Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Sejarah Cakupan Dan Metode Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Siska Amelia S.Pd.M.Pd

Disusun Oleh : Semester III


Kelompok : 2 ( Dua )
Nur Fadilah
St Nurhani
Ujang jumadi

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)


Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Qalam Tangerang Tahun
Akademik 2022
Jl. Raya Kresek Gandaria Kp. Maja Ds. Tamiang Kec. Gunung Kaler Kab. Tangerang- Banten

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Sejarah Cakupan Dan Metode Psikologi
Pendidikan”. Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Ibu siska ,makalah ini diharapkan
dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen ibu “Siska Amelia S.Pd M.Pd”,Pada
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis,
sehingga sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang
sedang ditekuni.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari
makalah ini.

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang................................................................................................................
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................
3. Tujuan.............................................................................................................................
Bab II Pembahasan
1. Sejarah singkat psikologi pendidikan..............................................................................
2. Cakupan psikologi pendidikan........................................................................................
3. Metode psikologi pendidikan..........................................................................................
Bab III Penutup
1. Kesimpulan.....................................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Bersamaan dengan perubahan yang di hadapi bangsa indonesia pada era dan pasca
era reformasi muncul juga tuntutan globalisasi yang semakin merasuk dan menerap
dengan keras,terhadap seluruh aspek kehidupan kondisi ini menuntut aspek untuk
segera di antisipasi oleh bangsa indonesiadengan mempersiapkan tenaga pembangunan
yang tangguh dan berwawasan global.selain itu,terkait dengan situasional yang di hadapi
oleh bangsa indonesia sendiri untuk melakukan reformasi di segala bidang termasuk
pendidka.Perubahan di sektor pendidikan tidak saja terkait dengan sistem kelembagaan
dan program pendidkan,tetapi juga berkaitam demgam perananya dalam merespon
tuntutan baru ndewasa ini dengan wawasan global, nasional,regional dan lokal.Ppproses
pendidikan yang selama ini mereka peroleh belum bisa membangun kesadaran untuk
menjadi pelaut bangsa ini.kondisi tersebut menuntut perubahan orientasi pendididkan
untuk kalangan mereka,salah satumya dengan melakukan pembelajaran yang efektip
bagi siswa umtukn mengahadapi perkembangan globalisasi di jaman milenial ini.upaya-
upaya tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan melakukan penguatan pendidikan
karakter di semua lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal.Dalam pendidikan
karakter di sekolah,semua elemen pendidikan harus di libatkan termasuk komponen-
kompenen itu sendiri,yaitu isi kurikulum,proses pembelajaran,dan pendidikan di wujudkan
melalui proses pengajaran baik di luar maupun di dalam.

2. Rumusan Masalah
A. sejarah dan cakupan psikologi pendidikan
3. Tujuan
A. untuk memahami dan mengetahui apa itu sejarah dan cakupan psikologi pendidikan
B. untuk memahami metode psikologi pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah, Cakupan, dan Metode Psikologi Pendidikan


A. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi
pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti karena
kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi pendidikan
masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang ada sekarang
pada umumnya tentang pelbagai psikologi yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga
menyulitkan identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara
spesifik.
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon pernah
dilakukan secara alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring & Murphy pada
tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang
berkembang di wilayah Inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan
yang mereka tulis itu tak dapat kita jadikan acuan bukan hanya karena keterbatasan
wilayah pengembangan saja, melainkan juga karena telah daluarsanya karya-karya
tulis tersebut.
Kenyataan yang tak dapat dimungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia
pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah psikologi
pendidikan sendiri pada masa awal pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun,
seiring dengan perkembangan sain dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah
secara resmi (entah tahun berapa) sebuah cabang khusus psikologi yang disebut
psikologi pendidikan itu. Kemudian menurut David (1972) pada umumnya para ahli
memandang bahwa Johann Fiedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang
konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya.
Herbart adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg,
Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di
Gӧttingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika dia diangkat menjadi
ketua Jurusan Filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di Gӧttingen pada
tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang
disebut Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus
diperuntukan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart,
proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap
hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran.

2
Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut Reber (1988), adalah pendahulu pemikiran
psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental
Wundt. Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru
yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang.

