Anda di halaman 1dari 161

0

MAKHARIJ HURUF

A. Definisi Makhraj Huruf


Makhraj adalah bagian yang terpenting dari ilmu tajwid. Bahkan hampir
seluruh masalah-masalah hukum bacaan dalam ilmu tajwid bermuara dan
kembali kepada bab makhraj. Oleh karenanya menjadi suatu keharusan bagi
orang yang akan membaca al-Qur’an, terlebih dahulu mempelajarinya terlebih
dahulu. Ibnu Jazary dalam Muqaddimah Jazariyyah menyebutkan Orang yang
akan membaca al-Qur’an diwajibkan terlebih dahulu mengetahui makhraj-
makhraj huruf dan sifat-sifatnya, agar ketika membaca al-Qur’an dia dapat
melafalkannya dengan fasih.
Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madli: ( َ ) yang artinya
‫ج‬ ‫ر‬

‫خ‬
keluar. Lalu dijadikan ber-wazan (
‫ل‬ َ ‫ ) ع ْف َم‬yang ber-sighat isim makan, maka

menjadi )
َ َ‫( م‬. Bentuk jamaknya ‫ َ خا ج ْ وف‬yang berarti tempat-
‫ج‬
‫ ر‬adalah ‫م ِر ال ) ح‬
‫˚ر‬ (
‫خ‬
tempat keluarnya huruf. Secara bahasa, makhraj artinya tempat keluar.
Sedangkan menurut istilah, makhraj adalah suatu nama tempat yang padanya
huruf dibentuk atau diucapkan.
Al-Qur’an harus dibaca dengan bacaan/tilawah yang sebenarnya, yaitu
harus mengikuti aturan-aturan dalam membacanya, seperti harus benar makhraj
hurufnya, panjang pendeknya, cara berhenti dan lain sebagainya. Hal ini
sebagaimana firman Allah swt:
‫س ˚رون‬ ‫ا ْلخا ه˚ ˚م ك‬
1
‫ك ي˚ ْؤ ِمن˚و ه ب و َم ْ ن َ ي ْكف˚ ْر ِب ِه‬ ‫ََل أ˚و ََٰلئِ َو‬ ‫الَّ ِذي ن آت ˚م ا ْل‬
ِ ِ
َ َٰ ˚
ۗ ‫َفأ و ل ِئ‬ ‫ن‬ ‫حق ِت ِت‬˚‫ِكتَا َيتْل˚ونَه‬ ‫ْي نَ ا‬
‫ِه‬ ‫ب‬
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan
barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS. Al- Baqarah: 121)

2
Seseorang yang sedang tilawah al-Qur’an, tidak akan bisa membedakan
huruf satu dengan huruf yang lain tanpa mengerti pelafalan huruf itu pada tempat
keluarnya. Karena itu sangat penting mempelajari makharijul huruf agar
pembaca terhindar dari hal-hal sebagai berikut:
1. Kesalahan mengucapkan huruf yang mengakibat kan berubah makna.
2. Ketidak jelasan bentuk-bentuk bunyi huruf, sehingga tidak bisa
dibedakan antara huruf satu dengan huruf yang lain.
3. Memelihara lisan dari kesalahan membaca al-Qur’an.
4. Untuk melancarkan bacaan al-Qur’an umat Islam baik ditingkat
pendidikan dasar maupun tinggi, dalam membaca al-Qur’an sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid.

B. Pembagian Makhraj Huruf


Semua huruf Hijaiyyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat
keluar) tersendiri. Secara umum jumlah Makhraj huruf terbagi menjadi 17 bagian
menurut pendapat terpilih dan disepakati oleh Para Ahli Ilmu al-Quran. Berikut
ini adalah rinciannya:

1. AL jauf Kelompok rongga mulut 1 makhraj

2. Al halq Kelompok tenggorokan 3 makhraj

3. Al lisan Kelompok lidah 10 makhraj

4. Asy syafatain Kelompok dua bibir 2 makhraj

5. Al khaisyum Kelompok rongga hidung 1 makhraj

1. Al-Jauf artinya rongga tenggorokan dan mulut.


Pada rongga mulut hanya ada satu makhraj yaitu makhrajnya huruf mad

3
‫ي– ا – و‬, (alif setelah fathah, wawu mati setelah dhummah, ya mati setelah

kasrah) huruf-huruf ini dinamakan hawaiyahۗ (‫)هوائية‬.


2. Al-Halqۗ artinya tenggorokan.
Pada tenggorokan terdapat tiga makhraj yaitu:
a. ‫( الحلق اقصى‬pangkal tenggorokan) yaitu makhrajnya
b. ‫( الحلق وسط‬tengah tenggorokan) yaitu makhrajnya
c. ‫( الحلق ادنى‬puncak tenggorokan) yaitu makhrajnya
Huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan dinamakan huruf
halaqiyyah.
3. Al-Lisanۗ artinya lidah.
Huruf yang keluar dari lidah adalah huruf-huruf :

a. Bunyi huruf ‫ ق‬keluar dari pangkal lidah dekat dengan kerongkongan


yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang.
b. Bunyi huruf ‫ ك‬seperti huruf ‫ق‬, namun pangkal lidah diturunkan.
c. Bunyi huruf
‫ ج‬- ‫ ش‬- ‫ ي‬keluar dari tengah-tengah lidah bertemu dengan

menepati langit-langit bagian atas


d. Bunyi huruf ‫ ض‬keluar dari dua sisi lidah atau salah satunya bertemu
dengan gigi geraham.
e. Bunyi huruf ‫ ل‬keluar dengan menggerakkan semua lidah dan
bertemu dengan ujung langit-langit
f. Bunyi huruf ‫ ن‬keluar dari ujung lidah di bawah makhraj huruf ‫ل‬
g. Bunyi huruf ‫ ر‬keluar dari ujung lidah, sama seperti dengan
memasukkan punggung lidah

4
h. Bunyi huruf ‫ ط‬- ‫ د‬- ‫ ت‬keluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gigi

bagian atas.
i. Bunyi huruf ‫ز – ص‬- ‫ س‬keluar dari ujung lidah yang hampir bertemu

dengan gigi depan bagian bawah.


j. Bunyi huruf ‫ ظ – ث‬- ‫ذ‬ujung lidah keluar sedikit, bertemu dengan

ujung gigi depan bagian atas

4. As-Syafatan (‫ )الشفتان‬atau dua bibir.


Huruf yang keluar dari dua bibir adalah huruf-huruf : ‫م – ب – و – ف‬
a. ‫ ف‬, keluar dari bibir bagian dalam bertemu dengan ujung gigi atas
b. huruf ‫ م‬dan ‫ ب‬dengan menempelkan dua bibir, sedangkan ‫ و‬dengan
memonyongkan bibir
5. Al-Khaisyum (‫ )الخيشوم‬atau pangkal hidung.
Huruf yang keluar dari rongga hidung yaitu ghunnah (dengung).
Ghunnah terdapat pada tujuh tempat yakni :
a. Idgham bighunna
b. Iqlab
c. Ikhfa’ hakiki
d. Ikhfa’ Syafawi
e. Idgham Mitslain
f. Huruf
dan (Nun dan Mim bertasydid baik washal maupun
‫ن‬ ‫م‬
waqaf)
g. Lafadz , irkam ma’anaa (idgham mutajanisain)

C. Tes Formatif
Silahkan praktikkan bacaan dari lafaz-lafaz yang ada pada tabel di bawah ini!

5
6
7
8
SIFAT HURUF
A. Definisi Sifat Huruf
Sifat menurut bahasa ialah ِ ‫ ما ا م ء‬sesuatu yang melekat atau menetap
َ
‫شي‬ ‫ال‬
pada sesuatu yang lain. Adapun sifat huruf menurut istilah, sifat adalah cara baru
bagi keluarnya huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik berupa Jahar,
Rakhawah, Hams, Syiddah, dan sebagainya.
Pada pengertian tersebut, tampak bahwa sifat-sifat huruf hijaiyah selalu
dikaitkan dengan makhrajnya, mengingat makhraj huruf merupakan standar
untuk penentuan sifat dari huruf hijaiyah. Antara sifat dan makhrajnya harus
saling terkait. Makhraj huruf tidak akan tampak jika sifat hurufnya tidak
dikeluarkan secara benar. Sebaliknya sifat huruf tidak akan tepat selama tidak
mengenai tempat keluarnya.
Tujuan mempelajari dan memahami sifat huruf ini adalah sebagai pelengkap
kepada makhraj. Dengan mengetahui sifatnya, kita dapat membedakan lafal
sebutan untuk huruf yang makhrajnya sama. Kita juga akan dapat
mengidentifikasi huruf yang kuat dan yang lemah atau huruf yang dilafazkan
secara tebal dan tpis karena sifat yang ada pada hurufnya. Sifat huruf juga
membantu memperkemaskan akurasi sebutan huruf agar dapat dilafazkan dengan
benar, terutama untuk huruf yang hampir sama sebutannya.

B. Sifat-Sifat Huruf
Ahli Qiraat berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah sifat-sifat huruf
hijaiyah. Sebagian menetapkan 19 sifat, dan sebagian yang lain menetapkan 18
sifat, 17 sifat, 16 sifat, 14 sifat, dan bahkan ada yang menetapkan 44 sifat.
Namun biasanya pendapat yang dipakai adalah pendapat Syaikh Ibnu Jazari
yang mengatakan bahwa sifat huruf hijaiyah berjumlah 17.

9
Sifat huruf terbagi menjadi dua yakni, sifat Lazimah (‫ )الزمه‬atau yang biasa
disebut dengan sifat yang memiliki lawan kata, dan sifat ‘Aridah (‫ )عارضه‬atau yang
biasa disebut dengan sifat yang tidak memiliki lawan kata. Berikut
penjelasannya:
1. Sifat Lazimah (‫)الزمه‬
Sifat Lazimah (‫ )الزمه‬ialah sifat yang tetap atau pasti ada untuk setiap
sebutan huruf dalam semua kondisi, tidak terpisah dari suatu huruf itu,
dan sama seperti pada kondisi berbaris maupun mati (sukun). Sifat ini juga
dikenal dengan sebutan “Sifat yang memiliki lawan kata”.
Sifat yang memiliki lawan kata ada 5 (lima), yaitu:

.a ‫الج ْ ه ˚ر <> ال َ ه ْمس‬


1) ‫ م َه الْ س‬menurut bahasa adalah suara yang samar. Sedangkan
menurut istilah adalah pengucapan yang disertai keluarnya
nafas. Huruf-Hurufnya berjumlah 10, yakni:
‫ت‬-‫ك‬-‫س‬-‫ص‬-‫خ‬-‫ش‬-‫ه‬-‫ث‬-‫ح‬-‫ف‬
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
‫ش‬ ‫˚م ْ ش ِر ِكْ ي َ ن‬ ‫خ‬ ‫َ ي ْ خ َد ˚عو َ ن‬

2) ‫ ر˚ ْه الج‬menurut bahasa artinya jelas. Sedangkan menurut istilah


adalah pengucapan huruf yang tidak disertai dengan keluarnya
nafas. Huruf-hurufnya ialah selain huruf-huruf
‫ال َه ْم‬.
‫ س‬Contohnya:

Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz


‫ل‬ ‫ألحمد لل‬ ‫ن‬ ‫إ ْ ن َن َ شأْ ن˚نَ ِ ’ز ْ ل‬
.b ˚‫ال َّرخا َوة˚ <> الش َّدة‬

10
1) ˚ ‫ الشَدّة‬menurut bahasa artinya kuat. Sedangkan menurut istilah
adalah pengucapan huruf dalam keadaan suara yang tertekan
karena sangat bergantung kepada makhrajnya. Huruf-hurufnya
berjumlah 8, yaitu:
‫أ–ج–د–ق–ط–ب–ك–ت‬
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
‫ط‬ ‫أ ْ طَع َم ˚ه ْم‬ ‫ج‬ ‫ِ ل َم ْ جن˚و „ن‬

2) ‫ط‬
ََّ‫ وس الت‬menurut bahasa artinya sedang. Sedangkan menurut
istilah adalah pengucapan suara yang tidak terlalu tertahan
sehingga terdengar agak lemah. Huruf-hurufnya berjumlah 5,
yaitu:
‫ل–ن–ع–م–ر‬
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
‫ع‬ ‫َ و ْ ع ˚د ِ لال‬ ‫ل‬ ‫الحمد لل‬

3) ˚ َ‫ وة َّرخ ’ا ال‬menurut bahasa adalah lemah. Sedangkan


menurut istilah ialah pengucapan huruf yang disertai
terlepasnya suara dengan bebas, karena tidak terlalu
bergantung pada
makhrajnya. Huruf-hurufnya ialah selain ˚َّ‫ ال دة‬dan ‫التَّ َوسط‬.
‫ش‬
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
‫س‬ ‫ي˚ َو ْ س ِو ˚س‬ ‫ز‬ ‫أ ْز َوا ً جا‬

c. ‫< ْع َال س ِ ت ء‬ ‫> اإل ل‬


11
‫س ِتفَا‬ ‫ا ِإل‬

‫‪12‬‬
1) ‫˚ء‬ ْ ‫ اإل‬menurut bahasa artinya terangkat, sedangkan menurut
‫ع‬
‫س‬
‫ِت‬
istilah adalah pengucapan huruf yang disertai terangkatnya
lidah ke atas langit-langit (mulut). Huruf-hurufnya berjumlah
7, yaitu:
‫خ–ص–ض–غ–ط–ق–ظ‬
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
‫ض‬ ‫ص وال ال َّ ضآ ِل’ْ ي َ ن‬ ‫ص‬ َ‫َ ي ْ خت‬

2) ‫ اإل س ل‬menurut bahasa artinya menurun. Sedangakn menurut


‫ِتَفا‬
istilah adalah pengucapan huruf disertai turunnya lidah dari
langit-langit (mulut). Huruf-hurufnya ialah selain huruf-huruf
َ ْ ‫اإلس ِت‬. :Contohnya
‫َعل ˚ء‬

Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz


‫س‬ ‫ِ لَيتَ َ سا َ ءل˚وا‬ ‫و‬ ‫َ وآتَ يْ نَك‬

d. ‫اإلْ ن فتا <> اإل ط ق‬


ِ
‫ح با‬

1) ‫ اإل ط ق‬menurut bahasa artinya lengket. Sedangkan menurut


‫با‬
istilah adalah pengucapan huruf dalam keadaan bertemunya
lidah dengan langit-langit (mulut). Huruf-hurufnya ada 4,
yaitu: ‫ظ – ط – ض – ص‬

Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz

13
‫ط‬ ˚‫ال َّ طا َّمة‬ ‫ظ‬ ‫ال َّ ظ ِل ˚مو َ ن‬

2) ِ‫ فتاح ْن اإل‬menurut bahasa artinya terpisah. Sedangakan menurut


istilah adalah pengucapan huruf disertai dengan menjauhnya

14
lidah dari langit-langit (mulut). Huruf-hurufnya ialah selain
huruf-huruf
‫اإل ط‬. Contohnya:
‫ق‬
‫با‬
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
‫ف‬ ‫َ فلَ َّما َرأى‬ ‫خ‬ ‫َ فأَ َ خذَتْ ˚ه ْم‬

e. ‫<> اإل ق‬
َ ‫اإل‬
َ ْ
‫ذال ت‬ ‫ما‬
‫ص‬
1. ْ‫ذالق اإل‬
َ menurut bahasa artinya bagian lancip lidah. Sedangkan
menurut istilah adalah huruf yang pengucapannya mudah
keluar karena makhrajnya dari ujung lidah dan bibir.
Huruf-
hurufnya ada 6, ‫ف–ر–م–ن–ل–ب‬
yaitu:

2. ‫ت‬
َ ‫ اإل‬menurut bahasa artinya tertahan. Sedangkan menurut
‫م‬
‫ا‬
‫ص‬
istilah adalah huruf yang pengucapannya keluar dengan
tertahan, karena relatif sulit. Biasanya huruf-huruf ini selalu
berada pada kata ruba’i (yang terdiri dari empat huruf) atau
khumasi (yang terdiri dari lima huruf) bersama huruf ‫اإلذْال‬.
‫ق‬
Kata yang hanya terdiri dari
َ ‫ اإل‬, biasanya bukan dari
‫ت‬
‫م‬
‫ا‬
‫ص‬
bahasa Arab asli, seperti lafaz: ْ‫عسجد‬.

15
2. Sifat ‘Aridah (‫)عارضه‬
Sifat ‘Aridah (‫ )عارضه‬adalah sifat mendatang yang berubah-ubah untuk
suatu huruf yang adakalanya terpisah dari huruf dan menyertainya pula pada
kondisi yang lain seperti tarqiq (tipis), tafkhim (tebal), ghunnah, idgham, atau
ikhfa’, panjang atau pendek, dan seumpamanya. Sifat ini juga dikenali
sebagai “Sifat yang tidak memiliki lawan”.
Sifat yang tidak memiliki lawan kata ada 7 (tujuh), yaitu:
‫ر‬
‫ال‬
.a
‫ ال‬menurut bahasa artinya siul/seriut bagaikan burung atau
‫˚ر‬
‫ص‬
‫ص‬
‫ِفي‬
belalang. Sedangkan menurut istilah ialah suara tambahan yang

16
keluar dari antara kedua bibir atas dan bawah secara
bersamaan ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 3
yaitu:
1) ‫ ز‬disebut sebagai Shafir Kubra (Shafir yang besar), suara
tambahannya menyerupai suara lebah,
2) ‫ ص‬disebut sebagai Shafir Wustha (Shafir yang
sedang/pertengahan), suara tambahannya menyerupai
suara angsa,
3) ‫ س‬disebut sebagai Shafir Sughra (Shafir yang kecil),
suara tambahannya menyerupai suara belalang.
.b ‫القلقلة‬
‫ة‬-‫ القلقل‬menurut bahasa artinya bergetar. Sedangkan menurut istilah
adalah pengucapan huruf sukun yang disertai dengan getaran
suara pada makhrajnya sehingga terdengar suara yang kuat.
Huruf-hurufnya ada 5, yaitu: ‫ق – ط – د – ج – ب‬

‫ القلقلة‬terbagi menjadi 2 (dua), yakni:


1) ‫الصغرى القلقلة‬, yakni huruf qalqalah yang berada di tengah
kalimat. Contohnya: ‫خل‬
َ ‫دْ أَ ْفلَح من َّ ها ْ ت‬
‫ن‬ ˚ ‫ْن كا – و ي النَّا ي‬
‫و‬ ْ‫د‬ ‫رَأ‬ ‫ز‬
‫س‬

2) ‫كبرى˚ ال القلقلة‬, yakni huruf qalqalah yang berada di akhir


kalimat atau waqaf (berhenti. Contohnya: ‫ق˚ ْ ل أ ِ ب‬
ِ
‫ق‬
‫َر ب‬
‫عوذ˚ ال َفل‬
‫مآ ت الب˚ ˚رو ِ ج‬
َ ‫– وال‬
‫ِء َذا‬
‫س‬
‫ القلقلة‬harus kelihatan lebih jelasa dan kuat ketika waqof pada

17
huruf yang bertasydid, seperti: – ‫وت ب – ق‬
‫ج‬ ‫الح‬ ‫الح‬
c. ‫ال ن‬
’‫ِل‬
‫ْي‬
ْ‫ ين ِ’ل ال‬menurut bahasa artinya lembut. Sedangkan menurut istilah
ialah pengucapan huruf yang lembut tanpa harus memaksakan.
Sifat ini terdapat pada dua huruf, yakni Wawu sukun (ْ‫ ) و‬dan Yau

18
sukun ( ‫ ) ي‬yang huruf sebelumnya berharakat fathah, seperti: ‫خ ْو‬
‫ف‬
‫ت‬
‫– َب ْي‬

d. ‫˚ف‬
‫اإل ْن ِح َرا‬
‫ف‬
َ‫ را ِح ْن اإل‬menurut bahasa artinya condong. Sedangkan menurut
˚
istilah ialah membunyikan huruf tertentu dengan
mencondongkon huruf pada makhrajnya sendiri pada makhraj
huruf yang lain. Karena itu, dalam melafalkannya lidah harus
dilenturkan. Hurufnya ada 2 (dua) macam, yaitu:

1) ‫ل‬, menyebutkannya dengan condong keluar atau ke ujung


lidah,
2) ‫ر‬, menyebutkannya dengan condong ke dalam serta sedikit

keluar.

.e ‫التَّ ْك ِري ˚ر‬


َّ‫ ر˚ ِري ْك الت‬menurut bahasa artinya mengulangi. Sedangkan
menurut istilah ialah pengucapan huruf yang disertai bergetarnya
ujung lidah. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ‫ر‬.

f. ‫’شي‬
‫التَّف‬
‫’شي‬
‫ التََّف‬menurut bahasa artinya menyebar. Sedangkan menurut
istilah adalah pengucapan huruf yang disertai menyebarnya angin
di dalam mulut. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ‫ش‬. Tafasysyi
dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

1) Tafasysyi Kubra (besar), yaitu jika huruf syin berharakat tasydid


(‫)ش‬,
2) Tafasysyi Wustho (sedang), yaitu jika huruf syin berharakat sukun
19
‫‪),‬ش(‬

‫‪20‬‬
3) Tafasysyi Sughra (kecil), yaitu jika huruf syin berharakat fathah
َ ).
.g ˚‫اإل شطالَة‬
˚‫ اإل ( طالَة‬menurut bahasa artinya memanjang. Sedangkan menurut
ِ
‫ت‬
ِ
‫ت‬
‫س‬

‫س‬
istilah adalah pengucapan huruf yang disertai memanjangnya
suara dari awal sisi lidah sampai akhirnya. Sifat ini hanya
dimiliki oleh huruf ‫ض‬. Suara (‫ )ض‬memanjang dari permulaan,
tapi lidah bersambung dengan makhraj ‫ل‬.

C. Keragaman Sifat-Sifat dalam Setiap Huruf


Keragaman Sifat-sifat dalam Setiap Huruf
Nomor
Jumlah

7 6 5 4 3 2 1
Huruf
Sifat

5 ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫شد’ة‬ ‫جهر‬ ‫أ‬ 1

6 ‫قلقلة‬ ‫اذالق‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫شد’ة‬ ‫جهر‬ ‫ب‬ 2

5 ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫شد’ة‬ ‫همس‬ ‫ت‬ 3

5 ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫همس‬ ‫ث‬ 4

6 ‫قلقلة‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫شد’ة‬ ‫جهر‬ ‫ج‬ 5

5 ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫همس‬ ‫ح‬ 6

5 ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استَعلء‬ ‫رخاوة‬ ‫همس‬ ‫خ‬ 7

6 ‫قلقلة‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫شد’ة‬ ‫جهر‬ ‫د‬ 8

21
‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫ذ‬ ‫‪9‬‬

‫‪7‬‬ ‫تكرير‬ ‫انحراف‬ ‫اذالق‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ر‬ ‫‪10‬‬

‫‪6‬‬ ‫صفير‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫ز‬ ‫‪11‬‬

‫‪6‬‬ ‫صفير‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫همس‬ ‫س‬ ‫‪12‬‬

‫‪22‬‬
‫‪6‬‬ ‫تفشي‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫هم‬ ‫ش‬ ‫‪13‬‬
‫س‬
‫‪6‬‬ ‫صفير‬ ‫اصمات‬ ‫اطباق‬ ‫استَعلء‬ ‫رخاوة‬ ‫هم‬ ‫ص‬ ‫‪14‬‬
‫س‬
‫‪6‬‬ ‫استطالة‬ ‫اصمات‬ ‫اطباق‬ ‫استَعلء‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫ض‬ ‫‪15‬‬

‫‪6‬‬ ‫قلقلة‬ ‫اصمات‬ ‫اطباق‬ ‫استَعلء‬ ‫شد’ة‬ ‫جهر‬ ‫ط‬ ‫‪16‬‬

‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫اطباق‬ ‫استَعلء‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫ظ‬ ‫‪17‬‬

‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ع‬ ‫‪18‬‬

‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استَعلء‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫غ‬ ‫‪19‬‬

‫‪5‬‬ ‫اذالق‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫هم‬ ‫ف‬ ‫‪20‬‬


‫س‬
‫‪6‬‬ ‫قلقلة‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استَعلء‬ ‫شد’ة‬ ‫جهر‬ ‫ق‬ ‫‪21‬‬

‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫شد’ة‬ ‫هم‬ ‫ك‬ ‫‪22‬‬


‫س‬
‫‪6‬‬ ‫انحراف‬ ‫اذالق‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ل‬ ‫‪23‬‬

‫‪5‬‬ ‫اذالق‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫م‬ ‫‪24‬‬

‫‪5‬‬ ‫اذالق‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫توسط‬ ‫جهر‬ ‫ن‬ ‫‪25‬‬

‫‪6‬‬ ‫لين‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫و‬ ‫‪26‬‬

‫‪5‬‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫هم‬ ‫ه‬ ‫‪27‬‬


‫س‬
‫‪6‬‬ ‫لين‬ ‫اصمات‬ ‫انفتاح‬ ‫استفال‬ ‫رخاوة‬ ‫جهر‬ ‫ي‬ ‫‪28‬‬

‫‪D. Tes Formatif‬‬


‫!‪Silahkan praktikkan bacaan dari lafaz-lafaz yang ada pada tabel di bawah ini‬‬

‫‪1‬‬
1
1
ISTI’ADZAH DAN BASMALAH
A. Definisi Isti’adzah dan Basmalah
Isti’adzah ditinjau secara bahasa adalah,

‫اإللتجاء واإلعتصام و التح صـ‬


‫ن‬
Memohon perlindungan, pemeliharaan dan penjagaan dari Allah Swt.
Sedangkan Isti’adzah jika dilihat dari pemaknaan secara istilah memiliki arti,
‫لفـظ مقصــود بـ ـه إعتص ـام القــارىء والتجـاؤه بالــل تعــالى عن ش ’ر الش ـيطان‬
perlindungan dan pemeliharaan memohon untuk qari seorang dimaksudkan yang Lafazh
setan. kejahatan dari ta’ala Allah
Dalam Qur’an surat an-Nahl ayat 98, Allah Swt menjelaskan,
‫طان ال َّر ِجي ِم‬
ْ ‫ِ َإذا قَ َرأْ ْ لق˚ ن ستَ ِع ِ من‬
‫رآ ت ا فَا ْذ ا ّلل ال ي‬
َ ْ

‫ش‬
“Apabila engkau membaca Al-Qur’an hendaklah engkau meminta perlindungan
kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. Al-Nahl: 98)
Para ulama berbeda pendapat apakah perintah yang ada pada ayat di atas
menunjukkan suatu kewajiban atau keutamaan. Tetapi yang jelas bahwa
mengucapkan Isti’adah sebelum membaca al-Qur’an lebih baik dari pada tidak
mengucapkannya.
Adapun kata basmalah berasal dari kata ‫ بسمل – يبسمل – بسمللة‬yang memiliki

makna hampir sama dengan kata isti’adzah, yaitu memohon perlindungan


dengan meyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang baik di
dunia dan akhirat. Lafad basmalah juga sering disebut dengan bacaan
tasmiyah.

B. Hukum Membaca isti’adzah dan Basmallah


1
Allah memerintahkan membaca isti’adzah ketika hendak membaca al-
Qur’an. Allah berfirman dalam surah an-Nahl ayat 98. “Apabila kamu membaca Al
Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”

2
Menurut Jumhur ‘ulama hukum isti’adzah adalah sunnah ketika hendak
membaca al-Qur’an, sebagian ‘ulama lainnya menyatakan wajib. Menurut mereka,
isti’adzah hukumnya mubah dan mereka membawa perintah Allah kepada
sunnah, apabila qari’ tidak membaca isti’adzah dia tidak berdosa.
Dalam kitab An-Nasyr fi Qiro’atil ‘Asyr karya Ibnul Jazari dikatakan bahwa
isti’adzah dilakukan sebelum membaca al-Qur’an, karena dengan isti’adzah ini
merupakan pensuci mulut kita dari apa yang telah dilakukan oleh lisan kita
seperti perkataan main-main, perkataan jelek, kemudian mempersiapkan lisan
kita untuk membaca kalamullah, permintaan perlindungan seseorang kepada
Allah dari kesalahan-kesalahan yang akan datang ketika membaca al-Qur’an dan
selainnya, serta keyakinan akan kekuasaan Allah dan pengakuan kelemahannya
dari musuh yang tersembunyi yang tidak sanggup manusia mencegahnya, karena
hanya Allah- lah yang bisa mencegahnya.
Adapun dalam cara membaca isti’adzah, terdapat perbedaan dikalangan para
ulama. Dalam kitab al-Wafi syarah kitab asy-Syatibiyyah lil Qiro’atissab’ dikatakan
terdapat 4 tempat seseorang membaca Isti’adzah dengan sirr (pelan, hanya
terdengar oleh dirinya sendiri), yaitu:
1. Jika seorang qari ingin membaca isti’adzah dengan sirr .
2. Jika dia sedang sendiri, baik dia membaca Qur’an dengan sirr atau jahr,
maka hendaknya dia sirrkan isti’adzah-nya.
3. Ketika seseorang berada dalam keadaan shalat, baik shalat sirr
maupun dijahrkan, baik sendiri maupun menjadi imam.
4. Ketika sedang membaca di tengah jama’ah yang tengah bertadarus
(membaca al-Qur’an) dan dia bukan sebagai pembaca pertama.
Selain dalam kondisi di atas, maka diutamakan membaca isti’adzah secara jahr.
Menurut mazhab Hanafiyyah dan Hanabilah, Basmalah dibaca dengan pelan
baik pada sholat Sirriyyah maupun sholat Jahriyyah. Menurut Syafi’iyyah,
Basmalah dibaca dengan pelan pada sholat Sirriyyah dan dibaca dengan keras
pada sholat Jahriyyah. Adapun menurut Malikiyyah, makruh hukumnya
membaca
2
Isti’adzah dan Basmalah dengan keras sebelum al-Fatihah dengan surat, tetapi
mereka berbeda pendapat apabila keduanya dibaca dengan pelan.
Menurut mazhab Syafi’iyyah wajib hukumnya membaca Basmalah pada
awal surat Al-Fatihah, sebab menurut mereka Basmalah termasuk salah satu ayat
dalam surat tersebut. Jumhur Ulama mengharamkan membaca Basmalah
pada awal surat al-Baro’ah atau At-Taubah. Jika dilihat secara seksama,
dalam mushaf Utsmany pun tidak ditemukan tulisan basmalah pada awal surat
at-Tawbah. As- Suyuthi dalam al-Itqan mengatakan bahwa seorang qari
hendaknya selalu menjaga untuk membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim” di awal
setiap surat selain surat at- Tawbah, karena mayoritas ulama berpendapat
bahwa ia merupakan ayat yang tersendiri dan ia merupakan salah satu ayat
dari surat An Naml, apabila tidak membaca basmalah, menurut para ulama
sama halnya ia meninggalkan sebagian khataman al-Qur’an.

C. Cara membaca Isti’adzah dan Basmallah


Terdapat empat cara dalam membaca Isti’adzah dan Basmalah di awal surat.
yaitu (1) Waqful Jami’ (diputus atau tidak disambung semua); (2) Washlul jami’
(disambung semua); (3) Waqful Isti’adah, waslul Basmalah bi awwal al-surah.
(membaca Isti’adzah, kemudian menyambung basmallah dengan awal surat); (4)
Washlul Isti’adah bi al-Basmalah, waqful awwal al-surah. (Menyambung
Isti’adzah dengan basmalah, kemudian membaca awal surat).

D. Tes Formatif
1. Cara membaca Ta’awudz, Basmalah dan Surah yang di waqofkan
seluruhnya dikenal dengan istilah ....
.a ‫قَْط ُع ا ْ َلِ مْيع‬
.b ‫و ْص ُل ا ْ َلِ ْميع‬
.c ‫ل‬¹ ِ ‫قَْط ُع اْل ُك‬

2
.d ‫ل‬¹ ِ ‫َ و ْص ُل اْل ُك‬

2. Jelaskan definisi dari Isti’adzah dan Basmallah!


3. Bagaimana hukum membaca Isti’adzah dan Basmallah?
4. Jelaskan cara membaca Isti’adzah dan Basmallah dan sertakan contohnya!

