Pendekatan Reggio Emilia ini. Dalam pendekatan
ini anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman sebaya, guru, melibatkan orang tua,
serta dengan lingkungan tempat belajarnya. Anak dapat mengeksplor dan berpikir kreatif
yang didukung oleh dua komponen penting, yaitu guru sebagai fasilitator dan orang tua
berperan penting dalam pencapaian aspek perkembangan anak secara optimal.

Peran Guru
Beberapa peran guru dalam pendekatan ini yaitu:

1. Dalam pendekatan ini guru memiliki peran untuk dapat membantu anak menjadi
wakil di masyarakat, peka terhadap peluang, menyediakan lingkungan berupa invitasi;
provokasi; dan material, menyediakan pijakan agar anak menjadi pembelajar yang
mandiri, terbuka untuk berdiskusi ataupun menjalin relasi dan situasi di sekitar
lingkungan mereka.
2. Guru menjadi seorang peneliti, tidak menyuapi anak dengan pengetahuan, guru
mendengarkan anak, dan mendukung ketertarikan anak.
3. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran, di mana ketika melakukan pembelajaran
guru mengikuti kecepatan anak dalam memahami pengetahuan. Guru juga membantu
anak untuk membantu anak dalam proses pembelajaran, mendorong anak untuk
mengeluarkan ide-ide, mendorong anak untuk dapat memecahkan masalah,
4. Guru sebagai advokat yang menyuarakan suara anak di masyarakat karena guru
berada di antara masyarakat dan anak.

Peran Orang Tua


Beberapa peran orang tua yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini, yaitu:

1. Orang tua menjadi rekan dalam proses kembang tumbuh anak.


2. Orang tua menjadi rekan guru untuk menyediakan lingkungan dan material, menjadi
relawan dan narasumber dalam proses investigasi, diskusi, dan berpikir.
3. Orang tua menjadi kolega guru untuk dalam pembelajaran untuk bertukar pikiran dan
membandingkan sudut pandang, saling bertumbuh bersama anak dan mendukung
anak dalam menyediakan materi.

2.3 Tujuan Pendidikan


Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Reggio Emilia:
a. Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumber-sumber
yang seringkali terabaikan.
b. Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks
pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif.
c. Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi
terhadap nilai-nilai kerja sama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan
keluarganya.
d. Menjadikan topik utama dari nilai- nilai penelitian, observasi, interpretasi dan
dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak.
e. Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan, pameran
budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam issue pendidikan dan budaya anak usia
dini.

2.4 Konten Pendidikan

1. Ray of Light Atelierista Class = Tempat dimana meneliti penggunaan cahaya


2. Atelierista Class = Merupakan bengkel seni untuk aktivitas sebagai seni
3. Clay Class = Kelas yang isinya tanah liat yang dapat dijadikan proyek bagi kegiatan
pembelajaran anak, dan anak dapat berekreasi dengan berbagai macam tanah.
4. Ramida Class = Berisikan berbagai bahan bekas yang dapat berekreasi menjadi alat
dan media pembelajaran saat melaksanakan proyek tertentu bersama anak.
5. Natural Class = Kelas yang menyediakan berbagai bahan pembelajaran dari alam,
kelas ini ada pada dalam ruangan dan ada pula di luar ruangan.
6. Role Play = Arena Bermain Peran

2.5 Proses Pembelajaran


Metode Pembelajaran yang digunakan pada Reggio Emilia adalah metode proyek untuk
memberikan anak-anak kebebasan mengkonstruksi pengetahuan dari hasil penyelidikannya
sendiri. Rencana pembelajaran untuk anak dibuat secara fleksibel serta dengan membawa ide
anak dalam pembelajaran tersebut. Metode proyek ini merupakan cara memberikan
pengalaman belajar kepada anak-anak dengan menghadapi masalah-masalah praktis sehari-
hari untuk dipecahkan dalam kelompok. Melalui pembelajaran berbasis proyek yang berpusat
pada anak, dapat mendorong anak untuk berinisiatif dan fokus pada dunia nyata, serta dapat
meningkatkan motivasi mereka.