Buku Pedagogics (ilmu mengajar) adalah karyanya yang dianggap monumental,


“sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi
pendidikan, Application of Psychology to the Science of Educatioan (penerapan
psikologi untuk ilmu pendidikan).
Sebagai catatan pelengkap mengenai ilmuwan besar yang berpengaruh tersebut,
penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang berhubungan dengan pendidikan,
yaitu: . . . regards history the most potent to study in developing child character, next to
it he classes nature studies, and lastly he places formal studies such as reading,
writing, arithmethic (David, 1972). Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang
paling jitu untuk mengembangkan watak anak adalah sejarah. Kemudian untuk
pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu
diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi formal seperti membaca, menulis,
dan berhitung.      
Selanjutnya, psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat,
meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dan negara adidaya tersebut
psikologi pendidikan menyebar ke seluruh benua hingga sampai ke Indonesia.
Meskipun perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa,
kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan
psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah penyusun singgung di muka.
Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkan psikologi tersebut di Eropa
khususnya di Inggris adalah masih tetap diterbitkannya sebuah jurnal internasional
yang bernama Britsh Journal of Educational Psychology.
Sekarang, semakin dewasa usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar
psikologi dan pendidikan yang berminat mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan
semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas
terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan
dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di negara kita jurusan
psikologi pendidikan—yang biasanya digabung dengan bimbingan dan penyuluhan
(BP) itu sudah amat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri
maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan
adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologis
yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi
yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, di
antaranya yang paling menonjol adalah:

3
1.      aliran Humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham Maslow, C.
Rogers;

2.      aliran Behaviorisme dengan tokoh utama J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F.
Skinner;

3.      aliran Psikologi Kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D. Ausbel.

B. Cakupan Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam
proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar
(oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling
berinteraksi).
Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan
psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang
khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup pokok bahasan
psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai
aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan
proses menajar-belajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi
pendidikan menjadi tiga macam.

1.      Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri
khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.

2.      Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa
yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.

3.      Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan
baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984),
menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut:

1.      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology).

2.      Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).

3.      Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).

4.      Perkembangan siswa (growth).

5.      Proses-proses tingkah laku (behavior process).

4
6.      Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).

7.      Faktor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that condition learning).

8.      Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).

9.      Pengukuran, yakni, prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi


(measurenment: basic principles and definitions).

10.  Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters).

11.  Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of


measurenments).

12.  Ilmu statistic dasar (element of statistics).

13.  Kesehatan rohani (mental hygiene).

14.  Pendidikan membentuk watak (character education).

15.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of


secondary school subjects).

16.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of


elementary school subjects).
Keenam belas pokok bahasan itu, konon telah dikupas oleh hampir semua ahli yang
telah diselidiki Smith, walaupun porsi (jumlah bagian/jatah) yang diberikan dalam
pengupasan tersebut tidak sama.
Dari rangkaian pokok-pokok bahasan versi Smith dan tiga pokok yang sebelum ini
telah penyusun singgung di muka, tampak sangat jelas bahwa masalah belajar
(learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital, (inti dan amat penting) dalam
psikologi pendidikan. Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar siswa
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasil-tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak berpulang kepada proses belajar siswa baik
ketika ia berada dalam kelas maupun di luar kelas.
Masalah pokok kita sekarang adalah apa dan bagaimana belajar itu sesungguhnya?
Samakah dengan latihan, menghapal, mengumpulkan fakta dan sebagainya?
Selanjutnya, walaupun masalah belajar merupakan pokok bahasan sentral dan vital,
tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh psikologi pendidikan.
Masalah mengajar (teaching) dan proses mengajar belajar (teaching-learning process)
seperti telah penyusun tekankan sebelum ini, juga dibicarakan dengan porsi yang
cukup besar dan luas dalam psikologi pendidikan. Betapa pentingnya masalah proses
mengajar-belajar tersebut, terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan dan
buku-buku psikologi pendidikan yang secara khusus membahas masalah interaksi
instruksional (hubungan bersifat pengajaran) antara guru dengan siswa.

