MAKHARIJ HURUF
خ
keluar. Lalu dijadikan ber-wazan (
ل َ ) ع ْف َمyang ber-sighat isim makan, maka
menjadi )
َ َ( م. Bentuk jamaknya َ خا ج ْ وفyang berarti tempat-
ج
رadalah م ِر ال ) ح
˚ر (
خ
tempat keluarnya huruf. Secara bahasa, makhraj artinya tempat keluar.
Sedangkan menurut istilah, makhraj adalah suatu nama tempat yang padanya
huruf dibentuk atau diucapkan.
Al-Qur’an harus dibaca dengan bacaan/tilawah yang sebenarnya, yaitu
harus mengikuti aturan-aturan dalam membacanya, seperti harus benar makhraj
hurufnya, panjang pendeknya, cara berhenti dan lain sebagainya. Hal ini
sebagaimana firman Allah swt:
س ˚رون ا ْلخا ه˚ ˚م ك
1
ك ي˚ ْؤ ِمن˚و ه ب و َم ْ ن َ ي ْكف˚ ْر ِب ِه ََل أ˚و ََٰلئِ َو الَّ ِذي ن آت ˚م ا ْل
ِ ِ
َ َٰ ˚
ۗ َفأ و ل ِئ ن حق ِت ِت˚ِكتَا َيتْل˚ونَه ْي نَ ا
ِه ب
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan
barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS. Al- Baqarah: 121)
2
Seseorang yang sedang tilawah al-Qur’an, tidak akan bisa membedakan
huruf satu dengan huruf yang lain tanpa mengerti pelafalan huruf itu pada tempat
keluarnya. Karena itu sangat penting mempelajari makharijul huruf agar
pembaca terhindar dari hal-hal sebagai berikut:
1. Kesalahan mengucapkan huruf yang mengakibat kan berubah makna.
2. Ketidak jelasan bentuk-bentuk bunyi huruf, sehingga tidak bisa
dibedakan antara huruf satu dengan huruf yang lain.
3. Memelihara lisan dari kesalahan membaca al-Qur’an.
4. Untuk melancarkan bacaan al-Qur’an umat Islam baik ditingkat
pendidikan dasar maupun tinggi, dalam membaca al-Qur’an sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid.
3
ي– ا – و, (alif setelah fathah, wawu mati setelah dhummah, ya mati setelah
4
h. Bunyi huruf ط- د- تkeluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gigi
bagian atas.
i. Bunyi huruf ز – ص- سkeluar dari ujung lidah yang hampir bertemu
C. Tes Formatif
Silahkan praktikkan bacaan dari lafaz-lafaz yang ada pada tabel di bawah ini!
5
6
7
8
SIFAT HURUF
A. Definisi Sifat Huruf
Sifat menurut bahasa ialah ِ ما ا م ءsesuatu yang melekat atau menetap
َ
شي ال
pada sesuatu yang lain. Adapun sifat huruf menurut istilah, sifat adalah cara baru
bagi keluarnya huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik berupa Jahar,
Rakhawah, Hams, Syiddah, dan sebagainya.
Pada pengertian tersebut, tampak bahwa sifat-sifat huruf hijaiyah selalu
dikaitkan dengan makhrajnya, mengingat makhraj huruf merupakan standar
untuk penentuan sifat dari huruf hijaiyah. Antara sifat dan makhrajnya harus
saling terkait. Makhraj huruf tidak akan tampak jika sifat hurufnya tidak
dikeluarkan secara benar. Sebaliknya sifat huruf tidak akan tepat selama tidak
mengenai tempat keluarnya.
Tujuan mempelajari dan memahami sifat huruf ini adalah sebagai pelengkap
kepada makhraj. Dengan mengetahui sifatnya, kita dapat membedakan lafal
sebutan untuk huruf yang makhrajnya sama. Kita juga akan dapat
mengidentifikasi huruf yang kuat dan yang lemah atau huruf yang dilafazkan
secara tebal dan tpis karena sifat yang ada pada hurufnya. Sifat huruf juga
membantu memperkemaskan akurasi sebutan huruf agar dapat dilafazkan dengan
benar, terutama untuk huruf yang hampir sama sebutannya.
B. Sifat-Sifat Huruf
Ahli Qiraat berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah sifat-sifat huruf
hijaiyah. Sebagian menetapkan 19 sifat, dan sebagian yang lain menetapkan 18
sifat, 17 sifat, 16 sifat, 14 sifat, dan bahkan ada yang menetapkan 44 sifat.
Namun biasanya pendapat yang dipakai adalah pendapat Syaikh Ibnu Jazari
yang mengatakan bahwa sifat huruf hijaiyah berjumlah 17.
9
Sifat huruf terbagi menjadi dua yakni, sifat Lazimah ( )الزمهatau yang biasa
disebut dengan sifat yang memiliki lawan kata, dan sifat ‘Aridah ( )عارضهatau yang
biasa disebut dengan sifat yang tidak memiliki lawan kata. Berikut
penjelasannya:
1. Sifat Lazimah ()الزمه
Sifat Lazimah ( )الزمهialah sifat yang tetap atau pasti ada untuk setiap
sebutan huruf dalam semua kondisi, tidak terpisah dari suatu huruf itu,
dan sama seperti pada kondisi berbaris maupun mati (sukun). Sifat ini juga
dikenal dengan sebutan “Sifat yang memiliki lawan kata”.
Sifat yang memiliki lawan kata ada 5 (lima), yaitu:
10
1) ˚ الشَدّةmenurut bahasa artinya kuat. Sedangkan menurut istilah
adalah pengucapan huruf dalam keadaan suara yang tertekan
karena sangat bergantung kepada makhrajnya. Huruf-hurufnya
berjumlah 8, yaitu:
أ–ج–د–ق–ط–ب–ك–ت
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
ط أ ْ طَع َم ˚ه ْم ج ِ ل َم ْ جن˚و „ن
2) ط
ََّ وس التmenurut bahasa artinya sedang. Sedangkan menurut
istilah adalah pengucapan suara yang tidak terlalu tertahan
sehingga terdengar agak lemah. Huruf-hurufnya berjumlah 5,
yaitu:
ل–ن–ع–م–ر
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
ع َ و ْ ع ˚د ِ لال ل الحمد لل
12
1) ˚ء ْ اإلmenurut bahasa artinya terangkat, sedangkan menurut
ع
س
ِت
istilah adalah pengucapan huruf yang disertai terangkatnya
lidah ke atas langit-langit (mulut). Huruf-hurufnya berjumlah
7, yaitu:
خ–ص–ض–غ–ط–ق–ظ
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
ض ص وال ال َّ ضآ ِل’ْ ي َ ن ص ََ ي ْ خت
Contohnya:
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
13
ط ˚ال َّ طا َّمة ظ ال َّ ظ ِل ˚مو َ ن
14
lidah dari langit-langit (mulut). Huruf-hurufnya ialah selain
huruf-huruf
اإل ط. Contohnya:
ق
با
Huruf Contoh Lafaz Huruf Contoh Lafaz
ف َ فلَ َّما َرأى خ َ فأَ َ خذَتْ ˚ه ْم
e. <> اإل ق
َ اإل
َ ْ
ذال ت ما
ص
1. ْذالق اإل
َ menurut bahasa artinya bagian lancip lidah. Sedangkan
menurut istilah adalah huruf yang pengucapannya mudah
keluar karena makhrajnya dari ujung lidah dan bibir.
Huruf-
hurufnya ada 6, ف–ر–م–ن–ل–ب
yaitu:
2. ت
َ اإلmenurut bahasa artinya tertahan. Sedangkan menurut
م
ا
ص
istilah adalah huruf yang pengucapannya keluar dengan
tertahan, karena relatif sulit. Biasanya huruf-huruf ini selalu
berada pada kata ruba’i (yang terdiri dari empat huruf) atau
khumasi (yang terdiri dari lima huruf) bersama huruf اإلذْال.
ق
Kata yang hanya terdiri dari
َ اإل, biasanya bukan dari
ت
م
ا
ص
bahasa Arab asli, seperti lafaz: ْعسجد.
15
2. Sifat ‘Aridah ()عارضه
Sifat ‘Aridah ( )عارضهadalah sifat mendatang yang berubah-ubah untuk
suatu huruf yang adakalanya terpisah dari huruf dan menyertainya pula pada
kondisi yang lain seperti tarqiq (tipis), tafkhim (tebal), ghunnah, idgham, atau
ikhfa’, panjang atau pendek, dan seumpamanya. Sifat ini juga dikenali
sebagai “Sifat yang tidak memiliki lawan”.
Sifat yang tidak memiliki lawan kata ada 7 (tujuh), yaitu:
ر
ال
.a
الmenurut bahasa artinya siul/seriut bagaikan burung atau
˚ر
ص
ص
ِفي
belalang. Sedangkan menurut istilah ialah suara tambahan yang
16
keluar dari antara kedua bibir atas dan bawah secara
bersamaan ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 3
yaitu:
1) زdisebut sebagai Shafir Kubra (Shafir yang besar), suara
tambahannya menyerupai suara lebah,
2) صdisebut sebagai Shafir Wustha (Shafir yang
sedang/pertengahan), suara tambahannya menyerupai
suara angsa,
3) سdisebut sebagai Shafir Sughra (Shafir yang kecil),
suara tambahannya menyerupai suara belalang.
.b القلقلة
ة- القلقلmenurut bahasa artinya bergetar. Sedangkan menurut istilah
adalah pengucapan huruf sukun yang disertai dengan getaran
suara pada makhrajnya sehingga terdengar suara yang kuat.
Huruf-hurufnya ada 5, yaitu: ق – ط – د – ج – ب
17
huruf yang bertasydid, seperti: – وت ب – ق
ج الح الح
c. ال ن
’ِل
ْي
ْ ين ِ’ل الmenurut bahasa artinya lembut. Sedangkan menurut istilah
ialah pengucapan huruf yang lembut tanpa harus memaksakan.
Sifat ini terdapat pada dua huruf, yakni Wawu sukun (ْ ) وdan Yau
18
sukun ( ) يyang huruf sebelumnya berharakat fathah, seperti: خ ْو
ف
ت
– َب ْي
d. ˚ف
اإل ْن ِح َرا
ف
َ را ِح ْن اإلmenurut bahasa artinya condong. Sedangkan menurut
˚
istilah ialah membunyikan huruf tertentu dengan
mencondongkon huruf pada makhrajnya sendiri pada makhraj
huruf yang lain. Karena itu, dalam melafalkannya lidah harus
dilenturkan. Hurufnya ada 2 (dua) macam, yaitu:
keluar.
f. ’شي
التَّف
’شي
التََّفmenurut bahasa artinya menyebar. Sedangkan menurut
istilah adalah pengucapan huruf yang disertai menyebarnya angin
di dalam mulut. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ش. Tafasysyi
dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
20
3) Tafasysyi Sughra (kecil), yaitu jika huruf syin berharakat fathah
َ ).
.g ˚اإل شطالَة
˚ اإل ( طالَةmenurut bahasa artinya memanjang. Sedangkan menurut
ِ
ت
ِ
ت
س
س
istilah adalah pengucapan huruf yang disertai memanjangnya
suara dari awal sisi lidah sampai akhirnya. Sifat ini hanya
dimiliki oleh huruf ض. Suara ( )ضmemanjang dari permulaan,
tapi lidah bersambung dengan makhraj ل.
7 6 5 4 3 2 1
Huruf
Sifat
21
5 اصمات انفتاح استفال رخاوة جهر ذ 9
7 تكرير انحراف اذالق انفتاح استفال توسط جهر ر 10
22
6 تفشي اصمات انفتاح استفال رخاوة هم ش 13
س
6 صفير اصمات اطباق استَعلء رخاوة هم ص 14
س
6 استطالة اصمات اطباق استَعلء رخاوة جهر ض 15
1
1
1
ISTI’ADZAH DAN BASMALAH
A. Definisi Isti’adzah dan Basmalah
Isti’adzah ditinjau secara bahasa adalah,
ش
“Apabila engkau membaca Al-Qur’an hendaklah engkau meminta perlindungan
kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. Al-Nahl: 98)
Para ulama berbeda pendapat apakah perintah yang ada pada ayat di atas
menunjukkan suatu kewajiban atau keutamaan. Tetapi yang jelas bahwa
mengucapkan Isti’adah sebelum membaca al-Qur’an lebih baik dari pada tidak
mengucapkannya.
Adapun kata basmalah berasal dari kata بسمل – يبسمل – بسمللةyang memiliki
2
Menurut Jumhur ‘ulama hukum isti’adzah adalah sunnah ketika hendak
membaca al-Qur’an, sebagian ‘ulama lainnya menyatakan wajib. Menurut mereka,
isti’adzah hukumnya mubah dan mereka membawa perintah Allah kepada
sunnah, apabila qari’ tidak membaca isti’adzah dia tidak berdosa.
Dalam kitab An-Nasyr fi Qiro’atil ‘Asyr karya Ibnul Jazari dikatakan bahwa
isti’adzah dilakukan sebelum membaca al-Qur’an, karena dengan isti’adzah ini
merupakan pensuci mulut kita dari apa yang telah dilakukan oleh lisan kita
seperti perkataan main-main, perkataan jelek, kemudian mempersiapkan lisan
kita untuk membaca kalamullah, permintaan perlindungan seseorang kepada
Allah dari kesalahan-kesalahan yang akan datang ketika membaca al-Qur’an dan
selainnya, serta keyakinan akan kekuasaan Allah dan pengakuan kelemahannya
dari musuh yang tersembunyi yang tidak sanggup manusia mencegahnya, karena
hanya Allah- lah yang bisa mencegahnya.
Adapun dalam cara membaca isti’adzah, terdapat perbedaan dikalangan para
ulama. Dalam kitab al-Wafi syarah kitab asy-Syatibiyyah lil Qiro’atissab’ dikatakan
terdapat 4 tempat seseorang membaca Isti’adzah dengan sirr (pelan, hanya
terdengar oleh dirinya sendiri), yaitu:
1. Jika seorang qari ingin membaca isti’adzah dengan sirr .
2. Jika dia sedang sendiri, baik dia membaca Qur’an dengan sirr atau jahr,
maka hendaknya dia sirrkan isti’adzah-nya.
3. Ketika seseorang berada dalam keadaan shalat, baik shalat sirr
maupun dijahrkan, baik sendiri maupun menjadi imam.
4. Ketika sedang membaca di tengah jama’ah yang tengah bertadarus
(membaca al-Qur’an) dan dia bukan sebagai pembaca pertama.
Selain dalam kondisi di atas, maka diutamakan membaca isti’adzah secara jahr.
Menurut mazhab Hanafiyyah dan Hanabilah, Basmalah dibaca dengan pelan
baik pada sholat Sirriyyah maupun sholat Jahriyyah. Menurut Syafi’iyyah,
Basmalah dibaca dengan pelan pada sholat Sirriyyah dan dibaca dengan keras
pada sholat Jahriyyah. Adapun menurut Malikiyyah, makruh hukumnya
membaca
2
Isti’adzah dan Basmalah dengan keras sebelum al-Fatihah dengan surat, tetapi
mereka berbeda pendapat apabila keduanya dibaca dengan pelan.
Menurut mazhab Syafi’iyyah wajib hukumnya membaca Basmalah pada
awal surat Al-Fatihah, sebab menurut mereka Basmalah termasuk salah satu ayat
dalam surat tersebut. Jumhur Ulama mengharamkan membaca Basmalah
pada awal surat al-Baro’ah atau At-Taubah. Jika dilihat secara seksama,
dalam mushaf Utsmany pun tidak ditemukan tulisan basmalah pada awal surat
at-Tawbah. As- Suyuthi dalam al-Itqan mengatakan bahwa seorang qari
hendaknya selalu menjaga untuk membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim” di awal
setiap surat selain surat at- Tawbah, karena mayoritas ulama berpendapat
bahwa ia merupakan ayat yang tersendiri dan ia merupakan salah satu ayat
dari surat An Naml, apabila tidak membaca basmalah, menurut para ulama
sama halnya ia meninggalkan sebagian khataman al-Qur’an.
D. Tes Formatif
1. Cara membaca Ta’awudz, Basmalah dan Surah yang di waqofkan
seluruhnya dikenal dengan istilah ....
.a قَْط ُع ا ْ َلِ مْيع
.b و ْص ُل ا ْ َلِ ْميع
.c ل¹ ِ قَْط ُع اْل ُك
2
.d ل¹ ِ َ و ْص ُل اْل ُك
2
maka dapat ditentukan bahwa yang dimaksud dengan izhar qomariyah adalah
menampakkan bacaan Al-Ta’rif di awal kalimat isim sebagaimana kejelasan
bacaan Al pada lafaz Al-Qomariyah ( ˚ََّ) ية ِر َم ْلقَ ا.
2
Lam yang terdapat pada al-Qomariyah tetap tebal, tidak berubah
bacaannya dalam arti lam tertsebut tetap terbaca walaupun bertemu
huruf- huruf hijaiyah. Misalnya lafad : م˚ ْل ِع ْل َا, maka cara membacanya
adalah Al-Ilmu. Pada bacaan lam nya masih tetap terbaca, tidak tembus
pada huruf didepannya.
أ ا ْْلَ َح ˚د ا ْْلَ ْر ا ْْلَ ْب َصا ا ْْلَ ْن ٰه ˚ر ˚ا ْْل˚ َّمة
˚ض ˚ر
ا ْْلَ ِل ْي ˚م ا ْ ِْل ْن َسا ˚ا ْْلَ ْس َو ا َْْل ْن َواع ا ْْلَ ْن َعا ˚م
˚ن ˚د
ا ْْلَ ِم ْي ˚ر ا ْْلَ ْش ِق َيآ ا ْْلَ َم ˚د ا ْْلَ ْز َوا ˚ا ْْلَ ِخ َرة
˚ء ˚ج
ا ْْلَ َج ˚ل ا ْ ِْل ْك َرا ا ْْلَ َج َل ا ْْلَ ْب َيا ا ْْلَ ِس ْي ˚ر
˚م ˚ض
ب ˚ا َْلب َق َرة ا ْلبَ ِص ْي ا ْلبَ ْح ˚ر ا ْل َب ُّر ˚ا ْلب˚ ْق َعة
˚ر
ا ْلبَ ِس ْي ˚ط ا ْ ل َب ْ س ا ْل َبا ِر ˚ئ ا ْلبَ َيا ˚ن ا ْل َبا ِع ˚ث
˚َطة
ا ْلَبا ِط ˚ن ا ْل َباِقي ا ْل َب ِد ْي ˚ع ا ْلب˚ ْك ˚م ا ْلب˚ ْر َها ˚ن
2
غ ا ْل َغ ْي ˚ب ا ْل َغف˚ ْو ا ْل َغنِ ُّي ا ْلَغ َّفا ˚ر ا ْل َغ َما ˚م
˚ر
ا ْ ل َغ َ ض ا ْلَغافِ ˚ل ا ْل ِغ َشا ا ْلَغ ۤا ِٕى ِط ا ْل َغ ْر ˚ق
˚ب َوة˚
ا ْل َغ ْم َرة˚ ا ْلَغ ِر ْي ا ْل َغ ْي ˚ظ ا ْلَغ َرا ˚م ا ْل ٰغ ِب ِر ْي َن
˚ب
ا ْل ٰغ ِف ِل ْي َن ا ْل ٰغ ِو ْي َن ا ْل ٰغ ِلبِ ْي َن ا ْلَغ ْو ˚ل ا ْلغ˚ ٰل ˚م
ح ا ْل َح ْم ˚د َ ح ِم ْي ا ْل ا ْل َح ِف ْي ˚ظ ا ْل َح َك ˚م ا ْل َح ِل ْي ˚م
˚د
ا ْ ل َ ح ِ س ْي َح ُّق ا ْل ا ْل َح ُّي ا ْل ِح َجا ا ْل ِح َّطة˚
˚ب َرة˚
ا ْل َح َج ˚ر ا ْ ل ˚ح ا ْل َح َرا ا ْل َحنِ ْي ا ْل َح ِك ْي ˚م
َّجة˚ ˚م ˚ف
ا ْ ل ِ ح َ صا ا ْل َح ْر ا ْل َح ٰيوة˚ ا ْل َحا ِف َرة˚ ا ْل ِح َسا
˚ن ˚ث ˚ب
ج ا ْل ˚ج ْمَعة˚ ا ْ ل َ ج ِد ْ ي ا ْ ل ˚ج ْ م ا ْ ل َ ج ِم ْي ا ْل َج َّبا ˚ر
˚د َلة˚ ˚ل
ا ْ ل َ ج ِ ل ْ ي ˚ل ا ْل َجا ِم ا ْ ل َ ج ِم ْي ا ْ ل َ ج َس ا ْل ِج َّنة˚
˚ع ˚ع ˚د
ا ْل َجنَّة˚ ا ْل َجا ِع ا ْ ل َ ج ِ ح ْي ا ْل ˚ج ˚ر ˚ز ا ْل َج ۤا ُّن
˚ل ˚د
ا ْل َج ْه َرة˚ ا ْ ل َ ج ِ ح ْي ا ْل ِجَبا ˚ل ا ْل َج َزآ ا ْل ِج ُّن
˚م ˚ء
ك ا ْل َك ْوثَ ˚ر ا ْل َكافِ ˚ر ا ْل َك ْع َبة˚ ا ْل ˚ك َّفا ˚ر ا ْل َكا ِت ˚ب
ا ْل ِكتَا ˚ب ا ْل َ ِ
كب ْي ˚ر ا ْل ˚ك َّبا ˚ر ا ْل َك ِر ْي ا ْل َك ِث ْي ˚ر
˚م
ا ْل َك ِل ْي ˚م ا ْل ٰك ِف ِر ْي ا ْل ِك َرا ا ْ ل ِ ك ْس ا ْل َك َّذا ˚ب
َن ˚م َوة˚
ا ْل َك َوا ِع ا ْل َكأْ ˚س ا ْل َك َّرة˚ ا ْل ˚ك ْب ا ْل َك ْس ˚ر
˚ب ٰرى
2
و ا ْل َوا ِح ˚د ا ْل َوا ِج ا ْل َو ِل ُّي ا ْل َوا ِج ا ْل َو َقا ˚ر
˚ب ˚د
2
ا ْل َو ِف ْي ˚ر ا ْل َوق˚ ْو ا ْل ˚و ˚ج ا ْ ل ِو ْ ج ا ْل َو َس ˚ط
˚د ْوه˚ َهة˚
ا ْل َو ˚د ْو ˚د ا ْل َو َّها ا ْل َوا ِس ا ْل َوا ِر ا ْل ٰو ِرث˚ ْو َن
˚ب ˚ع ˚ث
ا ْل َوا ِلي ا ْل َوا ِج َفة˚ ا ْل ِو َفا ˚ق ا ْل َو ِز ْي ˚ر ا ْل َو ْز
˚ن
خ ا ْل َخبِ ْي ˚ر ا ْل َخا ِل ا ْل َخافِ ا ْل َخ ْطَفَة ا ْل َخ ْي َرا
˚ق ˚ض ˚ت
ا ْل َخا ِس ا ْ ل َ خ ِ ل ْي ا ْ ل َ خ ْو ا ْل َخ َطا َي ا ْل َخا ِش
َرة˚ َفة˚ ˚ف ˚ع
ا ْل َخ َّرا ا ْل ِخ ْز ا ْل ِخ ْي ا ْل ِخ َطا ˚ب ا ْل َخ ْي
˚ص ْو ˚ن ˚ي َرة˚ ˚ل
ا ْل ˚خ ْر ا ْل َخ ˚ذ ْو ا ْ ل ٰ خ ِ ل ِ ق ْي ا ْل ٰخ ِلق˚ ْو َن ا ْل ِخ َيا ˚م
˚ط ْو ِم ˚ل َن
ف ا ْل ِف ْي ˚ل ا ْل ٰف ِس ِق ْي ا ْل َف ْض ا ْلفَ َسا ˚د ا ْل َفتَّا ˚ح
َن ˚ل
ا ْلف˚ ْل ˚ك ا ْ فل َا ِس ˚ق ا ْلف˚ ْو ˚م ا ْل َف ْو ˚ق ا ْل َف ِر ْي ˚ق
ا ْلف˚ ْرَقا ˚ن ا ْلفَ ِر ْي ˚د ا ْلفَ ِق ْي ˚ر ا ْل ِفتْ نَ ة˚ ا ْل ِف َّضة˚
2
ا ْل ِق ْبَلة˚ ا ْل َق ْل ˚ب ا ْلق˚ل˚ ْو ا ْلَقَنا ِط ْي ِر ا ْل ِق ْس ˚ط
˚ب ُ˚
ا ْل َق ِو ُّي ا ْل َق َّها ا ْلَق ْس َوة˚ ا ْل َق ْريَة˚ ا ْل قِ ثَّآ ˚ء
˚ر
3
ا ْل َق ِر ْي ا ْلق˚ َّو ِة ا ْلق˚ ˚ص ا ْلقَ َم ˚ر ا ْل َق َرا ˚ر
˚ب ْو ˚ر
ي ا ْل َي ْو ˚م ا ْل َِيت ْي ˚م ا ْل َي ٰت ٰمى ا ْ ل َي ِم ْي ا ْلي˚ ْس ˚ر
˚ن
ا َْلي ˚د ا ْ ل َي ِ س ْي ا ْليَ َسا ˚ر ا ْل َي ِق ْي ˚ن ا ْل َياق˚ ْو ˚ت
˚ر
ا ْل َي َما ا ْ ل َي َ س َ ع ا ْل َي ُّم ا ْ ل َي َ ق ا ْل َي ˚ه ْو ˚د
˚ن َظة˚
م ا ْل ˚م ْص ا ْل َم َلئِ َكة˚ ا ْل ˚م ْز ا ْل ˚م ْن ا ْل ˚م ْس ِل ˚م
˚ن ِ ل ˚ح ِزل˚ ْو َن
ا ْل ˚م ْف ِل ا ْل ˚م ْؤ ِم ا ْل ˚م ِح ْي ا ْل ˚م ِع ا ْل َم َوا ِل ˚ي
˚ن ˚ح ُّز ˚ط
ا ْل ˚متَ َك ِ’ب ا ْل ˚م َه ْي ِم ا ْل ˚م ْ َ
قت ِد ا ْل ˚م ِج ْي ا ْل ˚م َص ِ’ و
˚ب ˚ر ˚ن ˚ر ˚ر
ا ْل ِم َها ˚د ا ْل َم ِص ْي ا ْل ˚م ِذ ُّل ا ْل َم ُّن ا ْل ِم ْي َعا ˚د
˚ر
هـ ا ْل َه ِد َّية˚ ا ْل َها ِدي ا ْل ˚ه ٰدى ا ْل َه ْم ا ْل َه ٰوى
˚س
ا ْل َه ’يِ ˚ن ا ْل َه ُّد ا ْل َه َّما ا ْل َهَل ˚ك ا ْل َهل˚ ْو ˚ع
˚ر
ا ْل َه َر ا ْل ˚ه ْد ا ْل َه ُّم ا ْل َهل˚ ُّم ا ْل َه ْد ˚ي
˚ب ˚ه ˚د
ا ْل ِه ْي ˚م ا ْل ˚ه ْو ا ْل ٰه ِل ِك ْي ا ْل ˚ه ˚ز ا ْل ِه َّمة˚
˚ن ˚و َن
3
Lam yang terdapat pada Al- Syamsiyah menjadi tembus dan berubah dari
bacaan semula, dalam arti lam tersebut tidak dibaca lagi jika bertemu huruf-
huruf hijaiyah tertentu. Misalnya lafad: ٰ َّ ر الmaka cara membacanya adalah
ن َم
ح
Lam tembus tidak terbaca dalam suatu isim adalah apabila bertemu
dengan huruf-huruf idgham syamsiyah. Yaitu sebanyak 14, selain huruf-
huruf Izhar Qomariyah di atas:
ط ال َّطيِ’َبا ال َّط ۤا ال َّط َم ˚ع ال ُّط ْغ َيا ال ُّط ْو
˚ت ˚َّمة ˚ن ˚ر
ال ُّط ْو َفا
ال ِ ’ط ْي ِن ال َّطا ˚ع ال َّطبِ ْي ال ِ ’ط ْي
˚ن ْو ˚ن ˚ب ˚ن
ال َّطَعا ˚م ال َّطا ˚غ ال َّط ˚ه ْو ال ُّط ْو ال َّط ََل
ْو ˚ت ˚ر ˚ل ˚ق
ال ِ ’طَبا ال َّط ْي ال ّٰط ِغ ْي ال َّطا ِغ ’ال َّط ِي
˚ق ˚ر َن ˚َية ˚ب
3
ث
الثَّ َوا ˚ب الثَّ َم ٰر ˚ت الثُّل˚ ˚ث الثُّ ˚م ˚ن الثُّل˚ ٰث ˚ن
الثَّٰ لثَة˚ الثِ’قَا َل الثَّا ِب ˚ت الثَّ ٰرى الثَّ َق ٰل ˚ن
3
الثَّا ِن َية˚ ال ِث’ َما الثَّ َّجا ˚ج الثُّ َلِثي الثُّ َلثَآ ˚ء
˚ر
الثُّب˚ ْو ˚ر الثَّاِبتَة˚ الثَّ ْو ˚ب الثِ’يَا ˚ب الثَّ َوا ˚ب
ص ال ّٰص ِل ِح ال ّٰص ِل ٰح ال َّص َم ال ّٰصبِ ِر ْي ال ّٰص ِد ِق
˚ت ْي َ ن ˚د َن ْي َ ن
ال ّٰص ال َّص َوا ال َّص َوا ال ّٰص ال َّصا ِبـ ِٕـ
ِعَقة˚ ˚ب ِع ˚ق ِعَقة˚ ْي َ ن
ال َّص ال ِ ’صيَا ال َّص ْو ال ُّص ˚د ال ِ ’ ص
ٰلوة˚ ˚م ˚م ْو ˚ر َرا ˚ط
ال َّصَفا ال َّصا ِح ال َّص ْب ˚ر ال َّص َد ٰق ال َّص ِر ْي
˚ب ˚م ˚ت
ر ال ّٰر ِس ال ُّر ْع ال َّر ˚ء ْو ال َّر َّزا ال َّر ْح ٰم
˚خ ْ و َ ن ˚ب ˚ف ˚ق ˚ن
ال ُّر َّما ال ِ’ ر ْج ال ُّر ْش ˚د ال َّر ْجَفة˚ ال ِ’ ر ْج
َن ˚ز ˚س
ال َّر ِح ْي ال ُّر ْو ال َّرا ِج َفة˚ ال َّر ˚س ال َّرا ِد َفة˚
˚م ˚ح ْ و ˚ل
ال َّر ْح ال َّر ِم ْي ال َّر ْك ˚ب ال ِ’ ر َجا ال ُّر ْهَبا
َمة˚ ˚م ˚ن ˚ل
ت التَّ ْوَبة˚ التَّ َّوا ˚ب التَّ ْق ٰوى التَّ ْو ٰرىة˚ التَّ ۤا ِٕىب˚ ْو
َن
التَّ ُّن ْو ˚ر التَّاب˚ ْو ˚ت التُّ َرا ˚ب التَّ َما ِث ْي التٰ ّ ِب ِع ْي
˚ل َن
التَّ ْهل˚ التَّ َّوابِ ْي َن التََّعفُّ ˚ف التََّنا ˚و التَّ ْن ِز ْي
َكة˚ ˚ش ˚ل
التِ’ َجا التَّ ْف ِس ْي التَّ ْس ِب ْي التَّ ْت ِم ْي ˚م التَّ ْدِب ْي ˚ر
َرة˚ ˚ح ˚ر
ض ال َّضآ ُّر ال َّض ٰل ال َّض ْي ال ُّضي˚ ْو ال َّض ِ’ي
َلة˚ ˚ف ˚ف ˚ق
ال َّض َرا ال َّض ۤا ُّل ال َّضآ ِ’ل ْي ال ُّض ُّر ال َّض َّر
َن ْو َن ˚ر ۤا ˚ء
3
ال َّضأْ ال ُّضَع َفآ ال َّض ْر ال َّض ِر ْي ال َّضا ِر
˚ن ˚ء ˚ب ˚ب ˚ب
3
ال ُّض ٰحى ۤ ال َّضَفا ِدع˚ ا ل ِ ’ ض ْع ال َّض
ال ُّضَع ٰف َّمة˚
˚ف
˚ؤا
ذ ال َّذ َك ˚ر ال َّذا ِك ِر ْي ال َّذ َك َر ْي ال ّٰذ ِك ٰر ال َّذا ِك ˚ر
ِن َن ˚ت ْو َن
ال ِ’ ذ ْ ك ال ُّذ ˚ك ْو ال ِ’ ذ ْك ٰرى ال َّذل˚ ْو ال َّذ ِم ْي ˚م
˚ر ˚ر ˚ل
ال َّذ ْو ال ّٰذ ِر ٰي ال َّذن˚ ْو ال ُّذ ُّل ال َّذ َه
˚ق ˚ت ˚ب ˚ب
ال ِ’ ذ َها ال ُّذ ِ’ ريَّة˚ ال َّذ َّرة˚ ال ُّذَبا ˚ب ال َّذ ْب ˚ح
˚ب
ن ال ِن’ ْع النُّ ْو ˚ر ال َّنا ِف ˚ع ال َّنا ˚س الَّنا ˚ر
َمة˚
النَّ ِع ْي ˚م الَّنَبا ˚ت النّٰ ِز ٰع النّٰ ِش ٰط ال َّن ْش
˚ت ˚ت ˚ط
النُّ ْطَفة˚ ال َّن ْو ˚م ال َّن َها ˚ر ال َّن ْح ˚ر ال ُّنق˚ ْو ˚د
ال َّن ِخ َرة˚ النَّ ْح ˚و ال َّن ِب ُّي ال ِ’ن َس ۤا ال َّن ْشَا ة˚
˚ء
د ال ِ’ د ْي ال ُّد ْنيَا ال ِ’ د َها ال َّد ْه ˚ر ال َّد ْف ˚ع
˚ن ˚ق
ال ِ’ دَيا ˚ر ال ُّد ْه ال ِ’ د َها ال َّداع˚ ال َّد َّكة˚
˚ن ˚ن
ال َّدا نِ يَة˚ ال َّد ۤا ِٕى ˚م ال ُّد َع ۤا ال ِ’ د َفا ˚ع ال ِ’ د َم ۤا
َء ْو َن ˚ء
ال َّد ْم ˚ع ال َّد ۤا ِٕى َرة˚ ال َّد َر ٰج ال َّد ˚م ال َّد َو ۤا
˚ت ُّب
س ال َّس َمآ ال َّس ِم ْي ال َّس ٰم ٰو ال َّس ْب ˚ع ال ِ’ س َرا
˚ء ˚ت ˚ع ˚ج
ال َّس ’ِي ٰا ال َّسا ˚ه ال َّس ۤا ِٕى ال ِ’ س ُّر ال َّس ِع ْي
˚ت ْو ˚ن ˚ل ˚ر
ال َّس َرا ال َّس ْب ˚ق ال َّس ْب ال َّسا ِه ال َّس ِ’ي
˚ب ˚ح َرة˚ ˚ئ
3
ال َّس ْو ال ُّسَبا ˚ت ال ِ’ س ْ ح ال َّسبِ ْي ˚ل ال َّس ََل ˚م
˚ء ˚ر
3
ظ ال َّظا ِل ال ّٰظ ِل ِم ْي ال ّٰظ ِل ˚م ال َّظا ِل َما ال ُّظل˚ ٰم
˚م َن ْو َن ˚ت ˚ت
ال َّظ ْم ٰا ال ِ ’ظ ال َّظ ََل ˚م ال ُّظَل ˚ل ال ُّظ َّلة˚
˚ن ُّل
ال َّظ ُّن ال ُّظن˚ ْو ال َّظ ۤانِ’ ْي ال َّظا ِه ال ُّظ ْه
نَ ا َن ˚ر ˚ر
ال ِ ’ظ َها ال َّظ ِه ْي ال ُّظ ْف ˚ر ال َّظا ِه ال َّظا ِه
˚ر َرة˚ ˚ر ْو َن ِر ْي َن
ز ال َّز ٰكوة˚ ال َّز ْي ˚غ ال َّزب˚ ْو ˚ر ال َّز ْيت˚ ْو ال َّزا ˚د
˚ن
ال َّز ْج ال َّز ُّق ْو ˚م ال ُّز َجا ال ُّز َم ˚ر ال ِ’ ز ْيَنة˚
˚ر ˚ج
ال َّز ْو َج ْي ال َّزفِ ْي ال َّز ْو ˚ج ال ّٰز ِر ˚ع ال ُّزب˚ ˚ر
ِن ˚ر ْو َن
ال ّٰز ِج ٰر ال َّز ِع ْي ال َّزبَانِ ’ية˚ ال ُّز ْخ ˚ر ال َّزا ِه
˚ت ˚م ˚ف ˚ق
ش ال ِ’ شتَآ ˚ء َ
ال َّش ْي طا ال َّش ِد ْي ال َّش َج ال ِ’ ش َدا
˚د ˚ن ˚ر ˚د
ال ّٰش ِك ِر ْي ال َّش ْو ال َّش َه ٰو ال َّش ْم ال ِ’ ش َما
َن َكة˚ ˚ت ˚س ˚ل
ا ل ِ’ ش ْع ال َّشَفا ال َّش ِر ْيَعة˚ ال َّشا ِع ال ُّش ˚ه ْو
ٰرى َعة˚ ˚ر ˚ر
ال َّش َها َد ال َّش ِه ْي ˚د ال ُّشَّقة˚ ال َّش ُّر ال َّش َم ۤا ِٕى
ِة ˚ل
ل اَّل ِذ ْي َن اَّل َذا ِن ا َّل ِذ ْي ال’ ِلَبا ˚س ال َّل ْو ˚ح
اٰللّ ِعن˚ ْو ال َّل َه ا ِ’لل َزا ˚م اَّل ْي ˚ل اَّلل ْغ ˚و
َن ˚ب
ال َّل ْه ˚و اَّلل ْف ˚ظ ال َّل ِط ْي اُّلل ْب ˚ث اَّلل ْعَنة˚
˚ف
ال ُّل ْؤل˚ اَّلل َّوا َمة˚ اٰللّ ِعبِ ْي َن ا لِّٰبث˚ ْو َن اَّلل ْي ˚ن
˚ؤ
3
D. Tes Formatif
1. Pilihlah kata-kata di bawah ini yang termasuk ke dalam Idghom Al
Syamsiyah ...