Prinsip paling penting adalah pengajaran harus didasarkan kepada observasi cermat
terhadap anak. Guru mulai berusaha menanyakan ide dan pemikiran anak,
mempertimbangkan pengetahuan, pertanyaan, dan pilihan apa yang dimiliki oleh anak
sebelum memformulasikan rencana dan proyek. Guru yang biasa bekerja untuk kelas dan
mentor kolaborasi amat dianjurkan. Pedagogista (pakar pedagogis atau coordinator
pendidikan) bekerja dengan beberapa sekolah untuk menjamin layanan berkualitas tinggi.
Sebagai tambahan, tiap sekolah biasanya memiliki pakar (atelierista, pakar yang dilatih
dalam seni visual) untuk bekerja dengan guru serta murid untuk mendorong ekspresi melalui
berbagai media dan sistem simbol yang berbeda. Kolaborasi didorong di antara anak melalui
penggunaan kelompok kecil yang bekerja sama dalam pengerjaan bersama penelitian atau
proyek. Hal ini dapat berlangsung beberapa hari, minggu, atau bulan tergantung kepada usia
dan level minat anak tersebut.

Adapun beberapa contoh projek dari pendekatan reggio emilia:

1. Tema: Hiu

2. Tema: Bercocok Tanam

2.6 Pengaturan Ruangan

Adanya pandangan lingkungan merupakan guru ketiga menunjukkan bahwa pengetahuan


dapat dibangun dalam lingkungan sosial, sehingga lingkungan benar-benar dipersiapkan
supaya anak dapat aktif terlibat dalam pembelajaran, dan lingkungan yang diatur dengan
sangat indah sehingga membuat orang tua dan pengunjung merasa nyaman dan dapat
mendorong mereka meluangkan waktu untuk di sekolah dalam rangka mencari informasi
tentang anak dan sekolah; ruang kelas dirancang supaya mendorong anak dapat bekerjasama
dalam kelompok besar dan kecil, area-area diatur sehingga anak-anak dapat mengerjakan
proyek dengan berbagai material tanpa mengganggu kelas lain.

Penataan Kelas di Reggio Emilia terdiri dari berbagai macam materi yang digunakan
untuk eksplorasi dan mempresentasikan ide-ide anak, kelas diatur tidak bersekat-sekat
sehingga anak leluasa untuk bergerak, penataan material tidak penuh namun disiapkan dan
ditata sesuai dengan kebutuhan anak. Hasil dokumentasi disimpan pada tempat dimana anak-
anak dapat menjangkaunya sehingga mereka juga dapat melihat bagaimana kemajuan mereka
dari tahun ke tahun, di sediakan tempat bagi anak-anak untuk bekerja dalam kelompok kecil
atau bekerja secara individu, dan piazza atau tempat pertemuan untuk pertemuan bersama
setiap pagi, sehingga dapat merencanakan dan bernegosiasi dengan anak-anak.

Lingkungan diciptakan supaya anak-anak dapat memilih dan mengeksplorasi


provokasi atau ide saat mereka melakukan penelitian bersama dengan guru mereka; kelas
direfleksikan agar anak-anak memiliki empati, imajinasi, kepekaan dan kebahagiaan dengan
mengajak anak berkomunikasi melalui materi yang tertata rapi, indah dan terbuka dan
memuat aspek dari ide mereka; tempat harus diciptakan oleh guru yang memuat banyak
kesempatan untuk mendukung perkembangan dan memungkinkan anak memecahkan
masalah-masalah. Semua prinsip dan keyakinan ini digabungkan untuk membuat ruang kelas
Reggio Emilia menjadi metode yang menarik dan sangat efektif untuk mengembangkan
pikiran anak-anak pada satu petualangan dalam satu waktu tertentu, sehingga kreativitas anak
dapat berkembang dengan baik.

Salah satu karakteristik pendekatan Reggio Emilia yaitu memandang anak sebagai
pembelajar aktif, dengan demikian pendekatan ini menyediakan enam pusat belajar untuk
mewadahi aktivitas bermain dalam mengembangkan berbagai potensinya. Pusat belajar dapat
berupa dalam ruangan (indoor), namun bisa juga terbentuk di ruang terbuka (outdoor).

1. Tempat meneliti penggunaan cahaya/ ray of light atelierista, ruang untuk memfasilitasi
anak mengeksplorasi dan melakukan uji coba yang berkaitan dengan cahaya matahari, listrik,
dan lainnya. Misalnya menggunakan lampu senter untuk bermain cahaya/bermain bayangan.

2. Aktivitas seni /atelierista class, diisi dengan berbagai aktivitas untuk mendorong anak
untuk melakukan berbagai aktivitas seni, seperti menggambar, membentuk, menempel
sehingga menjadi sebuah karya seni. Ruang ini juga dikenal sebagai bengkel seni anak.
3. Ruang tanah liat/clay class, ruang eksplorasi yang menyediakan media tanah liat untuk
meningkatkan kreativitas anak. Dalam ruangan ini diberikan kebebasan melakukan berbagai
aktivitas seni, misalnya membuat patung. Mereka berkreasi dengan caranya masing-masing
untuk membentuk sesuatu karya sesuai dengan imajinasi atau pikirannya. Aktivitas ini
diharapkan menghasilkan berbagai karya seni yang membuat mereka bangga atas usaha yang
telah dilakukannya.

