Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA RESIKO TINGGI

PADA KELUARGA Tn. A DI RT 17 RW 5 DESA BLARU


KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Yudisium Akhir Pada Program Studi Diploma III
Kebidanan

Disusun Oleh:

AGUSTINA RIFTIANGGI
NIM: 1317002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA


PATI
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA RESIKO TINGGI


PADA KELUARGA Tn. A DI RT 17 RW 5 DESA BLARU
KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:

AGUSTINA RIFTIANGGI

NIM: 1317002

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan diterima sebagai salah satu syarat mencapai gelar ahli
madya kebidanan program studi diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Kesehatan Bakti Utama Pati

Pada Tanggal: ...................................................

Penguji I Penguji II Penguji III

Yuli Irnawati, S.Si.T., M. Kes Sifa Altika, S.Si.T., M. Kes Ana Rofika, S.S.T., M. Kes
NIP. NIP. NIP.

Mengesahkan,
Ketua
Program Studi Diploma III Kebidanan

Ana Rofika, S.Si.T., M. Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir “Asuhan
Kebidanan Keluarga Resiko Tinggi Pada Keluarga Tn. A Di Rt 17 Rw 5 Desa
Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati Tahun 2020”.

Laporan Tugas Akhir ini ditulis salah satu syarat mencapai gelar Ahli
Madya Kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan di Sekolah Tinggi
Kesehatan Bakti Utama Pati.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan asuhan kebidanan


keluarga resti ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi berkat usaha dan
dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:

1. Suparjo, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Pratini Soedarsono Pati.


2. Irfana Wijayanti, S.Si.T., M.Kes., M.Keb. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kebidanan Bakti Utama Pati.
3. Sifa Altika, S.Si.T., M.Kes., selaku dosen pembimbing utama Asuhan
Kebidanan Keluarga Resti.
4. Ana Rofika, S.S.T., M.Kes., selaku dosen pembimbing Asuhan Kebidanan
Keluarga Resti.
5. Semua Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan Bakti Utama Pati.
6. Teman – teman mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati.
Semoga dengan disusunnya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Pati, November 2019
Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................3
C. Manfaat..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori........................................................................................4
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Pengkajian...........................................................................................36
B. Analisis Masalah.................................................................................42
C. Prioritas Masalah.................................................................................43
D. Diagnosa Potensial..............................................................................44
E. Antisipasi masalah...............................................................................44
F. Perencanaan.........................................................................................49
G. Pelaksanaan.........................................................................................53
H. Catatan perkembangan........................................................................56
BAB IV KENDALA DAN PEMBAHASAN
A. KENDALA............................................................................................59
B. PEMBAHASAN....................................................................................59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................62
B. Saran.....................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) Rata-rata Per Hari......................................................................18
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Protein (AKP) pada Anak.........19
Tabel 3.1 Data Anggota Keluarga..........................................................................36
Tabel 3.2 Data Kesehatan Keluarga.......................................................................37
Tabel 3.3 Riwayat Imunisasi..................................................................................38
Tabel 3.4 Pola Pemenuhan Sehari Hari.................................................................39
Tabel 3.5 Analisis Masalah....................................................................................44
Tabel 3.6 Penentuan Prioritas Masalah Merokok..................................................44
Tabel 3.7 Penentuan Prioritas Masalah BGM........................................................44

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram................................................................................................37

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan
komunitas dimana pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya
yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan di
dalam keluarga dan masyarakat supaya keluarga dan masyarakat selalu
berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Dalam sebuah keluarga
biasanya dijumpai satu atau lebih permasalahan kesehatan (Hamidah,
2009).
Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari
orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan
balita, status gizi sampai pada kebutuhan akan imunisasi. Dewasa ini
orang tua dan tenaga kesehatan sangat focus terhadap kondisi balita
(Marimbi, 2010). Anak usia dibawah 5 tahun (balita) merupakan
kelompok usia yang rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada masa ini
daya tahan tubuh anak masih belum kuat, sehingga mudah terkena
penyakit infeksi. Selain itu, anak juga sering mempunyai kebiasaan makan
yang buruk yaitu anak sering tidak mau makan atau nafsu makan menurun.
Sehigga menyebabkan status gizinya menurun dan tumbuh kembang anak
terganggu (Soetjiningsih,1998; Pudjiadi 2015). Perkembangan dan
pertumbuhan balita dapat diamati secara cermat dengan menggunakan
kartu menuju sehat (KMS) balita. Status gizi anak balita mmerupakan hal
penting yang harus diketahui oleh orang tua. Kekurangan gizi dapat
mempengaruhi perkembangan otak anak.
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat
badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight
(gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi
buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari -3
SD. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang

1
2

umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi


buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun (Kemenkes, 2011).
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54%
kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia,
saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di Indonesia
mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80%
kematian anak (Kemenkes,2012). Hasil Riskesdas (2010), menunjukkan
pravelensi gizi kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%,
artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk
gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai (Depkes RI, 2010).
WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi
buruk, yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk,
infeksi berat dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu.
Diet yang tidak memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar
umum hidup, kondisi lingkungan, kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan dan perawatan kesehatan
(WHO, 2012). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk,
diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang
pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) (Kusriadi, 2010).
Selain dari faktor tersebut, kebersihan lingkungan juga merupakan
faktor utama penunjang kesehatan. Kebersihan lingkungan mempunyai arti
sebuah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah,
dan bau, asap, terutama asap rokok. Rokok mengandung dari bahan-bahan
nikotin, tar, CO. Kandungan yang ada di nikotin itu sendiri dapat membuat
jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung
meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan
tekanan darah meningkat, kemudian kandungan dari tar ini bersifat lengket
dan menempel pada paru-paru,dan untuk CO dapat dapat merusak lapisan
dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding
pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data
keluarga An G mempunyai masalah yaitu An G umur 2,6 tahun dengan
BGM. Ibu mengatakan bahwa berat badan An. G tidak pernah naik setiap
bulannya. Ibu mengatakan anaknya dari kecil minum susu formula hingga
saat ini anak lebih suka minum susu dibandingkan makan , imunisasi anak
lengkap. Ibu mengatakan perkembangan anaknya normal sama seperti
anak yang lain. Jika anaknya sakit akan langsung membawa di dokter atau
bidan. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang gizi seimbang untuk
balita.
Selain itu juga didapatkan hasil wawancara pada suami Ny. S yaitu Tn.
A bahwa sering mengkonsumsi rokok. Tn. S mengatakan bahwa setiap
harinya bisa menghabiskan 4-6 batang rokok. Tn S mengatakan saat ini
dalam keadaan sehat.
Berdasarkan data tersebut pada An G ditemukan masalah kesehatan
yaitu BGM sedangkan pada Tn A ditemukan masalah kesehatan yaitu
mengkonsumsi rokok. Untuk hal tersebut diperlukan suatu pendekatan
keluarga dan perlu dilakukan asuhan kebidanan keluarga Ny. S.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. A
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah melalui pengumpulan data analisa,
perumusan dan pemecahan masalah
b. Merencanakan tindakan untuk membantu memecahkan masalah
kesehatan yan dialami oleh keluarga Tn. A
c. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan tujuan yang
diinginkan pada keluarga Tn. A
d. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian hasil yang dicapai dengan
yang diinginkan.
C. Manfaat
1. Bagi peneliti
Sebagai bahan untuk pembelajaran, pengetahuan, menambah
wawasan pengalaman dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga dan
pemahaman dalam mengaplikasikan asuhan khususnya anak gizi kurang.
2. Bagi Peneliti lain
Diharapkan hasil Asuhan ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dan bahan acuan untuk pengembangan pemberian asuhan pada
keluarga dengan resiko tinggi.
3. Bagi institusi
Hasil dari asuhan ini bisa menjadi bahan sabagai bekal dalam
memberikan asuhan kebidanan keluarga dengan resiko tinggi yang baik
dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga merupakan unti terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantunagn
(Andarmoyo, 2012).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena
ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman,
2010).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergantung
karena berhubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkat an dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga. Berinteraksi satu sama lain dan
dalam perananya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan (Bailon dan maglaya).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga itu
adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri dari dua atau lebih
c. Adanaya ikatan perkawinan atau talian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Berinteraksi satu sama lain
f. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga
g. Setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-msing
h. Menciptakan dan mempertahankan keluarga yang bermacam-macam
dalam sutu kebudayaan
2. Ciri-ciri keluarga