HUKUM ALIF LAM TA’RIF


2
A. Definisi Alif Lam Ta’rif
Dalam ilmu Nahwu, salah satu tanda dari kalimat isim (kata benda) adalah
dapat dimasuki alif dan lam ta’rif atau yang lebih dikenal dengan sebutan” al ta’rif”
atau “al-Mu’arrifah”. Lafaz Ta’rif (
ْ ‫ ) ي ِر ْع َت‬mempunyai akar kata dari ‫ع َّر‬
‫ف‬
‘Arafa ( ‫ف‬
), yang berarti mengenal. Dari kata dasar ini dapat disimpulkan bahwa al-ta’rif
adalah “al” yang berfungsi untuk mengenalkan atau menentukan suatu benda
yang semula masih bersifat umum. Misalnya lafaz : ‫ رجل‬kiranya masih bersifat
umum, dan belum jelas siapa laki-laki yang dimaksud, kemudian lafad tersebut
dikenalkan dan ditentukan dengan al-Ta’rif, maka dapat diketahui siapa
sebenarnya laki-laki yang dimaksud.
Dengan demikian al-Ta’rif adalah “al" yang berfungsi untuk menjadikan
isim ma’rifah (isim yang mempunyai makna tertentu) yang semula isim nakirah
(isim yang belum mempunyai makna tertentu).
Dalam ilmu tajwid, keberadaan al yang masuk pada isim mempunyai
dampak hukum tersendiri, dan menjadikan perubahan bacaan apakah
bacaanya tembus atau tidak.
Sesuai dengan fungsinya, maka apabila ada al masuk pada salah satu huruf-
huruf hijaiyah mempunyai 2 hukum:
Qomariyah (‫َ ها ˚ر َ ق َم ِرَّية‬ ‫) ِۗا‬
‫ ظ‬.Izhar 1
2. Idgham Syamsiyah (َّ‫ْ ية‬
˚ ‫) ِۗاد‬
‫س‬ ‫م م‬
‫غا ش‬

B. Hukum Izhar Qomariyah


1. Pengertian Izhar Qomariyah
Izhar berarti terang, sedang Qomariyah berarti sesuatu yang bersifat
bulan (misalnya bacaan Al-Qomariyah). Dari pengertian harfiah tersebut,

2
maka dapat ditentukan bahwa yang dimaksud dengan izhar qomariyah adalah
menampakkan bacaan Al-Ta’rif di awal kalimat isim sebagaimana kejelasan
bacaan Al pada lafaz Al-Qomariyah ( ˚ََّ‫) ية ِر َم ْلقَ ا‬.

2
Lam yang terdapat pada al-Qomariyah tetap tebal, tidak berubah
bacaannya dalam arti lam tertsebut tetap terbaca walaupun bertemu
huruf- huruf hijaiyah. Misalnya lafad : ‫ م˚ ْل ِع ْل َا‬, maka cara membacanya
adalah Al-Ilmu. Pada bacaan lam nya masih tetap terbaca, tidak tembus
pada huruf didepannya.

2. Huruf Izhar Qomariyah


Lam tetap terbaca dalam suatu lafad, apabila bertemu dengan huruf
qomariyah yaitu sebanyak 14 huruf yang terkumpul dalam bait berikut:

‫ا ْ ِْل ْظ َها ˚ر ا ْلَق َم‬ IZHAR QOMARIYAH


‫ِر ُّي‬
‫أَ ْبِغ َح َّج َك َو َخ‬ Apabila alif lam (lam ta'rif) bertemu dengan salah
satu huruf Qomariyah, maka harus dibaca jelas
‫ْف َع ِق ْي َم ْه‬ (huruf lam dibaca)

‫أ‬ ‫ا ْْلَ َح ˚د‬ ‫ا ْْلَ ْر‬ ‫ا ْْلَ ْب َصا ا ْْلَ ْن ٰه ˚ر‬ ˚‫ا ْْل˚ َّمة‬
‫˚ض‬ ‫˚ر‬
‫ا ْْلَ ِل ْي ˚م‬ ‫ا ْ ِْل ْن َسا‬ ˚‫ا ْْلَ ْس َو ا َْْل ْن َواع‬ ‫ا ْْلَ ْن َعا ˚م‬
‫˚ن‬ ‫˚د‬
‫ا ْْلَ ِم ْي ˚ر‬ ‫ا ْْلَ ْش ِق َيآ‬ ‫ا ْْلَ َم ˚د‬ ‫ا ْْلَ ْز َوا‬ ˚‫ا ْْلَ ِخ َرة‬
‫˚ء‬ ‫˚ج‬
‫ا ْْلَ َج ˚ل‬ ‫ا ْ ِْل ْك َرا‬ ‫ا ْْلَ َج َل‬ ‫ا ْْلَ ْب َيا‬ ‫ا ْْلَ ِس ْي ˚ر‬
‫˚م‬ ‫˚ض‬
‫ب‬ ˚‫ا َْلب َق َرة‬ ‫ا ْلبَ ِص ْي‬ ‫ا ْلبَ ْح ˚ر ا ْل َب ُّر‬ ˚‫ا ْلب˚ ْق َعة‬
‫˚ر‬
‫ا ْلبَ ِس ْي ˚ط‬ ‫ا ْ ل َب ْ س‬ ‫ا ْل َبا ِر ˚ئ‬ ‫ا ْلبَ َيا ˚ن‬ ‫ا ْل َبا ِع ˚ث‬
˚‫َطة‬
‫ا ْلَبا ِط ˚ن‬ ‫ا ْل َباِقي‬ ‫ا ْل َب ِد ْي ˚ع‬ ‫ا ْلب˚ ْك ˚م‬ ‫ا ْلب˚ ْر َها ˚ن‬

‫ا ْلبَ ْر ˚ق‬ ‫ا ْلِبَنا ˚ء‬ ‫ا ْ ل َب ِ ش ْي‬ ‫ا ْل َبع˚ ْو‬ ‫ا ْل َبا ِط ˚ل‬


‫˚ر‬ ˚‫َضة‬

2
‫غ‬ ‫ا ْل َغ ْي ˚ب‬ ‫ا ْل َغف˚ ْو‬ ‫ا ْل َغنِ ُّي‬ ‫ا ْلَغ َّفا ˚ر‬ ‫ا ْل َغ َما ˚م‬
‫˚ر‬
‫ا ْ ل َغ َ ض‬ ‫ا ْلَغافِ ˚ل‬ ‫ا ْل ِغ َشا‬ ‫ا ْلَغ ۤا ِٕى ِط‬ ‫ا ْل َغ ْر ˚ق‬
‫˚ب‬ ‫َوة˚‬
‫ا ْل َغ ْم َرة˚‬ ‫ا ْلَغ ِر ْي‬ ‫ا ْل َغ ْي ˚ظ‬ ‫ا ْلَغ َرا ˚م‬ ‫ا ْل ٰغ ِب ِر ْي َن‬
‫˚ب‬
‫ا ْل ٰغ ِف ِل ْي َن‬ ‫ا ْل ٰغ ِو ْي َن ا ْل ٰغ ِلبِ ْي َن‬ ‫ا ْلَغ ْو ˚ل‬ ‫ا ْلغ˚ ٰل ˚م‬
‫ح‬ ‫ا ْل َح ْم ˚د‬ ‫َ ح ِم ْي‬ ‫ا ْل‬ ‫ا ْل َح ِف ْي ˚ظ ا ْل َح َك ˚م ا ْل َح ِل ْي ˚م‬
‫˚د‬
‫ا ْ ل َ ح ِ س ْي‬ ‫َح ُّق‬ ‫ا ْل‬ ‫ا ْل َح ُّي‬ ‫ا ْل ِح َجا‬ ‫ا ْل ِح َّطة˚‬
‫˚ب‬ ‫َرة˚‬
‫ا ْل َح َج ˚ر‬ ‫ا ْ ل ˚ح‬ ‫ا ْل َح َرا‬ ‫ا ْل َحنِ ْي‬ ‫ا ْل َح ِك ْي ˚م‬
‫َّجة˚‬ ‫˚م‬ ‫˚ف‬
‫ا ْ ل ِ ح َ صا‬ ‫ا ْل َح ْر‬ ‫ا ْل َح ٰيوة˚‬ ‫ا ْل َحا ِف َرة˚ ا ْل ِح َسا‬
‫˚ن‬ ‫˚ث‬ ‫˚ب‬
‫ج‬ ‫ا ْل ˚ج ْمَعة˚‬ ‫ا ْ ل َ ج ِد ْ ي‬ ‫ا ْ ل ˚ج ْ م‬ ‫ا ْ ل َ ج ِم ْي‬ ‫ا ْل َج َّبا ˚ر‬
‫˚د‬ ‫َلة˚‬ ‫˚ل‬
‫ا ْ ل َ ج ِ ل ْ ي ˚ل‬ ‫ا ْل َجا ِم‬ ‫ا ْ ل َ ج ِم ْي‬ ‫ا ْ ل َ ج َس‬ ‫ا ْل ِج َّنة˚‬
‫˚ع‬ ‫˚ع‬ ‫˚د‬
‫ا ْل َجنَّة˚‬ ‫ا ْل َجا ِع‬ ‫ا ْ ل َ ج ِ ح ْي‬ ‫ا ْل ˚ج ˚ر ˚ز ا ْل َج ۤا ُّن‬
‫˚ل‬ ‫˚د‬
‫ا ْل َج ْه َرة˚‬ ‫ا ْ ل َ ج ِ ح ْي‬ ‫ا ْل ِجَبا ˚ل‬ ‫ا ْل َج َزآ‬ ‫ا ْل ِج ُّن‬
‫˚م‬ ‫˚ء‬
‫ك‬ ‫ا ْل َك ْوثَ ˚ر‬ ‫ا ْل َكافِ ˚ر‬ ‫ا ْل َك ْع َبة˚ ا ْل ˚ك َّفا ˚ر‬ ‫ا ْل َكا ِت ˚ب‬

‫ا ْل ِكتَا ˚ب‬ ‫ا ْل َ ِ‬
‫كب ْي ˚ر‬ ‫ا ْل ˚ك َّبا ˚ر ا ْل َك ِر ْي‬ ‫ا ْل َك ِث ْي ˚ر‬
‫˚م‬
‫ا ْل َك ِل ْي ˚م‬ ‫ا ْل ٰك ِف ِر ْي‬ ‫ا ْل ِك َرا‬ ‫ا ْ ل ِ ك ْس‬ ‫ا ْل َك َّذا ˚ب‬
‫َن‬ ‫˚م‬ ‫َوة˚‬
‫ا ْل َك َوا ِع‬ ‫ا ْل َكأْ ˚س‬ ‫ا ْل َك َّرة˚‬ ‫ا ْل ˚ك ْب‬ ‫ا ْل َك ْس ˚ر‬
‫˚ب‬ ‫ٰرى‬

‫‪2‬‬
‫و‬ ‫ا ْل َوا ِح ˚د‬ ‫ا ْل َوا ِج‬ ‫ا ْل َو ِل ُّي‬ ‫ا ْل َوا ِج‬ ‫ا ْل َو َقا ˚ر‬
‫˚ب‬ ‫˚د‬

‫‪2‬‬
‫ا ْل َو ِف ْي ˚ر‬ ‫ا ْل َوق˚ ْو‬ ‫ا ْل ˚و ˚ج‬ ‫ا ْ ل ِو ْ ج‬ ‫ا ْل َو َس ˚ط‬
‫˚د‬ ‫ْوه˚‬ ‫َهة˚‬
‫ا ْل َو ˚د ْو ˚د‬ ‫ا ْل َو َّها‬ ‫ا ْل َوا ِس‬ ‫ا ْل َوا ِر‬ ‫ا ْل ٰو ِرث˚ ْو َن‬
‫˚ب‬ ‫˚ع‬ ‫˚ث‬
‫ا ْل َوا ِلي‬ ‫ا ْل َوا ِج َفة˚ ا ْل ِو َفا ˚ق‬ ‫ا ْل َو ِز ْي ˚ر ا ْل َو ْز‬
‫˚ن‬
‫خ‬ ‫ا ْل َخبِ ْي ˚ر‬ ‫ا ْل َخا ِل‬ ‫ا ْل َخافِ‬ ‫ا ْل َخ ْطَفَة ا ْل َخ ْي َرا‬
‫˚ق‬ ‫˚ض‬ ‫˚ت‬
‫ا ْل َخا ِس‬ ‫ا ْ ل َ خ ِ ل ْي‬ ‫ا ْ ل َ خ ْو‬ ‫ا ْل َخ َطا َي ا ْل َخا ِش‬
‫َرة˚‬ ‫َفة˚‬ ‫˚ف‬ ‫˚ع‬
‫ا ْل َخ َّرا‬ ‫ا ْل ِخ ْز‬ ‫ا ْل ِخ ْي‬ ‫ا ْل ِخ َطا ˚ب ا ْل َخ ْي‬
‫˚ص ْو ˚ن‬ ‫˚ي‬ ‫َرة˚‬ ‫˚ل‬
‫ا ْل ˚خ ْر‬ ‫ا ْل َخ ˚ذ ْو‬ ‫ا ْ ل ٰ خ ِ ل ِ ق ْي‬ ‫ا ْل ٰخ ِلق˚ ْو َن ا ْل ِخ َيا ˚م‬
‫˚ط ْو ِم‬ ‫˚ل‬ ‫َن‬
‫ف‬ ‫ا ْل ِف ْي ˚ل‬ ‫ا ْل ٰف ِس ِق ْي‬ ‫ا ْل َف ْض‬ ‫ا ْلفَ َسا ˚د‬ ‫ا ْل َفتَّا ˚ح‬
‫َن‬ ‫˚ل‬
‫ا ْلف˚ ْل ˚ك‬ ‫ا ْ فل َا ِس ˚ق‬ ‫ا ْلف˚ ْو ˚م‬ ‫ا ْل َف ْو ˚ق‬ ‫ا ْل َف ِر ْي ˚ق‬

‫ا ْلف˚ ْرَقا ˚ن‬ ‫ا ْلفَ ِر ْي ˚د‬ ‫ا ْلفَ ِق ْي ˚ر‬ ‫ا ْل ِفتْ نَ ة˚‬ ‫ا ْل ِف َّضة˚‬

‫ا ْل َف َراغ˚‬ ‫ا ْلف˚ َؤا ˚د‬ ‫ا ْلف˚ َرا‬ ‫ا ْل ِف ْر َد ْو‬ ‫ا ْل ِف َرا ˚ر‬


‫˚ت‬ ‫َس‬
‫ع‬ ‫ا ْلَعا ِقَبة˚‬ ‫ا ْل َع ِل ْي‬ ‫ا ْل َعا ِف ْي‬ ‫ا ْ ل َع ِز‬ ‫ا ْ ل َ ع ْ د ˚ل‬
‫˚م‬ ‫َن‬ ‫ْي ˚ز‬
‫ا ْل َع ِظ ْي ˚م‬ ‫ا ْل َع ِل ُّي‬ ‫ا ْل َعف˚ ُّو‬ ‫ا ْل َع ْه‬ ‫ا ْل ِع ْل ˚م‬
‫˚د‬
‫ا ْلَع َذا ˚ب‬ ‫ا ْل َع ˚د‬ ‫ا ْل َع َطآ‬ ‫ا ْلَع ْي ˚ن‬ ‫ا ْ ل ِ ع ْ ج ˚ل‬
‫ُّو‬ ‫˚ء‬
‫ا َْلع ْب ˚د‬ ‫ا ْلَعا ِب ˚د‬ ‫ا ْلَع ِق ْي َبة˚‬ ‫ا ْل ِع َقا‬ ‫ا ْل ِع َبا ˚د‬
‫˚ب‬
‫ق‬ ‫ا ْلق˚ ْر َءا‬ ‫ا ْل َقُّي ْو ˚م‬ ‫ا ْلق˚ ُّد ْو‬ ‫ا ْل َق ِد ْي‬ ‫ا ْل َقا ِب ˚ض‬
‫˚ن‬ ‫˚س‬ ‫˚ر‬

‫‪2‬‬
‫ا ْل ِق ْبَلة˚‬ ‫ا ْل َق ْل ˚ب‬ ‫ا ْلق˚ل˚ ْو‬ ‫ا ْلَقَنا ِط ْي ِر‬ ‫ا ْل ِق ْس ˚ط‬
‫˚ب‬ ‫ُ˚‬
‫ا ْل َق ِو ُّي‬ ‫ا ْل َق َّها‬ ‫ا ْلَق ْس َوة˚‬ ‫ا ْل َق ْريَة˚‬ ‫ا ْل قِ ثَّآ ˚ء‬
‫˚ر‬

‫‪3‬‬
‫ا ْل َق ِر ْي‬ ‫ا ْلق˚ َّو ِة‬ ‫ا ْلق˚ ˚ص‬ ‫ا ْلقَ َم ˚ر‬ ‫ا ْل َق َرا ˚ر‬
‫˚ب‬ ‫ْو ˚ر‬
‫ي‬ ‫ا ْل َي ْو ˚م‬ ‫ا ْل َِيت ْي ˚م‬ ‫ا ْل َي ٰت ٰمى‬ ‫ا ْ ل َي ِم ْي‬ ‫ا ْلي˚ ْس ˚ر‬
‫˚ن‬
‫ا َْلي ˚د‬ ‫ا ْ ل َي ِ س ْي‬ ‫ا ْليَ َسا ˚ر ا ْل َي ِق ْي ˚ن‬ ‫ا ْل َياق˚ ْو ˚ت‬
‫˚ر‬
‫ا ْل َي َما‬ ‫ا ْ ل َي َ س َ ع‬ ‫ا ْل َي ُّم‬ ‫ا ْ ل َي َ ق‬ ‫ا ْل َي ˚ه ْو ˚د‬
‫˚ن‬ ‫َظة˚‬
‫م‬ ‫ا ْل ˚م ْص ا ْل َم َلئِ َكة˚ ا ْل ˚م ْز‬ ‫ا ْل ˚م ْن‬ ‫ا ْل ˚م ْس ِل ˚م‬
‫˚ن‬ ‫ِ ل ˚ح‬ ‫ِزل˚ ْو َن‬
‫ا ْل ˚م ْف ِل ا ْل ˚م ْؤ ِم‬ ‫ا ْل ˚م ِح ْي ا ْل ˚م ِع‬ ‫ا ْل َم َوا ِل ˚ي‬
‫˚ن‬ ‫˚ح‬ ‫ُّز‬ ‫˚ط‬
‫ا ْل ˚متَ َك ِ’ب ا ْل ˚م َه ْي ِم ا ْل ˚م ْ َ‬
‫قت ِد ا ْل ˚م ِج ْي‬ ‫ا ْل ˚م َص ِ’ و‬
‫˚ب‬ ‫˚ر‬ ‫˚ن‬ ‫˚ر‬ ‫˚ر‬
‫ا ْل ِم َها ˚د ا ْل َم ِص ْي‬ ‫ا ْل ˚م ِذ ُّل ا ْل َم ُّن‬ ‫ا ْل ِم ْي َعا ˚د‬
‫˚ر‬
‫هـ‬ ‫ا ْل َه ِد َّية˚ ا ْل َها ِدي ا ْل ˚ه ٰدى‬ ‫ا ْل َه ْم‬ ‫ا ْل َه ٰوى‬
‫˚س‬
‫ا ْل َه ’يِ ˚ن‬ ‫ا ْل َه ُّد‬ ‫ا ْل َه َّما ا ْل َهَل ˚ك‬ ‫ا ْل َهل˚ ْو ˚ع‬
‫˚ر‬
‫ا ْل َه َر‬ ‫ا ْل ˚ه ْد‬ ‫ا ْل َه ُّم ا ْل َهل˚ ُّم‬ ‫ا ْل َه ْد ˚ي‬
‫˚ب‬ ‫˚ه ˚د‬
‫ا ْل ِه ْي ˚م‬ ‫ا ْل ˚ه ْو‬ ‫ا ْل ٰه ِل ِك ْي ا ْل ˚ه ˚ز‬ ‫ا ْل ِه َّمة˚‬
‫˚ن‬ ‫˚و‬ ‫َن‬

‫‪C. Hukum Idgham Syamsiyah‬‬


‫‪1. Pengertian Idgham Syamsiyah‬‬
‫‪Idgham berarti memasukkan, sedang syamsiyah berarti yang bersifat‬‬
‫‪seperti lam dalam lafaz Asy-Syamsiyah. Dengan demikian maka yang‬‬
‫‪dimaksud al-Syamsiyah adalah bacaan lam ta’rif diawal kalimat isim yang‬‬
‫‪tidak ditampakkan. Sebagaimana tidak ditampakkannya Lam pada lafaz Al-‬‬
‫‪3‬‬
Syamsiyah ( ˚َّ ‫ اَل ْ ي‬.)
‫ةس‬ ‫م‬
‫ش‬

3
Lam yang terdapat pada Al- Syamsiyah menjadi tembus dan berubah dari
bacaan semula, dalam arti lam tersebut tidak dibaca lagi jika bertemu huruf-
huruf hijaiyah tertentu. Misalnya lafad: ٰ َّ‫ ر ال‬maka cara membacanya adalah
‫ن‬ ‫َم‬
‫ح‬

“Ar-Rahman” bukan “Al-Rahman”, dan pada bacaan itu lamnya tembus


tidak dibaca.

2. Huruf Idgham Syamsiyah

Lam tembus tidak terbaca dalam suatu isim adalah apabila bertemu
dengan huruf-huruf idgham syamsiyah. Yaitu sebanyak 14, selain huruf-
huruf Izhar Qomariyah di atas:

‫ا ْ ِْل ْد َغا ˚م ال َّش ْم ِس ُّي‬ IDGHAM SYAMSIY

‫ ِ ط ْب ِ ص ْل َر ْح ًما َتف˚ ْز‬Apabila alif lam (lam ta'rif) bertemu


dengan salah satu huruf
‫ِض ْف َذا ِنَع ْم‬ ‫ث˚ َّم‬ Syamsiyah, maka harus dibaca
‫َ د ْع س َ ء َظ ’ن ˚ز ْز‬
‫َش ِر ْيًفا ِل ْل َك َر ْم ˚ ْو‬
idgham
(huruf lam tidak dibaca)

‫ط‬ ‫ال َّطيِ’َبا‬ ‫ال َّط ۤا‬ ‫ال َّط َم ˚ع‬ ‫ال ُّط ْغ َيا‬ ‫ال ُّط ْو‬
‫˚ت‬ ˚‫َّمة‬ ‫˚ن‬ ‫˚ر‬
‫ال ُّط ْو َفا‬
‫ال ِ ’ط ْي ِن‬ ‫ال َّطا ˚ع‬ ‫ال َّطبِ ْي‬ ‫ال ِ ’ط ْي‬
‫˚ن‬ ‫ْو ˚ن‬ ‫˚ب‬ ‫˚ن‬
‫ال َّطَعا ˚م ال َّطا ˚غ‬ ‫ال َّط ˚ه ْو‬ ‫ال ُّط ْو‬ ‫ال َّط ََل‬
‫ْو ˚ت‬ ‫˚ر‬ ‫˚ل‬ ‫˚ق‬
‫ال ِ ’طَبا‬ ‫ال َّط ْي‬ ‫ال ّٰط ِغ ْي‬ ‫ال َّطا ِغ‬ ’‫ال َّط ِي‬
‫˚ق‬ ‫˚ر‬ ‫َن‬ ˚‫َية‬ ‫˚ب‬

3
‫ث‬
‫الثَّ َوا ˚ب الثَّ َم ٰر ˚ت‬ ‫الثُّل˚ ˚ث‬ ‫الثُّ ˚م ˚ن‬ ‫الثُّل˚ ٰث ˚ن‬

‫الثَّٰ لثَة˚‬ ‫الثِ’قَا َل‬ ‫الثَّا ِب ˚ت‬ ‫الثَّ ٰرى‬ ‫الثَّ َق ٰل ˚ن‬

‫‪3‬‬
‫الثَّا ِن َية˚‬ ‫ال ِث’ َما‬ ‫الثَّ َّجا ˚ج‬ ‫الثُّ َلِثي‬ ‫الثُّ َلثَآ ˚ء‬
‫˚ر‬
‫الثُّب˚ ْو ˚ر‬ ‫الثَّاِبتَة˚‬ ‫الثَّ ْو ˚ب‬ ‫الثِ’يَا ˚ب‬ ‫الثَّ َوا ˚ب‬

‫ص‬ ‫ال ّٰص ِل ِح ال ّٰص ِل ٰح‬ ‫ال َّص َم‬ ‫ال ّٰصبِ ِر ْي‬ ‫ال ّٰص ِد ِق‬
‫˚ت‬ ‫ْي َ ن‬ ‫˚د‬ ‫َن‬ ‫ْي َ ن‬
‫ال ّٰص‬ ‫ال َّص َوا‬ ‫ال َّص َوا‬ ‫ال ّٰص‬ ‫ال َّصا ِبـ ِٕـ‬
‫ِعَقة˚‬ ‫˚ب‬ ‫ِع ˚ق‬ ‫ِعَقة˚‬ ‫ْي َ ن‬
‫ال َّص‬ ‫ال ِ ’صيَا‬ ‫ال َّص ْو‬ ‫ال ُّص ˚د‬ ‫ال ِ ’ ص‬
‫ٰلوة˚‬ ‫˚م‬ ‫˚م‬ ‫ْو ˚ر‬ ‫َرا ˚ط‬
‫ال َّصَفا‬ ‫ال َّصا ِح‬ ‫ال َّص ْب ˚ر‬ ‫ال َّص َد ٰق ال َّص ِر ْي‬
‫˚ب‬ ‫˚م‬ ‫˚ت‬
‫ر‬ ‫ال ّٰر ِس‬ ‫ال ُّر ْع‬ ‫ال َّر ˚ء ْو‬ ‫ال َّر َّزا‬ ‫ال َّر ْح ٰم‬
‫˚خ ْ و َ ن‬ ‫˚ب‬ ‫˚ف‬ ‫˚ق‬ ‫˚ن‬
‫ال ُّر َّما‬ ‫ال ِ’ ر ْج‬ ‫ال ُّر ْش ˚د‬ ‫ال َّر ْجَفة˚ ال ِ’ ر ْج‬
‫َن‬ ‫˚ز‬ ‫˚س‬
‫ال َّر ِح ْي‬ ‫ال ُّر ْو‬ ‫ال َّرا ِج َفة˚‬ ‫ال َّر ˚س ال َّرا ِد َفة˚‬
‫˚م‬ ‫˚ح‬ ‫ْ و ˚ل‬
‫ال َّر ْح‬ ‫ال َّر ِم ْي‬ ‫ال َّر ْك ˚ب‬ ‫ال ِ’ ر َجا ال ُّر ْهَبا‬
‫َمة˚‬ ‫˚م‬ ‫˚ن‬ ‫˚ل‬
‫ت‬ ‫التَّ ْوَبة˚‬ ‫التَّ َّوا ˚ب‬ ‫التَّ ْق ٰوى‬ ‫التَّ ْو ٰرىة˚‬ ‫التَّ ۤا ِٕىب˚ ْو‬
‫َن‬
‫التَّ ُّن ْو ˚ر‬ ‫التَّاب˚ ْو ˚ت التُّ َرا ˚ب‬ ‫التَّ َما ِث ْي‬ ‫التٰ ّ ِب ِع ْي‬
‫˚ل‬ ‫َن‬
‫التَّ ْهل˚‬ ‫التَّ َّوابِ ْي َن‬ ‫التََّعفُّ ˚ف‬ ‫التََّنا ˚و‬ ‫التَّ ْن ِز ْي‬
‫َكة˚‬ ‫˚ش‬ ‫˚ل‬
‫التِ’ َجا‬ ‫التَّ ْف ِس ْي التَّ ْس ِب ْي‬ ‫التَّ ْت ِم ْي ˚م التَّ ْدِب ْي ˚ر‬
‫َرة˚‬ ‫˚ح‬ ‫˚ر‬
‫ض‬ ‫ال َّضآ ُّر‬ ‫ال َّض ٰل‬ ‫ال َّض ْي‬ ‫ال ُّضي˚ ْو‬ ‫ال َّض ِ’ي‬
‫َلة˚‬ ‫˚ف‬ ‫˚ف‬ ‫˚ق‬
‫ال َّض َرا ال َّض ۤا ُّل ال َّضآ ِ’ل ْي‬ ‫ال ُّض ُّر‬ ‫ال َّض َّر‬
‫َن‬ ‫ْو َن‬ ‫˚ر‬ ‫ۤا ˚ء‬
‫‪3‬‬
‫ال َّضأْ‬ ‫ال ُّضَع َفآ‬ ‫ال َّض ْر‬ ‫ال َّض ِر ْي‬ ‫ال َّضا ِر‬
‫˚ن‬ ‫˚ء‬ ‫˚ب‬ ‫˚ب‬ ‫˚ب‬

‫‪3‬‬
‫ال ُّض ٰحى‬ ‫ۤ‬ ‫ال َّضَفا ِدع˚‬ ‫ا ل ِ ’ ض ْع‬ ‫ال َّض‬
‫ال ُّضَع ٰف‬ ‫َّمة˚‬
‫˚ف‬
‫˚ؤا‬
‫ذ‬ ‫ال َّذ َك ˚ر‬ ‫ال َّذا ِك ِر ْي ال َّذ َك َر ْي‬ ‫ال ّٰذ ِك ٰر‬ ‫ال َّذا ِك ˚ر‬
‫ِن‬ ‫َن‬ ‫˚ت‬ ‫ْو َن‬
‫ال ِ’ ذ ْ ك‬ ‫ال ُّذ ˚ك ْو ال ِ’ ذ ْك ٰرى‬ ‫ال َّذل˚ ْو‬ ‫ال َّذ ِم ْي ˚م‬
‫˚ر‬ ‫˚ر‬ ‫˚ل‬
‫ال َّذ ْو‬ ‫ال ّٰذ ِر ٰي‬ ‫ال َّذن˚ ْو‬ ‫ال ُّذ ُّل‬ ‫ال َّذ َه‬
‫˚ق‬ ‫˚ت‬ ‫˚ب‬ ‫˚ب‬
‫ال ِ’ ذ َها‬ ‫ال ُّذ ِ’ ريَّة˚ ال َّذ َّرة˚‬ ‫ال ُّذَبا ˚ب‬ ‫ال َّذ ْب ˚ح‬
‫˚ب‬
‫ن‬ ‫ال ِن’ ْع‬ ‫النُّ ْو ˚ر‬ ‫ال َّنا ِف ˚ع‬ ‫ال َّنا ˚س‬ ‫الَّنا ˚ر‬
‫َمة˚‬
‫النَّ ِع ْي ˚م‬ ‫الَّنَبا ˚ت‬ ‫النّٰ ِز ٰع‬ ‫النّٰ ِش ٰط‬ ‫ال َّن ْش‬
‫˚ت‬ ‫˚ت‬ ‫˚ط‬
‫النُّ ْطَفة˚‬ ‫ال َّن ْو ˚م‬ ‫ال َّن َها ˚ر‬ ‫ال َّن ْح ˚ر‬ ‫ال ُّنق˚ ْو ˚د‬

‫ال َّن ِخ َرة˚‬ ‫النَّ ْح ˚و‬ ‫ال َّن ِب ُّي‬ ‫ال ِ’ن َس ۤا‬ ‫ال َّن ْشَا ة˚‬
‫˚ء‬
‫د‬ ‫ال ِ’ د ْي‬ ‫ال ُّد ْنيَا‬ ‫ال ِ’ د َها‬ ‫ال َّد ْه ˚ر‬ ‫ال َّد ْف ˚ع‬
‫˚ن‬ ‫˚ق‬
‫ال ِ’ دَيا ˚ر‬ ‫ال ُّد ْه‬ ‫ال ِ’ د َها‬ ‫ال َّداع˚‬ ‫ال َّد َّكة˚‬
‫˚ن‬ ‫˚ن‬
‫ال َّدا نِ يَة˚‬ ‫ال َّد ۤا ِٕى ˚م ال ُّد َع ۤا‬ ‫ال ِ’ د َفا ˚ع‬ ‫ال ِ’ د َم ۤا‬
‫َء‬ ‫ْو َن‬ ‫˚ء‬
‫ال َّد ْم ˚ع‬ ‫ال َّد ۤا ِٕى َرة˚ ال َّد َر ٰج‬ ‫ال َّد ˚م‬ ‫ال َّد َو ۤا‬
‫˚ت‬ ‫ُّب‬
‫س‬ ‫ال َّس َمآ‬ ‫ال َّس ِم ْي ال َّس ٰم ٰو‬ ‫ال َّس ْب ˚ع‬ ‫ال ِ’ س َرا‬
‫˚ء‬ ‫˚ت‬ ‫˚ع‬ ‫˚ج‬
‫ال َّس ’ِي ٰا‬ ‫ال َّسا ˚ه‬ ‫ال َّس ۤا ِٕى‬ ‫ال ِ’ س ُّر‬ ‫ال َّس ِع ْي‬
‫˚ت‬ ‫ْو ˚ن‬ ‫˚ل‬ ‫˚ر‬
‫ال َّس َرا‬ ‫ال َّس ْب ˚ق ال َّس ْب‬ ‫ال َّسا ِه‬ ‫ال َّس ِ’ي‬
‫˚ب‬ ‫˚ح‬ ‫َرة˚‬ ‫˚ئ‬
‫‪3‬‬
‫ال َّس ْو‬ ‫ال ُّسَبا ˚ت‬ ‫ال ِ’ س ْ ح‬ ‫ال َّسبِ ْي ˚ل‬ ‫ال َّس ََل ˚م‬
‫˚ء‬ ‫˚ر‬