4. Ruang remida/remida class, sebagai ruang belajar dengan menggunakan bahan bekas
sebagai media dan alat pembelajaran. Bahan bekas bisa berupa botol, kain perca, kardus,
sterofoam dan lain sebagainya. Dengan bahan bahan bekas atau sisa pakai diharapkan dapat
menginspirasi anak melakukan berbagai kegiatan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.
5. Ruang alam/natural class, suatu ruang belajar dengan menggunakan bahan-bahan dari alam
sebagai sumber belajar, misalnya daun, ranting, biji-biji, batu, dan pasir. Ruang ini bisa di
dalam ruangan dan bisa juga di luar ruangan, tergantung situasi dan kondisi pada suatu
sekolah.

6. Ruang bermain peran/role play class, yaitu ruangan yang digunakan untuk bermain peran,
melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pemeranan, drama, teater dan lain-lain.
Anak boleh memilih tokoh tertentu sesuai dengan minatnya, lalu menggunakan properti atau
peralatan yang menurut anak berkaitan dengan tokoh yang diperankannya tersebut.

Pada Reggio Emilia, pemilihan dan penataan material yang digunakan harus
menawarkan banyak kemungkinan, kualitas intrinsik dan potensi ekspresif, contohnya kertas,
plastik, bahan alam, manik-manik, kain, dan bahan-bahan daur ulang serta bahan bekas pakai
dan lain-lain. Pada anak usia 3 tahun guru mengenalkan secara pelan-pelan berbagai macam
bahan, diharapkan pada usia 4 tahun anak sudah dapat memilih dan menggunakan bahan-
bahan tersebut sesuai ide mereka dengan lancar dan penuh percaya diri; material yang
digunakan berupa benda nyata, aman, lengkap dan dapat digunakan berkaitan dengan aksara,
keberagaman nasional dan lokal, peralatan yang tepat, kokoh dan berkualitas tinggi,
menyertakan loose part dari lingkungan alami dan barang bekas, material setiap aspek
perkembangan tersedia. Penggunaan bahan alami memungkinkan untuk membawa dunia luar
ke dalam kelas, dan bahan-bahan tersebut disimpan, diatur dan digunakan secara fleksibel
dan kreatif.
2.7 Asesmen
Penilaian yang digunakan dalam Pendekatan Reggio Emilia ini, yaitu melalui proses
dokumentasi dengan cara guru melakukan beberapa proses, yaitu Pertama, Observasi dengan
mengamati anak pada saat mereka terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Pada saat observasi
guru perlu mencatat hal-hal yang terjadi, sehingga diperlukan alat catat yang dapat digunakan
guru dalam kegiatan observasi. Beberapa catatannya sebagai berikut:
1. Catatan harian (Running records), bertujuan untuk mencatat perilaku anak setiap saat.
2. Catatan waktu (Time sampling), catatan yang menetapkan waktu atau periode tertentu.
3. Catatan kejadian (Event sampling), catatan ketika muncul suatu perilaku tertentu.
4. Catatan anekdot (Anecdotal records), untuk mencatat dan mendeskripsikan mengenai
suatu kejadian secara mendalam.
5. Rekaman video (videotape)

Kemudian, Kedua menginterpretasi dari observasi di mana observer menganalisis data


yang telah dikumpulkan dari hasil observasi. Semakin banyak data maka semakin valid
interpretasi informasinya. Ketiga, menganalisis dokumentasi, pada tahap ini guru
berkolaborasi, berbagi dan menafsirkan pengamatan, mengartikulasikan pemahaman tentang
teori penelitian dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Dalam hal ini guru harus
bekerja dalam bentuk tim untuk merencanakan bentuk dan fungsi dokumentasi,
merefleksikan pembelajaran dan bekerja sama untuk mengembangkan dokumentasi lainnya.

