Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Di dunia terdapat beraneka ragam bahasa yang digunakan oleh tiap negara, salah satunya
Bahasa Arab. Bagi seorang muslim, tentu tidak akan asing lagi dengan Bahasa Arab. Setiap
harinya seorang muslim mendirikan sholat, mengaji, berdoa dan berdzikir menggunakan Bahasa
Arab. Di Indonesia sendiri bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang digunakan terutama bagi
siswa yang menuntut ilmu di pesantren atau madrasah aliyah. Selain itu, saat ini di beberapa
perguruan tinggi pun sudah terdapat program studi bahasa Arab.

ٌ ْ‫َحر‬
Abjad dalam Bahasa Arab menggunakan huruf yang disebut huruf hijaiyyah ( ‫ف ِه َجئِيَّة‬
). Terdapat 30 huruf hijaiyyah, yaitu:

‫ش–ص–ض–ط–ظ–ع–غ–ف–ق–ك–ل–م–ن‬-‫ا–ب–ت–ث–ج–ح–خ–د–ذ–ر–ز–س‬
‫ ء – ي‬- ‫– و – هى – ال‬

Pengucapan huruf hijaiyyah memiliki aturan tersediri di dalam kajian ilmu tajwid. Ilmu
tajwid ialah ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf-
huruf dengan betul, baik huruf yang berdiri sendiri maupun dalam rangkaian kata (Abdullah,
1987: 7). Selain ilmu tajwid, dalam kajian ilmu ashwat (‫ ) علم االصوات‬atau fonologi juga terdapat
pembahasan tentang tempat keluar bunyi (fonetik artikulatoris).

Perbedaan pasti antara Bahasa Arab dengan bahasa lainnya semisal Bahasa Indonesia
terletak pada makhorijul huruf (tempat keluar huruf). Dalam bahasa Arab cara mengucapkan
tiap-tiap hurufnya tidaklah sama antara huruf yang satu dengan huruf yang lainnya, meskipun
pada huruf yang bunyinya terdengar mirip. Ada huruf yang harus dibuyikan melalui
tenggorokan, antara ujung lidah dan ujung gigi, dengan merapatkan bibir dan lain sebagainya.

Permasalahannya adalah orang Indonesia bukanlah penutur asli Bahasa Arab. Sebagai
orang yang bukan penutur asli Bahasa Arab, kita sering terjebak pada kesalahan ketika
mengucapkan huruf. Beberapa orang bahkan sering menyepelekan masalah ini, padahal
kesalahan pengucapan huruf pada Bahasa Arab bisa menyebabkan penyimpangan pada
maknanya. Misalnya pada lafaz adzan hayya alal falah (‫ح‬ ِ ‫ي عَل َى الفَاَل‬
َّ ‫ ) َح‬dengan huruf kha (‫)ح‬
artinya adalah marilah menuju kemenangan. Tapi, apabila kita membaca dengan huruf ha (‫ي )ھ‬ َّ ‫َح‬
‫َلى الفَاَل ِه‬
َ ‫ ع‬maka artinya akan berubah menjadi marilah menuju padang pasirKesalahan-kesalahan
seperti ini sangat sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ketika membaca Al-Quran,
apabila kita melakukan kesalahan pada pengucapan huruf-hurufnya kita akan berdosa. Sebab
dengan melakukan kesalahan tersebut berarti kita tidak mebaca Al-Quran sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid, sedangkan membaca Al-Quran dengan tajwid hukumnya wajib. Ataupun ketika
melakukan percakapan dengan teman jangan sampai ucapan kita disalah artikan oleh lawan
bicara. Misalnya, maksud kita adalah ingin meminjam spidol ‫ ( ) ِم ْعلَ َمة‬, tetapi karna pengucapan
huruf yang kurang tepat sang lawan bicara malah memberi kotak pensil ( ‫) ِم ْقلَ َمة‬. Hal seperti ini
akan menyebabkan terjadinya diskomunikasi antara kedua belah pihak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Mempelajari tajwid sebagai suatu ilmu pengetahuan hukumnya Fardhu Kifayah yaitu jika
sudah ada yang mempelajari istilah-istilah dan teori ilmu tajwid maka kewajiban itu gugur bagi
yang lainnya. Adapun mempraktekan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an adalah Fardhu
‘Ain, yaitu kewajiban setiap umat Islam, dengan kata lain menggunakan atau mengamalkan Ilmu
tajwid adalah merupakan suatu keharusan, maka barang siapa yang tidak memperbaiaki bacaan
Al-Qur a’nya dia termasuk berdosa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Muzammil ayat 4 yang artinya.

“Bacalah Al-Quran dengan Tartil”

Menurut Ibnu Katsir “Tartil” artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan dan
hati-hati karena itu akan membantu pemahaman dan tadabbur.

Dengan demikian Tajwid adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kaidah
atau tatacara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu
yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat
dalam kitab suci Al-Qur'an maupun bukan. Fungsinya adalah untuk menjaga lidah dari kesalahan
dalam membaca Al-Qur'an. Karena kesalahan dalam membaca Al-Qur'an dapat membuat
perubahan arti dari kata atau kalimat yang dibaca. Hukum memakainya dalam membaca Al-
Qur'an wajib bagi siapa saja yang sudah tahu tentang ilmu Tajwid ini. Sedangkan hukum belajar
Tajwid itu sendiri Fardhu Kifayah. kesalahan pengartian akibat ketidaktepatan pengucapan
huruf.

Menurut para ahli ilmu tajwid, terdapat lima makhraj (tempat keluar huruf) yang utama yaitu:

1. Rongga mulut (‫) الجوف‬

Huruf yang keluar dari jauf yaitu : alif, wawu, ya’

2. Tenggorokan (‫) الحلق‬

a. Asyqal Halqi (pangkal tenggorokan), yaitu hamzah ( ‫ ) ء‬dan ha’( ‫)هـ‬

b. Wasthul Halqi (pertengahan tenggorokan), yaitu ha’( ‫ ) ح‬dan ‘ain ( ‫)ع‬

c. Adnal Halqi (ujung tenggorokan), yaitu ghoin ( ‫ ) غ‬dan kho’ ( ‫) خ‬


3. Lidah (‫) اللسان‬

Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya lidah ada 18 dan dikelompokkan menjadi
10 makhraj, yaitu:

a. Pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian belakang.

Yaitu huruf qof ( ‫ ) ق‬bunyinya keluar dari pangkal lidah dekat dengan kerongkongan
yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang.

b. Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah.

Yaitu huruf kaf ( ‫ ) ك‬bunyinya keluar dari pangkal lidah di depan makhroj huruf qof yang
dihimpitkan ke langit-langit bagian mulut bagian tengah.

c. Tengah-tengah lidah

Yaitu huruf jim ( ‫) ج‬, syin ( ‫) ش‬, dan ya’ ( ‫ ) ي‬bunyinya keluar dari tengah-tengah lidah
serta menepati langit-langit mulut yang tepat di atasnya.

d. Pangkal tepi lidah

Yaitu huruf dho’ ( ‫ ) ض‬bunyinya keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah kanan atau kiri)
hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, serta menepati geraham.

e. Ujung tepi lidah

Yaitu huruf lam ( ‫ ) ل‬bunyinya keluar dari tepi lidah (sebelah kiri atau kanan) hingga
penghabisan ujung lidah serta menepati dengan langit- langit mulut atas.

f. Ujung lidah

Yaitu huruf nun ( ‫ ) ن‬bunyinya keluar dari ujung lidah setelah makhrojnya lam, lebih
masuk sedikit ke dasar lidah serta menepati dengan langit-langit mulut atas.

g. Ujung lidah tepat

Yaitu huruf ro’ ( ‫ ) ر‬bunyinya keluar dari ujung lidah tepat setelah makhrojnya nun dan
lebih masuk ke dasar lidah serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
h. Kulit gusi atas

Yaitu huruf dal ( ‫) د‬, ta’ ( ‫) ت‬, tho’ ( ‫ ) ط‬bunyinya keluar dari ujung lidah serta menepati
dengan pangkal gigi seri yang atas.

i. Runcing lidah

Yaitu huruf shod ( ‫) ص‬, sin ( ‫) س‬, za’ ( ‫ ) ز‬bunyinya keluar dari ujung lidah serta
menepati ujung dua gigi seri yang bawah.

j. Gusi

Yaitu huruf dho’ ( ‫) ظ‬, tsa’ ( ‫) ث‬, dzal ( ‫ ) ذ‬bunyinya keluar dari ujung lidah serta
menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas.

4. Dua bibir (‫) الشفتين‬

Yang termasuk huruf syafatain yaitu :

a. Fa’ ( ‫ ) ف‬keluar dari dalamnya bibir yang bawah serta menepati dengan ujung dua
gigi seri yang atas.

b. Wawu ( ‫) و‬, ba’ ( ‫) ب‬, mim ( ‫ ) م‬keluar di antara dua bibir (antara bibir atas dan
bawah). Hanya saja untuk wawu bibir membuka, sedangkan untuk ba’ dan mim bibir
membungkam.

5. Rongga hidung (‫) الخيشوم‬

Adapun huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf ghunnah mim dan nun dengan ketentuan :

a. Nun bertasydid

b. Mim bertasydid

c. Nun sukun yang dibaca idghom bighunnah, iqlab dan ikhfa’ haqiqi

d. Mim sukun yang bertemu dengan mim atau ba’

Dalam studi penguasaan bahasa asing, terkenal istilah kompetensi dan performansi. Demikian
juga dalam analisis kesalahan berbahasa dikenal dengan istilah keaslahan performansi dan
kompetensi. Salah satu kesalahan yang dimaksud adalah lapses, dimana istilah ini diperkenalkan
oleh Piet S. Corder.

Piet S. Corder mengatakan bahwa Lapses merupakan kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan
dalam pengucapan, sehingga disebut juga dengan slip of tongue. Dalam hal ini seseorang
melakukan pengucapan yang salah, akan tetapi di sebenarnya menyadari kesalahannya tersebut.
Dengan demikian lapses merupakan kekeliruan pengucapan, keliru menetapkan kaidah, salah
susun, atau kekurangcermatan menentukan pemilihan kata yang sesuai.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Syekh Al-Muzakkir juga menjelaskan bahwa
kesalahan dalam pengucapan kalimat berbahasa Arab walupun hanya terjadi kesalahan pada
penyebutan salah satu hurufnya saja, namun hal ini sangat berpengaruh pada makna kalimatnya.
Bisa jadi makna kalimat tadi berubah dari makna aslinya atau bahkan kalimat tersebut tidak
memiliki makna sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai