Anda di halaman 1dari 145

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I DENGAN


ANEMIA RINGAN DI WILAYAH PUSKESMAS SEBENGKOK
KOTA TARAKAN

OLEH:

NAMA: JULEWI

NPM: 17.40.70.10.65

JURUSAN KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.I DENGAN


ANEMIA RINGAN DI WILAYAH PUSKESMAS SEBENGKOK
KOTA TARAKAN

JULEWI
NPM 1740701065

Laporan Tugas Akhir


Diajukan sebagai salah satu syarat
Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “ASUHAN KOMPREHENSIF PADA NY.I DIWILAYAH

PUSKESMAS SEBENGKOK”. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Dalam hal ini penyusunan laporan ini

banyak mendapatkan bantuan, masukan, bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada :

1. Prof . Dr .Adri Patton,M.Si., selaku rektor Universitas Borneo Tarakan

2. Sulidah, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

3. Yuni Retnowati, S.ST.,M.Keb selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

4. Rahmi Padillah, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan, Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan serta selaku Penguji II yang

telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini

5. Agus Purnamasari, S.ST., M.Keb selaku Sekretaris Jurusan

6. Mega Octamelia, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama menempuh Pendidikan, serta selaku penguji

III yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis

7. Susanti,S.ST.,M.Kes selaku pembimbing selama pelaksanaan Asuhan

Kebidanan Komprehensif dilahan

8. Rully prapitasari. S.ST.,M.Kes selaku Penguji I


iv
9. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kebidanan

Universitas Borneo Tarakan

10. Kedua orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan motivasi dalam

menjalani setiap tahap yang harus dilalui dalam proses pembelajaran

sebagai mahasiswsa sampai penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat

diselesaikan sesuai dengan waktunya.

11. Rekan-rekan seperjuangan saya mahasiswa D III Kebidanan angkatan

2017 yang telah bersama-sama berjuang untuk menyelesaikan pendidikan

kebidanan. Khusus untuk Bid2 terimakasih atas bantuan, semangat, dan

persaudaraan yang diberikan selama ini.

Tarakan, Juni 2020

Julewi

v
RINGKASAN

Asuhan Kebidanan adalah memberikan pelayanan pada masa Kehamilan,

Persalinan, Nifas dan Bayi baru lahir untuk mengurangi AKI dan AKB masih

menjadi masalah besar bagi Indonesia. Disebabkan karena pertolongan oleh non

tenaga kesehatan, pengawasan antenatal yang masih kurang memadai sehingga

terjadinya resiko tinggi dalam kehamilan, terlalu banyak anak, terlalu muda dan

terlalu tua untuk hamil. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan pelayanan

kebidanan yang berkualitas sesuai standar kebidanan. Tujuan diberikan asuhan

kebidanan komprehensif sejak masa hamil, hingga bayi baru lahir, mulai dari

mengidentifikasi, mendiagnosa, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

setiap kunjungan dan pemeriksaan sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya

komplikasi pada ibu dan bayi.

Asuhan komprehensif dari masa kehamilan sebanyak 4 kali kunjungan

meliputi, 1 kali pada kunjungan trisemester I, 1 kali kunjungan di trisemester II

dan 2 kali kunjungan di trisemester III, dengan standar pertolongan persalinan

menggunakan 60 langkah APN, nifas dilakukan 3 kali kunjungan yang meliputi 6

jam, 3 hari,dan 17 hari post partum, bayi baru lahir dilakukan 3 kali kunjungan

bayi baru lahir 6 jam, 3 hari dan 17 hari.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM.................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
RINGKASAN ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Manfaat Masalah ...................................................................................... 4
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan ................................................................................................ 5
2.2 Persalinan ................................................................................................. 22
2.3 Nifas ......................................................................................................... 31
2.4 Bayi Baru Lahir ........................................................................................ 41
2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan ............................................................ 50
2.5.1 Asuhan Kebidanan Komprehensif .................................................. 50
2.5.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif ...................................... 50
2.5.3 Standar Asuhan Kebidanan ............................................................. 50
2.5.4 Manajemen Kebidanan ................................................................... 51
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kehamilan ..............................................................................................
3.1.1 Kunjungan Awal ......................................................................... 53
3.1.2 Kunjungan Ulang I ...................................................................... 64
3.1.3 Kunjungan Ulang II .................................................................... 72
3.2 Persalinan ............................................................................................... 79
3.3 Nifas dan bayi………………………………......……………………..
3.3.1 Kunjungan Nifas dan bayi 6 jam .................................................. 100
3.3.2 Kunjungan Nifas dan bayi hari ke 3 ........................................... 106
3.3.3 Kunjungan Nifas dan bayi hari ke 17 ......................................... 112
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kehamilan ................................................................................................ 117
4.2 Persalinan ................................................................................................. 120
4.3 Bayi baru lahir .......................................................................................... 123
4.4 Nifas ......................................................................................................... 125
4.5 Neonatus…………….………………………………………………….. 128

vii
4.6 Kontrasepsi………………………………………………………...…… 130
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 132
5.2 Saran ........................................................................................................ 134
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 136

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri berdasarkan tuanya kehamilan………………… 7


Tabel. 2.2 Tinggi fundus uteri ( dalam cm) berdasarjan umur kehamilan….…. 7
Tabel. 2.3 tinggi fundus uteri dan berat menurut masa involusi…………….... 32
Tabel 2.4 Asuhan pada kunjungan masa nifas………………………...…..….. 40
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu…………..….. 55
Tabel 3.2 Obervasi djj, his dan pembukaan………………………….……….. 81

Tabel 3.3 Pemantaun dan Pengawasan 2 jam PP…………………….………. 99

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Riwayat hidup………………………………………… 139


Partograf…………..………………………………….. 140

x
DAFTAR SINGKATAN

1. ASI : Air Susu Ibu


2. AKB : Angka Kematian Bayi
3. AKI : Angka Kematian Ibu
4. BAK : Buang Air Kecil
5. BAB : Buang Air Besar
6. BB : Berat Badan
7. BBL : Bayi Baru Lahir
8. CO2 : Karbondioksida
9. DJJ : Denyut Jantung Janin
10. HB : Hemoglobin
11. HB0 : Hepatitis B
12. HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
13. HPL : Hari Perkiraan Lahir
14. IMT : Indeks Masa Tubuh
15. IMD : Inisiasi Menyusu Dini
16. KB : Keluarga Berencana
17. KIE : Konseling Informasi Edukasi
18. KU : Keadan Umum
19. KF : Kunjungan Nifas
20. KN : Kunjungan Neonatus
21. LK : Lingkar Kepala
22. LD : Lingkar Dada
23. LILA : Lingkar Lengan Atas
24. PAP : Pintu Atas Panggul
25. SF : Sulfat Ferosus
26. TTV : Tanda-tanda Vital
27. TM : Trimester
28. TT : Tetanus Toksoid
29. UUK : Ubun-ubun Kecil
30. UUB : Ubun-ubun Besar
31. VIT C : Vitamin C
32. VIT A : Vitamin A
33. VT : Vagina Toucher
34. PP : Post Partum
35. TFU : Tinggi Fundus Uteri

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara.Menurut data World

Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah

216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah

303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu

sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di negara berkembang 20 kali

lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per

100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Angka kematian ibu di indonesia termasuk tinggi di antara negara-negara

ASEAN. Berdasarkan survey Demografi dan Kesehatan indonesia (SDKI) tahun

2012, angka kematian ibu di indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup. Data ini merupakan acuan untuk mencapai target AKI sesuai

Ustainable Development Goal yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahu n

2030 (Kemenkes,2015)

Selama tahun 2015 tercatat laporan dari kabupaten/kota di provinsi

Kalimantan Utara terjadi 21 kasus kematian ibu. Kematian ibu terjadi di 4

kabupaten/kota dan tahun 2015 terbanyak di kabupaten Nunukan dan Bulungan

masing-masing sebanyak 7 kasus pada tahun 2015 Kabupaten Tanah Tidung

ditetapkan sebagai kabupaten AKINO (angka kematian ibu nol). Kejadian

1
kematian ibu paling banyak terjadi pada saat bersalin sekitar 47,625, kematian ibu

pada saat hamil sekitar 33,33% dan kematian ibu pada saat nifas sekitar 19,05%.

Tercatat AKI di Tarakan dari jumlah kelahiran bayi selama tahun 2014 tercatat

5 kasus kematian ibu pada saat melahirkan, sehingga angka kematian ibu hamil

pada saat melahirkan dapat ditekankan, dan dari catatan jumlah ibu hamil yang

meninggal pada saat melahirkan selama 2014 hanya 5 orang.

AKI selama tahun 2018 berdasarkan data di Puskesmas Gunung Lingkas

yaitu terjadi 1 kasus dari 889 kelahiran hidup atau 112 per 100.000 kelahiran

hidup. Artinya diantara 100.000 kelahiran hidup terdapat 112 kematian ibu.

Penyebab kematian ibu tahun 2018 ialah plasenta previa totalis dan Hb rendah.

Sementara AKB selama tahun 2018 ialah sepsis neonatorum dan tersedak

(aspirasi). Data di puskesmas Gunung Lingkas tahun 2018, ibu hamil yang

melakukan pemeriksaan lengkap 87,6%, persalinan oleh tenaga kesehatan

82,49%, cakupan pelayanan ibu nifas 83%, dan cakupan pelayanan kunjungan

bayi 86,4%. Berdasarkan data tersebut masih ada ibu yang tidak melakukan atau

mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif di puskesmas Gunung Lingkas kota

Tarakan 2018. Hal tersebut menjadi masalah yang harus segera ditangani,

sehingga perlu dilakukannya asuhan komprehensif pada pasien dimulai dari masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Faktor penyebab kematian ibu di bagi menjadi dua yaitu faktor penyebab

langsung dan faktor penyebab tidak langsung faktor penyebab kematian ibu di

Indonesia masih didomisili oleh perdarahan, eklampsi, dan infeksi. Sedangkan

faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena banyaknya kasus 3 (tiga)

terlambat dan 4 (empat) terlalu. Penyebab langsung kematian di Indonesia adalah

2
perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%,partus lama 5%, aborsi 5% dan lain

lain 27%, yang dialami terdapat juga penyulit pada masa kehamilan dan penyulit

pada masa persalinan (Departemen kesehatan RI,2010).Adapun penyebab utama

bayi baru lahir yaitu BBLR dan penyebab kematian kedua yaitu Asfiksia

(Departemen Kesehatan RI,2008)

Salah satu bentuk pelaksanaan dalam menjalankan program Making

pregnancy safer MPS untuk menurunkan AKI dan AKB, peran bidan dalam

melakukan asuhan kebidanan pro-aktif adalah dengan melakukan Continity of

care (COC) terutama dalam meningkatkana Antenatal care (ANC) yaitu

pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, bersalin pada tenaga kesehatan,perawatan

bayi baru lahir ,kunjungan nifas, kunjungan neonatal, penanganan komplikasi dan

pelayanan kontrasepsi yang di lakukan secara komprehensif

Kebijakan Departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan

AKB adalah dengan mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau di

damping oleh bidan.

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan atau tindakan yang

dilakukan secara berkelanjutan. Asuhan komprehensif yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan terutama dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai bayi bau

lahir. Asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat mengetahui hal apa saja yang

terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas sampai dengan bayi

yang dilahirkannya serta melatih dalam pengkajian, menegakan diagnosa secara

tepat, antisipasi masalah yeng mungkin terjadi, menentukan tindakan segera,

melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu

melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.

3
Tujuan asuhan komprehensif adalah untuk menurunkan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) supaya kesejahteraan ibu dan bayi.

Angka kematian ibu dalam masa kehamilan, bersalin, nifas adalah sebesar

303.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10.000.000. (WHO 2015)

Bidan memiliki tugas penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

bagi maternal dan neonatal agar dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi

serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Salah satu cara untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan adalah dengan asuhan komperehensif dari

kehamilan, persalinan, nifas serta bayi baru lahir.

Pelayanan kebidanan komprehenif yaitu lengkap melakukan pemeriksaan

kehamilan mulai dari K1 hingga K4, Persalinan dengan ditolong oleh petugas

kesehatan, kunjungan nifas mulai dari KF1, KF2 dan KF3, serta kunjungan

neonatus mulai dari KN1, KN2 dan KN3 di Kota Tarakan berjumlah 4.280 ibu

hamil dari jumlah keseluruhan ibu hamil yaitu 5.272 ibu hamil. Hal ini dapat

dikatakan bahwa cakupan ibu hamil yang mendapatkan asuhan kebidanan secara

komprehensif di kota Tarakan sudah cukup baik namun masih perlu penerapan

pelayanan asuhan kebidanan komprehensif dipelayanan kesehatan yang lebih baik

lagi karena masih banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan asuhan secara

komprehensif.

AKI selama tahun 2019 berdasarkan data dipuskesmas Sebengkok yaitu

terjadi 1 kasus dan AKB pada tahun 2019 sebanyak 3 bayi meninggal karena

asfiksia.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menguji dan

mengobservasi ibu hamil secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan,

4
bayi baru lahir, nifas hingga perencanaan program kontrasepsi. Sehingga penulis

tertarik menyusun studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif

Pada Ny.I Di Puskesmas Sebengkok Kota Tarakan Tahun 2019”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskaan masalah

yaitu ”Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan

pada Ny.I di Puskesmas Sebengkok?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan pelayanan secara komprehensif sesuai standar pelayanan

kebidanan pada Ny. I sejak masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di

Puskesmas Sebengkok kota Tarakan

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan masa kehamilan pada

Ny. I di Puskesmas Sebengkok

b. Melakukan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan masa Persalinana pada

Ny. I di Puskesmas Sebengkok

c. Melakukan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. I

di Puskesmas Sebengkok

d. Melakukan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan masa bayi baru lahir

pada Ny. I di Puskesmas Sebengkok

e. Menganalisa kesenjangan antara teori dan hasil yang didapatkan selama

pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif.

5
1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis

Dapat dijadikan pengalaman dalam mempelajari kasus-kasus pada saat praktik

dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuia dengan

kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Selain itu dapat

meningkatkan pengetahuan dalam melakukan asuhan komprehensif kepada

pasien.

2. Bagi Institusi pendidikan

Dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaan

fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi

mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas.

3. Bagi Lahan Praktik

Dapat meningkatakan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih

baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti pekembangan

ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan

sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

4. Bagi Klien

Klien dapat mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

(Yulistiana,2015 :81).

Manuaba 2012, mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai

yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, spermatozoa dan ovum, konsepsi

dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta

dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Sholichah, Nanik, 2017 79-

80).

Kehamilan adalah masa dimulai saat konsepsi sampai lahirnya janin,

lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari) dihitung dari

triwulan/trisemester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,

triwulan/trisemester ke-2 dari bulan 4 sampai 6 bulan, triwulan/trisemester ke-3

dari bulan ke-7 sampai ke-9 (Agustin, 2012: 12).

2. Proses Permulaan Kehamilan

Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang

mengembang dari tuba fallopi, sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang

mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat yang melindungi ovum kemudian pada

tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian

bersatu dengan sel telur karena itu peristiwa ini disebut pembuahan ( konsepsi,

7
fertilisasi). Ovarium yang tah dibuahi ini segera membela diri menuju ruang

rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya tertanam diruang

rahim ( nidasi/ implantasi), waktu yang diperlukan dari pembuahan sampai nidasi

adalah 6-7 jam.

Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah

(perkembangan sperma dan sel telur) janin, dan plasenta dapat dikatakan bahwa

setiap kehamilan harus ada ovarium (sel telur), spermatozoa (sel mani),

pembuahan (fertilisasi), nidasi dan plasenta.

3. Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil

Perubahan fisiologi pada ibu hamil terbagi menjadi :

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh

estrogen dan progesteron. Pembesaran tersebut disebabkan karena peningkatan

vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia dan hipertrofi, serta

perkembangan desidua.

Bentuk uterus yang seperti advokad kecil ( pada saat sebelum hamil) akan

berubah bentuk menjadj globuler pada awal kehamilan avoid (membulat) apabila

kehamilan memasuki trimester kedua. Setelah 3 bulan kehamilan, volume uterus

menjadi cepat bertambah yang cepat pula dari konsepsi dan produk ikatnya.

Seiring dengan bertambahnya uterus, korpus uteri dan fundus semakin keluar dari

rongga pelvik sehingga lebih sesuai untuk disebut sebagai organ abdomen.

8
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri berdasarkan tuanya kehamilan.
Usia kehamilan Tinggi fundus uteri

Sebelum bulan III Belum teraba


Akhir bulan III (12 minggu) 1- 2 jari diatas simpisis pubica
Akhir bulan IV ( 16 minggu) Pertengahan simpisis-umbilicus
Akhir bulan V ( 20 minggu) 3 jari dibawah pusat
Akhir bulan VI (24 minggu) Sepusat
Akhir bulan VII (28 minggu) 3 jari diatas pusat
Akhir bulan VIII (32 Pertengan umbillicus - processus
minggu) xiphoideus
Akhir bulan IX (36 minggu) 3 jari dibawa processus xiphoideus
Akhir bulan X ( 40 minggu) Pertengahan atara prcessus xiphoideus-
umbilicus
Sumber: Prof dr. I.B.G Manuaba dkk.2009

Tabel. 2.2 Tinggi fundus uteri ( dalam cm) berdasarjan umur


kehamilan.
Tinggi Fundus uteri ( dalam Umur kehamilan ( dalam
cm) bulan)
20 cm 5
23 cm 6
26 cm 7
30 cm 8
33 cm 9
Sumber: Prof dr. I.B.G Manuaba dkk. 2010

b. Serviks Uteri

Jaringan ikat pada servik ( banyak mengandung kolagen) lebih banyak dari

jaringan otot yang hanya 10 %. Estrogen meningkat, bertambah

hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah makan konsistensi serviks

menjadi lunak atau disebut Goodell. Peningkatan aliran darah uterus dan limfe

mengakibatkan kongesti panggul dan oedema. Sehingga uterus, serviks dan

9
ithmus melunak secara progressif dan serviks menjadi kebiruan. Pada post partum,

serviks menjadi berlilat dan tidak menutup.

c. Vagina dan Vulva

Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan lebih merah,

kebiru-biruan ( livide) yang disebut tanda ( chadwick). Warna portio tampak

livide. Selama hamil pH sekresi vagina menjadi lebih asam, keasaman berubah

dari 4 menjadi 6,5 dan rentan terhadap infeksi jamur.

d. Ovarium

Sampai kehamilan 16 minggu masih terdapat korpus luteum graviditas

dengan diameter 3 cm yang memproduksi estrogen dan profesteron. Lebih dari 26

minggu plasenta sudah terbentuk dan korpus luteum mengecil, sehingga produksi

estrogen dan progesteron digantikan oleh plasenta.

e. Sistem payudara

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,

estrogen dan progesteron tapi belum mengeluarkan ASI. Somatomamotropin

mempengaruhi sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga

terjadi pembuatan kasien, laktalbumun dan laktoglobulin sehingga mammae

dipersiapkan untuk laktasi. Hiperpigmentasi pada areolla ( menjadi lebih hitam

dan tegang). Terdapat tuberkel montgomery hipertropi kelenjar sebasea/lemak

yang muncul diareola primer. Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah

dibawah kulit berdilatasi.

f. Sistem Endokrin

1) HCG ( Hormone Corionic Gonadotropic)

10
Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan dan merupakan

dasar tes kehamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah

konsepsi. Fungsi utamanya adalah mempertahankan korpus luteum.

