(Reggio Emilia)
Disusun Oleh:
Ana Oktaviani 1105620029
Astrid Shifa Safitri 1105620052
Jasmine Safira Putri Kania 1105620058
Dosen Pengampu:
Dr. Hapidin, M.Pd & Rahmah Novianti, S.Pd., M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena dengan
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wassalam serta umatnya. Semoga kami mampu meneladani beliau sebagai manusia
yang berguna.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Dasar Kurikulum dengan judul “Konsep Dasar Kurikulum Menurut Loris
Malaguzzi”. Makalah ini tentu tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Hapidin, M.Pd dan Rahmah Novianti, S.Pd.,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Kurikulum dan semua pihak yang telah
membantu memberikan saran serta masukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berguna di masa yang akan datang.
Hormat Kami,
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filosofi tentang Anak
2.2 Peran Pendidik
2.3 Tujuan Pendidikan
2.4 Konten Pendidikan
2.5 Proses Pembelajaran
2.6 Pengaturan Ruangan
2.7 Asesmen
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Peran Guru
Beberapa peran guru dalam pendekatan ini yaitu:
1. Dalam pendekatan ini guru memiliki peran untuk dapat membantu anak menjadi
wakil di masyarakat, peka terhadap peluang, menyediakan lingkungan berupa invitasi;
provokasi; dan material, menyediakan pijakan agar anak menjadi pembelajar yang
mandiri, terbuka untuk berdiskusi ataupun menjalin relasi dan situasi di sekitar
lingkungan mereka.
2. Guru menjadi seorang peneliti, tidak menyuapi anak dengan pengetahuan, guru
mendengarkan anak, dan mendukung ketertarikan anak.
3. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran, di mana ketika melakukan pembelajaran
guru mengikuti kecepatan anak dalam memahami pengetahuan. Guru juga membantu
anak untuk membantu anak dalam proses pembelajaran, mendorong anak untuk
mengeluarkan ide-ide, mendorong anak untuk dapat memecahkan masalah,
4. Guru sebagai advokat yang menyuarakan suara anak di masyarakat karena guru
berada di antara masyarakat dan anak.
Prinsip paling penting adalah pengajaran harus didasarkan kepada observasi cermat
terhadap anak. Guru mulai berusaha menanyakan ide dan pemikiran anak,
mempertimbangkan pengetahuan, pertanyaan, dan pilihan apa yang dimiliki oleh anak
sebelum memformulasikan rencana dan proyek. Guru yang biasa bekerja untuk kelas dan
mentor kolaborasi amat dianjurkan. Pedagogista (pakar pedagogis atau coordinator
pendidikan) bekerja dengan beberapa sekolah untuk menjamin layanan berkualitas tinggi.
Sebagai tambahan, tiap sekolah biasanya memiliki pakar (atelierista, pakar yang dilatih
dalam seni visual) untuk bekerja dengan guru serta murid untuk mendorong ekspresi melalui
berbagai media dan sistem simbol yang berbeda. Kolaborasi didorong di antara anak melalui
penggunaan kelompok kecil yang bekerja sama dalam pengerjaan bersama penelitian atau
proyek. Hal ini dapat berlangsung beberapa hari, minggu, atau bulan tergantung kepada usia
dan level minat anak tersebut.
1. Tema: Hiu
Penataan Kelas di Reggio Emilia terdiri dari berbagai macam materi yang digunakan
untuk eksplorasi dan mempresentasikan ide-ide anak, kelas diatur tidak bersekat-sekat
sehingga anak leluasa untuk bergerak, penataan material tidak penuh namun disiapkan dan
ditata sesuai dengan kebutuhan anak. Hasil dokumentasi disimpan pada tempat dimana anak-
anak dapat menjangkaunya sehingga mereka juga dapat melihat bagaimana kemajuan mereka
dari tahun ke tahun, di sediakan tempat bagi anak-anak untuk bekerja dalam kelompok kecil
atau bekerja secara individu, dan piazza atau tempat pertemuan untuk pertemuan bersama
setiap pagi, sehingga dapat merencanakan dan bernegosiasi dengan anak-anak.
Salah satu karakteristik pendekatan Reggio Emilia yaitu memandang anak sebagai
pembelajar aktif, dengan demikian pendekatan ini menyediakan enam pusat belajar untuk
mewadahi aktivitas bermain dalam mengembangkan berbagai potensinya. Pusat belajar dapat
berupa dalam ruangan (indoor), namun bisa juga terbentuk di ruang terbuka (outdoor).
1. Tempat meneliti penggunaan cahaya/ ray of light atelierista, ruang untuk memfasilitasi
anak mengeksplorasi dan melakukan uji coba yang berkaitan dengan cahaya matahari, listrik,
dan lainnya. Misalnya menggunakan lampu senter untuk bermain cahaya/bermain bayangan.
2. Aktivitas seni /atelierista class, diisi dengan berbagai aktivitas untuk mendorong anak
untuk melakukan berbagai aktivitas seni, seperti menggambar, membentuk, menempel
sehingga menjadi sebuah karya seni. Ruang ini juga dikenal sebagai bengkel seni anak.
3. Ruang tanah liat/clay class, ruang eksplorasi yang menyediakan media tanah liat untuk
meningkatkan kreativitas anak. Dalam ruangan ini diberikan kebebasan melakukan berbagai
aktivitas seni, misalnya membuat patung. Mereka berkreasi dengan caranya masing-masing
untuk membentuk sesuatu karya sesuai dengan imajinasi atau pikirannya. Aktivitas ini
diharapkan menghasilkan berbagai karya seni yang membuat mereka bangga atas usaha yang
telah dilakukannya.
