Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA RESIKO TINGGI PADA

KELUARGA Tn. A DENGAN RIWAYAT ASMA, HAMIL YANG TIDAK


DIRENCANAKAN DAN MEROKOK DI RT 17 RW 5 DESA BLARU
KECAMTAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2020

Pembimbing :

1. Siti Ni’amah, S.Si.T., M.Kes


2. Yuli Irnawati, S.Si.T., M.Kes

Disusun Oleh:

Ira Alfiyani (1317012)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA


PATI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga Resiko Tinggi Pada Keluarga Tn. A


Dengan Riwayat Asma, Kehamilan Tidak Direncanakan, Dan Merokok Di RT 17
RW 15 Desa Blaru Kecamtan Pati Kabupaten Pati Tahun 2020, telah diperiksa
dan disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Pati, Januari 2020

Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Siti Ni’amah,S.Si.T.,M.Kes Yuli Irnawati,S.Si.T.,M.Kes


NPP: NPP : 12005056
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan
Keluarga Resiko Tinggi Pada Keluarga Tn. A Dengan Riwayat Asma, Kehamilan
Yang Tidak Direncanakan, Dan Merokok Di RT 17 RW 5 Desa Blaru Kecamatan
Pati Kabupaten Pati Tahun 2020”.
Laporan asuhan kebidanan ini ditulis untuk memnuhi salah satu tugas
Praktik Klinik Kebidanan II b di STIKES Bakti Utama Pati.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan asuhan kebidanan
keluarga resti ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi berkat usaha dan
dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:

