Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH KEKURANGAN GIZI MIKRO (KALIUM) PADA

IBU HAMIL SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB


PREEKLAMPSIA

TUGAS MAKALAH SEMINAR

Diajukan Sebagai tugas Seminar pada Semester VII Mahasiswa Program Reguler Sore
Program Studi Sarjana Kebidanan

DisusunOleh :
10. Eva Indrianti
1. AgustinaRiftianggi 11. EvitaYuliana
2. AlyaHimawati 12. FebyolaShiskhi Amanda
3. DiahAyuSulastri 13. HeniSetiyowati
4. Dian PuspitaSaraswati 14. Indah Kurnia
5. DitaWulandari 15. Isarotun
6. DiahAyuEvie N. 16. KhifdhiyatusSa’adah
7. DyahHardini 17. LulukDwiWulan
8. EkaAfriliaSari 18. Eliza putri
9. Endah Sri Susilowati

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA
PATI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

MakalahdenganJudul“PengaruhKekuranganGiziMikro (Kalium)
PadaIbuHamilSebagaiFaktorPenyebabPreeklampsia” telah di
sahkanolehdosenpembimbingpada :
Hari :
Tanggal :
Untukdiseminarkansecaraterbukaolehkelompok.

DosenPembimbing

SitiMarfu’ah, S.S.T.,M.PH
NPP : 12005077
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Kebidanan “Pengaruh Kekurangan Gizi Mikro (Kalium)
PadabuHamilSebagaiFaktorPenyebabPreeklampsia”

Dalampenyusunanmakalahini, kami banyak mendapatkan bimbingan dan


dorongan dari semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Suparjo, S.Kp.,M.Kes., selakuKetuaYayasanPratiniSoedarsonoPati.
2. Irfana Wijayanti, S.Si.T.,M.Kes., M.Keb. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kebidanan Bakti Utama Pati.
3. SitiMarfuah, S.S.T.,M.PH., selakuDosenPembimbingmakalahKebidanan.
4. Serta teman-teman tercinta mahasiswa Stikes Bakti Utama Pati yang telah
memberikan dorongan kepada kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan bimbingan
dari berbagai pihak dalam perbaikan selanjutnya. Semoga dengan disusunnya
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Pati, Agustus 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu bagian
yang terintegrasi dengan sistem pembangunan nasional. Tujuan
pembangunan pada bidang ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Salah satu tantangan
pembangunan di bidang kesehatan saat ini adalah menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih
memprihatinkan karena diakibatkan oleh berbagai hal.Berdasarkan target
Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu menurunkan AKI (Angka
Kematian Ibu) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan
AKB (Angka Kematian Bayi) menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2030.
Menurut WHO tiap tahunnya diperkirakan 500.000 ibu meninggal
akibat kehamilan dan persalinan, dimana 90% dari jumlah kematian
tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Angka kejadian
preeklampsia berkisar antara 0,51% - 38,4%. Preeklampsia dan eklampsia
di seluruh dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14% (50.000-
75.000) kematian maternal setiap tahunnya (Hak lim, 2009). Di Indonesia
preeklampsi menempati presentasi tertinggi kedua penyebab kematian ibu
(AKI) 24%. Namun jika dilihat dari nilai case fatality rate (CFR)
penyebab kematian ibu terbesar adalah eklampsia dan preeklampsia adalah
5,1% walaupun presentase kasusnya hanya 4,91% dari keseluruhan kasus
obstetri (Profil Kesehatan Indonesia,2007).
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul
setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu. yang di tandai peningkatan
tekanan darah (>140/90 mmHg) di sertai penambahan berat badan ibu
yang cepat akibat tubuh membengkak dan ditemukan protein dalam urin
(proteinuria) (>300mg / 24 jam ) (setiawan, 2016). Tekanan darah tinggi
salah satu penyebab terjadinya preeklampsia, Tekanan darah tinggi
merupakan suatu penyakit kronis akibat meningkatnya tekanan darah
arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik (Worsley, 2001). Gaya
hidup berpengaruh terhadap kemunculan serangan tekanan darah tinggi.
Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang
dengan kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, garam, minimnya
olahraga dan porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap
kemunculan tekanan darah (Dalimartha, 2008). Ada beberapa zat gizi
mikro yang memiliki hubungan dengan tekanan darah seperti kalium.
Kalium adalah merupakan ion yang bermuatan positif dan terdapat
didalam sel intraseluler (Renijuniastuti: 2009). Kalium berperan dalam
terjadinya tekanan darah. Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang
utama, dalam kenyataan, 98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2%
sisanya berada di luar sel, yang penting adalah 2% ini untuk fungsi
neuromuskuler. Kalium mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun
otot jantung. Kalium secara konstan bergerak ke dalam dan ke luar sel
tergantung pada kebutuhan tubuh (Brunner dan Suddarth, 2001). Kalium
dapat membantu tubuh untuk menyeimbangkan fungsi natrium dalam
ketidakseimbangan tekanan darah normal. Kalium yang sangat penting
sebagai unsur mempertahankan tekanan darah normal pada tubuh hal ini
bisa memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit jantung dan
hipertensi.
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukn seminar
tentang Pengaruh kekurangan gizi mikro (kalium) pada ibu hamil sebagai
faktor penyebab preeklampsia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada
seminar ini adalah Apakah ada hubungan antara kekurangan gizi mikro
(kalium) dengan tekanan darah pada Ibu hamil sebagai faktor penyebab
Preeklampsia

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis Pengaruh Kekurangan Gizi Mikro (Kalium)
Pada Ibu Hamil Sebagai Faktor Penyebab Preeklampsia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui pengertian Preeklampsia.
b. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Preeklampsia.
c. Untuk Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi Preeklampsia.
d. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Nutrisi Mikro (Kalium).
e. Untuk Mengetahui Mekanisme Mikro Nutrien Terhadap
Pencegahan Preeklampsia.

D. Artikel Terkait
Makalah dengan judul “PengaruhKekuranganGiziMikro (Kalium)
PadaIbuHamilSebagaiFaktorPenyebabPreeklampsia”
sepengetahuanpenyusunmakalahberkaitandenganbeberapaartikel / peneliti
sejenis antara lain :
Table 1.
PenelitianTerdahulu
Judul Peneliti
(Nama
No. Sasaran Variabel Metode Hasil penelitian
Peneliti,
Tahun)
1 Pengaruh Semua ibu Variabel Analitik Ada hubungan yang
Defisiensi hamil bebas dalam korelasi signifikan antara
Kalium Saat trimester II penelitian ini menggunakan defisiensi kalium
Dengan dan trimester adalah rancangan case saat hamil dengan
Kejadian III yang defisiensi control kejadian preeklamsia
Preeklamsia memeriksaka kalium, rumus : Chi Square di RSU Harapan Ibu
Di RSU n variabel Purbalingga tahun
Harapan Ibu kehamilannya terikat adalah 2013.
Purbalingga. di RSU kejadian
(Artathi Eka Harapan Ibu preeklamsia.
Suryandari, Purbalingga
Lina Dwi Puji sejak tanggal
Rahayu, 1 Januari
Purbalingga. 2013 sampai
Tahun 2013) dengan 31
Desember
2013 yang
berjumlah
1395 ibu
hamil
2 Hubungan Seluruh ibu Variabelbeba Survei analitik Ada hubungan
Asupan hamil pada s yang dengan bermakna tekanan
Natrium, trimester II ditelitiyaituA pendekatan darah dengan seluruh
Kalsium dan dan III yang supanNatriu Cross sectional asupan zat gizi pada
Magnesium terdata di m, Rumus : Chi ibu hamil trimester II
dengan Puskesmas Kalsiumdan square dan III di
Tekanan Bulu Magnesium, PuskesmasBulu,
Darah pada Kabupaten sedangkanvar Temanggung, Jawa
Ibu Hamil Temanggung iabelterikat Tengah
Trimester II yaitu 114 ibu yang bermaknaantaraPeny
dan III (Studi hamil. ditelitiyaituT uluhanDenganPenget
di Wilayah ekananDarah. ahuan, Sikap Dan
Kerja PerilakuIbu
Puskesmas
Bulu
Kabupaten
Temanggung).
(Ella Febriana, M.
Zen
Rahfiludin,
Dina
Rahayuning P,
Semarang,
2017)

3. Pengaruh Seluruh ibu Variabel Penelitian ini Ada hubungan


Pemberian hamil yang terikat yaitu menggunakan dengan tekanan
Kalsium menderita pemberian metode darah pada ibu
Terhadap Hipertensi di Kalsium, observasional hamil, rekomendasi
Tekanan wilayah kerja sedangkan analitik , kalsium sebagai
Darah Pada Puskesmas variabel pendekatanCross salah satu alternatif
Ibu Hamil Panarung bebas yaitu sectional dalam mengatasi
Dengan Kota tekanan Rumus : Chi tekanan ibu hamil
Hipertensi Palangka darah . square
(Eline Charla Raya,
Sabatina berjumlah 26
Bingan, ibu hamil.
Palangka
Raya, 2019)