2) HPL ( Hormone Plasenta Lagtogene)

Hormon ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 3

gram/hari. Efeknya mirip dengan hormon pertumbuhan dan bersifat diabetogenik,

sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.

3) Prolaktin

Produksinya terus meningkat, sehingga akibat kenaikan sekresi estrogen.

Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target organ.

4) Estrogen

Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir

kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.

5) Progesteron

Produksi progesteron bahkan lebih banhak dibandingkan estrogwn. Pada akhir

kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari, progesteron menyebabkan tonus

otot polos menurun dan juga diuresis. Progesteron menyebabkan lemak disimpan

dalam jaringan subkutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi

sebagai cadangan energi baik pada masa hamil maupun menyusui.

g. Sistem kekebalan

Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih

rentan terhadao infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamulan

akan tetap utuh, kadar immunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah,

immunoglobulin G dan IgG merupakan komponen pertama dari immunoglobulin

11
jadi didalam uterus dan neonatal dini oleh karena itu IgG merupakan satu-satunya

immunoglobulin yang dapat menembus plasenta sehingga immunitas pasif akan

diperoleh oĺeh bayi, kekebalan ini dapat melindungi bayi dari infeksi selanjutnya.

h. Sistem Perkemihan

Pembesaran ureter kiri dan kanan dipengaruhi oleh hormon progesteron, tetapi

kanan lebih membesar karena uterus lebih sering memutar kekanan ( hidroureter

dextra) lebih sering. Poliuria karena peningkatan filtrasi glomerulus. Trimester I

kehamilan kandung kemih tertekan uterus yang mulai membesar, akibatnya ibu

sering kencing. Trimester II kehamilan dimana uterus telah keluar dari rongga

pelvis gejala sering kencing tidak dijumlah lagi. Trimester III bila kepala janin

mulai turun ke PAP keluhan sering kencing timbul lagi karena kandung kemih

tertekan.

i. Sistem pencernaan

Peningkatan hormon estrogen mengakibatkan terdapat lerasaan enek

( nausea ). Gejala muntah ( emesis ) dijumpai pada bulan pertama kehamilan yang

terjadi pada pagi hari (morning sickness). Emesis yang berlebihan ( hiperemesis

gravidarum) merupakan situasi patologi, tonos otot-otot trakrus digestivus

menurun, motilitas seluruh traktus digestivus berkurang sehingga makanan lama

berada diusus hal ini baik untuk reabsorbsi, tetapi menyebabkan obstipasi karena

penurunan tonus otot-otot traktus digestivus, sering dijumpai morning sickness,

hiperemesis gravidarum dan salivasi. Salivasi adalah pengeluaran air liur

berlebihan daripada biasanya.

j. Sistem Muskuloskeletal

12
Pada trimester pertama tidak banyak terjadi perubahan pada sistem

muskuloskeletal. Bersamaan dengan membesarnya uterus menyebabkan

perubahan yang dramatis pada kurva tulang belakang yang biasanya menjadi salah

satu ci pada ibu hamil. Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik pada

kehamilan normal. Mobilitas sendi sakro iliaka, sakri koksigeal, sendi pubis

bertambah besar dan menyebabkan rasa tidak nyaman dibagian bawah punggung

khususnya pada akhir kehamilan mengakibatkan rasa pegal, mati rasa dan lemah

dialami pada organ tubuh atas.

k. Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat 30% pada minggu ke 10 kehamilan. Tekanan darah

akan turun selama 24 minggu pada kehamilan akibat terjadi penurunan dalam

perifer vaskuler resistance yang disebabkan oleh pengaruh peregangan otot halus

oleh progesteron. Hipertropi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan

oleh peningkatan volume darah atau curah jantung.

l. Sistem integumen

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh MSH dari hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

Hiperpignentasi terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mammae,

papilla mammae, linea nigra, pipi (chloasmabgravidarum) akan menghilang saat

persalinan.

1. Perubahan Psikologi Ibu Hamil Trimester I, II, III

Perubahan psikologi ibu hamil terbagi menjadi beberapa trimester yaitu :

a. Trimester I

13
Sekarang wanita merasa sedang hamil dan perasaanya pun bisa

menyenangkan atau tidak menyenangkan, hal ini dipengaruhi oleh keluhan utama

seperti lelah, lemah, mual, sering buang air kecil, membesarnya payudara serta ibu

merada tidak sehat danbsering kali membenci kehamilannya, perubahan emosi

yang sering terjadi adalah mudah menangis, mudah tersinggung, kecewa dan

gelisah serta seringkali biasanya pada awal kehamilan ibu berharap tidak hamil.

Pada trimester ini adalah periode penyesuaian diri, sering kali ibu mencari tanda-

tanda untuk lebih menyakinkan bahwa dirinya memang hamil oleh karena iru ibu

sering merasa ambivalen sekitar 80 % ibu melewati kekecewaan, menolok, sedih ,

gelisah, kegelisahan timbul karena adanya perasaan takut, abortus atau kehamilan

dengan penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit dan

lain lainya. Perasaan takut ini hendaknya diekpresikan sehingga dapat menamvah

pengetahuan inu dan banyak orang yang membantu dan memberu perhatian oleh

karena itu sangat penting adanya keberanian wanota untuk komunikasi baik

dengan pasangan, keluarga maupun bidan.

Sumber kegelisahan lainnya adalah aktivitas seks dan relasis dengan

suami, wanita merasa tidak mempunyai daya tarik, kurang antraktif adanya

perubahan fisik sehingga menjadi tidak percaya diri serta kebanyakan wanita

mengalami penurunan libido pada periode ini, keadaan ini membutuhkan adanya

komunikasi yang terbuka dan jujur dengan suami dan perubahan psikologi ini

menurun pada trimester 2 dan meningkat kembali pada saat mendekati persalinan.

b. Trimester II

Periode ini sering disebut periode sehat (radian health) ibu sudah bebas

dari ketidaknyamanan selama periode ini wanita sudah mengharapkan bayinya.

14
Dengan adanya gerajan janin, rahim yang semakin membesar, terlihatnya gerakan

bayi dari USG semakin menyakinkan bahwa bayinya ada dan ibu sedang hamil.

Ibu menyadiri bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya oleh

karena itu sekarang ia lebih fokus memperhatikan bayinya, sudah menerima

kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy dan pikirannya secara lebih

konstruktif. Sebelum adanya gerakan janin ia berusaha terlihat sebagai ibu yang

baik dan dengan adanya gerakan janin ia menyadari identitasnya sebagai ibu, oleh

karena itu hal ini menimbulkan perubahan yang baik seperti kontak sosial

meningkat dengan wanita hamil lainnya. Kebanyakan wanita mempunyai libido

yang meningkat dibandingkan trimester I, hal ini terjadi karena ketidaknyamanan

berkurang.

c. Trimester III

Periode ini sering disebut periode menunggu atau waspada sebab padasaat

itu ibu tidak sabat menunggu kelahiran bayinya, menunggu tanda-tanda

persalinan. Perhatian ibu berfokus pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya

uterus meningkat pada bayi nya sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi

bayinya dari bahaya dan menghidari orang, hal benda yang dianggapnya

membahayakan bayinya. Persiapan aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran

bayinya, mempersiapkan baju, menata kamar bayi, membayangkan mengasuh

atau merawat bayi dan rupa bayinya. Pada trimester III biasanya ibu merasa

khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya,

persalinan, nyeri persalinan dan ibu tidak pernah tau kapan ia akan melahirkan.

Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya aneh dan

jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan muda tersinggung serta merasa

15
menyukitkan disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari bayinya dan

kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah ibu

memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

2. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester I, II, III

Ada beberapa kebutuhan fisik ibu hamil menurut Trimester yaitu :

1) Oksigen

Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu udara yang bersih,

tidak kotor atau polusi udara, tidak bau serta hindari Tempat /ruangan yang di

penuhi polusi udara (terminal,ruangan yang sering dipergunakan untuk merokok.

2) Nutrisi

Ibu yang sedang hamil bersangkutan dengan proses pertumbuhan yaitu

pertumbuhan fetus yang ada di dalam kandungan dan pertumbuhan berbagai

organ ibu, pendukung proses kehamilan seperti adneksa, mammae, dll. Kenaikan

BB selama hamil rata-rata : 9-10 kg

Kebutuhan Gizi ibu hamil :

a. Pada kehamilan trimester I (minggu 1-12) kebutuhan gizi masih seperti

biasa,kenaikan BB selama TM I adalah :0,7-1.4kg.

b. Pada kehamilan trimester II (minggu 13-27) dimana pertumbuhan janin

cepat,ibu memerlukan kalori 285 dan protein lebih tinggi dan biasanya menjadi

1,5 g/kg BB kenaikan BB selama TM II: 4,1 kg

c. Pada kehamilan trimester III (minggu 28-lahir) kalori sama dengan trimester II

tetapi protein naik menjadi 2g/kg BB. Ibu yang cukup makanannya

mendapatkan kenaikan BB yang cukup baik,kenaikan BB selama TM III:4,1

kg.

16
3) Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali

sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga

kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia)

dengan cara dibersihkan dengan air. Kebersihan gigi dan mulut, perlu medapat

perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang

kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibat

pemburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.

4) Pakaian

Pakaian harus longer, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut dan

leher:

1. Stocking tungkai tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi.

2. Pakailah bra yang menyokong payudara yang menyokong payudara, dan

harus mempunyai tali yang besar sehingga tidak terasa sakit pada bahu.

3. Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi.

4. Pakaian dalam yang selalu bersih

5. Eliminasi

Masalah eliminasi tidak mengalami kesulitan,bahkan cukup lancar. Kehamilan

terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi basah situasi basah

ini menyebabkan jamur (trikomonas) kambuh sehingga wanita mengeluh gatal

dan mengeluarkan keputihan, rasa gatal sangat menganggu sehingga sering

digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang memudahkan

infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan sekitar alat

kelamin.

17
5) Seksual

1. Trimester 1

Kehadiraan bayi tidak dimengerti ibu sangat introvent, bersikap

menyelidiki untuk meyakinkan kehamilan serta tidak ada kontak indikasi kecuali

ada riwayat abortus berulang, persalinan prematur, pendarahan pervaginam,

abortus iminens.

2. Trimester II

Ibu biasanya bahagia dan memfokuskan perhatian pada keadaan janinnya

dan biasanya gairah seksual meningkat, tidak ada kontraindikasi untuk melakukan

hubungan seksual namun disaranakan untuk memodifikasi posisi untuk tidak

melakukan penetrasi terlalu dalam.

3. Trimester III

Perlindungan pada janin meningkat mudah merasa takut atau tersinggung

dan minta perhatian lebih. Perubahan Body image, tidak ada kontra indikasi untuk

melakukan hubungan seksual namun disarankan untuk memodifikasi posisi dan

melakaukan dengan lembut dan berhati-hati.

6) Mobilisasi, Body Mekanik

Wanita hamil mempunyai kebugaran jantung, wanita yang secara fisik bugar lebih

dapat melakukan persalinan akan tetapi gerak badan secara hamil harus dilakukan

dengan bijak. Hindari peningkatan suhu tubuh diatas 38,9ᵒc serta latihan aerobic

dapat meningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi dari ini dan peningkatan

Beberapa wanita mempnyai kekhawatiran mengenai posisi tidur dan

kebiasaan tidur selama kehamilan, beberapa ibu ingin mengatahui apakah mereka

boleh tidur tengkurap. Semakin berkembangnya kehamilan anda akan sulit

18
memperoleh posisi tidur yang nyaman. Cobalah untuk tidak berbaring terlentang

sewaktu tidur, dengan membesarnya rahim, berbaring terlentang bisa

menempatkan rahim di atas pembuluh darah yang penting (vena cava inferior)

yang berjalan kebawah dibagian perut. Hal ini dapat menyebabkan peredaran

darah ke bayi dan bagian-bagian tubuh anda berkurang. Beberapa wanita hamil

juga mengalami kesulitan bernafas bila mereka berbaring terlentang berbaring

tengkurap juga tidak baik karena tindakan ini akan menebabkan tekanan yang

cukup besar pada rahim yang sedang berkembang, sehingga terjadi masalah

ketidaknyamanan. Makin besar hamil makin sulit untuk tidur tengkurap,

belajarlah posisi menyamping sejak awal manfaatnya akan diperoleh sewaktu

kehamilan makin membesar kadang-kadang akan membantu dengan menganjal

beberapa bantal serta letakan satu dibelakang sehingga jika berguling telentang

tubuh tidak berbaring datar letakan sebuah bantal yang lain diantara kedua tungkai

atau ganjal kaki dengan bantal.

3. Standar pelayanan kesehatan

Ada beberapa standar asuhan kebidanan yaitu:

a. Kunjungan Antenatal care minimal :

1. Trimester I : satu kali kunjungan (usia kehamilan 0-12 minggu)

2. Trimeste II : satu kali kunjungan (usia kehamilan 13-27 minggu)

3. Trimester III : dua kali kujungan ( usia kehamilan 28-40).

b. Pelayanan /asuhan standar minimal “10 T”

1. Timbang berat badan dan pengukurran tinggi badan

Penimbangan berat badab dilakukan setiap kali kunjungan untuk mendeteksi

adanya gangguan pertumbuhan janin.penambahan berat badan normalnya setiap

19
minggu adalah 0,5 kg. Pengukuran tinggi badan untuk menentukan faktor resiko

panggul sempit atau tidak, normal tinggi badan ibu hamil lebih dari 145 cm.

2. Ukur tekanan darah

Tekanan darah ibu harus di periksa setiap kali pemeriksaan kehamilan.Tekanan

darah sistolik 140 mmHg atau diastolic 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan

dapat mengindikasi potensi hipertensi/preeklamsi.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas /LILA)

Pengukuran LILA dilakukan hanya pemeriksaan pertama oleh tenaga kesehatan

untuk menentukan gizi ibu, LILA normal ibu hamil 23,5 cm.

4. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus dilakukan setiap kali kunjungan untuk mendeteksi

pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Suhu tubuh dapt dipicu oleh dehidrasi, hindari latihan aerobic yang terlalu lama

terutama dalam cuaca panas karena sewaktu aerobic darah akan dialihkan ke otot

atau kulit dan menjauh dari organ-organ lain seperti ginjal, rahim atau hati.

Kebanyakan ahli menyarankan agar anda mengurangi olahraga sampai 70-80 %

dari kadar olahraga pra kehamilan. Selama kehamilan jagalah agar denyut nadi

anda dibawah 140 kali permenit. Pemeriksaan ini dilakukan letak janin dan DJJ,

normalnya DJJ 120-160 x/menit.

6. Skrining pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada kehamilan bertujuan untuk mencegah

tetanus toksoid pada ibu dan janin.

7. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

20
Sulfa Feros diberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual

hilang, diberikan sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan.

8. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi: te kehamilan, pemeriksaan hemoglobin (Hb),

pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya),

pemeriksaan protein urine (bila ada indikasi).

9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan harus ditangani sesuai dengan

standar dan kewenangan bidan.

10. Temu wicara (konseling)

Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi:

a) Kesehatan ibu (istirahat dan aktivitas)

b) Perilaku hidup bersih dan sehat (olahraga, mandi dan sikat gigi)

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.

2.2 Anemia

Definisi Anemia Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai

dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah

dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia adalah keadaan menurunnya

kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal

yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2010).

1. Kategori Anemia Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia

(Soebroto, 2010) :

21
a. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan

b. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang

c. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat Kategori tingkat keparahan

pada anemia (Waryana, 2010).

2. bersumber dari WHO adalah sebagai berikut:

a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia

b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan

c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang

d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan

b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang

c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat

d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %

Anemia Defisiensi Vitamin C Anemia yang disebabkan karena

kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab

kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-

hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry,

tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu

fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi

kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan

bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010).

Anemia Makrositik Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin

B12 atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan

22
sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi

karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk menyerap

vitamin B12 dengan optimal (Soebroto, 2010).

Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah

dihancurkan lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena

keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan

kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan

hipertensi berat (Soebroto, 2010).

Anemia Sel Sabit Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel

darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto,

2010). Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang resesif, artinya

seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya.

Anemia Aplastik Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana

sumsum merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih.

Mendiagnosis anemia Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya

berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan

fisik yang dilakukan oleh dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji

laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi pengukuran

hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb).

Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb lebih rendah dari

batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (Soebroto, 2010).

Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) dan volume hematokrit (Ht) sebagai indikator

anemia Usia / jenis kelamin Kadar Hb (g/L)2 Hematokrit (g / L) Anak 6 bulan-2

23
tahun Anak 5-11 tahun Anak 12-14 tahun Laki-laki dewasa Wanita tidak hamil

Wanita hamil .

2.2 Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan ( 37-42 minggu) atau hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Machmudah, 2010).

Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir),

passanger (janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal

(Euthocia) apabila ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor

lain yang mempengaruhi proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohani

dkk, 2011).

Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan

membran dari dalam uterus (Rahim) melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi

proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir.

Persalian yang normal terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

(Bobak, 2012; Sukarni & Wahyu, 2013).

2. Jenis-jenis Persalinan

Persalinan terbagi menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan bentuk persalinan

dan menurut usia kehamilan.

24
a. Persalinan berdasarkan bentuk persalinan

1. Persalinan spontan

Proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2. Persalinan buatan

Proses persalinan dengan bantuan tenaga atau alat dari luar, misalnya ekstraksi

dengan forseps atau dilakukan operasi sectio cesarea.