‫‪3‬‬
‫ظ‬ ‫ال َّظا ِل‬ ‫ال ّٰظ ِل ِم ْي‬ ‫ال ّٰظ ِل ˚م‬ ‫ال َّظا ِل َما‬ ‫ال ُّظل˚ ٰم‬
‫˚م‬ ‫َن‬ ‫ْو َن‬ ‫˚ت‬ ‫˚ت‬
‫ال َّظ ْم ٰا‬ ‫ال ِ ’ظ‬ ‫ال َّظ ََل ˚م‬ ‫ال ُّظَل ˚ل‬ ‫ال ُّظ َّلة˚‬
‫˚ن‬ ‫ُّل‬
‫ال َّظ ُّن‬ ‫ال ُّظن˚ ْو‬ ‫ال َّظ ۤانِ’ ْي‬ ‫ال َّظا ِه‬ ‫ال ُّظ ْه‬
‫نَ ا‬ ‫َن‬ ‫˚ر‬ ‫˚ر‬
‫ال ِ ’ظ َها‬ ‫ال َّظ ِه ْي‬ ‫ال ُّظ ْف ˚ر‬ ‫ال َّظا ِه‬ ‫ال َّظا ِه‬
‫˚ر‬ ‫َرة˚‬ ‫˚ر ْو َن‬ ‫ِر ْي َن‬
‫ز‬ ‫ال َّز ٰكوة˚‬ ‫ال َّز ْي ˚غ‬ ‫ال َّزب˚ ْو ˚ر‬ ‫ال َّز ْيت˚ ْو‬ ‫ال َّزا ˚د‬
‫˚ن‬
‫ال َّز ْج‬ ‫ال َّز ُّق ْو ˚م ال ُّز َجا‬ ‫ال ُّز َم ˚ر‬ ‫ال ِ’ ز ْيَنة˚‬
‫˚ر‬ ‫˚ج‬
‫ال َّز ْو َج ْي‬ ‫ال َّزفِ ْي‬ ‫ال َّز ْو ˚ج‬ ‫ال ّٰز ِر ˚ع‬ ‫ال ُّزب˚ ˚ر‬
‫ِن‬ ‫˚ر‬ ‫ْو َن‬
‫ال ّٰز ِج ٰر‬ ‫ال َّز ِع ْي ال َّزبَانِ ’ية˚‬ ‫ال ُّز ْخ ˚ر‬ ‫ال َّزا ِه‬
‫˚ت‬ ‫˚م‬ ‫˚ف‬ ‫˚ق‬
‫ش‬ ‫ال ِ’ شتَآ ˚ء‬ ‫َ‬
‫ال َّش ْي طا ال َّش ِد ْي‬ ‫ال َّش َج‬ ‫ال ِ’ ش َدا‬
‫˚د‬ ‫˚ن‬ ‫˚ر‬ ‫˚د‬
‫ال ّٰش ِك ِر ْي‬ ‫ال َّش ْو‬ ‫ال َّش َه ٰو‬ ‫ال َّش ْم‬ ‫ال ِ’ ش َما‬
‫َن‬ ‫َكة˚‬ ‫˚ت‬ ‫˚س‬ ‫˚ل‬
‫ا ل ِ’ ش ْع‬ ‫ال َّشَفا‬ ‫ال َّش ِر ْيَعة˚‬ ‫ال َّشا ِع‬ ‫ال ُّش ˚ه ْو‬
‫ٰرى‬ ‫َعة˚‬ ‫˚ر‬ ‫˚ر‬
‫ال َّش َها َد‬ ‫ال َّش ِه ْي ˚د ال ُّشَّقة˚‬ ‫ال َّش ُّر‬ ‫ال َّش َم ۤا ِٕى‬
‫ِة‬ ‫˚ل‬
‫ل‬ ‫اَّل ِذ ْي َن‬ ‫اَّل َذا ِن‬ ‫ا َّل ِذ ْي‬ ‫ال’ ِلَبا ˚س‬ ‫ال َّل ْو ˚ح‬

‫اٰللّ ِعن˚ ْو‬ ‫ال َّل َه‬ ‫ا ِ’لل َزا ˚م‬ ‫اَّل ْي ˚ل‬ ‫اَّلل ْغ ˚و‬
‫َن‬ ‫˚ب‬
‫ال َّل ْه ˚و‬ ‫اَّلل ْف ˚ظ‬ ‫ال َّل ِط ْي‬ ‫اُّلل ْب ˚ث‬ ‫اَّلل ْعَنة˚‬
‫˚ف‬
‫ال ُّل ْؤل˚‬ ‫اَّلل َّوا َمة˚ اٰللّ ِعبِ ْي َن‬ ‫ا لِّٰبث˚ ْو َن‬ ‫اَّلل ْي ˚ن‬
‫˚ؤ‬
‫‪3‬‬
D. Tes Formatif
1. Pilihlah kata-kata di bawah ini yang termasuk ke dalam Idghom Al
Syamsiyah ...
.a ‫ذين‬¹ ‫ال‬
.b ‫واْلْرض‬ ْ َ
.c ‫اْلَّوُلون‬
.d ‫اْلَبا ِطل‬
2. Dari kata-kata dibawah ini, manakah yang termasuk ke dalam Izhar Al
Qomariyah ...
.a ‫الطَّعام‬
.b ‫ال َّسماء‬
.c ‫اْلَّوُلون‬
.d ‫هار‬¹ ‫الن‬
3. Jelaskan Definisi Alif Lam Ta’rif!
4. Sebutkan macam-macam Hukum Alif Lam Ta’rif beserta contohnya!

HUKUM NUN SAKINAH DAN TANWIN


A. Definisi Idzhar, Huruf-Huruf dan Cara Membacanya
Idzhar menurut bahasa memilki arti jelas atau terang. Dalam ilmu tajwid,
hukum bacaan idzhar terjadi apabila nun sukun (ْ‫ ) ن‬atau tanwin (
‫ ـ˚ــ˚ـ‬, ‫ ِـٍـــ‬, ‫) َـًـــ‬

bertemu dengan salah satu dari 6 huruf


‫ء ه خ ح غ‬, maka cara membacanya
‫ع‬

adalah jelas tanpa mendengung. Keenam huruf tersebut biasa disebut dengan
huruf halqi. Penyebutan tersebut dikarenakan makhraj huruf-huruf tersebut
berumber dari tenggorokan (halqi). Dengan demikian bacaan idzhar yang

4
berhubungan dengan nun sukun dan tanwin dapat disebut juga idzhar halqi.

4
Menurut bahasa, idzhar halqi (ِ ‫ )ال اِ َ ها قي ْل‬adalah huruf yang dibaca jelas.
‫ ح‬Adapun menurut istilah adalah ‫˚ر اْل‬
‫ظ‬
yaitu:
.‫ْ م مخ َر ْ ِ ز َياَد ِة غَّن ْ ف ظ َه ِر‬ ‫خ َراج‬
‫ي ِة ال ر الم‬ ‫ ن ر‬,‫ِج ِه‬ ‫’ ر ْن‬
‫غ‬ ‫ف‬ ‫ل‬
‫ح‬ ‫ْي‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ك‬
Mengucapkan setiap huruf yang diidzharkan adalah tanpa ada tambahan
ghunnah pada huruf-huruf idzhar.

Yang dimaksud dengan huruf yang diidzharkan adalah huruf nun sukun atau
tanwin, meskipun huruf nun itu sendiri memiliki sifat yang selalu melekat
padanya, yaitu ghunnah. Sementara menurut ilmu tajwid, idzhar ialah pembacaan
nun mati atau tanwin sesuai dengan makhrojnya tanpa dighunnahkan (dengung)
apabila bertemu dengan salah satu huruf halqiyah (tenggorokan).

B. Pengertian Ikhfa’, Huruf-Huruf dan Cara Membacanya


Ikhfa’ menurut bahasa artinya samar. Dalam ilmu tajwid ikhfa’ adalah apabila
ada nun sukun (ْ‫ ) ن‬atau tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf yaitu :
‫كقفظطضصشسزذدجثت‬
Adapun Ikhfa’ menurut istilah adalah:
َ . ‫ف‬ ‫ر‬ ‫ح‬ َ ‫ْ م ِفي ال َّن ِة‬ ‫ي‬ ‫ِد‬ ‫ش‬ ‫ِد‬
‫األ َّول‬ ْ ‫ِء الغ˚ َبقا َع‬
4
َ‫ع ِ ن الت‬ ‫وا‬ ‫َب ْي‬ ‫م‬ ‫بال‬
‫غا ِم ع‬ ْ‫َ ها إلد‬ ‫صن‬ ‫الن ِ ط ْ َ ا ِ ف ي‬
‫َف اإل ظ‬ ‫ق ر ف‬
‫ا‬ ‫ِر‬ ‫ْ ل خ ِب‬
‫ٍر‬ ‫ٍة‬ ‫ح‬
Mengucapkan huruf yang diikhfakan (disamarkan) dengan sifat antara
idzhar dan idgham tanpa tasydid dengan tetap disertai ghunnah pada huruf
pertama.

4
Cara membacanya adalah nun sukun atau tanwin masih terdengar tetapi samar-
samar antara idzhar dan idgham dan terus bersambung dengan makhraj
sesudahnya. Cara dan proses mengucapkan ikhfa ialah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan mulut pada makhraj huruf berikutnya setelah nun
yang diikhfakan (disamarkan)
2. Mengucapkan ghunnah secara sempurna dari al-khaisyum (rongga
hidung).
3. Hal tersebut disertai keluarnya suara dari mulut disebabkan tidak
tertutupnya makhraj nun (pada bagian lisan) kecuali pada huruf
qaf dan kaf maka ia betul-betul tertutup dengan sempurna. Oleh
karena itu, pengucapan keduanya dengan ghunnah murni (yang
sempurna) dari rongga hidung dengan tanpa disertai suara sedikit pun
dari mulut.
‫ت‬ ‫اَ ْن َت ˚م ْن‬ ‫ِ انِ’ ْْٓي اَ ْس‬ ˚‫َّ و َس َك ْنت‬ ‫˚ذو ا ْن ِتَقا „م‬
‫ِذ ٌر‬ ‫َك ْن ˚ت‬ ‫ْم‬
‫َل ْن تَ َم َّسَنا‬ ‫ِ م َّم ْن تَ َش‬ ‫ِ ا ْن ت˚ ِط‬ ‫اَ ْن َتَتّق˚ ْوا‬
‫ۤا ˚ء‬ ‫ْيع˚وا‬
َ‫َ و َجنّٰ ٌت ت‬ ‫فِئٌَة ت˚ َقا ِت ˚ل‬ ‫َ ح َسَنٌة تَ ˚س‬ ‫فِئٌَة ت˚ َقا ِت ˚ل‬
‫ْج ِر ْي‬ ‫ْؤ ˚ه ْم‬
‫قِ ْب َلًة تَ ْر ٰضى‬ ‫َ ك ِل َمًة تَ ْخ َ ص َدَقةً ت˚ َط ِ ح ْل َيًة تَ ْلبَ ˚س‬
‫َ ها‬ ‫ْ و َن َه ا‬ ‫ِ’ ه ˚ ر ˚ه ْم‬ ‫˚ر ˚ج‬
َ‫َ جنّٰ „ت ت‬ ‫َ ع َم „د تَ َر ِ ’ م ْن ِغ ’„ل َ خ ْي „ر تَ ِج‬
‫ْج ِر ْي‬ ˚‫˚د ْوه‬ ‫تَ ْج ِر ْي‬ ‫ْونَ َها‬
‫ث‬ ‫ِ م ْن ثَ َم‬ ‫يا‬ِ ‫ِ م ْن ث˚ ل˚َث‬ ‫َ م ْن َثق˚َل‬ ‫َ وا ْْل˚ ْن ٰث ْٓى‬
„‫َرة‬ ‫َّل ْي ِل‬ ‫ْت‬
‫فَ َم ْن َثق˚َل‬ ‫َ ح ِ ’ظ ا ْْل˚ اَ ْن ثَ َّبْت ٰن َك‬ ‫َ خ ْي ٌر ثَ َوا ًبا‬
‫ْت‬ ‫ْنثَ َي ْي ِن‬
‫ُّ م َس ًّمى‬ ‫َل ْي َلًة ث˚ َّم‬ ‫اَ ْز َوا ًجا َثٰ لثَة‬ ‫ُّ م َطاع„ ثَ َّم‬
‫ث˚ َّم‬

4
‫ق˚ َّوةً ث˚ َّم‬ ‫َ سا ِكًنا ث˚ َّم‬ ‫َ ي ْو ًما َث ِق ْي ًَل َ م ۤا ًء ثَ َّجا‬
‫ًج ا‬
‫ِ ستَّ ِة اَ َّيا „م‬ ‫َ ي ْو َم ِٕى „ذ ث‬ ‫ِ ب َج َها َل „ة ث˚ ˚ك ِ’ل َك ْر‬
‫ث˚ َّم‬ ‫ٰمِنيَة‬ ‫„ب ث˚ َّم‬ ‫َّم‬
‫ج‬
‫ن˚ ْن ِج ا ْل ˚م‬ ‫َ وا ْ ِْل ْن ِج ْي‬ ‫َ ز ْن َج ِب ْي ًَل فََا ْن َج ْي ٰن ˚ك‬
‫ْ ؤ ِم ِ ن ْي َ ن‬ ‫َل‬ ‫ْم‬
‫ِ م ْن َجانِ‬ ‫ِ ب َم ْ ن َ ج ۤا‬ ‫َ و َل ِٕى ْن َج ۤا َء ِ م ْن َج َلِب ْيب‬
‫ِب‬ ‫َء‬ ‫ِه َّن‬
‫َ و ِا ْن َجا‬ ‫ِ م ْ ن ˚ج‬ ‫فَ َص ْب ٌر َج ِم ْي َ و َم ْن َجا‬
‫َه ٰد َك‬ ‫ْوع„‬ ‫َ ه َد‬ ‫ٌل‬
‫َ ع ْي ٌن َجا‬ ‫َ كثِ ْي ًرا‬ ‫قَ ْو ًما َج َّبا ِر‬ ‫˚حًّبا َج ًّما‬
‫ِر َية‬ ‫َج َز ۤا ًء‬ ‫ْي َ ن‬
‫َ خ ْ ل „ق‬ ‫َ و ِل ˚ك „’ل‬ ‫ِ م ْن ُّم ْو‬ ‫َ ش ْ ي „ ء َ ج َد‬
‫َ ج ِد ْ ي „د‬ ‫َجَع ْلَنا‬ ‫„ص َج َن ًفا‬ ‫ًْل‬
‫د‬ ‫َا ْن َدا ًدا‬ ‫اَ ْن َد َع ْوت˚ ˚ك ِ ع ْن َد َبا ِر‬ ‫َ و َما ِم ْن‬
‫ِٕى ˚ك ْم‬ ‫ْم‬ ‫َد ۤا َّب „ة‬
‫˚س ْن ˚د‬ ‫ْن‬ ‫ِ ’ م ْن ِد ْيِن ْي‬ ‫ِ م ْن ِد َيا ِر ِه ْم‬
‫„س‬ ‫˚دب˚ „ر‬
‫ِم‬
‫َ ع ْن ِد َرا‬ ‫قِ ْن َوا ٌن َدا نِ يٌَة َ و َم ْن‬ ‫ِ ق ْن َوا ٌن َدانِ َيٌة‬
‫َستِ ِه ْم‬ ‫َد َخَل ˚ه‬
‫˚ج ْن ٌد ُّم ْح‬ ‫َ د ًّكا َد ًّكا ˚ض ٌّر َد‬ ‫َّ و َكأْ ًسا ِد َهاًقا‬
‫َض ˚ر ْو َن‬ ‫َع ْوا‬
‫َب ْخ „س َد‬ ‫ِ م ْن َّم ۤا „ء ْ ع „ض َد‬ ‫َ و ِل ˚ك „’ل َد‬
‫َرا ِه َم‬ ‫َر ٰج „ت َب‬ ‫َدا ِف „ق‬ ‫َر ٰج ٌت‬
‫ذ‬ ‫َ ءاَ ْن َذ ْرتَ‬ ‫ا ْل ˚م ْن َذ ِر ْي َن ت˚ ْن ِذ‬ ‫َ واَ ْن ِذ ْر ِب ِه‬
‫˚ه ْم‬ ‫ْر ˚ه ْم‬
‫ِك ْن ِذ‬ ‫ِذ ْك‬ ‫ِ’م ْن َذ َك‬ ‫ِ م َّم ْن ˚ذ ِ’ ك َر‬
‫ْك ٰرى َّو ٰل‬ ‫„ر ِ’م‬ ‫„ر‬
‫ْن‬
‫‪4‬‬
‫فَ َم ْن َذا اَّل ِذ‬ ‫اَ ِٕى ْن ˚ذ ِ’ ك ْرت˚ ˚ذ ِ’ر َّي‬ ‫ِ م ْن ٰذ ِل َك‬
‫ْي‬ ‫ِت ‪,‬ه َو ِم‬ ‫ْم‬
‫ْن‬
‫ِ م ْ ن َذ َ ه‬ ‫َبا ِس ٌط ِذ َرا َع َ ع ْن ِذى ا ْل َق‬ ‫َ ع ِز ْي ٌز ˚ذو ا‬
‫„ب‬ ‫ْر َن ْي ِن‬ ‫ْي ِه‬ ‫ْنِتَقا „م‬
‫َ ف ا ِ ع ٌ ل ٰذ ِ ل‬ ‫َ باًبا َذا َع‬ ‫ِ بَع ْظ „م‬ ‫˚ك ُّل َن ْف „س‬
‫َك َغ ًدا‬ ‫َذا „ب‬ ‫ٰ ذ ِ ل َك‬ ‫َذ ۤا ِٕىَقة˚‬
‫ز‬ ‫ا˚ ْن ِز َل‬ ‫َ ي ْن ِز ˚ع‬ ‫َت ْن ِز ْي ًَل‬ ‫˚م ْن َز ًْل‬

‫ا ْل ˚م ْن ِز ِل‬ ‫َي ْن َز َغ َّن َك‬ ‫َ ك ْ ن ٌز‬ ‫ِ ’م ْن َز ٰكو‬


‫ْي َ ن‬ ‫„ة‬
‫فَ ِا ْن َز َل ْلت˚ ْم اَ ْو َل ْح َم ِخ ْن‬ ‫َز ّٰكى‬ ‫ِ ’ م ْن َز َوا‬
‫ِز ْي „ر‬ ‫َها َم ْن‬ ‫„ل‬
‫اَ ْو َمَتاع„ َزبَ ٌد فَ َم ْن ˚ز ْح ِز اَ َف َم ْن ˚ز‬ ‫ِ م ْن ˚ك ’„ل‬
‫ِي’ َن‬ ‫َح‬ ‫َز ْو َج ْي ِن‬
‫َي ْو َم ِٕى „ذ‬ ‫َ متَاع„‬ ‫ْ ع „ض ˚ز‬ ‫ُّ م ٰب َر َك „ة َز‬
‫˚ز ْرًقا‬ ‫ز ب َ ٌد‬ ‫ْخ ˚ر َف َب‬ ‫ْيت˚ ْو َن „ة‬
‫س‬ ‫َ و َْل تَ ْن‬ ‫َ ي ْن‬ ‫َ وا ْ ِْل‬ ‫ا ْ ِْل ْن َسا ˚ن‬
‫َس‬ ‫ِسل˚ ْو‬ ‫ْن ِ س‬
‫َن‬
‫ِ م ْن ˚س َل‬ ‫َ ع ْن‬ ‫ِ م ْن‬ ‫ِ م ْن ˚س ۤ ْو‬
‫ْي ٰم َ ن‬ ‫َساقَ ْي َها‬ ‫َسَب „ا‬ ‫„ء‬
‫ف˚ َرا ٌت َس ۤا ِٕى َ خ ْم َسٌة َسا‬ ‫َ ك ِل َمٌة‬ ‫َ ك ِل َمٌة َسَبَق‬
‫ِد ˚س ˚ه ْم‬ ‫ٌغ‬ ‫َسبَ َق ْت‬ ‫ْت‬
‫ل˚ ْو ًطا ِس ۤ ْي َ ش َفا َعًة‬ ‫َ نا ًرا َس‬ ‫قَ ْو ًْل َس ِد ْي ًدا‬
‫َس ’ِيئَة‬ ‫َء‬ ‫ٰاِت ْي ˚ك ْم‬
‫ِب َق ْو „م ˚س‬ ‫ٰ ر „ت‬ ‫ِ ل َم „ة‬ ‫ِب َق ْل „ب َس ِل‬
‫ۤ ْو ًءا‬ ‫ِس َما „ن َبق‬ ‫َس َو ۤا „ ‪²‬ء‬ ‫ْ ي „م‬
‫َك‬

‫‪4‬‬
‫ش‬ ‫ِ ا َذا َش ۤا َء ا‬ ‫َ ك ْي َ ف ن ˚‬ ‫ْ ل ٰقىه˚ َم ْن‬ ‫ي˚ ْن ِش ˚ئ‬
‫ْن َش َر ˚ه‬ ‫ْن ِش ˚ز َها‬ ‫˚ش ْو ًرا َّي‬

‫‪4‬‬
‫ِ م ْن َش ِف‬ ‫ِ م ْن ِش ْيَع ِت ‪,‬ه َ و َم ْن‬ ‫ِ م ْن َشا ِط‬
‫ْي ع „‬ ‫َش َك َر‬ ‫ِئ‬
‫َ غف˚ ْو ٌر َش‬ ‫َ س ۤا ِٕى ٌغ َش َ ع َذا ٌب‬ ‫نَ ْف ٌس َش ْيـًٔا‬
‫˚ك ْو ٌر‬ ‫َ ش ِد ْ ي ٌد‬ ‫َراب˚ ˚ه‬
‫َ ق ِو ٌّي َش‬ ‫ِ ز ْل َزا ًْل‬ ‫َ ع ˚د ًّوا‬ ‫َ ع َذاًبا َش ِد ْي‬
‫ِد ْي ˚د‬ ‫َش ِد ْي ًدا‬ ‫َش ٰي ِط ْي َن‬ ‫ًدا‬
‫َ ع َذا „ب‬ ‫َ ش ْي „ء َش َ صَّبا „ر َش‬ ‫َ بأْ „س َش ِد ْي‬
‫َ ش ِد ْ ي „د‬ ‫˚ك ْو „ر‬ ‫ِه ْي ٌد‬ ‫„د‬
‫ص‬ ‫َ ي ْن ˚ص ˚ر ا ْستَ ْن َص ˚ر ْو َ وا ْْلَ ْن َصا‬ ‫َ ر ’ ِب ا ْ ن‬
‫˚ب‬ ‫˚ك ْم‬ ‫˚ص ْرنِ ْي‬
‫َّ م ْن َص َّد اَ ْن َص ُّد ْو ˚ك ِ م ْن َص‬ ‫َ ع ْن ِص ْدق‬
‫ْو ِت َك‬ ‫ْم‬ ‫ِه ْم‬
‫اَ ْن َص ُّد ْو ˚ك ث˚ َّم ا ْن َص َرف˚ اَ ْن َصا ًرا‬ ‫َّ ونَ ِخ ْي ٌل ِص‬
‫ْوا‬ ‫ْم‬ ‫ْن َوا ٌن‬
‫َ ب َق َرةٌ َص‬ ‫َ ع َم ٌل َصا ِ ’ مائٌَة‬ ‫َ ص ًّفا َصًّفا‬
‫ْف َر ۤا ˚ء‬ ‫َصاِب َرة‬ ‫ِل ٌح‬
‫َن َف َقًة َص ِغ ْي َ ع َذاًبا َصع‬ ‫َ ع َم ًَل‬ ‫ِ م ْن َّم ۤا „ء‬
‫ًدا‬ ‫َرةً‬ ‫َصا ِل ًحا‬ ‫َ ص ِد ْ ي „د‬
‫ض‬ ‫ِ م ْن‬ ‫َ ع ْن‬ ‫ِب َم ْن َض َّل‬ ‫ِ م ْن َض ِر‬
‫˚ض ’ „ر‬ ‫َ ض ْي ِ ف‬ ‫ْي ع „‬
‫ِ ا ْن َضَل ْل‬ ‫َ ع ْن‬ ‫َ و َم ْ ن َ ض‬ ‫َل َم ْن َض ُّر ˚‬
‫˚ت‬ ‫ٰ‬
‫َض لَل ِت ِه ْم‬ ‫َّل‬ ‫ْٓه‬
‫َ م ِع ْي َشًة‬ ‫َ م َكا ًنا َضيِ’قًا ˚ذ ِ’ ريًَّة‬ ‫َ م ْس ِج ًدا ِض‬
‫َ ض ْن ًك ا‬ ‫ِض ٰعًفا‬ ‫َرا ًرا‬
‫ِ ل ˚ك „’ل ِض ق˚ َّو „ة َض ْع ًفا ˚ذ ِ’ ريًَّة ِض‬ ‫ق˚ َّو „ة َض‬
‫ٰعًفا‬ ‫ْع ٌ ف‬ ‫ْعًفا‬
‫ط‬ ‫ا ْل ˚م َق ْن َط َرةِ َ م ْن ِط َق ال‬ ‫بِ ِق ْن َطا „ر‬ ‫َ و َْل َي ْن َط ِل‬
‫َّط ْي ِر‬ ‫˚ق‬

‫‪4‬‬
‫ِ م ْن ِط ْي‬ ‫ِ م ْن‬ ‫ِ م ْن‬ ‫َ ف ِا ْن ِط ْب‬
‫„ن‬ ‫َط ْل ِع َها‬ ‫َطيِ’ ٰب ِت‬ ‫َن‬
‫فِ ْد َيٌة َطَعا‬ ‫َل ْح ًما َط ِريًّا َ ب ْل َدةٌ‬ ‫˚ذ ِ’ ر َّيًة َط‬
‫˚م‬ ‫َطيِ’َبة‬ ‫ِ’يَبة‬
‫َ ش َراًبا َط‬ ‫َل ْي ًَل َط ِو ْي ًَل‬ ‫َ ص ِع ْي ًدا‬ ‫َ مآ ًء َط ˚ه‬
‫˚ه ْو ًرا‬ ‫َط ِ’يًبا‬ ‫ْو ًرا‬
‫َ ك َش َج َرة„‬ ‫َ س ٰ م ٰ و „ت‬ ‫َ ن ْخ „ل‬ ‫ِ ب ِر ْي „ح‬
‫َط ’ِي َب „ة‬ ‫ِطَبا ًق ا‬ ‫َط ْلع˚ َها َّو‬ ‫َطيِ’ َب „ة‬
‫ظ‬ ‫َّ ي ْن ˚ظ ˚ر‬ ‫َن ْن ˚ظ ْر‬ ‫َ ف ا ْن‬ ‫َ وا ْن ˚ظ ْر نَ ا‬
‫˚ظ ْر‬
‫تَ ْن ˚ظ ˚ر ْو َن َ فا ْن ˚ظ ِر‬ ‫فَا ْن ˚ظ ˚ر ْوا‬ ‫َ ما َي ْن ˚ظ‬
‫ْي‬ ‫˚ر ْو َن‬
‫َ ف َي ْن ˚ظ‬ ‫ِ لنَ ْن‬ ‫َ سنَ ْن‬ ‫َ م ْن َظَل َم‬
‫˚ر ْوا‬ ‫˚ظ َر‬ ‫˚ظ ˚ر‬
‫ِ ’ م ْن َظ‬ ‫ْن ˚ظل˚ ٰم‬ ‫َ م ْن‬ ‫ِ م ْن ˚ظ ˚ه‬
‫ِه ْي „ر‬ ‫ِت ا ْلبَ ِ’ ر ِ’م‬ ‫˚ظ ِل َم‬ ‫ْو ِر ِه ْم‬
‫َ و ٰ ل ِ ك ْن‬ ‫ِ ا ْن‬ ‫ِ ظ ًَّل َظ‬ ‫َ ن ْف „س َظل‬
‫َظ َّنٓا‬ ‫ِل ْي ًَل‬ ‫َ م ْت‬
‫َظَل ˚م ْْٓوا‬
‫ف‬ ‫ا َّل ِذ ْي َن ي˚ ْن‬ ‫ْ ن ف َ َي‬
‫اَ ْنف˚ َس ˚ه ْم‬ ‫َ فَا ْنف˚ ˚خ فِ ْي‬
‫ِفق˚ ْو َن‬ ‫˚ك ْو ˚ن‬ ‫ِه‬
‫˚ك‬
‫فَ ِا ْن َف ۤا ˚ء ْو فَ َم ْن فَ َر َض ِ م ْن فَ ْض‬ ‫ْ ن ِ َفئ „ة َق ِل ْي‬
‫ِل ‪,‬ه‬ ‫َل „ة ِ’م‬
‫˚ع ْم ٌي فَ‬ ‫َ ز ْي ٌغ َف‬ ‫ِا ْخ َوةٌ فَ َِل˚ ِ’ م ِه‬ ‫˚سنَ ٌن َف ِس ْي‬
‫˚ه ْم‬ ‫َيتَِّبع˚ ْو َن‬ ‫˚ر ْوا‬
‫َ بع˚ ْو َضًة‬ ‫˚ه ًدى ف‬ ‫َ م ۤا ً ء ف َا‬ ‫َا ْم ًرا فَ ِا َّن َما‬
‫َف َما‬ ‫َم ْ ن‬ ‫ْخ َر َج‬
‫َ ش ْي „ ء ف َ‬ ‫ِ بتَ ِح َّي „ة‬ ‫ِ ح „د َفا ْد‬ ‫َ ك ِل ٰم „ت َفتَا‬
‫˚ر ُّد ْوه˚‬ ‫َف َح ُّي ْوا‬ ‫˚ع َلَنا َّوا‬ ‫َب‬