4. Ruang remida/remida class, sebagai ruang belajar dengan menggunakan bahan bekas
sebagai media dan alat pembelajaran. Bahan bekas bisa berupa botol, kain perca, kardus,
sterofoam dan lain sebagainya. Dengan bahan bahan bekas atau sisa pakai diharapkan dapat
menginspirasi anak melakukan berbagai kegiatan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.
5. Ruang alam/natural class, suatu ruang belajar dengan menggunakan bahan-bahan dari alam
sebagai sumber belajar, misalnya daun, ranting, biji-biji, batu, dan pasir. Ruang ini bisa di
dalam ruangan dan bisa juga di luar ruangan, tergantung situasi dan kondisi pada suatu
sekolah.
6. Ruang bermain peran/role play class, yaitu ruangan yang digunakan untuk bermain peran,
melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pemeranan, drama, teater dan lain-lain.
Anak boleh memilih tokoh tertentu sesuai dengan minatnya, lalu menggunakan properti atau
peralatan yang menurut anak berkaitan dengan tokoh yang diperankannya tersebut.
Pada Reggio Emilia, pemilihan dan penataan material yang digunakan harus
menawarkan banyak kemungkinan, kualitas intrinsik dan potensi ekspresif, contohnya kertas,
plastik, bahan alam, manik-manik, kain, dan bahan-bahan daur ulang serta bahan bekas pakai
dan lain-lain. Pada anak usia 3 tahun guru mengenalkan secara pelan-pelan berbagai macam
bahan, diharapkan pada usia 4 tahun anak sudah dapat memilih dan menggunakan bahan-
bahan tersebut sesuai ide mereka dengan lancar dan penuh percaya diri; material yang
digunakan berupa benda nyata, aman, lengkap dan dapat digunakan berkaitan dengan aksara,
keberagaman nasional dan lokal, peralatan yang tepat, kokoh dan berkualitas tinggi,
menyertakan loose part dari lingkungan alami dan barang bekas, material setiap aspek
perkembangan tersedia. Penggunaan bahan alami memungkinkan untuk membawa dunia luar
ke dalam kelas, dan bahan-bahan tersebut disimpan, diatur dan digunakan secara fleksibel
dan kreatif.
2.7 Asesmen
Penilaian yang digunakan dalam Pendekatan Reggio Emilia ini, yaitu melalui proses
dokumentasi dengan cara guru melakukan beberapa proses, yaitu Pertama, Observasi dengan
mengamati anak pada saat mereka terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Pada saat observasi
guru perlu mencatat hal-hal yang terjadi, sehingga diperlukan alat catat yang dapat digunakan
guru dalam kegiatan observasi. Beberapa catatannya sebagai berikut:
1. Catatan harian (Running records), bertujuan untuk mencatat perilaku anak setiap saat.
2. Catatan waktu (Time sampling), catatan yang menetapkan waktu atau periode tertentu.
3. Catatan kejadian (Event sampling), catatan ketika muncul suatu perilaku tertentu.
4. Catatan anekdot (Anecdotal records), untuk mencatat dan mendeskripsikan mengenai
suatu kejadian secara mendalam.
5. Rekaman video (videotape)
The Learning Center of South Park. Our Curriculum - Inspired by Reggio Emilia.
https://www.tlcofsouthpark.com/curriculum-reggio-emilia/
Arseven, A. (2014). THE REGGIO EMILIA APPROACH AND CURRICULUM
DEVELOPMENT PROCESS. International Journal of Academic Research, 6(1).
Edwards, C. P. (2002). Three approaches from Europe: Waldorf, Montessori, and Reggio
Emilia. Early childhood research & practice, 4(1), n1.
Valentine, M. (1999). The Reggio Emilia Approach to Early Years Education. Early
Education Support Series. Sales Department, Learning and Teaching Scotland,
Gardyne Road, Dundee DD5 1NY, Scotland.
George, C. P. E. L. G., & Forman, E. (1998). The hundred languages of children: The Reggio
Emilia approach--advanced reflections. Greenwood Publishing Group.
Rinaldi, C. (2021). In dialogue with Reggio Emilia: Listening, researching and learning.
Routledge.
Kinney, L., & Wharton, P. (2007). An encounter with Reggio Emilia: Children's early
learning made visible. Routledge.
Setyowati, Rina Insani, dkk. (2021). Perencanaan Pembelajaran Reggio Emilia Pada Anak
Usia Dini. SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies, Vol. 1 No. 3.
Cindy Goald dan Maria Medina. Project Approach/ Reggio Emilia Influenced Curriculum.
Amal, A., Musi, M. A., & Hajerah, H. (2019). Pengaruh Reggio Emilia Approach dalam
Bermain Peran dan Bererita terhadap Kemampuan Bahasa Anak. Golden Age: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1).
Susanty, S., Yudistirani, S. A., Fithriyah, N. H., & Adiwarna, A. (2019, December). MODEL
DAN METODE PEMBELAJARAN SAINS BAGI GURU-GURU PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI (PAUD) DI HIMPAUDI CAKUNG JAKARTA TIMUR. In
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ.
Sayekti, T. (2016). Analisis Kurikulum Reggio Emilia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 143-154.