4. The Semuapasieni Variabel Metode Ada hubungan


Correlation Of buhamil di bebas penelitian ini sedang yang
Calcium RSUD dr. R. konsumsi adalah survey bermakna antara
Consumption Sooedjati. kalsium, analitik dengan konsumsi kalsium
With variabel metode mempunyai dengan
Preeclamsia terikat yaitu pendekatan kejadian preeklamsi.
Incidence For kejadian waktu yang
Pregnant preeklamsi, digunakan
Women Tm Iii dan variabel retrospektif.
In RSU PKU pengganggu
Muhammadiy meliputi
ah Yogyakarta Usia, Paritas,
( Nur Rahmawati Riwayat
Sholihah1, Evi Preeklamsi,
Nurhidayati, kehamilan
Yogyakarta, ganda,
2010). Penyakit Ibu.
5. Status of Seluruh Ibu - Statistical One hundred and
serum Hamil yang analysis was twenty subjects were
electrolytes in tinggal di performed by enrolled in this case-
preeclamptic Riyadh, arab one way controlled study and
pregnant ANOVA and divided into three
women of Pearson’s groups; control,
Riyadh, Saudi correlation highrisk of
Arabia coefficient. preeclampsia (HR)
and preeclampsia
(PET) of 40 each.
Blood samples were
obtained from all the
patients and the
serum levels of
sodium, potassium
and chloride were
determined.
Statistical analysis
was performed by
one way ANOVA
and Pearson’s
correlation
coefficient. In
preeclamptic group,
the mean values of
Na+, K+ and Cl-
were 138.27±2.99,
3.56 ± 0.38 and
104.2 ± 3.86 mEq/L
respectively in
comparison to
control (135.44 ±
2.24, 4.11 ± 0.42 and
100.4± 2.43 mEq/L
respectively). Raised
levels of Na+ and Cl-
in preeclamptic
patients was
significant at
p<0.001 level of
significance. There
was significant
positive correlation
between raised
sodium levels and
systolic blood
pressure (P<0.05),
while K+ showed a
significant negative
association with
increased diastolic
blood pressure. On
the other hand,
chloride exhibited
insignificant
correlation with
blood pressure
(Seratus dua puluh
subjek terdaftar
dalam studi kasus
terkontrol dan dibagi
menjadi tiga
kelompok; kontrol,
risiko tinggi
preeklamsia (HR)
dan preeklamsia
(PET) masing-
masing 40. Sampel
darah diambil dari
semua pasien dan
kadar natrium,
kalium dan klorida
serum ditentukan.
Analisis statistik
dilakukan dengan
ANOVA satu arah
dan koefisien
korelasi Pearson.
Pada kelompok
preeklamsia, nilai
rata-rata Na +, K +
dan Cl- masing-
masing adalah
138,27 ± 2,99, 3,56 ±
0,38 dan 104,2 ±
3,86 mEq / L
dibandingkan dengan
kontrol (135,44 ±
2,24, 4,11 ± 0,42 dan
100,4 ± 2,43 mEq / L
masing-masing. ).
Peningkatan kadar
Na + dan Cl- pada
pasien preeklamsia
signifikan pada
tingkat signifikansi p
<0,001. Ada korelasi
positif yang
signifikan antara
peningkatan kadar
natrium dan tekanan
darah sistolik (P
<0,05), sedangkan K
+ menunjukkan
hubungan negatif
yang signifikan
dengan peningkatan
tekanan darah
diastolik. Di sisi lain,
klorida menunjukkan
korelasi yang tidak
signifikan dengan
tekanan darah.
6. Hypocalcemia A 21-year-old - Clinical Case The development of
hyperkalemia African Report hypocalcemia and
during American hyperkalemia
magnesium female, G2P1 attributable to
infusion was magnesium infusion
theraphy in hospitalized in a preeclamptic
pre-eclamptic to the patient. Iatrogenic
patient intensive care hypermagnesemia
unit for the should be considered
management in the differential
of severe diagnoses of
preeclampsia hypocalcemia and
hyperkalemia
whenever
magnesium infusions
are used, especially
for obstetric
indications. Stopping
the magnesium
infusion will likely
reverse the
electrolytes changes,
if the renal function
is intact, but
sometimes
temporary stabilizing
measures for
management of
hypocalcemia and
hyperkalemia may be
required. There fore,
we suggest close
monitoring of
electrolytes while
administering
magnesium infusion.
7. Pemeriksaan Seluruh - penelitian ini Penelitian
Ibu hamil TM dilakukan menunjukan positif
Protein Urin
2 yang periksa menggunakan proteinuria sebanyak 8
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas metode responden (34,8%)
Cukir Jombang deskriptif dalam yang terdiri dari positif
Trimester Ii
selama 6 hari, bentuk studi 1 (1+) sebanyak 7
Sebagai yaitu 23 ibu kasus dengan responden yaitu
hamil cara observasi sebesar 30,4%. Positif
Skrining
++(2+) sebanyak 1
Preeklampsia responden yaitu
sebesar 4,4% dan hasil
di Puskesmas
negatif proteinuria
Cukir Jombang sebanyak 15 responden
yaitu sebesar 65,2%

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Preeklampsia
1. Pengertian

Preeklampsia termasuk dalam penyakit hipertensi yang


mempersulit kehamilan. Kriteria minimum dikatakan preeklampsia bila
tekanan darah (TD) sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu, dan terdapat proteinuria ≥ 300 mg/24
jam. (Cunningham et al, 2014).
Kriteria diagnostik untuk preeklampsia telah diubah oleh
International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP)
pada 2014. ISSHP mendefinisikan preeklampsia sebagai hipertenside-
novodengantekanandarahsistoliklebihtinggidari140 mmHg atau tekanan
darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran yang
terpisah (antara 4-6 jam) yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan
dikombinasikan dengan proteinuria (>300mg/hari), disfungsi organ pada
ibu hamil; seperti komplikasi neurologis atau hematologi, disfungsi
uteroplasenta, dan pembatasan pertumbuhan janin. Karena proteinuria
tidak lagi diperlukandalam definisi baru, preeklampsia proteinuria dan
preeklampsia non- proteinuria adalah dua kategori terpisah (Mol et al,
2016).
Pada tahun 2013, the American College of Obstetrics and
Gynecoogy (ACOG) merevisi kriteria preeklampsia, membuat
preeklampsia sebagai gangguan hipertensi dengan kehadiran proteinuria
tidak lagi diperlukan untuk menentukan diagnosis. Dengan tidak
digunakannya proteinuria sebagai dasar penegakan diagnosis,
trombositopenia, insufisiensi ginjal, gangguan fungsi hati, edema paru, dan
gejala serebral atau visual dapat digunakan untuk menentukan diagnosis
(Shlossman, 2018).
2. Klasifikasi
Klasifikasi preeklampsia berdasarkan ACOG (2013) adalah
preeklampsia dan preeklampsia yang di perberat.
a. Preeklampsia