‫‪4‬‬
‫ق‬ ‫فَا ْنَق َلب˚ ْوا‬ ‫َ ف ت َ ْن َ ق‬ ‫َي ْنق˚ ˚ض ْو َن‬ ‫َّ و َْل ي˚ ْن ِق ˚ذ‬
‫ِلب˚ ْوا‬ ‫ْو ِن‬
‫ِ ’م ْن َق‬ ‫ِ ’م ْن َق َوا ِر ِ ا ْن ٰقَتل˚‬ ‫ِم ْن َق ْر َي‬
‫ْو ِل َها‬ ‫ْو ˚ك ْم َف‬ ‫ْي َر‬ ‫„ة‬
‫َ متَاٌع َق ِل ْي‬ ‫َل ِش ْر ِذ َمٌة قَ ِل ا˚ َّمٌة قَ ْد َخ َل‬ ‫ٰ ا ِث ٌم َق ْلب˚ ˚ه‬
‫ٌل‬ ‫ْت‬ ‫ْي ل ˚ ْ و َ ن‬
‫َ ب ْغتًَة َقال˚‬ ‫ِ ’ ر ْزًقا‬ ‫ثَ َمًنا َق ِل ْي ًَل‬ ‫ِ ر ْزًقا َقا َل‬
‫ْوا‬ ‫َقال˚ ْوا‬
‫َّل َش ْي „ء‬ ‫َ ش ْي „ء َق ِد ِا ٰلى َب ْع „ض‬ ‫ِ ب ِ ش َ ه ا „ب‬
‫ق˚ب˚ ًَل ˚ك‬ ‫َقال˚ ْْٓوا‬ ‫ْي ٌر‬ ‫ق َ َب „ س‬
‫ك‬ ‫َ ف ا ْ ن ِ ك ˚ح‬ ‫اَ ْي ِد َي ˚ه ْم َع ْن َ و َْل َي ْح‬ ‫َ ف ِا ْن َك َّذب˚‬
‫ْوا‬ ‫˚ز ْن َك‬ ‫˚ك ْم‬ ‫ْ و َك‬
‫ِ م ْن ˚ك‬ ‫َ ف ِا ْن ˚ك َّن َ و َم ْن‬ ‫َ و ِا ْن َكانَ‬
‫ِ’ل ا˚ َّم „ة‬ ‫َ كا َ ن‬ ‫ْت‬
‫َ مَل ٌك َك‬ ‫َ ل َظل˚ ْو ٌم َكَّفا َّ م ْو ٌج َكال‬ ‫َ ع َش َرةٌ َكا‬
‫ِر ْي ٌم‬ ‫ُّظ َل ِل‬ ‫ٌر‬ ‫ِمَلة‬
‫َ ط ِي’ َبًة َك‬ ‫ِ ر َجا ًْل َكثِ ْي فِئًَة َكِث ْي َرةً‬ ‫ث˚ ب˚ ْو ًرا َك ِث ْي‬
‫َش َج َر „ة‬ ‫ًرا‬ ‫ًرا‬
‫َ م ْوج„ َكا ْل‬ ‫َ ق ْ و „م ٰ ك‬ ‫َ خِب ْيثَ „ة َك‬ ‫َ ز ْو „ج َك‬
‫ِجَبا ِل‬ ‫ِف ِر ْي َن‬ ‫َش َج َر „ة‬ ‫ِر ْي „م‬

‫‪C. Pengertian Idgham, Huruf-Huruf dan Cara Membacanya‬‬


‫‪Idgham secara bahasa adalah memasukkan, adapun secara istilah yaitu‬‬
‫‪memasukkan huruf yang sukun kepada huruf yang berharokat setelahnya dengan‬‬
‫‪cara menjadikan dua huruf tersebut seolah menjadi satu huruf yang‬‬
‫‪bertasydid. Idgham terbagi atas dua bagian, yaitu idgham bighunnah dan‬‬
‫‪idgham bilaghunnah.‬‬
‫‪a. Idgham bighunnah‬‬

‫‪5‬‬
Huruf-huruf idgham bighunnah ada empat yaitu : – ‫و – م – ن‬ maka
‫ي‬

apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf yang empat
tersebut maka wajib dileburkan (idgham) dan cara membacanya dengan
didengungkan dengan ukuran dengung selama dua harakat atau dua ketukan.
Idgham bighunnah juga dinamai idgham naqishon dikarenakan hilangnya
huruf dan tinggal sifatnya saja.
Hal unik dari idgam bighunnah ini yaitu apabila huruf (‫ )و – ي‬tersebut

bertemu dengan nun sukun atau tanwin dalam satu kata maka dibaca dengan
jelas dan disebut juga dengan idzhar mutlaq. Hanya ada empat dalam
Al- Qur’an yaitu:
1) ‫ْن ن‬
2) ‫َوا ن‬
‫ْن َوا‬
‫ِق‬
‫ص‬
)3 ‫ٱلّدُ ْن َيا‬
)4 ‫ب˚ ْن َي َٰـن‬

‫ي‬ ‫َ م ْن َّيق˚ ْو ˚ل‬ ‫اَ ْن يَّ ْض ِر‬ ‫اَ ْن ُّي ْو َص‬ ‫َ م ْن ُّي ْف ِس‬
‫َب‬ ‫َل‬ ‫˚د‬
‫َ و َم ْن َّي‬ ‫َ ل ْن َّي ˚ض‬ ‫َ و َم ْن َّي‬ ‫ِا ْن َّي ْم َس ْس‬
‫ْف َع ْل‬ ‫ُّروا‬ ‫ْغ ِف ˚ر‬ ‫˚ك ْم‬

5
‫اَ ْن َّي ْ َ‬
‫كب ˚ر‬ ‫َ واِ ْن َّي ْخ‬ ‫ِ ا ْن َّي ْن‬ ‫َ و َم ْن َّي ْكف˚‬
‫ْوا‬ ‫˚ذ ْل ˚ك ْم‬ ‫˚ص ْر ˚ك ˚م‬ ‫ْر‬

‫‪5‬‬
‫َ و َم ْن َّي ْن َق ِل ˚ز ˚ق‬ ‫َ و ˚ه َو قَ ۤا ِٕى ٌم‬ ‫َ كافِ َرةٌ َّي َر‬
‫َم ْ ن‬ ‫ْب‬ ‫ُّي َص ِ’ل ْي‬ ‫ْونَ ˚ه ْم‬
‫َ ش ۤا‬
‫˚ءَ ي‬
‫ْر َّي‬
‫˚مَنا ِدًيا ُّي نَ ا ِد‬ ‫ُّنَعا ًسا َّي ْغ ٰشى‬ ‫ِ ل َ ق ْ و „م ي‬ ‫ِ ل’َق ْو „م َّي ْع‬
‫ْي‬ ‫ْوِقن˚ ْو َن‬ ‫قِ ل˚ ْو َن‬
‫ن‬ ‫َل ْن ُّن ْؤ ِم َن ِ ’ م ْن َّن ِخ ْي‬ ‫ِ ’ م ْن نّٰ ِص‬ ‫ِ ’ م ْن َّن ِب‬
‫„ل‬ ‫ِر ْي َن‬ ‫’ي„‬
‫ِ ’ م ْن َّن ْف َ م ْن َّن َش‬ ‫َل ْن َّن ْد ˚خل‬ ‫ِا ْن َّن َشأ‬
‫ۤا ˚ء‬ ‫„س‬ ‫َهٓا‬
‫ْ ن نُّ َع‬ ‫َ و ِا ْن َّن ˚ظ ُّن‬ ‫ِ م ْن ُّن ْط‬ ‫ِ م ْن َّن ِص ْي‬
‫ِ’م ْره˚ َو‬ ‫َك‬ ‫َف „ة‬ ‫„ر‬
‫َم‬
‫ِم ْن ََّنب ِا‬ ‫ِ’م ْن نَّ ِذ ْي‬ ‫َبا ِخ ٌع َّن ْف َس‬ ‫َ با ِخ ٌع َّن ْف‬
‫„ر‬ ‫َك‬ ‫َس َك‬
‫˚م َغيِ’ ًرا ِن’‬ ‫َ خ ِض ًرا ُّن‬ ‫َ خ ْل „ق ُّن‬ ‫ِ ب ˚ظ ْل „م ن‬
‫ْع َمًة‬ ‫ْخ ِر ˚ج‬ ‫ِع ْي ˚د ˚ه‬ ‫ِذ ْقه˚‬
‫م‬ ‫َ وبِ َم ْن َّمَع ِ ’ م ْن ِ’ مث‬ ‫ِ ’ م ْن ِ’ مث‬ ‫َ ع ْن َّم َوا‬
‫ِل ‪,‬ه‬ ‫َك‬ ‫ِله‬ ‫ِ ض ِع ‪ ,‬ه‬
‫فَ ِر ْي ٌق ِ’ م ْن‬ ‫َن ِص ْي ٌب ِ’ م‬ ‫َ ع َذا ٌب ُّم‬ ‫قَ ْر ٌح ِ’ م ْثل˚‬
‫˚ه ْم‬ ‫َّما‬ ‫ِه ْي ٌن‬ ‫˚ه‬
‫تَ َر َك‬
‫اَ َمَنًة ُّنَعا ًسا‬ ‫َ ن ِص ْيًبا َّم ْف‬ ‫َ ه ِن ۤ ْيـًٔا َّم ِر‬ ‫قَ ْو ًْل َّم ْع ˚ر‬
‫˚ر ْو ًضا‬ ‫ْوفًا‬
‫ۤ ْيـًٔا‬
‫ِ ك ٰتًبا ُّم َؤ‬ ‫ۤ َطا ِٕى َفًة ِ’ م ْن‬ ‫َ ن ْف „س َّما‬ ‫َل ِف ْي َش‬
‫َّج ًَل‬ ‫˚ك ْم‬ ‫َ ك َ س َ ب ْت‬ ‫’„ك ِ’ م ْنه˚‬
‫َ خ ْي „ر ُّم‬ ‫قَ ْو „م ُّم ْؤ ِم ِن‬ ‫ِب َر ْح َم „ة‬ ‫ِ ب َك ِل َم „ة‬
‫ْح َض ًرا‬ ‫ْي َ ن‬ ‫ِ’ م ْنه˚‬ ‫ِ’ م َن ّّٰلال‬
‫و‬ ‫َ و ِا ْن َّو‬ ‫ْ ن َّو َْل َي‬ ‫َّو َر ۤا ِٕى‬ ‫ِ م ْن َّو ِل‬
‫َج ْد نَ آ ْ‬ ‫ِت ِه ْم ِ’م‬ ‫˚ك ْم ِم ْن‬ ‫’ي„‬
‫‪5‬‬
‫ِ م ْن َّوا „ل ِ م ْن َّو َر ِق‬ ‫ِ م ْن َّوا‬ ‫ِ م ْن ِ’ و َع ۤا‬
‫ا ْل َجنَّ ِة‬ ‫„ق‬ ‫ِء اَ ِخ ْي ِه‬

‫‪5‬‬
‫ُّ م َط َّه َرةٌ َّو‬ ‫َن ِذ ْي ٌر َّوبَ ِش ْي َ وَل ٌد َّو َو‬ َ‫˚س ۤ ْو ٌء َّوات‬
‫˚ه ْم‬ ‫ِرثَ ˚ ْٓه‬ ‫ٌر‬ ‫َبع˚ ْوا‬
‫ِا ْس َرا ًفا َّو ِب َدا ٰ ي ًما َّوا ْر َّ و َح ˚ص ْو‬ ِ‫َ كثِ ْي ًرا َّون‬
‫ًرا َّو نَ ِب ًّيا‬ ‫˚زق˚ ْو ˚ه ْم ق‬ ‫ًرا‬ ‫َ س ۤا ً ء‬
‫َ و ِل ˚ك ’„ل‬ ‫ِ ب َب ْع „ض َّونَ َّ و „ة َّوا ْس‬ ‫َّ م ْغ ِف َرةٌ َّوا‬
‫ِ’ و ْج َهٌة‬ ˚‫َمع˚ ْوا ِبق‬ ‫ْكف˚ ˚ر‬ ‫ْج ٌر‬

b. Idgham bilaghunnah
Huruf-huruf idgham bilaghunnah hanya ada dua yaitu (‫ ل‬- ‫ )ر‬apabila

kedua huruf tersebut didahului oleh nun sukun atau tanwin maka wajib
diidghamkan tanpa ghunnah atau memasukan huruf nun sukun atau tanwin
kepada huruf setelahnya tanpa mendengung. Idgham bilaghunnah juga
disebut idgham kaamilan (sempurna) karena hilangnya huruf dan sifat dari
kedua huruf tersebut dan sebab idghamnya adalah karena dekatnya makhraj
dan sama dalam jenis dan sifatnya.

D. Pengertian Iqlab, Huruf-Huruf dan Cara Membacanya


Iqlab artinya membalik atau menukar satu huruf menjadi huruf lain. Hukum
bacaan iqlab adalah setiap nun sukun atau tanwin bertemu huruf ba (‫)ب‬.
Maka cara membacanya dengan mengganti huruf nun mati atau sukun
menjadi huruf mim sukun (‫)م‬.

5
‫ب‬ ‫ِم ‪ْ ²‬ن َب ْع ِد‬ ‫اَ ‪ْ ²‬ن ِبـُٔ ْو‬ ‫َا ‪ْ ²‬ن ِْبئ ˚ه ْم‬ ‫َل ِٕى ‪ْ ²‬ن َب َس ْط‬
‫ِن ْ ي‬ ‫َّت‬
‫َّ و َا ‪ْ ²‬ن َبَت َها‬ ‫َ ك َم ‪ْ ²‬ن َب ۤا َء‬ ‫ِ م ْن َا ‪ْ ²‬ن َب ۤا ِء‬ ‫˚ح َّجٌة ‪َ ²‬ب ْع َد‬
‫ا ْل َغ ْي ِب‬
‫˚ص ٌّم ‪ ²‬ب˚ ْك ٌم‬ ‫َ ر ˚ء ْو ‪ٌ ²‬ف ِبا‬ ‫َب ِص ْي ‪ٌ ²‬ر ِبا ْل‬ ‫˚ج َد ٌد ‪²‬بِ ْي‬
‫ْل ِع َبا ِد‬ ‫ِعَبا ِد‬ ‫ٌض‬
‫قَ ۤا ِٕى ًم ‪²‬ا ِبا ْل ِق ْس بَ ْغ ًي ‪²‬ا َب ْينَ ˚ه ْم‬ ‫˚ذ ِ’ ريًَّة ‪َ ²‬ب ْع‬ ‫˚م َص ِ’ دقً ‪²‬ا ِب‬
‫ِط‬ ‫˚ض َها‬ ‫َك ِل َم „ة‬
‫اَ َم ًد ‪²‬ا َب ِع ْي ًدا‬ ‫َ س َو ۤا „ ‪²‬ء َب ْي‬ ‫ِبثَ َم ‪„ ²‬ن بَ ْخ‬ ‫َ كا ِف „ ‪²‬ر ِب ‪,‬ه‬
‫نَ َنا‬ ‫„س‬

‫‪E. Tes Formatif‬‬


‫‪1. Contoh Bacaan Ikhfa’ Aqrob adalah ...‬‬
‫‪.a‬‬ ‫ِ م ْن َب‪ْ .‬ع ِد‬
‫‪.b‬‬ ‫َل ُْكن‪ُ.‬تم‬
‫‪.c‬‬ ‫َأْنُ‪ .‬ف َس ُكم‬
‫ْمن ُكم ‪.d‬‬
‫‪2. Berikut ini adalah contoh bacaan Idghom bighunnah, kecuali ...‬‬
‫‪.a‬‬ ‫فَ‪ .‬ق ْلِياًلِمْن ُكم‬
‫‪.b‬‬ ‫فَِ رًي قاِ ْمن ُكم‬
‫‪.c‬‬ ‫َ م ْن َي‪ ْ.‬ف َع ل‬
‫ْ‬
‫‪.d‬‬ ‫ْمن ُكم‬
‫‪3. Iqlab adalah hukum bacaan Nun Sukun atau Tanwin apabila bertemu dengan‬‬
‫‪huruf ...‬‬
‫‪a.‬‬ ‫م‬
‫‪b.‬‬ ‫ب‬
‫‪c.‬‬ ‫ل‬
‫‪5‬‬
d. ‫ص‬
4. Lafaz ُّ‫ دنيا ال‬adalah contoh hukum bacaan ...
a. Izhhar ĥalq
b. Izhhar Wajib
c. Idghom Syamsi
d. Ikhfa’ ĥaqiqi
5. Jelaskan definisi dari Idzhar Halqi, Idhgham Bighunnah, Idhgham
Bilaghunnah, Ikhfa, Iqlab serta tuliskan masing-masing 3 contoh!

HUKUM MIM SAKINAH


5
A. Defenisi Mim Sakinah
Mim sukun adalah huruf mim yang tidak berharakat, memiliki tanda baca
berupa harakat sukun. Hukum mim sukun adalah cara membaca mim ketika
bertemu dengan huruf hijaiyyah baik washal maupun waqaf. Mim sukun jika
bertemu dengan huruf Hijaiyyah, maka cara membacanya adalah sama dengan
hukum nun sukun atau tanwin, yaitu ada yang dibaca dengung, jelas, dan samar.
Hanya saja yang membedakan keduanya adalah terletak pada bibir. Jika hukum
nun sukun atau tanwin tidak melaui dua bibir, sementara mim sukun melalui dua
bibir, mim yang sakin tidak dapat jatuh sebelum huruf mad karena akan
terjadi pertemuan dua huruf yang sakin dan hal ini mustahil terjadi dalam bahasa
Arab, karena tidak dapat di baca dan di ucapkan.
Adapun tujuan mempelajari hukum Mim sakinah atau sukun adalah agar
seseorang dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan fasih sesuai dengan yang
diajarkan Rasulullah SAW, selain itu dengan mempelajari hukum mim sukun
juga dapat lebih terjaga dari kesalahan dan makna setiap lafaz di dalam al-
Qur’an, karena apabila salah penyebutan atau penucapannya maka akan
merubah makna dari lafaz tersebut.

B. Pembagian Hukum Bacaan Mim Sakinah/Sukun


Hukum mim sukun dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Idgham Mitslain (Idgham mimi)


Idgham artinya meleburkan atau memasukkan huruf sukun ke dalam
huruf berharakat setelahnya. Idgham Mitslain apabila mim sukun
bertemu dengan huruf mim yang berharakat. Cara pengucapannya harus
diseratai dengan gunnah (dengung) dengan memasukkan huruf mim
sukun ke dalam huruf mim sesudahnya. Cara membaca mim ditahan
2 sampai 3 harokat.

5
‫‪Contoh:‬‬

‫و َماتَأْ ِت ۬يه ۬م آ ٰي ’من آ ت ْ ال ْ و ع ْ ض ۬ين‬


‫ا ْنه ع‬ ‫’م ٰي ت ر م‬
‫كان˚ ا ِر‬ ‫’ب‬ ‫ن‬
‫م‬ ‫ه‬
‫خ ْوف‬
‫الَّ ِذ ي َ ْ ’ جو وآ ْ ’‬
‫أ م م م „ ع َ من م م‬
‫ن‬ ‫ط ن‬
‫ه‬ ‫ه‬
‫ْ و َ وتَ َمتَّع˚ ْوا َق ِل ْيالا ِاَّن ˚ك ْم م ْج ِر ˚م ْو ن‬
‫ا ن َس ْعي˚ ˚ك ْم َ ّ م ْش ˚ك ْو ارا‬
‫˚كل‬
‫˚‬
‫و‬
‫َكا‬
‫وا ْد ْ شه ِ’م ْ ِ ّ ن ك ص ِد ِق ْين‬
‫و َدآء ن و لال ْنت˚ ْم‬
‫ك ْم ن‬ ‫ا‬
‫د‬ ‫ع‬
‫و َماكا ن اَ ْكثَ ˚ر ˚ه ْم م ْٶ ِم ِن ْي ن‬
‫َّنها ع ْ ص َدة˚‬
‫ْ‬ ‫ِا‬
‫َل م ؤ‬
‫ْي‬
‫ه م‬

‫م‬ ‫َ ف ˚ه ْم ُّم ْق َم َيأْ ِتَينَّ ˚ك ْم ِ’ منِ’ ْي ق˚ل˚ ْوبِ ِه ْم َّم‬ ‫ِ ا َّن ˚ك ْم ُّمتَّ‬
‫َر ٌض‬ ‫˚ح ْ و َ ن‬ ‫َبع˚ ْو َن‬
‫َقا َل َل ˚ه ْم ُّم َ و ˚ه ْم ُّم ْع ِر َ ل ˚ه ْم َّم َش‬ ‫اَ ْنت˚ ْم ُّم ْلق˚ ْو‬
‫ْوا فِ ْي ِه‬ ‫˚ض ْو َن‬ ‫ْو ٰ ْٓسى‬ ‫َن‬

‫‪5‬‬
˚‫˚ك ْنت˚ ْم ُّم ْؤ ِم َ ل ˚ك ْم ِ’ م َن ال اَ َّن ˚ه ْم ُّم ٰلق‬ َ‫اَ ْنت˚ ْم ُّم ْجت‬
‫ْوا‬ ‫ِ ’ط ْي ِن‬ ‫ِ ن ْي َ ن‬ ‫ِمع˚ ْو َن‬
‫فَا ْر ˚زق˚ ْو ˚ه ٰ انَ ْست˚ ْم ِ’ م ْن اَ ْكثَ ˚ر ˚ه ْم ُّم َ ل ˚ك ْم ِ’ م َن‬
‫ال ِ’ن َس ۤا ِء‬ ‫ْ ؤ ِم ِ ن ْي َ ن‬ ‫˚ه ْم‬ ‫ْم‬
˚‫ِ ’ م ْنه‬
‫َّ ي ْظ ِل ْم ِ’ م ْن ˚ك ْنت˚ ْم ُّم ْؤ ِم َ يأْتِ ْي ِه ْم ِ’ م ْن ِ م ْن ˚ه ْم ِ’ م‬
‫ْيَثاًقا‬ ‫ِذ ْك „ر‬ ‫ِ ن ْي َ ن‬ ‫˚ك ْم‬

2. Ikhfa Syafawi
Apabila mim sukun bertemu dengan huruf (‫)ب‬, harus dibaca
ikhfa, yakni menyamarkan mim sukun karena dengungan (gunnah).
Syafawi artinya bibir. Dinamakan syafawi karena makhraj mim dari
syafah/bibir, ketika bertemu dengan huruf ba. Mim sukun dilafalkan
samar menjadi gunnah dan ditahan antara 2 sampai 3 harakat. Cara
membacanya samar- samar, artinya pada saat membaca mim sukun
disamarkan dan terdengar seperti didengungkan (gunnah).

6
‫‪Contoh:‬‬

‫خ ِب ْي ˚ر‬ ‫ه ْ ِئ‬ ‫ِان‬


‫’ ِْم م „ذ‬
‫ْو َم‬ ‫ب ب‬
‫ه‬ ‫ر‬
‫و َي ْو َم ي˚ ْر ْ ن ل ِ ’ب ِ ب ع ِمل˚ ْوا‬
‫َما‬ ‫و ْي ه ئ ˚‬
‫ي˚َن ه ْم‬ ‫جع‬
‫˚‬
‫و َما قَ ْو ˚م ل˚ ْو „ط ِ’ م ْن ˚ك ْم ِبَب ِع ْي „د‬
‫˚ر جَّن وحر ْي ارا‬ ‫وج ٰز ى ِ ب‬
‫ْوا‬ ‫َما‬
‫ص‬ ‫ه ْم‬
‫َب‬
‫تَ ْر ْ ِح ة ’ س ِ ’ج ْيل‬
‫ي ه ْم جا م‬
‫َر ن‬
‫م‬
‫اَن ّ َ رى‬ ‫َالَ ْم‬
‫ل‬ ‫ْعل‬
‫َا‬ ‫ْم‬
‫َف َد ْمد م ع ب ْ ن ْ س ٰوىها‬
‫ْ ْ‬ ‫َ‬
‫َل م م ِب ذَ م‬
‫فَ‬ ‫ر‬ ‫ْي‬
‫ه‬ ‫ه ه‬

‫ب‬ ‫َ و َجا ِه ْد ˚ه ْم ِب ˚م ْؤ ِم‬ ‫َا ْر ِض ˚ك ْم بِ‬ ‫َ و ˚ه ْم ِبا‬


‫ِ ن ْي َ ن‬ ‫˚ه ْم ِب ‪,‬ه‬ ‫ِس ْح ِر ‪,‬ه‬ ‫ْٰل ِخ َر ِة‬
‫َ عَل ْي ِه ْم ِب ٰ اتِ ْي ˚ك ْم ِب ِش‬ ‫˚د ْو ِن ِه ْم‬ ‫َّ ل ˚ك ْم َب ْي‬
‫َ ه ا „ب‬ ‫َما‬ ‫َۚب ْل ِم ْن‬ ‫َن َي َد ْي‬

‫‪6‬‬
‫ِ م ْثَل ˚ه ْم ۗبَ ٰلى اَ ْر ˚جل˚ ˚ه ْم‬ ‫َ و َ ْْٓل اَ ْد ٰرى َ ربُّ ˚ه ْم ِب ِا ْي‬
‫ِب َما‬ ‫َماِن ِه ْم‬ ‫ه‬, ‫˚ك ْم ِب‬
‫َ فن˚ َن ِب’ئ˚ ˚ك ْم َ ج ۤا َء ˚ك ْم ب‬ ‫َ و ˚ه ْم َب َد َ عَل ْي ˚ك ْم ِب‬
‫ِش ْي ٌر‬ ‫ِب َما‬ ‫َ و ِ ك ْي „ ل‬ ‫˚ء ْو ˚ك ْم‬
‫فَبَ ِ’ ش ْر ˚ه ْم ِب َ ر ُّب ˚ه ْم ِب‬ ‫َ وت˚ َز ِ’ ك ْي ت˚ نَ ِ’بئ˚ ˚ه ْم‬
‫َر ْح َم „ة‬ ‫َع َذا „ب‬ ‫ِب َما‬ ‫ِه ْم ِب َها‬

3. Izhar Syafawi
Jika mim sukun ) ( bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah selain
‫م‬
huruf mim ( ‫ ) م‬dan ba ) ‫) ب‬. Cara pengucapannya tidak boleh
dengung dan huruf mim sukun harus dibaca jelas dan baik.
Perhatian: Apabila huruf mim sukun ( ‫ ) م‬bertemu dengan huruf wau
( ‫ ) و‬dan ( ‫ ) ف‬maka harus berhati-hati ketika membacanya, yakni dengan
lebih cepat serta lebih jelas tanpa gunnah. Sedikit pun mim sukun
tidak

6
‫‪boleh terpengaruh makhraj fa’ walaupun makhrajnya berdekatan atau‬‬
‫‪sama.‬‬
‫‪Contoh :‬‬

‫‪Huruf-huruf idzhar syafawi jumlahnya ad 26 huruf, yaitu:‬‬


‫اـتـثـجـحـخـدـذـرـزـسـشـصـضـطـظـعـغـفـقـ‬
‫كـل‬
‫ـ ن ـوـ‪ -‬ه –ي‬

‫‪No Huruf‬‬ ‫‪Kalimat‬‬ ‫‪No Huruf‬‬ ‫‪Kalimat‬‬


‫‪1‬‬ ‫ا‬ ‫ِ الَ ْي ˚ك ْم اَ ْي ِد َي‬ ‫‪14‬‬ ‫ض‬ ‫َ وا ْم‬
‫˚ه ْم‬ ‫˚ض وا‬
‫‪2‬‬ ‫ت‬ ‫لَ َع َّل ˚ك ْم ت˚ ْف ِل‬ ‫‪15‬‬ ‫ط‬ ‫َ ل ˚ه ْم‬
‫˚ح ْو َن‬ ‫َط َعا ˚م‬
‫‪3‬‬ ‫ث‬ ‫اَ ْمثَالَ‬ ‫‪16‬‬ ‫ظ‬ ‫َ ظَننت˚ ْم َظ َّن ال‬
‫˚ك ْم‬ ‫َّسو ِء‬
‫‪4‬‬ ‫ج‬ ‫اَ َّن لَ ˚ه ْم َج ٰنّ ٍت ت‬ ‫‪17‬‬ ‫ع‬ ‫َ و َل ˚ه ْم َع‬
‫ْج ِر ْي‬ ‫َذا ˚ب‬
‫‪5‬‬ ‫ح‬ ‫َ علَ ْي ِه ْم َح اِف ِظ‬ ‫‪18‬‬ ‫غ‬ ‫َ ما ˚ء ˚ك ْم‬
‫ْي َ ن‬ ‫َغ ْو ًرا‬
‫‪6‬‬ ‫خ‬ ‫˚ه ْم َخ ْي ˚را ْلَب ِر‬ ‫‪19‬‬ ‫ف‬ ‫َ ل ˚ه ْ م‬
‫َّي ِة‬ ‫ِف ْي َها‬
‫‪7‬‬ ‫د‬ ‫َل ˚ه ْم دَا ˚را ْْل‬ ‫‪20‬‬ ‫ق‬ ‫َ رأَ ْو ˚ه ْم َقال˚‬
‫ِخ َر ِة‬ ‫ْو ا‬
‫‪8‬‬ ‫ذ‬ ‫َ ر ُّب ˚ك ْم ذ˚ ْوا َر‬ ‫‪21‬‬ ‫ك‬ ‫ِ م ْن ˚ه ْم َك ْم‬
‫ْ ح َ م ٍة‬ ‫َلِبثْت˚ ْم‬
‫‪9‬‬ ‫ر‬ ‫ِا ْيل َِٰ ف ِه ْم ِر ْح َلة‬ ‫‪22‬‬ ‫ل‬ ‫˚ه ْم لَ َّما َظلَ ˚م‬
‫ْو ا‬
‫‪10‬‬ ‫ز‬ ‫اَ ْم َز َّين’ا ال ’س‬ ‫‪23‬‬ ‫ن‬ ‫اََل ْم َن ْجعَ ْل‬
‫َمْا ˚ء‬
‫‪11‬‬ ‫س‬ ‫فَ ْوقَ ˚ك ْم َس ْبًعا‬ ‫‪24‬‬ ‫و‬ ‫ِ ب ِه ْم َوَي ˚مدُّ‬
‫˚ه ْم‬

‫‪6‬‬
12 ‫ش‬ ‫ ˚ه ْم َش ُّرا ْل َب ِر َّي‬25 ‫ه‬
‫اَ ْم ِه ْل ˚ه ْم ˚ر‬
‫ِة‬ ‫َو ْيدًا‬
13 ‫ ِ ا ْن ˚ك ْنت˚ ْم‬26
‫ص‬ ‫ي‬ ‫لَ َع َّل ˚ه ْم َيتَ َذ َّك‬
‫َص ا ِدقِ ْي َن‬ ‫˚ر ْو َن‬

C. Tes Formatif
Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini serta tuliskan masing-
masing 5 contoh!
a. Ikhfa Syafawi
b. Idhgham Mitslain
c. Idzhar Syafawi

6
QALQALAH
A. Defenisi Qalqalah
Secara etimologis, qalqalah memiliki arti goyangan atau gerakan.
Adapun secara terminologis, qalqalah berarti pantulan suara secara tiba-
tiba dari

6
huruf-huruf tertenu sehingga terdengar di telinga suara memantul atau
membalik. Dalam ilmu Tajwid, terdapat lima huruf yang termasuk dalam
qalqalah, yaitu qaf (‫)ق‬, tha’ (‫)ط‬, ba’ (‫)ب‬, jim (‫)ج‬, dan dal (‫ )د‬yang biasa
dikumpulkan dalam lafazh „ ‫قَ ط‬. Ketika membaca kelima huruf qalqalah
‫بد‬
‫˚ج‬
tersebut, harus terdengar suara pantulan pada setiap hurufnya, terutama
ketika dalam posisi waqaf.

B. Pembagian Hukum Bacaan Qalqalah


Secara umum, qalqalah dibagi menjadi tiga macam, yaitu qalqalah
shughra, qalqalah wustha, dan qalqalah kubra. Ketiga macam qalqalah ini
akan diuraikan di bawah ini:
a. Qalqalah Shughra
Secara bahasa, shughra bermakna kecil. Sehingga, qalqalah shughra
dapat dipahami qalqalah kecil, artinya qalqalah yang pantulannya
terdengar kurang begitu tegas, karena berada di tengah kata dan langsung
disambung dengan huruf setelahnya. Qalqalah shughra ini terjadi pada
huruf-huruf qalqalah yang berharakat sukun yang asli dan berada di
tengah kata.
Cara membacanya harus dipantulkan suara huruf-huruf qalqalahnya.
Adapun contoh jenis qalqalah ini dilihat pada tabel berikut ini:

5
Jika dilihat dengan seksama, hukum bacaan qalqalah shugra terjadi
pada dua kondisi, yaitu apabila huruf qalqalah bersukun ashli, dan
bersukun ditengah kalimat.
Cara pelafalan qalqalah jenis ini ialah dengan menekan kuat makhraj
huruf dari huruf qalqalah tersebut sehingga menghasilkan suara
memantul dengan pantulan yang kuat dan jelas. Untuk huruf Qaf dan tha’
pantulannya mendekati suara “o” karena kedua huruf ini memiliki sifat
isti’la, sedangkan selain dua huruf tersebut akan terdengar mendekati
suara “e”. Bahkan, suara ini pun cenderung berubah-ubah tergantung
pada harakat dari huruf sebelum dan sesudahnya.