1. Suparjo, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Pratini Soedarsono Pati.


2. Irfana Wijayanti, S.Si.T., M.Kes., M.Keb. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kebidanan Bakti Utama Pati.
3. Siti Ni’amah, S.Si.T., M.Kes., selaku dosen pembimbing utama Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa.
4. Yuli Irnawati, S.Si.T., M.Kes., selaku dosen pembimbing Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa.
5. Semua Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan Bakti Utama Pati.
6. Teman – teman mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati.
Semoga dengan disusunnya laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Pati, Januari 2019
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................................
C. Manfaat .........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori...............................................................................................
B. Kerangka Teori..............................................................................................
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Pengkajian .....................................................................................................
B. Analisis Masalah...........................................................................................
C. Diagnosa Potensial.........................................................................................
D. Anticipatory....................................................................................................
E. Perencanaan....................................................................................................
F. Pelaksanaan....................................................................................................
G. Catatan Perkembangan...................................................................................
BAB IV KENDALA DAN PEMBAHASAN............................................................
A. Kendala..........................................................................................................
B. Pembahasan....................................................................................................
BAB V REKOMENDASI..........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender Internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester,
trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14 minggu
(minggu ke-14 hingga ke-27), dan trimester ketiga 3 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40) (Evayanti, 2015).
Selama kehamilan ada banyak perubahan pada tubuh ibu mulai dari
perubahan anatomis pada rongga dada yang disebabkan oleh pembesaran
uterus yang menggeser diafragma ke atas hingga sejauh 4 cm, perubahan
fisiologis pada paru yang mengalami penurunan secara progresif kapasitas
residu fungsional sekitar 10-12% yang diakibatkan oleh perubahan anatomi
rongga dada dan perubahan pada hormonal yaitu peningkatan kadar estrogen
dan progesteron yang dapat mengakibatkan saluran napas atas dan mukosa
jalan napas menjadi hiperemis, edema, dan hipersekresi, hormon juga akan
berkompetisi dan mencegah translokasi nuklear glukokortikoid,menyebabkan
perlawanan efek fisiologis steroid endogen dan eksogen.
Perubahan tersebut dapat menyebabkan penurunan oksigenasi maternal,
sementara kehamilan itu sendiri akan meningkatkan 20% konsumsi oksigen
serta 15% laju metabolik, hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi. Kebutuhan ekstra ini dapat diperoleh melalui peningkatan
40-50% resting minute ventilation, yang berasal terutama dari peningkatan
volume tidal, dan hiperventilasi menyebabkan peningkatan tekanan oksigen
arteri (PaO2) serta penurunan tekanan karbondioksida arteri (PaCO2), dengan
kompensasi penurunan konsentrasi bikarbonat serum sampai 18- 22 mmol/l.
Alkalosis respiratorik ringan (pH 7,44) seringkali ditemukan dalam
kehamilan. Oleh karenanya sesak napas sering dijumpai selama kehamilan.
Asma adalah salah satu penyakit dengan jumlah penderita terbanyak
pada saat ini. Insidensinya meningkat di seluruh dunia sehubungan dengan
kemajuan industri dan meningkatnya polusi. Pada peringatan hari asma
sedunia tanggal 4 Mei 2004 yang bertema burden of asthma, para ahli
internasional melaporkan bahwa prevalensi asma di dunia akan meningkat
dalam beberapa tahun mendatang. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), jumlah penderita asma di seluruh dunia akan mencapai 400
juta orang pada tahun 2025, dengan pertambahan 180.000 setiap tahunnya.
Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5-1% dari seluruh
kehamilan, serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24 hingga 36
minggu, jarang pada akhir kehamilan. Di Indonesia prevalensi asma dalam
kehamilan adalah sekitar 3,7-4%. Hal tersebut membuat asma menjadi salah
satu permasalahan yang biasa ditemukan dalam kehamilan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Wiwik Agustina dan Sumiatun di
Malang bahwa frekuensi kekambuhan asma pada ibu dengan riwayat asma di
kota Malang rata-rata kekambuhan tertinggi terjadi pada kehamilan trimester
III yaitu 1,5 kali/bulan, sedangkan rata-rata kekambuhan terendah terjadi pada
kehamilan trimester I yaitu 0,8 kali/bulan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa
Ny. D sekarang telah hamil 17 minggu dan telah mempunyai 2 anak, anak
pertama berusia 7 tahun jenis kelamin perempuan, anak kedua berusia 2 tahun
7 bulan dengan jenis kelamin laki-laki. Kehamilan Ny. D sekarang
merupakan kehamilan yang tidak direncanakan, Ny. D mengaku bahwa ia
memakai alkon pil dan lupa meminumnya sehingga ia tidak menyadari kalau
ia sudah hamil 7 minggu. Ny. D memeriksakan kehamilannya di bidan dan
puskesmas, hasil dari pemeriksaan sementara Ny. D dan janinnya dalam
keadaan sehat.
Berdasarkan riwayat kesehatan lalu Ny. D pernah mengalami sesak
nafas atau asma pada kehamilan anak keduanya di usia kehamilan mulai 28
minggu, Ny. D mengatakan tidak ada keluarga baik dari Ny.D maupun Tn. A
yang mempunyai riwayat asma, sebelum hamil Ny. D juga mengatakan tidak
pernah menderita penyakit asma. Pada saat intrapartum sesak nafas Ny.D
kambuh dan keluarga memutuskan untuk membawa ke rumah sakit. Ny.D
didiagnosa Kala I lama dan bayi tidak lahir-lahir sehingga dokter harus
memberikan tindakan vakum, hasil akhir persalinan Ny. D adalah ketuban
berwarna hijau pekat, berat bayi 3500 gram, bayi tidak langsung menangis,
dan bayi Ny. D harus dibawa diinkubator dengan diberikan oksigen selama 4
hari. Ny. D telah mengetahui kondisi dan riwayat kesehatannya sehingga Ny.
D selalu mewaspadai bilamana penyakitnya kambuh kembali, Ny. D
mengatakan akan selalu memeriksakan kondisinya ke tenaga kesehatan.
Suami Ny. D yang bernama Tn. A berusia 32 tahun, Tn A bekerja
sebagai buruh, Tn. A mengatakan bahwa ia sering merokok, dalam 1 minggu
Tn. A mampu menghabiskan 2 bungkus rokok. Dapat dikalkulasikan dalam 1
hari Tn.A dapat menghabiskan 3 batang rokok sekaligus. Tn. A merokok
ketika sedang bekerja maupun ketika di rumah. Dalam pemeriksaan umum
didapatkan kondisi kesehatan Tn A sebagai berikut: KU: baik, emosional:
stabil, kesadaran : CM. TD: 120/70 mmHg, BB: 69 kg. Saat ini Tn.A
mengatakan bahwa kondisinya dalam keadaan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan perolehan data yang ditemukan dari
Keluarga Tn. A maka ditemukan masalah kesehatan pada Ny.D yaitu
kahamilan multipara dengan riwayat asma dan kehamilan yang tidak
direncanakan sedangkan Tn. A ditemukan masalah yaitu merokok. Oleh
karena itu perlu dilakukan pendekatan dan asuhan keluarga kepada keluarga
Tn. A.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. A
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah melalui pengumpulan data analisa,
perumusan dan pemecahan masalah
b. Merencanakan tindakan untuk membantu memecahkan masalah
kesehatan yan dialami oleh keluarga Tn.A
c. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan tujuan yang
diinginkan pada keluarga Tn.A
d. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian hasil yang dicapai dengan
yang diinginkan.
C. Manfaat
1. Bagi peneliti
Sebagai bahan untuk pembelajaran, pengetahuan, menambah

wawasan pengalaman penelitian kesehatan, dan pemahaman dalam

mengaplikasikan ilmu peneliti (Kebidanan) khususnya ibu hamil yang

mengalami riwayat penyakit asma.

2. Bagi Peneliti lain


Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi dan bahan acuan untuk pengembangan peneletian kedepannya

mengenai hubungan senam hamil gymball terhadap kualitas nyeri

punggung pada ibu hamil trimester III.