Tanda dan gejala yang ditemukan pada preeklampsia adalah


1) TD sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90mmHg.
2) Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (namun tidak lagi di pakai sebagai
dasar penegakkandiagnosis).
3) ≥ 1+ pada pemeriksaan carikcelup
4) kreatinin ≥0,3
5) Dapat juga terdapat tanda-tanda seperti trombositopenia (trombosit
< 100.000/µl), insufisiensi ginjal(kreatinin >1,1 mg/dl), keterlibatan
hati (level serum transaminase dua kali dari normal), tanda-tanda
serebral (sakit kepala, gangguan penglihatan, dan kejang), serta
edema paru (ACOG, 2013; Cunningham et al, 2014; Peres et al,
2018).
b. Preeklampsia dengan ciri-ciripemberat
1) TDsistolik≥160mmHgataudiastolic≥110mmHgpada dua kali
pengukuran dengan jarak pengukuran 4-6jam.
2) “New-onset” gejala serebral persisten (sakit kepala) atau
gangguanpenglihatan.
3) Kegagalan fungsi hati yang diindikasikan dengan enzim hati yang
tidak normal (Upper Limit of Normal (ULN) meningkat 2 kali
lipat). Gejala yang lebih berat adalah nyeri persisten kuadran kanan
atas atau nyeri epigastrik yang tidak berespon terhadappengobatan.
4) Edemaparu
5) Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/µl)
6) Insufisiensiginjalprogresif(kreatininserum>1,1mg/dL)
3. Etiologi
a. Menurut Hartono(2011)
Penyebab preeclampsia yaitu ketidakseimbangan asam basa,
oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan asam dan basa sangat
diperlukan kalium. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar-
kadar zat kimia dalam tubuh. Selain membuang sampah yang sudah
tidak dipakai lagi, ginjal juga berfungsi sebagai pabrik penghasil tiga
hormon pentingdiantaranya;
1) Eritroprotein (EPO) yang berfungsi untuk merangsang tulang
membuat sel-sel darah merah(eritrosi)
2) Renin sebagai pengatur tekanandarah
3) Bentuk aktif vitamin D (kalsitior) yang membantu penyerapan
kalsium dan menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh bila
ginjalrusak.

Ginjal bisa gagal melakukan fungsi pentingnya akibat gangguan


pada pembuluh darah atau diunit penyaringan antara lain, gangguan
pembuluh darah dalam ginjal yang akibatnya darah yang diterima unit
penyaringan lebih sedikit dan tekanan dalam ginjal tidak bisa
dikembalikan, gangguan pada unit penyaringan yaitu dengan
berkurangnya suplai darah atau tekanan darah yang terganggu dapat
mengganngu unit penyaringan sehingga bisa mengganggu kemampuan
unit ini untuk membuang zat-zat yang sudah tidak dipakai lagi.
Akibatnya ginjal tidak bisa mempertahankan keseimbangan antara
cairan dan zat-zat kimia didalam tubuh ssehinggazat-
zatbuangantidakbisamasukkedalamdarahlagi atau mungkin zat kimia
yang penting dan protein akan ikut keluar bersama urine. Penyebab
dari preeclampsia yaitu ketidakseimbanganasam basa, oleh karena itu
untuk menjaga keseimbangan asam basa diperlukan asupan kalium

b. Menurut Mochtar(2007)
Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori- teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “Penyakit teori”, namun belum
ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang
sekarang dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori “iskemia
plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit ini. Adapun teori yang dihubungkan dengan
terjadinya preeklamsiadalah:
1) Peranprostasiklin
2) Peran faktorimunologis
3) Faktorgenetik
c. Menurut Madlazi(2000)
Penyebab preeklamsia walaupun belum ada teori yang pasti
berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa
penelitian menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya preeclampsia. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinyapreeklampsia:
1) RiwayatPreeklampsia
2) Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat
keluarga dengan riwayat preeklampsia akan meningkatkan resiko
terjadinyapreeklampsia.
3) Primigravida
Primigravida, karena primigravida pembentukkan
antibody penghambat (blockingantibodies) belum sempurna
sehingga meningkatjkan resiko terjadinya preeklampsia.
Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur
kehamilan pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem
yaitu seperti terlalu muda dan terlalutua.
4) Kegemukan
5) Kehamilan Ganda.
Preeklamsia sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi
kembar atau lebih.
6) Riwayat penyakittertentu
Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu
sebelumnya, memiliki resiko terjadinya preeklampsia. Penyakit
tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau
degeneratif seperti reumatik, arthiritis atau yang disertai janin atau
bagian dari janin. Pada gambaran histologi tampak bagian vili
yanglupus.
4. Patofisiologipreeklamsia
Preklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan
oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan
hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan
sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria.
Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya
cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan
hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark
plasenta danobstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael, 2005) Plasenta adalah
organ sentral yang menyebabkan terjadinya preeklampsia. Terlepasnya
plasenta dapat menghilangkan preeklampsia. Pemeriksaan patologis
plasenta pada wanita dengan preeklampsia berat mengungkapkan beberapa
kelainan termasuk infark, ateroskia, thrombosis, dan inflamasikronis
.Kemungkinanlain yang terlihat pada plasenta preeklampsia adalah
konsekuensi dari hipertensi dan luka pada endotel yang disebabkan oleh
preeklampsia. Namun, hal tersebut disebabkan jika ada kelainan
perkembangan plasenta yang mendahului gangguan pada ibu hamil (Powe
et al, 2011).
Pada plasentasi normal, sel sitotrofoblas yang berasal dari embrio
menginvasidindingrahimibu.Setelahinvasi,sitotrofoblasditemukan di otot
halus dan lapisan endotelial arteri desidua ibu. Interaksi ini akan
menginduksi perombakan ulang pembuluh darah ibu menjadi pembuluh
darah “high-capacitance” dan “low-resistance” yang
menyediakanaksesterhadapoksigendannutrisiibuuntukplasenta dan janin
yang sedang berkembang. Sebagai bagian dari proses ini, sitotrofoblas
menggunakan fenotip endotel, mengekspresikan molekul adhesi yang
ditemukan di permukaaan sel endotel. Pada preeklampsia, proses ini
terjadi penyimpangan. Invasi sitotrofoblas tidak lengkap, dengan sel
sitotrofoblas hanya terdapat di lapisan superfisial dari desidua. Arteri
spiralis gagal untuk di invasi atau dirombak ulang, mengakibatkan
hambatan resistensi tinggi pada pembuluh darah sehingga terjadi iskemik
pada plasenta, terlihat pada pemeriksaan patologis plasenta preeklampsia.
Keadaan iskemik pada plasenta memicu peningkatan stres oksidatif dan
pelepasan faktor anti-angiogenik yang akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah tinggi. (Powe et al, 2011).
Hipoksiadapatberkontribusipada perkembangan plasenta abnormal
tersebutkarenakegagalansitotrofoblasuntuksepenuhnyamenginvasi
danmenggantimolekuladhesi,jugadapatdireproduksisecarain-vitro saat
sitotrofoblas dikultur pada kondisi hipoksia. Namun, hipoksia akibat
plasentasi abnormal juga berkontribusi pada komplikasi janin dan maternal
pada penyakit preeklampsia (Powe et al,2011).

