Anda di halaman 1dari 87

HUBUNGAN BABY MASSAGE DENGAN KUALITAS TIDUR

BAYI USIA 1-6 BULAN DI RIU MOM KIDS


AND BABY SPA DI SUKOHARJO PATI

PROPOSAL OBSERVASI MASALAH KEBIDANAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Yudisium Akhir Pada Program Studi
Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh:

DIAH AYU SULASTRI


NIM: 1317006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA PATI

2019

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga perlu mendapatkan perhatian

khusus. Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

bayi adalah tidur dan istirahat. Karena saat tidur pertumbuhan otak

bayi mencapai puncaknya. Selain itu pada saat tidur tubuh bayi

memproduksi hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak

dibandingkan ketika bayi terbangun. Pada waktu tidur bayi rata-

rata yang dibutuhkan bayi adalah 16 jam. Sebagian besar anak

mempunyai pola tidur yang normal, tetapi 15-30 persen anak

mengalami masalah tidur pada periode bayi.

Aktivitas regenerasi sel-sel tubuh dan tumbuh kembang

otak berlangsung mencapai puncaknya pada saat bayi dan balita

sedang tidur. Oleh karena itu tidur merupakan salah satu aktivitas

penting dalam proses perkembangan anak (Wong dan

Indraningsih, 2011). Pola tidur bayi berbeda-beda. Namun

kebutuhan tidur bayi yang baru lahir sangat banyak. Setiap 3 jam

sekali, bayi akan terjaga untuk minum. Dengan bertambahnya

usia, kebutuhan tidur semakin berkurang. Bayi akan tidur di

1
malam hari, sedangkan di siang harinya bayi akan terjaga. Pada

usia 6 bulan bayi akan tidur sejenak di pagi hari. Sedangkan

disiang hari akan terjaga. Pada malam hari bayi tertidur pula dan

akan terjaga menjelang subuh untuk menyusu (Widyastuti dan

Widyani, 2006).

Berdasarkan data WHO (World Health Organization)

tahun 2012 yang dicantumkan dalam jurnal Pediatrics, tercatat

sekitar 33% bayi mengalami masalah tidur. Penelitian yang

dilakukan oleh Hiscock (2012) di Melbourne Australia didapatkan

hasil 32% ibu melaporkan terdapat kejadian berulang masalah

tidur pada bayi mereka. Penelitian tersebut menggambarkan

bahwa masih banyak kejadian masalah tidur yang dialami bayi dan

kejadian tersebut bisa menetap ataupun terulang kembali (Hiscock

et all, 2012). Di Indonesia cukup banyak bayi yang mengalami

masalah tidur, yaitu sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur

seperti sering terbangun di malam hari.

Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004, yang

dilakukan di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Palembang

dan Batam dengan jumlah responden 385 orang, diperoleh data

51,3% bayi mengalami gangguan tidur, 42% jam tidur malamnya

kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan

lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam. Berdasarkan

2
studi pendahuluan di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang

pada bulan Oktober 2013, dengan mewawancarai 6 orangtua bayi

yang berusia 3-6 bulan, diperoleh data 66,7% mengatakan bahwa

bayi sulit untuk tidur malam hari, sering terbangun pada malam

hari lebih dari satu jam, total jumlah tidur perhari kurang dari 13

jam, dan hanya 33,3% yang hanya mempunyai jumlah jam tidur

normal dengan rata-rata 14 jam perhari. Bayi yang belum

mempunyai jam tidur yang cukup, keesokan harinya seringkali

menangis dan rewel. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa

masih banyak bayi yang belum mempunyai jam tidur yang cukup.

Menurut Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Dessy Munlidia tahun 2017 dengan judul “Pengaruh Baby

Massage Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di BPM

Ny. Farochah SST, Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang

Kabupaten Jombang”, dengan hasil menyatakan bahwa kualitas

tidur bayi Usia 3-6 bulan sebelum diberi baby massage sebagian

besar cukup yaitu sebesar 17 orang (53,1%) dan kualitas tidur bayi

Usia 3-6 bulan sesudah diberi baby massage sebagian besar baik

yaitu sebesar 24 orang (75%). Uji statistik wilcoxon menunjukan

bahwa nilai signifikan p value = 0,001 < (0,05), sehingga H1

diterima yang berarti ada Pengaruh Baby Massage Terhadap

Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 bulan Di BPM Ny. Farochah Desa

3
Pulo Lor Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Dari hasil

penelitian, cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

tidur adalah dengan baby massage. Baby Massage merupakan

salah satu jenis stimulasi yang akan merangsang perkembangan

struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak (Riksani,

2014). Pijatan lembut akan membantu mengendurkan otot- ototnya

sehingga bayi menjadi tenang dan tidurnya nyenyak (Anggraini,

2009). Bayi yang dipijat selama kurang lebih 15 menit akan

merasa lebih rileks, tidur lebih lelap, perkembangan dan

pertumbuhannya juga semakin baik (Marta, 2014).

Menurut hasil penelitian Hanniya tahun 2013 dengan judul

hubungan frekuensi pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 6-12

bulan di Asri Medical Center Yogyakarta, dengan hasil

menyatakan nilai p sebesar 0,001 < 0,005 yang menunjukan ada

hubungan antara pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 6-12

bulan di Asri Medical Center Yogyakarta tahun 2013.

Menurut Roesli (2011) bahwa pijat dapat meningkatkan

kadar serotonin yang akan menghasilkan melatonin yang berperan

dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelep pada malam

hari. Selain itu, serotonin juga akan meningkatkan kapasitas sel

reseptor yang berfungsi meningkatkan glukokortikoid atau

adrenalin (suatu hormone stress). Proses ini menyebabkan

4
terjadinya penurunan kadar hormone stress sehingga bayi yang

dipijat akan tampak lebih tenang dan tidak rewel. Pada usia 6-12

bulan waktu yang dibutuhkan bayi untuk tidur akan berkurang

dibandingkan pada usia sebelumnya. Pada bayi dengan usia 6-12

bulan merupakan tahap perkembangan dimana bayi mulai belajar

untuk merangkak, duduk dan berjalan, aktivitas fisik yang

dilakukan bayi akan mempengaruhi tidur bayi. Sekitar 50% anak

pada usia 6-12 bulan akan mengalami gangguan tidur dimalam

hari, anak akan terbangun pada malam hari sering terjadi pada

anak yang terlalu lama tidur disiang hari atau pada anak yang

tertalu semangat untuk bermain sebelum tidur (Rochtiningsing,

2010). Usia 6 bulan merupakan usia bayi memasuki tahap

perkembangan, dimana bayi akan lebih banyak menggunakan

aktifitas fisiknya, selain itu meningkatnya kemampuan bayi untuk

berkomunikasi dengan lingkungannya membuat bayi akan sulit

tertidur, atau akan mengalami berbagai gangguan tidur, menurut

penelitian yang dilakukan Sekartini dan Nuri (2006) pada lima

kota di Indonesia mengenai gangguan tidur pada balita, didapatkan

rata-rata bayi yang berusia 12 bulan mengalami gangguan tidur.

Oleh sebab perlunya memberikan terapi pijat bayi karena dapat

membantu mengurangi gangguan tidur pada bayi selain itu pijat

bayi juga dapat meningkatkan berat badan bayi, meningkatkan

5
daya tahan tubuh meciptakan hubungan batin antara ibu dan bayi,

mengurangi rasa sakit, sehingga proses tumbuh kembang pada

bayi dapat berjalan dengan optimal.

Salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi

masalah tidur bayi adalah pijat bayi (Liaw, 2000 dalam Hikmah,

2010). Pijat bayi bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi bayi

dan membuat bayi tidur lelap. Selain itu pijat bayi juga bermanfaat

untuk meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi,

meningkatkan produksi ASI, serta meningkatkan daya tahan tubuh

(Subakti, 2008). Pijat bayi adalah gerakan usapan lambat dan

lembut pada seluruh tubuh bayi yang dimulai dari kaki, perut,

dada, wajah, tangan dan punggung bayi. Pijat bayi merupakan

salah satu bentuk rangsang raba. Rangsang raba adalah yang

paling penting dalam perkembangan (Liaw, 2000 dalam Hikmah,

2010). Pijatan lembut akan membantu meringankan ketegangan

otot sehingga bayi menjadi tenang dan tertidur (Prasetyo, 2009).

Menurut Roesli (2013) pijat bayi membantu merangsang

kekebalan (pembawaan lahir) pada bayi, sehingga bisa membantu

melawan infeksi. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran

dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh yang

berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada

bayi. Teknik pijat bayi khusus dapat membantu menghilangkan

6
kulik (mulas), masuk angin, dan susah buang air besar. Selain itu

pijat juga merangsang keluarnya hormon oksitosin, hormon

oksitosin dihasilkan oleh hipotalamus. Hipotalamus

memerintahkan pituitary untuk mensekresikan oksitosin, efek

yang terjadi pada tubuh bayi menjadi tenang, nyaman dan

mengurangi frekuensi menangis. Dengan demikian, pijatan juga

meningkatkan kualitas tidurnya. Pijat bayi tampaknya dapat

menjadi solusi praktis untuk menyelesaikan masalah gangguan

tidur. Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap,

sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh

(Roesli, 2013).