.a ذين¹ ال
.b واْلْرض ْ َ
.c اْلَّوُلون
.d اْلَبا ِطل
2. Dari kata-kata dibawah ini, manakah yang termasuk ke dalam Izhar Al
Qomariyah ...
.a الطَّعام
.b ال َّسماء
.c اْلَّوُلون
.d هار¹ الن
3. Jelaskan Definisi Alif Lam Ta’rif!
4. Sebutkan macam-macam Hukum Alif Lam Ta’rif beserta contohnya!
adalah jelas tanpa mendengung. Keenam huruf tersebut biasa disebut dengan
huruf halqi. Penyebutan tersebut dikarenakan makhraj huruf-huruf tersebut
berumber dari tenggorokan (halqi). Dengan demikian bacaan idzhar yang
4
berhubungan dengan nun sukun dan tanwin dapat disebut juga idzhar halqi.
4
Menurut bahasa, idzhar halqi (ِ )ال اِ َ ها قي ْلadalah huruf yang dibaca jelas.
حAdapun menurut istilah adalah ˚ر اْل
ظ
yaitu:
.ْ م مخ َر ْ ِ ز َياَد ِة غَّن ْ ف ظ َه ِر خ َراج
ي ِة ال ر الم ن ر,ِج ِه ’ ر ْن
غ ف ل
ح ْي م ح ك
Mengucapkan setiap huruf yang diidzharkan adalah tanpa ada tambahan
ghunnah pada huruf-huruf idzhar.
Yang dimaksud dengan huruf yang diidzharkan adalah huruf nun sukun atau
tanwin, meskipun huruf nun itu sendiri memiliki sifat yang selalu melekat
padanya, yaitu ghunnah. Sementara menurut ilmu tajwid, idzhar ialah pembacaan
nun mati atau tanwin sesuai dengan makhrojnya tanpa dighunnahkan (dengung)
apabila bertemu dengan salah satu huruf halqiyah (tenggorokan).
4
Cara membacanya adalah nun sukun atau tanwin masih terdengar tetapi samar-
samar antara idzhar dan idgham dan terus bersambung dengan makhraj
sesudahnya. Cara dan proses mengucapkan ikhfa ialah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan mulut pada makhraj huruf berikutnya setelah nun
yang diikhfakan (disamarkan)
2. Mengucapkan ghunnah secara sempurna dari al-khaisyum (rongga
hidung).
3. Hal tersebut disertai keluarnya suara dari mulut disebabkan tidak
tertutupnya makhraj nun (pada bagian lisan) kecuali pada huruf
qaf dan kaf maka ia betul-betul tertutup dengan sempurna. Oleh
karena itu, pengucapan keduanya dengan ghunnah murni (yang
sempurna) dari rongga hidung dengan tanpa disertai suara sedikit pun
dari mulut.
ت اَ ْن َت ˚م ْن ِ انِ’ ْْٓي اَ ْس ˚َّ و َس َك ْنت ˚ذو ا ْن ِتَقا „م
ِذ ٌر َك ْن ˚ت ْم
َل ْن تَ َم َّسَنا ِ م َّم ْن تَ َش ِ ا ْن ت˚ ِط اَ ْن َتَتّق˚ ْوا
ۤا ˚ء ْيع˚وا
ََ و َجنّٰ ٌت ت فِئٌَة ت˚ َقا ِت ˚ل َ ح َسَنٌة تَ ˚س فِئٌَة ت˚ َقا ِت ˚ل
ْج ِر ْي ْؤ ˚ه ْم
قِ ْب َلًة تَ ْر ٰضى َ ك ِل َمًة تَ ْخ َ ص َدَقةً ت˚ َط ِ ح ْل َيًة تَ ْلبَ ˚س
َ ها ْ و َن َه ا ِ’ ه ˚ ر ˚ه ْم ˚ر ˚ج
ََ جنّٰ „ت ت َ ع َم „د تَ َر ِ ’ م ْن ِغ ’„ل َ خ ْي „ر تَ ِج
ْج ِر ْي ˚˚د ْوه تَ ْج ِر ْي ْونَ َها
ث ِ م ْن ثَ َم ياِ ِ م ْن ث˚ ل˚َث َ م ْن َثق˚َل َ وا ْْل˚ ْن ٰث ْٓى
„َرة َّل ْي ِل ْت
فَ َم ْن َثق˚َل َ ح ِ ’ظ ا ْْل˚ اَ ْن ثَ َّبْت ٰن َك َ خ ْي ٌر ثَ َوا ًبا
ْت ْنثَ َي ْي ِن
ُّ م َس ًّمى َل ْي َلًة ث˚ َّم اَ ْز َوا ًجا َثٰ لثَة ُّ م َطاع„ ثَ َّم
ث˚ َّم
4
ق˚ َّوةً ث˚ َّم َ سا ِكًنا ث˚ َّم َ ي ْو ًما َث ِق ْي ًَل َ م ۤا ًء ثَ َّجا
ًج ا
ِ ستَّ ِة اَ َّيا „م َ ي ْو َم ِٕى „ذ ث ِ ب َج َها َل „ة ث˚ ˚ك ِ’ل َك ْر
ث˚ َّم ٰمِنيَة „ب ث˚ َّم َّم
ج
ن˚ ْن ِج ا ْل ˚م َ وا ْ ِْل ْن ِج ْي َ ز ْن َج ِب ْي ًَل فََا ْن َج ْي ٰن ˚ك
ْ ؤ ِم ِ ن ْي َ ن َل ْم
ِ م ْن َجانِ ِ ب َم ْ ن َ ج ۤا َ و َل ِٕى ْن َج ۤا َء ِ م ْن َج َلِب ْيب
ِب َء ِه َّن
َ و ِا ْن َجا ِ م ْ ن ˚ج فَ َص ْب ٌر َج ِم ْي َ و َم ْن َجا
َه ٰد َك ْوع„ َ ه َد ٌل
َ ع ْي ٌن َجا َ كثِ ْي ًرا قَ ْو ًما َج َّبا ِر ˚حًّبا َج ًّما
ِر َية َج َز ۤا ًء ْي َ ن
َ خ ْ ل „ق َ و ِل ˚ك „’ل ِ م ْن ُّم ْو َ ش ْ ي „ ء َ ج َد
َ ج ِد ْ ي „د َجَع ْلَنا „ص َج َن ًفا ًْل
د َا ْن َدا ًدا اَ ْن َد َع ْوت˚ ˚ك ِ ع ْن َد َبا ِر َ و َما ِم ْن
ِٕى ˚ك ْم ْم َد ۤا َّب „ة
˚س ْن ˚د ْن ِ ’ م ْن ِد ْيِن ْي ِ م ْن ِد َيا ِر ِه ْم
„س ˚دب˚ „ر
ِم
َ ع ْن ِد َرا قِ ْن َوا ٌن َدا نِ يٌَة َ و َم ْن ِ ق ْن َوا ٌن َدانِ َيٌة
َستِ ِه ْم َد َخَل ˚ه
˚ج ْن ٌد ُّم ْح َ د ًّكا َد ًّكا ˚ض ٌّر َد َّ و َكأْ ًسا ِد َهاًقا
َض ˚ر ْو َن َع ْوا
َب ْخ „س َد ِ م ْن َّم ۤا „ء ْ ع „ض َد َ و ِل ˚ك „’ل َد
َرا ِه َم َر ٰج „ت َب َدا ِف „ق َر ٰج ٌت
ذ َ ءاَ ْن َذ ْرتَ ا ْل ˚م ْن َذ ِر ْي َن ت˚ ْن ِذ َ واَ ْن ِذ ْر ِب ِه
˚ه ْم ْر ˚ه ْم
ِك ْن ِذ ِذ ْك ِ’م ْن َذ َك ِ م َّم ْن ˚ذ ِ’ ك َر
ْك ٰرى َّو ٰل „ر ِ’م „ر
ْن
4
فَ َم ْن َذا اَّل ِذ اَ ِٕى ْن ˚ذ ِ’ ك ْرت˚ ˚ذ ِ’ر َّي ِ م ْن ٰذ ِل َك
ْي ِت ,ه َو ِم ْم
ْن
ِ م ْ ن َذ َ ه َبا ِس ٌط ِذ َرا َع َ ع ْن ِذى ا ْل َق َ ع ِز ْي ٌز ˚ذو ا
„ب ْر َن ْي ِن ْي ِه ْنِتَقا „م
َ ف ا ِ ع ٌ ل ٰذ ِ ل َ باًبا َذا َع ِ بَع ْظ „م ˚ك ُّل َن ْف „س
َك َغ ًدا َذا „ب ٰ ذ ِ ل َك َذ ۤا ِٕىَقة˚
ز ا˚ ْن ِز َل َ ي ْن ِز ˚ع َت ْن ِز ْي ًَل ˚م ْن َز ًْل
4
ش ِ ا َذا َش ۤا َء ا َ ك ْي َ ف ن ˚ ْ ل ٰقىه˚ َم ْن ي˚ ْن ِش ˚ئ
ْن َش َر ˚ه ْن ِش ˚ز َها ˚ش ْو ًرا َّي
4
ِ م ْن َش ِف ِ م ْن ِش ْيَع ِت ,ه َ و َم ْن ِ م ْن َشا ِط
ْي ع „ َش َك َر ِئ
َ غف˚ ْو ٌر َش َ س ۤا ِٕى ٌغ َش َ ع َذا ٌب نَ ْف ٌس َش ْيـًٔا
˚ك ْو ٌر َ ش ِد ْ ي ٌد َراب˚ ˚ه
َ ق ِو ٌّي َش ِ ز ْل َزا ًْل َ ع ˚د ًّوا َ ع َذاًبا َش ِد ْي
ِد ْي ˚د َش ِد ْي ًدا َش ٰي ِط ْي َن ًدا
َ ع َذا „ب َ ش ْي „ء َش َ صَّبا „ر َش َ بأْ „س َش ِد ْي
َ ش ِد ْ ي „د ˚ك ْو „ر ِه ْي ٌد „د
ص َ ي ْن ˚ص ˚ر ا ْستَ ْن َص ˚ر ْو َ وا ْْلَ ْن َصا َ ر ’ ِب ا ْ ن
˚ب ˚ك ْم ˚ص ْرنِ ْي
َّ م ْن َص َّد اَ ْن َص ُّد ْو ˚ك ِ م ْن َص َ ع ْن ِص ْدق
ْو ِت َك ْم ِه ْم
اَ ْن َص ُّد ْو ˚ك ث˚ َّم ا ْن َص َرف˚ اَ ْن َصا ًرا َّ ونَ ِخ ْي ٌل ِص
ْوا ْم ْن َوا ٌن
َ ب َق َرةٌ َص َ ع َم ٌل َصا ِ ’ مائٌَة َ ص ًّفا َصًّفا
ْف َر ۤا ˚ء َصاِب َرة ِل ٌح
َن َف َقًة َص ِغ ْي َ ع َذاًبا َصع َ ع َم ًَل ِ م ْن َّم ۤا „ء
ًدا َرةً َصا ِل ًحا َ ص ِد ْ ي „د
ض ِ م ْن َ ع ْن ِب َم ْن َض َّل ِ م ْن َض ِر
˚ض ’ „ر َ ض ْي ِ ف ْي ع „
ِ ا ْن َضَل ْل َ ع ْن َ و َم ْ ن َ ض َل َم ْن َض ُّر ˚
˚ت ٰ
َض لَل ِت ِه ْم َّل ْٓه
َ م ِع ْي َشًة َ م َكا ًنا َضيِ’قًا ˚ذ ِ’ ريًَّة َ م ْس ِج ًدا ِض
َ ض ْن ًك ا ِض ٰعًفا َرا ًرا
ِ ل ˚ك „’ل ِض ق˚ َّو „ة َض ْع ًفا ˚ذ ِ’ ريًَّة ِض ق˚ َّو „ة َض
ٰعًفا ْع ٌ ف ْعًفا
ط ا ْل ˚م َق ْن َط َرةِ َ م ْن ِط َق ال بِ ِق ْن َطا „ر َ و َْل َي ْن َط ِل
َّط ْي ِر ˚ق
4
ِ م ْن ِط ْي ِ م ْن ِ م ْن َ ف ِا ْن ِط ْب
„ن َط ْل ِع َها َطيِ’ ٰب ِت َن
فِ ْد َيٌة َطَعا َل ْح ًما َط ِريًّا َ ب ْل َدةٌ ˚ذ ِ’ ر َّيًة َط
˚م َطيِ’َبة ِ’يَبة
َ ش َراًبا َط َل ْي ًَل َط ِو ْي ًَل َ ص ِع ْي ًدا َ مآ ًء َط ˚ه
˚ه ْو ًرا َط ِ’يًبا ْو ًرا
َ ك َش َج َرة„ َ س ٰ م ٰ و „ت َ ن ْخ „ل ِ ب ِر ْي „ح
َط ’ِي َب „ة ِطَبا ًق ا َط ْلع˚ َها َّو َطيِ’ َب „ة
ظ َّ ي ْن ˚ظ ˚ر َن ْن ˚ظ ْر َ ف ا ْن َ وا ْن ˚ظ ْر نَ ا
˚ظ ْر
تَ ْن ˚ظ ˚ر ْو َن َ فا ْن ˚ظ ِر فَا ْن ˚ظ ˚ر ْوا َ ما َي ْن ˚ظ
ْي ˚ر ْو َن
َ ف َي ْن ˚ظ ِ لنَ ْن َ سنَ ْن َ م ْن َظَل َم
˚ر ْوا ˚ظ َر ˚ظ ˚ر
ِ ’ م ْن َظ ْن ˚ظل˚ ٰم َ م ْن ِ م ْن ˚ظ ˚ه
ِه ْي „ر ِت ا ْلبَ ِ’ ر ِ’م ˚ظ ِل َم ْو ِر ِه ْم
َ و ٰ ل ِ ك ْن ِ ا ْن ِ ظ ًَّل َظ َ ن ْف „س َظل
َظ َّنٓا ِل ْي ًَل َ م ْت
َظَل ˚م ْْٓوا
ف ا َّل ِذ ْي َن ي˚ ْن ْ ن ف َ َي
اَ ْنف˚ َس ˚ه ْم َ فَا ْنف˚ ˚خ فِ ْي
ِفق˚ ْو َن ˚ك ْو ˚ن ِه
˚ك
فَ ِا ْن َف ۤا ˚ء ْو فَ َم ْن فَ َر َض ِ م ْن فَ ْض ْ ن ِ َفئ „ة َق ِل ْي
ِل ,ه َل „ة ِ’م
˚ع ْم ٌي فَ َ ز ْي ٌغ َف ِا ْخ َوةٌ فَ َِل˚ ِ’ م ِه ˚سنَ ٌن َف ِس ْي
˚ه ْم َيتَِّبع˚ ْو َن ˚ر ْوا
َ بع˚ ْو َضًة ˚ه ًدى ف َ م ۤا ً ء ف َا َا ْم ًرا فَ ِا َّن َما
َف َما َم ْ ن ْخ َر َج
َ ش ْي „ ء ف َ ِ بتَ ِح َّي „ة ِ ح „د َفا ْد َ ك ِل ٰم „ت َفتَا
˚ر ُّد ْوه˚ َف َح ُّي ْوا ˚ع َلَنا َّوا َب
4
ق فَا ْنَق َلب˚ ْوا َ ف ت َ ْن َ ق َي ْنق˚ ˚ض ْو َن َّ و َْل ي˚ ْن ِق ˚ذ
ِلب˚ ْوا ْو ِن
ِ ’م ْن َق ِ ’م ْن َق َوا ِر ِ ا ْن ٰقَتل˚ ِم ْن َق ْر َي
ْو ِل َها ْو ˚ك ْم َف ْي َر „ة
َ متَاٌع َق ِل ْي َل ِش ْر ِذ َمٌة قَ ِل ا˚ َّمٌة قَ ْد َخ َل ٰ ا ِث ٌم َق ْلب˚ ˚ه
ٌل ْت ْي ل ˚ ْ و َ ن
َ ب ْغتًَة َقال˚ ِ ’ ر ْزًقا ثَ َمًنا َق ِل ْي ًَل ِ ر ْزًقا َقا َل
ْوا َقال˚ ْوا
َّل َش ْي „ء َ ش ْي „ء َق ِد ِا ٰلى َب ْع „ض ِ ب ِ ش َ ه ا „ب
ق˚ب˚ ًَل ˚ك َقال˚ ْْٓوا ْي ٌر ق َ َب „ س
ك َ ف ا ْ ن ِ ك ˚ح اَ ْي ِد َي ˚ه ْم َع ْن َ و َْل َي ْح َ ف ِا ْن َك َّذب˚
ْوا ˚ز ْن َك ˚ك ْم ْ و َك
ِ م ْن ˚ك َ ف ِا ْن ˚ك َّن َ و َم ْن َ و ِا ْن َكانَ
ِ’ل ا˚ َّم „ة َ كا َ ن ْت
َ مَل ٌك َك َ ل َظل˚ ْو ٌم َكَّفا َّ م ْو ٌج َكال َ ع َش َرةٌ َكا
ِر ْي ٌم ُّظ َل ِل ٌر ِمَلة
َ ط ِي’ َبًة َك ِ ر َجا ًْل َكثِ ْي فِئًَة َكِث ْي َرةً ث˚ ب˚ ْو ًرا َك ِث ْي
َش َج َر „ة ًرا ًرا
َ م ْوج„ َكا ْل َ ق ْ و „م ٰ ك َ خِب ْيثَ „ة َك َ ز ْو „ج َك
ِجَبا ِل ِف ِر ْي َن َش َج َر „ة ِر ْي „م
5
Huruf-huruf idgham bighunnah ada empat yaitu : – و – م – ن maka
ي
apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf yang empat
tersebut maka wajib dileburkan (idgham) dan cara membacanya dengan
didengungkan dengan ukuran dengung selama dua harakat atau dua ketukan.
Idgham bighunnah juga dinamai idgham naqishon dikarenakan hilangnya
huruf dan tinggal sifatnya saja.
Hal unik dari idgam bighunnah ini yaitu apabila huruf ( )و – يtersebut
bertemu dengan nun sukun atau tanwin dalam satu kata maka dibaca dengan
jelas dan disebut juga dengan idzhar mutlaq. Hanya ada empat dalam
Al- Qur’an yaitu:
1) ْن ن
2) َوا ن
ْن َوا
ِق
ص
)3 ٱلّدُ ْن َيا
)4 ب˚ ْن َي َٰـن
ي َ م ْن َّيق˚ ْو ˚ل اَ ْن يَّ ْض ِر اَ ْن ُّي ْو َص َ م ْن ُّي ْف ِس
َب َل ˚د
َ و َم ْن َّي َ ل ْن َّي ˚ض َ و َم ْن َّي ِا ْن َّي ْم َس ْس
ْف َع ْل ُّروا ْغ ِف ˚ر ˚ك ْم
5
اَ ْن َّي ْ َ
كب ˚ر َ واِ ْن َّي ْخ ِ ا ْن َّي ْن َ و َم ْن َّي ْكف˚
ْوا ˚ذ ْل ˚ك ْم ˚ص ْر ˚ك ˚م ْر
5
َ و َم ْن َّي ْن َق ِل ˚ز ˚ق َ و ˚ه َو قَ ۤا ِٕى ٌم َ كافِ َرةٌ َّي َر
َم ْ ن ْب ُّي َص ِ’ل ْي ْونَ ˚ه ْم
َ ش ۤا
˚ءَ ي
ْر َّي
˚مَنا ِدًيا ُّي نَ ا ِد ُّنَعا ًسا َّي ْغ ٰشى ِ ل َ ق ْ و „م ي ِ ل’َق ْو „م َّي ْع
ْي ْوِقن˚ ْو َن قِ ل˚ ْو َن
ن َل ْن ُّن ْؤ ِم َن ِ ’ م ْن َّن ِخ ْي ِ ’ م ْن نّٰ ِص ِ ’ م ْن َّن ِب
„ل ِر ْي َن ’ي„
ِ ’ م ْن َّن ْف َ م ْن َّن َش َل ْن َّن ْد ˚خل ِا ْن َّن َشأ
ۤا ˚ء „س َهٓا
ْ ن نُّ َع َ و ِا ْن َّن ˚ظ ُّن ِ م ْن ُّن ْط ِ م ْن َّن ِص ْي
ِ’م ْره˚ َو َك َف „ة „ر
َم
ِم ْن ََّنب ِا ِ’م ْن نَّ ِذ ْي َبا ِخ ٌع َّن ْف َس َ با ِخ ٌع َّن ْف
„ر َك َس َك
˚م َغيِ’ ًرا ِن’ َ خ ِض ًرا ُّن َ خ ْل „ق ُّن ِ ب ˚ظ ْل „م ن
ْع َمًة ْخ ِر ˚ج ِع ْي ˚د ˚ه ِذ ْقه˚
م َ وبِ َم ْن َّمَع ِ ’ م ْن ِ’ مث ِ ’ م ْن ِ’ مث َ ع ْن َّم َوا
ِل ,ه َك ِله ِ ض ِع ,ه
فَ ِر ْي ٌق ِ’ م ْن َن ِص ْي ٌب ِ’ م َ ع َذا ٌب ُّم قَ ْر ٌح ِ’ م ْثل˚
˚ه ْم َّما ِه ْي ٌن ˚ه
تَ َر َك
اَ َمَنًة ُّنَعا ًسا َ ن ِص ْيًبا َّم ْف َ ه ِن ۤ ْيـًٔا َّم ِر قَ ْو ًْل َّم ْع ˚ر
˚ر ْو ًضا ْوفًا
ۤ ْيـًٔا
ِ ك ٰتًبا ُّم َؤ ۤ َطا ِٕى َفًة ِ’ م ْن َ ن ْف „س َّما َل ِف ْي َش
َّج ًَل ˚ك ْم َ ك َ س َ ب ْت ’„ك ِ’ م ْنه˚
َ خ ْي „ر ُّم قَ ْو „م ُّم ْؤ ِم ِن ِب َر ْح َم „ة ِ ب َك ِل َم „ة
ْح َض ًرا ْي َ ن ِ’ م ْنه˚ ِ’ م َن ّّٰلال
و َ و ِا ْن َّو ْ ن َّو َْل َي َّو َر ۤا ِٕى ِ م ْن َّو ِل
َج ْد نَ آ ْ ِت ِه ْم ِ’م ˚ك ْم ِم ْن ’ي„
5
ِ م ْن َّوا „ل ِ م ْن َّو َر ِق ِ م ْن َّوا ِ م ْن ِ’ و َع ۤا
ا ْل َجنَّ ِة „ق ِء اَ ِخ ْي ِه
5
ُّ م َط َّه َرةٌ َّو َن ِذ ْي ٌر َّوبَ ِش ْي َ وَل ٌد َّو َو َ˚س ۤ ْو ٌء َّوات
˚ه ْم ِرثَ ˚ ْٓه ٌر َبع˚ ْوا
ِا ْس َرا ًفا َّو ِب َدا ٰ ي ًما َّوا ْر َّ و َح ˚ص ْو َِ كثِ ْي ًرا َّون
ًرا َّو نَ ِب ًّيا ˚زق˚ ْو ˚ه ْم ق ًرا َ س ۤا ً ء
َ و ِل ˚ك ’„ل ِ ب َب ْع „ض َّونَ َّ و „ة َّوا ْس َّ م ْغ ِف َرةٌ َّوا
ِ’ و ْج َهٌة ˚َمع˚ ْوا ِبق ْكف˚ ˚ر ْج ٌر
b. Idgham bilaghunnah
Huruf-huruf idgham bilaghunnah hanya ada dua yaitu ( ل- )رapabila
kedua huruf tersebut didahului oleh nun sukun atau tanwin maka wajib
diidghamkan tanpa ghunnah atau memasukan huruf nun sukun atau tanwin
kepada huruf setelahnya tanpa mendengung. Idgham bilaghunnah juga
disebut idgham kaamilan (sempurna) karena hilangnya huruf dan sifat dari
kedua huruf tersebut dan sebab idghamnya adalah karena dekatnya makhraj
dan sama dalam jenis dan sifatnya.
5
ب ِم ْ ²ن َب ْع ِد اَ ْ ²ن ِبـُٔ ْو َا ْ ²ن ِْبئ ˚ه ْم َل ِٕى ْ ²ن َب َس ْط
ِن ْ ي َّت
َّ و َا ْ ²ن َبَت َها َ ك َم ْ ²ن َب ۤا َء ِ م ْن َا ْ ²ن َب ۤا ِء ˚ح َّجٌة َ ²ب ْع َد
ا ْل َغ ْي ِب
˚ص ٌّم ²ب˚ ْك ٌم َ ر ˚ء ْو ٌ ²ف ِبا َب ِص ْي ٌ ²ر ِبا ْل ˚ج َد ٌد ²بِ ْي
ْل ِع َبا ِد ِعَبا ِد ٌض
قَ ۤا ِٕى ًم ²ا ِبا ْل ِق ْس بَ ْغ ًي ²ا َب ْينَ ˚ه ْم ˚ذ ِ’ ريًَّة َ ²ب ْع ˚م َص ِ’ دقً ²ا ِب
ِط ˚ض َها َك ِل َم „ة
اَ َم ًد ²ا َب ِع ْي ًدا َ س َو ۤا „ ²ء َب ْي ِبثَ َم „ ²ن بَ ْخ َ كا ِف „ ²ر ِب ,ه
نَ َنا „س
5
Contoh:
م َ ف ˚ه ْم ُّم ْق َم َيأْ ِتَينَّ ˚ك ْم ِ’ منِ’ ْي ق˚ل˚ ْوبِ ِه ْم َّم ِ ا َّن ˚ك ْم ُّمتَّ
َر ٌض ˚ح ْ و َ ن َبع˚ ْو َن
َقا َل َل ˚ه ْم ُّم َ و ˚ه ْم ُّم ْع ِر َ ل ˚ه ْم َّم َش اَ ْنت˚ ْم ُّم ْلق˚ ْو
ْوا فِ ْي ِه ˚ض ْو َن ْو ٰ ْٓسى َن
5
˚˚ك ْنت˚ ْم ُّم ْؤ ِم َ ل ˚ك ْم ِ’ م َن ال اَ َّن ˚ه ْم ُّم ٰلق َاَ ْنت˚ ْم ُّم ْجت
ْوا ِ ’ط ْي ِن ِ ن ْي َ ن ِمع˚ ْو َن
فَا ْر ˚زق˚ ْو ˚ه ٰ انَ ْست˚ ْم ِ’ م ْن اَ ْكثَ ˚ر ˚ه ْم ُّم َ ل ˚ك ْم ِ’ م َن
ال ِ’ن َس ۤا ِء ْ ؤ ِم ِ ن ْي َ ن ˚ه ْم ْم
˚ِ ’ م ْنه
َّ ي ْظ ِل ْم ِ’ م ْن ˚ك ْنت˚ ْم ُّم ْؤ ِم َ يأْتِ ْي ِه ْم ِ’ م ْن ِ م ْن ˚ه ْم ِ’ م
ْيَثاًقا ِذ ْك „ر ِ ن ْي َ ن ˚ك ْم
2. Ikhfa Syafawi
Apabila mim sukun bertemu dengan huruf ()ب, harus dibaca
ikhfa, yakni menyamarkan mim sukun karena dengungan (gunnah).
Syafawi artinya bibir. Dinamakan syafawi karena makhraj mim dari
syafah/bibir, ketika bertemu dengan huruf ba. Mim sukun dilafalkan
samar menjadi gunnah dan ditahan antara 2 sampai 3 harakat. Cara
membacanya samar- samar, artinya pada saat membaca mim sukun
disamarkan dan terdengar seperti didengungkan (gunnah).
6
Contoh:
6
ِ م ْثَل ˚ه ْم ۗبَ ٰلى اَ ْر ˚جل˚ ˚ه ْم َ و َ ْْٓل اَ ْد ٰرى َ ربُّ ˚ه ْم ِب ِا ْي
ِب َما َماِن ِه ْم ه, ˚ك ْم ِب
َ فن˚ َن ِب’ئ˚ ˚ك ْم َ ج ۤا َء ˚ك ْم ب َ و ˚ه ْم َب َد َ عَل ْي ˚ك ْم ِب
ِش ْي ٌر ِب َما َ و ِ ك ْي „ ل ˚ء ْو ˚ك ْم
فَبَ ِ’ ش ْر ˚ه ْم ِب َ ر ُّب ˚ه ْم ِب َ وت˚ َز ِ’ ك ْي ت˚ نَ ِ’بئ˚ ˚ه ْم
َر ْح َم „ة َع َذا „ب ِب َما ِه ْم ِب َها
3. Izhar Syafawi
Jika mim sukun ) ( bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah selain
م
huruf mim ( ) مdan ba ) ) ب. Cara pengucapannya tidak boleh
dengung dan huruf mim sukun harus dibaca jelas dan baik.
Perhatian: Apabila huruf mim sukun ( ) مbertemu dengan huruf wau
( ) وdan ( ) فmaka harus berhati-hati ketika membacanya, yakni dengan
lebih cepat serta lebih jelas tanpa gunnah. Sedikit pun mim sukun
tidak
6
boleh terpengaruh makhraj fa’ walaupun makhrajnya berdekatan atau
sama.
Contoh :
6
12 ش ˚ه ْم َش ُّرا ْل َب ِر َّي25 ه
اَ ْم ِه ْل ˚ه ْم ˚ر
ِة َو ْيدًا
13 ِ ا ْن ˚ك ْنت˚ ْم26
ص ي لَ َع َّل ˚ه ْم َيتَ َذ َّك
َص ا ِدقِ ْي َن ˚ر ْو َن
C. Tes Formatif
Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini serta tuliskan masing-
masing 5 contoh!
a. Ikhfa Syafawi
b. Idhgham Mitslain
c. Idzhar Syafawi
6
QALQALAH
A. Defenisi Qalqalah
Secara etimologis, qalqalah memiliki arti goyangan atau gerakan.
Adapun secara terminologis, qalqalah berarti pantulan suara secara tiba-
tiba dari
6
huruf-huruf tertenu sehingga terdengar di telinga suara memantul atau
membalik. Dalam ilmu Tajwid, terdapat lima huruf yang termasuk dalam
qalqalah, yaitu qaf ()ق, tha’ ()ط, ba’ ()ب, jim ()ج, dan dal ( )دyang biasa
dikumpulkan dalam lafazh „ قَ ط. Ketika membaca kelima huruf qalqalah
بد
˚ج
tersebut, harus terdengar suara pantulan pada setiap hurufnya, terutama
ketika dalam posisi waqaf.
5
Jika dilihat dengan seksama, hukum bacaan qalqalah shugra terjadi
pada dua kondisi, yaitu apabila huruf qalqalah bersukun ashli, dan
bersukun ditengah kalimat.
Cara pelafalan qalqalah jenis ini ialah dengan menekan kuat makhraj
huruf dari huruf qalqalah tersebut sehingga menghasilkan suara
memantul dengan pantulan yang kuat dan jelas. Untuk huruf Qaf dan tha’
pantulannya mendekati suara “o” karena kedua huruf ini memiliki sifat
isti’la, sedangkan selain dua huruf tersebut akan terdengar mendekati
suara “e”. Bahkan, suara ini pun cenderung berubah-ubah tergantung
pada harakat dari huruf sebelum dan sesudahnya.
ا ْقن˚ِت ْي ا ْل َم ْقب˚ ْو ˚خ ِل ْقَنا ِ ل َم ْ ن َّ واَ ْق َر ق
ِ ح ْي َ ن َخَل ْق َت َب
ت˚ ْر ِه ْق ِن َ و َْل تَ ْق تَ ْق ِد ْي ٌر َ ْ ُّ م
قت ِد َ م ْقل˚ ْو
ْي َرب˚وا ًرا ٌب
َن ْق ًبا ِ ل َو ْقَعت اَ َخ َر ْقتَ َ و َْل تَ ْق َ وا َْْل ْق
َ ها ˚ف َ ها َدا ِم
قِ ْط ًرا تَ ْطل˚ ˚ع اَ َح ْطَنا ِ ُا ْستَ ْطَع َ م ْط ِل ط
َع َما
َ وي˚ ْط ِع اَ ْن َّر َب اَن˚ ْط ِع ˚م ِ م ْن ُّن َ و ْطـًٔا
طفَ „ة ْ ْطَنا
˚م ْو َن
َ ل ْم َي ْط ˚م ْط َم ِٕىنِ’ فََا ْس ِق ْط تَ ْب ˚س ْط َ واَ ْط
ْي َ ن ِم ْث ˚ه َّن ٰغى َ ها
اَ ْب َر ˚ح َّ وا ْجن˚ ْب ِ ا ْب ِل ْي ي˚عَ ِ’ ذ ْب ˚ َ ف ِا ْ ن ت ب
َس ِن ْ ي ˚ك ْم ْبت˚ ْم
5
ه, ِبَع ْب ِد ˚خ ْب ًرا َ ْل َي ْبغ˚ ْو َ وا ْبَع ْث اَ ْبل˚ َغ
َن
ا ل َ ح ْب َ ح ْب ٌ ل ˚خ ْب ˚ز ق َ ْب َ ل َا ْب َكا ًرا
˚س
َ ز ْج َرة َ ي ْج ا ْل َف ْج تَ ْج ِر َ و ْج َه ˚ه ج
b. Qalqalah Wustha
Dalam bahasa Arab, kata Wustha berarti tengah. Jika dikorelasikan
dengan ilmu Tajwid, qalqalah ini kadar pantulannya adalah pertengahan
antara sughra dan kubra. Apabila salah satu huruf qolqolah berada di
akhir kata dan diwaqofkan (bukan sukun asli dan tidak bertasydid), maka
cara pengucapannya ditahan sejenak kemudian dipantulkan.
5
ِ م ْ ن َع َّ م ْس ˚ك َ والتَّ َر ۤا الثَّاقِ ˚ب ف ِ ْ ي ت َ ْ ك ِذ ْ ي ب
َذا „ب ْ و „ب ِٕى ِب „ب
ا ْلب˚ ˚ر َ َ ا ْل ˚خ ˚ر ْو َ ب ِه ْي ِ في ˚ز ج
ِمعا ِرج
ج
ِ ْو ٌج ٌج „َجاج
ا ْل َم ْو ˚ع َّ و َم ْش ا ْل َوق˚ ْو ا ْْل˚ ْخ ˚د َ ش ِه ْي د
ْ و ِد ˚ه ْو „د ْ و ِد ِد ٌد
c. Qalqalah Kubra
Dalam bahasa Arab, kubra bermakna besar. jika dilihat dari
konteks ilmu Tajwid, qalqalah kubra berarti qalqalah besar, artinya
qalqalah yang pantulan hurufnya terdengar dengan sangat jelas, karena
diwaqafkan. Qalqalah kubra ini terjadi pada huruf-huruf qalqalah yang
berharakatkan sukun yang tidak asli tetapi berada dalam posisi waqaf.
Cara membacanya qalqalah jenis ini adalah harus benar-benar
dipantulkan suara huruf- hurufnya agar terdengar dengan jelas. Qalqalah
kubra terjadi apabila huruf qalqalah berharakatkan sukun ‘aridhi karena
diwaqafkan. Dengan kata lain, huruf tersebut asalnya berharakat tetapi
menjadi sukun karena dibaca waqaf. Kemudian qalqalah kubra juga dapat
terjadi jika huruf qalqalah tersebut bersukun di akhir kalimat. Adapun
contoh qalqalah kubra dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
5
ب ق ج د
C. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini
b) Qalqalah
c) Qalqalah Shughra
d) Qalqaah Wustha
e) Qalqalah Kubra
2. Tuliskan 5 contoh dari Qalqlah Shughra, Qalqalah Wustha, dan
Qalqalah Kubra!
54
Secara etimologis, tafkhim merupakan masdar dari fakhkhama (َ )م فَخyang
bermakna menebalkan. Sedangkan tafkhim secara terminologis adalah
membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tebal. Dari definisi
stersebut dapat disimpulkan, bahwa bacaan-bacaan tafkhim itu menebalkan
huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf tertentu di bibir (mulut) dengan
menjorokkan ke depan, bacaan tafkhim dapat disebut juga sebagai isim maf’ul
mufakhkhamah.
Adapun tarqiq secara etimologis merupakan bentuk masdar dari raqqaqa ( ) َرق
ق
yang memiliki makna menipiskan. Sedangkan secara terminologis, yang dimaksud
dengan tarqiq adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan
tipis. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa tarqiq menghendaki
adanya bacaan yang tipis dengan cara mengucapkan hurur di bibir (mulut) agak
mundur sedikit dan tampak agak meringis. Dalam ilmu Tawid, ada tiga hal yang
termasuk dalam kajian tafkhim dan ditarqiq, yaitu :
1. Huruf-huruf isti’la
Huruf isti'la (lawan kata dari isti’fal) merupakan huruf yang dibaca
tebal, hal ini dikarena sebagian besar huruf-huruf tersebut ketika
diucapkan harus mengangkat pangkal lidah ke langit langit. Adapun
huruf-huruf tersebut adalah:
خ–ص–ض–غ–ط–ق–ظ
Semua huruf isti’la harus dibaca tafkhim, dengan dua tingkatan.
Pertama, tingkatan tafkhim yang kuat, yakni ketika sedang berharakat
fathah atau dhammah, dan ketika sukun jika sebelumnya berharakat fathah
atau dhammah. Contoh :
خ ْي ˚ر – َّ م ِ ي ˚ ظلَ ˚مون
– ًة – ب
ض غ
ْق
Yang kedua adalah tingkatan tafkhim yang lebih ringan, yakni ketika
berharakat kasrah atau ketika sukun dengan huruf sebelumnya berharakat
55
kasrah. Contoh :
طين – سخ ِر ًيا
56
Sebaliknya, seluruh huruf isti’fal harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam
pada lafaz jalalah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati atau
tanwin bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila bertemu dengan
huruf ghain dan kha’. Contoh:
ْ نص ˚ر ْ م ضو ْد – َ ي ظ ˚ر
َي ْنط ْن م ْن
ق –
– ك
ط ج ص ْف ِر َ ي َْنق ِل ب – ل
ل – َمالَة
ً ََْيل ِوي
˚
2. Huruf Ra’
Terdapat tiga macam hukum dalam membaca huruf ra’.
a. Ra’ Muraqqaqah (tipis, bergetar) ada empat macam:
1) Ketikara’ berharakat kasrah, seperti :
رض َوا ن – ا ْل ِب ˚ر
2) Apabila huruf sebelum ra’ sukun sebelumnya huruf
berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’la ( خ- ص
ظ – ط – ض- )– قseperti :
ع ْون
– أَ ْن ِز ْر
ْر ه ْم
3) Ra’ sukun karena berhenti (waqaf), sebelumnya terdapat ya’
sukun. Seperti:
من خ ْي ِر
4) Ra’ sukun karena berhenti (waqaf), sebelumnya bukan huruf
isti’la yang didahului oleh huruf yang berharakat kasrah.