5
Khusus mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi pendidikan seperti
Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan ke dalam
tujuah bagian.
1.      Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan
penciptaan iklim kelas.
2.      Metodologi kelas (metode pengajaran).
3.      Motivasi siswa peserta kelas.
4.      Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa.
5.      Penanganan siswa berprilaku menyimpang.
6.      Pengukuran kinerja akademik siswa.
7.      Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan.

Dalam hal penanganan manajemen (proses penggunaan sumber daya untuk


mencapai tujuan) yakni manajemen ruang belajar atau kelas, tugas utama guru adalah:
1) melakukan kontrol terhadap seluruh keadaan dan aktivitas kelas; 2) menciptakan
iklim ruang belajar (classroom climate) sedemikian rupa agar proses mengajar-belajar
dapat berjalan wajar dan lancar. Pengendalian atau kontrol yang dilakukan guru,
menurut tinjauan psikologi pendidikan harus senantiasa diorientasikan pada
tercapainya disiplin. Disiplin dalam hal ini berarti segala sikap, penampilan, dan
perbuatan siswa yang wajar dalam mengikuti proses mengajar-belajar. Adapun adalah
penciptaan iklim kelas, guru sangat diharapkan mampu menata lingkungan psikologis
ruang belajar sehingga mengandung atmosfer (baca: suasana perasaan) iklim yang
memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah.  
C. Metode Psikologi Pendidikan
Kebanyakan psikologi menganggap kegiatan mengajar-belajar manusia adalah topik
paling penting dalam studi psikologi. Demikian pentingnya arti belajar sehingga nyaris
tak satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari belajar. Namun, perbedaan
persepsi, (pemahaman atas dasar tanggapan) mengenai arti dan seluk-beluk belajar
selalu muncul dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi.
Kenyataan yang tak terelakkan bahwa perbedaan generasi psikologi sering pula
membawa perbedaan persepsi terhadap belajar. Lebih kurang 50 tahun yang lalu
persepsi orang khususnya para pendidik professional sangat dipengaruhi oleh aliran
behaviorisme yang didasarkan pada hasil eksperimen dengan menggunakan hewan-
hewan percobaan.
Akhir-akhir ini, persepsi tersebut sudah banyak berubah seiring dengan perubahan
pandangan para ahli psikologi pendidikan terhadap keabsahan (validity) dan
kecermatan (accuracy) temuan riset yang menggunakan hewan-hewan itu (Lazerson,
1975). Para peneliti bidang psikologi khususnya psikologi pendidkan kini telah semakin
sadar betapa dalam dan rumitnya proses berpikir siswa ketika ia belajar, sehingga
gejala perilaku hewan percobaan tak layak lagi digunakan sebagai bahan kiasan
(analogi) yang memadai. Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola riset dan
penggunaan metode untuk menghimpun data psikologis di bidang kependidikan.

6
Data sebenarnya dapat diangkat dari sumbernya dengan metode apa saja asal cocok
dengan jenis, sifat, dan sumber atau usul-usul data tersebut. Namun, kebanyakan ahli
psikologi pendidikan membatasi pengunaan metode sesuai dengan wilayah riset (apek
psikologi) dan sifat pertanyaan penelitian yang benar-benar relevan dengan kebutuhan
kajian atau kebutuhan kependidikan.
Metode, seperti yang penyusu uraikan pada bagian lain buku ini, secara singkat dapat
dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang singkat dapat dipahami
sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan.
Dalam psikologi pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan
berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan
kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Pada umunya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang
kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti: a)
eksperimen; b) kuesioner; c) studi khusus d) penyelidikan klinis; dan e) observasi
naturalistic. Di samping lima macam metode di atas, H.C. Witherington menyebut satu
metode lagi yang bernama metode filosofis atau spekulatif.
1. Metode Eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang
dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam sebuah laboratorium
atau ruangan tertentu lainnya. Tekni pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang
akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata
siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula dipakai untuk
mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terhadap stimulus tertentu. Alat utama
yang paling sering dipakai dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau
fakultas psikologi di universitas-universitas terkemuka adalah computer dengan
pelbagai progrmnya seperti program cognitive psychology test.
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian psikologi pendidikan dengan
tujuan untuk menguji eabsahan dan kecermatan simpulan-simpulan yang idtarik dari
hasil temuan penelitian dengan metode lain. Contoh: apabila sebuah simpulan yang
ditarik dari sebuah penelitian dengan metode observasi misalnya, menimbulkan
keraguan atau masalah baru, maka dilakukan percobaan atau eksperimen.
Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikolog pendidikan dianggap
sebagai metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset.
Alasannya, data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitive
(pasti) dan lebih sainstifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang
dihimpun melalui penggunaan-penggunaan metode lainnya.
Anggapan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya bena, sebab sering terjadi perilaku
subjek yang terekam dalam eksperimen ternyata berlawanan dengan perilaku subjek
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, subjek tadi mungkin telah berpura-pura
ketika diteliti karena ingin membantu atau mengacaukan rancangan operasional
penelitian ekperimenter.