Baby Massage merupakan salah satu jenis stimulasi yang

akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari kerja

sel-sel dalam otak (Riksani, 2014). Pijatan lembut akan membantu

mengendurkan otot-ototnya sehingga bayi menjadi tenang dan

tidurnya nyenyak. Sentuhan lembut pada bayi merupakan sarana

ikatan yang indah antara bayi dan orang tuanya (Anggraini, 2009).

Pada saat di lakukan pijatan terhadap bayi, bayi yang dipijat akan

dapat tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun, daya

konsentrasinya akan lebih penuh(Roesli, 2013).

Peningkatan kualitas atau lama tidur bayi yang dilakukan

baby massage disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi

7
serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan.Serotonin

merupakan zat transmitter utama yang menyertai pembentukan

tidur dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis

maupun aktivitas otak lainnya.Melatonin mempunyai peran dalam

tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat malam

hari. Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi

pada keadaan gelap saat cahaya yang masuk ke mata

berkurang(Roesli, 2013). Selain itu, solusi lain agar bayi tidur

pulas yaitu mengatur jadwal menyusu, mengganti popok ketika

bayi BAK dan BAB.

Bayi dimasa tumbuh kembang membutuhkan kualitas tidur

yang cukup, karena tidur sangat penting bagi bayi untuk

mematangkan otak. Proses pematangan otak terjadi ketika bayi

tidur ditahap Rapid Eye Movement (REM). Kematangan otak

dibutuhkan bayi untuk belajar bermacam hal. Bayi yang kurang

tidur akan menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga bayi

mudah sakit. Selain itu hormon pertumbuhan akan terganggu,

sehingga pertumbuhan bayi terganggu, maka dari itu bayi harus

mempunyai kualitas tidur yang cukup agar proses pematangan

otak tidak terganggu (Handajani dkk, 2012). Salah satu cara yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

dengan pijatan. Bayi yang dipijat akan dapat tidur dengan lelap,

8
sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya akan lebih

penuh (Roesli, 2013).

Peningkatan kualitas tidur bayi yang dilakukan pemijatan

karena saat dipijat tubuh melepaskan oksitosin (Handajani dkk,

2012). Menurut Roesli (2013) pijat bayi membantu merangsang

kekebalan (pembawaan lahir) pada bayi, sehingga bisa membantu

melawan infeksi. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran

dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh yang

berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada

bayi. Teknik pijat bayi khusus dapat membantu menghilangkan

kulik (mulas), masuk angin, dan susah buang air besar. Selain itu

pijat juga merangsang keluarnya hormon oksitosin, hormon

oksitosin dihasilkan oleh hipotalamus. Hipotalamus

memerintahkan pituitary untuk mensekresikan oksitosin, efek

yang terjadi pada tubuh bayi menjadi tenang, nyaman dan

mengurangi frekuensi menangis. Dengan demikian, pijatan juga

meningkatkan kualitas tidurnya.

Tidur adalah siklus proses fisiologis yang bergantian

dengan periode bangun yang lebih lama. Tidur adalah prioritas

utama untuk bayi, karena saat ini ada perbaikan neuro-brain dan

sekitar 75% hormon pertumbuhan yang dihasilkan. Bayi

menghabiskan jumlah waktu tidur rata-rata sekitar 60%. Kualitas

9
tidur bayi tidak hanya mempengaruhi perkembangan fisik, tetapi

juga sikap pada hari berikutnya. Bayi yang tidur nyenyak tanpa

sering bangun akan bugar dan tidak mudah rewel. Gangguan tidur

pada bayi adalah jika bayi tersebut tidur kurang dari 9 jam pada

malam hari, bayi sering terbangun lebih dari 3 kali dan bayi

bangun lebih dari 1 jam. Bayi pada saat tidur rewel, mengangis

dan menunjukkan sulit untuk kambali tidur (Gress et al, 2010).

Berdasarkan survey data yang di lakukan observasi pada

ibu yang mempunyai bayi 1-6 bulan di Riu Mom Kids And Baby

Sukoharjo Pati sebanyak 10 responden, didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 1.1
Pelaksanaan Baby massage

Pelaksanaan Baby Frekuensi Persentase (%)


massage
Sudah 10 100 %
Belum 0 0%
Total 10 100

Dari tabel diatas diketahui sebagian besar 10 responden

dari ibu yang mempunyai bayi usia 6 bulan-1 tahun diketahui

bahwa sebagian besar responden menyatakan bayinya sudah

dilakukan pemijatan dan hasilnya yang sudah dilakukan pemijatan

ada 100%.

10
Berdasarkan 10 bayi yang melakukan pemijatan dengan

kualitas tidur didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.2
Kualitas Tidur

Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%)


Baik 3 30 %
Cukup 0 0%
Kurang 7 70%
Total 10 100

Dari tabel diatas kualitas tidur diketahui bahwa 7 (70%)

ibu yang bayi yang di pijat mengatakan bayi dapat tidur nyenyak

tetapi sering terbangun dari tidurnya, dan 3 (30%) ibu yang

bayinya dilakukan pemijatan mengatakan bayi tidurnya pulas

tetapi tidak sering terbangun setelah dilakukan pemijatan.

Dari latar belakang tersebut observasi tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Baby Massage

Dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 1-6 bulan di Sukoharjo Pati”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam observasi ini adalah “Apakah Ada Hubungan Baby

Massage dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 1-6 bulan di Sukoharjo

Pati?”

11
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Hubungan Baby Massage Dengan Kualitas Tidur

Bayi Usia 1-6 bulan.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui baby massage anak usia 1-6 bulan

b. Mengetahui kualitas tidur bayi Usia 1-6 bulan sesudah

dilakukan baby massage.

c. Menganalisis Hubungan baby massage dengan kualitas

tidur bayi Usia 1-6 bulan

D. Manfaat Observasi

1. Teoritis

Hasil observasi ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan serta wawasan dalam kebidanan terutama tentang

hubungan baby massage dengan kualitas tidur bayi usia 1-6

bulan.

2. Praktis

a. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan

referensi tentang baby massage sebagai bahan ajar kepada

mahasiswa.

12
b. Bagi Bidan

Hasil observasi ini dapat menambah informasi dan

motivasi bidan terhadap baby massage sehingga dapat

mengembangkan intervensi dalam peningkatan pemenuhan

kebutuhan untuk melakukan baby massage dengan kualitas

tidur bayi usia 1-6 bulan.

c. Bagi Observasi

Bagi observasi diharapkan hasil observasi ini dapat

digunakan sebagai bahan dasar acuhan/referensi untuk

mengembangkan observasi selanjutnya sehubungan dengan

Hubungan Baby Massage dengan Kualitas Tidur Bayi usia

1-6 bulan.

E. Keaslian Observasi

Observasi Terkait Dengan Hubungan Baby Massage

dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 1-6 bulan.

Judul Observasi
No Nama penelitian, Sasaran Variabel Metodelogi
Hasil
Tahun
1. “Pengaruh pijat seluruh bayi Variabel pre- Hasil analisis
bayi terhadap yang berusia bebas: experimental menggunakan
peningkatan berat 3-6 bulan di pijat bayi uji Paired
badan bayi usia 3- Puskesmas Variabel Sample T Test
6 bulan di wilayah II Denpasar terikat: didapatkan hasil
kerja Puskesmas II Timur”. peningkatan bahwa nilai t
Denpasar Timur”. berat badan sebesar -14,563
(Triana,K.Y. tahun bayi dan didapatkan
2012) pula nilai
13
Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar
0,000 yang
memiliki nilai
lebih kecil dari α
penelitian yaitu
0,05 yang
artinya Ho
ditolak dan Ha
diterima yang
artinya terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
perubahan berat
badan bayi
sebelum
diberikan pijat
bayi dengan
setelah
diberikan pijat
bayi pada bayi
usia 3-6 bulan di
wilayah kerja
Puskesmas II
Denpasar Timur.
2. Peningkatan berat seluruh bayi Variabel quasi Hasil penelitian
badan bayi melalui yang berusia bebas: experiment ini adalah ada
pemijatan di usia 0–6 pemijatan hubungan antara
Polindes Buluk bulan di Variabel pemijatan
Agung Wilayah Polindes terikat: dengan
Kerja Puskesmas Buluk Peningkatan peningkatan
Klampis Agung berat badan berat badan
Bangkalan”. Wilayah bayi bayi.
(Ummi Kulsum, Kerja uji statistik
2010) Puskesmas mann whitney
Klampis test dengan
Bangkalan tingkat
kemaknaan p< α
(0,05). Uji
statistik
menggunakan
uji mann-
whitney test
sebagai berikut
14
pengaruh
pemijatan
terhadap
peningkatan
berat badan
adalah p= 0,033;
α= 0,05. Dari
hasil uji paired
sampel t-test
pada kelompok
kontrol
didapatkan nilai
p= 0,0517; α=
0,05.
Kesimpulan
penelitian ini
adalah ada
hubungan antara
pemijatan
dengan
peningkatan
berat badan bayi
3. “Pengaruh seluruh bayi Variabel quasi- Hasil penelitian
frekuensi pijat bayi yang berusia bebas: experiment menyebutkan
terhadap 1-3 bulan di frekuensi bahwa ada
pertumbuhan bayi desa pijat bayi perbedaan
usia 1-3 bulan di Karangsari Variabel pertumbuhan
desa Karangsari dan terikat: (berat badan)
dan Purbadana”. Purbadana pertumbuha sebelum dan
(Rosi n bayi sesudah
Kurnia,2013) intervensi pada
ketiga kelompok
(p=
0,0001<α0.05).
Hasil analisis
Uji Wilcoxon
menyebutkan
ada perbedaan
perkembangan
sebelum dan
sesudah
intervensi pada
ketiga kelompok
(p=0,046;p=0,02
15
5;p=0,046<
α0,05). Hasil
analisis dengan
Uji One Way
Anova
menyebutkan
tidak
ada pengaruh
frekuensi pijat
bayi terhadap
pertumbuhan
(berat badan )
dengan nilai
p=0,166>α0,05.
Hasil analisis
dengan Uji
Kruskal Wallis
menyimpulkan
tidak ada
pengaruh
frekuensi pijat
bayi
terhadap
perkembangan
(p= 0,342 >
α=0,05)..
4. “Hubungan seluruh bayi Variabel Cross Hasil penelitian
frekuensi pijat bayi yang berusia bebas: sectional menunjukkan
dengan kualitas 6-12 bulan frekuensi nilai p sebesar
tidur bayiusia 6-12 di Asri pijat bayi 0,001 < 0,005
bulan di Asri Medical Variabel yang
Medical Center Center terikat: menunjukkan
Yogyakarta.” Yogyakarta kualitas ada hubungan
(Haniyyah,2013) tidur bayi antara pijat bayi
dengan kualitas
tidur bayi usia
6-12 bulan di
Asri Medical
Center
Yogyakarta
tahun 2013.