Gambar2.1 :Plasenta normal danPlasentaPreeklamsia


5. Pencegahan

Berbagai strategi yang dapat digunakan sebagai pencegahan atau


untuk mencegah keparahan preeklampsia telah dievaluasi. Beberapa di
antara telah dirangkum di dalam tabel 1. Secara umum, tidak ditemukan
manfaat secara klinis (Cunningham et al, 2014).
Tabel 1. Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah
preeklampsia yang telah dievaluasi secara acak (Cunningham et al, 2014).
Metode Jenis
Manipulasi Diet - Diet rendah garam
- suplementasi minyak ikan
Obat –obatan anti hipertensi - Diuretik
- Obat antihipertesi
Antioksidan - Asam askorbat ( Vitamin C)
- Tokoferil- α (Vitamin E )
Obatantitrombolitik - Aspirin dosis rendah
- Aspirin/dipiramidamol + heparin
- Aspirin + ketanserin
-
6. Mekanisme
Mekanisme terjadinya protein urine disebabkan oleh dinding pembuluh darah
dan struktur jaringan yang ada disekitarnya berperan penting sebagai barier
terhadap melintasnya mekromelukuler seperti globuli dan albumin. Hal ni terjad
karena peran dari endotel pada kapiler, membrane basal dari glomerlus dan epitel
visceral, mikroglobulin, vasopressin, insulin dan hormon paratirod. Secara bebas
melalui filter glomerulus dan selanjutnya diabsorbsi serta dikatabolisme pada
tubulus kontrortus proksimalis. Kerusakan pada epitel tubulus proksimalis
menyebabkan kegagalan untuk mereabsorbsi protein dengan berat molekul rendah
yang selanjutnya keluar melalui urin. Protein urine merupakan indikasi terjadinya
pre-eklampsia., sehingga ibu hamil pada saat melakukan kunjungan antenatal care
dianjurkan melakukan pemeriksaan protein laboratorium.

B. Kalium
1. Pengertian
Kalium adalah merupakan ion yang bermuatan positif dan
terdapat didalam sel intraseluler (Renijuniastuti: 2009). Ethel Sloane,
(2003) menjelaskan kalium adalah kation intraseluler utama. Ion ini
secara normal dikonsumsi dan diekresi dalam jumlah yang seimbang
yaitu 10% dari asupan harian dan diekresi dalam feses dan 90%
dalamurine.

Kalium adalah merupakan kation yang sangat penting dalam


tubuh. Elektrolit ini jumlahnya 20 kali lebih banyak berada pada
intrasel daripada di cairan ekstraseluler. Kadar normal kalium dalam
serum adalah 3,5-5,3 mEq/L. Sehubungan dengan kalium yang
disimpan dalam tubuh sedikit, maka asupan kalium setiap hari harus
adekut. Jumlah asupan kalium tiap hari adalah 40-60 mEq/L. Kalium
sekitar 80-90% diekskresikan ke dalam urine dan 8% dalam feses.
Sumber kalium dapat didapatkan dari buah- buahan, sayur-sayuran,atau
suplemen kalium (Pratama, 2012). Article (2011) menjelaskan
kebutuhan kalium per hari ialah 4.500 mg untuk usia 9-13 tahun, 4.700
mg untuk usia 14 tahun keatas, termasuk wanita hamil. Untuk ibu
menyusui membutuhkan kalium sebanyak5.100 mg perhari.
2. Fungsi Kalium dalam Tubuh

Fungsi kalium dalam tubuh menurut Kartasapoetra (2005) adalah


sebagai berikut :
a. Merupakan unsur anorganik yang penting di dalam cairan
intraseluler.
b. Penting dalam transmisi implus-implus saraf.
c. Penting untuk kontraksi otot.
d. Penting untuk pertumbuhan
3. Sumber Kalium

Kalium merupakan bagian esensial dari semua sel hidup, kalium


banyak terdapat di dalam semua makanan yang berasal tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Sumber utama kalium adalah makanan mentah
atau segar, terutama buah, sayuran, dan kacang-kacangan (Almatsier,
2009). Selain itu, kalium juga dapat diperoleh dari aditif makanan,
misalnya K- alginat sebagai pengental dan pengemulsi, Knitrat sebagai
pengawetdaging, dan KCl sebagai pengganti garam dapur (Muchtadi,
2009).