3. Bagi institusi
Hasil dari penelitian bisa menjadi bahan sabagai bekal praktik yang
baik dan benar di lahan praktik dan ikut andil dalam penyediaan
pelaynanan antenatal pada ibu hamil terutama bagi ibu hamil dengan
resiko tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009).
Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali dengan
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dan dimulai sejak konsepsi
sampai persalinan. Pada saat hamil, ibu mengalami perubahan yang signifikan
pada fungsi fisiologis dan psikologis, proses penyesuaian diri terhadap keadaan
baru ini seringkali menimbulkan kecemasan (Aprianawati dan Sulistyarini,
2012).
B. Asma Dalam Kehamilan
1. Pengertian Asma
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Asama bronkiale
merupakan salah satu penyakit salauran nafas yang sering di jumpai dalam
kehamilan dan persalinan (Rukiyah, 2010).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada jalan napas.
Inflamasi menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, sesak dada
dan batuk, dan gejala lebih sering terjadi pada malam hari dan dini hari.
( Bothamley Judy, 2009).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai
ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas) terutama
pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai
stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonimik, dan
psikologi. (Somantri Irman, 2009).
Asma merupakan penyakit yang bervariasi dalam berespon terhadap
stimulus atau pencetus tertentu, terjadi inflamasi dan perubahan struktural
di paru. (Robson dan waugh, 2011).
2. Etiologi
Asma Bronkial dapat menyerang segala usia, tetapi sering dijumpai
pada usia muda. Sekitar 50% kasus asma bronkial trjadi pada usia 10 tahun
dengan rasio laki- laki dan perempuan sebesar 2:1. Tetapi pada usia 30
tahun rasio tersebut sebesar 1:1. Apabila dilihat dari sisi etiologi, asma
adalah penyakit yang heterogen. Faktor genetik (atopi), faktor lingkungan
seperti virus, alergen dan pekerjaan dapat menjadi faktor yang mencetuskan
asma atau membuat penyakit tersebut berkesinambungan (McFadden,
2005).
Atopi adalah salah satu faktor risiko untuk terjadinya asma. Asma
karena alergi biasanya diidentifikasi apabila terdapat riwayat alergi
penderita maupun keluarganya seperti rhinitis, urtikaria dan ekzema atau
apabila terjadi reaksi kulit positif berupa bengkak dan kemerahan terhadap
ekatrak alergen spesifik yang disuntikkan secara intradermal dan bila
terdapat peningkatan kadar IgE dalam serum (McFadden, 2005).
Beberapa faktor dianggap dapat mencetuskan serangan asma
diantaranya adalah alergen, obat-obatan, lingkungan (asap rokok, polusi
udara, udara dingin, bau yang tajam), infeksi, aktifitas fisik, emosi dan
pekerjaan (McFadden, 2005).
Tabel 3. Stimulus yang mencetuskan serangan asma

Stimulus yang mencetuskan serangan asma


Infeksi virus pada saluran
pernafasan Alergen
Alergen dari binatang, tumbuhan (bulu
binatang dan serbuk sari)
Debu dan kotoran
Dust mites
Jamur
Asap rokok
Polusi
udara
Ozon
Sulfur dioksida
Sisa pembakaran kayu/bahan
bakar Endotoksin, mycotoksin
Debu
Lingkungan & pekerjaan
Debu kayu dan sayuran di
ladang Detergen
Formaldehid, minyak cat, zat
pewarna Obat-obatan (aspirin)
Bau yang tajam
Parfum, hairsprays, zat
pembersih Udara dingin & kering
Aktivitas fisik yang
berat Sress emosi