Dokumentasi menyajikan tiga fungsi utama, yaitu ;


1. Untuk memberikan anak-anak dengan beton dan memori terlihat apa yang telah
mereka dikatakan dan dilakukan, menggunakan gambar dan kata-kata untuk melayani
sebagai melompat sebuah off point untuk mengeksplorasi pemahaman sebelumnya
dan untuk bersama-membangun pemahaman ditinjau dari topik diselidiki. Anak-anak
menjadi lebih tertarik, penasaran, dan percaya diri karena mereka merenungkan
makna dari apa yang telah mereka capai;
2. Untuk memberikan pendidik wawasan proses belajar anak- anak (membentuk dasar
dari progettazione) pemahaman mereka dan kesalahpahaman lembaga sehari-hari,
benda dan peristiwa. Dalam hal ini, dokumentasi menjadi alat untuk penelitian, dan
memacu untuk perbaikan terus-menerus dan pembaharuan;
3. Untuk memberikan orang tua dan masyarakat dengan informasi rinci tentang apa yang
terjadi di sekolah- sekolah sebagai sarana memuncul- kan reaksi dan dukungan
mereka. Pada gilirannya, anak-anak belajar bahwa orang tua mereka merasa di rumah
di sekolah, nyaman dengan guru.
DAFTAR PUSTAKA

The Learning Center of South Park. Our Curriculum - Inspired by Reggio Emilia.
https://www.tlcofsouthpark.com/curriculum-reggio-emilia/
Arseven, A. (2014). THE REGGIO EMILIA APPROACH AND CURRICULUM
DEVELOPMENT PROCESS. International Journal of Academic Research, 6(1).
Edwards, C. P. (2002). Three approaches from Europe: Waldorf, Montessori, and Reggio
Emilia. Early childhood research & practice, 4(1), n1.
Valentine, M. (1999). The Reggio Emilia Approach to Early Years Education. Early
Education Support Series. Sales Department, Learning and Teaching Scotland,
Gardyne Road, Dundee DD5 1NY, Scotland.
George, C. P. E. L. G., & Forman, E. (1998). The hundred languages of children: The Reggio
Emilia approach--advanced reflections. Greenwood Publishing Group.
Rinaldi, C. (2021). In dialogue with Reggio Emilia: Listening, researching and learning.
Routledge.
Kinney, L., & Wharton, P. (2007). An encounter with Reggio Emilia: Children's early
learning made visible. Routledge.

Lina. Kurikulum Reggio Emilia.


https://www.academia.edu/41476639/KURIKULUM_REGIO_EMILIA

Loh, Andrew. (2006). Pendekatan Reggio Emilia

Setyowati, Rina Insani, dkk. (2021). Perencanaan Pembelajaran Reggio Emilia Pada Anak
Usia Dini. SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies, Vol. 1 No. 3.

Cindy Goald dan Maria Medina. Project Approach/ Reggio Emilia Influenced Curriculum.

Alni Fitri Rahayu. Reggio Emilia Approach. https://slidetodoc.com/reggio-emilia-approach-


oleh-alni-fitri-rahayu-pengenalan/

Trimuliana, Ifina. 2022. Enam Pusat Belajar Reggio Emilia. Paudpedia.kemendikbud.go.id.


https://paudpedia.kemdikbud.go.id/galeri-ceria/ruang-baca/enam-pusat-belajar-
reggio-emilia?
ref=MTA5Ny00OWRkZjA3ZDJjZGU=&ix=NDctNGJkMWM0YjRhZDEw
Sasmita, R. J., Tarwiyah, T., & Sumadi, T. (2021). Pendekatan Reggio Emilia dalam
Menjawab Tantangan Kemampuan Anak Usia Dini Abad 21. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 182-207.

Arseven, A. (2014). THE REGGIO EMILIA APPROACH AND CURRICULUM


DEVELOPMENT PROCESS. International Journal of Academic Research, 6(1).

Amal, A., Musi, M. A., & Hajerah, H. (2019). Pengaruh Reggio Emilia Approach dalam
Bermain Peran dan Bererita terhadap Kemampuan Bahasa Anak. Golden Age: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1).

Westhisi, S. M., & Nuraeni, L. (2022). PENYULUHAN DARING PENDEKATAN


REGGIO EMILIA MELALUI BERMAIN KREATIF BERBASIS KECERDASAN
JAMAK DALAM KONTEKS MERDEKA BELAJAR BAGI PENDIDIK KOBER
DI DESA CILAME KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abdimas Siliwangi, 5(1),
25-34.

Risti, Vera, Avanti. (2015, September). KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SD KELAS AWAL DITINJAU DARI
PENDEKATAN REGGIO EMILLIA DI YOGYAKARTA. TEKNODIKA, 13(2)

Susanty, S., Yudistirani, S. A., Fithriyah, N. H., & Adiwarna, A. (2019, December). MODEL
DAN METODE PEMBELAJARAN SAINS BAGI GURU-GURU PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI (PAUD) DI HIMPAUDI CAKUNG JAKARTA TIMUR. In
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ.

Sayekti, T. (2016). Analisis Kurikulum Reggio Emilia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 143-154.

Anda mungkin juga menyukai