5
6

a. Unit terkecil masyarakat


b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Dibawah asuahna seseorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama kelurga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
h. Menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
3. Tipe atau bentuk kelurga
a. Keluarga inti atau nuclear family, adalah keluarga terdiri dari ayah,
ibu, anak.
b. Keluuarga besar atau extended family, adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara. Misal nenek, kakek, keponakan, saudara,
sepupu, dsb.
c. Keluarga berantai atau serial family, adalah keluarga terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga janda atau duda (single family ), adalah keluarga yang terjadi
karena penceraian atau keatian.
e. Keluarga komposisi (cohabitation), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (cohabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tapi membentuk suatu kelurga.
4. Pemegang kekuasaan dan keluarga
a. Patriakal, pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah.
b. Matriakal, pemegang kekuasaandalam keluarga adalah ibu.
c. Equalitari, pemegang kekuasaan dalam keuarga adalah ayah dan ibu.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi biologis
1.) Meneruskan keturunan.
2.) Memelihara dan membesarkan anak.
3.) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4.) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis
1.) Memberi kasih sayang dan rasa aman
2.) Memberi perhatian diantara anggota keluarga
3.) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1.) Membina sosialisasi pada anak
2.) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3.) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1.) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2.) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
keluarga
3.) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dimasa yang
akan datang, misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan
1.) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan ketrampilan
dan membentuk anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2.) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa.
3.) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.
6. Keluarga Sebagai Unit Perkembangan
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling berkaitan dan saling
mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya, atau masyarakat
secara keseluruhan
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran/penyalur.
7. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat.
8. Pengambilan keputusan tentang kesehatan didalam keluarga
Dalam pengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga
yang mengambil keputusan pemecahannya adalah tetap kepala keluarga
atau anggota keluarga yang dituakan. Dasar pengambilan keputusan
tersebut adalah:
a. Hak dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga
b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing
anggota keluarga
c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap
keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah.
9. Tujuan pelayanan Kesehatan Keluarga
a. Tujuan umum :
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara
kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status
kesehatan keluarganya
b. Tujuan khusus :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.
10. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Freedman, 1981,
untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usainya
yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
11. Implikasi pelayanan masyrakat kesehatan berpusat pada keluarga
a. Pelayanan kesehatan diarahkan untuk membantu seluruh keluarga
dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan prouktifitas dan derajad kesehatan.
b. Cakupan pelayanan kesehatan lebih luas karena banyak anggota
keluarga dapat dicakup dan sumber –sumber keluarga yang ada dapat
diarahkan pada untuk meningkatkan kesehatan kelurga.
c. Pelayanan kesehatan diarahkan pada keluarga sebagai satu kesatuan
utuh.
d. Pelayanan kesehatan ditentukan pada waktu rawan di dalam kehidupan
keluarga dan keluarga dengan resiko tinggi.
12. Tipologi masalah kesehatan dan perawatan keuarga
Dalam tipologi masalah kesehatan kelurga ada 3 kelompok
masalah besar yaitu:
a. Ancaman kesehatan : adalah keadaan keadaan yang memungkinkan
terjadi penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan yang termasuk dalam ancaman kesehatan. Yang termasuk
dalam ancaman kesehatan adalah:
1) Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes militus dan
sebagainya.
2) Keluarga atau anggota keluarga yang menderita penyakit
menular, seperti TBC, gonore, hepatitis dan sebagainya.
3) Jumlah anggota kelurga terlalu besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan dan sumberdaya keluarga . seperti anak terlalu
banyak sedangkan penghasilan keluarga kecil.
4) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam
di letakan sembarang, tangga rumah terlalu curam
5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing masing-masing
anggota keluarga.
6) Keadaan –keadaan yang dapat menimbulkan stres, antara lain:
a) Hubungan keluarga yang kurang harmonis
b) Hubungan orang tua dan anak tegang
c) Orang tua yang tidak dewasa
7) Sanitasi lingkungan buruk diantaranya
a) Ventilasi dan peneragan rumah kurang baik
b) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
c) Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minuman
d) Selokan atau tempat pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat Sumber air minum tidak memenuhi syarat
e) Kebisingan
f) Polusi udara
8) Kebiasaan- kebiasaan
a) Merokok
b) Minuman keras
c) Tidak memakai alas kaki
d) Makan obat tanpa resep
e) Kebiasaan-kebiasaan makan daging mentah
f) Hygien
g) Personal kurang
9) Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah
10) Riwayat persalinan sulit
11) Memeinkan peran yang tidak sesuai, misalnya anak wanita
memainkan peranan ibu karena meninggal, anak laki-laki
memainkan perananya ayah
12) Imunisasi anak tidak lenkap
b. Kurang atau tidak sehat : adalah kegagalan dalam memantapkan
kesehatan. Yang termasuk didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa .
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak
sesuai dengn pertumbuhan normal
c. Situasi krisis: adalah saat- saat yang banyak menuntut individu atau
keluarga dalam menyusaikan diri termasuk dalam hal sumber daya
kelurga. Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :
1) Perkawinan
2) Kehamilan
3) Persalinan
4) Masa Nifas
5) Menjadi orang tua
6) Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir, balita
7) Abortus
8) Anak masuk sekolah
9) Anak remaja
10) Kehilangan pekerjaan
11) Kematian anggota keluarga
12) Pindah rumah
13. Ketidakmampuan kelurga dalam melakukan tugas-tugas kesehatan
kebidanan
a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan kelurga , disebabkan
karena:
1) Kurang pengetahuan atau tidak tahuan fakta
2) Rasa takut akhibat masalah yang diketahui
3) Sikap dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan keluarga menggambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena :
1) Tidak memahami mengenai sifat berat dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan , dan kurang nya sumber daya keluarga
4) Tidak sanggup memilih tindakan diantaranya beberapa pilihan
5) Ketidak cocokan pendapat anggota –anggota keluarga
6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang lalu
7) Takut dari akhibat tindakan
8) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
10) Kurang percaya terhadap petugas dalam lembaga kesehatan
11) Kesalahan informasi akhibat tindakan yang tidak diharapkan
c. Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena :
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit, gejala dan perawatanya serta
pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang di
butuhkan
3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perwatan
4) Tidak seimbang, sumber-sumber yang ada dalam kelurga
misalnnya, keungan anggota keluarga yang bertanggung jawab
fasilitas fisik dan perawatan
5) Sikap negatif terhadap yang sakit
6) Sikap dan pandangan yang hidup
7) Konflik individu dalam keluarg
8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
disebabkan karena:
1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantara keuangan, tanggung
jawab /wewenang . keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi
masyarakat.
2) Kurang dapat melihat keuangan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan rumah
3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
4) Konflik personal dalam keluarga
5) Sikap dan pandangan hidup
6) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
7) Ketidak kompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri
sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh, terhadap anggota keluarga
yang mempunyai masalah.
e. Ketidak mampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna
memelihara kesehatan disebabakan karena:
1) Tidak tahu bahwa kesehatan itu ada
2) Tidak memhami keuangan yang diperoleh .
3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kuarang baik dari petugas kesehatan
5) Rasa takut pada dari akhibat dari tindakan
6) Tidak terjankau fasilitas yang diperlukan
7) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan
8) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
9) Sikap dan falsafah hidup
14. Kriteria prioritas masalah
Dalam menyusun perioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan kepada kriteria, sebagai berikut:
a. Sifat masalah dikelompokan menjadi :
1) Ancaman kesehatan
2) Keadaan sakit atau kurang sehat
3) Situasi krisis
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah, kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah melalui
tindakan keperawatan kesehatan
c. Potensi masalah untuk mencegah, adalah sifat dan beratnya masalah
yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan
d. Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui
intervensi keperwatan dan kesehatan.
B. Bawah Garis Merah pada Anak Balita
1. Pengertian BGM
Gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari
makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-
tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (WHO, 2005).
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat
kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor
(Supriasa, 2001).
Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture, (Supriasa, 2002).
2. Klasifikasi Gizi Buruk
Bila dilihat berdasarkan gejala klinisnya gizi buruk dapat dibagi menjadi 3
yaitu sebagai berikut:
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling
sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus,
rambut tipis dan jarang,kulit keriput yang disebabkan karena lemak di
bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut), balita
cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan
iga gambang.
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan
protein yang adekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor juga
merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Tanda khas
kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental,pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan
maupun berat, gejala gastrointestinal,rambut kepala mudah dicabut,kulit
penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar,sering ditemukan hiperpigmentasi dan
persikan kulit,pembesaran hati,anemia ringan,pada biopsi hati
ditemukan perlemakan.
c. Marasmiks-Kwashiorkor
Marasmic-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran
dari beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan
Berat Badan (BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS
yang disertai oedema yang tidak mencolok. Bentuk kelainan
digolongkan menjadi 4 macam yaitu :
1) Undernutrition, yaitu kekurangan komsumsi pangan secara relatif
dan absolute dalam bentuk tertentu.
2) Spesifik depesiensi yaitu kekurangan zat gizi tertentu.
3) Overnutrition yaitu kelebihan konsumsi zat gizi dalam priode
tertentu.
4) Imbalance, ketidak seimbangan karena disporsi zat gizi tertentu
(Supriasa dkk, 2002).