3. Persalinan anjuran

Proses persalinan terjadi jika bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar

kandungan. Terkadangan persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prostaglandin.

b. Persalianan berdasarkan usia kehamilan

1. Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau bayi dengan

berat badan kurang dari 500 gram.

2. Partus imaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu sampai 28 minggu

atau berat badan janin antara 500 gram sampai 1000 gram.

3. Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minngu sampai 37 minngu

atau berat badan janin antara 1000 gram sampai 2500 gram.

4. Partus maturus atau partus aterm

Pengeluaran buah kehamilan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu atau

berat janin lebih dari 2500 gram atau lebih.

5. Partus postmaturus atau partus serotinus

25
Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42 minggu.

6. Faktor yang mempengaruhi persalinan

Persalinan normal menunjukkan bahwa ketiga faktor penting yaitu Power (p),

Passage (p), dan Passenger (p) bekerjasama dengan baik sehingga persalinan

berlangsung normal.

a. Power (His/kekuatan kontraksi otot rahim)

Normalnya mempunyai sifat kontraksi otot rahim mulai dari salah satu

tanduk rahim, fundus dominan menjalar keseluruh otot rahim, kekuatannya seperti

memeras isi rahim. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang

semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bahwa rahim. Saat

pertolongan persalinan bidan menggunakan patograf, diharapkan ibu dapat

dikirim pada saat mencapai garis waspada sehingga keadaan janin dan ibu tiba

dirumah sekit yang mempunyai fasilitas dalam keadaan optimal. Dengan dasar itu,

bidan dapat meningkatkan pertolongan persalinan dengan partograf melalui

observasi, melakukan evaluasi dan selanjutnya meningkatkan usaha untuk

melakukan rujukan.

b. Passage (jalan lahir)

Passage merupakan komponen yang sangat penting dan tetap dalam

proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan

lahir tulang menentukan proses persalinan apakah dapat berlangsung normal atau

melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang perlu bidan perhatikan

adalah kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dengan jalan lahir dalam

bentuk disproporsi sefalopelvik.

26
c. Passenger (janin dan plasenta)

Kepala janin merupakan bagian dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagai

berikut :

1) Bentuk kepala oval sehingga setelah bagian besar janin telah lahir, maka bagian

lainnya lebih mudah lahir.

2) Persendian kepala berbentuk kogel agar dapat digerakkan ke segala arah dan

memberikan kemungkinan terjadinya putaran paksi dalam.

3) Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi

untuk putaran paksi dalam

4. Perubahan fisiologis persalinan

a. Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-

sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim (SBR),

regangan dari serviks, regangan dari tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi

pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus

diperhatikan adalah lamnya kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan

kontraksi, kekuatan kontraksi secara kliniks ditentukan dengan mencoba pada jari

kita dapat menekan dinding rahim ke dalam, interval antara kedua kontraksi pada

kala pengeluaran sekali dalam dua menit.

b. Serviks

Yang efektif pada kala satu persalinan adlaah kontraksi uterus, yang

selanjutnya akan menghasil tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban serviks

dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah

janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai

27
akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar, yaitu pendataran

serviks dan dilatasi serviks.

Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari

panjang sekitar cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir

setipis kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran (effacement) dan terjadi dari

atas kebawah. Serabut-serabut otot setinggi tulang servikal internum ditarik ke

atas, atau kependekan, menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi tulang

eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Pemendekan dapat dibandingkan

dengan suatu proses pembentukan terowongan yang mengubah seluruh panjang

sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat tumpul dan mengembang

dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil dari aktivitas myometrium

yang meningkat sepanjang persapan uterus untuk persalinan, pendataran sempurna

pada serviks yang lunak kadang kala telah selesai sebelum persalinan aktif mulai.

Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat mucus ketika saluran serviks

memendek.

c. Dilatasi serviks

Jika dibandikan dengan korpos uteri. Segen bawah uterus dan serviks

merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi

kontraksi, struktur-struktur inimengalami peregangan yang dalam proses serviks

mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada

selaput ketuban, tekanan hidrotastik kantong amnion akan melebarkan saluran

serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin

terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban

yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin

28
berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah

uterus. Proses pendataran dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan

kantong cairan amnion didepan kepala.

d. Vagina dan dasar panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,

terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga

menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala

sampai vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan anus, menjadi terbuka,

perineum menjadi menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada

vulva.

Pada kala satu persalinan, selaput ketuban dan bagian terbawah janin

memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah

ketuban pecah perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh

tekanan yang paling nyata, terdiri atas peregangan serabut-serabut otot levator ani

dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan

berbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomy) struktur

membran tipis yan hampir transparan dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika

perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai

lubang berdiameter 2-3 cm dan disini dinding anterior rectum menonjol. Jumlah

dan besar pembuluh darah yang luar biasa, yang memelihara vagina dan dasar

panggul menyebabkan kehilangan darah yang amat besar jika jaringan ini robek.

5. Proses persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

a. Kala I (kala pembukaan)

29
1. Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan 10 cm

(lengkap). Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).

2. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis

servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Lamanya

kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida

sekitar 8 jam. Kala pembukaan terbagi menjadi 2 fase, yaitu :

(a) Fase laten : Pembukaan serviks yang berlangsung lambat

sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

(b) Fase aktif : Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3

subfase.

(c) Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan dari 3 cm

menjadi 4 cm.

(d) Periode dilatasi maksimal : Selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat

menjadi 9 cm.

(e) Periode deselerasi : Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,

kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk keruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otor dasar panggul yang melalui lengkungan

refleks menimbulkan rasa mengejan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa

seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka.


30
Pada his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum

merenggang. Dengan his dan mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti

oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1-2 jam dan

multi 1 jam.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih

tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan

pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong

kedalam vagina dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

d. Kala IV ( (Kala Pengawasan)

Selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu,

terutama terhadap bahaya perdaraha postpartum. Darah yang keluar harus ditakar

sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh

pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Jumlah perdarahan rata-rata

normal adalan 250 cc. Apabila perdarahan lebih dari 500 cc hal tersebut sudah

dianggap abnormal dan harus dicari penyebabnya. Total lamanya persalinan pada

primi 14 jam dan pada mti 7 jam.

2.3 NIFA S

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

31
sbelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastut,

2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Amru, 2012).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu (42 hari) (Dewi & Sunarsih, 2012: 1).

2. Proses Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

b. Puerperium intermediate, yaitu kepulihan meyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali

sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul

komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-

minggu, bulanan atau tahunan.

3. Perubahan Masa Nifas

1. Involusi Uterus

Setelah plasenta lahir, uterud merupakan alat yang keras karena kontraksi dan

retraksi otot-ototnya. Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih

kecil sehingga sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh

proses autolisis, yaitu dipecah dan diabsorpsinya zat protein dinding rahim,

32
kemudian dibuang dengan air kencing. Sebagai bukti dapat ditemukan adanya

kadar nitrogen dalam air kencing yang sangat tinggi.

Tabel. 2.3 tinggi fundus uteri dan berat menurut masa involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
3 minggu Bertambah kecil 50 gram
4 minggu Sebesar normal 30 gram

2. Involusi tempat plasenta

a) Tempat plasenta merupakan tempat dengan permumaan kasar, tidak rata dan

berukuran kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil

pada akhir minggu ke-2 menjadi hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas

berukuran 1-2 cm

b) Luka bekas plasenta tidak menginggalkan luka bekas parut karena sembuh

dengan cara luar biasa, yaotu dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan

endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari

pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

3. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan uterus banyak mempunyai pembuluh-pembuluh darah yang

besar tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang

banyak, arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

4. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas.

33
a. Lochea rubra ( cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-

sel dasidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca

persalinan.

b. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir hari

ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-

14 pasca persalinan.

d. Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan.

e. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f. Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.

5. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi

biasanya pulih kembali dalam waktu 6 minggu. Kadang-kadang pada perempuan

yang astenis, terjadi diastasis otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari

dinding perut digaris tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.

Tempat yang lemah ini menonjol jika berdiri atau mengejan.

6. Saluran kencing

Dinding kandung kencing memperlihatkan edema dan hiperemia. Terkadang

edema trigonum menimbuljan obstruksi uretra sehingga terjadi retensio urine.

Kandung kemih dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah

sehingga kandung kemih penuh atau masih tertinggal sisa urine sesudah kencing.

Sisa urine ini trauma pada dinding kandung kemih sewaktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi. dilatadi uretra kembali normal dalam waktu 2

minggu.

34
7. Laktasi

Hormon yang membantu pematangan alveoli adalah hormon estrogen dan

progestron. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Apabila

bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan

rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga

keluar hormon oksitosin. Fungsi oksitosin adalah untuk mengencangkan otot

rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, dan juga mengencangkan otot halus

disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Pengeluaran oksitosin

selain dipengaruhi oleh isapan bayi juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.

Bila duktus melebar maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisia.

4. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Ada 3 fase penyesuaian pada masa nifas yaitu :

a. Fase taking in

Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan sampai hari

ke-2.

b. Fase taking hold

Pada fase ini secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan

segala sesuatu secara mandiri. Fase ini berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke

10 masa nifas.

c. Fase letting go

Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase letting go

( hari ke 10 - akhir masa nifas).

35
5. Kebutuhan Masa Nifas

a. Nutrisi dan cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan

setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu

dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

a) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang dari 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral

c) Minum sebaiknya 3 liter setiap hari

d) Mengkonsumsi tablet zat besi selama 40 hari post partum

e) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

b. Ambulasi

Setelah persalinan, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu ibu harus istirahat,

mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka.

Ambulasi dini ( early ambulation ) adalah mobilisasi segera setelah ibu

melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dsri tempat tidurnya. Ibu post

partum diperbolehkan bangun dari tempat tidur setelah 24-28 jam setelah

melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri,

duduk dan berjalan.

c. Eliminasi

a. Miksi

Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila

dapat dibuang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan buang air kecil dapat

36
disebabkan karena spinter uretra tertekan olehbkepala janin dan spasme oleh

iritasi muskulo spinter ani selama persalinan atau dikarenakan odem kandung

kemig selama persalinan. Lakukan kateresasi apabila kandung kemih penuh dan

sulit berkemih.

b. Defekasi

Ibu diharapkan dapat buang air besar sekitar 3-4 hari post partum. Apabila

mengalami kesulitan buang air besar lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi

makan yang berserat, olahraga berikan obat perangsang oral/ per rektal atau

lakukan klisma bilamana perlu.

d. Kebersihan diri

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan

nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun

lingkungan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan

diri adalah sebagai berikut :

a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari

b. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur

c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

d. Melakukan perawatan perineum

e. Mengganti pembalit minimal 2 kali sehari

f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

37
e. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu

nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat

dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain :

1) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat

2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan

3) Tidur siang atau saat bayi tidur

Karena jika ibu kurang istirahat dapat menyebabkan :

a) Jumlah ASI berkurang

b) Memperlambat proses involusi uteri

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalan merawat bayi

f. Seksual

Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun

demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut. Selama

periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang menyebabkan

pola seksual berkurang selama masa nifas ialah :

a. Gangguan/ketidaknyamanan fisik

b. Kelelahan

c. Ketidak seimbangan hormon

d. Kecemasan berlebihan

Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya memperhatikan waktu

penggunaan kontrasepsi, dispereuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami

istri.

38
g. Senam nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu.

Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk

tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan senam nifas. Senam nifas dapar

dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi atau penyukiy

masa nifas atau diantara makan.

h. Keluarga berencana ( Program pasca salin)

Masa persalinan merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan

kontrasepsi, karena pada saat ini motivasi paling tinggi. Pil kombinasi dapat

mempengaruhi sekresi air susu. Biasanya ditawarkan IUD, kontrasepsi suntik,

susuk atau sterilisasi.

1. Kunjungan Masa Nifas

Tabel 2.4 Asuhan pada kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa


nifas oleh karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan perawatan
penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu
dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
5. Mengajarkan cara memperat
hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi
II 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uteri
berjalan dengan normal,
kontraksi baik, TFU dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
39
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan perdarahan.
3. Memastikan ibu mendapat
istirahat yang cukup
4. Memastikan ibu mandapat
makanan yang bergizi dan cukup
cairan
5. Memastikaan ibu menyusui
dengan baik dan benar serta
tidak ada tands kesulitan
menyusui.
6. Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir
III 2 minggu setelah 1. Asuhan pada 2 minggu sama
persalinan dengan asuhan yanh diberikan
pada kunjungan 6 hari post
partum
IV 6 minggu setelah 1. Menanyakan penyulit yang
persalinan dialami ibu selama masa nifas.
2. Memberikan konseling KB.
Sumber : Nurlina M ansyur, S.ST & A. Kasrinda Dahlan, S.ST, 2014

2.4 Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Masa bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun

tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi bayi adalah periode

perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi

adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000.

2. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Beberapa saat dan beberpa jam pertama kehidupan ekstrauteri adalag salah

satu masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Pada saat lahir, bayi

baru lahir berpindah dari ketergantungan total kemandirian fisiologis. Proses

perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode dan transisi periode yang

40
dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu dan berlanjut selama beberapa minggu

untuk sistem organ tertentu.

Transisi ektrauteri bayi baru lahir yang paling dinamis dan cepat terjadi

dalam empat area : sistem pernapasan, sistem sirkulasi, kemampuan termolegulasi

dan kemampuan memperoleh sumber glukosa.

a. Perubahan pernapasan

Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari

lingkungan intrauteri ektrauteri, bayi baru lahir harus segera bernapasan setelah

lahir kedunia. Ketika kepala dilahirkan, lendir keluar daru hidung dan mulut,

banyak bayi baru lahir mangap-mangap dan bahkan menangis pada saat itu. Oleh

karena itu, penghisapan mulut dan hidung dengan sebuah suksion karet tidak

diperlukan. Penggunaan alat penghisap, seperti suksion karet atau suksion dinding

harus dibatasi jika usaha napas bayi baru lahir berkurang atau jika mekonium

perlu dibersihkan dari jalan napas.

b. Perubahan sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini

menjadikan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian

reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi oleh reaksi-reaksi hang terjadi

dalam paru sebagai respons terhadap tarikan napas pertama.

Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa terjadi dalam jantung

dan sirkulasi bayi baru lahir. Walaupun perubahan ini tidak selesai secara

anatomis dalam beberala minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan ductus

arteriosus terjadi segera setela bayi lahir. Sangat penting bagi bidan untuk

41
memahami bahwa perubahan dan sirkulasi janin ke sirkulasi bayi baru lahir secara

keseluruhan berhububgan dengan fungsi pernapasan dan oksigenasi yang adekuat.

c. Perubahan termoregulasi

Bayi cukup bulan dengan berat badan lahir tinggi dan fleksi otot yang baik

memiliki oerlindungi alami yang baik terhadao kehilangan panas. Namun,

kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendaliman suhu secara

adekuat sampai 2 hari setelah lahir, bahkan jika bayi lahir cukup bulan dan sehat.

Bidan berkewajiban untuk mengorganisasikan lingkungan kelahiran sehingga

kehilangan panas pada bayi baru lahir yang basah dapat diminimalkan. Bayi baru

lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme :

(1) Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan

udara sekitar yang lebih dingin.

(2) Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin

(3) Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat

benda yang mempunyai temperatur lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.

(4) Evaporasi

Evaporasi adalah cara kehilangan panas karena menguap cairan ketuban pada

permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.

42
d. Perubahan glukosa

Sebelum kelahiran, janin terpajang pada kadar glukosa darag tang hamoir

konstan, sekitar 60-70 % kadar glukosa darah maternal. Pada saat tali pusat

diklem, bayi baru lahir harus menemukan cara untuk mempertahankan

keseimbanga glukosa yang esensial bagi fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi

baru lahir, kadar glukosa darah turun selama periode waktu yang singkat (1-2 jam

setelah kelahiran). Penelitian pada bayi baru lahir cukup bulan yang sehat

menemukan bahwa kadar glukosa rendah fisiologis terjadi pada 1-1,5 jam setelah

bayi baru lahir dan kadar glukosa darah tersebut stabil dalam 3-4 jam. Tidak ada

batasan kadar glukosa darah neontaus yang ketat untuk menentukan kebutuhan

intervensi.

e. Perubahan pada darah

Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan

oksigen kejaringan. Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem pembuluh

mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya

sehingga mengubah aliran darah. Oksigen pada pernafasan pertama ini

menimbulkan relaksasi dan sedikit terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru.

Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan

tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan

penurunan tekanan pada atrium kiri, volume darah secara fungsional akan

menutup.

43
f. Perubahan sistem imun

Sistem imun BBL masih belum matang sehingga menyebabkan neonatus

rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imun yang matang akan

memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.

g. Perubahan musculoskeletal

Pada waktu lahir sistem musculoskeletal lebih banyak terdiri dari tulang

rawan daripada tulang keras, namun proses osifikasi berlangsung dengan sangat

cepat pada masa tahun pertama.

h. Perubahan pencernaan

Refleks menghisap dan menelan ASI sudsh dapat dilakukan bayi saat bayi

diberikan kepads ibu bayinya untuk menyusu. Kemampuan bayi untuk mencerna,

menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada

fungsi-fungsi tertentu.

i. Perubahan perkemihan

Pada bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjam untuk

mengkonsentrasi urine dan mengatur kondisi cairan serta fluktuasi elektrolit

belum maksimal. Volume output urine total per 24 jam sekitar 200-300 ml sampai

dengan akhir minggu pertama.

3. Masalah Bayi Baru Lahir

a. Hipotermi

Hipotermi adalah kondisi dimana suhu tubuh <36°c atau kedua kaki dan

tangan teraba hangat. Akibat hipotermi adalah meningkatnya konsumsi oksigen

(terjadi hipoksia), terjadi metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis

anaerobik dan menurutnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia.

44
b. Hipertermi

Hipertermi adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan

termoregulasi. Hal ini terjadi ketika tubuh menghasilkam atau menyerap lebih

banyak panas daripada mengeluarkan panas. Gejala yang biasa terjadi adalah

panas, kulit kering dan kulit menjadi merah.

c. Hiperglekemia

Hiperglekemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah

glukosa dalam plasma darah berlebihan. Hiperglekemia disebabkan oleh ibu hamil

dengan diabetes mellitus.

d. Tetanus Neonaturum

Tetanus Neonaturum adalah oenyakit yang diderita oleh bayi baru lahir

yang disebabkan karena hasil klostridium tetani. Tanda gejala seperti suhu tubuh

tiba-tiba panas, malas/tidak mau menyusu, mulut mencucu, mudah terangsanh,

gelisah dan sering kejang.

e. Gangguan pernapasan

Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh berbagai

sebab. Apabila gangguan pernapasan tersebut disertai tanda-tanda hipoksia.

Penyebab gangguan pernapasan pada bayi baru lahir antaralain sebagai berikut :

1. Obstruksi jalan nafas

2. Penyakit parenkhim paru-paru

3. Kelainan perkembangan organ

f. Dehidrasi

Kadar air dalam tubuh tanpa jaringan lemak 82%. Apabila kehilangan

cairan 5% atau lebih, akan terjadi dehidrasi. Gejala yang sering terjadi adalah bayi

45
mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental,

mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit

berkurang, ekstremitas dingin serta gelisah.

g. Ikterus

Ikterus adalah perubahan warna kulit/sklera mata menjadi kuning karena

peningkatan kadar bilirubin dalam. Ikterus ada yang terjadi secara fisiologis dan

ada patologis. Ikterus yang patologis terjadi pada lebih dari hari ketiga dan

memiliki kadar bilirubin >20 mg%.

4. Kunjungan Neonatal

a. Kunjungan Neonatal 1 (KN 1) 6-48 Jam

1. Mempertahankan suhu tubuh

2 . Melakukan pemeriksaan fisik

(a) Mata : periksa apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak

(b) Hidung dan mulut : bibir dan langit-langit tidak adanya sumbing, reflek hisap

dilihat pada saat menyusui.

(c) Telinga : periksa letak dengan mata dan kepala

(d) Leher : periksa adanya kelenjar tyroid dan vena jugularis.

(e) Dada : tampak simetris, brntuk, puting susu menonjol, bunyi napas dan bunyi

jantung normal

(f) Ektremitas : periksa apakah gerakan normal dan jumlah kelengkapan jari-jari.

(g) System syaraf : reflek morro

(h) Perut : melihat bentuk perut, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis,

adanya perdarahan tali pusat atau tidak.

46
(i) Genetalia : Laki- laki, melihat testi berada dalam sakrum atau tidak, ujung

penis berlubang atau tidak. Perempuan , melihat vagina berlubang atau tidak,

uretra berlubang atau tidak, labia mayora menutupi labia minora, labia

minora tertutupi oleh labia mayora.

(j) Tungkai dan kaki : apakah gerakan normal atau tidak, melihat kelengkapan

jari-jari.

(k) Punggung dan anus : terdapat pembengkakan atau tidak, cekungan dan

terdapat lubang anus atau tidak.

(l) Kulit : Verniks, warna kulit, ada pembengkakan atau bercak darah atau tidak

dan ada tanda lahir atau tidak.

(m) Tanda- tanda bahaya yang harus diketahui ibu, yaitu :

(1) Pemberian ASI sulit

(2) Sulit menghisap atau lemah

(3) Kesulitan bernafas yaitu kurang dari 60x/m

(4) Bayi terus menerus tidur tanpa dibangunin

(5) Warna kulit abnormal

(6) Suhu terlalu panas atau terlalu dingin

(7) Gangguan gastrointernal, misal tidak bertinja selama 3 hari, muntah terus

menerus, perut membengkak, tinja hijau tua atau berdarah, mata bengkak

atau mengeluarkan cairan.

(n) Lakukan perawatan tali pusat

(1) Pertahanankan sisi tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara

(2) lipatlah popok kebawah tali pusat

47
(3) jika tali puat terkena tinja atau kotoran cuci dengan sabun dan air bersih

lalu keringkan.

(o) Pemberian HB-0

b. Kunjungan Neonatus ke-2 (KN 2) 3-7 Hari

a) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

b) Menjaga kehangatan bayi

c) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, icterus, diare,

berat badan rendah dan masalah pemberian ASI

d) Memberi ASI kepada bayi sesering mungkin

e) Menjaga keamanan bayi

f) Menjaga suhu tubuh bayi

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI Ekslusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

dengan menggunakan buku KIA.

h) Penangan dan rujukan kasus bila diperlukan

c. Kunjungan Neonatus ke-3 (KN 3) 8-28 Hari

1. Pemeriksaan fisik bayi

2. Menjaga kebersihan bayi

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir

4. Memberikan ASI sesering mungkin

5. Menjaga keamanan bayi

6. Menjaga suhu tubuh bayi

48
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI Ekslusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

dengan menggunakan buku KIA

8. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

9. Penangan dan rujukan kasus bila diperlukan.

2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

2.5.1 Asuhan kebidanan Komprehensif

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan

konseling. Asuhan kebidanan komprehenif mencangkup 4 kegiatan pemeriksaan

berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (antenatal

care), asuhan kebidanan persalinan (Internatal care), asuhan kebidanan masa

nifas (Postnatal care) dan asuhan bayi baru lahir (Neonatal care).

2.5.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif

Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah melaksanakan

pendekatan manajemen kebidanan pada kasus kehamilan, persalinan, nifas dan

bayi baru lahir, sehingga dapat menurun kan atau menghilangkan angka kesakitan

ibu dan anak.

2.5.3 Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup prakteknya. Berdasarkan ilmu kebidanan mulai dari

pengkajian,perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

pencatatan asuhan kebidanan. Dalam standar asuhan kebidanan yakni meliputi

49
perencanaan salah satu kriteria perencanaan yaitu melakukan rencana tindakan

disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klean, tindakan segera,

tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif. Sehingga asuhan kebidanan

komprehensif dilakukan berdasarkan standar asuhan kebidanan.

2.5.4 Manajemen Kebidanan

1. Tahap Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua

data/ informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi pasien/klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

a. Anamnesa riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan

c. Pemerikaan tand-tanda vital

d. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

e. Pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang

2. Interprestasi Data

Pada langkah awal ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas dasar

data-data yang telah dikumpulkan.

3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah potensial dan Mengantisipasinya

Pada langkah ini mengeidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain

bedasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, apabila memungkinkan dilakukan pencegahan.

4. Mengidentifikasi atau Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera.

50
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain

dengan kondisi klien.

5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Langkah ini merupakan lanjutan dari manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau

data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

6. Melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada asuhan ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

7. Mengevaluasi

Pada langkah ini dilakukan efektifan dari asuhan yang diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika benar memang efektif dalam

pelaksanaanya.

51
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

3.1.1 Kunjungan Awal

Hari/ Tanggal : Jumat, 8 November 2019

Jam : 14:00 WITA

a. Data Subjektif

a) Biodata Klien

Nama Istri : Ny. I

Umur : 24 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia

Alamat : Pamunsian RT 16

Nama Suami : Tn. H

Umur : 32 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Status perkawinan klien : Kedua

52
Usia klien saat menikah : 21 tahun

Lama menikah : 2 tahun

b) Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

c) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

(a) Riwayat Obstetri

Menarche : 14 tahun

Siklus Haid : 28 hari

Lama Haid : 4-5 hari

Dysminorrhea : Tidak ada

Banyaknya : 3-4 kali mengganti pembalut dalam sehari

HPHT : 21-02-2019

Taksiran partus : 28-11-2019

Usia kehamilan : 37 minggu

(b) Riwayat Ginekologi

Keputihan : Tidak terdapat keputihan.

Perdarahan di luar haid : Tidak terdapat perdarahan diluar haid.

Tumor/Kista : Tidak terdapat tumor/kista

53
d) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu


Anak Tahun Umur Jenis Penolong Tempat JK/BB/PB Keadaan
ke Lahir Kehamilan Persalinan Sekarang
1 2014 Aterm Spontan Bidan PKM Perempuan Sehat
/2900/49
2 2017 Aterm Spontan Bidan PKM Laki-laki Sehat
/3100/50
Hamil
ini

e) Riwayat Kesehatan

(a) Riwayat Kesehatan Klien

Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menurun

seperti asma, jantung, dan penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan

TBC

(b) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan didalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang

menderita penyakit menurun seperti asma, jantung, dan penyakit menular seperti

HIV/AIDS, hepatitis, dan TBC

f) Riwayat KB

Jenis Kontrasepsi : Ibu mengatakan pernah menggunakan alat

kontrasepsi suntik 3 bulan.

Lama Pemakaian : Ibu mengatakan lama pemakaian selama 3 bulan.

g) Keadaan Kehamilan Sekarang :

(a) Trimester I

Ibu mengatakan pertama kali melakukan kunjungan ANC pada usia kehamilan 12

minggu, frekuensi pemeriksaan 1x, dilakukan dipuskesmas dan ibu mengalami

54
keluhan mual muntah, ibu dianjurkan untuk makan sedikit tapi sering, dan hindari

makanan yang merangsang muntah dan pemberian obat antimual B6 2x1 10 mg.

(b) Trimester II

Ibu mengtakan frekuensi pemeriksaan ANC 3x, pada usia kehamilan 17 minggu

dilakukan dipuskesmas dan ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pemberian terapi

obat tablet fe 1x1 (500 mg).

(c) Trimester III

Ibu mengatakan 2x melakukan kunjungan ANC pada trimester 3 pada usia

kehamilan 24-25 minggu dilakukan dipuskesmas dan ibu mengatakan sakit

pinggang.

h) Pola Kebutuhan Sehari-hari

(a) Pola Nutrisi : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari

dengan nasi, ikan, tahu, tempe, dan sayur. Minum

air putih ±10 kali sehari.

(b) Personal Hygiene : Ibu mengatakan

mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,

keramas setiap mandi, membersihkan alat kelamin

setiap habis mandi, BAB, BAK, ganti celana dalam

2 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari.

(c) Pola Eliminasi

BAK

Frekuensi : ± 5 kali sehari

Warna : Kuning jernih

Bau : Bau khas

55
Keluhan : Tidak ada

BAB

Frekuensi : ± 1-2 kali sehari

Warna : Kuning kecoklatan

Konsistensi : Lunak

Keluhan : Tidak ada

(d) Pola Aktifitas : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah seperti

menyapu, memasak, dan mencuci

(e) Pola Istirahat : Ibu mengatakan tidur siang ±1-2 jam, tidur malam ±6-7

jam.

i) Data Psikososial

(a) Data Psikologis

Ibu mengatakan saat ini ibu merasa senang dalam masa kehamilannya saat ini.

(b) Data Sosial

Ibu mengatakan hubungan dengan suami, saudara dan tetangga baik.

(c) Spiritual

Ibu mengatakan taat beribadah.

b. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Berat Badan : 56,5 kg

BB sebelum hamil : 49 kg

Tinggi Badan : 149 cm

56
LILA : 27 cm

IMT : 25,4

Tanda-tanda Vital

TD : 110/90 mmHg

S : 36,6oC

RR : 20 x/menit

N : 73x/menit

b. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

Rambut : Lurus, hitam, tidak berketombe, tidak rontok, tidak ada

nyeri tekan

Muka : Tidak pucat, tidak ada chloasma, tidak ada odema, tidak

ada nyeri tekan.

Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,

tidak ada secret.

Telinga : Simetris, terdapat sedikit serumen, tidak ada tanda-tanda

infeksi.

Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada cuping

hidung.

Mulut : Bibir tampak lembab, tidak ada karies gigi, lidah bersih,

gusi tidak berdarah, tidak terdapat pembesaran kelenjar

tonsil.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.

57
Payudara : Simetris, terdapat pembesaran payudara, putting susu

menonjol, aereola hyperpigmentasi.

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi.

Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Ekstremitas : Kuku tidak pucat, tidak odema.

b) Palpasi

Leher : Tidak ada pembendungan kelenjar tyroid , limfe dan vena

jugularis.

Payudara : Tidak ada benjolan yang abnormal.

Abdomen

Leopold 1 : TFU setinggi prosesus xipoidius (32 cm). Bagian fundus

teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold 2 : Teraba bagian terkecil dari janin disebelah kanan

(punggung), teraba seperti papan, keras disbelah kiri

(ekstremitas).

Leopold 3 : Teraba bulat keras, melenting (kepala) masih bias di

goyangkan.
Leopold 4 : Kepala belum masuk PAP

TFU : 33 cm

TBJ : (TFU-n) x 155 = (33-12) x 155

= 20 x 155

= 3100 gram

a) Auskultasi

58
DJJ : 135 x/menit

Intensitas : Teratur.

b) Perkusi

Reflek Patella : Kanan dan kiri baik.

c. Pemeriksaan Penunjang

USG : Tidak dilakukan

Hb : 10,6 mg/dl

Protein Urine : Negative (-)

Glukosa Urine : Negative(-)

VCT : Non-Reaktif

HbSAG : Non-Reaktif

Sifilis : Non-Reaktif

ASSESMENT

1. G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterin dengan

Anemia ringan.

2. Masalah : Ibu mengatakan tidak ada masalah

3. Kebutuhannya :

a. Memberikan KIE dan memotivasi serta memberi dukungan kepada

ibu dalam menghadapi kehamilannya

b. Memberikan KIE tentang tanda bahaya dalam persalinan salah

satunya anemia

c. Memberikan KIE tentang nutrisi

d. Memberikan KIE tentang ketidak nyamanan TM 3

e. Memberikan Vit B6, tablet Fe, Kalsium

59
f. Memberikan KiE tentang tanda-tanda persalinan

g. Memberikan KIE persiapan persalinan

4. Diagnose potensial : Anemia ringan

5. Tindakan segera : Tidak ada tindakan segera

PENATALAKSANAAN

Hari/Tanggal : Jumat,8 November 2019

Jam : 10.30 WITA

1. Melakukan pendekatan teraupetik pada ibu agar terjalin hubungan baik antara

pasien dan petugas kesehatan denagn cara senyum, salam, sapa, sopan, dan

santun.

Evaluasi : Pendekatan berlangsung baik

2. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.

TD : 100/90 mmHg LILA : 27 cm

S : 36,6oC BB : 56,5 kg

RR : 20 x/menit TB : 149 cm

N : 73 x/menit HB : 10,6 mg/dl

TFU : 33 cm TBJ : 3255 gram

Lepold 1 : TFU 33 cm,Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)

Leopold 2 : Perut kanan ibu teraba Punggung dan

Perut kiri ibu teraba ekstremitas janin

Leopold 3 : Bagian janin terendah teraba kepala

Leopold 4 : Bagian terendah janin belum masuk PAP

Djj : 145×/Menit

Evaluasi : Ibu telah mengetahui konsisinya beserta janinnya.

60
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai kondisi kehamilannya dengan keadaan anemia

ringan dengan Hb : 10,6 gr/dl

Anemia adalah keadaan dimana ibu hamil kekurangan darah hemoglobin,

yaitu molekul protein dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen

dari paru-paru untuk dikeluarkan melalui pernapasan berkurang. Hasil

pemeriksaan Hb normal ibu hamil 11 gr/dl. Ibu dianjurkan terapi obat yaitu :

- Tablet Fe ( Hufabion 320 mg) yang berguna untuk membantu

pembentukan sel darah merah dan untuk mencegah anemia dosis 3x1

untuk mencengah terjadinya anemia pada kehamilan.

- Vitamin C (Acidum Ascorbicum 50 mg) berguna untuk memenuhi

kebutuhan dan membantu dalam penyerapan zat besi. Dosis 3x1.

- Kalsium ( Trimakal 500 mg) berguna untuk pertumbuhan tulang dan

gigi janin dalam kandungan dan juga untuk membentuk tulang yang

kuat dosis 3x1.

Evaluasi : ibu mengerti dan paham mengenai kondisinya saat ini

4. Memberi KIE tentang nutrisi yaitu banyak memakan sayuran yang mengandung

zat besi seperti bayam, hati ayam, makanan yang berbahan kedelai seperti

tempe & tahu, buah-buahan seperti buah naga.

Evaluasi : ibu bersedia mengikuti anjuran

5. Menjelaskan tentang bahaya anemia terhadap kehamilan

a) Meningkatkan risiko kematian Ibu

b) Terjadi perdarahan saat bersalin

c) Bayi lahir dengan berat badan rendah

d) Bayi lahir prematur

61
e) Bayi mengalami anemia dan gangguan tumbuh kembang

Evaluasi : ibu mengerti dsn dapat mengulangi kembali penjelasan yang

diberikan

6. Memberikan KIE tentang Tanda Bahaya Trimester 3 yaitu

a) Nyeri kepala yang hebat

b) Pandangan Kabur

c) Bengkak pada wajah,tangan dan kaki

d) Nyeri pada perut yang hebat

e) Gerakan janin tidak terasa

f) Keluar darah dari jalan lahir

g) Keluar air ketuban sebelum waktunya

h) Menganjurkan ibu jika mengalami salah satu atau beberapa tanda bahaya di

atas segera periksa ketenaga kesehatan terdekat.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya dia atas dan ibu bersedia

periksa jika mengalaminya.

7. Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan yaitu :

a) Perut terasa mulas dan kencang semakin lama dan sering dengan durasi 3-4 kali

dalam 10 menit

b) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

c) Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban

d) Menganjurkan ibu untuk segera datang ke petugas kesehatan apabila terdapat

tanda tanda persalinandi atas, agar proses persalinan dapat segera ditolong oleh

petugas kesehatan.

62
Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda persalinan dan segera periksa

jika mengalaminya.

8. Memberikan KIE tentang Pesiapan pesalinan yaitu:

a) Persiapan fiisik dan mental

b) Mempersiapkan perlengkapan bayi

c) Mempersiapkan tempat melahirkan

d) Penolong pada saat melahirkan

e) Mempersiapkan transportasi ketempat persalinan

f) Menyiapkan biaya yang dibutuhkan dalam proses melahirkan

g) Pengambilan keputusan dan pendamping saat melahirkan

h) Menyiapakan donor darah jika sewaktu-waktu dibutuhkan

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan persiapan persalinan

9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu pada hari

senin tanggal 15-11-2019 atau jika ibu ada keluhan atau masalah.

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang atau jika ada keluhan atau

masalah.

10. Melakukan Pendokumentasian

Evaluasi: Dokumentasi telah dilakukan

2. Kunjungan Ulang I

Hari/ Tanggal : Minggu, 17 November 2019

Jam : 03:00 WITA

a. Subjekti

a) Ibu mengatakan HPHT : 21-02-2019

b) Ibu mengatakan sering sakit pinggang sejak trisemester III

63
b. Objektif

a) PemeriksaanUmum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Composmentis

(c) TB dan BB : 149 cm dan 57 kg

(d) Tanda-tanda vital dan antropometri

TD : 110/90 mmHg

N : 85 x/menit

S : 36,5oC

RR : 20 x/menit

b) PemeriksaanFisik

(a) Inspeksi

Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak ada nyeri tekan

Muka : Tidak pucat, tidak odema, tidak ada chloasma.

Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera putih tidak ikterik

Telinga : Simetris, terdapat sedikit serumen, tidak ada massa.

Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada cuping hidung.

Mulut : Tidak ada karies gigi, lidah bersih, gusi tidak berdarah.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe

Payudara : Simetris, terdapat pembesaran payudara, putting susu

menonjol, aereola hyperpigmentasi

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi

Ekstremitas : Tampak simetris, kuku tidak ada pucat, tidak

Odem.

64
(b) Palpasi

Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan limfe

Payudara : Tidak ada benjolan yang abnormal.

Abdomen

Leopold 1 : TFU 3 jari dibawah prosessus xifoideus (32 cm). Bagian

fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold 2 : Teraba bagian terkecil dari janin disebelah kiri ibu

(ekstremitas), teraba seperti papan, keras memanjang

disebelah kanan ibu (punggung).

Leopold 3 : Teraba bulat , keras, dan melenting (kepala)

Leopold 4 : Sudah masuk PAP (divergen).

TFU : 32 cm

TBJ : (TFU-n) x 155 = (33-12) x 155

= 20 x 155

= 3100 gram

a) Auskultasi

DJJ : 135 x/menit teratur

Puntum maksimum : Punggung kanan

Intensitas teratur : Teratur

b) Pemeriksaan penunjang

Hb : 11,3 gr/dl

65
Assesment

1. G3P2A0 usia kehamilan 38 Minggu, janin tunggal hidup intrauterine

2. Masalah : Ibu mengatakan sakit pinggang

3. Kebutuhannya :

a. Memberikan KIE dan memotivasi serta memberi

dukungan kepada ibu dalam menghadapi kehamilannya

b. Memberikan KIE tentang ketidak nyamanan TM 3

c. Memberikan KIE tentang nutrisi

d. Memberikan KIE tanda bahaya TM 3

e. Memberikan KiE tentang tanda-tanda persalinan

f. Memberikan obat tablet Fe, Vit C, kalsium

4. Diagnos Potensial : Tidak ada diagnosa potensial

5. Tindakan segera : Tidak ada tindakan segera

Planning

1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan senyum, salam, sapa, sopan, santun

Evaluasi : Pendekatan berjalan dengan baik

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dan janin dalam kondisi

baik.

TD : 110/90 mmHg

S : 36,5oC

RR : 20 x/menit

N : 85 x/menit

DJJ : 149 x/menit

Evaluasi : Ibu telah mengetahui kondisinya beserta janinnya.

66
3. Memberitahu Ibu sakit pinggang yang dialami terjadi karena perubahan bentuk

tubuh pada ibu hamil sehingga menyebabkan titik gravitasi pada ibu hamil

berubah (Karena perut yang membesar).

Cara mengatasinya ketidaknyamanan yang ibu rasakan yaitu sakit pinggang :

a) Berolahraga secara teratur

Olahraga dapat meningkatkan kelenturan tubuh dan memperkuat otot, terutama

membantu melatih otot pinggang, perut bawah, dan kaki. Anda bisa berjalan kaki,

berenang, atau melakukan yoga. Ingat, lakukan semua gerakan itu dengan hati-

hati karena sendi tubuh menjadi lebih longgar saat hamil.

b) Tidur dengan posisi yang tepat

Posisi tidur ibu hamil yang disarankan yaitu posisi miring ke samping dan bukan

telentang. Tekuk salah satu lutut dan tempatkan bantal di bawahnya. Letakkan

juga bantal di bawah perut dan di belakang punggung. Sebaiknya gunakan bantal

penyangga pada punggung saat berbaring atau duduk dalam waktu lama.

c) Hindari kebiasaan duduk atau berdiri terlalu lama

Anda lebih berisiko mengalami sakit pinggang saat hamil jika sebagian besar

waktu dihabiskan dengan duduk atau berdiri. Duduk atau berdiri dalam jangka

waktu yang terlalu lama dapat memicu kemunculan rasa sakit ini. Hindari terlalu

cepat berdiri dari posisi duduk atau berbaring.

d) Kenakan sepatu hak datar

Mengenakan sepatu dengan hak datar yang nyaman saat bepergian dan hindari

berdiri dalam waktu lama. Seiring perut yang membesar, pemakaian sepatu hak

tinggi akan membuat Anda makin berisiko mengalami sakit pinggang

Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

67
4. Memberikan KIE tentang Nutrisi kepada ibu

a) Nutrisi :

Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung kalsium,

karbohidrat, dan vitamin contohnya (nasi, ikan, sayuran hijau atau bayam merah,

telur, hati ayam buah) dan ibu tidak dianjurkan untuk minum kopi dan teh.

b) Istirahat :

Memberitahu ibu untuk tidak bekerja atau mengangkat beban terlalu berat. Tidur

malam minimal 7-8 jam sehari dan tidur siang minimal 1 jam perhari

Evaluasi : Ibu telah paham tentang apa yang telah dijelaskan

5. Menjelaskan ketidak nyamanan kehamilan TM III dan penanganannya

a) Sesak nafas : Posisi bantal bila tidur menggunakan ekstra bantal

(posisi kepala lebih tinggi).

b) Sering BAK : Kurangi minum saat malam hari dan buang air

Kecil sebelum tidur.

c) Mules : Istrahat yang cukup.

d) Susah tidur : Minum susu pada saat ingin tidur dan kurangi

Minum pada malam hari.

e) Keram betis : Masase dan kompres hangat pada otot yang keram

Evaluasi : Ibu telah mengerti dan paham dari penjelasan yang disampaikan

6. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan TM III

a) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada ibu hamil setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum

68
b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat

c) Penglihatan kabur

Disebabkan karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat

berubah dalam kehamilan, masalah visual yang mengindikasikan keadaan

yang mengancam yaitu jika pandangan ibu kabur atau berbayang

d) Keluar cairan pervaginam (KPD)

Pecahnya selaput janin sebelum waktunya merupakan tanda bahaya karena

dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada janin.

e) Gerakan janin berkurang

Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau istirahat dan

jika makan dan minum dengan baik. Apa bila gerakan janin berkurang

bahkan tidak ada sama sekali yang mungkin terjadi adalah kematian janin

dalam rahim (IUFD)

f) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam kehamilan,

apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba bahkan jika disentuh

sekali saja dan terasa sangat keras seperti papan serta disertai perdarahan

pervaginam ini menandakan terjadinya solusio plasenta

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan TM III

7. Memberitahu ibu persiapan persalinan yaitu

a) Memilih tempat bersalin yang aman

b) Memilih tenaga kesehatan yang akan menolong

69
c) Menyiapkan segala keperluan ibu dan bayi

d) Latihan pernapasan, perkuat otot panggul, senam punggung kaki

e) Menyiapkan transportasi dan biaya

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang persiapan persalinan

8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan dan menganjurkan ibu jika

mengalaminya segera periksa ketenaga kesehatan.

a) Perut terasa kencang semakin lama semakin sering dengan durasi 3-4 kali

dalam 10 menitdurasi ±30 detik

b) Keluar lendir darah dari jalan lahir

c) Keluar cairan dari jalan lahir karena pecahnya ketuban

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan

9. Memberitahu ibu untuk tetap meminum obatnya dirumah seperti

a) Tablet Besi Sulfat 320 mg 1x1 untuk penambah darah

b) Vitamin C 50 mg 1x1 untuk mempercepat absorbsi obat tablet besi sulfat.

c) Kalsium Laktat 500 mg 1x1 untuk kebutuhan kalsium

Evaluasi : HB ibu sudah dalam batas normal yaitu 11,3 gr/dl

10. Memberitahu ibu untuk datang kunjungan satu minggu lagi tanggal 23 November

2019 atau jika ada keluhan

Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang kunjungan untuk memeriksakan

kehamilannya lagi.

11. Melakukan pendokumentasian

Evaluasi : Dokumentasi telah dilakukan

70
3.1.3 Kunjungan Ulang II

Hari/ Tanggal : Minggu, 24 November 2019

Jam : 15:00 WITA

a. Subjek

a) Ibu mengatakan sakit dibagian simfisis

b. Objektif

b) PemeriksaanUmum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Composmentis

(c) TB dan BB : 149 cm dan 59 kg

(d) Tanda-tanda vital dan antropometri

TD : 110/90 mmHg

N : 85 x/menit

S : 36,5oC

RR : 20 x/menit

(e) Pemeriksaan penunjang

Hb : 13,4 gr/dl

c) PemeriksaanFisik

(a) Inspeksi

Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak ada nyeri tekan

Muka : Tidak pucat, tidak odema, tidak ada chloasma.

Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera putih tidak ikterik

Telinga : Simetris, terdapat sedikit serumen, tidak ada massa.

Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada cuping hidung.

71
Mulut : Tidak ada karies gigi, lidah bersih, gusi tidak berdarah.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe

Payudara : Simetris, terdapat pembesaran payudara, putting susu

menonjol, aereola hyperpigmentasi

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi

Ekstremitas : Tampak simetris, kuku tidak ada pucat, tidak odema.

b) Palpasi

Leher : Tidak ada pembengkpakan kelenjar tyroid dan limfe

Payudara : Tidak ada benjolan yang abnormal.

Abdomen

Leopold 1 : TFU,2 jari processus xipodeus (32 cm) jari dibawah, Bagian

fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)

Leopold 2 : Teraba bagian terkecil dari janin disebelah kiri (ekstemitas),

teraba seperti papan, keras memanjang disebelah kanan

(punggung).

Leopold 3 : Teraba bulat, keras, dan melenting (kepala).

Leopold 4 : Sudah masuk PAP (divergen)

TFU : 32 cm

TBJ : (TFU-n) x 155 = (32-12) x 155

= 20 x 155

= 3100 gram

(a) Auskultasi

DJJ : 145 x/menit

Puntum maksimum : Pungung kiri

72
Intensitas : Teratur

(b) Pemeriksaan penunjang

Hb : 13,4 gram/dl

Assesment

1. G3P2A0 usia kehamilan 39 Minggu, janin tunggal hidup intrauterine.

2. Masalah : Ibu mengatakan sakit didaerah simfisis

3. Kebutuhannya :

a. Memberikan KIE dan memotivasi serta memberi

dukungan kepada ibu dalam menghadapi kehamilannya

b. Memberikan KIE tentang nutrisi

c. Memberikan KIE tentang ketidak nyamanan TM 3

d. Memberikan Vit B6, tablet Fe, Kalsium

e. Memberikan KiE tentang tanda-tanda persalinan

f. Memberikan KIE persiapan persalinan

4. Diagnos Potensial : Tidak ada diagnosa potensial

5. Tindakan segera : Tidak ada tindakan segera

Planning

1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan senyum, salam, sapa, sopan, santun

Evaluasi : Pendekatan berjalan dengan baik

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dan janin dalam kondisi

baik.

TD : 110/90 mmHg

S : 36,oC

RR : 20 x/menit

73
N : 69 x/menit

DJJ : 145 x/menit

Hb : 13,4 gram/dl

Evaluasi : Ibu telah mengetahui kondisinya beserta janinnya.

3. Menjelaskan kepada ibu sakit dibagian atas simfisis adalah hal umum yang

dialami ibu hamil saat memasuki trisemester keIII kehamilannya. Sebabnya

adalah, karena hormone relaxin yang akan membuat otot panggul dan jalan lahir

merengggang untuk mempersiapkan kellahiran bayi. Hormon ini juga dapat

melembutkan dan mengendurkan ligament/otot, ketika ligament menjadi kendur,

pelvic outlet mulai melebar sehingga membuat ruang untuk kepala bayi masuk

saat proses persalinan.

Cara mengatasinya, Hindari berdiri untuk jangka terlalu lama, kenakan sepatu

yang nyaman saat berjalan.

4. Memberika KIE kepada ibu

a) Nutrisi

Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung kalsium,

karbohidrat, dan vitamin contohnya (Nasi, ikan, sayuran hijau atau bayam merah,

telur, hati ayam buah) dan ibu tidak dianjurkan untuk minum kopi dan teh.

b) Istirahat

Memberitahu ibu untuk tidak bekerja atau mengangkat beban terlalu berat. Tidur

malam minimal 7-8 jam sehari dan tidur siang minimal 1 jam perhari

Evaluasi : Ibu telah paham tentang apa yang telah dijelaskan

74
5. Menjelaskan ketidaknyamanan kehamilan TM III dan penanganannya

a) Sesak nafas : Posisi bantal bila tidur menggunakan ekstra bantal

(posisi kepala lebih tinggi dari pada kepala).

b) Sering BAK : Kurangi minum saat malam hari dan buang air kecil

sebelum tidur.

c) Mules : Istrahat yang cukup.

d) Susah tidur : Minum susu pada saat ingin tidur dan kurangi minum pada

malam hari.

e) Keram betis : Masase dan kompres hangat pada otot yang keram

Evaluasi : Ibu telah mengerti dan paham dari penjelasan yang

Disampaikan.

6. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan TM III

a) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada ibu hamil setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartu

b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala

yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat

c) Penglihatan kabur

Disebabkan karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan, masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam yaitu jika pandangan ibu kabur atau berbayang

d) Keluar cairan pervaginam (KPD)

Pecahnya selaput janin sebelum waktunya merupakan tanda bahaya karena dapat

menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada janin.

75
e) Gerakan janin berkurang

Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau istirahat dan jika

makan dan minum dengan baik. Apa bila gerakan janin berkurang bahkan tidak

ada sama sekali yang mungkin terjadi adalah kematian janin dalam rahim (IUFD)

f) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam kehamilan, apabila

perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba bahkan jika disentuh sekali saja dan

terasa sangat keras seperti papan serta disertai perdarahan pervaginam ini

menandakan terjadinya solusio plasenta

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan TM III

7. Memberitahu ibu persiapan persalinan yaitu

a) Memilih tempat bersalin yang aman

b) Memilih tenaga kesehatan yang akan menolong

c) Menyiapkan segala keperluan ibu dan bayi

d) Latihan pernapasan, perkuat otot panggul, senam punggung kaki

e) Menyiapkan transportasi dan biaya

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang persiapan persalinan

8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan dan menganjurkan ibu jika

mengalaminya segera periksa ketenaga kesehatan.

a) Perut terasa kencang semakin lama semakin sering dengan durasi 3-4 kali

dalam 10 menitdurasi ±30 detik

b) Keluar lendir darah dari jalan lahir

c) Keluar cairan dari jalan lahir karena pecahnya ketuban

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan

76
9. Memberitahu ibu untuk tetap meminum obatnya dirumah seperti

a) Tablet Besi Sulfat 320 mg 1x1 untuk penambah darah

b) Vitamin C 50 mg 1x1 untuk mempercepat absorbsi obat tablet besi sulfat.

c) Kalsium Laktat 500 mg 1x1 untuk kebutuhan kalsium

Evaluasi : Ibu akan minum obat secara rutin

10. Memberitahu ibu untuk datang periksa jika ada tanda-tanda persalinan yang telah

diinformasikan kepada ibu.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang periksa jika ada tanda-tanda persalinan

11. Melakukan pendokumentasian

Evaluasi : Dokumentasi telah dilakukan.

3.2 Asuhan Persalinan

Hari/ Tanggal : Selasa, 26 November 2019

Jam : 04:30 WITA

d. Subjektif

a) Ibu mengatakan ingin melahirkan anak yang ke 3

b) Ibu mengatakan HPHT : 21-02-2019

c) Ibu mengatakan perut terasa kencang-kencang dan keluar lendir sejak pagi

pukul 04.00 WITA

e. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Composmentis

77
(c) Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 110/80 MmHg

Nadi : 82 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5 C

b. Pemeriksaan Fisik

(a) Inspeksi

Muka : Tidak tampak pucat, tidak ada oedema.

Mata : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.

Payudara : Putting susu menonjol, tidak ada retraksi payudara.

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi.

Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran lendir darah.

(b) Palpasi

Abdomen

Leopold 1 : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong).

TFU : 32 cm.

Leopold 2 : Bagian kanan teraba panjang, keras seperti papan

(punggung) dan bagaian kiri teraba bagian kecil janin

(ekstremitas).

Leopold 3 : Teraba bulat, keras dan melenting (kepala).

Leopold 4 : Kepala sudah masuk PAP (divergen).

Perlimaan : 1/5

His : Adekuat.

Ekstremitas : Tidak ada odema, tidak ad avarices.

78
(c) Auskultasi

DJJ : 148 x/menit

Puntum maksimum : Punggung kanan

Itensitas : Teratur

(d) Pemeriksaan Dalam Pukul: 04.30 WITA

Portio : Lunak

Ketuban : Utuh

Pembukaan : 4 cm

Penipisan : Tipis dan lunak

Pendataran : Memendek

Presentasi : Kepala

Penurunan : Hodge 2

Molase : Tidak ada

Kondisi panggul : Dasar panggul lunak dan tebal

Assement

G3P2A0 hamil 39 minggu 2 hari Inpartu kala 1 fase aktif

Planning

Manajemen Kala I

1) Melakukan penedekatan terapeutik dengan senyum, sapa, salam, sopan dan santun

Evaluasi : Ibu dapat membalas sapaan dengan baik

2) Melakukan observasi TTV, DJJ dan VT pada ibu

3) Mengobervasi DJJ, his dan pembukaan

79
Tabel 3.2 Obervasi djj, his dan pembukaan

Ja Kontraksi D JJ VT (pembukaan) Ketuban

(Dalam 10 menit)

04.30 3x35 ֯ 10 ֯ ֯ 142x/m 4 cm Utuh

05.30 3x35 ֯ 10 ֯ ֯ 136x/m

06.30 3x35 ֯ 10 138x/m

07.30 3x35 ֯ 10 144x/m

08.39 4x35 ֯ 10 ֯ ֯ 145x/m 6 cm

09.45 5x45 ֯ 10 ֯ ֯ 138x/m 8 cm

09.55 Pecah (Jernih)

10.05 5x45 ֯ 10 ֯ ֯ 143x/m 10 cm

4) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu tetap memiliki tenaga saat

bersalin nanti.

Evaluasi: ibu bersedia makan dan minum

5) Menganjurkan ibu mobilisasi untuk mempercepat penurunan kepala dengan

berjalan-jalan sekitar ruangan

Evaluasi: ibu bersedia jalan-jalan disekitar ruangan

6) Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada kontraksi dengan

menarik nafas panjang dari hidung dan keluarkan lewat mulut agar rasa sakit

berkurang

Evaluasi: Ibu telah melakukan relaksasi sesuai anjuran

7) Menganjurkan ibu untuk tidak meneran saat pembukaan belum lengkap

Evaluasi: ibu telah mengerti dengan penjelasan

80
8) Mnganjurkan ibu meneran yang benar, saat pembukaan lengkap dan ibu merasa

ada dorongan kuat untuk meneran yaitu:

a. Anjurkan ibu meneran dengan tidak mengeluarakan suara agar tenaga

tersimpan lebih banyak

b. Meneran dengan mulut tertutup,gigi ketemu gigi, mata terbuka melihat kearah

perut, posisi tangan memegang kedua paha, kepala terangkat, tarik nafas

panjang dan keluarkan lewat mulut.

Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia mengikuti sesuai anjuran

9) Menganjurkan untuk miring kiri agar sirkulasi oksigen tetap terjaga

Evaluasi: Ibu telah berbaring miring kiri

10) Menyiapkan alat pertolongan persalinan dan APD lengkap

a. Alat partus set

Bak instrument, ½ kocher, gunting episiotomy, 2 klem tali pusat, kateter

metal/nelaton, umbilical cord), Heacting set dalam bak instrument( klem

neldpuder, gunting benang, cut gut/benang dan jarum heacting, pinset

anantomis dan cirughi)

Kassa steril,Oksitosin 1 ampul dengan spuit 3 cc, Lidokain dengan spuit 5 cc

Selmut, underpad, handuk besar 2 buah, kain alas bokong,baju bayi pembalut

ibu.

Vit.K1 dengan tabung spuit 1 cc, HB0 Uniject, salep mata

Tempat sampah medis dan non medis, safety box kom air DTT, kom air

clorin, Plastik dan kom untuk plasenta, funduskop, nierbeken, kapas alcohol,

tensimeter, jam tangan, stetoskop.

81
b. Alat perlindungan diri

Masker,apron, penutup kepala, kacamata/google, sepatu booth, handscoon

steril dan ginekologi.

Evaluasi: alat partus set dan APD telah disiapkan

Assament

G3P2A0 hamil 39 minggu, 2 hari janin tunggal hidup intrauterine inpartu kala II

Planning

Manajemen Kala II

I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA

1) Mendengar dan melihat tanda dan gejala kala II :

Evaluasi:

a. `Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat untuk meneran

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin kuat pada rektum dan vagina

c. Perineum tampak menonjol

d. Vulva dan spingter ani tampak membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2) Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong

persalinan dan menatalaksana komplikasi Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :

a. Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat

b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)

c. Alat penghisap lendir

d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu :

82
a. Menggelarkan kain diatas perut ibu

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit

c. Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set

Evaluasi: Perlengkapan persalinan telah disiapkan

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

Evaluasai: Telah dipakai

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi: Telah dilakukan

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam

Evaluasi: Sarung tangan telah dipakai

6) Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai

sarung tanagan DTT dan steril (Pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik)

Evaluasi: Telah dilakukan

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior

(depan) ke posterior (belakang) dengan menggunakan kapas atau kassa yang

dibasahi air DTT.

a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja bersihkan

seksama dari arah depan ke belakang

b. Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang telah

tersedia

83
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam

dalam larutan klorin 0,5%). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan

tutup kembali partus set

d. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk melakukan langkah lanjutan

Evaluasi: Telah dilakukan

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

a. Bila selaput ketuban masih utuh dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan

amniotomi

Evaluasi: Selaput ketuban sudah pecah

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan

terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

Evaluasi: dekontaminasi sarung tangan telah dilakukan

10) Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)

untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b. Mendokumentasi hasil-hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan kedalam

patograf

Evaluasi: DJJ (146x/m)

84
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES

PERSALINAN

11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup

baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan Ibu dan Janin (ikuti pedoman

penatalkasanaan fase aktif) dan dokumentasi semua temuan yang ada.

b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

Evaluasi: Ibu dan kelurga sudah mengerti

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin

meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau

posisi lain yan diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

Evaluasi: ibu sudah menemukan posisi nyaman sesuai dengan

keinginannya

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat Ibu merasa ingin meneran atau timbul

kontraksi kuat.

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara efektif

b. Dukung dan beri semnagat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai

c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (Kecuali posisi

berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

d. Anjurkan ibu untuk beristrahat diantara kontraksi

85
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk Ibu

f. Berikan cukup asupan per oral (minum)

g. Menilai DJJ setiap kontraksi selesai

h. Segera rujuk jika Bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan

lengkap dan pimpin meneran ≥120 menit (2jam) pada Primigravida atau ≥160

menit (1jam) pada multigravida

Evaluasi: Laksana bimbingan meneran telah dilakukan

14) Anjurkan Ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit

Evaluasi: Ibu berjalan di sekitar ruangan

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI

15) Letakkan handuk bersih(untuk mengeringkan Bayi) di perut Ibu, jika kepala Bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

Evaluasi: Handuk bersih telah diletakkan di perut ibu dan kepala bayi telah

membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16) Letakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong Ibu

Evaluasi: Kain bersih telah dilipat 1/3

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

Evaluasi: partus set dan bahan persalinan sudah lengkap

18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

Evaluasi: telah dipakai sarung tangan steril

86
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI

Lahirnya Kepala

19) Setelah tampak kepala Bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering. Tangan yang lain menahan belakang kepala Bayi untuk mempertahankan

posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan Ibu untuk meneran

perlahan atau bernafas cepat dan dangkal

Evaluasi: Kepala bayi telah lahir

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran Bayi.

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas

kepala Bayi

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di 2 tempat dan potong

tali pusat diantara 2 klem tersebut

Evaluasi: Tidak ada lilitan tali pusat

21) Setelah kepala lahir, tunggu kepala Bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan

Evaluasi: Puntaran paksi luar sedang berlangsung

Lahirnya Bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara

biparental. Anjurkan Ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

Evaluasi: Ibu meneran dengan baik, Kedua bahu telah lahir

87
Lahirnya Badan dan Tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang,

tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi serta menjaga bayi

terpegang baik

Evaluasi : telah dilakukan penelusuran lengan dan siku

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,

bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara

kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan Ibu jari dan jari-jari lainnya)

Evaluasi: Seluruh tubuh bayi telah lahir

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR

25) Lakukan penilaian (sepintas) :

a. Apakah Bayi cukup bulan?

b. Apakah Bayi menangis kuat dan atau bernafas kesulitan?

c. Apakah Bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia

Bayi baru lahir (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia Bayi baru lahir)

Evaluasi: Bayi cukup bulan. Menangis kuat, bernafas dengan baik dan Bayi

bergerak aktif.

26) Keringkan tubuh Bayi:

Keringkan Bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali bagian

tangan) tanpa memebersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain

yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah

ibu

88
Evaluasi: Bayi telah dikeringkan dengan handuk bersih dan bayi dalam posisi

aman di perut bawah ibu

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil

tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli)

Evaluasi: Telah dilakukan pemeriksaan uterus dan terdapat hanya satu

bayi yang lahir

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan

baik

Evaluasi: Ibu bersedia di suntik oksitosin

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(Intramuskuler) 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan

oksitosin)

Evaluasi: Telah dilakukan penyuntikkan oksitosin 10 unit

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2-3 cm

dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk

mendorong isi tali pusat kearah distal (Ibu) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm

distal dari klem pertama

Evaluasi: Tali pusat telah di klem

31) Pemotongan dan Penjepitan tali pusat

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi),

dan lakukan penggutingan tali pusat diantara 2 klem tersebut

b. Jepit tali pusat dengan umbilical cord

c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan

Evaluasi: Telah dilakukan pengguntingan tali pusat dan penjepitan tali Pusat.

89
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu dan bayi. Luruskan

bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibu/perut ibu. Usahakan kepala

bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu

atau aerola mamae ibu

a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam

c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-

15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara

d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

menyusui.

Manajement Kala III

1. Subjektif

Ibu mengatakan merasa lelah karena bayinya sudah lahir

Ibu mengatakan merasa mules-mules

2. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Tanda-tanda vital

a). Tekanan darah : 110/80 mmhg

b). Nadi : 81x/m

c). Pernafasan : 20x/m

90
d). Suhu : 36,5ºC

4) TFU : sepusat

5) Tanda – tanda pelepasan plasenta

a) Uterus menjadi keras

b) Adanya semburan darah tiba-tiba

c) Tali pusat memanjang

Assament

P3A0 kala III

Planning

Manajemen Kala III

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

Evaluasi: Klem telah dipindahkan dari vulva dengan jarak 5-10 cm

34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk

mendeteksi kontraksi. Tangan yang lain memegang klem untuk menegangkan tali

pusat

Evaluasi: Telah dilakukan

35) Saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang

lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati

(untuk mencegah inverso uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya

dan ulangi prosedur diatas.

a. Jka uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga

untuk melakukan stimulasi putting susu


91
Evaluasi: Telah dilakukan penegangan tali pusat dan uterus

berkontraksi dengan baik

Mengeluarkan Plasenta

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata

diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal, maka lanjutkan dorongan ke

arah kranial hingga plasenta dapat di lahirkan

a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya di tegangkan ( jangan ditarik secara

kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir

(kerah bawah-sejajar lantai-atas)

b. Jika tali pusat bertambah Panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva dan lahirkan plasenta.

c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

1. Ulangi pemeberian oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (gunakan Teknik aseptic steril) jika kandung kemih

kosong

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Ulangi dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau jika terjadi

perdarahan lakukan plasenta manual

Evaluasi: Penegangan tali pusat telah dilakukan dan tidak terjadi penegangan

tali pusat berualang

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan

tempatkan plasenta pada wadah yang telah di sediakan

92
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau

klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Evaluasi: Plasenta telah lahir jam 10.30

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

38) Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, lakuka masase uterus,

letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan Gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus teraba keras)

Evaluasi: Mesase uterus telah dilakukan dan uterus berkontraksi dengan

baik(fundus teraba keras)

Menilai Perdarahan

39) Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2 atau menimbulkan

40) perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera

lakukan penjahitan.

Evaluasi: Tidak ada lasersi pada vagina dan perineum

41) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi (maternal-fetal) pastikan

selaput ketuban lengkap dan utuh masukkan plasenta ke dalam kantong plastik

42) atau tempat khusus

Evaluasi: Kedua sisi plasenta pada ibu dan bayi utuh dan lengkap dan telah

dimasukkan kedalam kantong plastic.

93
Management kala IV

1. Subjektif

a. Ibu mengatakan merasa lelah setelah melahirkan

b. Ibu mengatakan merasa legah dan plasenta telah lahir

c. Ibu mengatak perutnya masih terasa mules

2. Objektif

Keadaan umum: baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmhg

Nadi : 79 x/menit

Pernafasan : 21x/menit

Suhu : 36℃

TFU : sepusat

Kandung kemih : kosong

Perdarahan : 20cc

Assament

P3A0 Kala IV

Planning

Manajemen Kala IV

94
IX. ASUHAN PASCA PERSALINAN

43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

Evaluasi: Uterus berkontraksi dengan baik

44) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi

Evaluasi: Kandung kemih teraba kosong

Evaluasi

45) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tanagan ke dalam larutan klorin

0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas air DTT tanpa melepas

sarung tangan kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih

dan kering

Evaluasi: Telah dilakukan

46) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan mesase uterus dan menilai kontraksi

Evaluasi: Ibu telah melakukan mesase uterus

47) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

Evaluasi: Keadaan umum: Baik Nadi: 74 x/m

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

Evaluasi: Perdarahan: 100 cc

49) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/m)

a. Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk

ke rumah sakit

b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke RS Rujukan

c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak

kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu menit

Evaluasi: Bayi bernafas dengan baik RR: 47x/m

95
Kebersihan dan Keamanan

50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.

Bersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah di ranjang atau sekitar ibu

berbaring menggunakan larutan klorin 0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu

memakai pakain yang bersih dan kering

Evaluasi: Telah di bersihkan dan ibu telah memakai pakaian

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga

untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

Evaluasi: Ibu merasa nyaman dan ibu sudah menyusu bayinya. Ibu sudah makan

dan minum

52) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi

Evaluasi: peralatan bekas pakai sudah didekontaminasi

53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang telah disediakan.

Evaluasi: Bahan-bahan terkontaminasi telah dibuang ketempat sampah

medis

54) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

Evaluasi: Tempat bersalin telah didekontaminasikan dengan larutan klorin 0,5%

55) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan keadaan terbalik dan rendan dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit

Evaluasi: Sarung tangan telah dilepas dan direndam dalam larutan

klorin 0,5%

96
56) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi: Telah dilakukan cuci tangan

57) Pakai sarung tanagan bersih/DTT untuk memberikan Vitamin K1 (1 mg)

intramuskuler di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis infeksi dalam 1

jam pertama kelahiran

Evaluasi: Telah di lakukan penyuntikan Vitamin K1 dan telah dioleskan

Salep mata pada bayi.

58) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi). Pastikan

kondisi bayi tetap baik (pernafasan normal 40-60 x/menit) dan temperature tubuh

normal (36,5-37,5 C) setiap 15 menit.

Evaluasi: Keadaan Umum: baik

Berat badan: 2.950 Gram Suhu : 36,6℃

Panjang badan: 49 cm Lingkar dada: 29 cm

Lingkar kepala: 34 cm Lingkar perut: 32 cm

59) Setelah satu jam pemberian Vitamin K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-

waktu dapat di susukan.

Evaluasi: Telah di lakukan imunisasi Hepatitis B dan bayi diletakkan pada

ibu agar mendapatkan ASI sesering mungkin

60) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin

0,5 dalam 10 menit

Evaluasi: sarung tangan telah di lepas dan di rendam dalam larutan klorin 0,5%

97
61) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir kemudian kringkan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi: Telah dilakukan.

Tabel 3.3 Pemantaun dan Pengawasan 2 jam PP

Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung perdarahan


Ke Darah uterus kemih
1 10.45 110/80 80 36 Sepusat baik kosong ±110 cc

11.00 100/70 82 1 jr bwh baik kosong


pst
11.15 110/70 81 1 jr bwh baik kosong
pst
11.30 110/80 80 1 jr bwh baik kosong
pst
2 12.00 110/90 70 36 2 jr bwh baik kosong
pst
12.30 110/80 70 2 jr bwh baik kosong ±20 cc

pst

60) Partograf

3.3 Asuhan Bayi Dan Nifas

3.3.1 Asuhan Bayi Dan Nifas 1 hari Post Partum

Hari/ Tanggal : Minggu, 26 November 2019

Jam : 10:20 WITA

A. IBU

a. Subjektif

a) Ibu mengatakan telah selesai melahirkan

b) Ibu mengatakan lega karena bayi dan plasenta telah lahir


98
c) Ibu menagatakan perutnya masih terasa mules

f. Objektif

a) PemeriksaanUmum

KeadaanUmum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital

TD : 100/70 MmHg

Nadi : 79 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36, C

b) PemeriksaanFisik

Muka : Simetris, tidak tampak pucat, tidak ada oedema

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Payudara : Simetris antara kanan dan kiri tidak ada benjolan, putting

susu menonjol,

Payudara tampak membesar, terdapat pengeluaran

colostrum.

Abdomen : Tidak ada bekas luka oprasi

TFU : 1 jari dibawah pusat

Kontraksi : Baik, teraba keras

Kandung kemih : Teraba kosong.

Genetalia

Perdarahan : ± 10 cc

Laserasi : Derajat 1

99
Lochea : Rubra

BAB/ BAK : Belum BAB/sudah BAK

Assament

P3A0 Post Partum 1 hari

Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan beritahu ibu bahwa kondisinya

dalam keadaan baik.

TD : 100/70 MmHg

Nadi : 79 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36 C

TFU : 1 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : Baik

Perdarahan : ± 10 cc

Lochea : Rubra

Kandung kemih : Kosong

Evaluasi : Ibu telah mengetahui kondisinya

2. Memberitahu ibu bahwa mules yang ibu rasakan adalah normal di karena kan

kontraksi uterus kembali keukuran semula dan akan hilang pada hari ke 2-4.

Evaluasi: Ibu sudah mengerti tentang keluhan yang dirasakan

3. Memberitahu KIE tentang nutrisi. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi

makanan yang seimbang yang mengandung karbohidrat (nasi, kentang, roti) ,

Protein ( telur, ikan, daging, kacang-kacangan) , buah dan sayuran seperti daun

100
katuk, wortel, bayam untuk memperbanyak ASI serta minum air secukupnya

minimal 8 gelas/hari

Evaluasi: Ibu sudah mengerti tentang informasi yang diberikan.

4. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan membangunkan

bayi 1- 2 jam sekali untuk disusui.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

5. Memberikan KIE tentang teknik menyusui yang baik dan benar

a) Membersihkan payudara dengan air matang

b) Keluarkan sedikit ASI lalu oleskan pada putting dan aerola

c) Posisikan bayi dengan tubuh menghadap ibu

d) Beri rangsangan pada pipi agar bayi membuka mulut

e) Masukkan putting aerola mamae ke dalam mulut bayi

f) Pertahankan kontak mata pada bayi

g) Keluarkan puting susu dengan jari kelingking

h) Sendawakan bayi setelah menyusui dengan cara menepuk-nepuk

punggung bayi.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang teknik menyusui yang baik dan benar

6. Memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas dan memberitahu ibu jika

mengalami salah satu atau beberapa tanda bahaya di bawah segera periksa

ketenaga kesehatan terdekat.

a) Perdarahan pervaginam

b) Sakit kepala yang hebat dan penglihatan kabur

c) Bengkak pada wajah dan alat gerak

d) Demam tinggi

101
e) Darah nifas yang berbau busuk

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya nifas dan bersedia periksa jika

mengalaminya

7. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat oral yaitu Vitamin A

1x1 untuk memperlancar ASI, Besi Sulfat 500 mg 1xl sebagai penambah darah

Evaluasi : Ibu bersedia mengkonsumsi obat yang telah diberikan

8. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang 3 hari lagi yaitu pada tanggal 29-11-2019

atau jika ada keluhan atau masalah

Evaluasi: Ibu bersedia datang pada kunjungan ulang

9. Dokumentasi

Evaluasi: Telah dilakukan.

B. BAYI

a. Subjektif

a) Ibu mengatakan bayinya baik-baik saja

b) Ibu mengatakan bayinya belum BAB dan sudah BAK

b. Objektif

a) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Nadi : 137x/menit

(c) Pernafasan : 42x/menit

(d) Suhu : 36,4 C

(e) Warna kulit : Kemerahan

(f) Keadaan tali pusat : Baik, tidak ada perdarahan.

Assament

102
Bayi baru lahir usia 1 hari

Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada bayinya.

Nadi : 137 x/menit

Pernafasan : 42 x/menit

Suhu : 36,4 C

Warna Kulit : Kemerahan

Frekuensi jantung : 137 x/menit

BB : 2950 gram

Keadaan tali pusat : Baik, tidak ada perdarahan

Muntah : (-)

Evaluasi : Ibu telah mengetahui kondisi bayinya saat ini

2. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada BBL, yaitu suhu

tubuh kurang dari 36,5 C atau suhu tubuh lebih dari 37,2 C, muntah terus

menerus, bayi biru, dehidrasi, tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK dalam 24

jam, tali pusat yang berbau busuk dan terdapat tanda-tanda infeksi. Jika terdapat

salah satu tanda bahaya diatas maka segera untuk datang ketenaga kesehatan

terdekat.

Evaluasi :Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya pada BBL dan bersedia datang

ketenaga kesehatan jika ada salah satu tanda bahaya tersebut

3. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan pada bayi agar bayi tidak

hipotermi atau kedinginan

Evaluasi :Ibu bersedia untuk menjaga kehangatan bayinya

103
4. Menjelaskan kepada ibu cara merawat tali pusat dengan tidak membubuhi apapun,

karena dapat mengakibatkan infeksi.

Evaluasi :Ibu sudah mengetahui tentang perawatan tali pusat pada bayinya.

5. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi secara teratur setiap kali habis

BAB/BAK serta menghindari penggunaan pampers terlalu sering karena akan

menyebabkan lecet pada kulit bayi.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang informasi yang diberikan

6. Menganjurkan ibu agar memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan

tambahan dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin (on

demand).

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang informasi yang diberikan.

7. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang 3 hari lagi yaitu pada tanggal 29-11-2019

atau jika ada keluhan atau masalah.

Evaluasi: Ibu bersedia datang pada kunjungan ulang

8. Dokumentas.

3.3.2 Asuhan Nifas hari ke 3

Hari/ Tanggal : Jumat, 29 November 2019

Jam : 10:00 WITA

A. IBU

a. Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

b. Objektif

a) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

104
(b) Kesadaran : Composmentis

(c) Tanda-tanda Vital

TD : 110/80 MmHg

Nadi : 76 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36ºC

b) Pemeriksaan Fisik

Muka : Simetris, tidak pucat, tidak odema.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Payudara : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada benjolan, tidak ada

Pembengkakan, putting susu menonjol, tampak pengeluaran

ASI lancar.

Abdomen

TFU : Pertengahan sympisis pusat

Kontraksi : Baik, uterus keras.

Genetalia

Perdarahan : ± 10 cc

Lochea : Rubra

Laserasi : Derajat 1

Assament

P3A0 Post Partum Hari ke-3

Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaannya, bahwa ibu dalam kondisi

baik.

105
TD : 110/80 MmHg Nadi : 76 x/menit

RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC

TFU : Pertengahan sympisis pusat Kontraksi : Baik

Lochea : Rubra Perdarahan : ± 10 cc

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang kondisinya

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand 1-2 jam sekali.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang informasi yang diberikan.

3. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayinya yakni dengan cara

meletakkan bayi di pundak ibu dengan menepuk-nepuk bagian punggung

bayi secara perlahan-lahan.

Evaluasi : Ibu telah mengerti tentang informasi yang diberikan dan bersedia

melakukannya.

4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas dan menganjurkan ibu jika

mengalami beberapa atau salah satu tanda bahaya di atas segera periksa ke

tenaga kesehatan terdekat.

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat dan penglihatan kabur

c. Bengkak pada wajah dan alat gerak

d. Demam tinggi

e. Darah nifas yang berbau busuk

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia periksa jika mengalaminya.

5. Menjelaskan kepada ibu tentang metode kontrasepsi lain baik untuk ibu

menyusui yaitu :

106
a. KB suntik 3 bulan yang mengandung hormon progestin disuntik secara

intramuskular pada bokong ibu. Memiliki efektivitas tinggi, tidak menggangu

kegiatan senggama, dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai

peimenipause dan tidak mengganggu produksi ASI. Sedangkan kerugian KB

suntik ini saling menyebabkan terjadinya gangguan haid, terjadi peningkatan

BB, tidak menjamin perlindungan IMS dan terlambatnya kembali kesuburan

setelah pengantian pemakaian.

b. KB im plan adalah KB yang diinsersikan dibagian subdermal, yang hanya

mengandung progestin dan estrogen. KB ini memiliki daya guna tinggi,

pelindungan jangka panjang, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak

menggangu kegiatan senggama, tidak menggangu preoduksi asi dan dapat

dicabut setiap saat. Kerugian KB ini yaitu nyeri kepala, peningkatan berat

badan, jerawat, sering gelisah dan memerlukan tindakan pembedahan untuk

merangsang maupun melepasnya.

c. KB IUD adalah benda kecil yang terbuat dari benda plastik yang lentur,

mempunyai lilitan lembaga dan dimasukan kedalam rahim melalui vagina

serta memiliki beanng. KB ini akan efektif segera setelah digunakan, metode

ini jangka panjang efektif karena tidak perlu mengingat-ingat lagi, tidak

menggangu kegiatan senggama, tidak mempengaruhi kualitas ASI.

Kerugiannya yaitu pereubahan siklus haid, haid menjadi lama dan banyak,

saat haid lebih sakit dan tidak mencegah IMS termasuk HIV.

Evaluasi : Ibu menggatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

6. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang pada tanggal 13-12-2019 atau jika ada

keluhan atau masalah

107
Evaluasi: Ibu bersedia datang pada kunjungan ulang

7. Melakukan pendokumentasian

Evaluasi : Telah dilakukan

B. Bayi

a. Subjektif

a) Ibu mengatakan bayinya baik-baik saja

b) Ibu mengatakan bayinya kuat menghisap

b. Objektif

(a) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Nadi : 144 x/menit

(c) Pernafsan : 46 x/menit

(d) Suhu : 36,5ºC

(e) Warna kulit : Merah muda

(f) Keadaan Tali pusat : Baik, tidak ada perdarahan, tampak kering

(g) Berat Badan : 3100 gram

(h) Panjang badan : 49 cm

Assament

Bayi baru lahir Usia 3 hari

Planning

1. Memberitahu ibu tentang kondisi bayinya saat ini

Nadi : 144 x/menit

Pernafasan : 46 x/menit

Suhu : 36,5ºC

108
Berat badan : 3100 gram

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang kondisi bayinya

2. Melakukan perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan tali pusat dan tidak

dibubuhi atau diberi apapun.

Evaluasi : Telah dilakukan perawatan tali pusat.

3. Menganjurkan ibu agar memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan

tambahan dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal

setiap 2-3 jam sekali

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang informasi yang diberikan

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi :

a) Bayi tidak mau menyusu, bayi sulit menghisap atau hisapan lemah

b) Kesulitan bernafas yaitu nafas cepat >60x/menit

c) Warna kulit/bibir biru atau kuning

d) Suhu tubuh lebih dari 37,2ºC atau kurang dari 36,5ºC

e) Tidak bAB atau BAK dalam 3 hari

f) Tali puat berbau busuk dan terdapat tanda-tanda infeksi

Jika terdapat salah satu tanda bahaya di atas segera periksa ke tenaga kesehatan

terdekat.

Evaluasi : Ibu telah mengerti tentang informasi yang diberikan

5. Menganjurkan ibu untuk ganti popok bayi secara teratur setiap BAK/BAB serta

menghindari penggunaan pampers telalu sering karena akan menyebabkan lecet.

Evaluasi: Ibu sudah mengerti tentang informasi yang diberikan

6. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya kepuskemas untuk dilakukan

pemberian imunisasi BCG dan Polio 1 pada tanggal 13 Desember 2019

109
Evalusai: Ibu mengerti dan bersedia membawa bayinya untuk di imunisasi

7. Dokumentasi

Evaluasi: Telah dilakukan.

3.3.3 Asuhan Nifas dan bayi hari ke 17

Hari/ Tanggal : Jumat, 13 Desember 2019

Jam : 10:24 WITA

A. IBU

a. Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

b. Objektif

a) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Composmentis

(c) Tanda-tanda Vital

TD : 110/80 MmHg

Nadi : 75 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36ºC

b) Pemeriksaan Fisik

Muka : Simetris, tidak pucat, tidak odema.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Payudara : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada benjolan, tidak

ada pembengkakan, putting susu menonjol, tampak

pengeluaran ASI.

110
Abdomen

TFU : Pertengahan pusat sympisis

Kontraksi Uterus : Baik

Genatalia

Pedarahan : 5 cc

Lochea : Alba

Laserasi : Baik, tampak kering

Assessment

P3 A0 post partum hari ke-17

Planning

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan bayi dalam

keadaan normal

Hasil pemeriksaan ibu

a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

b. Nadi : 75 x/menit

c. Pernafasan : 20 x/menit

d. Suhu : 36,2oc

hasil pemeriksaan bayi

a. Keadaan Umum : Baik

b. Nadi : 139x/menit

c. Pernafasan : 46x/menit

d. Suhu : 36,2oc

e. Warna Kulit : Kemerahan

f. Keadaan Tali Pusat : Baik

111
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan serta merasa senang dan lega

2. Menjelaskan pada ibu untuk tetap mempertahankan pemenuhan pola nutrisi yang

sudah baik dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi

seimbang yaitu karbohidrat (nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging,

ikan, telur), vitamin (sayur dan buah). Dan memperbanyak konsumsi makanan

yang mengandung protein untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan dan

memberitahu ibu tentang nutrisi yang dapat memperlancar ASI seperti daun katuk,

bayam, wortel, kacang-kacangan, buah papaya, daging, ikan dan minum air putih

teratur.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan pola nutrisi yang sehat dan seimbang

untuk memperlancar ASI

3. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan genetalia dengan membersihkan

genetalia setelah BAK dengan cara membasuh vagina dari depan kebelakang, dan

mengganti pembalut setiap kali BAK dan BAB, serta tidak membasuh vagina

menggunakan air hangat/panas karena akan membuka jahitan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Memberi tahu ibu cara untuk merawat tali pusat dengan tidak memberikan apapun

pada tali pusat

Evaluasi : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan

5. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti perdarahan, penglihatan kabur,

demam, pusing berlebih segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia memeriksakan diri

jika mengalami salah satu hal di atas

112
6. Melakukan dokumentasi

Evaluasi : Dokumentasi dilakukan

B. Bayi

a. Subjektif

a) Ibu mengatakan bayinya baik-baik saja

b) Ibu mengatakan bayinya kuat menghisap

b. Objektif

(a) Pemeriksaan Umum

(b) Keadaan Umum : Baik

(c) Nadi : 141 x/menit

(d) Pernafasan : 42 x/menit

(e) Suhu : 36,4ºC

(f) Warna kulit : Merah muda

(g) Keadaan Tali pusat : Baik, tidak ada perdarahan, tampak kering

(h) Berat Badan : 4200 gram

(i) Panjang badan : 51 cm

Assessment

Bayi baru lahir Usia 17 hari

Planning

1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan, yaitu:

Frekuensi jantung : 141x/menit

Suhu : 36.4oc

RR : 39x/menit

Muntah : tidak ada


113
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya

2. Memberitahu ibu untuk menyusui sesering mungkin dan membangunkan bayi 2

jam sekali untuk disusui

Evaluasi : Ibu mengerti

3. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukaan ASI Eksklusif yaitu dengan hanya

memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan hingga umur 2

tahun

Evaluasi : Ibu telah mengerti dan bersedia melakukan anjuran

4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan imunisasi BCG pada hari ini untuk

mencegah penyakit Tuberkulosis

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan imunisasi BCG pada bayinya hari ini

5. Melakukan pendokumentasian

Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan

114
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan

antara teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis

lakukan mulai dari ante natal care, intra natal care, bayi baru lahir, post

natal care, neonatus, dan pelayanan kontrasepsi pada Ibu I usia 24 tahun G3P2A0

HPHT 21-02-2019 dan tafsiran persalinan 28-11-2019

1. Asuhan kebidanan Antenatal

Pada pemeriksaan antenatal, penulis telah melakukan pemeriksaan dan

hasil wawancara penulis dan klien sebanyak 3 kali. Pada kehamilan ini klien telah

melakukan pemeriksaan kehamilan pada Trimester I sebanyak 2 kali kunjungan,

Trimester II sebanyak 2 kali kunjungan dan di Trimester III sebanyak 3 kali

kunjungan, Hal ini berdasarkan kebijakan yaitu wanita hamil sebaiknya

melakukan minimal 4 kali kunjungan antenatal selama kehamilan. Pada Trimester

I sebanyak 1 kali kunjungan, pada Trimester II sebanyak 1 kali kunjungan dan

Trimester III sebanyak 2 kali kunjungan. Kunjungan 32 minggu sampai lahir

dilakukan untuk mengenali kelainan letak dan presentasi, memantapkan rencana

persalinan dan mengenali tanda-tanda persalinan (Prawirohardjo, 2012).

Pada pemeriksaan antenatal ini, penulis dapat menggambarkan secara rinci

mengenai perubahan-perubahan yang dialami ibu selama kehamilan ini.

Adapun informasi yang di dapatkan yaitu klien dengan status gizi baik

dilihat dari penambahan berat badan klien selama hamil. Kenaikan berat badan

115
yang dialami Ny.I adalah 9 kg yaitu dari berat badan sebelum hamil 49 kg

menjadi 59 kg dan IMT Ny.I adalah 25,4. Hal tersebut berada dalam batas normal

yaitu bahwa kenaikan berat badan ibu hamil dalam batas normal adalah 0,5 kg

perminggu, seperti teori yang dikemukakan oleh The Institute of medicine (1990)

yang dikuti dalam buku karya Husin (2015) yang menyatakan bahwa kisaran

penambahan berat badan yang dianjurkan pada kehamilan tunggal berdasarkan

IMT pada kategori kurang (19,8) yaitu 12.5-18 kg.

Pada kunjungan awal dengan usia kehamilan 37 minggu Ny. I mengalami

anemia ringan dengan Hb 10,6 gr/dL. Hal ini disebabkan karena Ny.I jarang

mengkonsumsi sayur, obat tablet SF tidak teratur dikonsumsi, serta Ny.I

mengatakan sering bergadang menonton drama korea. Pada usia kehamilan 32

minggu menurut teori merupakan puncak terjadinya hemodelusi/pengenceran

darah. Pada kunjungan ulang I , Hb Ny.I sudah dalam batas normal yaitu 11,3

gr/dl. Ny.I mendengarkan serta melakukan yang apa telah dianjurkan seperti rutin

meminum tablet Fe (Hufabion 320 mg) dosis 2x1 dan banyak memakan sayuran

yang mengandung zat besi yaitu bayam, hati ayam, dan makanan yang berbahan

kedelai seperti tempe & tahu, buah-buahan seperti buah naga.

Palpasi abdomen dengan perasat leopold pada klien pada kunjungan (ANC) I

didapatkan hasil pada Leopold I tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan,

teraba bagian lunak, tidak bulat dan tidak melenting (bokong janin) di bagian

fundus. Leopold II teraba bagian keras, memanjang seperti papan (punggung

janin) di bagian sebelah kanan perut ibu dan teraba bagian-bagian kecil janin di

sebelah kiri perut ibu. Leopold III pada bagian bawah uterus (segmen bawah

rahim) teraba bagian keras, bulat dan melenting (kepala janin) dan tidak bisa

116
digoyangkan dan Leopold IV bagian terendah janin belum masuk PAP

(Konvergen).

Hal ini sesuai teori (Saifuddin 2014), yaitu Leopold I didapatkan pada

fundus teraba bagian lunak, tidak bulat dan tidak melenting (bokong janin). Pada

Leopold II di bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras, memanjang

seperti papan (punggung janin) dan teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah

kiri perut ibu. Pada leopold III didapatkan pada bagian bawah uterus (SBR)

teraba bagian keras, bulat dan melenting (kepala janin) dan tidak bisa

digoyangkan dan pada Leopold IV bagian terendah janin sudah masuk PAP

(Divergen). Pada kunjungan (ANC) II didapatkan hasil pada Leopold I tinggi

fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, teraba bagian lunak, tidak bulat dan

tidak melenting (bokong janin) di bagian fundus. Leopold II teraba bagian keras,

memanjang seperti papan (punggung janin)di bagian kanan perut ibu dan teraba

bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri perut ibu. Pada Leopold III didapatkan

pada bagian bawah uterus (SBR) teraba bagian keras, bulat dan melenting (kepala

janin) dan tidak bisa digoyangkan dan pada Leopold IV bagian terendah janin

belum masuk PAP (Konvergen).

Hal ini sesuai teori (Saifuddin 2014), yaitu Leopold I pada fundus teraba

bagian lunak, tidak bulat dan tidak melenting (bokong janin). Leopold II di bagian

sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras, memanjang seperti papan (punggung

janin) dan teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri perut ibu. Pada Leopold

III didapatkan pada bagian uterus (SBR) teraba bagian keras, bulat dan melenting

(kepala janin) dan sebagian masih bisa digoyangkan dan pada Leopold IV bagian

terendah janin belum masuk PAP (Konvergen).

117
Pada kunjungan (ANC) III didapatkan hasil pada Leopold I tinggi fundus

uteri sesuai dengan usia kehamilan, teraba bagian lunak, tidak bulat dan tidak

melenting (bokong janin) di bagian fundus. Leopold II teraba bagian keras,

memanjang seperti papan (punggung janin) di bagian sebelah kanan perut ibu dan

teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri perut ibu. Pada Leopold III

didapatkan pada bagian uterus (SBR) teraba bagian keras, bulat dan melenting dan

sebagian tidak dapat digoyangkan terhadap panggul dan pada Leopold IV bagian

terendah janin sudah masuk PAP (Divergen).

Hal ini sesuai dengan teori (Saifuddin 2014), yaitu Leopold I didapatkan

pada fundus teraba bagian lunak, tidak bulat dan tidak melenting (bokong janin).

Leopold II di bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras, memanjang

seperti papan (punggung janin) dan teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah

kiri perut ibu. Pada Leopold III didapatkan pada bagian uterus (SBR) teraba

bagian keras, bulat dan melenting (kepala janin) dan sebagian tidak dapat

digoyangkan terhadap panggul dan pada Leopold IV bagian terendah janin sudah

masuk PAP (Divergen).

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang

semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam

proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyaman yang

meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan

dan perawatan. Nyeri pinggang dan sakit dibagian simfisis merupakan salah satu

ketidaknyamanan pada kehamilan di Trimester III (Purwaningsih & Fatmawati,

2010). Hal inilah yang dirasakan oleh klien. Ibu I yaitu merasakan nyeri pada

pinggang dan sakit dibagian simfisis selama kehamilannya di Ttrimester III ini.