‫ا ْقن˚ِت ْي‬ ‫ا ْل َم ْقب˚ ْو‬ ‫˚خ ِل ْقَنا‬ ‫ِ ل َم ْ ن‬ ‫َّ واَ ْق َر‬ ‫ق‬
‫ِ ح ْي َ ن‬ ‫َخَل ْق َت‬ ‫َب‬
‫ت˚ ْر ِه ْق ِن‬ ‫َ و َْل تَ ْق‬ ‫تَ ْق ِد ْي ٌر‬ َ ْ ‫ُّ م‬
‫قت ِد‬ ‫َ م ْقل˚ ْو‬
‫ْي‬ ‫َرب˚وا‬ ‫ًرا‬ ‫ٌب‬
‫َن ْق ًبا‬ ‫ِ ل َو ْقَعت‬ ‫اَ َخ َر ْقتَ َ و َْل تَ ْق‬ ‫َ وا َْْل ْق‬
‫َ ها‬ ‫˚ف‬ ‫َ ها‬ ‫َدا ِم‬
‫قِ ْط ًرا‬ ‫تَ ْطل˚ ˚ع اَ َح ْطَنا‬ ‫ِ ُا ْستَ ْطَع َ م ْط ِل‬ ‫ط‬

‫َع‬ ‫َما‬
‫َ وي˚ ْط ِع‬ ‫اَ ْن َّر َب اَن˚ ْط ِع ˚م ِ م ْن ُّن‬ ‫َ و ْطـًٔا‬
‫طفَ „ة‬ ْ ‫ْطَنا‬
‫˚م ْو َن‬
‫َ ل ْم َي ْط ˚م ْط َم ِٕىنِ’ فََا ْس ِق ْط‬ ‫تَ ْب ˚س ْط َ واَ ْط‬
‫ْي َ ن‬ ‫ِم ْث ˚ه َّن‬ ‫ٰغى‬ ‫َ ها‬
‫اَ ْب َر ˚ح‬ ‫َّ وا ْجن˚ ْب ِ ا ْب ِل ْي‬ ‫ي˚عَ ِ’ ذ ْب‬ ˚ ‫َ ف ِا ْ ن ت‬ ‫ب‬
‫َس‬ ‫ِن ْ ي‬ ‫˚ك ْم‬ ‫ْبت˚ ْم‬

5
‫ه‬, ‫ِبَع ْب ِد‬ ‫˚خ ْب ًرا َ ْل َي ْبغ˚ ْو َ وا ْبَع ْث‬ ‫اَ ْبل˚ َغ‬
‫َن‬
‫ا ل َ ح ْب‬ ‫َ ح ْب ٌ ل‬ ‫˚خ ْب ˚ز‬ ‫ق َ ْب َ ل‬ ‫َا ْب َكا ًرا‬
‫˚س‬
‫َ ز ْج َرة‬ ‫َ ي ْج‬ ‫ا ْل َف ْج‬ ‫تَ ْج ِر‬ ‫َ و ْج َه ˚ه‬ ‫ج‬

‫َمع˚ ˚ك ْم‬ ‫ِر‬ ‫ْي‬


‫َ ن ْجَع ْل‬ ‫اَ ْج َر‬ ‫َ م ْجن˚ َ م ْج َم‬ ‫ا ْل ˚م ْج ِر‬
‫َما‬ ‫َع‬ ‫ْو ٌن‬ ‫ِم ْي َ ن‬
‫َّ واَ ْخ ِر َ م ْج َم‬ ‫َ واَ ْج ِل‬ ٰ ‫َن ْج‬ ‫َ وا ْجتَ َب ْيَنا‬
‫َع‬ ‫ْ ج ِن ْ ي‬ ‫ْب‬ ‫ْٓوى‬
‫اَ ْد ِخ ْل ِن َّ م ْد ˚ح‬ ‫ُّ ر ِد ْد َ م َد ْدَنا‬ ‫َ ع ْد „ ن‬ ‫د‬
‫ْو ًرا‬ ‫ْي‬ ‫ُّت‬
‫َ و َي ْد ˚ع َ م ْد َي َن‬ ‫ِ ر ْد‬ ‫َ و ِ ع ْد‬ ‫ِ لي˚ ْد ِح‬
‫ًءا‬ ‫˚ه ْم‬ ‫˚ض ْوا‬
‫اَ ْد َب َر‬ ‫ِ ف ْي‬ ‫ُّ م ْد‬ ‫فَاَ ْوقِ ْد ِل‬ ‫َ وَلَق ْد ٰاتَ ْي‬
‫ِس ْد „ر‬ ‫ِهن˚ ْو َن‬ ‫ْي‬ ‫نَ ا‬

b. Qalqalah Wustha
Dalam bahasa Arab, kata Wustha berarti tengah. Jika dikorelasikan
dengan ilmu Tajwid, qalqalah ini kadar pantulannya adalah pertengahan
antara sughra dan kubra. Apabila salah satu huruf qolqolah berada di
akhir kata dan diwaqofkan (bukan sukun asli dan tidak bertasydid), maka
cara pengucapannya ditahan sejenak kemudian dipantulkan.

‫ا ْل َح ِر‬ ‫َ وال‬ ‫ِ م َّم ˚خ ِل‬ ‫َّ م ۤا „ء‬ ‫ِ م ْن‬ ‫ق‬

‫ْ ي ِق‬ ‫َّطا ِر‬ ‫َق‬ ‫َدافِ „ق‬ ‫َ ع َ ل „ق‬


‫ِق‬
‫ِ رَبا ٌط‬ ‫َ و ِليَ ْر‬ ‫َ خ َّطا‬ ‫َ ب ِ س ْي‬ ‫ُّ م ِح ْي‬ ‫ط‬

‫ِب َط‬ ‫ٌط‬ ‫ٌط‬ ‫ٌط‬

5
‫ِ م ْ ن َع‬ ‫َّ م ْس ˚ك‬ ‫َ والتَّ َر ۤا الثَّاقِ ˚ب‬ ‫ف ِ ْ ي ت َ ْ ك ِذ ْ ي‬ ‫ب‬
‫َذا „ب‬ ‫ْ و „ب‬ ‫ِٕى ِب‬ ‫„ب‬
‫ا ْلب˚ ˚ر‬ َ َ ‫ا ْل‬ ‫˚خ ˚ر ْو‬ ‫َ ب ِه ْي‬ ‫ِ في ˚ز‬ ‫ج‬
ِ‫معا ِرج‬
‫ج‬
ِ ‫ْو‬ ‫ٌج‬ ‫ٌج‬ „‫َجاج‬
‫ا ْل َم ْو ˚ع‬ ‫َّ و َم ْش‬ ‫ا ْل َوق˚ ْو ا ْْل˚ ْخ ˚د‬ ‫َ ش ِه ْي‬ ‫د‬
‫ْ و ِد‬ ‫˚ه ْو „د‬ ‫ْ و ِد‬ ‫ِد‬ ‫ٌد‬

c. Qalqalah Kubra
Dalam bahasa Arab, kubra bermakna besar. jika dilihat dari
konteks ilmu Tajwid, qalqalah kubra berarti qalqalah besar, artinya
qalqalah yang pantulan hurufnya terdengar dengan sangat jelas, karena
diwaqafkan. Qalqalah kubra ini terjadi pada huruf-huruf qalqalah yang
berharakatkan sukun yang tidak asli tetapi berada dalam posisi waqaf.
Cara membacanya qalqalah jenis ini adalah harus benar-benar
dipantulkan suara huruf- hurufnya agar terdengar dengan jelas. Qalqalah
kubra terjadi apabila huruf qalqalah berharakatkan sukun ‘aridhi karena
diwaqafkan. Dengan kata lain, huruf tersebut asalnya berharakat tetapi
menjadi sukun karena dibaca waqaf. Kemudian qalqalah kubra juga dapat
terjadi jika huruf qalqalah tersebut bersukun di akhir kalimat. Adapun
contoh qalqalah kubra dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

5
‫ب‬ ‫ق‬ ‫ج‬ ‫د‬

‫َ وتَ َّب‬ ‫ِ با ْل َح ِ’ ق‬ ‫ا ْل‬ ‫فَا ْرتَ َّد‬


‫َح ُّج‬

C. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini
b) Qalqalah
c) Qalqalah Shughra
d) Qalqaah Wustha
e) Qalqalah Kubra
2. Tuliskan 5 contoh dari Qalqlah Shughra, Qalqalah Wustha, dan
Qalqalah Kubra!

TAFKHIM DAN TARQIQ


A. Defenisi Tafkhim dan Tarqiq

54
Secara etimologis, tafkhim merupakan masdar dari fakhkhama (َ‫ )م فَخ‬yang
bermakna menebalkan. Sedangkan tafkhim secara terminologis adalah
membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tebal. Dari definisi
stersebut dapat disimpulkan, bahwa bacaan-bacaan tafkhim itu menebalkan
huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf tertentu di bibir (mulut) dengan
menjorokkan ke depan, bacaan tafkhim dapat disebut juga sebagai isim maf’ul
mufakhkhamah.

Adapun tarqiq secara etimologis merupakan bentuk masdar dari raqqaqa ( ‫) َرق‬
‫ق‬
yang memiliki makna menipiskan. Sedangkan secara terminologis, yang dimaksud
dengan tarqiq adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan
tipis. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa tarqiq menghendaki
adanya bacaan yang tipis dengan cara mengucapkan hurur di bibir (mulut) agak
mundur sedikit dan tampak agak meringis. Dalam ilmu Tawid, ada tiga hal yang
termasuk dalam kajian tafkhim dan ditarqiq, yaitu :
1. Huruf-huruf isti’la
Huruf isti'la (lawan kata dari isti’fal) merupakan huruf yang dibaca
tebal, hal ini dikarena sebagian besar huruf-huruf tersebut ketika
diucapkan harus mengangkat pangkal lidah ke langit langit. Adapun
huruf-huruf tersebut adalah:
‫خ–ص–ض–غ–ط–ق–ظ‬
Semua huruf isti’la harus dibaca tafkhim, dengan dua tingkatan.
Pertama, tingkatan tafkhim yang kuat, yakni ketika sedang berharakat
fathah atau dhammah, dan ketika sukun jika sebelumnya berharakat fathah
atau dhammah. Contoh :
‫خ ْي ˚ر – َّ م ِ ي ˚ ظلَ ˚مون‬
– ‫ًة – ب‬
‫ض‬ ‫غ‬
‫ْق‬
Yang kedua adalah tingkatan tafkhim yang lebih ringan, yakni ketika
berharakat kasrah atau ketika sukun dengan huruf sebelumnya berharakat
55
kasrah. Contoh :
‫طين – سخ ِر ًيا‬

56
Sebaliknya, seluruh huruf isti’fal harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam
pada lafaz jalalah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati atau
tanwin bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila bertemu dengan
huruf ghain dan kha’. Contoh:
‫ْ نص ˚ر ْ م ضو ْد – َ ي ظ ˚ر‬
‫َي ْنط ْن‬ ‫م ْن‬
‫ق‬ –
– ‫ك‬
‫ط ج ص ْف ِر‬ ‫َ ي َْنق ِل ب – ل‬
‫ل – َمالَة‬
ً َ‫َْيل ِوي‬
˚

2. Huruf Ra’
Terdapat tiga macam hukum dalam membaca huruf ra’.
a. Ra’ Muraqqaqah (tipis, bergetar) ada empat macam:
1) Ketikara’ berharakat kasrah, seperti :
‫رض َوا ن – ا ْل ِب ˚ر‬
2) Apabila huruf sebelum ra’ sukun sebelumnya huruf
berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’la ( ‫خ‬- ‫ص‬
‫ ظ – ط – ض‬- ‫ )– ق‬seperti :
‫ع ْون‬
– ‫أَ ْن ِز ْر‬
‫ْر ه ْم‬
3) Ra’ sukun karena berhenti (waqaf), sebelumnya terdapat ya’
sukun. Seperti:
‫من خ ْي ِر‬
4) Ra’ sukun karena berhenti (waqaf), sebelumnya bukan huruf
isti’la yang didahului oleh huruf yang berharakat kasrah.
‫ِد‬ ‫ِه رج‬
‫˚ر ْ و َم ت˚ س َرا ِئ ˚ر‬ ِ
‫ْبلَى ال‬ ‫ َقا‬- ‫ع‬
b. Ra’ Mufakhkhamah
57
‫علَى‬ ˚‫َّنه‬
Tanda ra’ mufakhkhamah (tebal tanpa getar) ada lima macam:
1) Ra’ berharakat fathah atau dhammah. Seperti:
‫رسل‬
– ‫رس ْول‬

58
2) Ra’ sukun atau dibaca sukun karena sukun berhenti
(waqaf), sebelumnya terdapat huruf yang berharakat
fathah atau dhammah. Seperti:
‫ا˚ ْر سل – اَ ْرسل‬
3) Ra’ sukun sebelumnya berharakat kasrah tidak asli dari
asal perkataan, seperti: atau tanda kasrah asli terletak pada
huruf sebelum alif, seperti:
‫اَ ِم ْرتَاب˚ ْوا‬
4) Ra’ sukun karena berhenti (waqaf) sebelumnya ada huruf
sukun sesudah huruf yang berharakat fathah atau
dhammah. Seperti:
‫ص ِر‬ ْ ‫خس‬ ‫ِ فى‬
‫ِر – ل‬
‫وا‬
5) Ra’ sukun dan sebelumnya terdapat huruf berharakat kasrah,
tetapi setelah ra’ sukun terdapat huruf isti’la, seperti:
‫ْ رَقة˚ – ْ صاد˚ طاس‬
‫ر – ْر‬

‫م‬

c. Ra’ wajhain
Adapun tanda ra’ wajhain (boleh dibaca tebal tau tipis), yaitu
apabila ra’ sukun sebelumnya terdapat huruf berharakat dan
setelahnya terdapat salah satu huruf isti’la yang berharakat kasrah,
seperti: ْ ‫رق‬
3. Lafaz Jalalah
Yang dimaksud dengan lafazh Jalalah adalah kalimat ‫آهلل‬. Arti jalalah
adalah kebesaran atau keagungan. Lafaz ini banyak tercantum dalam al-
Qur’an. Cara membacanya ada dua macam, yakni tafkhim dan tarqiq. Lafaz

59
Jalalah dibaca tafkhim apabila keadaannya sebagai berikut:
a. Berada di awal susunan kalimat atau disebut mubtada’ (istilah tata
bahasa Arab )

60
‫الّ ه َو آ ْلَق ُّيو ˚م‬
َ ‫آلل ْ ل ِإ‬
˚
b. Apabila lafaz Jalalah berada setelah huruf berharakat fathah.
˚‫ق˚ل ه َو آهلل˚ أَحد‬
c. Apabila lafaz Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah
‫مح َّمد˚ رسول آ ِهلل‬
Dan dibaca tarqiq apabila sebelumnya huruf berharakat kasrah.
‫ت وآهلل˚ ب ما ت خ ِبي ˚ر‬
َ ِ ‫ن ا ْ ْ وآلَّ ن أ˚ ْوت˚ وا َ ر‬ ‫ْ رف آهلل˚ آل‬
‫ْع َمل˚ون‬ ‫َمن˚ ن م ِذي آ ْل ِعل َم جا‬ ‫ِذ ْي‬
‫ْو ا‬
‫م ك‬

B. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini
a. Tafkhim
b. Taqriq
c. Isti’la
d. Isti’fal
e. Lafaz Jalalah
2. Tuliskan 5 contoh dari Huruf Isti’la yang dibaca tafkhim!
3. Tuliskan masing-maing 3 contoh dari Ra’ Muraqqaqah; Ra’
Mufakhkhamah; dan Ra’ Wajhain!
4. Tuliskan masing-masing 3 contoh dari Lafaz Jalalah yang dibaca
tafkhim, dan Tarqiq!

61
GHUNNAH MUSYADDADAH
A. Pengertian Ghunnah Musyaddadah

62
Dalam ilmu tajwid, hukum “nun” dan “mim” yang bertasydid dikenal
dengan istilah ghunnah musyaddadah. Maksud dari istilah musyaddadah atau
syiddah adalah suatu huruf yang bertasydid atau memakai tasydid. Tasydid
sendiri merupakan sebuah tanda kepala huruf sin (¹ّ – ‫ ) س‬di atas sebuah huruf.
Hal ini menunjukkan bahwa huruf yang bertasydid itu diketahui adalah huruf
rangkap yaitu satu huruf yang sukun dan satu huruf yang berharakat.

‫ِ ا َّن‬
‫ِا ْن َن‬
‫َ ع َّم‬
‫َ ع ْم َم‬

Adapun kata ghunnah menurut bahasa berarti sengau atau dengung


(mendengung). Sedangkan menurut istilah ialah:
‫سان ِف ْي ِه‬ ‫ج َ ˚ ج من ْ ْ و ِم َ ل‬ ‫ص ْوت‬
‫ا ْل ي الَ ش م ال‬ ‫ه ير‬
’‫ِل‬ ‫خ‬ ‫ِر‬
‫ع‬ ‫خ‬ ‫ي‬
suara yang jelas yang keluar dari al-khaisyum (pangkal hidung) dengan tidak
menggunakan lidah pada waktu mengucapkannya

Dalam ilmu tajwid, jika terdapat “nun” bertasydid dan “mim” bertasydid,
maka hukum bacaannya disebut Ghunnah. Adapun cara membacanya adalah
dengan mendengungkan huruf tersebut sekitar dua sampai tiga harakat.
Contoh :
Harus dibaca ‘amma (dengan mendengung), tidak boleh
‫ َ ع َّم‬dibaca ‘ama.

Harus dibaca mimma (dengan mendengung), tidak boleh


‫ ِ م َّم‬dibaca mima.

63
Harus dibaca inna (dengan mendengung), tidak boleh dibaca
‫ِانَّا‬ ina.

64
Tingkatan bobot dengung (ghunnah) terbagi menjadi lima tingkatan:
b. Bobot ghunnah secara penuh pada saat “mim” dan “nun”
bertasydid.
c. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan pada “mim” dan “nun”
dibaca idgham.
d. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan lagi saat “mim” dan “nun”
dibaca ikhfa’.
e. Bobot ghunnah bertambah lebih ringan lagi saat “mim” dan “nun”
dibaca izhar.
f. Bobot ghunnah paling ringan saat “mim” dan “nun”
berbaris/berharakat.
Dari klasifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan
bobot ghunnah dalam tingkatannya, terdengar pada saat bertasydid
(musyaddadah), diidghamkan (mudghamah), dan diikhfa’kan (mukhfah).
Sedangkan pada saat dibaca izhar (muzharah) dan saat berharakat
(mutaharikah), ukuran ghunnanhnya sangat minim (ats-tsabitu ashluhu
faqath).

B. Cara Membaca “nun” dan “mim” Musyaddadah


Dijelaskan dalam nazham Fathul Aqfal karya Sulaiman Al-Jamzuri:

‫ و َ حْ ر َف ُغَّنٍ ة َب دا‬# ‫ وًن ش ِ د دا‬.‫و ُغ َّن ِمي ما َُُّث ن‬


َ َ ¹ ُ ً ُْ ً ْ َ
‫م ُكاًّل‬¹ ‫َِس‬
Dan hendaklah, “mim” dan “nun” dibaca sengau/dengung saat keduanya
bertasydid. Yang demikian itu dinamakan ghunnah selamanya.

Cara membaca “nun” musyaddadah adalah dengan membuka kedua bibir


dikarenakan makhraj “nun” hanya terjadi jika kedua bibir dalam keadaan
terbuka dan pada saat yang bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan

65
(daging tempat tumbuhnya gigi seri atas) dan bersamaan dengan

66
didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga
harakat.
Contoh:

Contoh Dibaca Q.S.

‫ِ اَّنااَ ْع َط ْينَا‬ innaa a’thoina 108:1


‫َك‬
˚‫َ جَّنة‬ jannatun 17:91

‫ِانَّ َك‬ innaka 3:8

‫َ لت َ ْ ر‬ latarkabunna 86:19
‫َكب˚ َّن‬
‫ِب َر ِب’ال َّنا ِس‬ birabbinnaasi 114:1

‫َ ع ِن الَّن َب ِا‬ ‘aninnabai 78:2

‫ال َخنَّا ِس‬ alkhannasi 114:4

Adapun cara membaca “mim” musyaddadah adalah dengan menutup


kedua bibir bersamaan dengan didengungkan secara nyata ke pangkal
hidung selama dua sampai tiga harakat. Hal tersebut dikarenakan
makhraj “mim” terjadi apabila kedua bibir dalam keadaan tertutup.
Contoh:
‫ن‬ ‫ِا َّن اَّل ِذ ْي‬ ‫َ و ِم َن ال َّنا‬ ‫ٰ ا َم َّنا ِبا ّٰ ِّٰلل‬ ‫تَ َم َّن ْو َن ا ْل‬
’ ‫َن‬ ‫ِس‬ ‫َ م ْ و َت‬
‫َ فاتَّق˚وا ال َّنا َر ِ ا َّنا َمَع ˚ك‬ ‫ا˚ ˚ج ْو َر‬ ‫اَ َّنه˚ ا ْل َح‬
‫ْم‬ ‫˚ه َّن‬ ‫ُّق‬
‫َ و َْل َي ْح َسَب َّ و ٰل ِك َّن‬ ‫َ ظ َّن ا ْل‬ ‫َ يأْ ِت َينَّ ˚ك ْم‬
‫لّّٰال‬ ‫َّن‬ ‫َجا ِه ِل َّي ِة‬
‫َ ف َس ّٰوى ˚ه ِ ز ْيَنتَ ˚ه‬ ‫َ ف َل ˚ه َّن‬ ‫ِ بَا َّنا ˚م ْس ِل‬
‫َّن‬ ‫َّن‬ ‫ث˚ ل˚َثا‬ ‫˚م ْو َن‬

67
‫ِا َّن ا ْْلَ ْم َر‬ ‫ِ ا ٰلى َج َهنَّ َم َي ˚ظ ُّن ْو‬ ‫ِ م َن ال ِن’‬
‫َن‬ ‫َ س ۤا ِ ء‬
‫’م‬ ‫َ فَل َّما َج ۤا‬ ‫ِ ا ٰ ْٓلى ا˚ م َ فَا َّما اَّل ِذ ْي‬ ‫ا˚ ُّم ا ْل ِك ٰت‬
‫ِ’‬
‫َءتْ ˚ه ْم‬ ‫َن‬ ‫ِب‬
‫˚م ْو ٰ ْٓسى‬
‫َ ل َّما ِخ ْفت˚‬ ‫ِ ا ٰلْٓى ا˚ ِ’ م ‪,‬ه ِ فى ا ْل َي ِ‬ ‫َ وَل َّما َب َل‬
‫˚ك ْم‬ ‫’م‬ ‫َغ‬
‫َ ع َّما َي‬ ‫َ و َل َّما َو ِ َل˚ ِ’ م ِه الثُّل˚‬ ‫ِ ف ْْٓي ا˚ ِ’ م‬
‫ِصف˚ ْو َن‬ ‫˚ث ف‬ ‫َر َد‬ ‫َ ها‬
‫ِ ا َّما ت˚ ِرَينِ’‬ ‫َ ع ِ’ م َك‬ ‫َ ع ّٰم ِت َك‬ ‫َ ح َمَل ْته˚ ا˚‬
‫ْي‬ ‫ُّم ˚ه‬
‫مة َّوا ِح ً‬
‫َدة‬ ‫ا˚ َّ ً‬ ‫˚ع ْصبٌَة ِ’ م ْن َ ع َّما َو َج‬ ‫َا ْن ُّي ِت َّم‬
‫ْدَنا‬ ‫˚ك ْم‬

‫‪C. Tes Formatif‬‬


‫‪Silahkan praktikkan hukum bacaan Ghunnah pada ayat-ayat di bawah ini‬‬

‫‪68‬‬
IDGHAM
A. Defenisi Idgham
Idgham (‫ )ادغام‬secara bahasa memiliki makna memasukkan atau melebur
huruf. Adapun secara istilah, idgham berarti pengucapan dua huruf
seperti dua huruf yang ditasydidkan.
.‫االدغام هو عبارة عن خلط الحرفين و ادخال احدهما في االخر‬
Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa Idgham adalah
berpadu atau bercampurnya antara dua huruf dan memasukkan satu huruf ke
dalam huruf yang lain. Oleh karena itu, bacaan idgham harus dilafazkan
dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya.

B. Pembagian Idgham
Dalam ilmu tajwid, Idgham dibagi menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan
makhroj dan sifat huruf, serta berdasarkan hukum nun sukun dan tanwin.
Adapun dalam bab ini hanya membahas tetang idgham makhroj dan sifat
huruf. Karena pembagian idhgam berdasarkan hukum nun sukun dan tanwin
telah dibahas pada bab sebelumnya.
)Mutamatsilain Idgham a (‫)اذغام متماثلين‬
Yang dimaksud Idgham Mutamatsilain adalah meleburkan dua huruf
yang sama. Dalam ilmu Tajwid meng-idghamkan atau meleburkan
kedua huruf tersebut hukumnya adalah wajib.
‫اذغام متماثلين‬
‫ل‬ ‫ْل‬
‫د‬ ‫ْد‬
‫ب‬ ‫ْب‬

69
‫ت‬ ‫ْت‬
‫ف‬ ‫ْف‬
‫ذ‬ ‫ْذ‬

Contoh :

َ ‫صاك ا‬ ‫سى لق َفق˚ ْلنَا ِ ب‬ ‫سَقى‬ ‫و ِإ ِذ ا س‬


‫ْلح ر‬ ‫ْو ِم ا ه ر َع‬ ‫مو‬ ‫ت‬
‫ض‬
‫ج‬
Contoh di atas terdapat huruf ‫ ب‬yang bertemu dengan ‫ب‬, keuda huruf
tersbut wajib dibaca dengan idgham, sehingga dibaca ‫صا‬
‫اض ِر ِب‬.
‫ك‬

)Mutaqoribain Idgham b (‫)ادغام متقاربين‬


Idgham Mutaqoribain adalah pertemuan dua huruf yang
berdekatan makhrojnya dan sifatnya berbeda. Cara membacanya
adalah dengan meleburkan huruf pertama ke dalam huruf kedua.

70
‫اذغام متقاربين‬
‫ك‬ ‫ْق‬
‫ر‬ ‫ْل‬

Contoh :
َْ‫ م ك˚ ْق ˚خل ْم أَل‬huruf (‫ )ق‬dileburkan kepada huruf (‫ )ك‬sehingga
dibaca
langsung ke kaf (‫)ك‬, tanpa meng-qolqolah-kan qof (‫)ق‬.

)Mutajanisain Idgham c (‫)إدغام متجانسين‬


Idgham Mutajanisain adalah pertemuan dua huruf yang sama makroj,
namun sifatnya berlainan. Cara membacanya adalah dengan
meleburkan huruf pertama ke dalam huruf kedua.Di dalam al-
Quran pertemuan huruf-huruf yang sama makhroj dan berlainan
sifatnya terjadi pada huruf berikut ini :
‫اذغام متماثلين‬
‫ظ‬ ‫ذ‬

‫ت‬ ‫د‬

‫د‬ ‫ت‬

‫ت‬ ‫ط‬

‫ط‬ ‫ت‬

71
‫ذ‬ ‫ث‬

‫م‬ ‫ب‬

Contoh :

ْ‫ م ˚ ْمت ظَل ْذ ِا‬dibaca langsung masuk ke huruf dzo ‫ظ‬.


ِ‫ لك َذّ ْلهث َي‬dibaca langsung masuk ke huruf dza ‫ذ‬.
َ ‫ عنَا م َكب ْر ِا‬dibaca langsung masuk ke huruf mim ‫ م‬, disertai
dengan
ghunnah atau dengung.
‫ت‬ ‫سط‬
dibaca langsung masuk ke huruf tha’‫ت‬, dengan menampakkan
sifat isti’la.

72
Pengecualian :
Apabila awal huruf yang pertama itu waw (‫ )و‬mad dan huruf
yang kedua wau(‫ )و‬yang berharkat, contoh:
٠٠( ‫َ علَّ ˚ك حون‬ ˚‫ن آ ˚روا و ِ ب َ ر ط واتَّق‬ ‫َ يا أَ ي ها‬
)٢ ‫ْم ت˚ ْف ِل‬ ‫الَّ ِذي َمن˚وا ا ص ِب ˚روا ا وا وا‬
‫ّل َال ل‬ ‫صا ِب‬
‫و‬
ataupun ya’ (‫ )ي‬mad dan huruf yang kedua ya’ (‫ )ي‬berharkat, contoh :
) ‫( س‬٥ ‫˚دو ر‬
ِ ‫اَّل ِذي ي˚ َو سوس‬
‫الَّنا ص‬ ‫ي‬
Maka kedua kasus tersebut tidak dikatakan idgham atau tidak ada
peleburan huruf di dalamnya.

C. Tes Formatif
Silahkan praktikkan hukum bacaan Idgham pada ayat-ayat di bawah ini

73
MADD
A. Defenisi Madd
Secara etimologis, madd berarti tambahan. Sedangkan secara terminologis,
madd adalah memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf
madd ashli sesuai aturan-aturan tajwid yang berlaku. Huruf Madd yang
dimaksud di sini adalah alif (‫)ا‬, wawu (‫)و‬, ya’ (‫)ي‬. Ketiga huruf tersebut
merupakan huruf-huruf dasar dalam hukum madd.
B. Macam-Macam Madd
Secara umum hukum bacaan Madd terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Madd Ashli (ِ ‫َ لى‬
‫)ا ْل َم د األ‬
‫ص‬
Madd Ashli dikenal pula dengan istilah Madd Thabi’i (
‫ي‬ ِ ‫ا ْل َمدُّ ال‬,)
‫ع‬
‫ط‬
‫ِب‬
disebut demikian karena madd ini merupakan embrio dari
perpanjangannya bunyi yang dilambangkan dengan huruf-huruf madd,
yaitu alif (‫)ا‬, waw (‫)و‬, ya’ (‫)ي‬. Adapun kaidah umum madd Ashli adalah
sebagai berikut :
b. Jika suatu huruf yang bertanda fathah bertemu atau diikuti oleh
huruf alif sukun, serta tidak diikuti oleh huruf mati atau huruf
bertanda tasydid lain, maka huruf tersebut dibaca panjang 2

harakat atau dua ketukan. Contoh : ََ‫د َرا أ‬


c. Jika suatu huruf yang bertanda kasrah bertemu atau diikuti oleh
huhruf ya’ sukun, maka huruf tersebut dibaca panjang dua harakat.
Contoh : ْ ‫يم‬
‫ َر‬.
‫ح‬
d. Jika suatu huruf berharakat dhammah bertemu atau diikuti oleh wawu
74
sukun maka dibaca panjang dua harakat. Contoh : ‫م˚ ْو ص‬

2. Madd Far’i ( َ ْ ‫)ا ْل َم د ا‬


‫لف ْرع‬
‫ي‬

75
Madd Far’i (cabang) merupakan kelanjutan dari Madd Thabi’i. menurut
para ahli, Madd Far’i terbagi menjadi 13 macam.
a) Madd Badal
Madd badal yaitu setiap hamzah yang dipanjangkan dua harakat
sebagai pengganti hamzah yang terhilangkan.
:Contoh ‫َاَأ َد َم‬ ‫آ َد َم‬
b) Madd
Iwadh
Madd iwadh yaitu madd yang terjadi ketika berwaqaf pada huruf yang
berakhiran fathatain (dua fathah).
:Contoh ‫علً ْيمًا ح ِك ْيمًا‬
c) Madd Tamkin
Yaitu madd yang terdapat pada huruf ya bertasyid bertemu dengan
ya mati.
:Contoh ‫ْ م‬
‫وإذَا‬
˚‫ح ِ’ يت‬
d) Madd Wajib Muttasil
Yang dimaksud madd wajib muttasil adalah huruf madd thabi’i (‫)يوا‬
bertemu atau diikuti oleh hamzah ‫ ء‬dalam satu kata. Kadar
panjangnya adalah dua setengah alif atau lima harakat. Biasanya
huruf madd di situ dilengkapi dengan tanda baris seperti alis (~).

:Contoh ‫مآل ِئكة‬


e) Madd Jaiz Munfashil
Madd jaiz munfashil dilakukan apabila huruf madd thabi’i (‫ )يوا‬yang
terdapat pada sebuah kata bertemu atau diikuti oleh hamzah ‫ء‬
yang terdapat pada kata lain berikutnya. Kadar madd atau panjang
bunyinya ada tiga macam, yaitu: a) Satu alif (dua harakat) ketika
membaca cepat;

76
b) Dua alif (empat harakat) ketika membaca sedang; dan c) Dua

setengah alif (lima harakat) ketika membaca tartil. Contoh : ْ‫نل اه َز ْن أَ ِإنَّآ‬

77
f) Madd Shilah Thawilah
Madd shilah thawilah yaitu ha dhomir yang bertemu dengan hamzah
yang dibaca panjang empat atau lima harakat ketika washal, dan
berubah menjadi mati ketika waqaf.

C ‫شَفع ْ ن َده˚ ِإاَلّ ِبِإ ْذِن ِه‬


‫ ع‬:ontoh
g) Madd Shilah Qhasirah
Madd shilah qhasirah panjangnya satu alif atau dua harakat pada ha
dhomir yang biasanya ditandai dengan baris depan terbalik ‫ ه‬atau baris
berdiri di bawah yang didahului oleh huruf yang bertanda baris fathah
atau kasrah ‫ه‬,
Contoh : ،‫ اَه ِل ٖه‬،‫مالَه‬
h) Madd Aridh Lissukun
Madd aridh lissukun dilakukan apabila huruf madd thabi’i bertemu
atau diikuti oleh sebuah huruf hidup di dalam sebuah kata serta
membacanya di-waqaf-kan. Kadar madd dan panjang bunyinya ada tiga
macam, yaitu:
1) 1 alif (2 harakat) ketika membaca cepat
2) 2 alif (4 harakat) ketika membaca sedang
3) 3 alif (6 harakat) ketika membaca biasa
contoh: ‫ب‬
ۗ ‫ْ يد˚ا‬ ‫م ِل ك ْو ِم ال‬
‫ ْلع˚قٓا ش‬،‫ِد’ ْين‬
‫ِد‬
i) Madd Lazim Mutsaqqal Harfi
Madd lazim mutsaqqal harfi (lazim juga disebut madd lazim harfi
musyba’) adalah pemanjangan bunyi (madd) yang dilakukan terhadap
huruf-huruf yang terdapat pada permulaan surah atau yang lazim
disebut ayat mutasyabihat. Yang termasuk madd lazim mutsaqqal harfi ini
ada delapan huruf yaitu ‫ م‬،‫ ك‬،‫ ل‬،‫ س‬،‫ ع‬،‫ ص‬،‫ن ق‬،. Kadar maddnya
78
adalah 3 alif atau 6 harakat. Biasanya di atas huruf itu diberi alis;
melafalkannya seperti mengucapkan huruf-huruf hijaiyah.

79
Contoh:
‫ق‬ ،‫ص‬ ٓ ‫ عسق طس‬،‫ص‬ ‫ َٰ ه‬،‫ا ٓل ٓم‬
،‫ن‬ ،‫ م‬،‫ ٓم‬، ،‫َٰيس‬ ‫ٓيع ك‬
‫ح‬
j) Madd Lazim Mukhaffaf Harfi
Madd lazim mukhaffaf harfi (lazim juga disebut madd lazim mutsabba’
harfi) adalah pemanjangan bunyi huruf yang dilakukan terhadap
huruf- huruf yang terdapat pada permulaan ayat (madd lazim mutsaqqal
harfi), tetapi panjangnya hanya satu alif atau dua harakat. Yang termasuk
madd lazim mukhaffaf harfi ini adalah huruf-huruf ‫ ح‬،‫ ي‬،‫ ط‬،‫ر هـ‬،.
Huruf-huruf tersebut biasanya diberi tanda baris berdiri di atasnya.

:Contoh ‫ ا ٓل ٓر‬،‫ ط َٰه‬،‫ َٰيس‬،‫ح ٓم‬


k) Madd Lazim Mutsaqqal Kalimi
Madd lazim mutsaqqal kalimi adalah pemanjangan bunyi yang
dilakukan apabila ada madd thabi’i yang beertemu dengan huruf
bertanda tasydid dalam sebuah kata, kadar maddnya adalah 3 alif atau
6 harakat.
‫َ دآ َّب ٍة‬ َ ’‫ِ ل‬ ‫و َلاال‬
‫ ن‬:Contoh ‫ ما‬،‫ْين‬
‫ضٓا ِم‬
‫و‬
l) Madd Lazim Mukhaffaf Kalimi
Madd lazim mukhaffaf kalimi adalah sebuah madd badal yang bertemu
dengan huruf mati dalam sebuah kata. Kadar maddnya adalah 3 alif atau
6 harakat. Madd ini hanya terdapat pada surah Yunus ayat 51 dan 91
yaitu
‫ء ٓا ْل َٰئ ن ْ نت˚ ْم ست جل˚ون‬
‫وق ِبۦِه تَ ْع‬
‫ك‬ ‫ْد‬

‫ا ْل م س ِدين‬ ‫ْف‬ ‫ن م ت‬ ‫وك ْن ل‬


˚
80
‫ْب ت‬ ‫ْي ص‬ ‫َ ْد ع ق و ن‬ ‫ء ٓا ْل َٰئ‬
m) Madd Layyin
Madd layyin terjadi apabila suatu huruf yang bertanda baris fathah
bertemu atau diikuti oleh huruf ‫ ي‬sukun atau ‫ و‬sukum ketika
dibaca waqaf. Kadar maddnya ada tiga macam, yaitu
1) 1 alif (2 harakat) ketika membaca cepat

81
2) 2 alif (4 harakat) ketika membaca sedang
3) 3 alif (6 harakat) ketika membaca tartil
Contoh: ٍ
ْ ’ ْ ‫وءا َمن‬
‫ف‬
‫مم و‬
‫ن‬
‫خ‬ ‫ه‬
n) Madd Farq
Madd farq adalah madd badal yang diikuti oleh huruf bertanda
tasydid. Kadar madd-nya 3 alif dan panjang bunyinya 6 harakat.
Disebut madd farq, karena dengan madd tersebut dapat dibedakan antara
kalimat tanya (istifham) dengan kalimat berita. Farq atau farqu artinya
‘beda’.
Contoh: ْ ِ ‫˚را‬ ˚ ‫ّٰ لآل‬
‫ن‬ ‫َّماي˚ ر و‬
‫خ ْي‬
‫شك‬
C. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang anda ketahui tentang Madd? Jelaskan urgensi
mempelajari hukum Madd dalam ilmu Tajwid!
2. Apa yang dimaksud dengan Madd Ashli? Tuliskan 3 contoh dari
Madd ini!
3. Apa yang dimaksud dengan Madd Far’i? Tuliskan macam-macam
Madd Far’i disertai denga contohnya!

82
IBTIDA’, WASHAL DAN WAQAF
A. Defenisi Ibtida’, Washal dan Waqaf.

83
Secara etimologis, mempunyai akar kata dari bada’a yang berarti memulai.
Sedangkan menurut secara terminologis, para ulama Qurra’ mendefinisakan
Ibtida’ dengan memulai membaca atau melafalkan al-Qur’an, baik dari awal
maupun meneruskan bacaan yang semula dihentikan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ibtida’ mempunyai dua
jenis. Pertama, memulai membaca al-Qur’an untuk pertama kalinya.
Misalnya

seusai sholat, seseorang membaca surat al-Baqarah, ketika membaca lafaz: ٓ‫م َٰل َٰا‬
itulah yang dinamakan ibtida’, yakni memulai pertama kali membaca al-
qur’an.
Kedua, memulai membaca al-Qur’an setelah berhenti yang semula sudah
membaca al-Qur’an. Misalnya seseorang membaca surah Al-Fatihah ayat
pertama dan kedua :
‫ن‬ ‫لال ٰ ن ِ م ْ مد ر ِب ْال‬ ‫ِم‬ lalu
‫َعالَ ِم ْي‬ ‫الر َم الر َا ْل ˚ ِ ِلل‬ ‫بس‬
‫ح ْي ح‬ ‫ح‬
berhenti kemudian diteruskan dengan ayat ketiga, maka pada saat memulai
membaca ayat ketiga itulah yang disebut ibtida’.
Adapun kata washal berasal dari akar kata wasala yang bermakna sambung
menyambung. Kata washal secara terminologis menurut ulama Qurra’ adalah
menyambungkan dua ayat yang semestinya boleh berhenti. Karena nafas
masih kuat dan ayat tersebut (yang dibaca) boleh disambung, maka pembaca
me-washal-kan kedua ayat itu. Sebagai contoh, seseorang membaca QS. Al-

Ikhlas ayat 1 dan 2, ketika dibaca washal menjadi: ˚ ‫ل˚ق لال˚ َا ح ن لال‬.
‫صمد‬ ‫ال‬ ‫ه َو د‬
˚
Sedangkan kata waqaf secara terminologis berarti berhenti. Para ulama
Qurra’ mendefinisikan waqaf dengan memutus suara di akhir kalimat (ketika
membaca al-Qur’an) selama masa bernafas, tetapi jika lebih pendek dari

84
masa bernafas itu, maka disebut saktah. Dari definisi tersebut, waqaf dapat
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Waqaf untuk berhenti selamanya. Misalnya orang membaca surah
Al- Baqarah, setelah tamat ia meneruskan sholat, pada akhir bacaan
surah al-Baqarah itulah yang disebut waqaf.

85
2. Waqaf yang bertujuan untuk mengambil nafas, karena nafas tidak
kuat si pembaca menghentikan bacaannya pada kalimat tertentu dan
setelah mengambil nafas, ia meneruskan lagi bacaanya.
3. Waqaf yang bertujuan untuk berhenti sebentar saja, sehingga tidak
sempat bernafas walaupun hanya sejenak. Waqaf yang terakhir inilah
yang disebut saktah.
B. Pembagian Waqaf
Menurut ulama Qurra’ cara menghentikan bacaan al-Qur’an dapat
dilakukan dengan 4 cara yaitu:
Ikhtibari Waqaf ( ‫خ ِت َبا ِرى‬
‫) ال َو ْق ا‬
.1
‫ِإل‬
‫ف‬
Waqaf yang dilakukan untuk mencoba bagaimana sebenarnya
berhenti saat membutuhkan berhenti. Atau seorang guru ingin
memberitahukan muridnya cara berhenti yang benar pada lafaz tertentu,
yang sebenarnya lebih baik diteruskan, namun karena kondisi tertentu
waqaf itu diperlukan.
Akibat dari Waqaf Ikhtibari ialah harus menampakkan huruf tertentu

yang sebenarnya tidak tampak. Misalkan pada pengucapan lafaz َّ‫ما‬

‫َع‬
disuruh berhenti, maka lafaz itu harus diuraikan dengan ‫ ع‬dan atau
‫ن‬ ‫ما‬
ketika membaca surah al-Maidah :27 yaitu :
‫ وات عَل ْي ِه ْم َ اْلح‬Bila
ِ‫ق‬ ‫د‬
‫نَ َبَأ ا ْبن‬ ‫ل‬
‫َم‬
‫ى‬
‫َٰا‬
setelah lafaz ‫ نب َى ِْا‬waqaf, maka waqaf itu disebut waqaf ikhtibari dengan
menguraikan lafaz tersebut sebagaimana mestinya, yaitu : ‫ن‬
86
‫ْي ْبَن‬ engan
d
menampakkan huruf nun yang semula dibuang karena disandarkan (di-
idhafah-kan) dengan lafaz didepannya.
2. Waqaf Intidhari ( ِ ‫إل رى‬
ِ ‫) ال َو ْق‬
‫ظا‬
‫ْن ِت‬
‫فا‬
Waqaf yang dilakukan karena terdapat perbedaan riwayat ulama
Qurra’ boleh tidaknya berhenti masih diperselisihkan. Karena itu,
pembaca mengambil jalan tengah dengan menghentikan bacaanya pada
lafaz yang diperselisihkan berhenti, selanjutnya diulangi pembacaan
ayat pada

87
permulaannya. Dengan demikian, kedua pendapat yang diperselisihkan
tersebut dilaksanakan. Seperti ayat
‫ا ْلع˚ ْر َوِة اْل ˚وث ْ ن صا َم‬ ‫فََق ِدا ست‬.
‫َٰقىق سك ِف لَ َها‬ ‫ْم‬
‫اال‬
lafaz ‫ل ˚وثْ َٰقى‬ boleh berhenti intidhari, namun berhentinya itu diulangi
Setelah
lagi mulai lafaz : َ‫ قد ف‬sampai pada ََ‫ها ل‬.
Idhtirari (‫ض ِ ط َرا ِرى‬
‫)ال َو ْق ا‬
.Waqaf 3 ‫ِإل‬
‫ف‬
Waqaf yang dilakukan karena terpaksa. Seorang pembaca ketika
membaca al-Qur’an nafasnya habis, batuk, lupa dan sebagainya. Maka
dalam kondisi ini, ia terpaksa menghentikan bacaannya, walaupun tempat
pemberhentiannya tidak selayaknya berhenti. Contoh: ْ‫ن اَّل م‬ ْ ‫َ و ْي ˚م‬
‫ِذ ْين‬ ‫ل ي‬
‫لِ ’ ص‬
‫ْل‬
‫ِل‬

‫ ْ ِ ت ساه˚ ْون‬. Setelah lafaz ْ berhenti, padahal berhenti pada lafaz
‫ن ن ِه ْم‬ ‫ي‬ ˚
‫ص‬ ‫ص‬ ‫م‬
‫ََل‬ ‫ع‬ ‫ل‬
‫ِل‬ ‫ْل‬

itu tidak layak, karena tidak pada tempatnya. Maka cara yang benar adalah
mengulangi bacaannya kembali mulai dari
ْ sampai pada ‫ساه˚ ْو‬.
‫ل‬
‫ن ي‬
‫َو‬
4. Waqaf Ikhtiyari (َ ‫) ال َو ْق ا يارى ِت‬
‫خ‬ ‫ِإل‬
‫ف‬

88
Waqaf yang dilakukan oleh pembaca atas pilihannya sendiri, tidak
karena sebab-sebab tertentu sebagaimana pada waqaf lainnya. Tentunya
pada waqaf ini seorang pembaca sudah mengerti kedudukan waqaf,
apakah boleh berhenti atau tidak. Maka jika diperbolehkan berhenti,
atau lebih baik berhenti, maka pembaca hendaknya menghentikan
bacaannya, tetapi jika tidak boleh berhenti maka pembaca me-washal-
kannya. Contoh :
َ
‫وا سن˚ ْوا؞‬ ‫ك ْم ْ ٍة‬ ‫ َو َلات˚ ْلق˚ ْواِبَا ْي ِد ْي‬. adalah atas di lafaz pada (Tanda
‫ِالَى هل ؞ ح‬
‫˚ ك‬
َّ‫الت‬
sepasang titik tiga (‫ )؞ ؞‬atau disebut juga dengan Mu’anaqah.

Setelah lafaz ْ ‫ واَ وا‬pembaca menghentikan bacaannya tetapi dalam


‫˚سن‬ ‫ْح‬
waktu lain pembaca menghentikan pada lafaz :
‫ التَّ ْهل˚ َك ٍة‬kedua-duanya
diperbolehkan dan pembaca sudah mengerti ketentuan waqaf tersebut,
sehingga ia berhenti karena pilihannya sendiri bukan karena sebab-sebab
tertentu. Waqaf ikhtiyari ini terbagi atas beberapa bagian, yaitu:
.Tam Waqaf a ( ‫) ال َو ْقف التَّا ِم‬

89
Waqaf Tam adalah waqaf yang terjadi pada kalimat yang sudah
sempurna maknanya dan kalimat tersebut tidak ada kaitannya dengan
kalimat sesudahnya. Contoh :
‫علَى اْلَق ْو كا ِف ِر ْين‬ ‫َا ْن ت م ْ ص‬
‫ِم اْل‬ ‫ْو َٰل نَ ا ن ْر‬
‫نَ ا‬
‫ا‬
Setelah membaca kata al-kafirin ayat di atas, maka itulah tempat
Waqaf Tam.
b. Waqaf Hasan ( ‫ف س‬ ‫) ال َو ْق‬
‫ن‬ ‫الح‬
Waqaf hasan berarti waqaf yang sudah sebaiknya berhenti
dilakukan, walaupun kalimat sesudahnya tidak pantas menjadi
permulaan kalimat. Tidak ada salahnya seseorang melakukan waqaf
hasan. Sebab ketika waqaf, lafaz yang diungkapkan sudah sempurna
maknanya, walaupun pada kalimat sesudahnya tidak pantas dijadikan
permulaan bacaaan mengingat masih ada hubungan. Misalnya
menjadi na’at (sifat), athaf, badal atau tauhid. Contoh QS. Al-Baqarah,
ayat 40:
‫ْ ِ ْ ك ْم‬ ْ ‫ى ال ْ م ع ْ ْ وف‬ َ ‫ا˚ ْذ ْ وا‬
‫و به‬ ‫ِن ك م ِتى اَ ْن ت لَ م ˚ ْوا ه‬
‫ِد‬ ‫ى‬ ‫وَا ِد‬ ‫ْي‬ ‫˚ ر ِت‬
‫ا˚ ف‬ ‫ك‬ ‫ع‬
Setelah lafaz ‫ ع‬berhenti, inilah waqaf hasan karena berhentinya
‫كم‬ َ‫ل‬
‫ْي‬
pada lafaz yang sudah sempurna maknanya, tetapi masih terikat pada
laf ‫ ْ وف˚ ْوا‬sebab ia tidak pantas dijadikan permulaan bacaan.
‫ وا‬:az
Kafi Waqaf ( ‫ْ ف ال َكا ِفى‬
‫) ال َو ق‬
.c
90
Waqaf kaafi berarti waqaf yang mencukupi pada suatu lafaz
dan lafaz setelahnya pantas dijadikan permulaan bacaan.
Walaupun tingkatannya tidak sebaik waqaf tam, tetapi waqaf kafi ini
amat baik dilakukan bahkan lebih baik daripada waqaf hasan,
mengingat waqaf ini sudah berhenti pada waqaf yang seharusnya
berhenti. Sedangkan kalimat sesudahnya layak dijadikan permulaan
bacaan. Contoh QS. Ali Imran ayat 190-191:
‫واخ ِت ف الل والَّن َٰ ت ال˚و ِلى ْااَل ْل‬ ْ
َ‫واال‬ ‫ِان ِفى ْ ق َٰ م‬
. ‫َباب‬ ‫ْيل َها ِر ي‬ ‫ََل ض‬ ‫ْر ت‬ ‫ل ال َٰوا‬
‫َٰال‬ ‫س‬
‫خ‬
......‫لال ِق َيا ًما‬
َ ‫اََّل ِذ ْي ْ ذك ن‬
‫˚ر ْو‬
‫ن‬

91
Setelah lafaz
‫ب‬ ‫ال ْل‬
َ ِ‫ لى و˚ ا‬berhenti, dan tidak di-washal-kan pada lafaz
‫َبا‬
ْ‫ين ِذ َّل َا‬. Inilah waqaf kafi, sebab kalimat itu sudah sempurna dan
setelah waqaf, lafaz sesudahnya layak dijadikan permulaan bacaan.
Tidak menutup kemungkinan adanya washal antara kedua lafaz
tersebut dan hal ini diperbolehkan, karena masih ada kaitan erat.
d. Waqaf Shalih ( ‫) ال َو ْق ف ص‬
‫ح‬ ‫ال ا‬
‫ِل‬
Waqaf shalih berarti waqaf yang patut dilakukan karena
menjelaskan pada lafaz sesudahnya. Waqaf shalih diperbolehkan
karena dengan mewaqafkan pada lafaz tersebut menjelaskan pada
lafaz sesudahnya. Contoh : QS. Al-Baqarah ayat 83:
‫وِا ْذَاخ ْذ نَ ا م ْيَثاق َب ِنى س َرا ِئ ْيل التَ ْعب˚د˚ ْون ِا َّلالَال و ِبا ْل َوا ِل َد ساًنا‬
‫ْين ِاح‬
َ َّ berhenti, maka diperbolehkan karena patut. Namun
lafaz Setelah ‫اللال‬
lebih baik di-washal-kan karena lafaz itu masih menjelaskan pada lafaz
sesudahnya sehingga tidak disambung dengan lafaz
‫و ِبا ْل َوا‬ yang
kemudian menjadi waqaf tam. ‫ِلَد ْي ِ ن‬
e. Waqaf Mafhum ( ِ ‫م‬ ‫َم‬ ‫) ال َو ْق‬
‫ْو ه‬ ‫ْف‬
‫ف‬
‫ال‬
Waqaf Mafhum berarti waqaf yang dapat dipahami. Waqaf mafum
berhenti pada lafaz yang setelah lafaz itu dipilih untuk dijadikan
permulaan bacaan. Dari pengertian tersebut, waqaf mafhum boleh
dilakukan, mengingat setelah waqaf itu lafaz sesudahnya pantas dan
dipilih untuk dijadikan permulaan bacaan. Contoh QS. al-Baqarah
ayat 162:
‫ع ْنه ˚م ل َ ذاب و َلاه ْم ي˚ ْنظ ˚ر ْون‬
92
‫خا ِل ِد ْين ِف ْي َها الي˚خفَّف‬
Setelah lafaz َ ‫ ها ْي ِف‬berhenti, mengingat lafaz ‫ لاي˚خ‬sudah dipilih untuk
‫ ف‬dijadikan permulaan bacaan baru. ‫ف‬
f. Waqaf Jaiz ( ˚‫ز‬ ‫) ال َو ْق ف‬
‫ِئ جا‬ ‫ال‬
Waqaf jaiz berarti berhenti yang boleh. Waqaf jaiz merupakan
pengecualian dari kesemua bentuk waqaf, mengingat lafaz setelah itu

93
boleh dijadikan permulaan dan tidak jelek. Pada waqaf jaiz tidak ada
tuntutan seseorang harus membaca waqaf atau washal. Waqaf dan
washal kedua-duanya tidak ada yang lebih baik, tetapi memiliki
kedudukan yang sama. Sehingga boleh waqaf dan boleh washal,
hanya saja untuk pembaca yang napasnya pendek, lebih baik di-
waqaf-kan. Sedangkan yang mempunyai napas panjang dapat me-
washal-kan. Contoh QS. Ath-Thariq ayat 4-5:
‫ َفا ِ ْ سا َ خ ِلق‬.‫ِان َن ْف س علَ ح ظ‬
ّ ‫كل َّما ْي ا ْل َي ْن ر ن ن‬
‫م‬ ‫ه ا ِف‬
َ
‫ظ ا‬
‫م‬ ‫ل‬
Setelah lafaz ‫ ح‬berhenti, dan itu diperbolehkan tidak lebih baik dan
‫ظ‬ ‫ا‬
‫ِف‬
juga tidak lebih buruk. Dan lafaz
ِ َ juga tidak jelek dijadikan
permulaan bacaan. ‫ي ر‬
‫ْن‬
‫ا ْل ظ‬
g. Waqaf Bayan ( ‫) ال َو ْق ف ال‬
‫ن‬ ‫َب َيا‬
Waqaf bayan berarti berhenti yang jelas. Waqaf bayan berhenti
pada lafaz yang lafaz tersebut sebenarnya menjelaskan makna
lafaz sesudahnya, sehingga lafaz di depannya itu tidak dapat dipahami
tanpa lafaz sebelum waqaf ini. Contoh QS. Al-Alaq ayat 1:
‫ْ ق َرْأ اس ِم ر ِ’بك َّال ِذى خلَق‬
ْ dihentikan, waqaf ini kurang baik. Sebab lafaz
Setelah bacaan ‫رأ ْق َِإ‬
tersebut belum ada penjelasannya yang konkret. Karena itu dijelaskan
dengan lafaz berikutnya yakni
ِ‫ با‬sehingga menjadi washal karenanya.
‫سم‬
h. Waqaf Qabih(
‫) الوقف القَا ِب‬
‫ح‬
94
Waqaf Qabih berarti Waqaf yang jelek. Waqaf qabih berhenti pada
lafaz yang belum sempurna maknanya, karena masih berhubungan
lafaz sesudah dan sebelumnya, baik lafaz maupun maknanya. Waqaf
ini merupakan bentuk waqaf ikhtiyari yang tidak baik, bahkan jelek.
Tidak boleh dilakukan mengingat kalimatnya belum sempurna. Baik
ditinjau dari sudut struktur lafaz maupun maknanya. Contoh QS. Al-
Baqarah ayat 2:

95
‫ر ب ِف ْي ِه‬ ‫َذا ِل ك اْل‬
َ
‫ْي‬ ‫ِك ت َ ا‬
‫ب‬
‫ال‬
Setelah lafaz ‫ ل‬dihentikan, dan tidak diwashalkan lagi pada lafaz
‫ب‬ ‫ِك ت َ ا‬
didepannya. Jenis waqaf ini tidak diperkenankan karena tanpa alasan
dan tempat pemberhentian sama sekali tidak patut, maka waqaf ini
berakibat buruk atau jelek.
Dalam buku Rishalatul Qurra’ Wal Huffazd Fi Gharaibul Qira’ah Wal
Alfadz karya Abdullah Umar Al-Baidhawi dijelaskan bahwa terdapat
17 tempat yang tidak diperbolehkan waqaf, karena dapat menyalahi
makna pokok al-Qur’an. Karena itu, jika seseorang terpaksa berhenti
karena nafasnya terputus, batuk, bersin atau sebagainya, maka harus
diulang mulai awal. Adapun ketujuh belas tempat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. QS. al-Baqarah: 17: 10. QS. at-Taubah: 30: ‫وَقال ت صا‬
‫ال َٰرى‬
‫َّن‬
˚‫فَلَ َّما اَ ض ت ح ْولَه‬
‫ا ما‬
‫َء‬
2. QS. al-Baqarah: 243:
11. QS. Yusuf: ‫ض م ِب‬ ‫َل ِفى‬
8: ‫ََل ْي‬
‫ٍ ل ٍن‬
‫َ َفقا َل لَ ˚ه ˚م لال˚ م ْوت˚ ْوا‬
3. QS. Ali Imran: 181:
‫َّ ن َلال‬ 12. QS. Ibrahim: 22: ‫و َما اَ ْنت˚ ْم ِب ˚م ِ ر‬
‫فَ ِق ْي ˚ر‬ ‫’ى‬ ‫ِخ‬
‫ص‬
4. QS. al-Maidah: 31: ً‫با‬
‫َرا غ‬ ‫َ ث‬ Israil: Bani :111 ˚‫ْ م َيتَّ ِخْذ َو َلًدا َو َل ْم َي ˚ك ْن لَه‬
˚‫ع لال‬ .QS. 13
َ
‫ب‬

96
5. QS. al-Maidah: 64:
˚‫وَقا ˚ه ْود‬ 14. QS. al- Ahzab: ‫وا ْل َحا ِفظا ت َوالَذّا ِك‬
‫ل َيد˚ ت اْل‬ 35: ‫ِر ْ ي َن‬
‫َي‬
6. QS. al-Maidah:73:
‫ث‬
‫ِا َّن َلا‬ 15. QS. as-Shaffat: 153: ‫اَ صطفَى ْال َب نَ ا‬
‫ثَا ِل‬ ‫ت‬

al-Maidah: QS. :84 ‫و َما َل نَ ا‬ .al-Ghasiyyah: QS. 16 :24 ‫َّ ال َم ْن تَ َو َّلى َو َك َف ْر‬
.7
.at-Taubah: QS. 8 :30 ˚‫˚ه ْود‬
‫وَقا‬ 17. QS. al-Ma’un: 4: َ ‫ن‬ ‫َف َو ْي ˚ل ِل ْل ˚م‬
‫ت ْال َي‬
‫ل‬ ‫ْي ِ’ل ص‬
al-Ashr: QS. :2 ‫َّ ْ ْ سا َن خس ٍر ِا َّال‬
‫ن ا ِال ن‬
.9 ‫لَ ِفى‬

C. Cara Membaca Waqaf


Ketika pembaca berhenti pada suatu lafaz, maka wajib baginya memilih
salah satu dari beberapa cara menyembunyikan bacaan waqaf. Ulama Qurra’
merumuskan beberapa cara menyembunyikan bacaan waqaf, yaitu:

97
a. Menghilangkan tanda bacaan tanwin diganti dengan tanda baca
aslinya. Misalnya fathatain diganti dengan fathah. Sedangkan
dhammatain diganti dhammah, dan kasratain diganti dengan kasrah
tidak dijumpai. Contoh:

No Tertulis Dibaca

1 ‫َ ح َرا ًما َو َح ََل ًال‬ ‫َ ح َرا ًما َو َح ََل َل‬

2 ‫ِ فى َم نَ ا ِم َك قَ ِل ْي ًَل‬ ‫ِ فى َم نَ ا ِم َك َق ِل ْي‬
‫َل‬
3 ‫ِ ر ْز ًقا‬ ‫ِ ر ْزًقا‬
‫َح َسًنا‬ ‫َح َسنَا‬
4 ‫اَ ْل ˚م ْؤ ِمن˚ ْو َن َح‬ ‫اَ ْل ˚م ْؤ ِمن˚ ْو َن َح‬
‫ًّقا‬ ‫َّقا‬
5 ‫اَ َخا ˚ه ْم ˚شعَ ْي ًبا‬ ‫اَ َخا ˚ه ْم ˚شعَ ْيَبا‬

6 ‫تَ ْبغ˚ ْو َن َها ِع َو ًجا‬ ‫تَ ْبغ˚ ْو َن َها ِع َو َجا‬


Cara demikian itu banyak berkaitan dengan Mad Iwadh.
b. Mematikan (memberi tanda baca sukun) satu huruf
terakhir pada lafad yang diwaqafkan. Cara ini terjadi jika
mempunyai syarat sebagai berikut :
i. Huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan telah mati,
sehingga tidak perlu mengubah tanda bacanya. Contoh:

No Tertulis Dibaca

98
‫‪1‬‬ ‫َ ب ْغ ًيا َب ْي َن ˚ه ْم‬ ‫َ ب ْغ ًيا َب ْي َن ˚ه ْم‬

‫‪99‬‬
2 ‫ِ م ْن َق ْب ِل ِه‬ ‫ِ م ْن َق ْب ِل ِه ْم‬
‫ْم‬

3 ‫َ فَق ِدا ْهتَ َد ْوا‬ ‫َف َق ِدا ْهتَدَ ْوا‬

4 ‫َ ماا ْكتَ َسبَ ْت‬ ‫َ ماا ْكتَ َس َب ْت‬

ii. Huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan bertanda baca


tanwin dhammatain, fathatain, dan kasratain, semuanya
diganti dengan sukun (mati). Contoh:

No Tertulis Dibaca

1 َ‫َ ع َذا َبه˚ ا‬ ‫َ عذَا َبه˚ اَ َح‬


˚‫َحد‬ ‫ْد‬
2 ‫˚ص ˚حًفا ˚م َط‬ ‫˚ص ˚حًفا ˚م َط‬
‫َّه َرًة‬ ‫َّه َر ْة‬

3 ‫َ ر ُّب َك ِب َعا‬ ‫َ ر ُّب َك ِب َعا ْد‬


‫ٍد‬
4 ‫ِ م ْن َم َس ٍد‬ ‫ِ م ْ ن َم َ س‬
‫ْد‬
iii. Huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan bertanda baca
fathah, dhommah maupun kasrah. Contoh:

No Tertulis Dibaca

1 ‫َفلَ ˚ه َ ما َ س َل َ ف‬ ‫َفلَ ˚ه َ ما َ سلَ ْ ف‬

2 ‫ِ م ْ ن َ م َقا ِم‬ ‫ِ م ْ ن َ مَقا ِم ْ ك‬


‫َك‬

10
‫‪3‬‬ ‫ِ ب َكا ٍ ف َ ع‬ ‫ِ ب َكا ٍ ف َ ع ْب َد ْه‬
‫ْبَده˚‬

‫‪10‬‬
4 ‫َ وال َّ ش ْم ˚س‬ ‫َ وال َّ ش ْم‬
‫َوا ْلقَ َم ˚ر‬ ‫˚س َ وا ْلقَ َم ْر‬

5 ‫َ وِق ِه ˚م ال َّ س‬ ‫َ و ِق ِه ˚م ال َّ س‬
‫ِ’يَئا ِ ت‬ ‫ِ’يَئا ْ ت‬

6 ‫ِ م َ ن ال َّ طيِ’بَا‬ ‫ِ م َ ن ال َّ ط ِ’ي‬
‫ِت‬ ‫َبا ْ ت‬

c. Mengganti huruf dengan huruf pada lafaz yang di-waqaf-kan.