3. Patofisiologi
Asma adalah suatu penyakit hasil dari keadaan inflamasi pada saluran
nafas yang berlangsung kronis. Reaksi pada asma alergi diperantarai oleh
respon IgE dan dikontrol oleh sel limfosit T dan B. Reaksi ini diaktifasi
oleh interaksi antigen dengan IgE yang terikat pada sel mast (McFadden,
2005).
Pada sel epitel dan submukosa saluran nafas terdapat sel dendritik
yang berfungsi menangkap dan memproses antigen. Setelah menangkap
imunogen, sel tersebut yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell
(APC) kemudian mempresentasikan materi alergen kepada sel limfosit T.
Interaksi antigen dengan sel T naif (Th0) ditambah bantuan IL-4
menyebabkan diferensiasi sel Th0 menjadi sel Th2. Selain itu, IL-4, IL-13
menyebabkan sel limfosit B lebih banyak memproduksi IgE dibandingkan
IgG dan IgM (McFadden, 2005).
Setelah disintesis dan dikeluarkan dari limfosit B, IgE akan
bersirkulasi dan berikatan dengan sel mast atau basofil. Reaksi antigen-
antibodi pada permukaan sel mast yang telah tersensitisasi akan
menyebabkan keluarnya mediator dari granula sel mast yaitu histamin,
faktor kemotaksis, sitokin (IL-4, IL-5, IL-13), leukotrien dan prostaglandin.
Selain itu terjadi pula sintesis dan pengeluaran berbagai mediator lain
seperti chemokines (RANTES, eotaxin). Sitokin dan interleukin juga
diproduksi oleh sel limfosit Th2 untuk lebih memperkuat respon imun yang
terjadi. Zat endogen yang bertanggung jawab terhadap reaksi awal berupa
bronkhokonstriksi adalah histamin, leukotrien C4 dan D4 dan
prostaglandin. Zat-zat ini berdifusi melalui dinding saluran nafas dan
menyebabkan kontraksi otot saluran nafas dan kebocoran cairan ke
ekstravaskular atau edema. Mediator lain yaitu sitokin, granulocyte-
macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan interleukin 4,5,9,13
mengaktifkan eosinofil dan menyebabkan infiltrasi sel inflamasi di mukosa
saluran nafas. Sebagai contoh leukosit menempel pada molekul adhesi yang
terdapat pada endotel kemudan melakukan diapedesis dan masuk ke
jaringan interstisial kearah rangsang kemotaktik. Selain itu, efek lainnya
adalah mempertahankan bronkhokonstriksi dan hipersekresi mukus yang
dapat berlangsung hingga 2-8 jam. Proses inflamasi pada saluran nafas
ini berhubungan dengan sensitivitas otot polos saluran nafas (airway
hyperresponsiveness). Sekarang ini kortikosteroid merupakan obat yang
efektif pada inflamasi karena dapat menghambat produksi sitokin baik dari
sel mast maupun limfosit (McFadden, 2005; Liu, 2004).
Tidak semua serangan asma diakibatkan karena paparan antigen
secara langsung. Penderita asma yang tidak bersifat immediate
hypersensitivity terhadap antigen dapat terjadi eksaserbasi yang berat
setelah provokasi oleh infeksi virus di saluran nafas, atau disebabkan oleh
stimulus lain seperti aktivitas fisik yang berat, udara dingin, obat-obatan
dan stress emosi (McFadden, 2005).
Pengaruh kehamilan pada asma
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan mempengaruhi
hidung, sinus dan paru. Peningkatan hormon estrogen menyebabkan
kongesti kapiler hidung, terutama selama trimester ketiga, sedangkan
peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan peningkatan laju
pernapasan (ACAAI, 2002).
Beecroft dkk mengatakan bahwa jenis kelamin janin dapat
mempengaruhi serangan asma pada kehamilan. Pada studi prospektif
blind, ditemukan 50% ibu bayi perempuan mengalami peningkatan gejala
asma selama kehamilan dibandingkan dengan 22,2% ibu bayi laki-laki. Ibu
dengan bayi laki-laki menunjukkan perbaikan gejala asma (44,4%),
sementara tidak satu pun ibu dari bayi perempuan mengalami perbaikan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa gejolak adrenergik yang dialami ibu
selama 15 mengandung janin laki-laki dapat meringankan gejala asma
(Frezzo et al., 2002).
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan
morbiditasnya pada kehamilan. Pada asma ringan 13 % mengalami
serangan pada kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %.
Sebanyak 20% dari ibu dengan asma ringan dan moderat mengalami
serangan intrapartum, serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat
setelah persalinan dengan seksio sesarea jika dibandingkan dengan
persalinan per vaginam.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap
penderita tidaklah sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya
tidak sama pada kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya
serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu,
dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi
dan beratnya serangan asma, karena ibu dan janin akan mengalami
hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi tentu akan
memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan
prematur, dan berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Turner et al dalam
suatu penelitian yang melibatkan 1054 wanita hamil yang menderita asma
menemukan bahwa 29% kasus membaik dengan terjadinya kehamilan,
49% kasus tetap seperti sebelum terjadinya kehamilan, dan 22% kasus
memburuk dengan bertambahnya umur kehamilan. Sekitar 60% wanita
hamil yang mendapat serangan asma dapat menyelesaikan kehamilannya
dengan baik. Sekitar 10% akan mengalami eksaserbasi pada persalinan.
Mabie dkk (1992) melaporkan peningkatan 18 kali lipat resiko eksaserbasi
pada persalinan dengan seksio sesarea dibandingkan dengan pervaginam
Asma pada kehamilan pada umumnya tidak mempengaruhi janin,
namun serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat
menyebabkan hipoksemia ibu sehingga berefek pada janin (Nelson and
Piercy, 2001). Hipoksia janin terjadi sebelum hipoksia ibu terjadi. Asma
pada kehamilan berdampak penting bagi ibu dan janin selama kehamilan
dan persalinan. Dampak yang terjadi dapat berupa kelahiran prematur, usia
kehamilan muda, hipertensi pada kehamilan, abrupsio plasenta,
korioamnionitis, dan seksio sesaria (Liu et al.,2000; Bhatia and
Bhatia,2000).
4. Manifestasi Klinis
Penilaian secara subyektif tidak dapat secara akurat menentukan
derajat asma. Gejala klinik bervariasi mulai dari wheezing ringan sampai
bronkokonstriksi berat. Pada keadaan ringan, hipoksia dapat dikompensasi
hiperventilasi. Namun, bila bertambah berat akan terjadi kelelahan yang
menyebabkan retensi O2 akibat hiperventilasi. Bila terjadi gagal napas,
ditandai asidosis, hiperkapnea, adanya pernapasan dalam, takikardi, pulsus