C. Pengaruh antara kalium denganpreeklamsia

Pangeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus
mengatur konsumsi garam didalam darah, dengan merangsang kelenjar
pituari mengeluarkan hormone antidiuretika (ADH). ADH dikeluarkan
bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang
ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air kedalamtubuh.
Almatsier(2001) bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume
darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan
enzim rennin. Renin mengaktifkan protein didalam darah yang dinamakan
angiotensinogen ke dalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin
akanmengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan
naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaranhormone aldosteron
dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk untuk
menahan air dan natrium. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air,
akan lebih sedikit air yang dikeluarkan dari tubuh dan tekanan darah akan
naik kembali.
Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan kosentrasi
natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Astawan (2003) untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volumedarah.
Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi
individu dari hipertensi. Menurut Astawan (2003) cara kerja kalium
adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan
menigkatkan kosentrasinya didalamintraseluler,
sehinggacenderungmenarikcairandariektraselulerdanmenurunkantekanand
arah.
Mekanisme kalium menurunkan tekanan darah antara lain
menurunkan produksi vasokonstriktor thromboxane dan meningkatkan
produksi vasodilasator kalidin sehingga terjadi vasodilatasi pada pembluh
darah. Vasodilatasi ini menyebabkan penurunan resistensi perifer dan
meningkatkan curah jantung. Kalium sebagai salah satu mineral yang
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit mempunyai efek natriuretik
dan diuretik yang meningkatkan pengeluaran natrium dan cairan dari
dalam tubuh. Kalium juga menghambat pelepasan renin sehingga
mengubah aktifitas renin angiotensin dan mengatur saraf perifer dan
sentral yang mempengaruhi tekanan darah (Dian, 2010).

Banyak mengonsumsi kalium akan meningkatkan konsentrasi di


dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menaikkan cairan di bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Kalium sangat mudah
didapatkan pada bahan makanan yang sering kita konsumsi sehari-hari
seperti buah pisang, namun kebiasaan makan yang kurang baik merupakan
faktor utama terjadinya defisit asupan natrium. Peranan kalium mirip
dengan natrium, yaitu kalium bersama – sama dengan klorida membantu
menjaga tekanan osmotis dan keseimbangan asam basa. Bedanya, kalium
menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraselular. Kalium juga berperan
dalam transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang
berpartisipasi pada metabolisme energi akan berfungsi lebih efisien ketika
berkaitan dengan kalium. Kalium merupakan elektrolit utama untuk
mengontrol cairan intraseluler. Suplemen kalium dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi
C. Proteinuria
1. Pengertian
Proteinuria adalah kondisi urine atau air kencing mengandung
jumlah albumin yang tidak normal. Albumin merupakan salah satu jenis
protein dalam darah. Kondisi ini bukanlah penyakit, tetapi merupakan
gejala yang bisa menandakan penyakit tertentu.
Ginjal yang sehat tidak membiarkan jumlah protein keluar terlalu
banyak melalui filter ginjal. Namun, filter yang rusak akibat penyakit
ginjal dapat membuat protein seperti albumin bocor dari darah ke dalam
urine.
2. Gejala terjadinya proteinuira
Biasanya pasien yang memiliki kondisi ini tidak menunjukkan
gejala, terutama saat penyakit baru muncul. Namun,dapat menimbulkan
gejala setelah penyakitnya menjadi lebih parah, beberapa di antaranya
adalah:
1. urinasi yang lebih sering (overactive bladder),
2. sesak napas,
3. mual dan muntah,
4. kelelahan,
5. menghilangnya nafsu makan,
6. pembengkakan di area wajah, perut, atau kaki dan sekitar
pergelangannya,
7. kram otot di malam hari,
8. mata bengkak, dan
9. urine yang berbusa.
Protein bisa masuk ke dalam urine bila ginjal tidak bekerja dengan
baik. Pembuluh darah dalam ginjal yang bernama glomerulus bekerja
dengan menyaring produk sisa dari darah dan menjaga komponen yang
diperlukan tubuh, termasuk protein. 

Glomerulus akan memastikan protein dan sel darah yang lebih


besar tidak masuk ke dalam urine. Jika ada yang masuk pun bagian
tubulus ginjal akan menangkap kembali protein tersebut dan
menyimpannya di dalam tubuh.

Namun ketika keduanya mengalami gangguan atau jika ada beban


protein berlebihan, protein ini akan ikut mengalir dalam urine.

3. Faktor-faktor risiko untuk terkena proteinuria

Ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang lebih berisiko


terkena albuminuria. Dua penyakit yang paling sering menjadi pemicunya
adalah diabetes dan darah tinggi.

Jenis lain dari penyakit ginjal yang tidak terkait dengan diabetes
atau tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan protein bocor ke urine.

Faktor risiko lainnya meliputi:

1. obesitas,
2. usia di atas 65, dan
3. riwayat keluarga terhadap penyakit ginjal.

Ada juga berbagai kondisi yang turut memicu peningkatan kadar


protein dalam urine, meliputi:
1. obesitas,
2. usia di atas 65, dan
3. riwayat keluarga terhadap penyakit ginjal.