Contoh:

No Tertulis Dibaca

1 ‫َ ق ْ ب َ ل ا ْ ل َح‬ ‫قَ ْب َل ا ْل َح َسَن ِة‬


‫َ س َ ن ِة‬

2 ‫َ ي ْو َم ا ْل قِ َيـا َم‬ ‫َ ي ْو َم ا ْل ِق َيـا َم ِة‬


‫ِة‬
3 ‫َتق˚ ْو ˚م ال َّسـا‬ ˚‫َتق˚ ْو ˚م ال َّسـا َعة‬
˚ ‫َع ة‬

4 ˚‫َ و َال ال َّس ’ِيئَة‬ ‫َ و َال ال‬


˚‫َّس ِ’يئَة‬

d. Mematikan dua huruf terakhir pada lafaz yang diwaqafkan.


Hal itu terjadi jika huruf akhir hidup, sedangkan huruf
sebelum akhir mati. Contoh:

No Tertulis Dibaca

10
‫‪1‬‬ ‫ِ ل ْى ِب ٖه ِع ْل‬ ‫ِ ل ْى ِب ٖه ِع ْل ْم‬
‫˚م‬

‫‪10‬‬
2 ‫يَ ْق ِض ْى ِبا ْل َح‬ ‫َي ْق ِض ْى ِبا‬
‫ِ’ ق‬ ‫ْل َح ْق‬

3 ‫َ وا ْ ِال ْن ِس‬ ‫َ وا ْ ِال ْن ْس‬

4 ‫˚ردُّ ْو َها َع َل‬ ‫˚ردُّ ْو َها‬


‫َّى‬ ‫َعلَ َّى‬

e. Dengan mematikan dua huruf pada lafaz yang


diwaqafkan, yang jatuh setelah bacaan Mad (panjang). Cara
membacanya sama dengan cara membaca yang nomor 4,
hanya saja bacaan waqaf ini dipanjangkan sekitar 1 sampai
3 harakat. Karena dengan mewaqafkan itu menjadi bacaan
mad ‘Aridhlis Sukun atau Mad Lien. Contoh:

No Tertulis Dibaca

1 ‫َ لعَ َّل ˚ك ْم ت˚ ْف ِل‬ ‫لَ َعلَّ ˚ك ْم ت˚ ْف ِل ˚ح‬


‫˚ح ْو َن‬ ‫ْو ْ ن‬

2 ‫تَ ْعلَ ˚م ْو َن َع‬ ‫تَ ْعلَ ˚م ْو َن َع ِل ْي‬


‫ِل ْي ˚م‬ ‫ْم‬

3 ‫َ و َٰا َم َن ˚ه ْم‬ ‫َ و َٰا َمَن ˚ه ْم ِم ْن‬


‫ِم ْن َخ ْو ٍف‬ ‫َخ ْو ْف‬

4 ‫َ خ َّوا ٍن َكف˚ ْو‬ ‫َ خ َّوا ٍن َكف˚ ْو ْر‬


‫ٍر‬

f. Memindah harakat hidup huruf terakhir pada huruf mati


sebelum akhir. Cara membacanya sebagaimana yang
diterangkan dalam bagian Naql. Contoh:

10
No Tertulis Dibaca

10
1 ‫ِ فى ا َْال ْر ِض‬ ‫ِ فى ا َْال ْر‬
‫ْض‬
2 ‫ِ با ْل ِق ْس ِط‬ ‫ِ با ْل ِق ْس ْط‬

g. Tetap dibaca sebagaimana adanya. Hal ini terjadi, mengingat


lafaz itu tidak perlu dibuang harakatnya, sebab jika dibuang
maka sulit diungkapkan. Contoh:

No Tertulis Dibaca

1 ‫َ وال ُّض َٰحى‬ ‫َ وال ُّض َٰحى‬

2 ‫َ و ˚ض َٰح َها‬ ‫َ و ˚ض َٰح‬


‫َها‬

3 ‫ِ ف ْى ِع َبا ِد ْى‬ ‫ِ ف ْى ِع َبا ِد ْى‬

4 ‫ب˚ ْعثِ َر ْت‬ ‫ب˚ ْع ِث َر ْت‬

D. Tanda-tanda Waqaf dan Maksudnya


Dalam Mushaf Usmani serta yang digunakan di negara Indonesia ada
beberapa tanda Waqaf yang harus diketahui maksud dan cara membacanya.
Karena dengan memperhatikan tanda waqaf itu berarti dapat mengetahui
kedudukan dan derajat kebolehan melakukannya, sekaligus menghindarkan
diri dari boleh me-waqaf-kan atau tidak.
Tanda waqaf yang berlaku dibagi dua macam, yaitu tanda yang
mengisyaratkan lebih baik washal dan tanda yang mengisyaratkan waqaf.
1. Tanda yang Lebih Baik Waqaf
a. Tanda mim (‫ )م‬artinya waqaf lazim (ْ ‫)م ِز ََّل اَل‬. Yaitu tanda
yang mengisyaratkan lebih baik berhenti, bahkan sebagaian

10
ulama’

10
mewajibkanya, mengingat waqaf pada tanda itu sudah pantas
dijadikan tempat pemberhentian, sedang lafaz di depannya layak
dijadikan sebagai permulaan bacaan.
b. Tanda Tha ( ‫ ) ط‬artinya waqaf Muthlaq ( ‫)م˚ ال ط‬. Yaitu tanda yang
‫ق‬ ‫ل‬
mengisyaratkan kebolehan waqaf juga washal, hanya saja waqaf
lebih utama terlebih lagi jika pembaca napasnya pendek.
c. Tanda Jim (‫ )ج‬artinya waqaf Jaiz (ِ‫)ز ِئ الجا‬. Yaitu tanda yang
mengisyaratkan kebolehan waqaf maupun washal hanya saja lebih
baik waqaf daripada washal, mengingat kedudukan waqaf jaiz di
bawah waqaf lazim dan waqaf muthlak.
d. Tanda Qaf dan Fa’ (‫ ) قف‬artinya waqaf sighat fi’il amar (َ ‫) ْۗ مر اَ ْل ِع ِف‬.
َ‫ْة صغ‬
Yaitu kebolehan mewaqafkan lafad, hanya saja tidak ada salahnya
mewashalkannya walaupun mewaqafkan itu lebih baik. Tanda
tersebut ada yang menyebutkan dengan tanda Waqaf Mustahab
(‫ال ˚م س حب‬.)
‫ت‬
e. Tanda Qaf, Lam dan alif (‫ )قلى‬artinya waqaf aula (َٰ‫ )لى ْو اَ ْقف َو ال‬, yaitu
kebolehan washal, hanya saja berhenti lebih baik daripada washal.
2. Tanda yang Lebih Baik Diteruskan
a. Tanda Za’ ( ‫ ) ز‬artinya Waqaf Mujawwaz ( ‫) ز˚ َّو مج˚ ال‬. Yaitu tanda waqaf
yang boleh diteruskan dan boleh dihentikan, hanya saja
diteruskan kebih baik daripada dihentikan, karena tanda mujawwaz
kebalikan dari tanda jaiz.
b. Tanda Shad ( ‫ ) ص‬artinya waqaf Murakhash ( ‫ ا ْل ˚م َرخ‬.) tanda Yaitu
‫ص‬
yang mengisyaratkan adanya kemurahan berhenti, walaupun
diwashalkan itu lebih baik. Kemurahan itu dikarenakan ayat yang
dibaca terlalu panjang atau dalam keadaan terpaksa.

10
c. Tanda Qaf ( ‫ ) ق‬artinya Waqaf Qila Waqaf ( ‫) ْ يل اْل‬. Yaitu tanda
‫ف‬
‫َوْ ق‬
waqaf yang mengisyaratkan artinya perselisihan pendapat, apakah

10
pada lafad itu boleh berhenti atau tidak. Dalam hal ini lebih baik
dipilih pendapat yang mewashalkan, karena pendapat ini lebih baik.
Sebagian ulama menyebutkan dengan tanda ‘Inda Qouli ( ‫ع ْنَد اْلقَ ْو‬.)
‫ل‬
d. Tanda Shad, Lam dan Alif ( ‫ ) صلى‬artinya Washal Aula ( َٰ ‫لى ْو ااَل‬ ‫ال َو‬
‫صل‬
). Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya washal itu lebih baik
daripada waqaf.
e. Tanda Lam Alif ( ‫ ) ال‬artinya La Waqta Fihi (ِ ‫ه ْي‬ ‫) َو‬. Yaitu tanda
‫ف‬ ‫ْق‬
‫ال‬
yang mengisyaratkan tidak adanya waqaf pada lafad yang diberi tanda
itu, sehingga lebih baik diteruskan bacaannya daripada berhenti.
f. Tanda Kaf (‫ ) ڪ‬artinya Kadzalika Muthobiqon Lima Qoblaha َٰ
‫ك ذ ِل ك‬
(
‫ ) مطا ِبًقا ِل َماق‬yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya kesamaan
‫ْب َل َها‬
antara tanda itu dengan tanda sebelumnya. Sehingga lafad yang
pendahulu lebih baik waqaf, maka tanda ini mengisyaratkan waqaf,
sebaliknya jika pendahulunya lebih baik washal, maka tanda ini
mengisyaratkan washal.
g. Tanda sepasang titik tiga (‫ ) ؞ ؞‬artinya tanda Mu’anaqah ( ˚َ‫) عانََقة م˚ ال‬
yaitu tanda yang mengisyaratkan agar pembaca menghentikan
bacaannya pada salah satu dari dua pasang titik itu.
Di samping tanda waqaf, ada juga tanda-tanda khusus dalam al-Qur’an
yang perlu diperhatikan. Tanda yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Huruf ‘Ain ( ‫ ) ع‬yang terletak dipinggir garis, tanda ini disebut makra’
( ˚‫ ) م ْك ˚ر ْوع‬atau Ruku’ ( ˚ْ ‫) وع‬. Tanda ini menganjurkan agar pembaca
‫ك˚ ر‬

11
menghentikan bacaannya jika menghendaki tidak membaca al-
Qur’an lagi, sebab adanya tanda Makra’ menunjukkan satu topik
tertentu yang dibahas dalam al-Qur’an dan lebih baik lagi jika
dilakukan oleh penghafal al-Qur’an.
2. Tanda ( ˚ ‫ ) السجَدة‬pada pinggir ayat menunjukkan adanya bacaan yang

menganjurkan untuk melakukan sujud tilawah (۩) setelah ayat

11
sajdah diucapkan. Untuk mengetahui dimana saja tempat
dianjurkannya melakukan sujud tilawah. Dalam al-Qur’an Ayat-ayat
sajdah terdapat pada 15 tempat, di antaranya: QS. Al A’raf ayat 206,
QS. Ar Ra’d ayat 15, QS. An Nahl ayat 50, QS. Al Isra ayat 109,
QS. Maryam ayat 58, QS. Al Hajj ayat 18, QS. Al Hajj ayat 77,
QS. Al Furqan ayat 60, QS. An Naml ayat 26, QS. As Sajdah
ayat 15, QS. Shad ayat 24 : QS. Fussilat ayat 38, QS. An Najm
ayat 62, QS. Al Insyiqaq ayat 21, QS. Al ‘Alaq ayat 19.

E. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini
e. Ibtida’
f. Washal
g. Waqaf
2. Jelaskan pembagian waqaf beserta contohnya!
3. Tuliskan tanda-tanda waqaf yang mengindikasikan lebih baik di-
waqaf-kan pada Mushaf Utsmani beserta contohnya!
4. Tuliskan tanda-tanda waqaf pada Mushaf Utsmani yang menunjukkan
lebih baik di-washal-kan, serta tuliskan contohnya dari masing-masing
tanda waqaf tersebut!
5. Ada berapakah ayat-ayat pada al-Qur’an yang di dalamnya terdapat
ayat Sajdah? Jelaskan hukum melakukan Sujud Tilawah dan bacaan di
dalamnya!

11
GHARIB DAN MUSYKILAT DALAM AL-
QUR’AN
A. Defenisi Gharib dan Musykilat al-Qur’an
Kata ghara’ib berasal dari bahasa arab, berbentuk jamak dari kata gharibah
yang berarti asing, tersembunyi, samar dan sulit. Sedangkan menurut istilah
Ulama qurra’, gharib adalah sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan
samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi
huruf, lafaz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam al-Qur’an. Jika
dihubungkan dengan al-Qur’an maka yang dimaksud dengan Gharaib al-
Qur’an adalah ayat-ayat al Qur’an yang susah dipahami sehingga tidak dapat
dimengerti maknanya, seperti lafadz ‫ أََّبا‬dalam QS. ‘Abasa ayat 31 ‫( َوفَا ِك َهة‬
‫و‬
)‫أَ َّبا‬.
B. Macam-macam Bacaan Gharib dalam al-Qur’an
Dalam al-Qur’an, banyak dijumpai bacaan-bacaan yang tergolong pada
gharib, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Saktah
Saktah adalah berhenti sejenak sekitar satu alif tanpa bernafas dengan
niat melanjutkan bacaan. Di dalam Al-Qur'an ada 4 bacaan saktah, yaitu:
(1) Surat al-Kahfi: ayat 1-2, (2) Surat Yasin: ayat 52, (3) Surat al-Qiyamah:
ayat 27, dan (4) Surat al-Muthaffifin: ayat 14.

˚‫( قَ ِ’ي ًما ِلي‬1 ) َ ‫ا ْل ْ مد˚ ِ َّ ِلل الَّ ِذي عل ع ْب ِد ِه ب َ ل‬


‫ْن ِذ َر جا‬ ‫أَ ْن َزل ح ى ا ْل ِكتَا ولَ ْم ع لَه˚ و‬

‫ع‬ ‫ج‬
(52) ‫سل ن‬ ‫َ د ْ ˚م‬ ‫ما و ع َد ال َّر و‬ ‫َهذَا م‬
َ
˚ ‫ص ل ْر‬ ‫م‬ ‫ْرق‬
‫قا و‬ ‫ح ن‬ ‫ِدَنا‬
11
‫من َب َعثَ نَ ا من‬ ‫ْيلََنا و‬ ‫َ ي ا ل ˚و ا ا‬
‫و قيل ْ ن ق )‪(27‬‬
‫ِ‬
‫َرا م‬
‫كان˚وا سب ن )‪(14‬‬
‫ق˚ل˚و ِب ِه ْم‬ ‫َك ل ْ ل‬
‫َي ْ ك ˚‬ ‫ما علَى‬ ‫َران‬
‫و‬

‫‪11‬‬
b. Imalah
Imalah adalah memiringkan bunyi fathah pada kasrah, dan dari huruf alif
ke ya’ (Kecenderungan fathah kepada kasrah sehingga seolah-olah
dibaca re). Imalah hanya terdapat 1 lafaz dalam al-Qur'an, yakni surat
Hud ayat 41, Juz 12.
)41(‫ر ف˚و ر ِحي ˚م‬ ‫وَقا ا كب˚وا ِفي ِ ِ م ْج ˚م ساها‬
‫ِإن ِ’بي ˚ر‬ ‫َها ِب م ٓللا َرا ْر‬ ‫ْر‬
‫ل‬ ‫َها و‬ ‫س‬ ‫ل‬

Sebab-sebab di-Imalah-kannya lafaz “َ‫” ها َٰرى َمج‬di antaranya


adalah
untuk membedakan antara lafaz “َ‫” ها َٰرى َمج‬yang artinya berjalan di darat

dengan lafaz “َ‫” ها َٰرى َمج‬yang artinya berjalan di laut. Dalam salah satu

kamus bahasa arab dijelaskan bahwa lafaz “َ‫” ها َٰرى َمج‬berasal dari lafaz

“‫” ج َٰرى‬yang berarti berjalan atau mengalir dan lafaz tersebut dapat

dipakai dalam arti berjalan di atas daratan maupun berjalan di atas lautan
(air), namun kecenderungan perjalanan di permukaan laut tidak stabil
seperti halnya di daratan. Terkadang diterjang ombak kecil dan besar atau
terhempas angin, sehingga sangat tepat apabila lafadz “َ‫ها‬ َ ‫” م‬tersebut
‫َٰرى ج‬
di-Imalah-kan.
c. Isymam
Isymam yaitu isyarah dhommah di tengah-tengah dengung. Isymam di
dalam al-Qur'an hanya terdapat 1 kasus, yaitu di surat Yusuf ayat 11.
)11(‫صحون‬ ‫ف و ِإَّنا‬ ‫ك ال َتأ ي˚وس‬ ‫َقال˚وا ا أَ َباَنا‬
‫لَه˚ لَ نَ ا‬ ‫عَلى‬ ‫َمنَّا‬ ‫ما‬
Ketika membaca lafaz tersebut, gerakan lidah seperti halnya
mengucapkan lafaz “َ ‫” ن’ ا َ˚من ت ’ ’َ ْأ َال‬sehingga hampir tidak ada

perubahan bunyi antara mengucapkan lafaz “َ ‫” من’ ’َّا ت ’ ’َأْ َال‬dengan


11
mengucapkan “ َْ‫”ال َناَ˚من ت’َأ‬. Dengan kata lain, asal dari lafaz “َّ ‫نا َم ت’َأْ َال‬

”adalah “َ ‫” نا َ˚من َتأْ َال‬. Jika

diperhatikan lebih dalam, ternyata rasm utsmani hanya menulis satu nun
yang ber-tasydid. Ada pertanyaan muncul, di mana letak dammahnya?

11
Sehingga untuk mempertemukan kedua lafaz tersebut dipilihlah jalan
tengah yaitu bunyi bacaan mengikuti rasm, sedangkan gerakan bibir
mengikuti lafaz asal.
d. Badal
Badal adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf hijaiyah
lainnya. Di antara lafaz-lafaz yang di-badal dalam al-Qur’an menurut
Imam ‘Ashim riwayat Hafs yaitu:
a) Badal ‫ ء‬dengan ) ˚‫اْئت‬ ٰ ‫ي ( ِفي ال‬
‫ي‬ ‫م ْو ِن‬
‫ت‬ ‫ٰو‬
‫س‬
Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya’, sebagian besar imam
qira’ah sepakat mengganti hamzah qatha’ yang tidak menempel
dengan lafaz sebelumnya dan jatuh sesudah hamzah washal dengan
alif layyinah (‫)ى‬. Contoh pada QS. al-Ahqaf : 4.
‫ ˚ك ى ٱلس َٰم َٰوت ۗ ٱئْت˚ و ِنى ِب ِك َٰت‬, ‫أَ ْم َله ْم ش ْر‬
‫ٍب‬
Cara membacanya, yaitu jika membaca waqaf pada lafadz ( ‫ى‬

ۖ ‫س َٰ َم َٰ َوت‬
‫ )ٱل‬maka huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’ ( ‫ى‬
‫ )ٱل س َٰم ِا ْيت˚ و ِنى‬sedangkan apabila dibaca washal tidak ada
‫َٰوت‬
perubahan.
b) Badal ‫ ص‬dengan ‫س‬
ْ dan ‫ْصطةا‬ )
‫˚(صط‬ ‫ب‬
‫و‬
‫َي‬
Yaitu mengganti shad dengan sin, sebagian imam qira’ah termasuk
Imam Ashim mengganti ‫ ص‬dengan ‫ س‬pada lafaz
ْ ‫و َي‬
‫˚صط‬ ‫ب‬
11
dalam
QS. al-Baqarah: 245 dan lafaz ْ ‫ص‬ dalam QS. al-A’raf : 69.
ً‫طة‬
Sebab-sebab digantinya huruf shad dengan sin pada kedua lafaz
tersebut karena mengembalikan pada asal lafaznya, yaitu –‫سط‬
َْ‫بسط ي‬. Sedangkan pada lafaz ٍ
ْ ‫ م˚ ِب‬dalam QS. al-Ghasyiyah: 22,
‫رط‬
‫ي‬

‫ص‬
huruf ‫ ص‬tetap dibaca shad karena sesuai dengan tulisan dalam
mushaf (rasm utsmani) dan menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf
sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’. Adapun pada lafaz

11
‫ط ˚رون‬
َ ‫ م˚ ْل ٱ‬dalam QS. at-Thur: 37, huruf ‫ ص‬boleh tetap dibaca
‫ص‬
‫ْي‬
shad dan boleh dibaca sin karena, pertama, mengembalikan pada
asal lafaz-nya, yaitu
‫ ْ َ ر ْ ط‬, kedua, menyesuaikan sifat
˚ ‫ي –ي˚ ي‬
‫ط ر‬
‫س‬ ‫س‬
ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’.

5. Ba’ di-idgham-kan ke Mim


Yaitu huruf Ba’ sukun ketika bertemu Mim di-idgham-kan ke huruf Mim
tersebut. Dalam ilmu tajwid, bacaan ini termasuk bacaan Idgham
Mutaqoribain. Di dalam al-Qur'an hanya terdapat 1 kali, yaitu di surat
Hud ayat 42.
‫ا ب م َعَنا‬ ‫وهي َت ِ ب ِه ْم م ْ ج وَنا َدى ح ا وكان ي ِ ل‬
‫ز َيا ب˚ ْرك‬ ˚‫ي ج ِري ْو ل َبا ن˚و ل ْبَنه‬
‫مع َن ي‬ ‫ٍج كا‬
‫وال َتكن ا ْل كا ِف‬
6. Naql ‫مع ِرين‬
Naql adalah memindahkan harakat suatu huruf ke huruf sebelumnya.
Yaitu lam alif (‫ )ال‬dibaca kasrah lam-nya , sedangkan kata ismun (˚‫م‬
‫)ِا‬
‫س‬
hamzah-nya tidak dibaca. Dalam qira’ah Imam ‘Ashim riwayat Hafs ada
satu bacaan naql yaitu lafadz ‫م‬ ‫ ئ ِبْ س‬dalam surat al-Hujuraat ayat 11.
‫˚س‬
‫ا ْ ِال‬
(11) ‫ن‬
‫َس اال ْس سوق ع َد اإلي‬ ‫وال َتَنا َب ˚زوا األ ْلَقا‬
‫َم ا‬ ‫َب‬ ‫˚م ا ْلف˚ ب ِبئ‬

11
Alasan dibaca naql pada lafadz ‫ م˚ ِلاس ْ ا‬adalah karena adanya dua hamzah
washal, yakni hamzah al-ta’rif dan hamzah ismu yang mengapit lam,
sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung
dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan naql ialah untuk
memudahkan dalam mengucapkannya atau membacanya.

7. Tiga model bacaan

12
Yang dimaksud dengan tiga model bacaan adalah tiga macam bacaan
yang terjadi karena washal dan waqaf. Ketiga hukum bacaan tersebut
adalah:
i. Bila washal, Ra’-nya dibaca pendek keduanya.
ii. Bila waqaf pada kalimat pertama, Ra’ dibaca panjang 1 alif / 2
harakat.
iii. Bila Waqaf pada kalimat kedua, Ra’ kalimat pertama dibaca qasr
(pendek) dan Ra’ kalimat kedua dibaca sukun.
Tiga buah model bacaan asing ini hanya terdapat dalam surat al-
Insaan ayat 15-16.
‫ض ٍة‬ ‫َ وا ِري‬ )15( ‫ت قَ َوا‬ ‫ب‬ ‫ِ ٍ ْك‬ ‫وي˚ طا علَ ْي ِه ْم‬
‫َر من‬ ‫ِري َرا‬ ‫كان‬ ‫ف ة َوا و َأ‬ ‫ِبآ ِن َي ٍة‬ ‫ف‬
‫من ض‬
‫ها تَ ْق ِدي‬ ‫َقدَّ ˚رو‬
8. Tashil )16(‫ًرا‬

Tashil adalah hamzah pertama dibaca tahqiq (jelas) dan pendek,


sedangkan hamzah kedua dibaca tashil, yaitu meringankan bacaan antara
Hamzah dan Alif. Dalam Qiraat imam ‘Ashim riwayat Imam Hafs, dalam
al-Qur'an hanya terdapat 1 kali, yaitu di Surah Fussilaat, ayat 44.
(44) ‫َ ر ي‬ ِ ‫تآ‬ ’ ‫ًّيا لََقال˚وا‬ ‫ْلَناه˚ ق˚ ْرآًنا‬ ‫ولَ ْو‬
‫َيات˚ ه˚ م ِب ي‬ ‫َل ْوال ف˚ ج ِم ص‬ ‫أَ ع ج‬
‫وع‬ ‫أَ أَ ع‬ ‫ل‬
‫ج‬
Alasan lafadz
َ dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah
ِ ‫ءا‬
‫ى‬
‫ع م‬

‫ج‬
qatha’ bertemu dan berurutan pada satu lafaz, bagi lisan orang Arab
merasa berat melafazkannya, sehingga lafaz tersebut bisa di-tashil-kan atau
diringankan.

12
Secara umum, Gharib dan Musykilat dalam al-Qur’an dapat dirangkum
dalam tabel berikut ini:

‫ا ْل َغ ِر ْي ˚ب َوا ْل‬
˚‫˚م ْش ِكَلة‬
No. Surat Keterangan Cara Membaca
Ayat
‫ِا ْب َدا ˚ل ال َّصا ِد ِس ْيًنا‬

12
‫ْ ن َذا اَّل ِذ ْي ي˚ ْق ِر ˚ض لّّٰال قَ ْر ًضا‬
‫َح َس ًنا َفي˚ ٰض ِعفَ ˚ه َل ˚ ْٓه اَ ْض ََعا ًفا َك ِث ْي‬
‫‪1‬‬ ‫البقرة ‪245 :‬‬ ‫˚ص‬ ‫َ و َي ْب‬
‫ۖ‬ ‫˚ط‬
‫َرةً ۗ َو لّّٰال˚ َي ْق ِب ˚ض َو َي ْب ˚ص ˚ط َو ِا‬
‫َل ْي ِه َم‬
‫ت˚ ْر َجع˚ ْو َن‬
‫‪ ibdal )ditandai huruf sin kecil di‬س (‪ dibaca‬ص ‪Huruf‬‬ ‫َ و َي ْب ˚س ˚ط‬
‫‪atas huruf shod.‬‬
‫َ وا ْذ ˚ك ˚ر ْْٓوا ِا ْذ َج َع َل ˚ك ْم ˚خ َلفَ ۤا ء ِم ‪²‬‬
‫‪2‬‬ ‫ْا لعراف ‪:‬‬ ‫َ‬ ‫ْن َب ْع ِد قَ ْو ِم ن˚ ْو „ح‬ ‫ْص َطًة‬ ‫َب‬
‫‪69‬‬
‫َ زا َد ˚ك ْم فِى ا ْل َخ ْل ِق َب ْص َطًة ۚ َفا ْذ ˚ك‬
‫˚ر ْْٓوا ٰا َ ْۤل َء لّّٰالِ َلَع َّل ˚ك ْم َّو‬
‫ت˚ ْف ِل ˚ح ْو َن‬
‫‪ ibdal )ditandai huruf sin kecil di‬س (‪ dibaca‬ص ‪Huruf‬‬ ‫َ ب ْس َطةً‬
‫‪atas huruf shod.‬‬
‫ِن (ا ْ ِْل ْثَبا ˚ت اَ ِو ا‬ ‫َ ج َوا ˚ز ا ْل َو ْج َه ْي‬
‫˚ل)‬ ‫ْ ِْل ْب َدا‬
‫‪3‬‬ ‫الطور ‪37 :‬‬ ‫˚ن َر ’ِب َك اَ ْم ˚ه‬ ‫اَ ْم ِع ْن َد ˚ه ْم َخ َز ۤا ِٕى‬ ‫ا ْل ˚م َص ْي‬
‫ِط ˚ر ْو َن‬ ‫˚م ا ْل ˚م َص ْي‬ ‫ِط ˚ر ْو َن‬
‫‪Huruf‬‬ ‫‪ itsbat .)Atau‬ص (‪ tetap dibaca‬ص‬ ‫ا ْل ˚م َص ْي ِط‬
‫˚ر ْو َن‬
‫)‪ ibdal .‬س (‪ dibaca‬ص ‪Huruf‬‬ ‫ا ْل ˚م َس ْي ِط ˚ر‬
‫ْو َ ن‬
‫ِ إثْ َبا ˚ت َحر ِف ال َّصا ِد‬
‫‪4‬‬ ‫الغاشية ‪22 :‬‬ ‫َّل ْس َت َعَل ْي ِه ْم ِب ˚م َص ْي ِط „ ر‬ ‫ِ ب ˚م َص ْي‬
‫ِط „ر‬
‫)‪ itsbat.‬ص (‪ tetap dibaca‬ص ‪Huruf‬‬ ‫ِ ب ˚م َص ْي‬
‫ِط „ر‬
‫ا ْْلَ ِل ˚ف َكالنِ’ ْب َرةِ ِل ْل َه ْم َز ِة‬
‫‪5‬‬ ‫ال عمران ‪:‬‬
‫اَفَ ۟ا ِٕى ْن َّما َت اَ ْو ق˚ ِت َل ا ْنَقَل ْبت˚ ْم َع ٰ ْٓلى اَ‬ ‫اَفَ ۟ا ِٕى ْن َّما‬
‫َت‬
‫‪144‬‬ ‫ْع َقاِب ˚ك ْم ۗ‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf‬‬ ‫اَفَ ِٕا َّما َت‬
‫‪hamzah, dan alif bukan huruf mad.‬‬
‫‪6‬‬ ‫ْا لنبيآء ‪34 :‬‬ ‫َ و َما َج َع ْلَنا ِلبَ َش „ر ِ’ م ْن َق ْب ِل َك ا ْل ˚خ‬ ‫اَفَ ۟ا ِٕى ْن ِ’ م‬
‫ْل ۗ َد اَ َف ۟ا ِٕى ْن ِ’ م َّت َف ˚ه ˚م‬ ‫َّت‬
‫ا ْل ٰخ ِل ˚د ْو َن‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf‬‬ ‫اَفَ ِٕا ِ’ م َّت‬
‫‪hamzah, dan alif bukan huruf mad.‬‬
‫‪7‬‬ ‫ْا لنعام ‪34 :‬‬ ‫َ و َْل ˚م َب ِ’ د َل ِل َك ِل ٰم ِت لّّٰالِ ۚ َو َلَق ْد َج‬ ‫َّ ن َب ِٕ۟اى ا ْل ˚م‬
‫‪12‬‬
‫ۤا َء َك ِم ْن َّنَب ِٕ۟اى‬ ‫ْر َس ِل ْي َن‬
‫ا ْل ˚م ْر َس ِل ْي َن‬
Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf
‫َّن َب ِٕا ا ْل ˚م ْر َس‬
hamzah ,dan alif bukan huruf mad.
‫ِ ل ْي َ ن‬
8 39 : ‫ْا لنعام‬ ْ ْ ْ ْ
‫َ م ن َّي َش ِا لّّٰال˚ ي˚ ْض ِل له˚ َو َم ن َّي َشأ َي‬ ‫َ م ْن َّي َش ِا‬
‫ْجَع ْله˚ َع ٰلى ِص َرا „ط‬
˚‫لّّٰال‬
‫ُّ م ْستَ ِق ْي „م‬
Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf
‫َ م ْن َّي َش ِٕا‬
hamzah ,dan alif bukan huruf mad.
˚‫لّّٰال‬