paradoksus, ekspirasi memanjang, penggunaan otot asesoris pernapasan,
sianosis sentral, sampai gangguan kesadaran. Keadaan ini bersifat
reversible dan dapat ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya
akibat adanya penurunan kapasitas residu.
Manifestasi klinis asma ditandai dengan dyspnea, kesesakan dada,
wheezing, dan batuk malam hari, di mana hanya menjadi tanda dalam
beberapa kasus. Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan nyeri
dada.
Batuk yang memicu spasme atau kesesakan dalam saluran
pernapasan, atau berlanjut terus, dapat berbahaya. Beberapa serangan
dimulai dengan batuk yang menjadi progresif lebih “sesak”, dan kemudian
bunyi wheezing terjadi. Ada pula yang berbeda, beberapa penderita asma
hanya dimulai wheezing tanpa batuk. Beberapa yang lain tidak pernah
wheezing tetapi hanya batuk selama serangan asma terjadi.
Selama serangan asma, mucus cenderung menjadi kering dan sukar,
sebagian karena cepat, beratnya pernapasan umumnya terjadi saat
serangan asma. Mucus juga menjadi lebih kental karena sel-sel mati
terkelupas.
5. Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi asma pada kehamilan bagi ibu
Asma tak terkontrol dapat menyebabkan stres yang berlebihan bagi
ibu. Komplikasi asma tak terkontrol bagi ibu termasuk :
a. Preeklampsia (11%), ditandai dengan peningkatan tekanan darah,
retensi air serta proteinuria
b. Hipertensi kehamilan, yaitu tekanan darah tinggi selama kehamilan
c. Hiperemesis gravidarum, ditandai dengan mual-mual, berat badan
turun serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; 4) Perdarahan
pervaginam Induksi kehamilan dan atau komplikasi kehamilan
(OSUMC, 2005).
Komplikasi ini bergantung pada derajat penyakit asma. Status
asmatikus dapat menyebabkan gagal napas, pneumotoraks,
pneumomediastinum, kor pulmonale akut, dan aritmia jantung. Mortalitas
meningkat pada penggunaan ventilasi mekanik. Penyulit yang mengancam
nyawa adalah pnemotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut,
aritmia jantung, dan kelelahan otot disertai henti napas. Angka kematian
secara substantive meningkatkan apabila asmanya memerlukan ventilasi
mekanis. (Obstetri Williams, 1376-1377)
Komplikasi asma pada kehamilan bagi janin
Kekurangan oksigen ibu ke janin menyebabkan beberapa masalah
kesehatan janin, termasuk :
a. Kematian perinatal
b. IUGR (12 %) , gangguan perkembangan janin dalam rahim
menyebabkan janin lebih kecil dari umur kehamilannya
c. Kehamilan preterm (12 %)
d. Hipoksia neonatal, oksigen tidak adekuat bagi sel-sel
e. Berat bayi lahir rendah (OSUMC, 2005).
Satu studi mencatat kematian janin disebabkan oleh asma berat
sebagai akibat episode wheezing yang tidak terkontrol. Mekanisme
penyebab berat bayi lahir rendah pada wanita asma masih belum diketahui,
akan tetapi terdapat beberapa factor yang mendukung seperti perubahan
fungsi plasenta, derajat berat asma dan terapi asma (Murphy et al., 2003;
Clifton et al., 2001).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma selama kehamilan membutuhkan pendekatan
kooperatif antara dokter kandungan, bidan, dokter paru serta perawat yang
khusus menangani asma dan ibu hamil itu sendiri. Tujuan serta terapi pada
prinsipnya sama dengan pada penderita asma yang tidak hamil. Terapi
medikasi asma selama kehamilan hampir sama dengan terapi penderita
asma tidak hamil, dengan pelega kerja singkat serta terapi harian jangka
panjang untuk mengatasi inflamasi (Nelson and Piercy, 2001).
Pentingnya pengobatan asma adalah mencegah kematian, kegagalan
pernapasan, status asmatikus, perawatan di ruang emergensi, dan cacat
wheezing. Penatalaksaan asma kronis pada kehamilan harus mencakup hal-
hal berikut.
a. Penilaian obyektif fungsi paru dan kesejahteraan janin.
Pasien harus mengukur PEFR 2 kali sehari dengan target 380 – 550
liter/menit. Tiap pasien memiliki nilai baseline masing-masing sehingga
terapi dapat disesuaikan.
b. Menghindari faktor pencetus asma.
Mengenali serta menghindari faktor pencetus asma dapat
meningkatkan kesejahteraan ibu dengan kebutuhan medikasi yang
minimal (NAEPP, 2005). Asma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor
termasuk alergi, infeksi saluran napas atas, sinusitis, exercise, aspirin,
obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID), dan iritan, misalnya:
asap rokok, asap kimiawi, kelembaban, emosi (Kramer, 2001; ACAAI,
2002). Di samping itu, pencetus terkemuka serangan asma termasuk
serbuk/tepung, tungau, jamur, amukan hewan, makanan, dan hormone.
Pada umumnya kucing merupakan hewan kesayangan yang
menyebabkan asma. Semua hewan pengerat, kelinci, dan hewan
peliharaan dapat menyebabkan asma, termasuk kecoak.
c. Wanita hamil perokok harus berhenti merokok, dan menghindari
paparan asap tembakau serta iritan lain di sekitarnya. Wanita hamil
yang merokok berhubungan dengan peningkatan risiko wheezing dan
kejadian asma pada anaknya (Blaiss, 2004; Nelson and Piercy, 2001;
NAEPP, 2005).
d. Edukasi
Mengontrol asma selama kehamilan penting bagi kesejahteraan
janin. Ibu hamil harus mampu mengenali dan mengobati tanda-tanda
asma yang memburuk agar mencegah hipoksia ibu dan janin. Ibu hamil
harus mengerti cara mengurangi paparan agar dapat mengendalikan
faktor-faktor pencetus asma (NAEPP, 2005).
e. Terapi farmakologi selama kehamilan
Kelompok kerja NAEPP merekomendasikan prinsip serta
pendekatan terapi farmakologi dalam penatalaksanaan asma pada
kehamilan dan laktasi (tabel.1). Prednison, teofilin, antihistamin,
kortikosteroid inhalasi, β2 agonis dan kromolin bukan merupakan
kontra indikasi pada penderita asma yang menyusui. Rekomendasi
penatalaksanaan asma selama laktasi sama dengan penatalaksanaan
asma selama kehamilan (NAEPP, 2005). Terapi asma modern dengan
teofilin, kortikosreoid dan beta agonis menurunkan risiko komplikasi
kehamilan menjadi rendah baik pada ibu maupun janin. Farmakoterapi
tdak boleh bersifat teratogenik pada janin atau berbahaya pada ibu.
Penggunaan beta agonis, seperti metaproterenol, dan albuterol, dapat
digunakan dalam pengobatan darurat pada asma berat dalam kehamilan,
tetapi penggunaan jangka panjang seharusnya dihindari pada kehamilan
muda, terutama sekali sejak efek pada janin tidak diketahui.
(Greenberger, 1985).
C. Merokok
1. Definisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Heryani, 2014).
2. Bahan Baku Rokok
Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:

a. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia
termasuk dalam spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
b. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga
cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang dan
dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran
tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
c. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk
menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi
pembeda antara setiap merek dan varian kretek (Anonim, 2013).
3. Kandungan Rokok
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah sebagai
berikut:
a. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung
berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung
meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan
tekanan darah meningkat (Tawbariah et al., 2014).
b. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun,
2012).
c. Karbon monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan
kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa
oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam
pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding
pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
4. Pembagian Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya, dibedakan menjadi:
1) Rokok Putih
Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok
putih mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah,
2009).
2) Rokok Kretek
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
(Mardjun, 2012). Rokok kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan
44- 45 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
3) Rokok Klembak
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan
kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
b. Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut Mardjun (2012) dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus
2) Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus
5. Jenis Rokok
Menurut Mustikaningrum (2010) jenis rokok dibagi menjadi delapan, yaitu:
a. Rokok
Merupakan sediaan tembakau yang banyak digunakan.
b. Rokok Organik
Merupakan jenis rokok yang dianggap tidak mengandung bahan adiktif
sehingga dinilai lebih aman dibanding rokok modern.
c. Rokok Gulungan atau “Lintingan”
Peningkatan penggunaan rokok dengan cara melinting sendiri ini
sebagian besar disebabkan oleh budaya dan faktor finansial.
d. Bidis
Bidis berasal dari India dan beberapa negara Asia Tenggara. Bidis
dihisap lebih intensif dibandingkan rokok biasa, sehingga terjadi
peningkatan pemasukan nikotin yang dapat menyebabkan efek
kardiovaskuler.
e. Kretek
Mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau. Cengkeh menimbulkan
aroma yang enak, sehingga kretek dihisap lebih dalam daripada rokok
biasa.
f. Cerutu
Kandungan tembakaunya lebih banyak dibandingkan jenis lainnya,
seringkali cerutu hanya mengandung tembakau saja.
g. Pipa
Asap yang dihasilkan pipa lebih basa jika dibandingkan asap rokok
biasa, sehingga tidak perlu hisapan yang langsung untuk mendapatkan
kadar nikotin yang tinggi dalam tubuh.
h. Pipa Air
Sediaan ini telah digunakan berabad-abad dengan persepsi bahwa cara
ini sangat aman. Beberapa nama lokal yang sering digunakan adalah
hookah, bhang, narghile, shisha.
6. Filter Rokok
Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan
tar dan partikel rokok yang berasal dari rokok yang dihisap, namun dalam
jumlah sangat sedikit. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokok
sehingga menjadi mudah dihisap (Mustikaningrum, 2010).
7. Dampak Rokok Bagi Kesehatan
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)
merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan,seperti :
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok
mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in second
(FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita
PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan
penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko
terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi
dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012).
c. Pegaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi di
bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui,
banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok
dapat merusak protein lensa (Muhibah, 2011).
d. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun
wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan
mengalami penuruan berat badan, lahir prematur, bahkan kematian
janin (Anggraini, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
RT/RW : XIIV/V Tanggal : 30 Desember 2019
Desa : Blaru Nama Penderita : Ny. D
Kec/Kab : Pati/Pati
1. Identitas Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. A
Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : RT 17 RW 05 Ds. Blaru Kec. Pati Kab. Pati
b. Data Anggota Keluarga
No Nama Umur L/P Status Pendidikan Pekerjaan Agama Ket.
1 Tn. A 32 Th L Suami SMP Buruh Islam Hidup
Pelayan
2 Ny. D 31 Th P Istri SMA Islam Hidup
Swalayan
Ibu Tidak Bercocok
3 Ny. S 69 Th P Islam Hidup
Ny.D Sekolah tanam
Tidak
4 An. S 7 Th P Anak SD Islam Hidup
Bekerja
2 tahun Belum Tidak
5 An. M L Anak Islam Hidup
7 bulan Sekolah Bekerja