7
Untuk mengantisipasi hal yang bakal terjadi tidak sesuai dengan harapan peneliti,
rancangan eksperimen (experimental design) biasanya dibuat sedemikian rupa,
sehingga, seluruh unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium/tempat dan
subjek yang akan diteliti betul-betul memenuhi syarat penelitian eksperimental.
Dalam penelitian ekperimental objek yang akan diteliti dibagi ke dalam dua kelompok,
yakni 1) kelompok percobaan (experimental group); 2) kelompok pembanding (control
group). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang tingkah lakunya diteliti dengan
perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok
pembanding juga terdiri atas objek yang jumlah karakteristknya sama dengan kelompok
percobaan, tetapi yang tingkah lakunya tidak diteliti dalam arti tidak diberi perlakuan
(treatment) seperti yang diberikan kepada kelompok percobaan. Setelah eksperimen
usai, data dari kelompok percobaan tadi dibandingkan dengan dari kelompok
pembanding, lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistic tertentu.
2. Metode Kuesioner
Metode kuesioner (qustionaire) lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail
survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran dan
pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos.
Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden yang
sesungguhnya seorang peneliti psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba (try
out). Caranya, sejumlah kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orang tertentu yang
memiliki karakteristik sama dengan calon responden yang sesungguhnya. Tujuannya,
untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan relevan
untuk dijawab, dan untuk memeroleh masukan yang mungkin bermanfaat bagi
penyempurnaan kuesioner tersebut.
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi
pendidikan relatif lebih menonjol apabila dibandingkan dengan penggunaan metode-
metode lainnya. Gejala dominasi (penguasaan/kemenonjolan) penggunaan metode ini
muncul karena lebih banyak sampel yang bisa dijangkau di samping unit cost (biaya
satuan) per responen lebih murah. Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara
penyebaran adalah sebagai berikut.

a.      Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, dan seterusnya tapi tidak
termasuk nama.
b.    Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar belakang
pendidikan, dan sebagainya.
c.      Perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
d.      Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu.
e.      Aplikasi (penerapan), mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari-hari siswa
(seperti salat dalam pelajaran agama).
f.      Pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadap perikehidupan siswa.

8
3. Metode Studi Khusus
Studi kasusu (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
memeroleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau
sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi
pendidikan, juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih
memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta)
dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.
Instrument atau alat data (APD) yang digunakan dalam studi kasus bisa bermacam-
macam terutama yang dapat mengungkapkan variable yang sukar ditentukan dalam
satuan jumlah tertentu (Tardif, 1987). Selanjutnya karena simpulan-simpulan yang
ditarik dari hasil studi kasus biasanya sulit dijadikan  tolak ukur yang berlaku umum
(digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan survey lain yang
berskala lebih besar. Tetapi, dalam hal subjek yang diteliti, studi kasus relatif sama
dengan metode penyelidikan klinis yakni hanya terdiri atas seorang individu atau
kelompok kecil individu.
Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus-menerus
diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti
psikologi pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun
bahan-bahan berupa data dan informasi yang akurat, yang tepat dan cermat, mengenai
seorang individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu
yang lebih lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik
keturunan) yang dihubungkan dengan aktivitas pendidikan. Dalam hal ini, studi
biasanya dimulai sejak seorang anak berusia muda (balita umpanya) hingga berusia
tertentu (remaja misalnya) untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai aspek-
aspek perkembangan yang perlu diperhatkan demi kepentingan praktik kependdikan
untuk anak tersebut.
4. Metode Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau sebut saja metode klinis (clinical
method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode
ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-
cara memberi perlakuan pemulihan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa
tersebut.
Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaatkan metode penyelidikan klinis
tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini
untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah (quasi-
natural) antara peneliti dengan anak yang diteliti (Reber, 1988).
Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan
memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh
diselesaikanoleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya, kemudian,
setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus
(misalnya dianalisis sekilas), peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan
untuk mendukung data yang terhimpun sebelumnya.