ِد ِه رج
˚ر ْ و َم ت˚ س َرا ِئ ˚ر ِ
ْبلَى ال َقا- ع
b. Ra’ Mufakhkhamah
57
علَى ˚َّنه
Tanda ra’ mufakhkhamah (tebal tanpa getar) ada lima macam:
1) Ra’ berharakat fathah atau dhammah. Seperti:
رسل
– رس ْول
58
2) Ra’ sukun atau dibaca sukun karena sukun berhenti
(waqaf), sebelumnya terdapat huruf yang berharakat
fathah atau dhammah. Seperti:
ا˚ ْر سل – اَ ْرسل
3) Ra’ sukun sebelumnya berharakat kasrah tidak asli dari
asal perkataan, seperti: atau tanda kasrah asli terletak pada
huruf sebelum alif, seperti:
اَ ِم ْرتَاب˚ ْوا
4) Ra’ sukun karena berhenti (waqaf) sebelumnya ada huruf
sukun sesudah huruf yang berharakat fathah atau
dhammah. Seperti:
ص ِر ْ خس ِ فى
ِر – ل
وا
5) Ra’ sukun dan sebelumnya terdapat huruf berharakat kasrah,
tetapi setelah ra’ sukun terdapat huruf isti’la, seperti:
ْ رَقة˚ – ْ صاد˚ طاس
ر – ْر
م
c. Ra’ wajhain
Adapun tanda ra’ wajhain (boleh dibaca tebal tau tipis), yaitu
apabila ra’ sukun sebelumnya terdapat huruf berharakat dan
setelahnya terdapat salah satu huruf isti’la yang berharakat kasrah,
seperti: ْ رق
3. Lafaz Jalalah
Yang dimaksud dengan lafazh Jalalah adalah kalimat آهلل. Arti jalalah
adalah kebesaran atau keagungan. Lafaz ini banyak tercantum dalam al-
Qur’an. Cara membacanya ada dua macam, yakni tafkhim dan tarqiq. Lafaz
59
Jalalah dibaca tafkhim apabila keadaannya sebagai berikut:
a. Berada di awal susunan kalimat atau disebut mubtada’ (istilah tata
bahasa Arab )
60
الّ ه َو آ ْلَق ُّيو ˚م
َ آلل ْ ل ِإ
˚
b. Apabila lafaz Jalalah berada setelah huruf berharakat fathah.
˚ق˚ل ه َو آهلل˚ أَحد
c. Apabila lafaz Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah
مح َّمد˚ رسول آ ِهلل
Dan dibaca tarqiq apabila sebelumnya huruf berharakat kasrah.
ت وآهلل˚ ب ما ت خ ِبي ˚ر
َ ِ ن ا ْ ْ وآلَّ ن أ˚ ْوت˚ وا َ ر ْ رف آهلل˚ آل
ْع َمل˚ون َمن˚ ن م ِذي آ ْل ِعل َم جا ِذ ْي
ْو ا
م ك
B. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini
a. Tafkhim
b. Taqriq
c. Isti’la
d. Isti’fal
e. Lafaz Jalalah
2. Tuliskan 5 contoh dari Huruf Isti’la yang dibaca tafkhim!
3. Tuliskan masing-maing 3 contoh dari Ra’ Muraqqaqah; Ra’
Mufakhkhamah; dan Ra’ Wajhain!
4. Tuliskan masing-masing 3 contoh dari Lafaz Jalalah yang dibaca
tafkhim, dan Tarqiq!
61
GHUNNAH MUSYADDADAH
A. Pengertian Ghunnah Musyaddadah
62
Dalam ilmu tajwid, hukum “nun” dan “mim” yang bertasydid dikenal
dengan istilah ghunnah musyaddadah. Maksud dari istilah musyaddadah atau
syiddah adalah suatu huruf yang bertasydid atau memakai tasydid. Tasydid
sendiri merupakan sebuah tanda kepala huruf sin (¹ّ – ) سdi atas sebuah huruf.
Hal ini menunjukkan bahwa huruf yang bertasydid itu diketahui adalah huruf
rangkap yaitu satu huruf yang sukun dan satu huruf yang berharakat.
ِ ا َّن
ِا ْن َن
َ ع َّم
َ ع ْم َم
Dalam ilmu tajwid, jika terdapat “nun” bertasydid dan “mim” bertasydid,
maka hukum bacaannya disebut Ghunnah. Adapun cara membacanya adalah
dengan mendengungkan huruf tersebut sekitar dua sampai tiga harakat.
Contoh :
Harus dibaca ‘amma (dengan mendengung), tidak boleh
َ ع َّمdibaca ‘ama.
63
Harus dibaca inna (dengan mendengung), tidak boleh dibaca
ِانَّا ina.
64
Tingkatan bobot dengung (ghunnah) terbagi menjadi lima tingkatan:
b. Bobot ghunnah secara penuh pada saat “mim” dan “nun”
bertasydid.
c. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan pada “mim” dan “nun”
dibaca idgham.
d. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan lagi saat “mim” dan “nun”
dibaca ikhfa’.
e. Bobot ghunnah bertambah lebih ringan lagi saat “mim” dan “nun”
dibaca izhar.
f. Bobot ghunnah paling ringan saat “mim” dan “nun”
berbaris/berharakat.
Dari klasifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan
bobot ghunnah dalam tingkatannya, terdengar pada saat bertasydid
(musyaddadah), diidghamkan (mudghamah), dan diikhfa’kan (mukhfah).
Sedangkan pada saat dibaca izhar (muzharah) dan saat berharakat
(mutaharikah), ukuran ghunnanhnya sangat minim (ats-tsabitu ashluhu
faqath).
65
(daging tempat tumbuhnya gigi seri atas) dan bersamaan dengan
66
didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga
harakat.
Contoh:
َ لت َ ْ ر latarkabunna 86:19
َكب˚ َّن
ِب َر ِب’ال َّنا ِس birabbinnaasi 114:1
67
ِا َّن ا ْْلَ ْم َر ِ ا ٰلى َج َهنَّ َم َي ˚ظ ُّن ْو ِ م َن ال ِن’
َن َ س ۤا ِ ء
’م َ فَل َّما َج ۤا ِ ا ٰ ْٓلى ا˚ م َ فَا َّما اَّل ِذ ْي ا˚ ُّم ا ْل ِك ٰت
ِ’
َءتْ ˚ه ْم َن ِب
˚م ْو ٰ ْٓسى
َ ل َّما ِخ ْفت˚ ِ ا ٰلْٓى ا˚ ِ’ م ,ه ِ فى ا ْل َي ِ َ وَل َّما َب َل
˚ك ْم ’م َغ
َ ع َّما َي َ و َل َّما َو ِ َل˚ ِ’ م ِه الثُّل˚ ِ ف ْْٓي ا˚ ِ’ م
ِصف˚ ْو َن ˚ث ف َر َد َ ها
ِ ا َّما ت˚ ِرَينِ’ َ ع ِ’ م َك َ ع ّٰم ِت َك َ ح َمَل ْته˚ ا˚
ْي ُّم ˚ه
مة َّوا ِح ً
َدة ا˚ َّ ً ˚ع ْصبٌَة ِ’ م ْن َ ع َّما َو َج َا ْن ُّي ِت َّم
ْدَنا ˚ك ْم
68
IDGHAM
A. Defenisi Idgham
Idgham ( )ادغامsecara bahasa memiliki makna memasukkan atau melebur
huruf. Adapun secara istilah, idgham berarti pengucapan dua huruf
seperti dua huruf yang ditasydidkan.
.االدغام هو عبارة عن خلط الحرفين و ادخال احدهما في االخر
Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa Idgham adalah
berpadu atau bercampurnya antara dua huruf dan memasukkan satu huruf ke
dalam huruf yang lain. Oleh karena itu, bacaan idgham harus dilafazkan
dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya.
B. Pembagian Idgham
Dalam ilmu tajwid, Idgham dibagi menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan
makhroj dan sifat huruf, serta berdasarkan hukum nun sukun dan tanwin.
Adapun dalam bab ini hanya membahas tetang idgham makhroj dan sifat
huruf. Karena pembagian idhgam berdasarkan hukum nun sukun dan tanwin
telah dibahas pada bab sebelumnya.
)Mutamatsilain Idgham a ()اذغام متماثلين
Yang dimaksud Idgham Mutamatsilain adalah meleburkan dua huruf
yang sama. Dalam ilmu Tajwid meng-idghamkan atau meleburkan
kedua huruf tersebut hukumnya adalah wajib.
اذغام متماثلين
ل ْل
د ْد
ب ْب
69
ت ْت
ف ْف
ذ ْذ
Contoh :
70
اذغام متقاربين
ك ْق
ر ْل
Contoh :
َْ م ك˚ ْق ˚خل ْم أَلhuruf ( )قdileburkan kepada huruf ( )كsehingga
dibaca
langsung ke kaf ()ك, tanpa meng-qolqolah-kan qof ()ق.
ت د
د ت
ت ط
ط ت
71
ذ ث
م ب
Contoh :
72
Pengecualian :
Apabila awal huruf yang pertama itu waw ( )وmad dan huruf
yang kedua wau( )وyang berharkat, contoh:
٠٠( َ علَّ ˚ك حون ˚ن آ ˚روا و ِ ب َ ر ط واتَّق َ يا أَ ي ها
)٢ ْم ت˚ ْف ِل الَّ ِذي َمن˚وا ا ص ِب ˚روا ا وا وا
ّل َال ل صا ِب
و
ataupun ya’ ( )يmad dan huruf yang kedua ya’ ( )يberharkat, contoh :
) ( س٥ ˚دو ر
ِ اَّل ِذي ي˚ َو سوس
الَّنا ص ي
Maka kedua kasus tersebut tidak dikatakan idgham atau tidak ada
peleburan huruf di dalamnya.
C. Tes Formatif
Silahkan praktikkan hukum bacaan Idgham pada ayat-ayat di bawah ini
73
MADD
A. Defenisi Madd
Secara etimologis, madd berarti tambahan. Sedangkan secara terminologis,
madd adalah memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf
madd ashli sesuai aturan-aturan tajwid yang berlaku. Huruf Madd yang
dimaksud di sini adalah alif ()ا, wawu ()و, ya’ ()ي. Ketiga huruf tersebut
merupakan huruf-huruf dasar dalam hukum madd.
B. Macam-Macam Madd
Secara umum hukum bacaan Madd terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Madd Ashli (ِ َ لى
)ا ْل َم د األ
ص
Madd Ashli dikenal pula dengan istilah Madd Thabi’i (
ي ِ ا ْل َمدُّ ال,)
ع
ط
ِب
disebut demikian karena madd ini merupakan embrio dari
perpanjangannya bunyi yang dilambangkan dengan huruf-huruf madd,
yaitu alif ()ا, waw ()و, ya’ ()ي. Adapun kaidah umum madd Ashli adalah
sebagai berikut :
b. Jika suatu huruf yang bertanda fathah bertemu atau diikuti oleh
huruf alif sukun, serta tidak diikuti oleh huruf mati atau huruf
bertanda tasydid lain, maka huruf tersebut dibaca panjang 2
75
Madd Far’i (cabang) merupakan kelanjutan dari Madd Thabi’i. menurut
para ahli, Madd Far’i terbagi menjadi 13 macam.
a) Madd Badal
Madd badal yaitu setiap hamzah yang dipanjangkan dua harakat
sebagai pengganti hamzah yang terhilangkan.
:Contoh َاَأ َد َم آ َد َم
b) Madd
Iwadh
Madd iwadh yaitu madd yang terjadi ketika berwaqaf pada huruf yang
berakhiran fathatain (dua fathah).
:Contoh علً ْيمًا ح ِك ْيمًا
c) Madd Tamkin
Yaitu madd yang terdapat pada huruf ya bertasyid bertemu dengan
ya mati.
:Contoh ْ م
وإذَا
˚ح ِ’ يت
d) Madd Wajib Muttasil
Yang dimaksud madd wajib muttasil adalah huruf madd thabi’i ()يوا
bertemu atau diikuti oleh hamzah ءdalam satu kata. Kadar
panjangnya adalah dua setengah alif atau lima harakat. Biasanya
huruf madd di situ dilengkapi dengan tanda baris seperti alis (~).
76
b) Dua alif (empat harakat) ketika membaca sedang; dan c) Dua
setengah alif (lima harakat) ketika membaca tartil. Contoh : ْنل اه َز ْن أَ ِإنَّآ
77
f) Madd Shilah Thawilah
Madd shilah thawilah yaitu ha dhomir yang bertemu dengan hamzah
yang dibaca panjang empat atau lima harakat ketika washal, dan
berubah menjadi mati ketika waqaf.
79
Contoh:
ق ،ص ٓ عسق طس،ص َٰ ه،ا ٓل ٓم
،ن ، م، ٓم، ،َٰيس ٓيع ك
ح
j) Madd Lazim Mukhaffaf Harfi
Madd lazim mukhaffaf harfi (lazim juga disebut madd lazim mutsabba’
harfi) adalah pemanjangan bunyi huruf yang dilakukan terhadap
huruf- huruf yang terdapat pada permulaan ayat (madd lazim mutsaqqal
harfi), tetapi panjangnya hanya satu alif atau dua harakat. Yang termasuk
madd lazim mukhaffaf harfi ini adalah huruf-huruf ح، ي، ط،ر هـ،.
Huruf-huruf tersebut biasanya diberi tanda baris berdiri di atasnya.
81
2) 2 alif (4 harakat) ketika membaca sedang
3) 3 alif (6 harakat) ketika membaca tartil
Contoh: ٍ
ْ ’ ْ وءا َمن
ف
مم و
ن
خ ه
n) Madd Farq
Madd farq adalah madd badal yang diikuti oleh huruf bertanda
tasydid. Kadar madd-nya 3 alif dan panjang bunyinya 6 harakat.
Disebut madd farq, karena dengan madd tersebut dapat dibedakan antara
kalimat tanya (istifham) dengan kalimat berita. Farq atau farqu artinya
‘beda’.
Contoh: ْ ِ ˚را ˚ ّٰ لآل
ن َّماي˚ ر و
خ ْي
شك
C. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang anda ketahui tentang Madd? Jelaskan urgensi
mempelajari hukum Madd dalam ilmu Tajwid!
2. Apa yang dimaksud dengan Madd Ashli? Tuliskan 3 contoh dari
Madd ini!
3. Apa yang dimaksud dengan Madd Far’i? Tuliskan macam-macam
Madd Far’i disertai denga contohnya!
82
IBTIDA’, WASHAL DAN WAQAF
A. Defenisi Ibtida’, Washal dan Waqaf.
83
Secara etimologis, mempunyai akar kata dari bada’a yang berarti memulai.
Sedangkan menurut secara terminologis, para ulama Qurra’ mendefinisakan
Ibtida’ dengan memulai membaca atau melafalkan al-Qur’an, baik dari awal
maupun meneruskan bacaan yang semula dihentikan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ibtida’ mempunyai dua
jenis. Pertama, memulai membaca al-Qur’an untuk pertama kalinya.
Misalnya
seusai sholat, seseorang membaca surat al-Baqarah, ketika membaca lafaz: ٓم َٰل َٰا
itulah yang dinamakan ibtida’, yakni memulai pertama kali membaca al-
qur’an.
Kedua, memulai membaca al-Qur’an setelah berhenti yang semula sudah
membaca al-Qur’an. Misalnya seseorang membaca surah Al-Fatihah ayat
pertama dan kedua :
ن لال ٰ ن ِ م ْ مد ر ِب ْال ِم lalu
َعالَ ِم ْي الر َم الر َا ْل ˚ ِ ِلل بس
ح ْي ح ح
berhenti kemudian diteruskan dengan ayat ketiga, maka pada saat memulai
membaca ayat ketiga itulah yang disebut ibtida’.
Adapun kata washal berasal dari akar kata wasala yang bermakna sambung
menyambung. Kata washal secara terminologis menurut ulama Qurra’ adalah
menyambungkan dua ayat yang semestinya boleh berhenti. Karena nafas
masih kuat dan ayat tersebut (yang dibaca) boleh disambung, maka pembaca
me-washal-kan kedua ayat itu. Sebagai contoh, seseorang membaca QS. Al-
Ikhlas ayat 1 dan 2, ketika dibaca washal menjadi: ˚ ل˚ق لال˚ َا ح ن لال.
صمد ال ه َو د
˚
Sedangkan kata waqaf secara terminologis berarti berhenti. Para ulama
Qurra’ mendefinisikan waqaf dengan memutus suara di akhir kalimat (ketika
membaca al-Qur’an) selama masa bernafas, tetapi jika lebih pendek dari
84
masa bernafas itu, maka disebut saktah. Dari definisi tersebut, waqaf dapat
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Waqaf untuk berhenti selamanya. Misalnya orang membaca surah
Al- Baqarah, setelah tamat ia meneruskan sholat, pada akhir bacaan
surah al-Baqarah itulah yang disebut waqaf.
85
2. Waqaf yang bertujuan untuk mengambil nafas, karena nafas tidak
kuat si pembaca menghentikan bacaannya pada kalimat tertentu dan
setelah mengambil nafas, ia meneruskan lagi bacaanya.
3. Waqaf yang bertujuan untuk berhenti sebentar saja, sehingga tidak
sempat bernafas walaupun hanya sejenak. Waqaf yang terakhir inilah
yang disebut saktah.
B. Pembagian Waqaf
Menurut ulama Qurra’ cara menghentikan bacaan al-Qur’an dapat
dilakukan dengan 4 cara yaitu:
Ikhtibari Waqaf ( خ ِت َبا ِرى
) ال َو ْق ا
.1
ِإل
ف
Waqaf yang dilakukan untuk mencoba bagaimana sebenarnya
berhenti saat membutuhkan berhenti. Atau seorang guru ingin
memberitahukan muridnya cara berhenti yang benar pada lafaz tertentu,
yang sebenarnya lebih baik diteruskan, namun karena kondisi tertentu
waqaf itu diperlukan.
Akibat dari Waqaf Ikhtibari ialah harus menampakkan huruf tertentu
َع
disuruh berhenti, maka lafaz itu harus diuraikan dengan عdan atau
ن ما
ketika membaca surah al-Maidah :27 yaitu :
وات عَل ْي ِه ْم َ اْلحBila
ِق د
نَ َبَأ ا ْبن ل
َم
ى
َٰا
setelah lafaz نب َى ِْاwaqaf, maka waqaf itu disebut waqaf ikhtibari dengan
menguraikan lafaz tersebut sebagaimana mestinya, yaitu : ن
86
ْي ْبَن engan
d
menampakkan huruf nun yang semula dibuang karena disandarkan (di-
idhafah-kan) dengan lafaz didepannya.