3. Kebutuhan Nutrisi Gizi pada Balita


Bila ditinjau dari segi umur, maka anak balita yang sedang tumbuh
kembang adalah golongan yang awan terhadap kekurangan energi dan
protein, kerawanan pada anak - anak disebabkan oleh hal-hal di sebagai
berikut, (Kardjati, dkk, 1985):
a. Kemampuan saluran pencernaan anak yang tidak sesuai dengan jumlah
volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan
anak.
b. Kebutuhan gizi anak per satuan berat badan lebih besar dibandingkan
dengan orang dewasa, karena disamping untuk pemeliharaan juga
diperlukan untuk pertumbuhan.
c. Segera anak dapat bergerak sendiri, tanpa bantuan orang lain, dia akan
mengikuti pergerakan disekitarnya sehingga memperbesar
kemungkinan terjadinya penularan penyakit.
d. Meskipun mempunyai nilai tertentu dalam keluarga, akan tetapi dalam
hal penyajian makanan, anggota keluarga yang mempunyai nilai
produktif akan mendapatkan pilihan yang terbaik, baru selebihnya yang
diberikan pada anggota keluarga yang lain. Masa anak dibawah lima
tahun (anak balita, umur 12 - 59 bulan). Pada masa ini, kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi
ekskresi.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan
terjadi pertumbuhan serabut - serabut syaraf dan cabang - cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini sangat mempengaruhi
segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal
huruf, sehingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan/ penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia dikemudian hari, (Depkes RI, 2006).
Anak kelompok balita di Indonesia menunjukkan prevalensi paling
tinggi untuk penyakit kurang kalori protein dan defesiensi vitamin A serta
anemia defesiensin Fe. Kelompok umur sulit dijangkau oleh berbagai
upaya kegiatan pebaikan gizi dan kesehatan lainnya, karena tidak dapat
datang sendiri ke tempat berkumpul yang telah ditentukan tanpa diantar,
padahal yang mengantar sedang semua, (Seadiaoetama, 2000). Adapun
kebutuhan nutrisi pada anak balita sebagai berikut :
a. Asupan Kalori, Anak-anak usia balita membutuhkan kalori yang
cukup banyak disebabkan bergeraknya cukup aktif pula. Mereka
membutuhkan setidaknya 1500 kalori setiap harinya. Dan balita bisa
mendapatkan kalori yang dibutuhkan pada makanan-makanan yang
mengandung protein, lemak dan gula.
b. Pasokan Lemak
Roti, santan, mentega merupakan makanan yang mengandung lemak
dan baik diberikan pada anak balita sebab lemak sendiri mampu
membentuk Selubung Mielin yang terdapat pada saraf otak.
c. Kebutuhan Protein
Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat pada makanan yang
mengandung protein. Karena protein sendiri bermanfaat sebagai
prekursor untuk neurotransmitter demi perkembangan otak yang baik
nantinya. Protein bisa didapatkan pada makanan-makanan seperti
ikan, susu, telur 2 butir, daging 2 ons dan sebagainya.
d. Zat besi
Usia balita merupakan usia yang cenderung kekurangan zat besi
sehingga balita harus diberikan asupan makanan yang mengandung
zat besi. Makanan atau minuman yang mengandung vitamin C seperti
jeruk merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi yang
bermanfaat untuk penyerapan zat besi.
e. Karbohidrat
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan karbohidrat
sebagai energi utama serta bermanfaat untuk perkembangan otak saat
belajar dikarnakan karbohidrat diotak berupa Sialic Acid. Begitu juga
dengan balita, mereka juga membutuhkan gizi tersebut yang bisa
diperoleh pada makanan seperti roti, nasi kentang dan lainnya.
f. Kalsium
Balita juga membutuhkan asupan kalsium secara teratur sebagai
pertumbuhan tulang dan gigi balita. Salah satu pemberi kalsium
terbaik adalah susu yang diminum secara teratur.
g. Vitamin
Vitamin merupakan nutrisi yang juga dibutuhkan, tidak hanya balita,
namun untuk semua umur membutuhkannya. Banyak manfaat yang
bisa didapat dari vitamin seperti misalnya vitamin A sebagai
perkembangan kulit sehat, vitamin C yang berfungsi sebagai
penyerapan zat besi. Vitamin E yang berperan untuk mencegah
kerusakan struktur sel membrane dan antioksidan. Dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) Rata-rata Per Hari
Golonga Ber Tin Ene Prote Vita Besi/
n Umur at ggi rgi in (g) mi n Fe
Bad Bad (Kk A (Mg)
an an al) (RE)
(Kg) (Cm
)
0-6 bulan 5.5 60 560 12 350 3
7-12 8.5 71 800 15 350 5
bulan
1-3 tahun 12 90 1250 23 350 8
4-6 tahun 18 110 1750 32 460 9
Sumber: Solihin Pudjiadi, 2003 : 30.
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Protein (AKP) pada Anak
No. Umur Energi (kkal) Protein (gr)
1 0-6 bulan 550 10
2 7-11 bulan 650 16
3 1-3 tahun 1000 25
4 4-6 tahun 1550 39
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, Jakarta, 2004

4. Faktor Penyebab BGM


BGM dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Namun,
secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu : anak tidak cukup mendapat
makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang
memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Ketiga penyebab
langsung tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi. Makanan
alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan
anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat,
baik jumlah dan kualitasnya. MPASI yang baik tidak hanya cukup
mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi,
vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya.
MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada
keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah,
seringkali seorang anak harus puas dengan makanan seadanya yang
tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
b. Anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai
Suatu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari
sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil
yang BGM, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari
studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya
BGM. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi
ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat
posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata
anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada
kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang BGM
ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan.
c. Anak menderita penyakit infeksi
Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit
dan BGM. Anak yang menderita BGM akan mengalami penurunan
daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Di sisi lain,
anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk.
5. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat
dilakukan dengan empat cara:
a. Secara Klinis
Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah
pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil
penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata. Hal
ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral.
b. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah
pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
c. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan
untuk melihat tanda dan gejala kurnag gizi. Pemeriksaan dengan
memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh
lainnya.
d. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat Gizi, Pengukuran antropometrik :
pada metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara lain
pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar lengan atas.
Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam
survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui
dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-
sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan
kombinasi dari ketiganya.
Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori :
Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. Gizi
kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD. Gizi baik jika
hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD. Gizi lebih jika hasil ukur > 2
SD. Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau
Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :
Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. Pendek jika hasil
ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD. Normal jika hasil ukur -2 SD
sampai dengan 2 SD. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD. Berdasarkan
pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan:
Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. Kurus jika hasil
ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD. Normal jika hasil ukur -2 SD
sampai dengan 2 SD. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD. Balita dengan
gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita
dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal
6. Dampak Gizi Dibawah Garis Merah pada Balita
Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada
kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan.
Oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk
belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih terbatas dibandingkan dengan
anak yang normal (Santoso, 2003). Dampak yang mungkin muncul dalam
pembangunan bangsa di masa depan karena masalah gizi antara lain :
a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-
anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di
masa depan. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka
kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti
akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas
kesehatan.
b. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak -
anak.Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan
gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira tiga tahun.
Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya
sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi
pembangunan bangsa.
c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk
bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja
manusia. Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah
masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program
peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai
disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, sosial budaya dan lain
sebagainya (Suhardjo,2003).
7. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Bawah Garis Merah pada
Balita
a. Perilaku Ibu
Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkuatan
(Notoatmojo,2010) , Segala kegiatan yang dilakukan makhluk hidup
dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kehidupan
sehari-hari disebut dengan perilaku.
Menurut Skiner (1938), seorang ahli psikologi yang dikutip dalam
buku Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perliku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulasi (rangsangan dari
luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses :
Stimulus Organisme Respon, sehingga teori Skinner ini
disebut teori ‘SOR”
Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom, dan untuk
kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah
perilaku sebagi berikut (Notoatmodjo,2010)
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya).
b) Sikap (Attitiude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan.
c) Tindakan atau Praktik (Practice)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu
terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan
perlu faktor lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2010).
Menurut WHO pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain. Selanjutnya menurut Poejawijatna
(1991), orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi
pengetahuan adalah hasil dari tahu. Dengan demikian pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,2010).
Penelitian Rogers (1983), mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi tahapan pengetahuan dalam diri orang tersebut
terjadi adalah sebagai berikut :
a) Knowledge (Pengetahuan), yakni orang tersebut mengetahui dan
memahami akan adanya perubahan baru.
b) Persuasion (Kepercayaan), yakni orang mulai percaya dan
membentuk sikap terhadap perubahan tersebut .
c) Decision (Keputusan), yakni orang mulai membuat suatu pilihan
untuk mengadopsi atau menolak perubahan tersebut
d) Implementation (Pelaksanaan), orang mulai menerapkan perubahan
tersebut dalam dirinya.
e) Comfirmation (Penegasan), orang tersebut mencari penegasan
kembali terhadap perubahan yang telah diterapkan, dan boleh
merubah keputusannnya apabila perubahan tersebut berlawanan
dengan hal yang diinginkannya.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilku tidak selalu melewati tahap-
tahap tersebut. Apabila penerima perubahan perilku baru atau adopsi
perilku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan ,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Bloom (1908), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk keadaan pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b) Memahami (Cmprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
meninterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan ,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek kedaalam komponen- komponen, tetapi masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
e) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletekkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakantentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di
atas (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menjadai landasan penting
untuk menentukan suatu tindakan, pengetahuan, sikap dan perilaku
akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan dalam mengambil
keputusan. Orang yang berpengatahuan di dalam kehidapan sehari-
hari (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt behavior)
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), ada beberapa faktor yang
memepengaruhi pengetahuan yaitu :
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seuur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseoarang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseornag akan cenderung untuk mendapatkan informasi
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula penegetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitan dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
penegtahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh pada pendidikan
nonformal. Pengetahuan seeorang tentang suatu objek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negative. Kedua
aspek inilah yang yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu.
b) Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaru jangka pendek shingga
menghasilkan perubahan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam –macam yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain – lain mempengaruhi besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c) Sosial budaya dan ekonomi
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada
beberapa kepercayaaan seperti tabu mengkonsumsi makanan
tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan
tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur
tertentu. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu
kebiasaan makanan masyarakat yang kadang-kadang
bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Sedangkan pada sosial
ekonomi banyak anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk
diseluruh wilayah tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua
akan pentinya gizi seimbang bagi anak balita yang pada
umumnya disebabkan pendidikan orang tua yang rendah serta
faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh
keterbatasan jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial
ekonomi yaitu kemiskinan. Faktor karakteristik keluarga yang
menjadi pertimbangan dan dapat mempengaruhi hasil adalah
pendapatan keluarga dan pendidikan ibu.
d) Lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karenadipengaruhi oleh ketidak
seimbanagan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh
penyakit infeksi. Maslah kesehatan lingkungan merupakan
determinan penting dalam bidang kesehatan. Kesehatan
lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku
hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian penyakit
infeksi. Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan
sehingga menyebabkan asupan makanan menjadi rendah dan
akhirnya menyebabkan kurang gizi.
e) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak balita.
c. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo,
2007). Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo,
2007)
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan, bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan
stimulus yang diberikan (objek ).
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertnayaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau
salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihya denga
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
d. Pola Asuh
Secara harfiah, Bahasa Indonesia, pola adalah motif,
penggambaran, model, cara.Sementara pengasuhan berasal dari kata
asuh berarti menjaga, memelihara dan mindidik.Jadi dari harfiah
Bahasa Indonesia, praktek pengasuhan anak adalah cara yang
diterapkan oleh ibu untuk mendidik anak-anak agar tidak mudah
mengalami sakit dengan kondisi badan yang sehat. Pengasuhan anak
adalah aktivitas yang berhubungan dengan pemenuhan pangan,
pemeliharan fisik dan perhatian terhadap anak. Pengasuh anak
meliputi aktivitas peraatan terkait gizi/persiapan makanan dan
menyusui, pencegahan dan pengobatan penyakit, memandikan anak,
membersihkan rumah.
Berdasarkan pengertian tersebut “ Pengasuhan “ pada dasarnya
adalah suatu praktek yang dijalankan oleh orang yang lebih dewasa
terhadap anak yang dihubungkan dengan penemuan kebutuhan pangan
atau tempat tinggal yang layak, hygiene perorangan, sanitasi
lingkungan, sandang, kesegaran jasmani, (Soetjiningsih, 1995).
Menurut Eagle 1995 pola pengasuhan adalah aktivitas
terhadap anak terkait makanan, aktivitas mandi mereka menderita
infeksi Eagle, (1995). Pola pengasuhan menurut Zeitlin (2000) adalah
praktek dirumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan
dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan
hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan
perubahan faktor atau kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua
kelompok. Pertama adalah faktor yang berhubungan dengan
persediaan atau pengadaan pangan dalam kelompok ini termasuk
faktor geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi
jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah, bahan pangan
yang erat kaitannya dengan tinggi rendahnya persediaan disuatu
daerah (Almatsier, 2001).
Pola makan adalah jumlah makanan dan jenis serta banyaknya
bahan makanan dalam pola pangan, disuatu Negara atau daerah
tertentu, biasanya berkembang dari daerah setempat atau dari pangan
yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang
panjang (Suhadjo, 2003). Segala yang terkaitan dengan pengaturan
makanan (pola makan dan pengaturan jenis makanan beserta
kandungan gizi suatu zat makanan) bertujuan untuk mmenuhi
keseimbangan zat dalam tubuh kita untuk mencapai kehidupan yang
optimal (Kusumah, 2007).
Kesehatan Lingkungan juga berperan penting terhadap status
gizi balita, ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain meliputi
perumahan, pembuangan tinja, penyediaan air bersih dan pembuangan
sampah dan sebagainya. Keadaan perumahan mempunyai hubungan
yang erat dengan status kesehatan penghuninya. Air bersih merupakan
faktor utama untuk menentukan bagi proses kehidupan dan kesehatan
(Sukarni), karena bibit penyakit tertentu dapat ditularkan oleh air
terkontaminasi.
Higiene atau biasa disebut dengan kebersihan, adalah upaya
untuk memelihara hidup sehat yang meliputi kebersihan pribadi,
kehidupan bermasyarakat, dan kebersihan kerja. Sanitasi lingkungan
adalah usaha pengendalian diri dari faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan hal yang merugikan perkembangan fisik,kesehatan dan
menurun daya tahan tubuh manusia. Status gizi adalah suatu keadaan
tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi
dengan kebutuhan. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan
terhadap penurunan status gizi adalah anak usia 2-5 tahun, karena
pada usia ini anak sudah tidak mendapatkan ASI sedangkan makanan
yang dikonsumsi belum mencukupi kebutuhan gizi yang semakin
meningkat. Status gizi secara tidak langsung berkaitan dengan faktor
sosial ekonomi dan higiene sanitasi serta berkaitan langsung dengan
tingkat konsumsi dan infeksi.

C. Merokok
1. Definisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Heryani, 2014).
2. Bahan Baku Rokok
Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:

a. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia
termasuk dalam spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
b. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga
cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang dan
dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran
tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
c. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk
menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi
pembeda antara setiap merek dan varian kretek (Anonim, 2013).
3. Kandungan Rokok
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah sebagai
berikut:
a. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung
berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung
meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan
tekanan darah meningkat (Tawbariah et al., 2014).
b. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun,
2012).
c. Karbon monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan
kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa
oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam
pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding
pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
4. Pembagian Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya, dibedakan menjadi:
1) Rokok Putih
Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok
putih mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah,
2009).
2) Rokok Kretek
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
(Mardjun, 2012). Rokok kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan
44- 45 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
3) Rokok Klembak
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan
kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
b. Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut Mardjun (2012) dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus
2) Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus
5. Jenis Rokok
Menurut Mustikaningrum (2010) jenis rokok dibagi menjadi delapan, yaitu:
a. Rokok
Merupakan sediaan tembakau yang banyak digunakan.
b. Rokok Organik
Merupakan jenis rokok yang dianggap tidak mengandung bahan adiktif
sehingga dinilai lebih aman dibanding rokok modern.
c. Rokok Gulungan atau “Lintingan”
Peningkatan penggunaan rokok dengan cara melinting sendiri ini
sebagian besar disebabkan oleh budaya dan faktor finansial.
d. Bidis
Bidis berasal dari India dan beberapa negara Asia Tenggara. Bidis
dihisap lebih intensif dibandingkan rokok biasa, sehingga terjadi
peningkatan pemasukan nikotin yang dapat menyebabkan efek
kardiovaskuler.
e. Kretek
Mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau. Cengkeh menimbulkan
aroma yang enak, sehingga kretek dihisap lebih dalam daripada rokok
biasa.
f. Cerutu
Kandungan tembakaunya lebih banyak dibandingkan jenis lainnya,
seringkali cerutu hanya mengandung tembakau saja.
g. Pipa
Asap yang dihasilkan pipa lebih basa jika dibandingkan asap rokok
biasa, sehingga tidak perlu hisapan yang langsung untuk mendapatkan
kadar nikotin yang tinggi dalam tubuh.
h. Pipa Air
Sediaan ini telah digunakan berabad-abad dengan persepsi bahwa cara
ini sangat aman. Beberapa nama lokal yang sering digunakan adalah
hookah, bhang, narghile, shisha.
6. Filter Rokok
Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan
tar dan partikel rokok yang berasal dari rokok yang dihisap, namun dalam
jumlah sangat sedikit. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokok
sehingga menjadi mudah dihisap (Mustikaningrum, 2010).
7. Dampak Rokok Bagi Kesehatan
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)
merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan,seperti :
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok
mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in second
(FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita
PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan
penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko
terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi
dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012).
c. Pegaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi di
bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui,
banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok
dapat merusak protein lensa (Muhibah, 2011).
d. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun
wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan
mengalami penuruan berat badan, lahir prematur, bahkan kematian
janin (Anggraini, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
RT/RW : XIIV/V Tanggal : 12 November 2019
Desa : Blaru Nama Pendata : Agustina Riftianggi
Kec/Kab : Pati/Pati
1. Identitas Keluarga
a. Identitas Kepala
Keluarga Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kondektur Bus
Agama : Islam
Alamat : RT 17 RW 05 Ds. Blaru Kec. Pati Kab. Pati
b. Data Anggota Keluarga
N Na Umu L Stat Pendidik Pekerjaa Aga Ket.
o ma r / us an n m
P
a
1 Tn. 45 Th L Sua SMA Kondektu Isla Hid
A mi r m up
2 Ny. 32 Th P Istri SMP IRT Isla Hid
S m up
7 Th Tidak
4 An. P Ana SD Isla Hid
A 9 k Bekerja m up
Bulan
2 Belum Tidak
5 An. tahun L Ana Isla Hid
G k Sekolah Bekerja m up
6
bulan
Tabel 3.1 Data Anggota Keluarga
37
38

c. Genogram

: Ayah

: Ibu

: An. G

: An. A

Gambar 3.1 Genogram

d. Data kesehatan keluarga dan lingkungan


1. Data kesehatan keluarga
N Nam Statu Keadaan Kesehatan Sekarang
o a s
1 Tn. KK Bekerja sebagai Kondektur Bis
A Umur Tn. A 45 tahun
Saat ini dalam keadaan sehat
2 Ny. Istri Ny. S bekerja sebagai Ibu Rumah
S Tangga
Umur Ny. S 32 tahun
Saat ini Ny. S dalam keadaan sehat
4 An. Anak An. A berusia 7,9 th
A Saat ini dalam keadaan sehat
5 An. Anak An. G berusia 2,6 tahun
G Saat ini dalam keadaan sehat.
Tabel 2.2 Data Kesehatan Keluarga

2. Data kesehatan lingkungan


Status rumah milik pribadi, jenis rumah permanen, terdapat
6 ruangan, Kondisi rumah tampak bersih dan kurang tertata
dengan rapi, ventilasi cukup, lantai plester, pembuangan sampah
dilakukan secara terbuka, tempat pembuangan sampah berada di
belakang rumah, air minum bersumber dari air tanah, tempat
penyimpanan air tertutup, pengurasannya setiap 3-7 hari sekali,
dan memiliki WC sendiri.
3. Sarana pelayanan kesehatan
Jarak rumah dengan pelayanan tempat pelayanan kesehatan
dekat, jenis pelayanan yang ada berupa bidan desa, Praktik
Mandiri Bidan, Praktik Mandiri Dokter, Klinik, dan Puskesmas.
Bila terdapat salah satu anggota keluarga yang sakit, keluarga
akan membawanya ke klinik dokter terdekat, bidan, dan
puskesmas. Alat transportasi yang digunakan adalah motor.
2. Data Khusus
a. An. G
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak saat ini dalam kondisi
sehat.
2. Riwayat Kesehatan yang Lalu
An. G tidak pernah dirawat di rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak pernah
menderita batuk berkepanjangan, tidak sesak nafas atau penyakit
asma, diabetes, jantung tidak berdebar debar, dan tidak nyeri
kepala hebat (hipertensi).
4. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah diimunisasi lengkap

N Jenis Imunisasi Ket


o I II II
1. Hepatitis B (0- - -

31 hari)
2. BCG  - -
3. DPT-HB   
4. Polio   
5. Campak  - -
Tabel 3.3 Riwayat Imunisasi

5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Keluhan/pantanga
Kebutuhan Sehari-hari
n
atau
kekhawatiran.
Nutrisi :
 Makan  makan 3x/ hari porsi Tidak
sedang : nasi, dan lauk ada
(telur, tempe, ayam)
 Minum  minum air putih & susu
formula
Eliminasi :
 BAK  BAK 5-6x/hari
(warna kuning, jernih, bau
khas)
Tidak
 BAB
ada
 BAB 1x (konstensi lembek,
warna kuning, bau khas)
Istirahat  Tidur malam 9 jam/hari
Tidak
 Tidur siang 2 jam per hari
ada
Perso  Mandi 2x/ hari.
nal  Gosok gigi 2x/ hari.
Tidak
Hygie  Ganti baju 2x/ hari
ada
ne  Keramas setiap hari
Rekreasi Nonton TV dan
Tidak
bermain
didepan rumah ada
Tabel 3.4 Pola Pemenuhan Sehari Hari

1) Data sosial budaya


a) Pandangan keluarga terhadap kesehatan
Apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang sakit,
keluarga Tn. A selalu membawa ke bidan atau dokter terdekat.
b) Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan sekitar terlihat bersih dan nyaman
c) Pengasuh anak
Anak diasuh dan dirawat secara bergantian, Tn. A dan Ny.
S mengasuh anak-anak mereka ketika sedang tidak bekerja,
jika sedang bekerja maka tugas mengasuh dan merawat anak-
anak dilakukan oleh Ny. S.
a. Tn. A
1) Riwayat kesehatan sekarang
Tn. A mengatakan saat ini kondisi kesehatannya dalam
keadaan baik dan normal. Tn. A sering mengkonsumsi rokok
dalam 1 minggu menghabiskan 2 bungkus rokok, jika
dikalkulasikan perhari Tn. A mengkonsumsi 3-4 batang rokok.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Tn. A mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat
penyakit batuk berkepanjangan (TBC), tidak sesak nafas (asma),
dada tidak berdebar-debar (jantung), tidak nyeri kepala yang hebat
(hipertensi), tidak sering BAK dan haus (DM).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tn. A mengatakan dipihak keluarga tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit batuk berkepanjangan (TBC), tidak
sesak nafas (asma), dada tidak berdebar-debar (jantung), tidak
nyeri kepala yang hebat (hipertensi), tidak sering BAK dan haus
(DM).
2. Pemeriksaan
f) Pemeriksaan pada An. G
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
a. Tanda Vital
 Tensi :-
 Nadi : 91x/menit
 Suhu : 36,7
 BB/PB : saat lahir 2600 gr / 37 cm
Saat ini 9 kg/ 89cm
 Kulit : tidak kuning
b. Kepala : rambut hitam, tidak ada lesi, bersih
 Muka : simetris, tidak pucat , tidak odem
 Mata : simetris, sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
 Telinga : simetris, tidak ada serumen
 Mulut: simetris, tidak ada stomatitis
 Hidung : tidak ada polip, tidak ada sekret
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena
jugularis
d. Dada : tidak terdengar suara retraksi dinding dada
e. Abdomen :
 Dinding Abdomen : Bising usus normal
 Kandung kemih : kosong
f. Ekstremitas :
 Tangan : tidak ada gangguan pergerakan, tidak oedem
 Kaki : tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada varises,
tidak oedem
g. Tulang Punggung : tidak ada kelainan seperti spina bifida Alat
Genetalia : labiya mayor menutupi labia minor
a) Anus : membuka
g) Pemeriksaan pada Tn. A
1) Keadaan umum : Baik
2) Status emosional : Stabil
3) Kesadaran : Composmentis
4) Tanda Vital
 Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
 Nadi : 89x/menit
 Respirasi : 24x/menit
 Suhu : 36,60C
B. ANALISIS MASALAH

N DAT MASALAH
O A
1 An G umur 2 tahun 6 bulan dengan gizi - BGM
kurang
DS :
- Ibu mengatakan saat ini anaknya
berumur 2 tahun 6 bulan
- Ibu mengatakan berat badan anak
hanya mengalami sedikit
peningkatan, walaupun
setiap harinya
mengkonsumsi susu formula, jika
anak sedang sakit berat badannya
turun.
- Ibu mengatakan nafsu makan
anaknya tidak baik
- Ibu mengatakan anaknya suka
minum susu
- Ibu mnengatakan anaknya sudah
mendapatkan imunisasi yang
lengkap
- Ibu mengatakan kenaikan berat
badan anak pertama juga susah.
- Ibu mengatakan perkembangan
anaknya baik / normal seperti anak
seumuran dengannya
- Ibu mengatkan jika anaknya sakit
langsung di bawa ke dokter terdekat.
- Ibu mengatakan belum mengetahui
tentang makanan yang mengandung
gizi seimbang
DO :
- KU : baik
- Kesadaran : CM
- Nadi : 91 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- BB : 9 kg

2 Tn. A umur 45 tahun dengan Merokok


merokok DS :
- Tn. A mengatakan saat ini dalam
keadaan sehat
- Tn. A mengatakan bahwa saat ini
tidak sedang menderita penyakit
TBC, DM, asma, hipertensi, dan
jantung
- Tn. A mengatakan bahwa ia adalah
perokok
- Tn. A mengatakan dalam 1 hari
mampu menghabiskan 3-4 batang
rokok
DO :
- KU : Baik
- Kesadaran : CM
- Status emosional : stabil
- Tanda-tanda vital :
 TD : 110/70 mmHg
 N : 89x/menit
 RR : 24x/menit
 S : 36,60C
Tabel 3.5 Analisis Masalah
C. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Merokok (masalah kesehatan 1)
N Kriteria Perhitung Sk Pembenar
o. an or an
1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan
2 Kemungkinan 1/2 x 2 1 Hanya sebagian dapat di ubah
masalah

dapat diubah
3 Potensi 3/3 x 1 1 Kepekaan terhadap penyakit tertentu
pencegah dapat dicegah bila Tn. A bersedia
an berhenti merokok dan pola hidup
sehat
4 Menonjolnya 1/2 x 1 ½ Keluarga menyadari masalah
masalah yang akan timbul bila Tn.
A merokok tetapi
tidak perlu segera ditangani
Jumlah 3
1/6
Tabel 3.6 Penentuan Priorotas Masalah Merokok

BGM (masalah kesehatan 2)


N Kriteria Perhitung Sk Pembenar
o. an or an
1 Sifat masalah 3/3 x 1 1 Krisis
2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 Masalah dapat diubah
masalah dengan
pemberian makanan secara
dapat diubah benar sesuai dengan
usia
3 Potensi 2/3 x 1 2/3 Masalah gizi buruk (Kwsiokor dan
pencegah maramus) dapat dicegah dengan
an penangananan masalah gizi dengan
makanan bergizi
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 BGM mempengaruhi pertumbuhan
masalah dan perkembangan balita yang
seharusnya
optimal menjadi tidak optimal
Jumlah 4
2/3
Tabel 3. 7 Penentuan Priorotas Masalah BGM

Berdasarkan hasil pembobotan masalah tersebut maka urutan prioritas


masalah kesehatan keluarga Tn. A. adalah:
Prioritas 1: BGM
Prioritas 2: Merokok
D. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial pada An.G umur 2,6 tahun dengan Gizi Buruk.
Sedangkan pada Tn. A umur 45 tahun dengan kanker paru paru.

E. Antisipasi Masalah
 Pada Ny. S beritahu tentang kebutuhan nutrisi dengan memberikan
informasi kepada ibu dan suami ibu melalui KIE
 Pada Tn. A beritahu tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dan
kandungan melalui pemberian KIE tentang merokok
47

F. Perencanaan
Kunjungan Pertama

N Tangga Diagnosa Kebidanan Tujuan Sasara Perencanaan Evalu


o l/ n asi
jam
1. 12 An G umur 2 tahun 6 Setelah
Novem bulan dengan BGM dilakukan S:
be r sehubungan kunjungan 1. Lakukan 1. Ny.S
2019/ sebanyak 2 kali pendekatan bersedia
17.00 dengan ketidakmampuan diharapkan : Ibu dengan diberikan
WIB keluarga dalam merawat 1. Terciptanya An. G keluarga KIE
anggota keluarga yang hubungan 2. Ny.S bersedia
sakit disebabkan kerja sama memberikan
tidak dan menu makanan
mengetahui kepercayaan yang menarik
pada 2. Lakukan nafsu makan
keadaan penyakit. keluarga pemeriksaan anak
2. Kondisi fisik fisik umum O:
DS : anak normal pada anak 1. Keadaan
• Ibu mengatakan ditandai meliputi : Umum : Baik
saat ini berumur 2 dengan - KU 2. Kesadaran : CM
tahun 6 bulan : - TTV : N,S,BB 3. Tanda Vital :
• Ibu mengatakan - KU : baik • Nadi :
berat badan anak - Kesadara 91x/me
hanya n : CM nit
mengalami - Nadi : • S : 36,7 C
sedikit 4. Ibu
peningkatan,walaup 91 mengerti
u n setiap x/menit tentang
harinya gizi
mengkonsumsi - Suhu : 36,7 seimbang
susu formula, jika C 5. Ibu
anak - BB : 9 kg mengrtahui
sedang sakit tentang
48
berat tumbuh
badannya turun. kembang bayi
• Ibu
3. Keadaan
mengatakan 3. Lakukan O: Hasil
fisik balita
anaknya suka pemeriksaan pemeriksaan fisik
normal
minum susu fisik pada balita pada anak dalam
• Ibu batas normal.
mnengatakan 4. Berikan KIE
4. Ibu
anaknya tentang gizi S: Ibu bersedia
mengetahui
sudah mendapatkan seimbang diberi KIE tentang
tentang
imunisasi pada balita gizi seimbang pada
pentingnya
yang lengkap balita
gizi
• Ibu 5. Berikan KIE
seimbang
mengatakan tentang
perkembangan tumbuh O: Ibu tentang
5. Ibu
anaknya baik / kembang tumbuh kembang
mengetahui
normal sepertia balita balita
tentang
anak seumuran
tumbuh
dengannya 6. Pantau berat
kembang
• Ibu mengatkan jika badan setiap S: Ibu bersedia
pada balita
anaknya hari sekali memantau BB anak.
6. BB anak naik
sakit langsung di
bawa ke bidan atau 7. Ajarkan ibu
dokter untuk O: Ibu bersedia
• Ibu mengatkan membuat memberikan menu
7. Nafsu makan
belum mengetahui menu yang yang bervariasi untuk
anak
tentang makanan bervariasi anak untuk
bertambah
yang meningkatkan nafsu
mengandung gizi makan anak
seimbang

DO :
• KU : Baik
• Kesadaran : CM
• Status emosional :
stabil
• Tanda-tanda vital
:
• TD :
110/70
mmHg
• N : 89x/menit
• RR : 24x/menit
• S : 36,60C

Kunjungan Kedua

N Tangg Diagnosa Kebidanan Tujuan Sasara Perencanaan Evalu


o al/ n asi
jam
13 Tn A umur 45 tahun Setelah dilakukan
Novem dengan perilaku hidup kunjungan 1. Lakukan DS: Tn A bersedia
be r tidak sehat karena sebanyak 2 kali pendekatan diberikan KIE
2019 berhubungan dengan diharapkan : Tn. A dengan DO :-
14.00 rokok sehubungan 1. Terciptanya keluarga
WIB dengan hubungan DS:
ketidaksanggupan kerja sama 2. Lakukan Px DO: KU: Baik
mengenal masalah dan dasar pada Tn.  Kesadaran : CM
kesehatan keluarga. kepercayaan A  TD: 110/80 mMhg
pada Tn A  N: 88x/menit
Ds : keluarga  S: 36,6 0 C
 Tn. A 2. Kondisi fisik  RR: 24x/menit
mengatakan saat Tn. A normal
ini dalam ditandai
keadaan sehat dengan:
 Tn. A mengatakan  KU: Baik
 Kesadara
n : CM
bahwa dia 
TD: 120/80 3. Berikan KIE Ds :Tn A mengetahui
tidak sedang mMhg tentang tentang bahaya
menderita  N: 80- bahaya merokok Do :-
penyakit 90x/menit merokok
seperti  S: 36,5-37,5 Do : Tn A mengetahui
hipertensi, 0 4. Berikan tentang zat-zat
C
DM, jantung,  RR: 20- informasi zat- berbahaya dalam rokok
asma, TBC. 24x/menit zat berbahaya
 Tn S yang
mengatakan 3. Tn A terkandung
bahwa ia mengetahui dalam rokok Do:-
merokok bahaya Ds: Tn A
 Tn S merokok mengetahui tentang
mengatakan 5. Berikan cara
setiap hari 4. Tn A dapat informasi cara mengkonsumsi
merokok mengetahui mengurangi rokok
DO : tentang zat-zat konsumsi
 TD : 120/70 berbahaya rokok
mmHg dalam rokok
 Nadi : 85x/menit
 RR : 23x/menit 5. Tn A mau
 Suhu : 36,6 C mengurangi
konsumsi
rokok
G. PELAKSANAAN

N Tangg Diagnosa Kebidanan Pelaksanaan Evalu TTD


o al/ asi
jam
1. 21 An G umur 2 tahun 6 1. Melakukan pemeriksaan S:
Febru bulan dengan BGM fisik umum pada anak O:
ari sehubungan meliputi : Keadaan Umum :
2019 KU Baik Kesadaran :
Ja dengan ketidakmampuan TTV : N, S, RR CM Tanda Vital :
m keluarga dalam merawat • Nadi : 92x/menit
16. anggota keluarga yang • S : 36,60 C
00 sakit disebabkan • RR : 23x/menit
WI tidak
B mengetahui

keadaan penyakit.
2. Melakukan pemeriksaan DS: Anak bersedia dilakukan
fisik pada anak pemeriksaan fisik
DO : Status present dalam
batas normal

3. Melakukan Penimbangan DS: -


BB DO: BB: 9,2 Kg

4. Memberikan KIE DS: Ibu bersedia diberikan


tentang gizi seimbang KIE tentang gizi seimbang
balita pada ibu An. G balita
DO: Saat dievaluasi ibu dapat
menyebutkan macam macam
menu seimbang..
5. Mengajari ibu untuk DS: Ibu mengatakan akan
membuat menu yang memberikan makanan kepada
bervariasi agar anak anak dengan menu
tertarik dengan makanan yang
yang diberikan. bervariasi/berbeda beda
DO:

N Tangg Diagnosa Kebidanan Pelaksanaan Evalu TTD


o al/ asi
jam
1. 22 An G umur 2 tahun 6 1. Memberikan KIE DS: Ibu bersedia diberikan
Febru bulan dengan BGM tentang tumbuh kembang KIE DO: Ibu mengerti tahap
ari sehubungan balita pada ibu An. G perkembangan anak sesuai
2019 usia
Ja dengan ketidakmampuan
m keluarga dalam merawat
14. anggota keluarga yang
30 sakit disebabkan
WI tidak
B mengetahui

keadaan penyakit.
22 Tn A umur 45 tahun 1. Melakukan pemeriksaan DS: Tn. A bersedia dilakukan
Febru dengan perilaku hidup dasar dan px fisik pada pemeriksaan dasar dan
ari tidak sehat karena Tn. A, meliputi: pemeriksaan fisik
2019 berhubungan KU, TD, N,S,RR DO:
Ja KU: Baik
m dengan Status Present: Composmentis
14. rokok sehubungan
30 dengan
WIB ketidaksanggupan
mengenal TD: 110/80 mmHg
N: 88x/menit
masalah kesehatan S: 36,8 C
keluarga. RR: 24x/menit
Pemeriksaan fisik dalam batas
normal.

2. Memberikan KIE tentang DS: Tn. A bersedia diberikan KIE


bahaya merokok pada Tn. tentang bahaya merokok
A DO: Saat dievaluasi Tn. A mampu
menyebutkan macam macam
bahaya merokok.

DS: Tn. A bersedia diberi


3. Memberikan informasi informasi tentang zat zat berbahaya
zat- zat berbahaya yang dalam rokok yang dapat
terkandung dalam rokok menganggu kesehatan.
DO: Tn. A dapat menyebutkan
zat yang berbahaya dan efek
sampingnya terhadap kesehatan
tubuh.

DS:
4. Memberikan informasi DO: Tn. A mengerti yang
cara mengurangi disampaikan tentang cara
konsumsi rokok pada Tn mengurangi konsumsi rokok
A dan Tn.A akan berusaha
mengurangi
rokoknya.
H. Catatan Perkembangan

Ha TT
Diagnos sil D
Hari/tangga
a
l S O A P
kebidan
an
19 An G umur 2 1. Ny. S  Data An G umur Berikan
Novembe tahun 6 bulan mengatakan Pengkaji 2 tahun 6 dukungan
r 2019/ dengan BGM mengetahui an sudah bulan dan motivasi
16.00 kondisi lengkap dengan ibu untu
WIB anaknya  KU : baik BGM tetap
saat ini  Status memperhatik
Present an kebutuhan
dalam batas nutrisi pada
normal anak
a. Ibu  Kesadara
bersedia n : CM
menyajika Tanda Vital :
n  Nadi :
makanan 92x/me
yang nit
menarik  S : 36,60 C
untuk  RR :
anak 23x/me
nit
 BB : 9,2 K
 Ibu
mengerti
cara
menyajika
n
makanan
yang
menarik
bagi anak
tentang
pengertian
gizi
seimbang
 Ibu
mengeta
hui
tentang
tumbuh
kembang
anak

Diagnos Ha TT
Hari/tanggal sil D
a
kebidan S O A P
an
19 Tn A umur 45 1. Tn.A  Kesadaran : CM Tn. A Berikan
tahun mengatak  KU : umur dukungan
November an baik 45 dan motivasi
2019/14.30 dengan mengetah Tanda untuk Tn. A
WIB perilaku ui Vital tahun agar tetap
kondisiny  Status dengan memperhatikan
hidup tidak a saat ini Present: perilaku kesehatannya
Composmen hidup dan
sehat tis tidak mengurangi/berhe
berhubungan  TD: 110/80 sehat nti merokok
dengan mm berhubun
merokok Hg ga n
 N: 88x/menit
dengan
 S: 36,8 C merokok
 RR: 24x/menit
1. Tn.S
mengetahui
tentang bahaya
merokok
2. Tn. A
mengetahui
tentang zat-zat
berbahya yang
terkandung
dalam rokok
3. Tn. A
mengetahui
tentang

cara
mengurangi
konsumsi

rokok dan

mau
mencoba
menguran
gi
konsumsi rokok
BAB IV

KENDALA DAN PEMBAHASAN

A. Kendala

Dari awal sampai memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga Petugas

tidak menemukan masalah / hambatan apapun, karena keluarga Tn. A

sangat antusias dan senang dengan asuhan kebidanan yang diberikan. Dari

semua rencana, pelaksanaan sampai evaluasi pada suahan kebidanan

keluarga Tn. A dengan masalah BGM pada An.G dan merokok pada Tn.A,

akhirnya petugas memberikan tindak lanjut yaitu menganjurkan ibu untuk

memberikan gizi seimbang untuk anak dan makanan yang bervariasi

sehingga membuat anak tertarik dan nafsu makannya meningkat. Untuk

masalah Tn.S petugas memberikan tindak lanjut dengan memberitahu Tn.S

tentang bahaya rokok bagi kesehatan, dan cara mengurangi konsumsi rokok.

B. Pembahasan

Ny. S umur 32 tahun mengatakan perkembangan berat badan anaknya

jarang mengalami peningkatan, padahal anak dalam kondisi sehat. Ibu

mengatakan nafsu makan anak baik tetapi kurang suka sayur, Untuk saat ini

ibu belum mengetahui gizi seimbang untuk anaknya. Selama ini anak hanya

di berikan makanan sesuai dengan keinginan anaknya tidak, karena bagi ibu

semua makan mengandung nutrisi yang cukup. An. G suka minum susu.

Sehubungan dengan masalah yang di alami oleh An. G, Upaya yang

dilakukan keluarga yaitu dengan memberikan menu makanan dengan gizi

57
58

seimbang, memberikan makanan dengan berbagai variasi sehingga nafsu

makan anak bertambah.

Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap. Dari hasil pemeriksaan

yang didapatkan KU : baik , kesadaran : Composmentis. Pemeriksaan TTV

didapatkan: Nadi 92x/menit, Suhu 36,60 C, Repirasi 23x/menit.

Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Ny. S mengatakan dalam

keluarganya maupun keluarga Tn. A tidak ada yang mempunyai penyakit

menurun seperti asma, DM, jantung, TBC dan hipertensi.

Setelah dilakukan asuhan kebidanan kelurga oleh mahasiswa Stikes

Bakti Utama Pati dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi

seimbang pada anak dan penyajian makanan yang bervariasi, Ny. S

menerima dengan baik dan nafsu makan anak bertambah.

Sedangkan pada Tn. A umur 45 tahun didapatkan data bahwa Tn.A saat

ini mengkonsumsi rokok, dalam satu hari menghabiskan 4-6 batang rokok.

Dan juga Tn. A mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti

hipertensi, asma, jantung, DM, TBC. Dalam hasil pemeriksaan didapatkan

keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TD: 110/80 mmHg, Nadi

88x/menit, Suhu 36,8 C, Respirasi 24x/menit.

Dari hasil pemeriksaan diatas kesehatan Tn.A dalam kondisi yang

sehat. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Tn.A dengan memberikan

KIE tentang bahaya merokok bagi kesehatan, memberikan informasi tentang

zat-zat yang terkandung didalam rokok dan cara mengurangi konsumsi

rokok didapatkan hasil bahwa Tn.A mengetahui bahaya apa saja yang akan
terjadi pada orang yang mengkonsumsi rokok, Tn.A mengetahui tentang zat-

zat yang terkandung didalam rokok dan cara mengurangi konsumsi rokok

ditandai dengan Tn.A mampu menyebutkan atau menyampaikan kembali

bahaya dan cara mengurangi konsumsi rokok, sehubungan dengan masalah

yang dialami Tn. A berusaha mengurangi konsumsi rokoknya dengan cara

dalam satu hari jumlah yang konsumsi rokoknya dikurangi, dan jika Tn.A

merasa ingin merokok dia berusaha mengalihkan dengan mencari makanan

ringan dan mengobrol dengan temannya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada keluarga Tn. A dapat di

simpulkan yaitu :

1. Setelah kami lakukan identifikasi maslah melalui pengumpulan data,

wawancara dan menganalisa, sehingga masalah dapat ditemukan dan

dirumuskan masalahnya dan dirumuskan pemecahannya, secara

bertahap keluarga Tn.A mampu mengetahui masalah-masalah

kesehatan keluarga dengan mau menerima dan mendukung asuhan

kebidanan yang diberikan

2. Sebagai tindak lanjut yang diberikan pada keluarga Tn. A adalah

keluarga tersebut mampu mengenali masalah-maslah kesehatan

lainnya tidak hanya masalah BGM pada anak, dan berusaha untuk

mengatasi dengan jalan berkonsultasikan dengan tenaga kesehatan

terdekat.

3. Keluarga mampu memberikan asuhan kebidanan atau merawat apabila

ada anggota keluarga yang sakit dalam mengatasinya masalah

kesehatan keluarganya

4. Keluarga mampu meningkatkan kualitas hidupnya, antara lain

menjaga pola makan agar kesehatan keluarga terjaga

60
61

5. Di sisi mahasiswa, kami dapat menerapkan dan mempraktikkan

pengetahuan dan teori-teori yang pernah kami dapat dari akademi,

khususnya tentang asuhan kebidanan keluarga

B. Saran

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. A diharapkan :

1. Keluarga mampu untuk lebih meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga terutama

masalah BGM pada anak.

2. Keluarga mampu merencanakan pemecahan masalah kesehatan dalam

keluarga tersebut.

3. Keluarga mampu mengevaluasi hasil yang dicapai untuk menentukan

rencana tindak lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta:

Salemba Medika

Aula ,L Elisabet. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta: Garailmu

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori,

dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Hasdinah. 2013. Autis pada anak pencegahan, perawatan, dan pengobatan.

Yogyakarta: Nuha Medika

Khomsan, A.dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar

Swadaya

Mubarak, W, I. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jogjakarta :

Sagung Seto.

Marimbi, Hanum.2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi

pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta :

EGC

Anda mungkin juga menyukai