9
Sebelumnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya
diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan
psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku (maladaptive behavior/behaviorisme).
Oleh karenanya, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut
selalu memperhatikan batas-batas kesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode
eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan
intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh.
Sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan penggunaan metode klinis terutama
untuk memastikan sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau
sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu
penelitian berupaya memilih dan menetukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi
penyimpangan tersebut.
5. Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistic (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang
dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau
tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu
hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan
perilaku ikan jantan terhadap ikan betina (Lazerson, 1975). Kemudian, metode
observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti peranan
kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau meneliti sekelompok orang yang
memerlukan terapi (perawatan dan pemulihan) yang bersifat kemasyarakatan.
Selanjutnya, metode ini juga digunakan oleh para psikolog perkembangan para
psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.
Dalam hal penggunaannnya bagi kepentingan penelitian psikolog pendidikan, seorang
peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode observasi
ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau mengajar-belajar dalam kelas regular, yakni
kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses
mengajar-belajar berlangsung, jenis perilaku siswa yang diteliti (misalnya, kecepatan
membaca) dicatat dalam lemabar format observasi yang khusus dirancang sesuai
dengan data dan informasi yang akan dihimpun.   

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan :
1. Kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat sesuatu dengan
cara-cara tertentu.Singkatnya ia telah memiliki intelegensi.Intelegensi itu ialah faktor
total.Berbagai macam jiwa erat bersangkutan di dalamnya
(ingatan,fantasi,perasaan,perhatian,minat dan sebagainya yang turut mempengaruhi
intelegensi seseorang ).
2. Prinsip-prinsip pembentukan kematangan diantaranya :
-          Semua aspek pertumbuhan ,berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
-          Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
-          Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi
kepribadian individu baik jasmaniah maupun yang rohaniah.
-          Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri
seseorang,maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan mas
formatif bagi perkembangan pribadinya.
1. Adanya ciri-ciri kematangan pada diri anak ditandai dengan adanya :
-          Perhatian si anak.
-          Lamanya perhatian berlangsung.
-          Kemajuan jika diajar atau dilatih.
1. Dalam proses perkembangan atau belajar,fungsi kematangan itu adalah sebagai
berikut :
-          Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi sebuah perkembangan ,misalnya
kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan.
-          Pemberi batas dan kualitas perkembangannya,makin baik kualitas
perkembangan suatu fungsi akan semakin baik kualitas hasil perkembangan yang akan
terjadi dan juga sebaliknya.
-          Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih,membimbing
ataupun mengajarnya.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan
struktur fisiologis dalam system syaraf,otak dan indra,sehingga semua itu
memungkinkan individu matang dalam mengadakan reaksi-reaksi terhadap stimulus
lingkungan.Lingkungan atau kultur juga berperan sebagai penyumbang pembentukan
readiness(kesiapan belajar) karena stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan
mental,kebutuhan minat dan tujuan-tujuan,perasaan dan karakter individu yang
bersangkutan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sumber bacaan :

Ardhana, Wayan. 1988. Psikologi Pendidikan. Malang: Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana Proyek


Peningkatan/ Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Malang.

Biehler, Robert F. Tanpa Tahun. Psychology Applied to Teaching.  Boston: Houghton Miffin Company.
Fetsco,

Thomas dan John McClure. 2005. Educational Psychology.  Boston: Pearson Education.

Rizali, Ahmad, Indra Djati Sidi, Satria Dharma. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru
Profesional.  Jakarta : PT Gramedia Widiasaraa Indonesia.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo.

Slavin, Robert E. 2012. Educational Psychology Theory and Practice Tenth Edition. Boston: Pearson
Education.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
 

12

Anda mungkin juga menyukai