2. Waqaf Intidhari ( ِ إل رى
ِ ) ال َو ْق
ظا
ْن ِت
فا
Waqaf yang dilakukan karena terdapat perbedaan riwayat ulama
Qurra’ boleh tidaknya berhenti masih diperselisihkan. Karena itu,
pembaca mengambil jalan tengah dengan menghentikan bacaanya pada
lafaz yang diperselisihkan berhenti, selanjutnya diulangi pembacaan
ayat pada
87
permulaannya. Dengan demikian, kedua pendapat yang diperselisihkan
tersebut dilaksanakan. Seperti ayat
ا ْلع˚ ْر َوِة اْل ˚وث ْ ن صا َم فََق ِدا ست.
َٰقىق سك ِف لَ َها ْم
اال
lafaz ل ˚وثْ َٰقى boleh berhenti intidhari, namun berhentinya itu diulangi
Setelah
lagi mulai lafaz : َ قد فsampai pada ََها ل.
Idhtirari (ض ِ ط َرا ِرى
)ال َو ْق ا
.Waqaf 3 ِإل
ف
Waqaf yang dilakukan karena terpaksa. Seorang pembaca ketika
membaca al-Qur’an nafasnya habis, batuk, lupa dan sebagainya. Maka
dalam kondisi ini, ia terpaksa menghentikan bacaannya, walaupun tempat
pemberhentiannya tidak selayaknya berhenti. Contoh: ْن اَّل م ْ َ و ْي ˚م
ِذ ْين ل ي
لِ ’ ص
ْل
ِل
’
ْ ِ ت ساه˚ ْون. Setelah lafaz ْ berhenti, padahal berhenti pada lafaz
ن ن ِه ْم ي ˚
ص ص م
ََل ع ل
ِل ْل
’
itu tidak layak, karena tidak pada tempatnya. Maka cara yang benar adalah
mengulangi bacaannya kembali mulai dari
ْ sampai pada ساه˚ ْو.
ل
ن ي
َو
4. Waqaf Ikhtiyari (َ ) ال َو ْق ا يارى ِت
خ ِإل
ف
88
Waqaf yang dilakukan oleh pembaca atas pilihannya sendiri, tidak
karena sebab-sebab tertentu sebagaimana pada waqaf lainnya. Tentunya
pada waqaf ini seorang pembaca sudah mengerti kedudukan waqaf,
apakah boleh berhenti atau tidak. Maka jika diperbolehkan berhenti,
atau lebih baik berhenti, maka pembaca hendaknya menghentikan
bacaannya, tetapi jika tidak boleh berhenti maka pembaca me-washal-
kannya. Contoh :
َ
وا سن˚ ْوا؞ ك ْم ْ ٍة َو َلات˚ ْلق˚ ْواِبَا ْي ِد ْي. adalah atas di lafaz pada (Tanda
ِالَى هل ؞ ح
˚ ك
َّالت
sepasang titik tiga ( )؞ ؞atau disebut juga dengan Mu’anaqah.
89
Waqaf Tam adalah waqaf yang terjadi pada kalimat yang sudah
sempurna maknanya dan kalimat tersebut tidak ada kaitannya dengan
kalimat sesudahnya. Contoh :
علَى اْلَق ْو كا ِف ِر ْين َا ْن ت م ْ ص
ِم اْل ْو َٰل نَ ا ن ْر
نَ ا
ا
Setelah membaca kata al-kafirin ayat di atas, maka itulah tempat
Waqaf Tam.
b. Waqaf Hasan ( ف س ) ال َو ْق
ن الح
Waqaf hasan berarti waqaf yang sudah sebaiknya berhenti
dilakukan, walaupun kalimat sesudahnya tidak pantas menjadi
permulaan kalimat. Tidak ada salahnya seseorang melakukan waqaf
hasan. Sebab ketika waqaf, lafaz yang diungkapkan sudah sempurna
maknanya, walaupun pada kalimat sesudahnya tidak pantas dijadikan
permulaan bacaaan mengingat masih ada hubungan. Misalnya
menjadi na’at (sifat), athaf, badal atau tauhid. Contoh QS. Al-Baqarah,
ayat 40:
ْ ِ ْ ك ْم ْ ى ال ْ م ع ْ ْ وف َ ا˚ ْذ ْ وا
و به ِن ك م ِتى اَ ْن ت لَ م ˚ ْوا ه
ِد ى وَا ِد ْي ˚ ر ِت
ا˚ ف ك ع
Setelah lafaz عberhenti, inilah waqaf hasan karena berhentinya
كم َل
ْي
pada lafaz yang sudah sempurna maknanya, tetapi masih terikat pada
laf ْ وف˚ ْواsebab ia tidak pantas dijadikan permulaan bacaan.
وا:az
Kafi Waqaf ( ْ ف ال َكا ِفى
) ال َو ق
.c
90
Waqaf kaafi berarti waqaf yang mencukupi pada suatu lafaz
dan lafaz setelahnya pantas dijadikan permulaan bacaan.
Walaupun tingkatannya tidak sebaik waqaf tam, tetapi waqaf kafi ini
amat baik dilakukan bahkan lebih baik daripada waqaf hasan,
mengingat waqaf ini sudah berhenti pada waqaf yang seharusnya
berhenti. Sedangkan kalimat sesudahnya layak dijadikan permulaan
bacaan. Contoh QS. Ali Imran ayat 190-191:
واخ ِت ف الل والَّن َٰ ت ال˚و ِلى ْااَل ْل ْ
َواال ِان ِفى ْ ق َٰ م
. َباب ْيل َها ِر ي ََل ض ْر ت ل ال َٰوا
َٰال س
خ
......لال ِق َيا ًما
َ اََّل ِذ ْي ْ ذك ن
˚ر ْو
ن
91
Setelah lafaz
ب ال ْل
َ ِ لى و˚ اberhenti, dan tidak di-washal-kan pada lafaz
َبا
ْين ِذ َّل َا. Inilah waqaf kafi, sebab kalimat itu sudah sempurna dan
setelah waqaf, lafaz sesudahnya layak dijadikan permulaan bacaan.
Tidak menutup kemungkinan adanya washal antara kedua lafaz
tersebut dan hal ini diperbolehkan, karena masih ada kaitan erat.
d. Waqaf Shalih ( ) ال َو ْق ف ص
ح ال ا
ِل
Waqaf shalih berarti waqaf yang patut dilakukan karena
menjelaskan pada lafaz sesudahnya. Waqaf shalih diperbolehkan
karena dengan mewaqafkan pada lafaz tersebut menjelaskan pada
lafaz sesudahnya. Contoh : QS. Al-Baqarah ayat 83:
وِا ْذَاخ ْذ نَ ا م ْيَثاق َب ِنى س َرا ِئ ْيل التَ ْعب˚د˚ ْون ِا َّلالَال و ِبا ْل َوا ِل َد ساًنا
ْين ِاح
َ َّ berhenti, maka diperbolehkan karena patut. Namun
lafaz Setelah اللال
lebih baik di-washal-kan karena lafaz itu masih menjelaskan pada lafaz
sesudahnya sehingga tidak disambung dengan lafaz
و ِبا ْل َوا yang
kemudian menjadi waqaf tam. ِلَد ْي ِ ن
e. Waqaf Mafhum ( ِ م َم ) ال َو ْق
ْو ه ْف
ف
ال
Waqaf Mafhum berarti waqaf yang dapat dipahami. Waqaf mafum
berhenti pada lafaz yang setelah lafaz itu dipilih untuk dijadikan
permulaan bacaan. Dari pengertian tersebut, waqaf mafhum boleh
dilakukan, mengingat setelah waqaf itu lafaz sesudahnya pantas dan
dipilih untuk dijadikan permulaan bacaan. Contoh QS. al-Baqarah
ayat 162:
ع ْنه ˚م ل َ ذاب و َلاه ْم ي˚ ْنظ ˚ر ْون
92
خا ِل ِد ْين ِف ْي َها الي˚خفَّف
Setelah lafaz َ ها ْي ِفberhenti, mengingat lafaz لاي˚خsudah dipilih untuk
فdijadikan permulaan bacaan baru. ف
f. Waqaf Jaiz ( ˚ز ) ال َو ْق ف
ِئ جا ال
Waqaf jaiz berarti berhenti yang boleh. Waqaf jaiz merupakan
pengecualian dari kesemua bentuk waqaf, mengingat lafaz setelah itu
93
boleh dijadikan permulaan dan tidak jelek. Pada waqaf jaiz tidak ada
tuntutan seseorang harus membaca waqaf atau washal. Waqaf dan
washal kedua-duanya tidak ada yang lebih baik, tetapi memiliki
kedudukan yang sama. Sehingga boleh waqaf dan boleh washal,
hanya saja untuk pembaca yang napasnya pendek, lebih baik di-
waqaf-kan. Sedangkan yang mempunyai napas panjang dapat me-
washal-kan. Contoh QS. Ath-Thariq ayat 4-5:
َفا ِ ْ سا َ خ ِلق.ِان َن ْف س علَ ح ظ
ّ كل َّما ْي ا ْل َي ْن ر ن ن
م ه ا ِف
َ
ظ ا
م ل
Setelah lafaz حberhenti, dan itu diperbolehkan tidak lebih baik dan
ظ ا
ِف
juga tidak lebih buruk. Dan lafaz
ِ َ juga tidak jelek dijadikan
permulaan bacaan. ي ر
ْن
ا ْل ظ
g. Waqaf Bayan ( ) ال َو ْق ف ال
ن َب َيا
Waqaf bayan berarti berhenti yang jelas. Waqaf bayan berhenti
pada lafaz yang lafaz tersebut sebenarnya menjelaskan makna
lafaz sesudahnya, sehingga lafaz di depannya itu tidak dapat dipahami
tanpa lafaz sebelum waqaf ini. Contoh QS. Al-Alaq ayat 1:
ْ ق َرْأ اس ِم ر ِ’بك َّال ِذى خلَق
ْ dihentikan, waqaf ini kurang baik. Sebab lafaz
Setelah bacaan رأ ْق َِإ
tersebut belum ada penjelasannya yang konkret. Karena itu dijelaskan
dengan lafaz berikutnya yakni
ِ باsehingga menjadi washal karenanya.
سم
h. Waqaf Qabih(
) الوقف القَا ِب
ح
94
Waqaf Qabih berarti Waqaf yang jelek. Waqaf qabih berhenti pada
lafaz yang belum sempurna maknanya, karena masih berhubungan
lafaz sesudah dan sebelumnya, baik lafaz maupun maknanya. Waqaf
ini merupakan bentuk waqaf ikhtiyari yang tidak baik, bahkan jelek.
Tidak boleh dilakukan mengingat kalimatnya belum sempurna. Baik
ditinjau dari sudut struktur lafaz maupun maknanya. Contoh QS. Al-
Baqarah ayat 2:
95
ر ب ِف ْي ِه َذا ِل ك اْل
َ
ْي ِك ت َ ا
ب
ال
Setelah lafaz لdihentikan, dan tidak diwashalkan lagi pada lafaz
ب ِك ت َ ا
didepannya. Jenis waqaf ini tidak diperkenankan karena tanpa alasan
dan tempat pemberhentian sama sekali tidak patut, maka waqaf ini
berakibat buruk atau jelek.
Dalam buku Rishalatul Qurra’ Wal Huffazd Fi Gharaibul Qira’ah Wal
Alfadz karya Abdullah Umar Al-Baidhawi dijelaskan bahwa terdapat
17 tempat yang tidak diperbolehkan waqaf, karena dapat menyalahi
makna pokok al-Qur’an. Karena itu, jika seseorang terpaksa berhenti
karena nafasnya terputus, batuk, bersin atau sebagainya, maka harus
diulang mulai awal. Adapun ketujuh belas tempat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. QS. al-Baqarah: 17: 10. QS. at-Taubah: 30: وَقال ت صا
ال َٰرى
َّن
˚فَلَ َّما اَ ض ت ح ْولَه
ا ما
َء
2. QS. al-Baqarah: 243:
11. QS. Yusuf: ض م ِب َل ِفى
8: ََل ْي
ٍ ل ٍن
َ َفقا َل لَ ˚ه ˚م لال˚ م ْوت˚ ْوا
3. QS. Ali Imran: 181:
َّ ن َلال 12. QS. Ibrahim: 22: و َما اَ ْنت˚ ْم ِب ˚م ِ ر
فَ ِق ْي ˚ر ’ى ِخ
ص
4. QS. al-Maidah: 31: ًبا
َرا غ َ ث Israil: Bani :111 ˚ْ م َيتَّ ِخْذ َو َلًدا َو َل ْم َي ˚ك ْن لَه
˚ع لال .QS. 13
َ
ب
96
5. QS. al-Maidah: 64:
˚وَقا ˚ه ْود 14. QS. al- Ahzab: وا ْل َحا ِفظا ت َوالَذّا ِك
ل َيد˚ ت اْل 35: ِر ْ ي َن
َي
6. QS. al-Maidah:73:
ث
ِا َّن َلا 15. QS. as-Shaffat: 153: اَ صطفَى ْال َب نَ ا
ثَا ِل ت
al-Maidah: QS. :84 و َما َل نَ ا .al-Ghasiyyah: QS. 16 :24 َّ ال َم ْن تَ َو َّلى َو َك َف ْر
.7
.at-Taubah: QS. 8 :30 ˚˚ه ْود
وَقا 17. QS. al-Ma’un: 4: َ ن َف َو ْي ˚ل ِل ْل ˚م
ت ْال َي
ل ْي ِ’ل ص
al-Ashr: QS. :2 َّ ْ ْ سا َن خس ٍر ِا َّال
ن ا ِال ن
.9 لَ ِفى
97
a. Menghilangkan tanda bacaan tanwin diganti dengan tanda baca
aslinya. Misalnya fathatain diganti dengan fathah. Sedangkan
dhammatain diganti dhammah, dan kasratain diganti dengan kasrah
tidak dijumpai. Contoh:
No Tertulis Dibaca
2 ِ فى َم نَ ا ِم َك قَ ِل ْي ًَل ِ فى َم نَ ا ِم َك َق ِل ْي
َل
3 ِ ر ْز ًقا ِ ر ْزًقا
َح َسًنا َح َسنَا
4 اَ ْل ˚م ْؤ ِمن˚ ْو َن َح اَ ْل ˚م ْؤ ِمن˚ ْو َن َح
ًّقا َّقا
5 اَ َخا ˚ه ْم ˚شعَ ْي ًبا اَ َخا ˚ه ْم ˚شعَ ْيَبا
No Tertulis Dibaca
98
1 َ ب ْغ ًيا َب ْي َن ˚ه ْم َ ب ْغ ًيا َب ْي َن ˚ه ْم
99
2 ِ م ْن َق ْب ِل ِه ِ م ْن َق ْب ِل ِه ْم
ْم
No Tertulis Dibaca
No Tertulis Dibaca
10
3 ِ ب َكا ٍ ف َ ع ِ ب َكا ٍ ف َ ع ْب َد ْه
ْبَده˚
10
4 َ وال َّ ش ْم ˚س َ وال َّ ش ْم
َوا ْلقَ َم ˚ر ˚س َ وا ْلقَ َم ْر
5 َ وِق ِه ˚م ال َّ س َ و ِق ِه ˚م ال َّ س
ِ’يَئا ِ ت ِ’يَئا ْ ت
6 ِ م َ ن ال َّ طيِ’بَا ِ م َ ن ال َّ ط ِ’ي
ِت َبا ْ ت
No Tertulis Dibaca
No Tertulis Dibaca
10
1 ِ ل ْى ِب ٖه ِع ْل ِ ل ْى ِب ٖه ِع ْل ْم
˚م
10
2 يَ ْق ِض ْى ِبا ْل َح َي ْق ِض ْى ِبا
ِ’ ق ْل َح ْق
No Tertulis Dibaca
10
No Tertulis Dibaca
10
1 ِ فى ا َْال ْر ِض ِ فى ا َْال ْر
ْض
2 ِ با ْل ِق ْس ِط ِ با ْل ِق ْس ْط
No Tertulis Dibaca
10
ulama’
10
mewajibkanya, mengingat waqaf pada tanda itu sudah pantas
dijadikan tempat pemberhentian, sedang lafaz di depannya layak
dijadikan sebagai permulaan bacaan.
b. Tanda Tha ( ) طartinya waqaf Muthlaq ( )م˚ ال ط. Yaitu tanda yang
ق ل
mengisyaratkan kebolehan waqaf juga washal, hanya saja waqaf
lebih utama terlebih lagi jika pembaca napasnya pendek.
c. Tanda Jim ( )جartinya waqaf Jaiz (ِ)ز ِئ الجا. Yaitu tanda yang
mengisyaratkan kebolehan waqaf maupun washal hanya saja lebih
baik waqaf daripada washal, mengingat kedudukan waqaf jaiz di
bawah waqaf lazim dan waqaf muthlak.
d. Tanda Qaf dan Fa’ ( ) قفartinya waqaf sighat fi’il amar (َ ) ْۗ مر اَ ْل ِع ِف.
َْة صغ
Yaitu kebolehan mewaqafkan lafad, hanya saja tidak ada salahnya
mewashalkannya walaupun mewaqafkan itu lebih baik. Tanda
tersebut ada yang menyebutkan dengan tanda Waqaf Mustahab
(ال ˚م س حب.)
ت
e. Tanda Qaf, Lam dan alif ( )قلىartinya waqaf aula (َٰ )لى ْو اَ ْقف َو ال, yaitu
kebolehan washal, hanya saja berhenti lebih baik daripada washal.
2. Tanda yang Lebih Baik Diteruskan
a. Tanda Za’ ( ) زartinya Waqaf Mujawwaz ( ) ز˚ َّو مج˚ ال. Yaitu tanda waqaf
yang boleh diteruskan dan boleh dihentikan, hanya saja
diteruskan kebih baik daripada dihentikan, karena tanda mujawwaz
kebalikan dari tanda jaiz.
b. Tanda Shad ( ) صartinya waqaf Murakhash ( ا ْل ˚م َرخ.) tanda Yaitu
ص
yang mengisyaratkan adanya kemurahan berhenti, walaupun
diwashalkan itu lebih baik. Kemurahan itu dikarenakan ayat yang
dibaca terlalu panjang atau dalam keadaan terpaksa.
10
c. Tanda Qaf ( ) قartinya Waqaf Qila Waqaf ( ) ْ يل اْل. Yaitu tanda
ف
َوْ ق
waqaf yang mengisyaratkan artinya perselisihan pendapat, apakah
10
pada lafad itu boleh berhenti atau tidak. Dalam hal ini lebih baik
dipilih pendapat yang mewashalkan, karena pendapat ini lebih baik.
Sebagian ulama menyebutkan dengan tanda ‘Inda Qouli ( ع ْنَد اْلقَ ْو.)
ل
d. Tanda Shad, Lam dan Alif ( ) صلىartinya Washal Aula ( َٰ لى ْو ااَل ال َو
صل
). Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya washal itu lebih baik
daripada waqaf.
e. Tanda Lam Alif ( ) الartinya La Waqta Fihi (ِ ه ْي ) َو. Yaitu tanda
ف ْق
ال
yang mengisyaratkan tidak adanya waqaf pada lafad yang diberi tanda
itu, sehingga lebih baik diteruskan bacaannya daripada berhenti.
f. Tanda Kaf ( ) ڪartinya Kadzalika Muthobiqon Lima Qoblaha َٰ
ك ذ ِل ك
(
) مطا ِبًقا ِل َماقyaitu tanda yang mengisyaratkan adanya kesamaan
ْب َل َها
antara tanda itu dengan tanda sebelumnya. Sehingga lafad yang
pendahulu lebih baik waqaf, maka tanda ini mengisyaratkan waqaf,
sebaliknya jika pendahulunya lebih baik washal, maka tanda ini
mengisyaratkan washal.
g. Tanda sepasang titik tiga ( ) ؞ ؞artinya tanda Mu’anaqah ( ˚َ) عانََقة م˚ ال
yaitu tanda yang mengisyaratkan agar pembaca menghentikan
bacaannya pada salah satu dari dua pasang titik itu.