16
Yang membedakan observasi ini dengan observasi

sebelumnya adalah judul, variabel observasi, tempat observasi

,metode observasi yang sebelumnya belum dilakukan observasi.

F. Ruang Lingkup Observasi

1. Lingkup Masalah

Masalah yang dikaji tentang Baby Massage dengan

kualitas tidur bayi

2. Lingkup sasaran

Sasaran observasi ini di tujukkan kepada bayi yang

berusia 1-6 bulan

G. Lokasi dan Waktu Observasi

1. Lokasi

Observasi ini dilakukan di Riu Mom Kids And Baby SPA di

Sukoharjo Pati

2. Waktu

O bservasi akan dilaksanakan pada bulan januari-maret

17
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Bayi

a. Pengertian

Masa bayi merupakan masa emas untuk pertumbuhan

dan perkembangan anak sehingga perlu mendapatkan

perhatian khusus. Salah satu faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat. Tidur

nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat

tidur pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Selain itu

pada saat tidur tubuh bayi memproduksi hormon pertumbuhan

tiga kali lebih banyak pada saat bayi tidur dibandingkan ketika

bayi terbangun (Vina, 2010).

Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang

sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola prilaku, sikap,

dan pola ekspresi emosi terbentuk (Mansur, 2011).

b. Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi

Pertumbuhan adalah sesuatu yang berkaitan dengan

perubahan baik dari segi jumlah, ukuran, dan dimensi pada

tingkat sel, organ yang di ukur maupun individu. Pertumbuhan

pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi


19
sesuai dengan bertambahnya usia anak secara umum,

pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki

(cephalokauudal). Kemtangan pertumbuhan tubuh pada bagian

kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-

angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya,

pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur

(Chamidah, 2009).

Ada perbedaan antara konsep pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi, konsep pertumbuhan lebih kearah

fisik, yaitu pertambahan berat tubuh bayi. Dalam hal ini terjadi

pertumbuhan organ-organ bayi seperti tulang, gigi, organ-

organ dalam, dan sebagainya. Sementara itu, konsep

perkembangan lebih mengarah pada segi psikologis, yaitu

menyangkut perkembangan sosial, emosional, dan kecerdasan.

Perkembangan pada bayi terdiri dari beberapa tahap antara lain

sebagai berikut (Chamidah, 2009):

a) Periode usia 0-1 bulan (periode neonatus/bayi awal): terjadi

penyesuaian sirkulasi darah dan insiasi pernapasan serta fungsi

lain.

b) Periode usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun (periode bayi

tengah): terjadi pertumbuhan yang cepat dan maturasi fungsi

terutama pada saraf. Maturasi fungsi adalah pemataangan

20
fungsi-fungsi organ tubuh, misalnya pada organ pencernaan

dari hanya bias mencerna susu hingga dapat mencerna

makanan padat.

c) Periode usia 1-2 tahun (periode bayi akhir): terjadi

perkembangan motoric besar dan halus, control fungsi ekskresi

(buang air besar) dan pertumbuhan lambat.

c. Ciri-ciri Pertumbuhan

Hidayat (2009), menyatakan bahwa seseorang

dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan

ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat

badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar

lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada

proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari

masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara

perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut

pada daerah aksial, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama

yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya

kelenjar timus, lepasnya gigi sus, atau hilangnya refleks

tertentu.

d. Parameter Pertumbuhan Bayi

Pengukuran pertumbuhan pada bayi yang dijadikan

patokan adalah berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat

21
badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya

tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga

dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang

anak. Selain itu berat badan juga dapat digunakan sebagai

dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam

tindakan pengobatan. Pada usia beberapa hari, berat badan

bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar

10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena

keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi

dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang

belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari

kesepuluh (Hidayat, 2009).

e. Karakteristik Perkembangan Pada Masa Bayi

a) Perkembangan Fisik

Selama dua tahun pertama kehidupannya,

perkembangan fisik bayi berlangsung sangat

ekstensif. Pada saat lahir, bayi memiliki kepala yang

sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh lain.

Tubuhnya bergerak terus-menerus ke kiri dan ke

kanan, sering kali tidak dapat dikendalikan. Mereka

juga memiliki refleks yang di dominasi oleh gerakan-

22
gerakan yang terus berkembang. Dalam rentang

waktu 12 bulan bayi dapat duduk, berdiri,

membungkuk, memanjat, dan bahkan berjalan.

Kemudian selama dua tahun, pertumbuhan fisiknya

melambat, tetapi pada aktivitasnya seperti berlari

dan memanjat pertumbuhannya justru berlangsung

cepat (Mansur, 2011).

b) Perkembangan Refleks

Pada masa bayi terlihat gerakan-gerakan

spontan, yang disebut refleks. Refleks adalah

gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak

terkoordinasi sebagai reaksi terhadap rangsangan

tertentu serta memberi bayi respons penyesuaian diri

terhadap lingkungannya. Sepanjang bulan pertama

kehidupannya, kebanyakan refleks disengaja atau

penuh arti. Pada saat anak menguasai kemampuan

tersebut, maka ia disebut sudah memiliki skill atau

keterampilan.

c) Pola Tidur dan Bangun


Bayi yang baru lahir menghabiskan lebih

banyak waktunya untuk tidur. Rata-rata bayi baru

lahir tidur selama 16-17 jam sehari, walaupun ada

beberapa bayi yang rata-rata tidurnya lebih sedikit,


23
yaitu sekitar 10 hingga 11 jam per hari dan ada pula

yang lebih lama, yaitu selama 21 jam per hari.

Biasanya jumlah tidur bayi akan berkurang secara

teratur setiap bulan.

d) Pola Makan dan Minum

Perkembangn fisik bayi bergantung pada

makanan yang baik selama 2 tahun pertama. Bayi

membutuhkan makanan yang mengandung sejumlah

protein, kalori, vitamin dan mineral. Bagi bayi usia 6

bulan pertama, ASI merupakan sumber makanan dan

energi yang utama, karena ASI adalah susu yang

bersih dan dapat dicerna serta mengandung zat

antibodi.

e) Pola Buang Air

Buang air yang terkendali atau terlatih

merupakan suatu bentuk keterampilan fisik dan

motorik yang harus dicapai oleh bayi. Kemampuan

untuk mengendalikan buang air ini sangat bergantung

pada kematangan otot dan motivasi yang memiliki.

Ketika baru lahir bayi belum mampu mengendalikan

buang airnya, sehingga buang air dilakukan setiap

saat. Pada usia 4 bulan, interval buang airnya

24
dilakukan setiap saat. Pada usia 4 bulan, interval

buang airnya sudah dapat diramalkan.

f) Perkembangan Intelegensi

Sejak tahun pertama dari usia anak, fungsi

intelegensi sudah mulai tampak dalam tingkah

lakunya, umpamanya dalam tingkah lakunya motorik

dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukkan

gerakan-gerakan yang lancar, serasi dan terkoordinasi.

g) Perkembangan Bahasa

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang

melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis dan

perilaku yang tampak. Untuk dapat memahami secara

pasti mengenai kondisi emosi bayi bukanlah hal

mudah, sebab informasi mengenai aspek emosi yang

subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara

intropeksi, sedangkan bayi masih sangat muda tidak

dapat menggunakan cara tersebut dengan baik.

2. Konsep Dasar Baby Massage

a. Pengertian

Menurut Roesli (2013) baby massage adalah

pemijatan yang dilakukan lebih mendekati usapan-usapan

25
halus atau rangsangan raba (taktilang dilakukan

dipermukaan kulit, manipulasi terhadap jaringan atau

organ tubuh bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap

syaraf otot, dan system pernafasan serta memperlancar

sirkulasi darah.

Pijat bayi adalah terapi sentuhan tertua yang

dikenal manusia dan yang paling popular. Pijat adalah seni

perawatan kesehatan dan pengobatan yang di praktekkan

sejak berabad–abad silam lamanya. Bahkan diperkirakan

ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan

didunia, mungkin karena pijat berhubungan sangat erat

dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia (Roesli,

2013).

b. Fisiologi Pijat Bayi ( Baby Massage)

Fisiologi pijat bayi atau mekanisme pemijatan

dasar memang belum banyak di ketahui. Namun, saat ini

para pakar sudah mempunyai beberapa teori yang

menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, menurut Roesli

(2013) antara lain :

1) Betha endhorpin mempengaruhi mekanisme pertumbuhan

Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

anak. Tahun 1989, Schanberg dari Duke University Medical

26
School melakukan penelitian pada bayi – bayi tikus dan

ditemukan bahwa jika hubungan taktil (jilatan – jilatan) ibu

tikus kepada bayinya terganggu akan menyebabkan hal – hal

berikut ini :

a) Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase)

suatu enzim yang menjadi petunjuk peka bagi

pertumbuhan sel dan jaringan.

b) Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.

c) Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap

pemberian hormon pertumbuhan.

Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan

pengeluaran suatu neurochemical betha-endorphine,

yang akan mengurangi pembentukan hormon

pertubumbuhan karena menurunnya jumlah dan

aktivitas ODC (ornithine decaboxylase) jaringan.

a) Pijat bayi,VASODILTASI Pembuluh darah,aliran

darah lancar asupan nutrisi tersebar baik keseluruh

tubuh dan zat penyebab tubuh pegal (asam laktat)

bisa diangkut dan daur ulang.

b) Pijat bayi Merangsang sel–sel untuk mengeluarkan

endorphine (morfin endogen: zat yang membuat

badan terasa lebih segar dan nyaman).

27
c) Pijat bayi Merangsang Humunculus Cerebri,

sehingga meningkatkan proses perkembangan otak.

2) Aktivitas Nervus Vagus mempengaruhi mekanisme

penyerapan makanan

Penelitian Field dan Schanberg (2013)

menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat

mengalami peningkatan tonus nervus vagus (syaraf

otak ke 10) yang akan menyebabkan peningkatan

kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan

demikian, penyerapan makanan yang menjadi lebih

baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang

dipijat meningkat lebih banyak dari pada yang tidak

dipijat.

3) Aktivitas Nervus Vagus meningkatkan volume ASI

Penyerapan makanan menjadi lebih baik

karena peningkatan aktivitas nervus vagus

menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih

sering menyusu pada ibunya. Akibatnya ASI akan

semakin banyak diproduksi jika semakin banyak

diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin

banyak diproduksi jika semakin banyak diminta.

Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa

28
lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada

peningkatan volume ASI.

4) Produksi serotonin meningkatkan daya tahan tubuh

Pemijatan akan meningkatkan aktivitas

neurotransmiter serotonin, yaitu meningkatkan

kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat

glucocorticoid (adrenalin, suatu hormon stres). Proses

ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar

hormon adrenalin (hormon stres). Penurunan kadar

hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh,

terutama IgM dan IgG.

5) Pijatan dapat mengubah gelombang otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap

dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau

konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat

mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi

dengan cara menurunkan gelombang alpha dan

meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat

dibuktikan dengan penggunaan EEG (electro

encephalogram)

c. Manfaat pijat bayi (baby massage) secara Biokimia dan

Fisik Positif Efek biokimia yang positif dari pijat antara

29
lain:

1) Menurunkan kadar hormon stres (catecholamine) dan,

2) Meningkatkan kadar serotonin.

Selain efek biokimia, pijatan memberikan efek

fisik / klinis sebagai berikut :

1) Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem

immunitas (sel pembunuh alami).

2) Mengubah gelombang otak secara positif.

3) Memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan.

4) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.

5) Meningkatkan kenaikan berat badan.

6) Mengurangi depresi dan ketegangan.

7) Meningkatkan kesiagaan.

8) Membuat tidur lelap.

9) Mengurangi rasa sakit.

10) Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).

11) Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan

bayinya (bonding).

12) Meningkatkan volume air susu ibu.

Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para

pakar mengenai manfaat pijat bayi:

a) Meningkatkan berat badan

30
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. T. Field dan

Scafidi (1986 dan 1990) menunjukkan bahwa pada 20

bayi prematur (berat badan 1280 dan 1176 gram),

yang dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari, mengalami

kenaikan berat badan per hari 20% - 47% lebih banyak

dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup

bulan yang berusia 1 – 3 bulan, yang dipijat 15 menit,

2x seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan

berat badan yang lebih dari kontrol.

b) Meningkatkan pertumbuhan

Schanberg (2013) melakukan penelitian pada tikus dan

menemukan bahwa tanpa dilakukannya rangsangan

raba / taktil pada tikus telah terjadi penurunan hormon

pertumbuhan.

c) Meningkatkan daya tahan tubuh

Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat

sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 1 bulan,

menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah dan

toksisitas, sel pembunuh alami (natural killer cells).

Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi sekunder pada penderita AIDS.

d) Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur

31
lebih lelap Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih

lelap, sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan

lebih penuh. Di Touch Research Institute, Amerika,

dilakukan penelitian pada kelompok anak dengan

pemberian soal matematika. Selain itu dilakukan pemijatan

pada anak–anak tersebut selama 2x15 menit, setiap

minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya,

pada anak–anak tersebut diberikan lagi soal matematika

lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu

penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan

untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula

tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari sebelum

dipijat.

e) Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak

(bounding) Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada

bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih sayang

diantara keduanya. Pada perkembangan anak, sentuhan

orang tua adalah dasar perkembangan komunikasi yang

akan memupuk cinta kasih secara timbal balik. Semua ini

akan menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial

menjadi anak berbudi pekerti baik yang percaya diri.

f) Meningkatkan produksi ASI

32
Berdasarkan penelitian Cyntia Mersmann, ibu yang

memijat bayinya mampu memproduksi ASI perah

lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Pada

saat menyusui bayinya, mereka merasa kuwalahan

karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang

tidak disusukan. Jadi pijat bayi dapat meningkatkan

volume ASI peras sehingga periode waktu pemberian

ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya

oleh ibu–ibu karyawati (Roesli, 2010).

d. Waktu Pemijatan

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi

dilahirkan. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi

akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi

pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran

sampai bayi berusia 6-7 bulan. Murjito (2009)

Menurut Roesli (2010) bayi dapat dipijat pada

waktu–waktu yang tepat meliputi :

1) Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk

memulai hari baru.

2) Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk

membantu bayi tidur lebih nyenyak.

e. Tempat Pemijatan Bayi

33
Tempat pemijatan bayi menurut Subakti dan Anggraini (2011)

adalah:

1) Ruangan yang hangat tapi tidak panas.

2) Ruangan kering dan tidak pengap

3) Ruangan tidak berisik.

4) Ruangan yang penerangannya cukup.

5) Ruangan tanpa aroma menyengat dan mengganggu.

f. Persiapan Sebelum Memijat

Sebelum melakukan pemijatan harus melakukan hal–hal

berikut ini :

1) Tangan dalam keadaan bersih dan hangat.

2) Hindari agar kuku dan perhiasan tidak

mengakibatkan goresan pada kulit bayi.

3) Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak

pengap.

4) Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar.

5) Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak

diganggu minimum selama 15 menit guna

melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan.

6) Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang.

7) Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata,

lembut dan bersih.

34
8) Siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak bayi

(baby oil/ lotion).

9) Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan

dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil

mengajaknya berbicara. (Roesli, 2011).

g. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan

Pemijatan

1) Selama pemijatan dianjurkan melakukan hal–hal berikut

a) Memandang mata bayi disertai pancaran kasih

sayang selama pemijatan berlangsung.

b) Bernyanyilah atau putarkanlah lagu–lagu yang

tenang atau lembut, guna membantu menciptakan

suasana tenang selama pemijatan berlangsung.

c) Awalilah pemijatan dengan melakukan sentuhan

ringan, kemudian secara bertahap tambahkanlah

tekanan pada sentuhan yang dilakukan khususnya

apabila anda sudah merasa yakin bahwa bayi mulai

terbiasa dengan pijatan yang sedang terjadi.

d) Sebelum melakukan pemijatan, lumurkan baby oil

atau lotion yang lembut sesering mungkin dengan

memastikan bayi tidak alergi terhadap minyak yang

35
digunakan.

e) Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki bayi karena

umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada

daerah kaki. Dengan demikian akan memberi

kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat

sebelum bagian lain dari badannya disentuh.

Karenanya urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai

dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan di

akhiri pada bagian punggung.

f) Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi.

Jika bayi menangis, cobalah untuk menenangkanlah

sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menangis

lebih keras hentikan pemijatan karena mungkin bayi

mengharapkan untuk digendong, disusui atau sudah

mengantuk dan saat ingin tidur.

g) Memandikan bayi segera setelah pemijatan

berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah

terlumur minyak bayi (baby oil). Namun kalau

pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup

diseka dengan air hangat agar bersih dengan minyak

bayi.

h) Lakukan konsultasi pada dokter atau perawat

36
untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang

pemijatan bayi.

i) Hindarkan mata bayi dari baby oil (Roesli 2011).

2) Selama pemijatan tidak dianjurkan untuk melakukan hal–

hal berikut:

a) Memijat bayi langsung setelah selesai makan.

b) Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan

c) Memijat bayi pada saat bayi tak mau dipijat.

d) Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi.

e) Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat

(Roesli 2011).

h. Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi

1) 0-1 bulan, disarankan gerakan yang lebih

mendekatusapan-usapan halus. Sebelum tali pusat

lepas sebaiknya tidakdilakukan pemijatan di

daerah perut.

2) 1-3 bulan, disarankan gerakan halus disertai

dengan tekanan ringan dalam waktu yang singkat.

3) 3 bulan-3 tahun, disarankan seluruh gerakan

dilakukan dengan tekanan dan waktu yang

semakin meningkat (Puri Mahayu, 2016).

i. Urutan Teknik Baby Massage

37
Menurut Roesli (2012) catatan setiap gerakan pada

tahap pemijatan ini dapat diulang sebanyak enam kali.

a. Kaki

1) Perahan cara India

Peganglah kaki bayi pada pangkal paha,

seperti memegang pemukul softball. Gerakkan

tangan kebawah secara bergantian, seperti

memerah susu.

Gambar 2.1 Perahan cara India

2) Peras dan putar

Pegang kaki bayi pada pangkal paha

dengan kedua tangan secara bersamaan. Peras dan

putar kaki bayi denagn lembut dan dimulai dari

pangkal paha searah mata kaki.

Gambar 2.2 Peras dan putar

38
3) Telapak kaki

Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu

jari secara bergantian, dimulai dengan tumit kaki

menuju jari – jari diseluruh telapak kaki.

Gambar 2.3 Telapak kaki

4) Tarikan lembut jari

Pijatlah jari–jarinya satu persatu dengan

gerakan memutar menjauhi telapak kaki, diakhiri

denga tarikan kasih yang lembut pada tiap ujung

hari.

Gambar 2.4 Tarikan lembut jari

5) Gerakan peregangan (stretch)

Dengan mempergunakan sisi dari jari

telunjuk, pijat telapak kaki mulai dari batas jari–


39
jari kearah tumit. Dengan jari tangan lain

regangkan dengan lembut punggung kaki pada

daerah pangkal kaki kearah tumit.

Gambar 2.5 Gerakan peregangan

6) Titik tekan

Tekan–tekanlah kedua ibu jari secara

bersamaan diseluruh permukaan telapak kaki dari

arah tumit ke jari–jari.

Gambar 2.6 Titik tekan

7) Punggung kaki

Dengan mempergunakan kedua ibu jari

secara bergantian pijatlah punggung kaki dari

pergelangan kaki kearah jari–jari secara

bergantian.

40
Gambar 2.7 Punggung kaki

8) Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles)

Buatlah gerakan seperti memeras dengan

mempergunakan ibu jari dan jari–jari lainnya

dipergelangan kaki bayi.

Gambar 2.8 Peras dan putar pergelangan kaki

9) Perahan cara Swedia

Peganglah pergelangan tangan bayi.

Gerakkan tangan anda secara bergantian dari

pergelangan tangan

41
Gambar 2.9 Perahan cara Swedia

10) Gerakan menggulung

Pegang pangkal paha dengan kedua tangan

anda. Buatlah gerakan menggulung dari pangkal

paha menuju pergelangan kaki.

Gambar 2.10 Gerakan menggulung

11) Gerakan akhir

Setelah gerakan 1 sampai 10 dilakukan

pada kaki kanan dan kiri rapatkan kedua kaki bayi.

Letakkan kedua tangan anda secara bersamaan

pada pantat dan pangkal paha. Usap kedua kaki

bayi dengan tekanan lembut dari paha kearah

42
pergelangan kaki. Ini merupakan gerakan akhir

bagian kaki.

Gambar 2.11 Gerakan akhir

b. Perut

1) Mengayuh sepeda

Lakukan gerakan memijat pada perut bayi

seperti mengayuh sepeda, dari atas kebawah perut,

bergantian dengan tangan kanan dan kiri.

Gambar 2.12 Mengayuh sepeda

2) Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat

Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu

tangan. Dengan tangan yang lain, pijat perut bayi

dari perut bagian atas sampai ke jari–jari kaki.

43
Gambar 2.13 Gerakan sepeda kaki diangkat

3) Bulan Matahari

Buat lingkaran searah jarum jam dengan

jari tangan kiri mulai dari perut sebelah kanan

bawah (daerah usus buntu) keatas, kemudian

kembali kearah kanan bawah (seolah membentuk

gambar matahari (M)) beberapa kali.

Gunakan tangan kanan untuk membuat

gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian

kanan bawah perut bayi sampai bagian kiri perut

bayi (seolah membentuk gambar bulan (B)),

lakukan kedua gerakan ini bersama–sama. Tangan

kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari)

sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan

setengah melingkar (bulan).

44
Gerakan 2.14 Bulan Matahari

4) Gerakan I – Love – U

I, Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri

atas ke bawah dengan menggunakan jari–jari

tangan kanan membentuk huruf “I”.

Love, Pijatlah perut bayi membentuk huruf

“L” terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri atas,

kemudian dari kiri atas ke kiri bawah.

You, Pijatlah perut bayi membentuk huruf

“U” terbalik, mulai dari kanan bawah (daerah usus

buntu) keatas, kemudian ke kiri, kebawah dan

berakhir diperut kiri bawah.

Gambar 2.15 Gerakan I Love U

45
5) Gelembung atau jari–jari berjalan (walking fingers)

Letakkan ujung jari–jari satu tangan pada

perut bayi bagian kanan. Gerakan jari–jari anda

pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian kiri

guna mengeluarkan gelembung–gelembung udara.

Gambar 2.16 Gelembung

c. Dada

1) Jantung besar

Buatlah gerakan yang menggambarkan

jantung dengan meletakkan ujung–ujung jari

kedua telapak tangan anda ditengah dada bayi atau

di ulu hati. Buat gerakan ke atas sampai di bawah

leher, kemudian di samping diatas tulang selangka,

lalu ke bawah membentuk jantung dan kembali ke

ulu hati.

46
Gambar 2.17 jantung besar

2) Kupu-kupu

Buatlah gerakan diagonal seperti gambar

kupu–kupu, dimulai dengan tangan kanan

membuat gerakan memijat menyilang dari tengah

dada atau ulu hati ke arah bahu kanan dan kembali

ke ulu hati. Gerakan tangan kiri ke bahu kiri dan

kembali ke ulu hati.

Gambar 2.18 kupu-kupu

d. Tangan

1) Memijat ketiak (armpits)

Buatlah gerakan memijat pada daerah


47
ketiak dari atas ke bawah. Perlu diingat, kalau

dapat pembengkakan kelenjar di daerah ketiak,

sebaiknya gerakan tidak dilakukan.

Gambar 2.19 memijat ketiak

2) Perahan cara India

Arah pijatan cara India adalah pijatan yang

menjauhi tubuh. Guna pemijatan cara ini adalah

untuk relaksasi atau melemaskan otot. Peganglah

lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan

seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri

memegang pergelangan tangan bayi.

Gerakan tangan kanan mulai dari bagian

pundak ke arah pergelangan tangan, kemudian

gerakkan tangan kri dari pundak ke arah

pergelangan tangan.

48
Demikian seterusnya, gerakan tangan

kanan dan kiri ke bawah secara bergantian dan

berulang–ulang seolah memerah susu sapi.

Gambar 2.20 Perahan cara India

3) Peras dan putar

Peras dan putar lengan bayi dengan lembut

mulai dari pundak ke pergelangan tangan.

Gambar 2.21 peras dan putar

4) Membuka tangan

Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari,

dari pergelangan tangan ke arah jari–jari.

49
Gambar 2.22 membuka tangan

5) Putar jari–jari

Pijat lembut jari bayi satu per satu menuju

ke arah ujung jari dengan gerakan memutar.

Akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada

tiap ujung jari.

25

Gambar 2.23 putar jari-jari

6) Punggung tangan

Letakkan tangan bayi di antara kedua

tangan. Usap punggung tangannya dari

pergelangan tangan ke arah jari–jari dengan

lembut.

50
Gambar 2.24 Punggung tangan

7) Peras dan putar pergelangan tangan

Peraslah sekeliling pergelangan tangan

dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Gambar 2.25 Peras dan putar pergelangan tangan

8) Perahan cara Swedia

Arah pijatan cara Swedia adalah dari

pergelangan tangan ke arah badan. Pijatan ini

berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan

paru–paru.

a). Gerakkan tangan kanan dan kiri secara

bergantian mulai dari pergelangan tangan

kanan bayi ke arah pundak.

b). Lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri


51
bayi ke arah pundak.

Gamabar 2.25 Perahan cara Swedia

9) Gerakan menggulung

Peganglah lengan bagian atas atau bahu

dengan kedua telapak tangan. Bentuklah gerakan

menggulung dari pangkal lengan menuju kearah

pergelangan tangan atau jari–jari.

Gambar 2.26 gerakan menggulung

e. Muka

1) Dahi : menyetrika dahi (open book)

Letakkan jari–jari kedua tangan pada

pertengahan ulai
dahi.
d Tekankan jari-jari dengan

lembut mulai dari tengah dahi keluar ke samping

52
kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau

membuka lembaran buku.

Gerakan kebawah ke daerah pelipis,

buatlah lingkaran–lingkaran kecil didaerah pelipis,

kemudian gerakkan kedalam melalui daerah pipi

dibawah mata.

Gerakan 2.28 Menyetrika dahi

2) Alis: menyetrika alis

Letakkan kedua ibu jari di antara kedua alis

mata. Gunakan kedua ibu jari untuk memijat

secara lembut pada alis mata dan dibatas kelopak

mata, mulai dari tengah ke samping seolah

menyetrika alis.

Gerakan 2.29 Menyetrika alis

3) Hidung: senyum I
53
Letakkan kedua ibu jari pada pertengahan

alis. Tekankan ibu jari dari pertengahan kedua alis

turun melalui tepi hidung kearah pipi dengan

membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah

membuat bayi tersenyum.

Gerakan 2.30 Senyum I

4) Mulut bagian atas : senyum II

Letakkan kedua ibu jari di atas mulut di

bawah sekat hidung. Gerakkan kedua ibu jari dari

tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi

seolah membuat bayi senyum.

Gerakan 2.31 Senyum II

5) Mulut bagian bawah: senyum III

Letakkan kedua ibu jari ditengah dagu.

Tekankan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan


54
dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke arah

pipi seolah membuat bayi senyum.

Gambar 2.32 mulut bagian bawah : senyum III

6) Lingkaran kecil dirahang (small circles around jaw)

Dengan jari kedua tangan, buatlah

lingkaran–lingkaran kecil di daerah rahang bayi.

Gambar 2.33 lingkaran kecil dirahang

7) Belakang telinga

Dengan mempergunakan ujung–ujung jari,

berikan tekanan lembut pada daerah belakang

telinga kanan dan kiri. Gerakkan kearah

pertengahan dagu dibawah dagu.

55
Gambar 2.34 belakang telinga

f. Punggung

1) Gerakan maju mundur (kursi goyang)

Tengkurapkan bayi melintang didepan

dengan kepala di sebelah kiri dan kaki di sebelah

kanan. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan

gerkan maju mundur menggunakan kedua telapak

tangan, dari bawah leher sampai kepantat bayi,

lalu kembali lagi ke leher.

Gambar Gerakan maju mundur

2) Gerakan menyetrika

Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.

Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher

56
kebawah sampai bertemu dengan tangan kanan

yang menahan pantat bayi seolah menyetrika

punggung.

g. Punggung

1) Gerakan maju mundur (kursi goyang)

Tengkurapkan bayi melintang didepan

dengan kepala di sebelah kiri dan kaki di sebelah

kanan. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan

gerkan maju mundur menggunakan kedua telapak

tangan, dari bawah leher sampai kepantat bayi,

lalu kembali lagi ke leher.

Gambar 2.35 Gerakan maju mundur

2) Gerakan menyetrika

Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.

Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher

kebawah sampai bertemu dengan tangan kanan

yang menahan pantat bayi seolah menyetrika

punggung.
57
Gambar 2.36 Gerakan menyetrika

3) Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki

Ulangi gerakan menyetrika punggung,

hanya kali ini tangan kanan memegang kaki bayi

dan gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki bayi.

Gambar 2.37 Gerakan menyetrika dan mengangkat

kaki

4) Gerakan melingkar

Dengan jari–jari kedua tangan, buatlah

gerakan–gerakan melingkar kecil–kecil mulai dari

batas tengkuk turun ke bawah di sebelah kanan

dan kiri tulang punggung sampai pantat. Mulai

dengan lingkaran–lingkaran kecil di daerah leher,

58
kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah

pantat.

Gambar 2.38 gerakan melingkar

5) Gerakan menggaruk

Tekankan dengan lembut kelima jari–jari

tangan kanan anda pada punggung bayi. Buat

gerakan menggaruk ke bawah memanjang sampai

kepantat bayi.

Gambar 2.39 gerakan merangguk

3. Konsep Kualitas Tidur Bayi

a. Pengertian

Kualitas tidur adalah Mutu atau keadaan fisiologis

tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang

59
memulihkan proses- proses tubuh yang terjadi pada waktu

orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya

fisiologi, dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali

seperti semula saat bangun tidur (Candra, 2005).

Kualitas tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada

perkembangan fisik, tapi juga sikapnya keesokan hari.

Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan lebih

bugar dan tidak gampang rewel. Bayi dikatakan

mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya

kurang dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali dan lama

terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi terlihat

selalu rewel, menangis dan sulit tidur kembali (Wahyuni,

2008)

b. Manfaat Tidur Bagi Bayi

Bayi yang otot-ototnya distimulus dengan urut

atau pemijatan akan nyaman dan mengantuk. Kebanyakan

bayi akan tidur dengan waktu yang lama begitu pemijatan

usai dilakukan. Selain lama, bayi nampak tidur terlelap

dan tidak rewel seperti sebelumnya, hal ini menunjukkan

bahwa bayi merasa tenang setelah dipijat. Ketika bayi

tidur, maka saat bangun akan menjadi bugar sehingga

menjadi faktor yang mendukung konsentrasi dan kerja

60
otak bayi (Anggraini, 2009).

Tidur memegang peranan penting dalam

meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi. Jika

tidurnya sampai terganggu, kadar sel darah putih dalam

tubuh akan menurun dan efektivitas sistem daya tahan

tubuh bayi juga menurun. Sehingga bayi mudah sakit dan

pertumbuhannya akan terganggu. Bayi yang tidurnya

kurang memiliki pertumbuhan fisik yang terhambat,

dibandingkan bayi yang tidurnya cukup. Hal ini karena

pada saat tidur pertumbuhan fisik bayi akan terpacu, dan

berkaitan erat dengan pertambahan berat badan, tinggi

badan, dan kesehatan fisiknya secara umum (Stirling,

2005).

c. Lama Tidur Bayi

Lama tidur setiap golongan usia secara umum

berbeda-beda. Golongan usia dibagi menjadi tujuh

kategori berdasarkan rata-rata lama tidur yang dibutuhkan.

Kebutuhan Tidur Manusia

Tingkat Jumlah
Kelompok Usia
perkembangan Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
12 tahun– 18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
61
18 tahun-40 tahun Masa Dewasa Muda 7-8jam/hari
40 tahun-60 tahun Masa Paruh Baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
(Hidayat,2015)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan

adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh

jumlah istrahat sesuai dengan kebutuhannya. Faktor yang

dapat mempengaruhinya adalah sebagai berikut (

Hidayat,2015).

1) Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur

seseorang. Banyak penyakit yang memperbesar

kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan

oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukan lebih

banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan.

Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang

tidur, bahkan tidak bisa tidur.

2) Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat

memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga

keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal

tersebut terlihat pada seseorang yang telh melakukan


62
aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang

tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena

tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3) Stres Psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada

seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat

ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis

mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

4) Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur

adalah jenis golongan obat diuretik menyebabkan

seseorang insomnia, antidepresan dapat menekan

REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang

menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta

blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan

golongan narkotik dapat menekan REM sehingga

mudah mengantuk.

5) Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup

dapat mempercepat proses tidur. Protein yanggi dapat

mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya

triptofan yang merupakan asam amino dari protein

63
yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi

yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur,

bahkan terkadang sulit untuk tidur.

6) Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman

bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses

tidur.

7) Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau

keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat

,memengaruhi proses tidur. Selain itu,adanya

keinginan untuk menahan tidak tidur dapat

menimbulkan ganguan proses tidur.

e. Siklus Tidur

Menurut Maryunani (2008), Tidur di bagi menjadi 2 siklus

yaitu:

1) Tidur REM ( Tidur Aktif )

Karakteristik:

a) Ekspirasi dan nadi yang tidak teratur

b) Pergerakan tubuh

c) Pergerakan mata yang cepat dan singkat

Tidur REM ditandai oleh adanya aktifitas.

64
Banyak oksigen digunakan, supaya darah ke otak

meningkat, temperatur meningkat, gelombang otak

menunjukkan peningkatan aktifitas. Sensori

menstransmisikan impuls sama seperti saat tidak tidur.

Stimulasi visual, auditori, vestibular bergabung

dengan otak membentuk mimpi (Maryuni, 2010).

2) Tidur Non-REM (Tidak Tenang)

Karakteristik

a) Selama tidur Non-REM, denyut jantung dan pola

nafas teratur. Saat siklus ini terjadi restorasi

fungsi tifur.

Terdapat 4 tahap tidur Non-REM yaitu:

1) Tahap I :Mengantuk, terjadi penurunan

kesadaran terhadap dunia luar

2) Tahap II: Mudah di bangunkan

3) Tahap III: Tidur terjadi lebih dalam,nafas dan

denyut jantung sangat stabil, otot relaksasi,

gelombang otak sangat lambat

4) Tahap IV: Tidur yang paling dalam, sangat sulit

di bangunkan, kecuali dengan stimulasi yang

kuat, anak dapat berpindah dari satu tempat ke

tempat lain tanpa terbangun.

65
B. Hubungan Baby Massage dengan kualitas tidur bayi
1. Dari haasil penelitian pertama yang dilakukan Lilik

Mardiana tahun 2014 tentang pengaruh baby massage

terhadap kualitas tidur bayi menggunakan metode pra

eksperimen design dengan rancangan one group

pretest–postest design. Sampel dari 18 responden

yang dipilih secara purposive sampling. Variabel yang

diukur dalam penelitian purposive sampling. Pada

penelitian ini menggunakan uji statistik paired t-test (

= 0,05). Hasil peneliti menunjuk kan kualitas tidur

bayi sesudah dilakukan pemijatan lebih tinggi (13,77

jam/hari) dari pada sebelum dilakukan pemijatan

(12,42 jam/hari) dengan rerata peningkatan sebesar

1,29 jam/hari. Hasil uji statistik diperoleh terdapat

pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi

dengan nilai (p= 0,000). Demikian dapat disimpulkan

ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap

kualitas tidur bayi. Rata-rata skor kualitas tidur bayi

setelah diberikan intervensi pijat bayi. Dari hasil

penelitian, cara yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pijatan.

Bayi yang dipijat akan dapat tidur dengan lelap,


66
sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya

akan lebih penuh. Peningkatan kuantitas atau lama

tidur bayi yang dilakukan pemijatan disebabkan oleh

adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang

dihasilkan pada saat pemijatan (Roesli 2013).

Menurut Guyton (2001), serotonin merupakan zat

transmitter utama yang menyertai pembentukan tidur

dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi

retikularis maupun aktivitas otak lainnya.

2. Dari hasil penelitian yang dilakukan Pamungkas

tahun 2016 tentang pengaruh pijat bayi terhadap

kualitas tidur bayi di Puskesmas Surakarta

menunjukkan hasil uji Chi Square pengaruh pijat bayi

terhadap kualitas tidur bayi di peroleh nilai X2 sebesar

20,17 dengan nilai signifikansi (ρ–value) lebih kecil

dari 0,05 (0,0001<0,05) hasil uji dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kualitas

tidur bayi . Dari hasil penelitian, dengan cara

diberikan sentuhan-sentuhan pada saat pijat bayi. Pijat

bayi ini memiliki hubungan dengan peningkatan

kualitas tidur bayi yang ditunjukkan dengan

peningkatan jumlah durasi tidur bayi serta

67
berkurangnya gangguan tidur bayi Peningkatan

kuantitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan

tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kadar

sekresi serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan,

disamping itu pada pemijatan juga terdapat perubahan

gelombang otak yaitu terjadinya penurunan

gelombang alpha dan peningkatan gelombang beta

serta theta yang dapat dilihat melalui penggunaan

EEG (Elektroensefalografi) (Roesli, 2013). Menurut

Guyton (2001), serotonin merupakan zat transmitter

utama yang menyertai pembentukan tidur dengan

menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis

maupun aktivitas otak lainnya.

3. Dari hasil penelitian yang dilakukan Dessy Munlidia

tahun 2017 dengan judul “Pengaruh Baby Massage

Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di BPM

Ny. Farochah SST, Desa Pulo Lor Kecamatan

Jombang Kabupaten Jombang”, dengan hasil

menyatakan bahwa kualitas tidur bayi Usia 3-6 bulan

sebelum diberi baby massage sebagian besar cukup

yaitu sebesar 17 orang (53,1%) dan kualitas tidur bayi

Usia 3-6 bulan sesudah diberi baby massage sebagian

68
besar baik yaitu sebesar 24 orang (75%). Uji statistik

wilcoxon menunjukan bahwa nilai signifikan p value

=( 0,001 < 0,05), sehingga H1 diterima yang berarti

ada Pengaruh Baby Massage Terhadap Kualitas Tidur

Bayi Usia 3-6 bulan Di BPM Ny. Farochah Desa Pulo

Lor Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Dari

hasil penelitian, cara yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan tidur adalah dengan baby

massage. Baby Massage merupakan salah satu jenis

stimulasi yang akan merangsang perkembangan

struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak

(Riksani, 2014). Pijatan lembut akan membantu

mengendurkan otot- ototnya sehingga bayi menjadi

tenang dan tidurnya nyenyak (Anggraini, 2009). Bayi

yang dipijat selama kurang lebih 15 menit akan

merasa lebih rileks, tidur lebih lelap, perkembangan

dan pertumbuhannya juga semakin baik (Marta, 2014)

69
B. Kerangka Teori

Gambaran dari pelaksanaan observasi pijat bayi terhadap kualitas

tidur bayi dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Independen Dependen
Kualitas Tidur Bayi Usia 1-6
Baby Massage
Bulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi


kebutuhan tidur

1. Penyakit
2. Latihan dan kelelahan
3. Stres psikologis
4. Obat
5. Nutrisi
6. Lingkungan
7. Motivasi

Sumber : Hidayat (2015), Perry and Potter (2005)

70
BAB III

METODE OBSERVASI

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep observasi pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2018).

Kerangka konsep dalam observasi ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel

Dependent

Baby Massage Kualitas Tidur Bayi


usia 1-6 bulan

B. Hipotesis Observasi

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

(Notoatmodjo, 2018).

Hipotesis dalam observasi ini adalah:

71
Ha : Ada Hubungan Baby Massage Dengan Kualitas Tidur Bayi

Usia 1-6 Bulan Di Riu Mom Kids And Baby SPA Di

Sukoharjo

C. Jenis dan Rancangan Observasi

Jenis observasi yang digunakan dalam observasi ini adalah

analitik. Metode observasi yang akan digunakan dalam observasi

ini adalah survei. Pendekatan yang digunakan adalah cross

sectional dimana objek penelitian ada beberapa populasi yang

diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2018).

D. Variabel Observasi

Variabel observasi adalah sesuatu atribut atau sifat atau

aspek dari orang maupun objek yang akan mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh observasi untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya.

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independent yaitu variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel bebas

dalam observasi ini adalah Baby Massage

2. Variabel Dependen(Variabel Terikat)

72
Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya

ditentukan variabel lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel terikat

dalam observasi ini adalah Kualitas Tidur Bayi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel

yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2005). Definisi operasional dalam

observasi ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur dan


No Variabel Kategori Skala
Operasional Cara Ukur
1. Baby Suatu sentuhan Alat : Kuesioner • Rutin Nominal
Massage atau rabaan yang dibagikan • Tidak rutin
pada kepada setiap
permukaan responden.
kulit untuk Cara Ukur :
menjalin kasih Dengan
sayang pada menggunakan
orang tua. skala guttman
yaitu nilai 1
jawaban ya dan
nilai 0 untuk
jawaban tidak

73
2. Kualitas Suatu keadaan Lembar kuesioner Kualitas tidur Ordinal
Tidur Bayi bayi yang dengan bayi
memiliki menggunakan dikategorikan
kualitas tidur skala Guttman menjadi 3
baik atau tidak untuk pertanyaan baik,cukup dan
. positif dan negatif kurang :
: pernyataan • 1-3 : kurang
positif • 4-7 : cukup
• Ya : 1 • 8-10 : baik
• Tidak : 0
pernyataan negatif
• Ya : 0
• tidak : 1

F. Lokasi dan Waktu Observasi

Observasi ini dilakukan di Riu Mom Kids And Baby Spa

di Sukoharjo Pati dan observasi akan dilakukan pada bulan

januari-maret.

G. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi observasi adalah keseluruhan objek observasi

atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi

dalam observasi ini adalah ibu yang bayinya sudah di pijat usia

1-6 bulan sebanyak 35 orang.

2. Sampel

74
Sampel observasi adalah objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Sampel dalam observasi ini dilakukan pada ibu yang bayinya

sudah di pijat usia 1-6 bulan sebanyak 35 orang.

3. Teknik Sampling

Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008).

Pada observasi ini tehnik sampling yang digunakan adalah

total sampling.

H. Alat Ukur Observasi

Alat ukur observasi ini menggunakan kuesioner yaitu

daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, sudah matang,

dimana responden dalam hal angket dan interview dalam hal

wawancara tinggal memberikan jawaban atau dengan dengan

tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,2010)

Dalam observasi ini, kuesioner digunakan sebagai alat ukur

dalam pengumpulan data. Sebelum digunakan, kuesioner harus di

uji dahulu untuk menentukan validitas dan reabilitas.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

75
Setelah instrumen yang digunakan berupa kuesioner

sebagai alat penelitian selesai disusun, kemudian dilakukan uji

validitas dan reliabilitas karena suatu kuesioner dikatakan valid

jika kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2010).

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan

alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Agar

diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,

maka sebaiknya jumlah responden uji coba paling sedikit 20

orang (Notoatmodjo, 2010). Cara mengukur validitas

instrumen (kuesioner) digunakan rumus korelasi person

product moment dari person (Notoatmodjo, 2010) sebagai

berikut:

𝑁 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑥𝑦)
r=
√{𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥 2 )}{𝑁 ∑ 𝑦 2 −(∑ 𝑦 2 )}

Keterangan:

r = koefisien tiap butir pertanyaan

x = jumlah skor tiap pertanyaan

y = jumlah skor total tiap pertanyaan

xy = jumlah skor total responden kali tiap pertanyaan

n = jumlah responden percobaan

2. Uji Reliabilitas

76
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Setelah diketahui bahwa

setiap item-item pertanyaan cukup valid, dilanjutkan dengan

analisa reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen

tersebut cukup konsistenuntuk mengukur gejala yang sama

pada pengukuran yang berulang (Arikunto, 2013) atau dengan

kata lain alat ukur atau kuesioner yang digunakan bersifat

(ajeg) bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2010). Pada observasi ini observasi

menggunakan teknik realibilitas karena observasi dalam

menganalisa data hanya memberikan kuesioner kepada

responden satu kali pengetasan saja. Sehingga uji reabilitas

akan dilakukan menggunakan rumus Alpha Chonbach dengan

bantuan SPSS, menggunakan analisa item yaitu masing-

masing skor item dikorelasikan rumus Alpha Chonbach adalah

sebagai berikut:

∑ 𝑠𝑡2
𝑟𝑡= ( 𝑛 (1 − )
𝑛−1
) 𝑠𝑡2

Keterangan:

ri = Reliabilitas instrumen

n = Jumlah butir pertanyaan


77
Si2 = varians butir

St2 = Varians total

Untuk melakukan uji reliabilitas dapat digunakan

program SPSS dengan menggunakan uji statistik Cronbach

Alpha.Adapun kriteria bahwa instrumen itu dikatakan reliabel,

apabila nilai yang didapat dalam proses pengujian dengan uji

statistik Cronbach Alpha ˃ 0,60. Sebaliknya jika Cronbach

Alpha ditemukan angka koefisien lebih kecil ˂ 0,60, maka

dikatakan tidak reliabel (Sugiyono, 2010).

J. Jenis Data dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada observasi ini dilakukan dengan

menggunakan/kuesioner dan observasi, dengan cara wawancara

yang dilakukan secara langsung kepada responden .

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang secara langsung diambil

dari objek penelitan oleh peneliti perorangan atau organisasi

(Notoatmodjo,2010). Data primer dalam observasi ini

dilakukan dari jawaban kuesioner responden melalui

wawancara.

2. Data Sekunder

78
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara

langsung dari objek penelitian (Notoatmodjo,2010). Untuk

observasi ini data sekunder diperoleh dari buku Bidan Tantri

yang di Riu Mom Kids And Baby Spa di Sukoharjo Pati.

3. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang

sangat penting dalam observasi. Data yang terkumpul akan

digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian hipotesis yang

telah dirumuskan (Sulistiyaningsih, 2012). Metode

pengumpulan data pada observasi ini menggunakan teknik

wawancara dengan mengisi lembar kuesioner.

K. Metode Pengelolaan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data hasil

observasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengedit (Editing)

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan

kelengkapan dan konsistensi observasi responden. Apabila ada

kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban

sehingga apabila ada kekurangan bisa dilengkapi. Secara

umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan

79
dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

2. Pengkodean (coding)

Pengkodean yaitu usaha mengklasifikasi jawabab-

jawaban yang ada menurut macamnya, klasifikasi

dilaksanakan dengan jalan menandai masing-masing dengan

kode berupa angka kemudian dimasukkan dalam tabel guna

mempermudah membacanya.

3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data

Proses memasukkan data observasi ke dalam computer

untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

program SPSS (Statistik Product and Service Solution).

4. Scoring

Scoring yaitu tahapan yang dilakukan dengan

memberikan skor berdasarkan jawaban responden. Langkah

selanjutnya melakukan pemberian skor untuk setiap

pertanyaan, untuk memudahkan dalam pengolahan data.

Scoring kualitas tidur dibagi menjadi 2 :

PernyataanPositif

Ya : Skor 1

Tidak : Skor 0

Pernyataan Negatif

80
Ya : Skor 0

Tidak : Skor 1

5. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melibat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,2010)

6. Tabulating

Tabulating yaitu kegiatan memasukkan data-data hasil

observasi kedalam tabel-tabel sesuai kriteria.

L. Analisis Data

1. Univariat

Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dalam

observasi ini menggunakan uji statistik analitik presentase

untuk tiap-tiap variabel dengan rumus presentase. Menurut

Budiartono (2002), dengan perhitungan rumus penentuann

besarnya presentase sebagai berikut:

81
f
Rumus : %= X 100 %
N

Keterangan:

f : Frekuesinsi yang dihasilkan

N : Jumlah seluruh sampe

2. Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi

(Notoadmodjo,2010). Analisis bivariat dalam observasi ini

digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel

independen (Baby Massage) dengan variabel dependen

(Kualitas Tidur Bayi). Analisis ini menggunakan uji korelasi

Chi Square karena jenis data yang dikoreksikan adalah data

ordinal dan nominal.

Rumus:

X2  
 fo  fh2
fh

Dimana:

x² = Chi kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

DAFTAR PUSTAKA
82
Abdurrahman, SM. 2015. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas

Tidur Bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

Kabupaten Gorontalo. Jurnal. Fakultas Ilmu-Ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan: Universitas Negeri

Gorontalo.

Aden, Herdianto M., Badi’ah, Atik, dan Lestiawati, Endang. 2012.


“Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kualitas Tidur pada Bayi
Umur 6-12 Bulan di Klinik Terapi Bu Ning Janti, Depok,
Sleman, Yogyakarta”. URL:http://journal.respati.ac.id/
index.php/medika/article/ viewFile/32/28. Diakses 13
November 2015.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta. Rineka Cipta.
Alimul, Aziz. Asuhan neonatus , Bayi, dan Balita. Jakarta :

EGC.2008

Aprilia (2009) Pengaruh pijat bayi terhadap lama tidur pada bayi

usia 6-12bulan bulan di desa kalibagor kecamatan

kalibagor kabupaten banyumas. Skripsi Purwokerto:

Jurusan Keperawatan UNSOED.

Cahyaningrum & Sulistyorini. 2013. Hubungan Pijat Bayi Terhadap

Kualitas Tidur Bayi Umur 0-3 Bulan di RB Suko Asih

Sukoharjo. Jurnal. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum

Surakarta.

Gola, G. 2009. Ayo Bangun! Dengan Bugar Karena Tidur Yang


Benar. Jakarta: Penerbit Hikmah.

83
Hanniyya. 2013. Hubungan Frekuensi Pijat Bayi dengan Kualitas

Tidur Bayi Usia 6-12 Bulan di Asri Medical Center

Yogyakarta. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Aisyiyah.

Hidayat, A, A. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta

: Salemba Medika.

Kusumastuti, N.A., Tamtomo, D dan Salimo, H. 2016. Effect of

Massage on Sleep Quality and Motor Development in Infant

Aged 3-6 Months. Journal of Maternal and Child Health.

1(3): 161-169.

Maharani,D,2009.Buku Seba Pintar Perawatan Bayi danBalita.

Yogyakarta: Araska

Mansur,H.2011.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta:

Salemba Medika

Mardiana & Martini . 2014. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap

Kuantitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Desa Munungrejo

Kecamatan Ngimbang Kabupaten

Lamongan. Jurnal Surya. Vol.02, No.XVIII: 109-115.

Minarti, Ni Made Aries, dan Utami, Kadek Cahya. 2013. “Pengaruh

Pijat Bayi terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di

Wilayah Kerja Pukesmas II Denpasar Timur”.

84
URL:http://download.portalgar uda.org/article. Diakses 13

November 2015.u.

Notoadmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Pamungkas, Bintang Aji.2016. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap

Kualitas Tidur Bayi Umur 0-6 Bulan Di Puskesmas

Kartasura. Jurnal. Fakultas Ilmu Kesehatan Keperawatan :

Universitas Muhamadiyah Surakarta

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan Konsep,Proses, Dan Praktik. Edisi 4 Volume

1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka

Prasetyono, D.S 2013. Buku Pintar Pijat Bayi. Jogyakarta

:BUKUBIRU

Roesli, Utami. 2013. Pedoman Pijat Bayi. Edisi Revisi. Jakarta :

Trubus Agriwidya

Roesli, U. 2009. Pedoman Pijat Bayi Edisi Revisi. Jakarta : Trubus

Agriwidya.

Sofa, L., Yunani dan Hudhariani, R. 2013. Pengaruh Pijat Bayi

Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Poliklinik

85
Kesehatan Desa Purworejo Kecamatan Bonang Kabupaten

Demak.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.

Bandung: AlfaBeta

Warsini dan Nugraini, D. 2016. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap

Lama Tidur Bayi Di Desa Duwet Kecamatan Wonosari

Kabupaten Klaten. Kosala JIK, Vol. 4, No. 1, Maret 2016,

Hal.83-89. AKPER Panti Kosala Surakarta.

Widodo, A dan Afrina, D.N.2013. Efetivitas Baby Spa Terhadap

Lamanya Tidur Bayi Usia 3 -4 Bulan. Hal. 1-10. Fisioterapi

UMS.

86

Anda mungkin juga menyukai