c. Genogram
d. Data kesehatan keluarga dan lingkungan
1. Data kesehatan keluarga

No Nama Status Keadaan Kesehatan Sekarang


1 Tn. A KK Bekerja sebagai Buruh
Umur Tn. A 32 tahun
Saat ini dalam keadaan sehat
2 Ny.D Istri Ny. D bekerja sebagai pelayan sebuah
mall
Umur Ny. D 31 tahun
Saat ini Ny. D mengeluh sering
kelelahan dan susah tidur
3 Ny. S Ibu Ny. D Ibu Ny.D bekerja bercocok tanam
Umur Ny. S 69 tahun
Saat ini dalam keadaan sehat
4 An. S Anak An. S berusia 7 th
Saat ini dalam keadaan sehat
5 An. M Anak An. M berusia 2,8 tahun
Saat ini dalam keadaan sehat.

2. Data kesehatan lingkungan


Status rumah warisan dari orang tua, jenis rumah permanen,
terdapat 6 ruangan, Kondisi rumah tampak bersih namun kurang
tertata dengan rapi, ventilasi cukup, lantai keramik, pembuangan
sampah dilakukan secara terbuka, tempat pembuangan sampah
berada di belakang rumah, terdapat kandang di samping rumah
namun tidak memiliki hewan ternak, air minum bersumber dari
air tanah, tempat penyimpanan air tertutup, pengurasannya setiap
3-7 hari sekali, dan memiliki WC sendiri.
3. Sarana pelayanan kesehatan
Jarak rumah dengan pelayanan tempat pelayanan kesehatan
dekat, jenis pelayanan yang ada berupa bidan desa, Praktik
Mandiri Bidan, Praktik Mandiri Dokter, Klinik, dan Puskesmas.
Bila terdapat salah satu anggota keluarga yang sakit, keluarga
akan membawanya ke klinik dokter terdekat, bidan, dan
puskesmas. Alat transportasi yang digunakan adalah motor.
2. Data Khusus
a. Ny. D
1) Riwayat kesehatan sekarang
Kehamilan Ny. D saat ini merupakan kehamilan yang tidak
direncanakan, Ny. D tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya
dan melakukan angkat junjung barang berat ketika bekerja dan Ny.
D tidak menyadari jika sedang hamil. Ny. D baru mengetahui
setelah periksa ke tenaga kesehatan bahwa Ny.D sudah
mengandung 8 minggu.
Ny.D mengatakan saat kehamilan ini kondisi kesehatan
baik dan dalam batas normal, namun masalah yang dialami Ny. D
sekarang adalah sering mengeluh kelelahan dan susah tidur setiap
malam, keluhan yang dirasakan Ny.D dianggap hal yang biasa
sehingga tidak diperiksakan ke tenaga kesehatan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Pada kehamilan anak kedua Ny. D menderita penyakit
asma, sesak nafas dialami Ny. D pada saat trimester III
sebelumnya Ny. D tidak pernah menderita penyakit asma. Saat
persalinan penyakit asma Ny.D kambuh sehingga keluarga
membawa ke RSUD agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Kedua anak Ny. D lahir dengan normal namun anak yang kedua
Ny. D harus divakum karena bayinya besar yakni 3500 gram, pada
saat persalinan anak kedua cairan amnion sangat keruh dan
berwarna hijau, Ny. D juga mengatakan bayinya tidak menangis
spontan karena aspirasi mekoneum yang sangat banyak, sehingga
bayi Ny. D harus dirawat di dalam inkubator dengan oksigen dan
selang infus yang terpasang selama 4 hari.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ny. D mengatakan dipihak keluarga baik dari pihak ibu
ataupun suami tidak pernah mempunyai riwayat penyakit batuk
berkepanjangan (TBC), tidak sesak nafas (asma), dada tidak
berdebar-debar (jantung), tidak nyeri kepala yang hebat
(hipertensi), tidak sering BAK dan haus (DM).
4) Penggunaan kontrasepsi
Setelah menikah Ny. D mengatakan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi karena Ny. D langsung ingin
mempunyai anak. Setelah anak pertama, Ny D menggunakan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan selama kurang lebih 3,5 tahun, saat
menggunkan alkon suntik Ny.D sering mengeluhkan amenorea
sehingga membuat Ny. D was-was. Setelah anak kedua Ny. D
mengganti menggunakan alkon pil karena keluhan alkon
sebelumnya, Ny.D mengatakan lupa meminum pil sehingga terjadi
kehamilan yang ketiga.
5) Penerimaan keluarga
Ny.D mengatakan setelah mengetahui kehamilannya, Ny. D
dan suaminya Tn. A kaget namun mereka dapat menerima
kehamilannya, Ny. D beralasan bahwa mereka memang
menginginkan 3 anak, namun kehamilan saat ini tidak diketahui
dan tidak direncanakan, ibu Ny. D yakni Ny.S juga menerima
kehamilan Ny. D karena beranggapan bahwa ini rezeki dari tuhan,
Ny. S juga mengatakan bahwa ia bersyukur dikaruniai cucu
kembali, karena anak Ny. S yang pertama sudah menikah selama
10 tahun namun belum mempunyai anak sampai sekarang.
6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Keluhan/pantangan
Kebutuhan Sehari-hari
atau kekhawatiran.
Nutrisi :
 Makan  makan 3x/ hari nasi, sayur, Tidak ada
dan lauk (telur, tempe, ayam)
 minum 6 gelas air putih & 1
 Minum gelas teh/hari
Eliminasi :
 BAK  BAK 2-3x/hari (warna
kuning, jernih, bau khas)
Tidak ada
 BAB  BAB 1x (konstensi lembek,
warna kuning, bau khas)

Aktifitas  Sehari – hari bekerja sebagai


pelayan di sebuah Tidak ada
mall/swalayan di Pati
Istirahat  Tidur 5-6 jam/hari Mengalami keluhan
 Istirahat siang tidak pernah sering susah tidur di
karena bekerja malam hari
Personal  Mandi 2x/ hari.
Hygiene  Gosok gigi 3x/ hari.
Tidak ada
 Ganti baju 2x/ hari
 Keramas 2x seminggu.
Rekreasi Nonton TV dan berkunjung ke
rumah orang tua Tn. A yakni di Tidak ada
desa Kayen
7) Data sosial budaya
a) Pandangan keluarga terhadap kesehatan
Apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang sakit,
keluarga Tn. A selalu membawa ke bidan atau dokter terdekat.
b) Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan sekitar terlihat bersih dan nyaman
c) Pengasuh anak
Anak diasuh dan dirawat secara bergantian, Tn. A dan Ny.
D mengasuh anak-anak mereka ketika sedang tidak bekerja,
jika sedang bekerja maka tugas mengasuh dan merawat anak-
anak dilakukan oleh Ny. S.
b. Tn. A
1) Riwayat kesehatan sekarang
Tn. A mengatakan saat ini kondisi kesehatannya dalam
keadaan baik dan normal. Tn. A sering mengkonsumsi rokok
dalam 1 minggu menghabiskan 2 bungkus rokok, jika
dikalkulasikan perhari Tn. A mengkonsumsi 3-4 batang rokok.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Tn. A mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat
penyakit batuk berkepanjangan (TBC), tidak sesak nafas (asma),
dada tidak berdebar-debar (jantung), tidak nyeri kepala yang hebat
(hipertensi), tidak sering BAK dan haus (DM).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tn. A mengatakan dipihak keluarga tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit batuk berkepanjangan (TBC), tidak
sesak nafas (asma), dada tidak berdebar-debar (jantung), tidak
nyeri kepala yang hebat (hipertensi), tidak sering BAK dan haus
(DM).
3. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan pada Ny. D
1) Keadaan umum : Baik
2) Status emosional : Stabil
3) Kesadaran : Composmentis
4) Tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Suhu : 36,50C
 Respirasi : 24 x/menit
5) BB : 66 kg
6) TB : 150 cm
7) Lila : 25 cm
8) Sistem kardiovaskuler : Baik
9) Sistem gastrointestinal : Baik
10) Sistem respirasi : Baik
11) Sistem persarafan : Baik
12) Sistem muskuloskeletal : Baik
13) Pemeriksaan laboratorium
 HB : 12 gr%
b. Pemeriksaan pada Tn. A
1) Keadaan umum : Baik
2) Status emosional : Stabil
3) Kesadaran : Composmentis
4) Tanda Vital
 Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
 Nadi : 85x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 370C

B. ANALISIS MASALAH
N
DATA MASALAH
O
1 Ny.D umur 31 tahun G3P2A0 hamil 18 - Riwayat Asma
minggu normal - Kehamilan yang tidak
DS: direncanakan
- Ibu mengatakan saat ini mempunyai - Kelelahan dan
dua anak, anak pertama berumur 7 Insomnia
tahun, anak kedua berumur 2 tahun 7
bulan, kedua anaknya dalam kondisi
sehat
- Ibu mengatakan kehamilan ini
merupakan kehamilan yang tidak
direncanakan
- Ibu mengatakan pernah menggunakan
alkon suntik 3 bln kemudian pindah ke
alkon pil
- Ibu mengatakan HPHT : 6-9-2019
HPL : 13-6-2020
- Ibu mengatakan saat hamil anak kedua
ibu mengalami sesak nafas/ penyakit
asma pada usia kehamilan trimester III
dan saat persalinan
- Ibu mengatakan saat persalinan anak
kedua di rumah sakit, bayi tidak
langsung menangis, terdapat banyak
mekoneum, dan bayi diberi oksigen
hingga 4 hari
- Ibu mengatakan saat ini sering merasa
kelelahan dan susah tidur di malam
hari
- Ibu mengatakan untuk mencegah
kambuhnya asma pada kehamilan ini
adalah dengan beristirahat
DO :
- KU : Baik
- Kesadaran : CM
- Status emosional : Stabil
- Tanda-tanda vital:
 TD : 110/70 mmHg
 N : 88x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,50C
- BB saat ini : 66 kg
- BB sebelum hamil : 63 kg
- LILA : 25 cm
- Status present : dalam batas normal
- HB :
2 Tn. A umur 34 tahun dengan merokok Merokok
DS :
- Tn. A mengatakan saat ini dalam
keadaan sehat
- Tn. A mengatakan bahwa saat ini
tidak sedang menderita penyakit TBC,
DM, asma, hipertensi, dan jantung
- Tn. A mengatakan bahwa ia adalah
perokok
- Tn. A mengatakan dalam 1 minggu
mampu menghabiskan 2 bungkus
rokok
DO :
- KU : Baik
- Kesadaran : CM
- Status emosional : stabil
- Tanda-tanda vital :
 TD : 120/70 mmHg
 N : 85x/menit
 RR : 70x/menit
 S : 370C
- BB : 69 kg

C. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial pada Ny. D umur 31 tahun adalah kehamillan
dengan penyakit Asma. Sedangkan pada Tn. A umur 39 tahun adalah
TBC, Knaker, stroke, asma, impoten.
D. Antisipasi Masalah
 Pada Ny. D beritahu dampak dari penyakit asma dan cara
pencegahannya dengan memberikan informasi kepada ibu dan
keluarga melalui KIE
 Pada Tn. A beritahu tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dan
kandungan melalui pemberian KIE tentang merokok
E. Perencanaan
Hari/Tanggal :
1. Lakukan pemeriksaan fisik umum pada ibu meliputi pemeriksaan
keadaan umum
2. Berikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan meliputi tanda bahaya
trimester III di
3. Berikan KIE tentang senam asma
F. Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik umum pada ibu

Anda mungkin juga menyukai