Ada juga berbagai kondisi yang turut memicu peningkatan kadar


protein dalam urine, meliputi:

1. penyakit autoimun,
2. kanker sel plasma (multiple myeloma),
3. penyakit jantung,
4. peradangan ginjal akut,
5. preeklampsia, komplikasi berupa tekanan darah tinggi pada ibu
Hamil.
6. hemolisis intravaskular atau penghancuran sel darah merah dan
pelepasan hemoglobin dalam aliran darah.
7. kanker ginjal, dan
8. gagal ginjal kongestif.
Ketika pembuluh darah menjadi rusak, nefron di ginjal yang
menyaring darah tidak menerima oksigen dan nutrisi yang mereka
butuhkan agar berfungsi dengan baik. Inilah sebabnya tekanan darah tinggi
(HBP atau hipertensi) adalah penyebab utama kedua gagal ginjal. Seiring
waktu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol menyebabkan arteri di
sekitar ginjal menyempit, melemah atau mengeras. Arteri yang rusak ini
tidak mampu memberikan cukup darah ke jaringan ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan nefroskleoris pada ginjal. Pada
nefrosklerosis benigna, pembuluh darah arteri ginjal tampak tebal, lumen
menyempit, dan ada kapiler glomerular yang sklerotik dan kempis.
Perubahan vaskular ini dapat menyebabkan suplai darah ke ginjal
berkurang. Tubulus ginjal juga mengalami atrofi. Hipertensi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan struktur pada arteriol
ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi dinding pembuluh darah.
Atherosklerosis akibat hipertensi lama dapat menyebabkan nefrosklerosis,
gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan
lumen pembuluh darah intrarenal. Penyumbatan arteri dan arteriola akan
menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga seluruh
nefron rusak terjadilah gagal ginjal kronik.
Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan
pada ginjal, baik pada glomerulus maupun tubulus ginjal akibat dari
kegagalan sistem autoregulasi. Kerusakan glomerulus dan tubulus ginjal
juga terdapat pada nefropati diabetika akibat dari keadaan hiperglikemia
yang menyebabkan glomerulosklerosis. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan permeabilitas
kapiler glomerulus sehingga protein dapat lolos dan ditemukan dalam urin

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pre Eklamsia
Preeklampsia termasuk dalam penyakit hipertensi yang
mempersulit kehamilan .Kriteria minimum dikatakan preeclampsia bila
tekanandarah (TD) sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu, danterdapat proteinuria ≥ 300 mg/24
jam. (Cunningham et al, 2014).
Preeklamsia adalah salah satu sindrom yang dijumpai pada
ibuhamil diatas 20 minggu terdiri dari hipertensi, dan proteinuria dengan
atau tanpa edema.Preeklamsia merupakan penyakit yang angka
kejadiannya di setiap Negara berbeda – beda. Angka kejadian lebih banyak
terjadi di Negara berkembang disbanding pada Negara maju.Konsumsi
kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan
intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler
dan menurunkan tekanandarah. Konsumsi kalium dalam jumlah yang
tinggi dapa tmelindungi individu dari hipertensi.
Teoriini didukung oleh hasil penelititian yang dilakukan oleh
Suyandari, ArtathiEka, dkk denganj udul pengaruh defisiensi kalium saat
dengan kejadian pre eklamsia di RSU Harapan ibu Purbalingga dengan
hasil p value <0,005 dan X2 hitung 3,814 dengan OR 227,95 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan defisiensi kaliums saat ibuhamil
dengan kejadian pre eklamsia. Ibuhamil dengan kadar kalium tidak normal
berisiko mengalami kejadian preeklasia 227,95 kali lebihbesardaripadaibu
hamil dengan kadar kalium normal.

B. Kalium
Kalium adalah merupakan ion yang bermuatan positif dan terdapat
di dalam sel intraseluler (Renijuniastuti: 2009). Ethel Sloane, (2003)
menjelaskan kalium adalah kation intraseluler utama. Ion ini secara normal
dikonsumsi dan diekresi dalam jumlah yang seimbang yaitu 10% dari
asupan harian dan diekresi dalam feses dan 90% dalam urine.
Kalium adalah merupakan kation yang sangat penting dalam tubuh.
Elektrolit ini jumlahnya 20 kali lebih banyak berada pada intrasel dari
pada dicairan ekstraseluler. Kadar normal kalium dalam serum adalah 3,5-
5,3 mEq/L. Sehubungan dengan kalium yang disimpan dalam tubuh
sedikit, maka asupan kalium setiap hari harus adekut. Jumlah asupan
kalium tiap hari adalah 40-60 mEq/L. Kalium sekitar 80-90%
diekskresikan ke dalam urine dan 8% dalamfeses.Sumber kalium dapat
didapatkan dari buah- buahan, sayur-sayuran,atau suplemen kalium
(Pratama, 2012).