118
Penulis menjelaskan bahwa nyeri pinggang dan sakit dibagian simfisis merupakan

ketidaknyaman pada kehamilan Trimester III dan itu merupakan hal yang

fisiologis dan penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang

ketidaknyamanan pada kahamilan Trimester III dan tanda-tanda awal persalinan

2. Asuhan kebidanan intranatal

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Jannah,2015).

Teori ini sesuai dengan usia kehamilan Ibu I pada saat proses persalinan yaitu 38-

39 minggu.

Menurut Mochtar (2013) Tanda-tanda persalinan kala I adalah Kepala

turun masuk PAP, perut kelihatan lebih melebar dan TFU turun, sering BAK atau

sulit BAK karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin, perasaan nyeri

diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi uterus, serviks menjadi lembek,

mendatar, dan sekresi bertambah mungkin bercampur darah akibat robekan-

robekan kecil pada serviks, kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada

pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan. Teori ini sesuai

dengan keadaan kala I yang di alami Ibu I, yaitu keluar lendir dan darah dari jalan

lahir dan nyeri perut bagian bawah tembus ke pinggang sejak pukul 04.00 WITA.

Saat di periksa dalam pada pukul 04.30 WITA didapatkan hasil pembukaan 4 cm

porsio tebal lunak, tidak ada bagian-bagian terkecil janin disekitar bagian terendah

janin, tidak ada molase, presentasi kepala, ketuban utuh, hodge I dengan his 3 kali

119
dalam 10 menit lamanya 35 detik. Pada pukul 08:39 WITA pembukaan 6 cm

porsio tebal lunak,, tidak ada bagian-bagian terkecil janin disekitar bagian

terendah janin, tidak ada molase, presentasi kepala, hodge II dengan his 4 kali

dalam 10 menit lamanya 35 detik. Pada pukul 09.45 WITA dilakukan

pemeriksaan dalam hasil pembukaan 8 cm, penurunan hodge III,porsio teraba

tipis, tidak ada bagian-bagian terkecil disekitar bagian terendah janin,his 5x dalam

10 menit lamanya 45 detik. Ketuban pecah pada pukul 09.55 WITA warna jernih

kemudian dilakaukan pemeriksaan dalam pada pukul 10.05 WITA hasil

pembukaan 10 cm, penurunan kepala hodge III, tidak ada bagian-bagian terkecil

janin disekitar bagian terendah janin, his 5 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik.

Pada kala I ini berlangsung 35 menit. Menurut Manuaba (2010) proses

persalinan di pengaruhi oleh power (HIS), passanger (janin dan plasenta), passage

(jalan lahir). Proses kala I yang cepat ini dikarenakan HIS yang adekuat, tafsiran

berat badan janin yang tidak terlalu besar serta Ibu I yang pernah mengalami

persalinan pervaginam sebanyak dua kali. Selain itu faktor yang mempengaruhi

proses persalinan Ibu I berjalan dengan sangat cepat adalah karena pada saat

hamil Ibu I sering melakukan jalan-jalan di pagi hari.

Tanda dan gejala kala II persalinan adalah telah terjadi pembukaan

lengkap tampak bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa

ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perinium

terlihat menonjol, vulva dan spingter ani membuka, peningkatan penegluaran

lendir dan darah (Asrinah,2010). Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda persalinan

pada Ibu I yaitu pada pukul 10.05 WITA dilakukan pemeriksaan dalam

pembukaan 10 cm, kontraksi 4 kali dalam 10 menit durasi 50 detik dan intensitas

120
kuat, tampak pengeluaran lendir darah, klien merasa ingin meneran saat ada

kontraksi serta klien merasakan ada perasaan ingin BAB. Pada pukul 10.20 WITA

bayi Ibu I lahir. Manajemen aktif kala III sesuai dengan teori dimulai saat setelah

bayi lahir dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Tanda-tanda

pelepasan plasenta; terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali

pusat memanjang atau menjulur keluar melalui vagina dan vulva, adanya

semburan darah secara tiba-tiba, kala III berlangsung tidak lebih dari 30 menit

(Asrinah,2010) Plasenta lahir jam 10.30.

Penulis melakukan manajemen aktif kala III yang terdiri dari langkah

utama pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama bayi baru lahir,

melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri. Kala III Ibu I

berlangsung dengan baik dan normal tanpa adanya penyulit. Lama kala III

berlangsung sekitar 15 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri sesuai teori

(Rukiyah,2010). Pada kala III ini terdapat robekan dengan derajat1.

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah proses tersebut (Reni Saswita, 2011). Pemantauan kala IV dimaksudkan

untuk observasi perdarahan postpartum karena kasus perdarahan paling sering

terjadi pada dua jam pertama setelah melahirkan, hal penting yang perlu

diobservasi adalah tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, kandung

kemih, dan perdarahan (Tando, Marie Naomy. 2013). Hasil pemantauan kala IV

Ibu I masih dalam batas normal dengan jumlah perdarahan ±90 ml dan tidak ada

perdarahan postpartum. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

121
Dapat disimpulkan bahwa proses persalinan Ibu I dari kala I sampai

dengan kala IV berjalan dengan baik dan normal tanpa adanya penyulit.

3. Asuhan kebidanan bayi baru lahir

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000

gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, gerak aktif, kulit

kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementrian

Kesehatan RI,2010). Teori ini sesuai dengan bayi Ibu I yang lahir saat usia

kehamilan 39 minggu 2 hari dan berat saat lahir adalah 2.950 gram. Tafsiran

berat badan janin adalah 3100 gram sedangkan berat bayi lahir adalah 2.950 gram,

Kesenjangan ini sesuai dengan teori Mochtar (2011) bahwa tafsiran berat badan

janin di pengaruhi oleh volume cairan ketuban, obesitas ibu, dan kelainan rahim.

Bayi lahir pukul 10.20 WITA. Pada saat lahir penulis segera melakukan penilaian

selintas dan apgar score pada bayi Ibu I. Didapatkan hasil apgar score bayi Ibu I

adalah 8/9, penilaian ini masih dalam batas normal karena nilai untuk asfiksia

ringan adalah 7-9 (Dewi, 2011).

Pemeriksaan, pengawasan, dan penanganan Bayi Baru Lahir Ibu I

sesuai dengan teori yaitu melakukan resusitasi bayi baru lahir, pengikatan dan

pemotongan tali pusat, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, profilaksis

mata, pemberian injeksi vitamin K, pengukuran anthopometri bayi baru lahir dan

menjaga suhu tubuh bayi (Anastasia, Ajeng 2013).

Segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1

jam. IMD adalah permulaan kegiatan menyusu dalam 1 jam pertama setelah bayi

lahir. IMD juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah

lahir dengan usaha sendiri denga kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi

122
melakukan inisisai menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau

merangkak mencari payudara (Maryunani,2012).

Setelah satu jam dilakukan IMD, bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik

dan segera diberi injeksi vitamin K (1 mg) pada paha kiri anterolateral dan bayi

diberikan salep mata oxytetrasiklin 1 % pada mata kanan dan kiri. Pada

pemeriksaan fisik bayi baru lahir Ibu M tidak ditemukan adanya kelainan.

4. Asuhan kebidanan postnatal

Masa nifas (Puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa

nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu (Prawirohardjo, 2010). Dalam masa

nifas terdapat 3 kali kunjungan, yaitu kunjungan I (6 jam – 3 hari setelah

persalinan). Kunjungan II (4-28 hari setelah persalinan) dan kunjungan III (29-42

hari setelah persalinan) (Kemenkes, 2010)

Dalam masa nifas ini Penulis telah melakukan kunjungan nifas pada Ibu I

sebanyak 3 kali kunjungan, yaitu kunjungan I (6 jam setelah persalinan),

kunjungan II (3 hari setelah persalinan) dan kunjungan III (14 hari persalinan).

Hal ini sesuai dengan kunjungan nifas untuk melakukan pemantauan dan

pengawasan setelah persalinan. Pada kunjungan nifas I (6 jam setelah persalinan)

penulis melakukan observasi perdarahan pasca persalinan, tekanan darah, nadi,

suhu tubuh, pernafasan dalam batas normal dan pemeriksaan head to toe Ibu I

dalam batas normal. Penulis juga memberikan penyuluhan (KIE) tentang

perawatan payudara, cara menyusui yang benar, nutrisi ibu menyusui dan

perawatan ibu nifas.

123
Pada pemeriksaan 6 jam setelah persalinan, lochea Ibu I berwarna merah.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Rukiyah,dkk (2010) lochea rubra berwarna

merah karena mengandung darah. Ini adalah lochea pertama yang mulai keluar

segera setelah kelahiran dan terus berlanjut selama 1-2 hari pertama post partum.

Setelah persalinan, Ibu I menyusui bayinya. ASI Ibu I sudah keluar setelah

persalinan. Menurut Sulistyowati (2009) setelah persalinan terjadi penurunan

kadar estrogen dan progesteron akibat lepasnya plasenta sehingga aktivitas

prolaktin yang sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam

menghasilkan ASI.

Tujuan kunjungan II (3 hari setelah persalinan) yaitu untuk memastikan

involusi uterus, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, tidak ada perdarahan, menilai

adanya tanda-tanda infeksi masa nifas, memastikan ibu mendapatkan nutrisi yang

baik, memantau pola istirahat ibu, memastikan ibu menyusui dengan baik dan

benar, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

(Prawirohardjo, 2010). Teori ini sesuai dengan yang penulis lakukan terhadap Ibu

I. Dari hasil pemeriksaan, kontraksi uterus Ibu I baik, tinggi fundus uteri 2 jari di

atas symfisis, hal ini sesuai dengan teori menurut Sulistyowati (2009) bahwa

tinggi fundus uteri pada 1 minggu setelah persalinan adalah 2 jari di atas simfisis.

Involusi uterus ini dikarenakan pemberian ASI segera setelah bayi lahir yang

merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara sehingga

uterus dapat berkontraksi dengan baik. Teori ini sesuai dengan kenyataan bahwa

setelah bayi lahir, Ibu I langsung memberikan ASI kepada bayinya.

124
Pada hasil pemeriksaan di kunjungan II ini juga tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi masa nifas. Tekanan darah, nadi, pernafasan serta suhu tubuh

dan pemeriksaan head to toe Ibu I dalam batas normal.

Nutrisi Ibu I terpenuhi dengan baik karena ibu I menambah komposisi

makanannya, hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2010) bahwa intake

nutrisi ibu pasca persalinan harus ditingkatkan 10-20% selama masa menyusui.

Ibu I mengkonsumsi sayuran hijau, tempe,tahu, telur, dan ikan. Nutrisi yang

dikonsumsi Ibu I sesuai dengan teori Godham (2011) yaitu makanan yang

mengandung protein sangat baik untuk menggantikan sel-sel yang rusak setelah

melahirkan (Zat pembangun). Pada pemeriksaan genetalia Ibu I pengeluaran

lochea berwarna merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan teori bahawa lochea

sanguinolenta sekitar hari ke 3-7 setelah persalinan, lochea sanguinolenta

berwarna merah kuning berisi darah lendir (Rukiyah,dkk,2010). Penulis

memberikan penyuluhan (KIE) tentang perawatan ibu nifas, nutrisi ibu nifas dan

tanda bahaya ibu nifas.

Kunjungan III 17 hari (2 minggu) ini memiliki tujuan yang sama dengan

kunjungan II ditambah dengan konseling tentang persiapan kontrasepsi yang akan

digunakan setelah berakhirnya masa nifas (Prawirohardjo, 2010). Pada hasil

pemeriksaan, TFU sudah tidak teraba. Hal ini sesuai dengan teori Maryunani,

Anik. (2015) bahwa tinggi fundus uteri pada 2 minggu setelah persalinan tidak

teraba (kembali seperti semula).

Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi masa nifas.

tekanan darah, nadi, pernafasan serta suhu tubuh dan head to toe Ibu I dalam

batas normal. Pada genitalia pengeluaran lochea berwarna putih krem. Sesuai

125
dengan teori bahawa lochea alba berhenti sekitar hari ke 2-6 minggu setelah

persalinan, lochea alba berwarna putih. Lochea alba mengandung leukosit, selaput

lendir servik dan selaput jaringan yang mati (Rukiyah,dkk,2010). Penulis

memberikan penyuluhan (KIE) tentang perawatan masa nifas, seksualitas pasca

persalinan, senam nifas dan konseling kontrasepsi jangka panjang.

Dari kunjungan I sampai dengan kunjungan III setelah persalinan Ibu I

dapat menerima perannya sebagai ibu, hal ini terlihat dari keseharian Ibu I yang

mengurus kebutuhan bayinya dengan penuh kasih sayang. Ini menunjukkan

kesesuaian dengan teori menurut Walyani & Purwoastuti (2015) bahwa periode

letting go adalah periode dimana ibu mulai mengambil tanggung jawab terhadap

perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi.

126
BAB VI

PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ibu I mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,

neonatus dan pelayanan kontrasepsi di Puskesmas Sebengkok maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pentingnya melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

sebagai deteksi dini untuk mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat terjadi

selama kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan

kontrasepsi.

1) Asuhan kebidanan antenatal care pada Ibu I telah dilaksanakan sesuai teori

dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney’s. Masa hamil klien berjalan dengan normal, meskipun pada usia

kehamilan klien 37 minggu mengalami anemia sedang namun penulis sering

menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet fe penulis juga menganjurkan

untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi dan meminum

sari kurma sehingga pada usia kehamilan klien 39 minggu hb klien sudah

mencapai angka normal bagi ibu hamil, klien melakukan pemeriksaan kehamilan

secara rutin. Penambahan berat badan ibu selama hamil pun telah memenuhi

standarisasi ibu hamil fisiologis.

2) Asuhan kebidanan intranatal care pada Ibu I telah dilaksanakan sesuai teori

dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney’s. Tidak ada penyulit selama proses persalinan Ibu I. Hal ini disebabkan

127
karena fisik dan psikis Ibu I telah dipersiapkan dengan baik sebelum persalinan

dan asuhan kebidanan yang dilakukan saat proses persalinan menggunakan 60

langkah asuhan persalinan normal.

3) Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ibu I telah dilaksanakan sesuai teori

dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney’s. Bayi Ibu I lahir sehat secara spontan tanpa kelainan konginental dengan

berat badan dan panjang badan yang normal dan sesegera mungkin dilakukan

IMD. Bayi pun telah diberikan Vitamin K1 dan obat tetes mata setelah lahir dan

bayi tidak dalam keadaan kegawatan ataupun tanda-tanda sakit berat.

4) Asuhan kebidanan postnatal care pada Ibu I telah dilaksanakan sesuai teori

dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney’s. Pada masa nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi yang ditandai

dengan tidak ada keluar lochea yang berlebihan dan tidak berbau. Ibu I telah

melakukan mobilisasi setelah melahirkan dengan cepat, yakni dengan miring

kanan, miring kiri, bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi sendiri.

5) Asuhan kebidanan neonatus pada Ibu I telah dilaksanakan sesuai teori

dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney’s. Neonatus Ibu I mengalami kenaikan berat badan pada dua minggu

setelah kelahiran, dari 2.950 gram menjadi 3.100 gram. Asupan nutrisi yang

diterima neonatus tercukupi. Neonatus Ibu I juga tidak memiliki kelainan dan

tidak memiliki tanda-tanda infeksi.

2. Saran

Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk

melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai standar profesi kebidanan dan

128
dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang didapat

diperkuliahan dengan praktik dan yang nyata dilahan serta dapat mengaplikasikan

teori yang di dapat dengan perkembangan ilmu kebidanan yang terbaru.

Untuk bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat

memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan

mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan hingga pelayanan

kontrasepsi.

Agar Institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa

menerapkan pengetahuan yang telah di dapat dengan mempraktekkan dan

menerapkannya pada pasien atau klien secara langsung.

Agar ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin sehingga

ibu hamil dapat menambah informasi seputar kehamilannya, mengetahui tanda

bahaya kehamilan dan dapat dideteksi dan mencegah terjadinya komplikasi,

kemudian suami dan keluarga dapat memberi dukungan dan semangat kepada ibu

sehingga ibu dapat menjalani kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru

lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi dengan baik dan aman.

129
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN & Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca
Persalinan di Fasilitas Kesehatan BKKBN dan Kemenkes R.I. Jakarta: YBP-SP
Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrsepsi. 2011. Jakarta:EGC
Dinas Kesehatan RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
Doenges. (2011). Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta : Deepublish
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayati. (2015). Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta : Deepublish
JNPK-KR. (2010). Asuhan Persalinan Normal . J a k a r t a : J a r i n g a n
N a s i o n a l Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi, Perkumpulan Obstetri
GinekologiIndonesia (JNPK-KR/POGI), dan JHPIEGO Corporation.
Kenzie, Gomez. (2010). Buku Saku Asuhan Neonatus dan Bayi. Jakarta : EGC
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kosim, M Sholeh dkk. (2012). Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Manuaba, Ida A.C, Manuaba Ida B.G.F, Manuaba Ida B.G. (2010). Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida A.C, Manuaba Ida B.G.F, Manuaba Ida B.G. (2010). Buku Ajar
Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan/Penulis. Jakarta : EGC
Marmi, Rahardjo Kukuh. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mochtar, Rustam. (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Muslihatun,W N. (2010). Buku Saku Asuhan Neonatus dan Bayi. Jakarta : sEGC
Pratami. (2014). Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC.
Prawirohadjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sinclair, Constance. (2010). Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC.
Sitiavana, 2012. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Yogyakarta : Andi
130
Offset.
Saifudin. (2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo
Sugiyono. 2013. Studi Kasus:Desain Dan Metode. Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada
Susanto, Bob. 2016. Studi Kasus:Desain Dan Metode. Jakarta:PT.Rajagrafindo
Persada
Syah, Hidayat. 2013. Studi Kasus:Desain Dan Metode. Jakarta:PT.Rajagrafindo
Persada
Muslihatun,W N. (2010). Buku Saku Asuhan Neonatus dan Bayi. Jakarta : EGC
Pratami. (2014). Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC.
Prawirohadjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

131
L
A
M
P
I
R
A
N

132
RIWAYAT HIDUP

Nama : Julewi
Tempat, Tanggal lahir : Pimping, 28 Juli 1998
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Melati rt 04/rw 02 Desa Pimping,
Kab. Bulungan, Tanjung palas utara.
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 001 Desa Pimping
2. SMP Negeri 03 Desa Pimping
3. SMA Negeri 1 Tanjung palas utara

133

Anda mungkin juga menyukai