Di samping tanda waqaf, ada juga tanda-tanda khusus dalam al-Qur’an
yang perlu diperhatikan. Tanda yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Huruf ‘Ain ( ) عyang terletak dipinggir garis, tanda ini disebut makra’
( ˚ ) م ْك ˚ر ْوعatau Ruku’ ( ˚ْ ) وع. Tanda ini menganjurkan agar pembaca
ك˚ ر
11
menghentikan bacaannya jika menghendaki tidak membaca al-
Qur’an lagi, sebab adanya tanda Makra’ menunjukkan satu topik
tertentu yang dibahas dalam al-Qur’an dan lebih baik lagi jika
dilakukan oleh penghafal al-Qur’an.
2. Tanda ( ˚ ) السجَدةpada pinggir ayat menunjukkan adanya bacaan yang
11
sajdah diucapkan. Untuk mengetahui dimana saja tempat
dianjurkannya melakukan sujud tilawah. Dalam al-Qur’an Ayat-ayat
sajdah terdapat pada 15 tempat, di antaranya: QS. Al A’raf ayat 206,
QS. Ar Ra’d ayat 15, QS. An Nahl ayat 50, QS. Al Isra ayat 109,
QS. Maryam ayat 58, QS. Al Hajj ayat 18, QS. Al Hajj ayat 77,
QS. Al Furqan ayat 60, QS. An Naml ayat 26, QS. As Sajdah
ayat 15, QS. Shad ayat 24 : QS. Fussilat ayat 38, QS. An Najm
ayat 62, QS. Al Insyiqaq ayat 21, QS. Al ‘Alaq ayat 19.
E. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan definisi dari Istilah-Istilah di bawah ini
e. Ibtida’
f. Washal
g. Waqaf
2. Jelaskan pembagian waqaf beserta contohnya!
3. Tuliskan tanda-tanda waqaf yang mengindikasikan lebih baik di-
waqaf-kan pada Mushaf Utsmani beserta contohnya!
4. Tuliskan tanda-tanda waqaf pada Mushaf Utsmani yang menunjukkan
lebih baik di-washal-kan, serta tuliskan contohnya dari masing-masing
tanda waqaf tersebut!
5. Ada berapakah ayat-ayat pada al-Qur’an yang di dalamnya terdapat
ayat Sajdah? Jelaskan hukum melakukan Sujud Tilawah dan bacaan di
dalamnya!
11
GHARIB DAN MUSYKILAT DALAM AL-
QUR’AN
A. Defenisi Gharib dan Musykilat al-Qur’an
Kata ghara’ib berasal dari bahasa arab, berbentuk jamak dari kata gharibah
yang berarti asing, tersembunyi, samar dan sulit. Sedangkan menurut istilah
Ulama qurra’, gharib adalah sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan
samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi
huruf, lafaz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam al-Qur’an. Jika
dihubungkan dengan al-Qur’an maka yang dimaksud dengan Gharaib al-
Qur’an adalah ayat-ayat al Qur’an yang susah dipahami sehingga tidak dapat
dimengerti maknanya, seperti lafadz أََّباdalam QS. ‘Abasa ayat 31 ( َوفَا ِك َهة
و
)أَ َّبا.
B. Macam-macam Bacaan Gharib dalam al-Qur’an
Dalam al-Qur’an, banyak dijumpai bacaan-bacaan yang tergolong pada
gharib, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Saktah
Saktah adalah berhenti sejenak sekitar satu alif tanpa bernafas dengan
niat melanjutkan bacaan. Di dalam Al-Qur'an ada 4 bacaan saktah, yaitu:
(1) Surat al-Kahfi: ayat 1-2, (2) Surat Yasin: ayat 52, (3) Surat al-Qiyamah:
ayat 27, dan (4) Surat al-Muthaffifin: ayat 14.
ع ج
(52) سل ن َ د ْ ˚م ما و ع َد ال َّر و َهذَا م
َ
˚ ص ل ْر م ْرق
قا و ح ن ِدَنا
11
من َب َعثَ نَ ا من ْيلََنا و َ ي ا ل ˚و ا ا
و قيل ْ ن ق )(27
ِ
َرا م
كان˚وا سب ن )(14
ق˚ل˚و ِب ِه ْم َك ل ْ ل
َي ْ ك ˚ ما علَى َران
و
11
b. Imalah
Imalah adalah memiringkan bunyi fathah pada kasrah, dan dari huruf alif
ke ya’ (Kecenderungan fathah kepada kasrah sehingga seolah-olah
dibaca re). Imalah hanya terdapat 1 lafaz dalam al-Qur'an, yakni surat
Hud ayat 41, Juz 12.
)41(ر ف˚و ر ِحي ˚م وَقا ا كب˚وا ِفي ِ ِ م ْج ˚م ساها
ِإن ِ’بي ˚ر َها ِب م ٓللا َرا ْر ْر
ل َها و س ل
dengan lafaz “َ” ها َٰرى َمجyang artinya berjalan di laut. Dalam salah satu
kamus bahasa arab dijelaskan bahwa lafaz “َ” ها َٰرى َمجberasal dari lafaz
“” ج َٰرىyang berarti berjalan atau mengalir dan lafaz tersebut dapat
dipakai dalam arti berjalan di atas daratan maupun berjalan di atas lautan
(air), namun kecenderungan perjalanan di permukaan laut tidak stabil
seperti halnya di daratan. Terkadang diterjang ombak kecil dan besar atau
terhempas angin, sehingga sangat tepat apabila lafadz “َها َ ” مtersebut
َٰرى ج
di-Imalah-kan.
c. Isymam
Isymam yaitu isyarah dhommah di tengah-tengah dengung. Isymam di
dalam al-Qur'an hanya terdapat 1 kasus, yaitu di surat Yusuf ayat 11.
)11(صحون ف و ِإَّنا ك ال َتأ ي˚وس َقال˚وا ا أَ َباَنا
لَه˚ لَ نَ ا عَلى َمنَّا ما
Ketika membaca lafaz tersebut, gerakan lidah seperti halnya
mengucapkan lafaz “َ ” ن’ ا َ˚من ت ’ ’َ ْأ َالsehingga hampir tidak ada
diperhatikan lebih dalam, ternyata rasm utsmani hanya menulis satu nun
yang ber-tasydid. Ada pertanyaan muncul, di mana letak dammahnya?
11
Sehingga untuk mempertemukan kedua lafaz tersebut dipilihlah jalan
tengah yaitu bunyi bacaan mengikuti rasm, sedangkan gerakan bibir
mengikuti lafaz asal.
d. Badal
Badal adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf hijaiyah
lainnya. Di antara lafaz-lafaz yang di-badal dalam al-Qur’an menurut
Imam ‘Ashim riwayat Hafs yaitu:
a) Badal ءdengan ) ˚اْئت ٰ ي ( ِفي ال
ي م ْو ِن
ت ٰو
س
Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya’, sebagian besar imam
qira’ah sepakat mengganti hamzah qatha’ yang tidak menempel
dengan lafaz sebelumnya dan jatuh sesudah hamzah washal dengan
alif layyinah ()ى. Contoh pada QS. al-Ahqaf : 4.
˚ك ى ٱلس َٰم َٰوت ۗ ٱئْت˚ و ِنى ِب ِك َٰت, أَ ْم َله ْم ش ْر
ٍب
Cara membacanya, yaitu jika membaca waqaf pada lafadz ( ى
ۖ س َٰ َم َٰ َوت
)ٱلmaka huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’ ( ى
)ٱل س َٰم ِا ْيت˚ و ِنىsedangkan apabila dibaca washal tidak ada
َٰوت
perubahan.
b) Badal صdengan س
ْ dan ْصطةا )
˚(صط ب
و
َي
Yaitu mengganti shad dengan sin, sebagian imam qira’ah termasuk
Imam Ashim mengganti صdengan سpada lafaz
ْ و َي
˚صط ب
11
dalam
QS. al-Baqarah: 245 dan lafaz ْ ص dalam QS. al-A’raf : 69.
ًطة
Sebab-sebab digantinya huruf shad dengan sin pada kedua lafaz
tersebut karena mengembalikan pada asal lafaznya, yaitu –سط
َْبسط ي. Sedangkan pada lafaz ٍ
ْ م˚ ِبdalam QS. al-Ghasyiyah: 22,
رط
ي
ص
huruf صtetap dibaca shad karena sesuai dengan tulisan dalam
mushaf (rasm utsmani) dan menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf
sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’. Adapun pada lafaz
11
ط ˚رون
َ م˚ ْل ٱdalam QS. at-Thur: 37, huruf صboleh tetap dibaca
ص
ْي
shad dan boleh dibaca sin karena, pertama, mengembalikan pada
asal lafaz-nya, yaitu
ْ َ ر ْ ط, kedua, menyesuaikan sifat
˚ ي –ي˚ ي
ط ر
س س
ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’.
11
Alasan dibaca naql pada lafadz م˚ ِلاس ْ اadalah karena adanya dua hamzah
washal, yakni hamzah al-ta’rif dan hamzah ismu yang mengapit lam,
sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung
dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan naql ialah untuk
memudahkan dalam mengucapkannya atau membacanya.
12
Yang dimaksud dengan tiga model bacaan adalah tiga macam bacaan
yang terjadi karena washal dan waqaf. Ketiga hukum bacaan tersebut
adalah:
i. Bila washal, Ra’-nya dibaca pendek keduanya.
ii. Bila waqaf pada kalimat pertama, Ra’ dibaca panjang 1 alif / 2
harakat.
iii. Bila Waqaf pada kalimat kedua, Ra’ kalimat pertama dibaca qasr
(pendek) dan Ra’ kalimat kedua dibaca sukun.
Tiga buah model bacaan asing ini hanya terdapat dalam surat al-
Insaan ayat 15-16.
ض ٍة َ وا ِري )15( ت قَ َوا ب ِ ٍ ْك وي˚ طا علَ ْي ِه ْم
َر من ِري َرا كان ف ة َوا و َأ ِبآ ِن َي ٍة ف
من ض
ها تَ ْق ِدي َقدَّ ˚رو
8. Tashil )16(ًرا
ج
qatha’ bertemu dan berurutan pada satu lafaz, bagi lisan orang Arab
merasa berat melafazkannya, sehingga lafaz tersebut bisa di-tashil-kan atau
diringankan.
12
Secara umum, Gharib dan Musykilat dalam al-Qur’an dapat dirangkum
dalam tabel berikut ini:
ا ْل َغ ِر ْي ˚ب َوا ْل
˚˚م ْش ِكَلة
No. Surat Keterangan Cara Membaca
Ayat
ِا ْب َدا ˚ل ال َّصا ِد ِس ْيًنا
12
ْ ن َذا اَّل ِذ ْي ي˚ ْق ِر ˚ض لّّٰال قَ ْر ًضا
َح َس ًنا َفي˚ ٰض ِعفَ ˚ه َل ˚ ْٓه اَ ْض ََعا ًفا َك ِث ْي
1 البقرة 245 : ˚ص َ و َي ْب
ۖ ˚ط
َرةً ۗ َو لّّٰال˚ َي ْق ِب ˚ض َو َي ْب ˚ص ˚ط َو ِا
َل ْي ِه َم
ت˚ ْر َجع˚ ْو َن
ibdal )ditandai huruf sin kecil diس ( dibacaص Huruf َ و َي ْب ˚س ˚ط
atas huruf shod.
َ وا ْذ ˚ك ˚ر ْْٓوا ِا ْذ َج َع َل ˚ك ْم ˚خ َلفَ ۤا ء ِم ²
2 ْا لعراف : َ ْن َب ْع ِد قَ ْو ِم ن˚ ْو „ح ْص َطًة َب
69
َ زا َد ˚ك ْم فِى ا ْل َخ ْل ِق َب ْص َطًة ۚ َفا ْذ ˚ك
˚ر ْْٓوا ٰا َ ْۤل َء لّّٰالِ َلَع َّل ˚ك ْم َّو
ت˚ ْف ِل ˚ح ْو َن
ibdal )ditandai huruf sin kecil diس ( dibacaص Huruf َ ب ْس َطةً
atas huruf shod.
ِن (ا ْ ِْل ْثَبا ˚ت اَ ِو ا َ ج َوا ˚ز ا ْل َو ْج َه ْي
˚ل) ْ ِْل ْب َدا
3 الطور 37 : ˚ن َر ’ِب َك اَ ْم ˚ه اَ ْم ِع ْن َد ˚ه ْم َخ َز ۤا ِٕى ا ْل ˚م َص ْي
ِط ˚ر ْو َن ˚م ا ْل ˚م َص ْي ِط ˚ر ْو َن
Huruf itsbat .)Atauص ( tetap dibacaص ا ْل ˚م َص ْي ِط
˚ر ْو َن
) ibdal .س ( dibacaص Huruf ا ْل ˚م َس ْي ِط ˚ر
ْو َ ن
ِ إثْ َبا ˚ت َحر ِف ال َّصا ِد
4 الغاشية 22 : َّل ْس َت َعَل ْي ِه ْم ِب ˚م َص ْي ِط „ ر ِ ب ˚م َص ْي
ِط „ر
) itsbat.ص ( tetap dibacaص Huruf ِ ب ˚م َص ْي
ِط „ر
ا ْْلَ ِل ˚ف َكالنِ’ ْب َرةِ ِل ْل َه ْم َز ِة
5 ال عمران :
اَفَ ۟ا ِٕى ْن َّما َت اَ ْو ق˚ ِت َل ا ْنَقَل ْبت˚ ْم َع ٰ ْٓلى اَ اَفَ ۟ا ِٕى ْن َّما
َت
144 ْع َقاِب ˚ك ْم ۗ
Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf اَفَ ِٕا َّما َت
hamzah, dan alif bukan huruf mad.
6 ْا لنبيآء 34 : َ و َما َج َع ْلَنا ِلبَ َش „ر ِ’ م ْن َق ْب ِل َك ا ْل ˚خ اَفَ ۟ا ِٕى ْن ِ’ م
ْل ۗ َد اَ َف ۟ا ِٕى ْن ِ’ م َّت َف ˚ه ˚م َّت
ا ْل ٰخ ِل ˚د ْو َن
Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf اَفَ ِٕا ِ’ م َّت
hamzah, dan alif bukan huruf mad.
7 ْا لنعام 34 : َ و َْل ˚م َب ِ’ د َل ِل َك ِل ٰم ِت لّّٰالِ ۚ َو َلَق ْد َج َّ ن َب ِٕ۟اى ا ْل ˚م
12
ۤا َء َك ِم ْن َّنَب ِٕ۟اى ْر َس ِل ْي َن
ا ْل ˚م ْر َس ِل ْي َن
Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf
َّن َب ِٕا ا ْل ˚م ْر َس
hamzah ,dan alif bukan huruf mad.
ِ ل ْي َ ن
8 39 : ْا لنعام ْ ْ ْ ْ
َ م ن َّي َش ِا لّّٰال˚ ي˚ ْض ِل له˚ َو َم ن َّي َشأ َي َ م ْن َّي َش ِا
ْجَع ْله˚ َع ٰلى ِص َرا „ط
˚لّّٰال
ُّ م ْستَ ِق ْي „م
Huruf alif dibaca pendek sebagai kakinya huruf
َ م ْن َّي َش ِٕا
hamzah ,dan alif bukan huruf mad.
˚لّّٰال
12
9 المؤمنون : ِا ٰلى ِف ْر َع ْو َن َو َم َ َ۟ل ِٕى ,ه َفا ْستَ ْكَب ˚ر َ و َم َ َ۟ل ِٕى ,ه
46
ْوا َو َكان˚ ْوا قَ ْو ًما
َ عا ِ ل ْي َ ن
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan َ و َمَل ِٕى ,ه
huruf mad.
10 النجم 51 : َ وثَ ˚م ْو َد ۟ا َف َمٓا ْ اَ ْب ٰق ى َ وثَ ˚م ْو َد ۟ا
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan َ وثَ ˚م ْو َد
huruf mad.
11 الرعد 30 : ِ ل َك اَ ْر َس ْل ٰن َك فِ ْْٓي ا˚ َّم „ة َق ْد ِ ل’تَ ْتل˚ َو ۟ا
َخ َل ْت ِم ْن قَ ْب ِل َهآ ْ ا˚ َم ٌم َعَل ْي ِه ˚م
اَّل ِذ ْْٓي اَ ْو َح ْيَنآ ْ ِاَل ْي َك َو ˚ه ْم َي ْكف˚
˚ر ْو َنَ ك ٰذ ِل’تَْتل˚ َو ۟ا
ِ بال َّر ْح ٰم ِۗ ن
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan
huruf mad. ِ ل’تَ ْتل˚ َو
الروم 39 :
12 َ و َمٓا ْ ٰاتَ ْيت˚ ْم ِ’ م ْن ِ’ ر ًبا ِ’ليَ ْرب˚ َو ۟ا فِ ْْٓي اَ ْم ِ ’ل َي ْرب˚ َو ۟ا
َوا ِل ال َّنا ِس َف ََل
َ ي ْرب˚ ْوا ِع ْن َد ّّٰلالِ
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan
huruf mad. ِ ل’ َي ْر ˚ب َو
13 الكهف 14 :
َل ْن َّن ْد ˚ع َو ۟ا َّ و َر َب ْط نَ ا َع ٰلى ق˚ل˚ ْوِب ِه ْم ِا ْذ َقا ˚م ْوا
فََقال˚ ْوا َربُّ نَ ا َر ُّب
ِت َوا ْْلَ ْر ِض َل ْن َّن ْد ˚ع َو ۟ا
ِم ْن ˚د ْوِن ْٓ ,ه ِا ٰل ًها َّل َق ْد
ق˚ ْل نَ آ ْ ِا ًذا َش َط ًطا
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan
huruf mad.
َل ْن َّن ْد ˚ع َو
14 محمد 4 :
ْ و َي َش ۤا ˚ء لّّٰال˚ َْل ْنتَ َص َر ِم ْن ˚ه ْم َو ٰل ِ ل’ َي ْبل˚ َو ۟ا
۟ ˚
ِك ْن ِ ل َي ْبل َو ا َب ْع َض ˚ك ْم َو َل ’
َوا َّل ِذ ْي َن ق˚ ِتل˚ ْوا ِف ْي َسب
ْي ِل ّٰ لِّال فََل ْن ُّي ِض
َّل اَ ْع َماَل ˚ه ْمِ ب َب ْع
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan
huruf mad.
ِ ل’ َي ْبل˚ َو
15 محمد 31 : َ وَلنَ ْبل˚ َو َّن ˚ك ْم َحٰت ّى َن ْع َل َم ا ْل ˚م ٰج ِه ِد ْي َ و َن ْبل˚ َو ۟ا
َن ِم ْن ˚ك ْم َوال ّٰص ِب ِر ْي َن
َ و َن ْبل˚ َو ۟ا اَ ْخَبا َر ˚ك ْم
12
Huruf alif dibaca pendek( qoshor ,)dan alif bukan
huruf mad. َ و َن ْبل˚ َو
َأ ِل ˚ف ا ْلقَ ْ ص ِر َ وال َّ ص ْف ˚ر ا ْل ˚م ْ ستَ ِ ط ْي
˚ل
16 المائدة 8 :
َ ْل َي ْج ِر َمَّن ˚ك ْم َش َن ٰا ˚ن َق ْو „م َع ٰلْٓى اَ اَ َّْل تَ ْع ِدل˚ ْوا ۗ
َّْل تَ ْع ِدل˚ ْوا ۗ ِا ْع ِدل˚ ْو ۗا َو
ِا ْع ِدل˚ ْو ۗا
˚ه َو اَ ْق َر ˚ب ِ لتَّ ْق ٰو ۖى
12
Setelah wawu terdapat alif qoshor sekaligus shifr
mustathil ,sehingga apabila waqof dibaca panjang. اَ َّْل تَ ْع ِدل˚ ْو
Dan apabila dibaca washol maka di baca
pendek ِا ْع ِدل˚ ْو ۗا
(qoshor.)
ٰ ل ِكنَّ ۠ا ˚ه َو لّّٰال˚ َربِ’ ْي َو َ ْْٓل ا˚ ْش ِر ٰ ل َِّكن ۠ا
17 38 : الكهف
12
Bila diwaqofkan alif setelah ra dibaca panjang,
dan bila diwasholkan alif dibaca sukun. قَ َوا ِري ْر
التَّ ْ س ِه ْي ˚ل
25 فصلت 44 : َجَع ْل ٰنه˚ ق˚ ْر ٰا ًنا اَ ْع َج ِميًّا َّل َقال˚ ْوا َل ْو َْل َ ء َ۬اَ ْع َج ِم ٌّي
َ ˚ ٰ ٰ
ف ِ ’ص ل ت ا يت ˚ه ۗ َو ل ْو ْ َ ˚
َّو َع َر ِب ٌّي ۗ ق˚ ْل ˚ه َو ِلل
ِذ ْي َن ٰا َمن˚ ْوا ˚ه
ًدى َّو ِشفَ ۤا ٌءَ ء َ۬اَ ْع
Dibaca tashil, dengan menggelombangkan suara
hamzah yang kedua.
هود 41 :
26 ۞ َوَقا َل ا ْر َكب˚ ْوا ِف ْي َها ِب ْس ِم ّٰ لّالِ َ م ْج ٰٰ۪ رى َها
َم ْج ٰٰ۪ رى َها
َ و ˚م ْر ٰسى َها ۗ ِا َّن َر ِ’ب ْي َل َغف˚ ْو
ٌر َّر ِح ْي ٌم ١٤
Dibaca imalah, majreehaa, agak miring ke
kasroh.
ا ْ ِْل ْ ش َما ˚م
َقال˚ ْوا ٰ ْٓيَا َباَنا َما َل َك َْل َتأْ َم ََّّ۫نا َع ٰلى ي˚ ْو ˚س
يوسف 11 :
َ ْل َتأْ َم َّ۫ َّنا
27
َف َواِ َّنا َل ˚ه
َل ٰن ِص ˚ح ْو َن ١١
Dibaca isymam, laa ta'manna. Setelah man
bibirnya manyun/moyong.
َ ن ْق ˚ل ا ْل َ ح َر َكة˚
28 الحجرات : ِبئْ َ س ا ِْل ْ س ˚م ا ْلف˚ ِبئْ َس ا ِْل ْس ˚م ا ْلف˚ ˚س ْو ˚ق بَ ْع َد ا ْ ِْل ْي َما ۚ
11 ِن َو َم ْن َّل ْم َيت˚ ْب ˚س ْو ˚ق
ۤ
فَا˚ و ٰل ِٕى َك ˚ه ˚م ال ّٰظ ِل ˚م ْو َن ١١
Dibaca naql. bi'salismulfusuqu ِ بئْ َ س ِ ل ْ س ˚م ا ْلف˚
˚س ْو ˚ق
WAWU SEBAGAI TANDA ALIF
BERHAROKAT DHOMMAH
29 آل عمران : ِا َّن فِ ْي َخ ْل ِق ال َّس ٰم ٰو ِت َوا ْْلَ ْر ِض ِ ’ ْل˚و ِلى
91
َوا ْخ ِت ََل ِف اَّل ْي ِل
َ والنَّ َها ِر َ ْٰل ٰي „ت ِ’ ْل˚و ِلى ا ْْلَ ْلَبا ِب ٠
٩١
12
Alif dibaca pendek, wawu bukan huruf mad. ِ ْل˚ ِلى
ْا لنفال 65 :
30 ٰ يَْٓا ُّي َها الَّنِب ُّي َح ِ’ ر ِض ا ْل ˚م ْؤ ِم ِن ْي َن ِ مائَتَ ْي ۚ ِن
َعَلى ا ْل قِ َتا ۗ ِل ِا ْن َّي ˚ك ْن ِ ’ مائٌَة
ْ م ِع ْش ˚ر ْو َن ٰص ِب ˚ر ْو َن َي ْغ ِلب˚
ْوا ِمائَتَ ْي ۚ ِن َواِ ْن َّي ˚ك ْن َّي ْغ ِلب˚ ْْٓوا اَ ْل ًفا
ِ’ م َن ا َّل ِذ ْي َن َكفَ ˚ر ْوا ِبَا نَّ ˚ه ْم قَ ْو ٌمِ ’ م
ْن ˚ك ِ’ م ْن ˚ك ْم ِ’ مائٌَة
َّ ْل َي ْفَق ˚ه ْو َن ٥٦
Dibaca mi'atani dan mi'atun.
13
ِ إ ْ ظ َها ˚ر َ وا ِج „ب
ْا لنعام 99 :
31 َ و ِم َن ال َّن ْخ ِل ِم ْن َط ْل ِع َها قِ ْن َوا ٌن ِ ق ْن َوا ٌن
َدانِ َيٌة َّو َجنّٰ „ت ِ’ م ْن
„ب َّوال َّز ْيت˚ ْو َن َوال ُّر َّما َن ˚م ْشتَ ِب
ًها َّو َغ ْي َر ˚متَ َشاِب ۗ„ه اَ ْع نَ ا
Huruf nun bertemu huruf wawu wajib dibaca
)izhar (jelas.
32 الرعد 4 :
ِ ص ْن َوا ٌن َ و ِفى ا ْْلَ ْر ِض ِق َط ٌع ُّمتَ ٰج ِو ٰر ٌت َّو
َجٰنّ ٌت ِ’ م ْن اَ ْعَنا „ب
ٌل ِص ْن َوا ٌن َّو َغ ْي ˚ر
ِص ْن َوا „ن ُّي ْس ٰقى ِب
َم ۤا „ء َّوا ِح „ دَّ و َز
Bila Huruf nun bertemu huruf wawu wajib
)dibaca izhar (jelas.
33 التوبة 109 : اَفَ َم ْن اَ َّس َس ب˚ ْنيَاَن ˚ه َع ٰلى تَ ْق ٰوى ِم َن ب˚ ْن َيانَ ˚ه
لّّٰالِ َو ِر ْض َوا „ن
َّم ْن اَ َّس َس ب˚ ْنَيانَ ˚ه َع ٰلى َش َفا
˚ج ˚ر „ف َها „ر فَا ْن َها
َر ِب ,ه ِف ْي َنا ِر َج َه َّن ۗ َمَ خ
ْي ٌر َا
Huruf nun bertemu huruf ya wajib dibaca izhar
)(jelas.
34 البقرة 85 : فَ َما َج َز ۤا ˚ء َم ْن َّي ْف َع ˚ل ٰذ ِل َك ِم ْن ال ُّد ْن َيا
˚ك ْم ِا َّْل ِخ ْز ٌي فِى
ا ْل َح ٰيو ِة ال ُّد ْن َيا ۚ َو َي ْو َم ا ْل ِق ٰي َم ِة ي˚ َر ُّد ْو
َن ِا ٰ ْٓلى اَ َش ِ’ د ا ْلَع َذا ۗ ِب
َ و َما لّّٰال˚ ِبَغا ِف „ل َع َّما تَ ْع َمل˚ ْو َن ٥
٨
Huruf nun bertemu huruf ya wajib dibaca izhar
)(jelas.
MAD MUBALAGHOH
35 الفرقان 69 :
ِ ف ْي ,ه ˚م َها ًنا ُّ ي ٰض َع ْف َله˚ ا ْلَع َذا ˚ب َي ْو َم ا ْل ِق ٰي َم ِة
َو َي ْخل˚ ْد فِ ْي ,ه ˚م َها ًنا
13
Ha' dhomir dibaca panjang fihi muhana. Disebut
Mad Shilah Mubalaghoh.
BOLEH DIBACA NASHOB ATAU
RAFA'
36 54 : الروم ۞ َ لّّٰال˚ ا َّل ِذ ْي َخ َل َق ˚ك ْم ِ’ م ْن َض ْع َ ض ْع „ ف
ْن َب ْع ِد² „ف ث˚ َّم َجَع َل ِم َ ض ْع „ ف
ْن َب ْع² َ ض ْع „ف ق˚ َّوةً ث˚ َّم َجَع َل ِم َ ض ْع ًفا
ِد ق˚ َّوة„ َض ْعًفا
َش ْي َبًة ۗ َي ْخل˚ ˚ق َما َي َش ۤا ۚ ˚ء َو ˚ه َو ا
َّو٤٥ ْلَع ِل ْي ˚م ا ْلَق ِد ْي ˚ر
Huruf dlodh bisa dibaca dengan harokat fathah
atau dhommah
ن˚ ْو ˚ن ا ْل ِوَقا َي ِة
13
37 ْا لعراف : ْت ا˚ َّمٌة ِ’ م ْن ˚ه ْم ِل َم تَ ِع ˚ظ ْو َن َق ْو ًم َ ق ْو ًم ا ۨ لّّٰال˚
164
ا ۨ لّّٰال˚ ˚م ْه ِل ˚ك ˚ه ْم اَ ْو َواِ ْذ َقاَل
˚م َع ِ’ ذب˚ ˚ه ْم َع َذا ًبا َش ِد ْي ًد ۗا َقال˚ ْوا َم ْع
ِذ َرةً ِا ٰلى َربِ’ ˚ك ْم
َ وَل َعَّل ˚ه ْم يَتّق˚ ْو َن ٤٦١
Dibaca qaumanillahu
قَ ْو َم ِن لّّٰال˚
38 الزمر 29 : َ ض َر َب لّّٰال˚ َمثَ ًَل َّر ˚ج ًَل ِف ْي ِه ˚ش َر َ مثَ ًَل ۗ اَ ْل َح ْم ˚د
َك ۤا ˚ء ˚متَ ٰش ِك ˚س ْو َن
َ و َر ˚ج ًَل َس َل ًما ِل’ َر ˚ج „ل َه ْل َي ْستَ
ِو ٰي ِن َمثَ ًَل ۗ اَ ْل َح ْم ˚د
ِ ّٰ ّٰللِ ۗ َب ْل اَ ْكثَ ˚ر ˚ه ْم َْل َي ْعَل ˚م ْو َن ٩٢
Bila diwasholkan dibaca mastalanilhamdu
َ مثََل ِن ا ْل َح ْم
˚د
39 الجمعة 11 : َل ْه ًوا ۨا ْن َف ُّض ْْٓوا َ و ِا َذا َراَ ْوا ِت َجا َرةً اَ ْو َل ْه ًوا ۨا ْن َف ُّض ْْٓوا
ِا َل ْي َها َوتَ َر ˚ك ْو َك
قَ ۤا ِٕى ًم ۗا ق˚ ْل َما ِع ْن َد لّّٰالِ َخ ْي ٌر ِ’ م َن اَّلل ْه
ِو َو ِم َن التِ’ َجا َر ۗةِ
َ و لّّٰال˚ َخ ْي ˚ر ال ّٰر ِزقِ ْي َن ࣖ ١١
Dibaca nun 'iwadh ,lahwaninnfadhdhu َل ْه َو ِن ا ْنفَ ُّض ْْٓوا
40 ْا لعراف : ۤ ا َء َمثَ ًَل ۨا ْل َق ْو ˚م ا َّل ِذ ْي َن َك َّذب˚ ْوا ِب ٰا ٰي َ مثَ ًَل ۨا ْلَق ْو ˚م
177
ِتَنا َواَ ْنف˚ َس ˚ه ْم َكان˚ ْوا َس
َ ي ْظ ِل ˚م ْو َن ٧٧١
Dibaca masyalanilqaumu
َ مثََل ِن ا ْلَق ْو ˚م
41 الحج 11 : َ و ِم َن ال َّنا ِس َم ْن َّي ْعب˚ ˚د لّّٰالَ َع ٰلى َح َ خ ْي ˚ر ِۨا ْط َمئ
ْر ۚ „ف َف ِا ْن اَ َصا َب ˚ه َّن ِب ۚ,ه
َ خ ْي ˚ر ِۨا ْط َمئَ َّن ِب ۚ,ه َو ِا ْن اَ َصاَب ْته˚ ِف ِ فتْ نَ ة˚ ِۨا ْنقَلب
ْتَنة˚ ِۨا ْن َقَل َب َع ٰلى
َ و ْج ِه ۗ ,ه
َ خ ْي ˚ر ِن ا ْط
َمئَ َّن ِب ۚ,ه
ِ فتْ نَ ت˚ ِن ا ْنَقَل َب
42 مريم 7 :
ِ بغ˚ ٰل ِم ِۨا ْس ˚م ˚ه ٰ ي َز َك ِريَّآ ْ ِانَّا ن˚َب ِ’ ش ˚ر َك ِبغ˚ ٰل ِم ِۨا ْس ˚م ˚ه َي
ْح ٰي ى َل ْم َن ْجَع ْل َّل ˚ه
13
ِ م ْن قَ ْب ˚ل َس ِم ًّيا ٧
ِ بغ˚ ٰل ِم ِن ا ْس
˚م ˚ه
َّ ٰۤ ّ ۤ
PERLU
َ ْ DIPERHATIKAN
َ َِ ِ´ ْ ْ َّ ٰ ّ ِ´ ْ
43 الَطلق 4 : والـي لم يحضن والـي
Huruf lam dibaca panjang
44 فصلت 29 :
َرَّبَنٓا ْ اَ ِر نَ ا اَّل َذ َ وَقا َل ا َّل ِذ ْي َن َكفَ ˚ر ْوا ا َّل َذ ْي ِن
َن ْي ِن اَ َضٰلّ نَ ا ِم
ِس ا ْل ِج ِ’ن َوا ْ ِْل ْن
Huruf dzal dibaca fathah, dan huruf nun dibaca
kasroh.
13
45 الزمر 7 :
َ و ِا ْن تَ ْش ˚ك ˚ر ْوا َي ْر َضه˚ َل ˚ك ْۗ م َو َْل تَ َ ي ْر َضه˚
ِز ˚ر َوا ِز َرةٌ ِ’ و ْز َر
ا˚ ْخ ٰر ۗى
Ha' dhomir di sini sebagai jawab syarty, maka
dibaca pendek.
46 العلق 15 : َ ك ََّل َل ِٕى ْن َّل ْم َي ْنتَ ِه ە َل َن ْس َفًع ²ا ِبال َّنا َ ي َْنت ِه
ِص َي ِة ٥١
Huruf ha' di sini bukan ha' dhomir, maka dibaca
pendek
َ ف َم ْن َّن َك َث فَ ِانَّ َما َي ْن ˚ك ˚ث َع ٰلى َن ْف
الفتح 10 :
47 َ عَل ْيه˚ لّّٰالَ
ِس ۚ,ه َو َم ْن اَ ْو ٰفى ِب َما
ٰ ع َه َد َع َل ْيه˚ لّّٰالَ فَ َسي˚ ْؤتِ ْي ِه اَ ْج ًرا
َع ِظ ْي ًما ࣖ ٠١
Huruf ha' dibaca dhommah, bukan kasroh.
48 ْا لنفال 60 : تَ ْعَل ˚م ْو َن ˚ه ۚ ْم َ َ و ٰا َخ ِر ْي َن ِم ْن ˚د ْو ِن ِه ۚ ْم َْل تَ ْع َل ˚م ْو
َن ˚ه ۚ ْم َ لّّٰال˚ َي ْعَل ˚م ˚ه ْۗ م َو َما لّّٰال˚
ي ِ ال
ّ ل ل
ْ „ ِ ْ َ ِ ِ ّٰ ˚ي ْ ب س ي ف ء ي ش َ ن ْ م ا و
ِ ْ ِ˚ق ف ن ْ ˚ ت
َو َّف ِا َل ْي ˚ك ْم َواَ ْنت˚ ْم َْل
ت˚ ْظَل ˚م ْو َن ٠٦
Bila diwaqofkan dibaca ta'lamunahum .Bila تَ ْعَل ˚م ْوَن ˚ه ۚ ˚م َ
diwasholkan dibaca ta'lamunahumullah.
لّّٰال˚
49 ْا لحقاف 4 : فِى ال َّس ٰم ٰو ِت ۖا ْئت˚ اَ َر َء ْيت˚ ْم َّما تَ ْد ˚ع ْو َن ِم ْن ˚د ْو
ِن لّّٰالِ اَ ˚ر ْو ِن ْي َما َذا َخَلق˚ ْوا ِم َن ْو ِن ْي
ا ْْلَ ْر ِض اَ ْم َل ˚ه ْم ِش ْر ٌك ِفى
ق ˚ ْل
ال َّس ٰم ٰو ِت ۖائْت˚ ْوِن ْي ِب ِك ٰت „ب ِ’ م ْن قَ ْب
ِل ٰه َذآْ اَ ْو اَ ٰث َرة„ ِ’ م ْن
ِ ع ْل „م ِا ْن ˚ك ْنت˚ ْم ٰص ِدقِ ْي
َن ٤
Bila diwasholkan dibaca fissamawaati'-tuni , ِ إ ْيت˚ ْوِن ْي ِب ِك ٰت
diwaqofkan dan dilanjutkan dari hamzah, maka
bacaannya menjadi' iitunii „ب
13
c. Ibdal (Shod dibaca Sin)
d. Jawazul Wajhain (Shod dibaca Shod atau Sin)
ۡ
kalimat pada Shod ٧٣ َ ص ۡي ُِطرو َن َأ ۡم ُه ُم ٱ ل ُم:dibaca 37) (QS.At-Thur
.Huruf 2
...
a. Jawazul Wajhain (Shod bisa dibaca Shod atau Sin)
b. Ibdal (Shod dibaca Sin)
c. Itsbat (Shod tetap dibaca Shod)
d. Dibaca sebagaimana biasanya
13
َ۬ ۡ
Huruf نkalimat pada bertasydid ¹ َۗ َْل َ َت َمنَّا َ عَل ٰى ُيو ُسف.Yusuf:11) (QS
3. ... bacaan adalah
a. Imalah
b. Isymam
c. Naql
d. Tafkhim
4. Apa yang dimaksud dengan Ghara’ib al-Qur’an? Manfaat apa yang
dapat diambil dari mempelajri hal tersebut?
5. Jelaskan macam-macam Ghara’ib al-Qur’an disertai contohnya!
13