12
‫‪9‬‬ ‫المؤمنون ‪:‬‬ ‫ِا ٰلى ِف ْر َع ْو َن َو َم َ َ۟ل ِٕى ‪,‬ه َفا ْستَ ْكَب ˚ر‬ ‫َ و َم َ َ۟ل ِٕى ‪,‬ه‬
‫‪46‬‬
‫ْوا َو َكان˚ ْوا قَ ْو ًما‬
‫َ عا ِ ل ْي َ ن‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬ ‫َ و َمَل ِٕى ‪,‬ه‬
‫‪huruf mad.‬‬
‫‪10‬‬ ‫النجم ‪51 :‬‬ ‫َ وثَ ˚م ْو َد ۟ا َف َمٓا ْ اَ ْب ٰق ى‬ ‫َ وثَ ˚م ْو َد ۟ا‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬ ‫َ وثَ ˚م ْو َد‬
‫‪huruf mad.‬‬
‫‪11‬‬ ‫الرعد ‪30 :‬‬ ‫ِ ل َك اَ ْر َس ْل ٰن َك فِ ْْٓي ا˚ َّم „ة َق ْد‬ ‫ِ ل’تَ ْتل˚ َو ۟ا‬
‫َخ َل ْت ِم ْن قَ ْب ِل َهآ ْ ا˚ َم ٌم َعَل ْي ِه ˚م‬
‫اَّل ِذ ْْٓي اَ ْو َح ْيَنآ ْ ِاَل ْي َك َو ˚ه ْم َي ْكف˚‬
‫˚ر ْو َنَ ك ٰذ ِل’تَْتل˚ َو ۟ا‬
‫ِ بال َّر ْح ٰم ِۗ ن‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬
‫‪huruf mad.‬‬ ‫ِ ل’تَ ْتل˚ َو‬
‫الروم ‪39 :‬‬
‫‪12‬‬ ‫َ و َمٓا ْ ٰاتَ ْيت˚ ْم ِ’ م ْن ِ’ ر ًبا ِ’ليَ ْرب˚ َو ۟ا فِ ْْٓي اَ ْم‬ ‫ِ ’ل َي ْرب˚ َو ۟ا‬
‫َوا ِل ال َّنا ِس َف ََل‬
‫َ ي ْرب˚ ْوا ِع ْن َد ّّٰلالِ‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬
‫‪huruf mad.‬‬ ‫ِ ل’ َي ْر ˚ب َو‬
‫‪13‬‬ ‫الكهف ‪14 :‬‬
‫َل ْن َّن ْد ˚ع َو ۟ا َّ و َر َب ْط نَ ا َع ٰلى ق˚ل˚ ْوِب ِه ْم ِا ْذ َقا ˚م ْوا‬
‫فََقال˚ ْوا َربُّ نَ ا َر ُّب‬
‫ِت َوا ْْلَ ْر ِض َل ْن َّن ْد ˚ع َو ۟ا‬
‫ِم ْن ˚د ْوِن ‪ْٓ ,‬ه ِا ٰل ًها َّل َق ْد‬
‫ق˚ ْل نَ آ ْ ِا ًذا َش َط ًطا‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬
‫‪huruf mad.‬‬
‫َل ْن َّن ْد ˚ع َو‬
‫‪14‬‬ ‫محمد ‪4 :‬‬
‫ْ و َي َش ۤا ˚ء لّّٰال˚ َْل ْنتَ َص َر ِم ْن ˚ه ْم َو ٰل‬ ‫ِ ل’ َي ْبل˚ َو ۟ا‬
‫۟‬ ‫˚‬
‫ِك ْن ِ ل َي ْبل َو ا َب ْع َض ˚ك ْم َو َل‬ ‫’‬
‫َوا َّل ِذ ْي َن ق˚ ِتل˚ ْوا ِف ْي َسب‬
‫ْي ِل ّٰ لِّال فََل ْن ُّي ِض‬
‫َّل اَ ْع َماَل ˚ه ْمِ ب َب ْع‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬
‫‪huruf mad.‬‬
‫ِ ل’ َي ْبل˚ َو‬
‫‪15‬‬ ‫محمد ‪31 :‬‬ ‫َ وَلنَ ْبل˚ َو َّن ˚ك ْم َحٰت ّى َن ْع َل َم ا ْل ˚م ٰج ِه ِد ْي‬ ‫َ و َن ْبل˚ َو ۟ا‬
‫َن ِم ْن ˚ك ْم َوال ّٰص ِب ِر ْي َن‬
‫َ و َن ْبل˚ َو ۟ا اَ ْخَبا َر ˚ك ْم‬
‫‪12‬‬
‫‪Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan‬‬
‫‪huruf mad.‬‬ ‫َ و َن ْبل˚ َو‬
‫َأ ِل ˚ف ا ْلقَ ْ ص ِر َ وال َّ ص ْف ˚ر ا ْل ˚م ْ ستَ ِ ط ْي‬
‫˚ل‬
‫‪16‬‬ ‫المائدة ‪8 :‬‬
‫َ ْل َي ْج ِر َمَّن ˚ك ْم َش َن ٰا ˚ن َق ْو „م َع ٰلْٓى اَ‬ ‫اَ َّْل تَ ْع ِدل˚ ْوا ۗ‬
‫َّْل تَ ْع ِدل˚ ْوا ۗ ِا ْع ِدل˚ ْو ۗا َو‬
‫ِا ْع ِدل˚ ْو ۗا‬
‫˚ه َو اَ ْق َر ˚ب ِ لتَّ ْق ٰو ۖى‬

‫‪12‬‬
Setelah wawu terdapat alif qoshor sekaligus shifr
mustathil ,sehingga apabila waqof dibaca panjang. ‫اَ َّْل تَ ْع ِدل˚ ْو‬
Dan apabila dibaca washol maka di baca
pendek ‫ِا ْع ِدل˚ ْو ۗا‬
(qoshor.)
‫ٰ ل ِكنَّ ۠ا ˚ه َو لّّٰال˚ َربِ’ ْي َو َ ْْٓل ا˚ ْش ِر‬ ‫ٰ ل َِّكن ۠ا‬
17 38 : ‫الكهف‬

‫˚ك ِب َر ِب’ ْٓي اَ َح ًدا‬


‫ٰ ل ِك َّن‬
Alif dibaca pendek pada saat washol, dan dibaca
panjang pada saat waqof. asalnya ‫ نَا‬asalnya‫أنَا‬
18 : ‫ْا لحزاب‬ ‫ ˚ه‬٠١ۗ ‫َ وتَ ˚ظُّن ْو َن ِبا ّٰللِ ال ُّظن˚ ْو َن ۠ا‬ ٠١ ‫ال ُّظن˚ ْو َن ۠ا‬
11 - 10 ‫نَ ا ِل َك ا ْبت˚ ِل َي‬
‫˚ه نَ ا ِل َك‬
‫ا ْل ˚م ْؤ ِمن˚ ْو َن‬
Bila diwaqofkan nun dibaca panjang dan bila
diwasholkan nun dibaca pendek. ٠١ ‫ال ُّظن˚ ْو َن‬
‫˚ه نَ ا ِل َك‬
19 : ‫ْا لحزاب‬ ˚‫˚و ˚ج ْو ˚ه ˚ه ْم ِفى النَّا ِر َيق˚ ْول‬ ‫َّ ل ˚ب‬ َ۠
67 - 66
‫ْو َن ٰيَل ْيتَ نَ ٓا ْ اَ َط ْع نَ ا َي ْو َم ت˚َق‬ ِ‫ ال َّسب‬- ‫ال َّر ˚س ْو ْل‬
‫ْي َ َ۠ل‬
‫ َوَقال˚ ْوا‬٦٦ ‫َط ْع نَ ا ال َّر ˚س ْو َ ْ۠ل‬ َ‫ّٰ لَّال َوا‬
‫َربَّ نَ آ ْ ِانَّآ ْ اَ َط ْعَنا‬
‫˚كَب َر ۤا َءَنا فََا َض ُّل ْوَنا ال َّسِب ْي‬ ‫َ سا َدَتَنا َو‬
٧٦ ‫َ۠ل‬
Bila diwaqofkan lam dibaca panjang, dan bila
diwasholkan dibaca pendek. ‫ ال َّس ِب‬- ‫ال َّر ˚س ْو َْل‬
‫ْي ََل‬
20 15 : ‫ْا لنسان‬ ‫َ وي˚ َطا ˚ف َع َل ْي ِه ْم ِب ٰا ِنيَ „ة ِ’ م ْن ِف‬ ‫َق َوا ِر ْي َر ۠ا‬
‫َّض „ة َّواَ ْك َوا „ب َكاَن ْت‬
‫قَ َوا ِر ْي َر ۠ا‬
Bila diwaqofkan alif setelah ra dibaca panjang, ‫قَ َوا ِر ْي َر‬
dan bila diwasholkan alif dibaca pendek.
‫َأ ِل ˚ف ا ْلقَ ْ ص ِر َ وال َّ ص ْف ˚ر ا ْل ˚م ْ ستَ ِد ْي ˚ر‬
21 : ‫الشعرآء‬
‫اَ َو َل ْم يَ ˚ك ْن َّل ˚ه ْم ٰاَيًة اَ ْن َّي ْعَل َم ˚ه ˚ع َل ٰۤم‬ ‫˚ع َل ٰۤم ˚ؤا‬
197
‫˚ؤا َبِن ْْٓي ِا ْس َر ۤا ِء ْي َل‬
Bila diwasholkan hamzah dibaca pendek, dan bila ‫˚عَل ٰۤما ْء‬
diwaqofkan hamzah dibaca sukun.
22 94 : ‫ْا لنعام‬ ‫َمَع ˚ك ْم ˚ش َفَع ۤا َء ˚ك ˚م ا َّل ِذ ْي َن َز َع‬ ۤ
‫ْمت˚ ْم اَنَّ ˚ه ْم فِ ْي ˚ك ْم َل َق ْد تَّ َق َّط َع َب ْي َن‬ ‫˚ش َر ٰك ˚ؤا‬
12
‫˚ك ْم َو َض َّل َع ْن ˚ك ْم َّما ˚ك ْنت˚ ْمَ و‬
‫ۤ‬ ‫ۤ‬
‫َما َن ٰرى ˚ش َر ٰك ˚ؤا ۗ‬ ‫˚َ ٰ ْ‬
‫تَ ْز ˚ع ˚م ْو َن‬
‫‪Bila diwasholkan hamzah dibaca pendek, dan bila‬‬ ‫شركؤ‬
‫‪diwaqofkan hamzah dibaca sukun.‬‬
‫‪23‬‬ ‫ْا لنسان ‪4 :‬‬
‫ِ ا َّنٓا ْ اَ ْعتَ ْدَنا ِل ْل ٰك ِف ِر ْي َن َس ٰل ِس َ َ۟ل َواَ‬ ‫َ س ٰل ِس َ َ۟ل‬
‫ْغ ٰل ًَل َّو َس ِع ْي ًرا‬
‫‪lam alif dibaca pendek.‬‬ ‫َ س ٰ ل ِس َ ل‬
‫ْا لنسان ‪16 :‬‬
‫‪24‬‬ ‫قَ َوا ِر ْي َر ۟ا ِم َ كا َن ْت قَ َوا ِر ْي َر ۠ا ‪َ ٥١‬ق َوا ِر ْي َر ۟ا ِم ْن ِف‬
‫َّض „ة قَ َّد ˚ر ْو َها‬ ‫ْن‬
‫ْ‬
‫تَ ق ِد ْي ًرا ‪٦١‬‬

‫‪12‬‬
‫‪Bila diwaqofkan alif setelah ra dibaca panjang,‬‬
‫‪dan bila diwasholkan alif dibaca sukun.‬‬ ‫قَ َوا ِري ْر‬
‫التَّ ْ س ِه ْي ˚ل‬

‫‪25‬‬ ‫فصلت ‪44 :‬‬ ‫َجَع ْل ٰنه˚ ق˚ ْر ٰا ًنا اَ ْع َج ِميًّا َّل َقال˚ ْوا َل ْو َْل‬ ‫َ ء َ۬اَ ْع َج ِم ٌّي‬
‫َ‬ ‫˚‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬
‫ف ِ ’ص ل ت ا يت ˚ه ۗ َو ل ْو‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫˚‬
‫َّو َع َر ِب ٌّي ۗ ق˚ ْل ˚ه َو ِلل‬
‫ِذ ْي َن ٰا َمن˚ ْوا ˚ه‬
‫ًدى َّو ِشفَ ۤا ٌءَ ء َ۬اَ ْع‬
‫‪Dibaca tashil, dengan menggelombangkan suara‬‬
‫‪hamzah yang kedua.‬‬
‫هود ‪41 :‬‬
‫‪26‬‬ ‫۞ َوَقا َل ا ْر َكب˚ ْوا ِف ْي َها ِب ْس ِم ّٰ لّالِ‬ ‫َ م ْج ٰٰ۪ رى َها‬
‫َم ْج ٰٰ۪ رى َها‬
‫َ و ˚م ْر ٰسى َها ۗ ِا َّن َر ِ’ب ْي َل َغف˚ ْو‬
‫ٌر َّر ِح ْي ٌم ‪١٤‬‬
‫‪Dibaca imalah, majreehaa, agak miring ke‬‬
‫‪kasroh.‬‬
‫ا ْ ِْل ْ ش َما ˚م‬

‫َقال˚ ْوا ٰ ْٓيَا َباَنا َما َل َك َْل َتأْ َم ََّّ۫نا َع ٰلى ي˚ ْو ˚س‬
‫يوسف ‪11 :‬‬
‫َ ْل َتأْ َم َّ۫ َّنا‬
‫‪27‬‬
‫َف َواِ َّنا َل ˚ه‬
‫َل ٰن ِص ˚ح ْو َن ‪١١‬‬
‫‪Dibaca isymam, laa ta'manna. Setelah man‬‬
‫‪bibirnya manyun/moyong.‬‬
‫َ ن ْق ˚ل ا ْل َ ح َر َكة˚‬

‫‪28‬‬ ‫الحجرات ‪:‬‬ ‫ِبئْ َ س ا ِْل ْ س ˚م ا ْلف˚ ِبئْ َس ا ِْل ْس ˚م ا ْلف˚ ˚س ْو ˚ق بَ ْع َد ا ْ ِْل ْي َما ۚ‬
‫‪11‬‬ ‫ِن َو َم ْن َّل ْم َيت˚ ْب‬ ‫˚س ْو ˚ق‬
‫ۤ‬
‫فَا˚ و ٰل ِٕى َك ˚ه ˚م ال ّٰظ ِل ˚م ْو َن ‪١١‬‬
‫‪Dibaca naql. bi'salismulfusuqu‬‬ ‫ِ بئْ َ س ِ ل ْ س ˚م ا ْلف˚‬
‫˚س ْو ˚ق‬
‫‪WAWU SEBAGAI TANDA ALIF‬‬
‫‪BERHAROKAT DHOMMAH‬‬
‫‪29‬‬ ‫آل عمران ‪:‬‬ ‫ِا َّن فِ ْي َخ ْل ِق ال َّس ٰم ٰو ِت َوا ْْلَ ْر ِض‬ ‫ِ ’ ْل˚و ِلى‬
‫‪91‬‬
‫َوا ْخ ِت ََل ِف اَّل ْي ِل‬
‫َ والنَّ َها ِر َ ْٰل ٰي „ت ِ’ ْل˚و ِلى ا ْْلَ ْلَبا ِب ‪٠‬‬
‫‪٩١‬‬
‫‪12‬‬
‫‪Alif dibaca pendek, wawu bukan huruf mad.‬‬ ‫ِ ْل˚ ِلى‬
‫ْا لنفال ‪65 :‬‬
‫‪30‬‬ ‫ٰ يَْٓا ُّي َها الَّنِب ُّي َح ِ’ ر ِض ا ْل ˚م ْؤ ِم ِن ْي َن‬ ‫ِ مائَتَ ْي ۚ ِن‬
‫َعَلى ا ْل قِ َتا ۗ ِل ِا ْن َّي ˚ك ْن‬ ‫ِ ’ مائٌَة‬
‫ْ م ِع ْش ˚ر ْو َن ٰص ِب ˚ر ْو َن َي ْغ ِلب˚‬
‫ْوا ِمائَتَ ْي ۚ ِن َواِ ْن َّي ˚ك ْن َّي ْغ ِلب˚ ْْٓوا اَ ْل ًفا‬
‫ِ’ م َن ا َّل ِذ ْي َن َكفَ ˚ر ْوا ِبَا نَّ ˚ه ْم قَ ْو ٌمِ ’ م‬
‫ْن ˚ك ِ’ م ْن ˚ك ْم ِ’ مائٌَة‬
‫َّ ْل َي ْفَق ˚ه ْو َن ‪٥٦‬‬
‫‪Dibaca mi'atani dan mi'atun.‬‬

‫‪13‬‬
‫ِ إ ْ ظ َها ˚ر َ وا ِج „ب‬
‫ْا لنعام ‪99 :‬‬
‫‪31‬‬ ‫َ و ِم َن ال َّن ْخ ِل ِم ْن َط ْل ِع َها قِ ْن َوا ٌن‬ ‫ِ ق ْن َوا ٌن‬
‫َدانِ َيٌة َّو َجنّٰ „ت ِ’ م ْن‬
‫„ب َّوال َّز ْيت˚ ْو َن َوال ُّر َّما َن ˚م ْشتَ ِب‬
‫ًها َّو َغ ْي َر ˚متَ َشاِب ۗ„ه اَ ْع نَ ا‬
‫‪Huruf nun bertemu huruf wawu wajib dibaca‬‬
‫)‪izhar (jelas.‬‬
‫‪32‬‬ ‫الرعد ‪4 :‬‬
‫ِ ص ْن َوا ٌن َ و ِفى ا ْْلَ ْر ِض ِق َط ٌع ُّمتَ ٰج ِو ٰر ٌت َّو‬
‫َجٰنّ ٌت ِ’ م ْن اَ ْعَنا „ب‬
‫ٌل ِص ْن َوا ٌن َّو َغ ْي ˚ر‬
‫ِص ْن َوا „ن ُّي ْس ٰقى ِب‬
‫َم ۤا „ء َّوا ِح „ دَّ و َز‬
‫‪Bila Huruf nun bertemu huruf wawu wajib‬‬
‫)‪dibaca izhar (jelas.‬‬
‫‪33‬‬ ‫التوبة ‪109 :‬‬ ‫اَفَ َم ْن اَ َّس َس ب˚ ْنيَاَن ˚ه َع ٰلى تَ ْق ٰوى ِم َن‬ ‫ب˚ ْن َيانَ ˚ه‬
‫لّّٰالِ َو ِر ْض َوا „ن‬
‫َّم ْن اَ َّس َس ب˚ ْنَيانَ ˚ه َع ٰلى َش َفا‬
‫˚ج ˚ر „ف َها „ر فَا ْن َها‬
‫َر ِب ‪,‬ه ِف ْي َنا ِر َج َه َّن ۗ َمَ خ‬
‫ْي ٌر َا‬
‫‪Huruf nun bertemu huruf ya wajib dibaca izhar‬‬
‫)‪(jelas.‬‬
‫‪34‬‬ ‫البقرة ‪85 :‬‬ ‫فَ َما َج َز ۤا ˚ء َم ْن َّي ْف َع ˚ل ٰذ ِل َك ِم ْن‬ ‫ال ُّد ْن َيا‬
‫˚ك ْم ِا َّْل ِخ ْز ٌي فِى‬
‫ا ْل َح ٰيو ِة ال ُّد ْن َيا ۚ َو َي ْو َم ا ْل ِق ٰي َم ِة ي˚ َر ُّد ْو‬
‫َن ِا ٰ ْٓلى اَ َش ِ’ د ا ْلَع َذا ۗ ِب‬
‫َ و َما لّّٰال˚ ِبَغا ِف „ل َع َّما تَ ْع َمل˚ ْو َن ‪٥‬‬
‫‪٨‬‬
‫‪Huruf nun bertemu huruf ya wajib dibaca izhar‬‬
‫)‪(jelas.‬‬
‫‪MAD MUBALAGHOH‬‬
‫‪35‬‬ ‫الفرقان ‪69 :‬‬
‫ِ ف ْي ‪,‬ه ˚م َها ًنا ُّ ي ٰض َع ْف َله˚ ا ْلَع َذا ˚ب َي ْو َم ا ْل ِق ٰي َم ِة‬
‫َو َي ْخل˚ ْد فِ ْي ‪,‬ه ˚م َها ًنا‬

‫‪13‬‬
Ha' dhomir dibaca panjang fihi muhana. Disebut
Mad Shilah Mubalaghoh.
BOLEH DIBACA NASHOB ATAU
RAFA'
36 54 : ‫الروم‬ ‫۞ َ لّّٰال˚ ا َّل ِذ ْي َخ َل َق ˚ك ْم ِ’ م ْن َض ْع‬ ‫َ ض ْع „ ف‬
‫ ْن َب ْع ِد‬² ‫„ف ث˚ َّم َجَع َل ِم‬ ‫َ ض ْع „ ف‬
‫ ْن َب ْع‬² ‫َ ض ْع „ف ق˚ َّوةً ث˚ َّم َجَع َل ِم‬ ‫َ ض ْع ًفا‬
‫ِد ق˚ َّوة„ َض ْعًفا‬
‫َش ْي َبًة ۗ َي ْخل˚ ˚ق َما َي َش ۤا ۚ ˚ء َو ˚ه َو ا‬
‫ َّو‬٤٥ ‫ْلَع ِل ْي ˚م ا ْلَق ِد ْي ˚ر‬
Huruf dlodh bisa dibaca dengan harokat fathah
atau dhommah
‫ن˚ ْو ˚ن ا ْل ِوَقا َي ِة‬

13
‫‪37‬‬ ‫ْا لعراف ‪:‬‬ ‫ْت ا˚ َّمٌة ِ’ م ْن ˚ه ْم ِل َم تَ ِع ˚ظ ْو َن َق ْو ًم‬ ‫َ ق ْو ًم ا ۨ لّّٰال˚‬
‫‪164‬‬
‫ا ۨ لّّٰال˚ ˚م ْه ِل ˚ك ˚ه ْم اَ ْو َواِ ْذ َقاَل‬
‫˚م َع ِ’ ذب˚ ˚ه ْم َع َذا ًبا َش ِد ْي ًد ۗا َقال˚ ْوا َم ْع‬
‫ِذ َرةً ِا ٰلى َربِ’ ˚ك ْم‬
‫َ وَل َعَّل ˚ه ْم يَتّق˚ ْو َن ‪٤٦١‬‬
‫‪Dibaca qaumanillahu‬‬
‫قَ ْو َم ِن لّّٰال˚‬
‫‪38‬‬ ‫الزمر ‪29 :‬‬ ‫َ ض َر َب لّّٰال˚ َمثَ ًَل َّر ˚ج ًَل ِف ْي ِه ˚ش َر‬ ‫َ مثَ ًَل ۗ اَ ْل َح ْم ˚د‬
‫َك ۤا ˚ء ˚متَ ٰش ِك ˚س ْو َن‬
‫َ و َر ˚ج ًَل َس َل ًما ِل’ َر ˚ج „ل َه ْل َي ْستَ‬
‫ِو ٰي ِن َمثَ ًَل ۗ اَ ْل َح ْم ˚د‬
‫ِ ّٰ ّٰللِ ۗ َب ْل اَ ْكثَ ˚ر ˚ه ْم َْل َي ْعَل ˚م ْو َن ‪٩٢‬‬
‫‪Bila diwasholkan dibaca mastalanilhamdu‬‬
‫َ مثََل ِن ا ْل َح ْم‬
‫˚د‬
‫‪39‬‬ ‫الجمعة ‪11 :‬‬ ‫َل ْه ًوا ۨا ْن َف ُّض ْْٓوا َ و ِا َذا َراَ ْوا ِت َجا َرةً اَ ْو َل ْه ًوا ۨا ْن َف ُّض ْْٓوا‬
‫ِا َل ْي َها َوتَ َر ˚ك ْو َك‬
‫قَ ۤا ِٕى ًم ۗا ق˚ ْل َما ِع ْن َد لّّٰالِ َخ ْي ٌر ِ’ م َن اَّلل ْه‬
‫ِو َو ِم َن التِ’ َجا َر ۗةِ‬
‫َ و لّّٰال˚ َخ ْي ˚ر ال ّٰر ِزقِ ْي َن ࣖ ‪١١‬‬
‫‪Dibaca nun 'iwadh ,lahwaninnfadhdhu‬‬ ‫َل ْه َو ِن ا ْنفَ ُّض ْْٓوا‬
‫‪40‬‬ ‫ْا لعراف ‪:‬‬ ‫ۤ ا َء َمثَ ًَل ۨا ْل َق ْو ˚م ا َّل ِذ ْي َن َك َّذب˚ ْوا ِب ٰا ٰي‬ ‫َ مثَ ًَل ۨا ْلَق ْو ˚م‬
‫‪177‬‬
‫ِتَنا َواَ ْنف˚ َس ˚ه ْم َكان˚ ْوا َس‬
‫َ ي ْظ ِل ˚م ْو َن ‪٧٧١‬‬
‫‪Dibaca masyalanilqaumu‬‬
‫َ مثََل ِن ا ْلَق ْو ˚م‬
‫‪41‬‬ ‫الحج ‪11 :‬‬ ‫َ و ِم َن ال َّنا ِس َم ْن َّي ْعب˚ ˚د لّّٰالَ َع ٰلى َح‬ ‫َ خ ْي ˚ر ِۨا ْط َمئ‬
‫ْر ۚ „ف َف ِا ْن اَ َصا َب ˚ه‬ ‫َّن ِب ‪ ۚ,‬ه‬
‫َ خ ْي ˚ر ِۨا ْط َمئَ َّن ِب ‪ ۚ,‬ه َو ِا ْن اَ َصاَب ْته˚ ِف‬ ‫ِ فتْ نَ ة˚ ِۨا ْنقَلب‬
‫ْتَنة˚ ِۨا ْن َقَل َب َع ٰلى‬
‫َ و ْج ِه ‪ۗ ,‬ه‬
‫َ خ ْي ˚ر ِن ا ْط‬
‫َمئَ َّن ِب ‪ ۚ,‬ه‬
‫ِ فتْ نَ ت˚ ِن ا ْنَقَل َب‬
‫‪42‬‬ ‫مريم ‪7 :‬‬
‫ِ بغ˚ ٰل ِم ِۨا ْس ˚م ˚ه ٰ ي َز َك ِريَّآ ْ ِانَّا ن˚َب ِ’ ش ˚ر َك ِبغ˚ ٰل ِم ِۨا ْس ˚م ˚ه َي‬
‫ْح ٰي ى َل ْم َن ْجَع ْل َّل ˚ه‬
‫‪13‬‬
‫ِ م ْن قَ ْب ˚ل َس ِم ًّيا ‪٧‬‬
‫ِ بغ˚ ٰل ِم ِن ا ْس‬
‫˚م ˚ه‬
‫َّ ٰۤ ّ‬ ‫ۤ‬
‫‪PERLU‬‬
‫‪َ ْ DIPERHATIKAN‬‬
‫َ َِ‬ ‫ِ´ ْ ْ‬ ‫َّ ٰ ّ ِ´ ْ‬
‫‪43‬‬ ‫الَطلق ‪4 :‬‬ ‫والـي لم يحضن‬ ‫والـي‬
‫‪Huruf lam dibaca panjang‬‬
‫‪44‬‬ ‫فصلت ‪29 :‬‬
‫َرَّبَنٓا ْ اَ ِر نَ ا اَّل َذ‬ ‫َ وَقا َل ا َّل ِذ ْي َن َكفَ ˚ر ْوا‬ ‫ا َّل َذ ْي ِن‬
‫َن‬ ‫ْي ِن اَ َضٰلّ نَ ا ِم‬
‫ِس‬ ‫ا ْل ِج ِ’ن َوا ْ ِْل ْن‬
‫‪Huruf dzal dibaca fathah, dan huruf nun dibaca‬‬
‫‪kasroh.‬‬

‫‪13‬‬
‫‪45‬‬ ‫الزمر ‪7 :‬‬
‫َ و ِا ْن تَ ْش ˚ك ˚ر ْوا َي ْر َضه˚ َل ˚ك ْۗ م َو َْل تَ‬ ‫َ ي ْر َضه˚‬
‫ِز ˚ر َوا ِز َرةٌ ِ’ و ْز َر‬
‫ا˚ ْخ ٰر ۗى‬
‫‪Ha' dhomir di sini sebagai jawab syarty, maka‬‬
‫‪dibaca pendek.‬‬
‫‪46‬‬ ‫العلق ‪15 :‬‬ ‫َ ك ََّل َل ِٕى ْن َّل ْم َي ْنتَ ِه ە َل َن ْس َفًع ‪²‬ا ِبال َّنا‬ ‫َ ي َْنت ِه‬
‫ِص َي ِة ‪٥١‬‬
‫‪Huruf ha' di sini bukan ha' dhomir, maka dibaca‬‬
‫‪pendek‬‬
‫َ ف َم ْن َّن َك َث فَ ِانَّ َما َي ْن ˚ك ˚ث َع ٰلى َن ْف‬
‫الفتح ‪10 :‬‬
‫‪47‬‬ ‫َ عَل ْيه˚ لّّٰالَ‬
‫ِس ‪ ۚ,‬ه َو َم ْن اَ ْو ٰفى ِب َما‬
‫ٰ ع َه َد َع َل ْيه˚ لّّٰالَ فَ َسي˚ ْؤتِ ْي ِه اَ ْج ًرا‬
‫َع ِظ ْي ًما ࣖ ‪٠١‬‬
‫‪Huruf ha' dibaca dhommah, bukan kasroh.‬‬
‫‪48‬‬ ‫ْا لنفال ‪60 :‬‬ ‫تَ ْعَل ˚م ْو َن ˚ه ۚ ْم َ َ و ٰا َخ ِر ْي َن ِم ْن ˚د ْو ِن ِه ۚ ْم َْل تَ ْع َل ˚م ْو‬
‫َن ˚ه ۚ ْم َ لّّٰال˚ َي ْعَل ˚م ˚ه ْۗ م َو َما‬ ‫لّّٰال˚‬
‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ال‬
‫ّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ْ „ ِ ْ َ ِ ِ ّٰ ˚‬‫ي‬ ‫ْ‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ء‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ْ‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫و‬
‫ِ ْ ِ‬‫˚‬‫ق‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ْ‬ ‫˚‬ ‫ت‬
‫َو َّف ِا َل ْي ˚ك ْم َواَ ْنت˚ ْم َْل‬
‫ت˚ ْظَل ˚م ْو َن ‪٠٦‬‬
‫‪Bila diwaqofkan dibaca ta'lamunahum .Bila‬‬ ‫تَ ْعَل ˚م ْوَن ˚ه ۚ ˚م َ‬
‫‪diwasholkan dibaca ta'lamunahumullah.‬‬
‫لّّٰال˚‬
‫‪49‬‬ ‫ْا لحقاف ‪4 :‬‬ ‫فِى ال َّس ٰم ٰو ِت ۖا ْئت˚ اَ َر َء ْيت˚ ْم َّما تَ ْد ˚ع ْو َن ِم ْن ˚د ْو‬
‫ِن لّّٰالِ اَ ˚ر ْو ِن ْي َما َذا َخَلق˚ ْوا ِم َن‬ ‫ْو ِن ْي‬
‫ا ْْلَ ْر ِض اَ ْم َل ˚ه ْم ِش ْر ٌك ِفى‬
‫ق ˚ ْل‬
‫ال َّس ٰم ٰو ِت ۖائْت˚ ْوِن ْي ِب ِك ٰت „ب ِ’ م ْن قَ ْب‬
‫ِل ٰه َذآْ اَ ْو اَ ٰث َرة„ ِ’ م ْن‬
‫ِ ع ْل „م ِا ْن ˚ك ْنت˚ ْم ٰص ِدقِ ْي‬
‫َن ‪٤‬‬
‫‪Bila diwasholkan dibaca fissamawaati'-tuni ,‬‬ ‫ِ إ ْيت˚ ْوِن ْي ِب ِك ٰت‬
‫‪diwaqofkan dan dilanjutkan dari hamzah, maka‬‬
‫‪bacaannya menjadi' iitunii‬‬ ‫„ب‬

‫‪C. Tes Formatif‬‬


‫َ عَلۡ ي ِهم ُِِب َص ۡي ِطٍ ر ‪.kalimat pada Shod Huruf 1 ٢٢‬‬
‫)‪a. Itsbat (Shod tetap dibaca Shod‬‬
‫‪b. Dibaca sebagaimana biasa‬‬

‫‪13‬‬
c. Ibdal (Shod dibaca Sin)
d. Jawazul Wajhain (Shod dibaca Shod atau Sin)
ۡ
kalimat pada Shod ٧٣ ‫َ ص ۡي ُِطرو َن‬ ‫ َأ ۡم ُه ُم ٱ ل ُم‬:dibaca 37) (QS.At-Thur
.Huruf 2
...
a. Jawazul Wajhain (Shod bisa dibaca Shod atau Sin)
b. Ibdal (Shod dibaca Sin)
c. Itsbat (Shod tetap dibaca Shod)
d. Dibaca sebagaimana biasanya

13
َ۬ ۡ
Huruf ‫ن‬kalimat pada bertasydid ¹ َۗ ‫ َْل َ َت َمنَّا َ عَل ٰى ُيو ُسف‬.Yusuf:11) (QS
3. ... bacaan adalah
a. Imalah
b. Isymam
c. Naql
d. Tafkhim
4. Apa yang dimaksud dengan Ghara’ib al-Qur’an? Manfaat apa yang
dapat diambil dari mempelajri hal tersebut?
5. Jelaskan macam-macam Ghara’ib al-Qur’an disertai contohnya!

13

Anda mungkin juga menyukai