C. PengaruhAntaraKaliumDenganPreeklamsia
Pangeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak.Hipotalamus
mengatur konsumsi garam didalam darah, dengan merangsang kelenjar
pituari mengeluarkan hormone antidiuretika (ADH). ADH dikeluar
kanbila volume darahatau tekanandarah terlalu rendah. ADH merangsang
ginjal untuk menaha natau menyerap kembali air kedalamtubuh.
Almatsier(2001) bila terlalu banyak air keluar daritubuh, volume
darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan
enzim rennin. Renin mengaktifkan protein didalam darah yang dinamakan
angiotensinogen kedalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan
mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanandara hakan naik.
Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormone aldosteron dar
ikelenjar adrenalin .Aldosteron akan mempengaruh iginjal untuk menahan
air dan natrium. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih
sedikit air yang dikeluarkan dari tubuh dan tekanan darah akan naik
kembali.
Mekanisme kalium menurunkan tekanan darah antara lain
menurunkan produksi vasokonstriktor thromboxane dan meningkatkan
produksi vasodilasator kalidin sehingga terjadi vasodilatasi pada pembluh
darah. Vasodilatasi ini menyebabkan penurunan resistensi perifer dan
meningkatkan curah jantung. Kalium sebagai salah satu mineral yang
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit mempunyai efek natriuretik
dan diuretik yang meningkatkan pengeluaran natrium dan cairan dari
dalam tubuh. Kalium juga menghambat pelepasan renin sehingga
mengubah aktifitas renin angiotensin dan mengatur saraf perifer dan
sentral yang mempengaruhi tekanan darah (Dian, 2010).

Hasil analisis ini sejalanan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Bingan, Elina Charla Sabatin adengan hasil nilai p-value 0.001, artinya
adah hubungan antara pemberian kalium dengan tekanan
darah pada ibu hamil dengan hipertensi.
Berdasarkan penelitian dari Artathi Eka Suryandari, Lina Dwi Puji
Rahayu dalam penelitian nya yang berjudul PENGARUH DEFISIENSI
KALIUM SAAT DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RSU
HARAPAN IBU PURBALINGGA TAHUN 2013 , menjelaskan
kebutuhankalium per hariialah 4.500 mg untukusia 9-13 tahun, 4.700 mg
untukusia 14 tahun keatas, termasuk wanit ahamil. Untuk ibu menyusui
membutuhkan kalium sebanyak5.100 mg perhari. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan defisiensi kalium saat hamil dengan kejadian
preekalampsia. Ibu hamil dengan kadar kalium tidak normal beresiko
mengalam ikejadiaan preeklampsia 227,95 kali lebis besar dari pada ibu
hamil dengan kadar kalium normal.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

BerdasarkanhasilpenelitiandariberbagaisumbertentangPengaruhKe
kuranganGiziMikro (Kalium)
padaIbuHamilsebagaiFaktorPenyebabPreeklamsidapatdiambilkesimpulana
dahubungan yang
signifikanantaradefisiensikaliumsaathamildengankejadianpreeklamsia.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitianinipenelitimenyampaikanbeberapa saran
diantaranya :
1. Bagiinstitusi
Perlunyameningkatkanpengetahuanibuhamiltentangpencegahan
penyakitpreeklamsidankomplikasinyamelaluipromosikesehatan yang
salahsatunyadengankonsumsikaliumibuhamil,
sehinggakualitasprilakuibuhamildalammencegahpreeklamsisemakinme
mbaik. .
2. BagiTenagaKesehatan
Perlunyadigalakkankegiatankonseling, informasidanedukasi
(KIE) mengenaigizidanpreeklamsiolehtenagakesehatankepadaibuhamil,
sertasosialisasipentingnyakonsumsibahanmakanansumberkaliumsebagai
salahsatucarapencegahanpreeklamsi.
3. Bagipenelitiibuhamil
a. Ibuhamildiharapkansegeramelakukanpemeriksaan antenatal
sejakdini.
b. Hendaknyaibuhamilmengkonsumsikaliumsesuaidengankebutuhankal
iumdalamkehamilan (1200mg/hari)
c. Apabilaadariwayatkeluargadenganpenyakithipertensidanpreeklamsil
akukanpencegahansecaradinidenganpemeriksaankehamilanrutindan
membatasikehamilan.
4. Bagipenelitiselanjutnya
a. Perlunyadilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaihubungankekuranga
nkaliumdengankejadianpreeklamsimelaluipemeriksaankadarkalium
total ibuhamilsehinggadidapatkanhasil yang baik.
b. Perlunyadilakukanpengamatankonsumsikaliumibuhamildenganmeng
gunakanmetodepenimbangandanpencatatanperkiraanjumlahbahanma
kanansumberkalium yang dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

ElineCharla.
JurnalPengaruhPemberianKaliumterhadapTekananDarahPadaIbuHamild
enganHipertensi. Vol.6. No. 1 Juli-Desember 2018 https://ejurnal.poltekkes-
manado.ac.id/index.php/jidan/article/view/627/566diaksespadatanggal 22
Agustus 2020 jam 13.00 WIB

R. O. Widiastuti, S. Muyabiq, & R.


Gianarti.JurnalSuplemenKaliumSelamaKehamilanSebagaiPencegahankej
adianPreeklamsi. Vol.7. No. 3 Desember 2018
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2078 diakses
padatanggal 22 Agustus 2020 jam 14.00 WIB

Febriana, M. Z. Rahfiludin, & D. Pangestuti.JurnalHubunganAsupanNatrium,


Kalium Dan Magnesium DenganTekananDarahpadaIbuHamil Trimester
II dan III (Studi di Wilayah KerjaPuskesmasBuluKabupatenTemanggung).
Vol.5. No. 4 Oktober 2017
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/18733 diaksespadatangg
al 22 Agustus 2020 jam 17.00 WIB

ArtathiEka S,&LinaDwiPuji R.
JurnalPengaruhDefisiensiKaliumSaatdenganKejadianPreeklamsia Di
RSU HarapanIbuPurbalinggaTahun 2013. Vol.3. No. 6 Juni 2013
http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/view/149 diaksespadata
nggal 22 Agustus 2020 jam 17.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai