Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi
ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya.
Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan usia subur di
dunia.Infertilitas lebih banyak dialami oleh wanita yaitu 12,5%
dibandingkan pria yaitu 10,1%. Seorang wanita dikatakan infertil apabila
tidak mampu memperoleh kehamilan setelah melakukan hubungan seksual
secara aktif dan teratur (2-3 kali seminggu) selama 1 tahun atau lebih,
tanpa menggunakan alat kontrasep siapapun.
Dampak infertilitas pada wanita cukup mengkhawatirkan yaitu
dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti perasaan sedih, kecewa,
cemas, rendah diri, kesal, kesepian, dan rasa bersalah karena tidak mampu
memberikan anak. Kondisi ini mengakibatkan aktivitas seksual menjadi
terganggu.Infertilitas juga menyebabkan terjadinya perceraian. Selain itu,
biaya pengobatan infertilitas yang tergolong mahal dapat mengganggu
perekonomian keluarga.
Berdasarkan data National Survey of Family Growth yang
dilakukan di 190 negara, prevalensi infertilitas pada wanita usia subur
menunjukkan angka yang fluktuatif, pada tahun 1982 sebesar 11%, tahun
2002 sebesar 15%, dan tahun 2010 sebesar 12%. Prevalensi infertilitas
pada wanita usia subur di Indonesia diperkirakan sekitar 6,08%, (9) paling
banyak terjadi pada umur 20-24 tahun. Tidak ada data mengenai jumlah
pasangan infertil di Provinsi Jawa Tengah, namun berdasarkan survei
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa
Tengah tahun 2008, prevalensi pasangan usia subur yang tidak memiliki
anak sebesar 77,91%. Di Kota Semarang, prevalensi pasangan usia subur
yang tidak memiliki anak sebesar 66%.

1
Penyebab infertilitas lebih banyak berasal dari wanita yaitu sekitar
37%, sedangkan penyebab dari pria sekitar 8%, dan kombinasi keduanya
sekitar 35%.Beberapa faktor risiko penyebab infertilitas pada wanita yaitu
umur, status gizi, usia menarche, siklus menstruasi dan penyakit penyerta.
Umur berpengaruh terhadap infertilitas karena dengan bertambahnya
umur, fungsi organ reproduksi semakin menurun yang berdampak
terhadap penurunan kesuburan sehingga kemungkinan terjadinya
kehamilan menjadi lebih rendah. Studi di Kabupaten Lampung Tengah
tahun 2015 menunjukkan bahwa umur memiliki risiko 8,03 kali terhadap
kejadian infertilitas. Penyakit penyerta pada organ reproduksi juga
berpengaruh terhadap infertilitas. Studi di Klinik Fertilitas Palembang
tahun 2014 menunjukkan bahwa penyakit penyerta yang sering ditemui
pada wanita infertil adalah masalah uterus (rahim) 33%, endometriosis
25,6%, tidak diketahui 10,6%, masalah vagina 9,6%, masalah saluran tuba
8,6%, masalah ovarium (indung telur) 8,6%, hormonal 2%, dan penyakit
sistemik 2%.Studi lain di Rumah Sakit Margono Soekardjo Palembang
tahun 2015 menunjukkan bahwa vaginitis dan kista ovarium berhubungan
dengan infertilitas. Kelainan pada organ reproduksi berisiko 4,059 kali
terhadap kejadian infertilitas.
Faktor risiko lain yang mempengaruhi infertilitas adalah status
gizi. Gizi yang tidak optimal menyebabkan gangguan pada sistem
reproduksi. Kelebihan gizi (obesitas) menyebabkan kadar hormon estrogen
meningkat sehingga mengganggu keseimbangan hormon reproduksi yang
nantinya dapat menyebabkan gangguan ovulasi. Studi di Desa Wonosari
Tanjung Morawa tahun 2014 menunjukkan bahwa obesitas memiliki risiko
3,102 kali terhadap kejadian infertilitas.Status gizi juga mempengaruhi
usia menarche dan siklus menstruasi wanita akibat gangguan hormon
reproduksi yang berperan dalam menstruasi. Studi di Yunani tahun 2009
menunjukkan bahwa gangguan pada siklus menstruasi menyumbang 20%
dari seluruh kejadian infertilitas pada wanita.Studi mengenai hubungan
antara usia menarche dengan kejadian infertilitas belum ada, namun studi

2
di Surakarta tahun 2014 menunjukkan bahwa usia menarche < 12 tahun
atau 14 tahun berhubungan dengan kejadian endometriosis, yang memiliki
risiko 8,08 kali untuk terjadi infertilitas. Studi lain di Amerika Serikat
tahun 2007 menunjukkan bahwa kejadian endometriosis menyumbang
sebesar 15% dari total keseluruhan kasus infertilitas.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, sebagai
berikut :
1. Mampu melaksanakan pengumpulan data dasar
2. Mampu melakukan pemeriksaan dan dijadikan data objektif
3. Mampu menegakkan diagnosa
4. Mampu melaksanakan asuhan kebutuhan pada wanita dengan masalah
kesehatan reproduksi
C. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mendapatkan
pengalaman tentang asuhan kebidanan kesehatan reproduksi.
2. Bagi Masyarakat
Untuk masyarakat Desa Blaru dapat menambah wawasan dan juga
untuk memotivasi pada keluarga yang pasangan infertilitas
3. Bagi institusi
Hasil ini diharapkan dapat dijadikan media informasi dan studi
pustaka tambahan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati
yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi selanjutnya berkaitan dengan
infertile.
4. Bagi Ibu
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi tentang
infertile.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infertilitas

1. Pengertian

Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1


tahun atau lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan
hubungan seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian
kontrasepsi.Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan
berusia 35 tahun atau lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1
tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi pasien dengan masalah
infertilitas untuk datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan
dasar. Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk
memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan
setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa memakai
metode pencegahan selama 12 bulan. Pasangan suami-istri dianggap
fertil untuk bisa memiliki anak apabila suami memiliki sistem dan
fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan
menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ
reproduksi istri dan istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang
sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau
ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang
dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi
berusia cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan
tersebut apabila tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan
tersebut tidak akan mampu memiliki anak atau infertil.
WHO memberi batasan :

4
a. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang
telah berkeluarga meskipun hubungan seksual dilakukan secara
teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling
kurang 12 bulan.

b. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah


berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita
yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur
tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.

2. Klasifikasi Infertilitas
Menurut pembagiannya, infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai
infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
a. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan
belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun.
b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki
anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
3. PenyebabInfertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
a. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah
umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin
sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi
wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk
hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase
menopause.

5
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat
bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya
(disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder,
yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat
kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita
terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah
fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55
tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur.
Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita
mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel
telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400
kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai
terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang
dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis
sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
b. Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari
50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat.
Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ
reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.
c. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol  yang
mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.
d. Lingkungan

6
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik
yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya:
obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan
alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.
e. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual
meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa
subur.
f. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut
masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah
dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali
seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma
dalam jumlah cukup dan matang.
g. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang
berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu,
terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya
penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya
akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita.
Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu
gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan
infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi
pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan,
setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10
menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma
bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
h. Masa Subur

7
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat
berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru,
karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal
yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan
karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam
setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu
sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam.
Masa tersebut disebut masa subur.
4. Cara menentukankesuburan
a. Menentukan Kesuburan Pria
Sperma merupakan cairan yang tersusun dari berbagai
produk organ-organ pada sistem reproduksi pria. Secara lebih rinci,
komposisi di dalamnya antara lain: 1) spermatozoa, 2) cairan yang
diproduksi oleh kelenjar-kelenjar tambahan yang mengandung
nutrisi dan pelindung spermatozoa serta pelumas. Berdasarkan
komposisi tersebut, analisis sperma mampu menghasilkan data
yang akurat dan dapat dijadikan analisis kesuburan seorang pria.
Sebagai contoh, dapat digambarkan hal-hal sebagai berikut
1) Apabila sperma memiliki volume, warna, dan kekentalan yang
normal, tetapi spermatozoa tidak ditemukan sama sekali,
jumlahnya kurang dari jumlah normal, memiliki bentuk yang
tidak lazim, atau belum mencapai kematangan, hal tersebut
merupakan indikasi bahwa terdapat gangguan pada testis.
2) Apabila sperma mengandung spermatozoa dalam jumlah dan
bentuk yang normal, tetapi memiliki volume, warna serta
kekentalan yang tidak normal, hal tersebut merupakan indikasi
adanya gangguan pada kelenjar-kelenjar tambahan. Gangguan
pada kelenjar tambahan juga dapat diindikasikan dengan
banyak ditemukannya spermatozoa yang mati. Hal tersebut

8
secara logis berhubungan dengan fungsi cairan yang dihasilkan
kelenjar tambahan sebagai nutrisi dan pelindung spermatozoa.
3) Apabila saat ejakulasi sperma tidak dikeluarkan sama sekali,
hal tersebut mengindikasikan kemungkinan terjadinya
gangguan multifaktorial, antara lain gangguan pada saluran
keluar sperma yang disertai gangguan pada testis maupun
kelenjar-kelenjar tambahan. Sumbatan (obstruksi) atau tidak
terdapatnya saluran sperma tertentu merupakan akibat dari
kelainan sejak lahir (Kongenital) juga memiliki kemungkinan
untuk menjadi penyebab tidak dikeluarkannya sperma sama
sekali.
Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, analisis sperma dapat
menjadi sebuah tes kesuburan yang dapat diandalkan untuk
menemukan gangguan pada sistem reproduksi pria yang pada
akhirnya mengakibatkan infertilitas (Permadi,2008).
1) Normozoozpermia : karakteristik normal
2) Ologozoospermia : konsentrasi spermatozoa kurang dari 20
juta per ml
3) Asthenozoospermia : jumlah sperma yang masih hidup dan
bergerak secara aktif, dalam waktu 1 jam setelah ajakulasi,
kurang dari 50%
4) Teratozoospermia : jumlah sperma dengan morfologi normal
kurang dari 30%
5) Oligoasthenoteraatozoospermia : kelainan campuran dari 3
variabel yang telah disebutkan sebelumnya
6) Azoospermia : tidak adanya spermatozoa dalam sperma
7) Aspermia : sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperm
b. Menguji Kesuburan Seorang Wanita
Sistem reproduksi wanita dapat dibagi berdasarkan fungsi
utama dari tiap organ yang menyusunnya. Fungsi utama tersebut
antara lain (Permadi,2008)

9
1) Produksi dan pematangan sel telur di ovarium
2) Penghantaran sel telur yang telah matang ke tempat terjadinya
pembuahan (ampulla tuba) dan zigot yang dihasilkan ke rahim
3) Implantasi zigot dan perkembangan embrio hingga menjadi
bayi dalam rahim
Dengan memahami hal tersebut, prinsip pemeriksaan
kesuburan yang dapat dilakukan adalah dengann memeriksa baik
tidaknya fungsi utama organ-organ reproduksi dijalankan. Dengan
demikian, prinsip-prinsip utama pemeriksaan kesuburan wanita
adalah (Permadi,2008)
1) Memeriksa apakah ovarium mampu menghasilkan sel telur
matang dan melepaskannya saat ovulasi
2) Memeriksa ada tidaknya sumbatan dalam tuba
3) Memeriksa ada tidaknya kelainan dalam rahim yang mampu
menghambat terjadinya implantasi dan perkembangan janin
Obat-obat Infertilitas Pria adalah dengan terapi dan
menggunakan obat-obat lain yang juga sering diberikan dokter
sebagai obat pendukung dalam meningkatkan kesuburan adalah
vitamin dan antibiotic. Pada umumnya, vitamin yang diberikan
dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek
antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup sel-sel tubuh, termasuk kerja sel yang berkaitan dengan
produksi dan perkembangan spermatozoa hingga matang
(Permadi,2008).
Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti
mengalami infeksi pada organ ataupun saluran reproduksinya.
Antibiotik hanya diberikan atas instruksi dokter dan digunakan
sesuai dengan petunjuk penggunanya (Permadi,2008).
Akibat dari pemakaian antibiotik yang tidak sesuai dengan
aturan pakai adalah kuman penyebab infeksi yang menjadi kebal
terhadap antibiotik tersebut. Dengan demikian, hal tersebut justru

10
menyebabkan bertambah parahnya kondisi sakit yang ada
(Permadi,2008).

5. Epidemiologi Infertilitas
Prevalensi pasangan infertil di dunia diperkirakan satu dari tujuh
pasangan bermasalah dalam hal kehamilan. Survei kesehatan rumah
tangga di Indonesia tahun 2000, diperkirakan ada kurang lebih 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) infertil. Pasangan infertil telah meningkat
mencapai 15-20% dari sekitar 50 juta. Infertilitas sebanyak 40%
disebabkan oleh wanita, 20% oleh pria dan 40% lainnya di sebabkan
oleh faktor pria dan wanita. Prevalensi kejadian infertilitas perempuan
di Indonesia sebanyak infertil primer 15% pada usia 30-34 tahun,
meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.

6. Etiologi Infertilitas
a. Etiologi Infertilitas Pada wanita
Penyebab infertilitas pada wanita sebagai berikut :
1) Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau
ovarium yang menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan
endometrium uterus untuk berproliferasi sekresi, sekresi vagina
dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma, kegagalan
gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
2) Obstruksi
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga
dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
oleh kelainan kongenital, penyakit radang pelvis yang umum,
contohnya apendisitis dan peritonitis, dan infeksi tractus
genitalis, contohnya gonore.
3) Faktor lokal

11
Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita
adalah fibroid uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi
cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak
sperma, kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang
menghalangi pertemuan sperma dan ovum, mioma uteri oleh
karena menyebabkan tekanan pada tuba, distrorsi, atau elongasi
kavum uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang
bertangkai.
b. Etiologi Infertilitas Pada Pria
Penyebab infertilitas pada pria adalah sebagai berikut
1) Gangguan Spermatogenesis
Analisis sperma dapat mengungkapkan jumlah spermatozoa
normal atau tidak. Pengambilan spesimen segar dengan cara
masturbasi di laboratorium. Standar untuk spesimen semen
normal telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tabel 2.1 Analisis Semen Normal
Volume >2ml

Konsentrasi sperma >20 juta per ml

Konsentrasi sperma total >40 juta

Motilitas >50% gerakan ke depan

Morfologi >50% dengan morfologi normal

2) Obstruksi
Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab
infertil pada pria. Obstruksi dapat terjadi pada duktus atau
tubulus yang di sebabkan karena konginetal dan penyakit
peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai
membran basalais atau dinding otot tubulus seminiferus

12
misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gonokokus. Obstruksi
juga dapat terjadi pada vas deferens .
3) Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi
Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidak mampuan
koitus dan ejakulasi, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi
penis seperti priapismus atau penyakit peyronie.Faktor-faktor
psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi dan kebiasaan pria
alkoholisme kronik.
4) Faktor Sederhana
Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi
dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim
tropis dapat menyebabkan keadaan luar panas yang tidak
menguntungkan untuk produksi sperma sehat.

7. Faktor Risiko Infertil


a. Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita
1) Gangguan ovulasi
Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertil
adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak
akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita
yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak
teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
2) Sindrom Ovarium Polikistik
Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan
gejala yang diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin.
Kelainan ini banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi.
Gejala tersering yang ditimbulkannya antara lain infertilitas
karena siklus yang anovulatoar, oligo sampai amenore,
obesitas dan hirsutisme. Sindrom ovarium polikistik ini
menimbulkan perubahan hormonal-biokimia seperti

13
peningkatan luteinising hormone (LH) serum, rasio LH/FSH
(follicle stimulating hormone) yang meningkat, adanya
resistensi insulin dan peningkatan androgen plasma. Sindrom
ovarium polikistik menyebabkan 5-10% wanita usia reproduksi
menjadi infertil.
3) Masalah Tuba
Peranan faktor tuba paling sering ditemukan dalam
infertilitas pada wanita yaitu sekitar 25-50%. Oleh karena itu,
penilaian potensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan
terpenting dalam pengelolaan infertilitas.
4) Masalah Uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba falopii sekitar 5
menit setelah inseminasi. Gerakan spermatozoa untuk masuk
ke dalam uterus tidak hanya di lakukan sendiri. Kontraksi
vagina dan uterus mempengaruhi dalam transportasi
spermatozoa. Kontraksi yang terjadi karena pengaruh
prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus
berkontraksi secara ritmik. Prostaglandin berpengaruh dalam
transport spermatozoa ke dalam uterus dan melewati
penyempitan batas uterus dengan tuba.
Uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir
fase proliferasi dan permulaan fase sekresi, sehingga apabila
prostaglandin kurang dalam mani dapat menyebabkan masalah
infertilitas.Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh
malformasi uterus yang menggangu pertumbuhan fetus (janin).
Mioma uteri dan adhesi uterus menyebabkan terjadinya
gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus sehingga
akhirnya terjadi abortus berulang.
5) Peningkatan Usia
Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan
usia. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan

14
pertambahan usia pada wanita. Wanita dengan rentan usia 19-
26 tahun memiliki kesempatan untuk hamil dua kali lebih besar
daripada wanita dengan rentan usia 35-39 tahun.
Bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, fase folikuler
semakin pendek, kadar LH dan durasi fase luteal tidak berubah,
siklus menstruasi mengalami penurunan. Jumlah sisa folikel
ovarium terus menurun dengan bertambahnya usia, semakin
cepat setelah usia 38 tahun dan folikel menjadi kurang peka
terhadap stimulasi gonadotropin sehingga terjadi penurunan
kesuburan wanita dengan meningkatnya usia.
6) Berat Badan
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas, salah
satunya adalah badan yang terlalu kurus atau badan yang
terlalu gemuk.
7) Stress
Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara
otak, hipofisis, dan ovarium.17Stress dapat memicu
pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan
hormon reproduksi. Stress mempengaruhi maturisasi
pematangan sel telur pada ovarium. Saat stress terjadi
perubahan suatu neurokimia di dalam tubuh yang dapat
mengubah maturasi dan pengelepasan sel telur. Contohnya, di
saat wanita dalam keadaan stress, spasme dapat terjadi pada
tuba falopi dan uterus, dimana hal itu dapat mempengaruhi
pergerakan dan implantasi pada sel telur yang sudah matang.
8) Infeksi Organ Reproduksi
Rongga perut pada wanita diperantarai organ reproduksi
wanita yang langsung berhubungan dengan dunia luar. Infeksi
rongga perut jarang terjadi disebabkan karena sifat baktericide
dari vagina yang mempunyai pH rendah dan lendir yang kental
pada canalis cervikalis yang menghalangi masuknya kuman.

15
Infeksi organ reproduksi sering terjadi di negara tropis karena
hygine kurang, perawatan persalinan dan abortus belum
sempurna. Infeksi organ reproduksi dapat menurunkan
fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan kehidupan sex.
Infeksi apabila terjadi pada vagina akan menyebabkan kadar
keasamaan dalam vagina meningkat, sehingga menyebabkan
sperma mati sebelum sempat membuahi sel telur.
Infeksi organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua
pembagian yaitu infeksi rendah dari vulva, vagina sampai
servik dan infeksi tinggidari uterus, tuba, ovarium,
parametrium, peritonium, bisa disebut pelvic inflammatory
disease (PID). Infeksi rendah dan tinggi sangat besar
pengaruhnya pada kesehatan karena dapat menimbulkan
infertilitas. Infeksi organ reproduksi wanita bisa didiagnosis
dengan gejala fisik/ manifestasi klinis yang timbul dan
dikeluhkan oleh penderita, Manifestasi klinis infeksi organ
reproduksi pada wanita dapat dilihat dengan discharge vagina.
Tabel 2.2 Discharge vagina

Tanpa Infeksi Haemophilu Infeksi Infeksi


infeksi jamur s vaginalis trikomonas flora
campuran
Jumlah Normal Normal/ Meningkat Meningkat Meningkat
discharge meningkat
Warna Putih/bening Putih Putih, Hijau Kekuningan
discharge keabu-abuan kekuningan dan purulen
dengan
gelembung
Sifat Seperti krim Kental Sangat Berbusa Purulen
Khas dengan banyak atau lengket
discharge plak
Bau Tidak ada Tidak ada Sering Agak Sangat

16
sangat menusuk menusuk
menusuk
Gejala Tidak ada Pruritus Tidak ada Nyeri dan Nyeri dan
yang kadang prritus
nyata pruritus
9) Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual mempengaruhi fertilitas pada
wanita. Penyakit menular seksual yang paling sering dialami
wanita adalah herpes kelamin, gonorrhoea, sifilis, klamidia,
kutil alat kelamin, dan HIV/AIDS. Penyakit menular seksual
mudah dicegah dengan pasangan suami istri tersebut hanya
punya satu pasangan seksual.
b. Faktor Risiko Infertilitas Pada Pria
Faktor risiko infertil pada pria yaitu gangguan pada
spermatogenesis, mengakibatkan sel sperma dihasilkan sedikit atau
tidak sama sekali, gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel
telur dan membuahinya, umur, peminum alkohol,penguna narkoba,
merokok dan paparan radiasi.

8. Diagnosis Infertil Pada Wanita


Diagnosis infertil dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan
identitas pasangan suami istri meliputi umur, pekerjaan, lama
menikah dan evaluasi dari pasien wanita mengenai ketidakteraturan
siklus haid, dismenorea, infeksi organ reproduksi yang pernah
dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat sanggama, frekuensi
sanggama, dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum, abortus,
kehamilan ektopik, kehamilan terakhir, konstrasepsi yang pernah
digunakan, pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya,
riwayat penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid),
pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.

17
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertil
adalah :
1) Vital Sign
Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi,
respiratory rate, suhu badan.
2) Penghitungan BMI
Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI))
dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m2), kisaran normal
BMI adalah 20-25 kg/m2. Wanita dengan tampilan overweight
atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau
bahkan sindroma metabolik. Wanita dengan siklus menstruasi
yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja
berhubungan dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik.
3) Pemeriksaan gangguan endokrin
Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan
petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah
endokrin. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal
sebaiknya diamati. Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
mencari penyebab dari gangguan endokrin seperti jerawat,
hirsutisme, kebotakan, acanthosis nigrican, virilisasi, gangguan
lapang pandang, gondok, dan adanya ciri penyakit tiroid.
4) Pemeriksaan pelvis
Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan
endometriosis yang ditandai dengan adanya nodul pada vagina,
penebalan forniks posterior, nyeri tekan, nyeri pada organ-
organ pelvis. Jika saat pemeriksaan muncul rasa nyeri,
sebaiknya diwaspadai adanya kemungkinan patologi pelvis.
c. Pemeriksaan Penunjang Infertilitas
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendiagnosis
infertilitas pada wanita, yaitu biopsi endometrium pada hari

18
pertama menstruasi, histerosalfingorafi, histeroskopi, laparaskopi
atau laparatomi. Tujuan pemeriksaan penunjang infertilitas adalah
mengetahui keadaan ovarium yaitu folikel graaf atau korpus
luteum, mengetahui faktor peritonium, melepaskan perlekatan, dan
tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba

9. Penatalaksanaan Infertilitas
Penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu
Mengatasi faktor penyebab / etiologi dan meningkatkan peluang untuk
hamil.
a. Gangguan Ovulasi
Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas salah
satunya adalah dengan melakukan induksi ovulasi (pada kasus
anovulasi), reanastomosis tuba (oklusi tuba fallopii) dan pemberian
obat-obatan secara terbatas pada kasus faktor sperma. Apabila
induksi ovulasi tidak berhasil, metoda dikembangkan untuk
meningkatkan peluang satu pasangan mendapatkan kehamilan,
seperti stimulasi ovarium, inseminasi dan fertilisasi in vitro.Kasus
terbanyak gangguan ovulasi pada perempuan usia reproduksi
adalah sindrom ovarium polikistik. Lini pertama induksi ovulasi:
klomifen sitrat (KS): pemberian KS sebanyak 3 siklus (dosis
maksimal 150 mg/hari) terjadi ovulasi selama 3-6 siklus, tetapi
tidak terjadi kehamilan. Lini kedua: gonadotropin atau laparoskopi
ovarian drilling (LOD). Lini ketiga: fertilisasi in vitro.
b. Faktor sperma
Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju
kehamilan, tidak terdapat bukti cukup kuat bahwa pengobatan
varikokel memberikan hasil yang baik terhadap terjadinya
kehamilan. Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak
memiliki bukti cukup kuat terhadap kualitas sperma.
c. Endometriosis

19
dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada
laparoskopi diagnostik, tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi
operatif. Endometriosis derajat sedang-berat merupakan indikasi
fertilisasi in vitro.
d. Faktor tuba, oklusi tuba
Tindakan laparoskopi dianjurkan bila dijumpai hasil
pemeriksaan HSG abnormal. Fertilisasi in vitro memberikan luaran
yang lebih baik dalam hal kehamilan dibandingkan bedah
rekonstruksi tuba pada kasus oklusi tuba bilateral. Faktor idiopatik
infertilitas ditegakkan atas 3 pemeriksaan dasar infertilitas yang
memberikan hasil normal, yaitu deteksi ovulasi, patensi tuba
fallopii dan analisis sperma. Penanganan pasangan infertilitas
idiopatik dapat dilakukan inseminasi intra uterin (IIU) sebanyak 4-
6 x. Stimulasi ovarium dalam IIU terutama dilakukan pada kasus
endometriosis dan infertilitas idiopatik.
e. Fertilisasi in vitro (FIV)
Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas
indikasi : Faktor sperma yang berat dan tidak dapat dikoreksi,
oklusi tuba bilateral, endometriosis derajat sedang ‐ berat,
infertilitas idiopatik yang telah menjalani IIU 4-6 x dan belum
berhasil hamil, gangguan ovulasi yang tidak berhasil dengan
induksi ovulasi lini pertama dan lini kedua.

10. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Infertil Pada Wanita


a. Usia
Usia wanita semakin bertambah maka semakin kecil
kemungkinan untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus
dengan pertambahan usia. Kemampuan reproduksi wanita menurun
drastis setelah usia 35 tahun. Infertilitas dikatakan stabil bilamana
sampai usia 36 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang
semakin sedikit. Selain itu wanita yang sudah berumur juga

20
cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan sehingga
menurunkan fungsi reproduksinya dan kejadian abortus meningkat
ketika kehamilan terjadi pada wanita yang sudah berumur.

Tabel 2.3 Kesempatan hamil wanita terhadap faktor usia


Usia Wanita Fertilitas %

Menarch - ≤ 34 tahun 90 %

35 – 40 tahun Menurun menjadi 67 %

41 – 45 tahun Menurun menjadi 15 %

b. Siklus Haid
Fase reproduksi dimulai setelah fase pubertas sampai fase
sebelum menopause. Fase pubertas wanita adalah fase disaat
wanita mulai dapat bereproduksi yang ditandai dengan haid untuk
pertama kalinya. Pada fase reproduksi wanita memiliki 400 sel
telur, semenjak mengalami menarche sampai menepause wanita
mengalami haid secara periodik. Siklus haid wanita normal adalah
25-35 hari. Siklus haid yang tidak normal menandakan pelepasan
sel telur atau ovulasi yang tidak baik. Ovulasi terganggu jika ada
gangguan hormonal salah satunya adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ini sebagai salah satu penyebab utama
kegagalan proses ovulasi yang normal. Sindroma ovarium
polikistik atau kegagalan ovulasi ini merupakan penyebab nomer
satu infertilitas yang disebabkan gangguan ovulasi dari ovarium.
c. Infeksi Organ Reproduksi
Organ reproduksi wanita yang paling sering terkena infeksi
adalah vagina. Manifestasi klinis dari infeksi vagina mudah
terdeteksi. Salah satunya adalah keputihan. Keputihan bisa terjadi
karena jamur atau bakteri, merupakan gangguan kesehatan yang

21
paling banyak dialami wanita. Di antara waktu haid, sel-sel pada
leher rahim dan vagina mengeluarkan lendir yang lengket dan agak
halus, jika tidak berbau maka keputihan normal dan tidak perlu
diobati, sedangkan apabila keputihan menyebabkan gatal-gatal dan
nyeri pada vagina sampai bagian luar kelamin vulva, penyebab bisa
jadi karena adanya jamur atau bakteri pada organ reproduksi. Bila
terjadi infeksi pada vagina, biasannya kadar keasaman dalam
vagina akan meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan sperma
mati sebelum sempat membuahi sel telur. Kadar keasaman vagina
juga dapat menyebabkan vagina mengerut sehingga perjalanan
sperma di dalam vagina terhambat. Sehingga, infeksi organ
reproduksi dapat merupakan faktor risiko terhadap kejadian infertil
pada wanita.

B. Materi Asuhan Kesehatan Reproduksi


1. KesehatanReproduksi
a. Pengertian
Istilah reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan
kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi
istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia
dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya
(Yanti,2011).
Menurut International Conference on Population and
Development (ICPD) (1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai
hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial
dan tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala
hal yang terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi
(Yanti,2011).
b. Gangguan dan Masalah GangguanReproduksi
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus
haid normal yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada

22
gangguan reproduksi, yaitu:
1) Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita
tidak mempunyai kemampuan untuk mengandung sampai
melahirkan bayi hidup setelah setahun melakukan hubungan
seksual yang teratur dan tidak menggunakan alatkontrasepsi
apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak
(Noviana dan Wilujeng,2014).
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah
kesehatan, sosial dan ekonomi yang terjadi di banyak negara
dan merupakan salah satu jalan masuknya HIV. Infeksi
Menular Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam
pengendalian HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng,2014).
3) Gangguanmenstruasi
Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :

a) Amenore

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada

beberapa titik dalam sebagian besar siklus

menstruasi wanita dewasa.

b) Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama

terjadi pada perut bagian bawah dan punggung

serta biasanya terasa seperti kram.

c) Menoragia

Merupakan salah satu dari beberapa keadaan


menstruasi yang pada awalnya berada dibawah
label perdarahan uterus difungsional.

23
d) Metroragia
Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak
teratur, atau jika terdapat insiden bercak darah atau
perdarahan diantara menstruasi.
e) Oligomenore
Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f) Sindrom pramenstruasi
Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang
mencerminkan saat siklus menstruasi terjadi
hampir pada semua wanita beberapa waktu antara
menarche dan menopause.

C. Teori ManajemenKebidanan

1. Pengertian Teori ManajemenKebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian / tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan
yang terfokus pada klien (Sulistyawati, 2009).
2. Proses ManajemenKebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan- tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komprehensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini
memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian
yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Proses manajemen kebidanan ada 7 antara lain:
a) Langkah I :Pengkajian
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

24
dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesa dan pemeriksaan fisik (Soepardan,2008).
1. DataSubjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Pada kasus yang amenore sekunder, maka
pengkajianditujukanpadapemeriksaan ginekologi
(Nursalam, 2009). Pengkajian pasien antara lain:
a. IdentitasPasien
NamaPasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
risiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Suku /Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati dan
Wulandari,2010).

25
Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien (Ambarwati dan
Wulandari,2010).
Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) KeluhanUtama
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi
yang berkaitan dengan gejala-gejala amenore sekunder,
yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya
berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Keluhan
lain yaitu sakit kepala, galaktore, gangguan penglihatan,
penurunan atau penambahan berat badan, tidak ada
pengeluaran pervaginam, hirsutisme, perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara (Nugroho dan Utama,2014)
c) RiwayatHaid
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali
mengalami menstruasi, jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan dan
keluhan yang dirasakan ketika mengalami mestruasi
(Sulistyawati, 2009). Pada kasus amenore sekundertidak
haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia,2011).
d) StatusPerkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama
perkawinan syah atau tidak, sudah berapa kali
menikah, pada umur berapa menikah, berapa
jumlah anak (Ambarwati dan Wulandari,2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan danNifas

26
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu (Anggraini, 2010).
f) RiwayatKB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
g) RiwayatKesehatan
1. Riwayat kesehatansekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan amenore
sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2. Riwayat kesehatan yanglalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi amenore
sekunder (Ambarwati dan Wulandari,2010).
3. Riwayat kesehatankeluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
h) Pola KebiasaanSehari-hari
1. PolaNutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan
pantangan pada (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2. PolaEliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi,

27
dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan
Wulandari,2010).
3. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan
Wulandari,2010).
4. PersonalHygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia
(Ambarwati dan Wulandari,2010).
5. KehidupanSeksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan
seksual (Ambarwati dan Wulandari,2010).
i) Data Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus
amenore sekunder didapatkan masalah yang
dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama,
2014).
2. DataObjektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat
diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a) Statusgeneralis
(1) KeadaanUmum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali
bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda
vital (Prihardjo, 2007).

28
a. Keadaan baik jika pasien memperlihatkan respons yang
baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan(Sulistyawati,2009).
b. Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika
ibu kurang atau memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati,2009)

(2) Kesadaran
(a) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
(b) Apatis adalah kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan kehidupan sekitarnya,
sikapnya acuh takacuh.
(c) Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau
tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsan
nyeri tetapi jatuh tidurlagi),
(d) Delirium, semi koma adalah kesadaran yang
menyerupai koma.
(e) Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang
sama sekali dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsang apapun) (Prihardjo,2007).
(3) Tanda-tandavital

(a) TekananDarah
Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg
(Prihardjo, 2007).
(b) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan

29
atau tidak jika ada dan lebih dari 38 oC kemungkinan
terjadi infeksi. Batas normal 37,5-38oC
(Ambarwati dan Wulandari,2010).

(c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal
60 – 80 x / menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang
dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas
normal 20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(2) BeratBadan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007).
Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau
kenaikan berat badan (Nugroho dan Utama, 2014).
(3) TinggiBadan
Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul
(Saifuddin, 2007). Tinggi badan wanita normal 150 cm
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari
ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi :
(1) Kepala:

(a) Rambut
Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan
kebersihannya (Nursalam,2009).

(b)Muka

30
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema (Nursalam, 2009).
(c) Muka
Ada oedema atau tidak, conjungtiva anemis atau
tidak, untuk mengetahui adakah kuning pada sklera
(Nursalam, 2009).
(d) Hidung
Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran sekret
atau tidak
(e) Telinga
Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
(f) Mulut
Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak.
(g) Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
(Nursalam, 2009)
(2) Dada dan Axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak
(Nursalam, 2009).

(3) Abdomen

Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan atau


tidak, ada nyeri atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus
amenore sekunder adanya nyeri tekan pada sympisis
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Genetalia
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan

31
perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore
sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan
Utama, 2014).
(5) Inspekulo
Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal
perdarahan tersebut, apakah ada infeksi/ kelainan pada
servik/portio (Prihardjo, 2007).
(6) Pemeriksaandalam
Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah
benjolan atau tidak (Prihardjo, 2007). Pada kasus
amenore sekunderadannya masa dalam ovarium dan
uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007).
(7) Anus
Apakah ada haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).
(8) Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah ada cacat atau
tidak, oedema atau tidak terdapat varices atau
tidak (Priharjo, 2007).

c) PemeriksaanPenunjang

Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa,


apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium
(Varney, 2007). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada yaitu Biopsi endometrium, Progestin withdrawal,
Kadar prolaktin, Kadar hormon, Tes fungsi tiroid, Tes
kehamilan, Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH
(Luteinzing Hormone) dan TSH (Thyroid Stimulating
Hormone), Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan
kromosom, CT Scan kepala (jika diduga ada
tumorhipofisa).

32
b. Langkah II : InterpretasiData
Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak
dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap
pasien (Soepardan,2008).
1) DiagnosaKebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan dalam lingkungan praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa
kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. X umur ...
tahundengan amenore sekunder.

Data Dasar:

Data subjektif

a) Nn. X mengatakan pernah mengalami menstruasi


dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan
(Manuaba,2007).
b) Nn. X mengatakan mengalami penurunan atau
penambahan berat badan (Nugroho dan
Utama,2014).
c) Nn. Xmengatakan sakit kepala (Nugroho dan Utama,2014).
Data objektif
Menurut Nugroho dan Utama (2014), data objektif pada

33
kasus amenore sekunder yaitu:
a. Denyut jantung yangcepat
b. Kulit yang hangat danlembab
c. Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau
kenaikan berat badan (Nugroho dan Utama,2014).
d. Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri
tekan pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari,2010).
e. Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan
vagina kering (Nugroho dan Utama,2014).
f. Pemeriksaan dalam pada kasus amenore
sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta
adanya nyeri (Varney,2007)
2) Masalah
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan
pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai

diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney,


2007). Pada kasus amenore sekunder masalah yang
dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama,
2014)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum
tendentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data (Varney, 2007). Pada kasus
amenore kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan
kebutuhan konseling informasi education (KIE) (Manuaba,
2007).

c. Langkah III : Diagnosa / MasalahPotensial


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang

34
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila
hal tersebut benar-benar terjadi (Soepardan, 2008). Diagnosa
potensial yang muncul pada kasus amenore sekunderyaitu dapat
menyebabkan gangguan kesuburan atau infertil (Arwini, 2013).

d. Langkah IV : TindakanSegera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani
bersamadengananggotatimkesehatanlainsesuaidengankondisi

pasien (Soepardan, 2008). Pada kasus amenore


sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi
yang mengandung progesteron (Nugroho dan Utama,
2014).

e. Langkah V :Perencanaan
Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien
atau dari setiap masalah yang berkaitan (Soepardan,2008).
Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan
Misaroh (2009), meliputi :
1) Observasi keadaanumum

2) Perbaikan asupan gizi

35
3) Pengurangan berat badan pada wanitaobesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita denganhipotiroid

5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen danprogesteron

f. Langkah VI :Pelaksanaan
Padalangkah ini merencanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah
sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga
setiap rencanaasuhan

haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan


dan pasien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena pasien juga akan melaksanakan rencana tersebut
(Soepardan, 2008).
Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
menurut Proverawati dan Misaroh(2009).
1) Mengobservasi keadaanumum

2) Memperbaikan asupangizi

3) Mengurangan berat badan pada wanitaobesitas

36
4) Memberikan tiroid pada wanita denganhipotiroid

5) Memberikan kortikosteroid pada gangguan


glandulasuprarenais

6) Memberikan estrogen danprogesteron

g. Langkah VI : Evaluasi
Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan
yang meliputi kebutuhan pada pasien telah terpenuhi
secara efektif dengan melakukan kolaborasi dengan
petugas kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pada kasus
pasien dengan amenore sekunder yang diharapkan
adalah:
1) Keadaan umum ibubaik

2) Kecemasan berkurang

3) Asupan nutrisiterpenuhi

4) Terjadi perdarahanmenstruasi

BAB III
TINJAUAN KASUS

37
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA NY. S USIA 44 TAHUN DENGAN
INFERTILITAS

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF

Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. S


Umur : 44 Tahun : 38 Tahun
Pendidikan : SMU : SMA
Pekerjaan : IRT : Karyawan Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Agama : Islam : Islam
Alamat : Blaru 13/04

Anamnesa pada tanggal: 08 Januari 20120 Pukul: 16.00 WIB


Jenis Anamnesa: allow anamnesa
1. Keluhan utama / alasan datang: pasangan suami istri ini datang ke bidan
mengeluh sudah 9 tahun belum memiliki anak .
2. Riwayat menstruasi:
a. Menarche : 17 Tahun Siklus : 28 Hari
b. Lama : 7 Hari Jumlah : 3 x saat ganti pembalut
c. Warna : Merah Keluhan: Tidak ada
3. Riwayat Perkawianan:
a. Umur Waktu Nikah : 35 Tahun
b. Lama : 9 Tahun
c. Perkawinan Ke : Pertama
d. Jumlah Anak : (-)
4. Riwayat kesehatan:

38
dan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Mata berkunang-kunang, sakit
kepala menetap, pandangan kabur.
b. Riwayat kesehatan yang lalu: ibu mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit seperti Dada berdebar-debar( jantung),seringkencing(DM),
dan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Mata berkunang-kunang, sakit
kepala menetap, pandangan kabur.
c. Riwayat kesehatan keluarga: ibu mengatakan di keluarga tidak
memiliki riwayat penyakit seperti Dada berdebar-
debar( jantung),sering kencing(DM), dan Tekanan Darah Tinggi
(Hipertensi), Mata berkunang-kunang, sakit kepala menetap,
pandangan kabur tetapi ibu dari Ny.S memiliki riwayat penyakit asma
dan tumor ganas.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
Penyulit/ JK Jenis Penyulit/ BB Keadaa
Hami Umu Penolo Nifa
komplikas Ana Persalina Komplikas Lahi n
l Ke r g s
i k n i r Anak
- - - - - - - - - -

6. Riwayat ginekologi: ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat


penyakit seperti mioma uteri, kista ovarium, dan gangguan lainnya.
7. Riwayat KB:
Waktu Lama Alasan
Jenis Keluhan
Penggunaan Penggunaan berhenti
Belum Belumpernah Belumpernah Tidakada Belumpernah
pernah
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari:
Kebutuhan Frekuensi Keluhan
Nutrisi:
 Makan - 3x/hari porsi
sedang (lauk, Tidak ada
 Minum sayur,nasi). keluhan
- 6-7 gelas/hari
air putih

39
Eliminasi
 BAK - 6x/hari, warna
kuning, bau Tidak ada
 BAB khas keluhan
- 1x/hari, warna
kuning, lembek,
bau khas
Istirahat Tidursiang 1 jam Tidak ada
Tidur malam 6-7 keluhan
jam
Aktifitas Mengerjakan Tidak ada
pekerjaan rumah
tangga (memasak,
mencuci)
Personal Hygniene Mandi 2 x sehari Tidak ada
Menggosok gigi 2
x sehari
Mengkramas : 3-4
x seminggu
Ganti pakaian :
sesuai kebutuhan

Rekreasi Dulu sering Tidak ada


liburan tapi
sekarang tidak
penah
Seksual Teratur, 2x dalam Tidak ada
1 seminggu

9. Data Psikologis: ibu mengatakan hubungandengan suami dan keluarga


harmonis dan baik . kemudian biasanya yang mengambil keputusan dalam
keluarga adalah suami.
10. Data Spiritual : ibu mengatakan sholat lima waktu dan selalu berdoa agar
diberikan keturunan
11. Data Sosial-Budaya:
a. Hewan Peliharaan: ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan
seperti kucing dan ayam.
b. Lingkungan: ibu mengatakan tempat tinggalnya bersih dan nyaman
dan udara tempat tinggalnya masih sejuk.

40
c. Hubungan dengan suami dan keluarga: ibu mengatakan hubungan
dengan suamin dan keluarga harmonis
12. Pengetahuan Ibu tentang KB: menurut Ny S KB itu untuk menunda
kehamilan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status Emosional : Stabil
d. Tanda Vital
 Tensi : 100/70 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 RR : 22 x/menit
 Suhu : 36,5 C
e. TB : 145 cm
f. BB : 55 kg
g. Status Present
1) Kepala
a. Rambut : bersih, tidak rontok, tidak berketombe, warna
hitam
b. Muka : tidak ada oedema, tidak pucat
c. Mata : conjungtiva: tidak anemis slera: tidak ikterik
d. Hidung : bersih, tidak ada pholip
e. Telinga : bersih, tidak ada serumen
f. Mulut : bersih, tidak sariawan, gigi tidak berlubang, gusi
tidak berdarah
g. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
thitoid
h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
i. Mammae : simetris, tidak ada benjolan, puting susu menonjol

41
j. Abdomen : tidak terdapat bekas operasi, tidak ada pembesaran
hepar
k. Genetalia : Tidak ada oedema, tidak ada varises
l. Ekstermitas:
- Atas : tidak ada varises dan tidak oedema
- Bawah : tidak ada oedema dan tidak ada varises

2. Pemeriksaan Dalam/Inspekulo
a. Serviks :-
b. Uterus :-
c. Tanda radang/tumor/infeksi :-
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Hb :-
b. Protein Urine :-
c. Urine Reduksi :-
d. Golongan Darah : -

42
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA NY. S USIA 44 TAHUN DENGAN INFERTILITAS PRIMER

Interpretasi data
Dx potensial/ Antisipasi/
(diagnosa,
No Tgl / Jam tindakan tindakan Intervensi Implementasi Evaluasi
masalah,
segera segera
kebutuhan)

1. 8 Januari Diagnosa : Ny.S Tidak ada Tidak ada Jam : 16.00 WIB
2020 usia 44 tahun 1.lakukan 1. melakukan anmnesa 1. Ds:
Jam 16.00 dengan infertilitas anamnesa pada ibu meliputi Ibu mengatakan sudah
WIB primer identitas ibu dan menikah 9 tahun tapi
Ds : keluarga, riwayat belum memiliki anak
Ibu mengatakan kesehatan, riwayat Ibu bersedia dilakukan
belum memiliki menstruasi,riwayat KB anamnesa
anak sejak 9 tahun Ibu mengatakan riwayat
setelah menikah kesehatan sekarang dan
DO: lalu : baik
KU : baik Ibu mengatakan ibu
Kesadaran : CM Ny.S memiliki penyakit
Status Emosional : asma
Stabil Ibu mengatakan riwayat
menstruasinya baik.

43
Interpretasi data
Dx potensial/ Antisipasi/
(diagnosa,
No Tgl / Jam tindakan tindakan Intervensi Implementasi Evaluasi
masalah,
segera segera
kebutuhan)
TTV : Ibu mengatakan tidak
TD: 100/70 MmHg pernah KB
TB : 145 cm DO: -
BB : 55 kg

Jam 16.15 WIB


2.Anjurkan pasien 2. Anjurkan ibu untuk 2. Ds :
untuk berolahraga berolahraga secara Ibu mengatakan bersedia
secara teratur teratur seperti untuk melakukan
melakukan gerakan- olahraga di pagi hari
gerakan halus ataupun Do : -
jalan-jalan dipagi hari

44
Interpretasi data Dx
Antisipasi/
(diagnosa, potensial/
No Tgl / Jam tindakan Intervensi Implementasi Evaluasi
masalah, tindakan
segera
kebutuhan) segera
2. 9 Januari Diagnosa : Ny.S Jam 16.30 WIB
2020 usia 44 tahun 1.lakukan 1.melakukan 1.Ds : -
Jam 16.10 dengan infertilitas pemeriksaan pemeriksaan meliputi Do :
primer KU, Kesadaran, KU : Baik
DS: Ibu Status Emosional, Kesadaran : CM
mengatakan tidak TTV Status emosional : Stabil
pernah TTV :
menggunakan KB TD : 100/80 MmHg
DO: Nadi : 84 x/menit
KU : baik RR : 22 x/menit
Kesadaran : CM
Status Emosional :
Stabil
TTV :
TD : 100/80 MmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 22 x/menit

45
No Interpretasi data Dx
Antisipasi/
(diagnosa, potensial/
Tgl / Jam tindakan Intervensi Implementasi Evaluasi
masalah, tindakan
segera
kebutuhan) segera
Jam 16.45 WIB
2. Jelaskan pada ibu 2. Menjelaskan pada 2.Ds : ibu mengatakan
tentang kebutuhan ibu tentang sudah mengerti tentang
nutrisi untuk kebutuhan nutrisi
nutrisi yang untuk
menambah untuk kesuburan
menambah kesuburan
kesuburan seperti makanan yang
ditandai dengan ibu jika
mengandung protein
ditanya dapat menjawab
misal daging ,serta
yang mengandung
Do : -

vitamin E misal
kecambah.

Jam 16.55 WIB


3. Anjurkan ibu 3. menganjurkan ibu 3. Ds : ibu mengatakan
untuk menjaga untuk menjaga sudah mengerti tentang
personal hygene personal hygene
menjaga personal
terutama pada alat terutama alat
hygene dan ibu bersedia
kelaminnya kelaminnya dengan
untuk melakukan yang
cara cebok yang
No Tgl / Jam Interpretasi data Dx Antisipasi/ Intervensi Implementasi Evaluasi

46
(diagnosa, potensial/
tindakan
masalah, tindakan
segera
kebutuhan) segera
benar, mengeringkan di anjurkan
alat kelamin setelah
cebok, segera Do : -
mengganti celana
dalam apabila terasa
lembab atau basah.
3. 24 Januari Diagnosa : Ny.S Jam 13.00 WIB
2020 usia 44 tahun 1.Jelaskan pada ibu 1. menjelaskan pada 1.Ds : ibu mengatakan
Jam 13.30 dengan infertilitas tentang teknik pasien tentanng sudah mengetahui tentang
WIB primer berhubungan yang teknik-teknik teknik-teknik berhubungan
DS: Ibu sesuai dengan berhubungan yang suami istri dan ibu
mengatakan keadaan pasien sesuai dengan bersedia melakukan yang
melakukan keadaan pasien di anjurkan
hubungan seksual seperti saat
2-3 kali dalam berhubungan bokong Do : -
seminggu istri harus diganjal
DO: bantal agar sperma
KU : baik yang masuk bisa
Kesadaran : CM sampai ke mulut

47
Interpretasi data Dx
Antisipasi/
(diagnosa, potensial/
No Tgl / Jam tindakan Intervensi Implementasi Evaluasi
masalah, tindakan
segera
kebutuhan) segera
Status Emosional : rahim atau dengan
Stabil posisi Doggy Style
TTV : ( dari arah belakang)
TD : 100/80 MmHg sehingga sperma
N : 86x/menit tidak akan keluar
RR : 23x/menit lagi. Setelah itu
jangan langsung
tidur/berdiri. Namun
tetap berada dalam
posisi sujud 20-30
menit.
Jam 13.10 WIB 2.Ds : ibu sudah
2. Anjurkan 2. Menganjurkan mengerti yang sudah
pasien untuk pasien untuk
dijelaskan mengenai
melakukan melakukan hubungan
hubungan suami istri
hubungan seksual seksual dengan suami
pada saat masa subur
dengan suami pada saat ibu
Do: -
pada saat ibu mengalami masa

48
Interpretasi data Dx
Antisipasi/
(diagnosa, potensial/
No Tgl / Jam tindakan Intervensi Implementasi Evaluasi
masalah, tindakan
segera
kebutuhan) segera
mengalami masa subur, yaitu pada
subur puncak masa subur
yang terjadi pada 14
hari sebelum
menstruasi
berikutnya
Jam 13.15 WIB
3. berikan 3. memberikan 3.Ds :-
dukungan kepada dukungan kepada Do :
pasutri supaya pasutri supaya Ibu mendengarkan saat
mereka mempunyai mereka mempunyai kita memberikan
harapan harapan dukungan
4.anjurkan pasien Jam 13.20 WIB 4. Ds :
untuk periksa di 4. menganjurkan Ibu mengatakan bersedia
dr.Sp.OG pasien untuk periksa periksa di dr.Sp.Og
di dr.Sp.OG Do : -

49
BAB IV

KENDALA DAN PEMBAHASAN

A. Kendala
Dari awal sampai memberikan asuhan kebidanan reproduksi petugs
tidak menemukan masalah atau hambatan apapun, karena Ny. S sangat
antusias dan senang dengan ashuhan kebidanan yang di berikan. Dari
semua rencana, pelaksanaan sampai evaluasi pada asuhan kebidanan Ny. S
dengan masalah kesehatan reproduksi yaitu infertilitas primer, akhirnya
petugas memberikan tindak lanjut seperti menganjurkan ibu untuk rajin
olahraga, memakan makanan dengan nutrisi yang baik, memberitahu Ny.
S tentang tekhik berhubungan yang tepat sesuai masa subur.

B. Pembahasan
Ny. S umur 44 tahun pendidikan terakhir SMU agama Islam dan
pekerjaan IRT. Menikah dengan Tn. S umur 38 tahun pedidikan terakhir
SMA, agama islam dan pekerjaan karyawan swasta. Ny. S mengatakan ini
adalah pernikahan yang pertama, sudah menikah 9 tahun tapi belum
mempunyai keturunan. Ny. S menikah di usia 35 tahun dan Tn S di usia 29
tahun. Ny. S mengatakan riwayat menstruasinya normal yaitu di usia 15
tahun menstruasi pertama, lama menstruasi 6 hari, warna merah segar dan
tidak ada keluhan selama menstruasi.
Ny. S mengatakan riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu baik-
baik saja, kemudian riwayat kesehatan keluarga ibu mengatakan ibu dari
Ny. S mempunyai asma. Ibu mengatakan belum pernah hamil dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Ibu mengatakan makan 3x sehari dan
minum air putih kurang lebih 6 gelas dalam sehari. Kemudian BAB dan
BAK normal, istirahat sekitar 8 jam meliputi tidur siang 1 jam dan tidur
malam 7 jam dan tidak ada keluhan. Ibu melakukan aktifitas sehari-hari

50
seperti nyapu, nyuci, masak, personal hygniene baik. Dan ibu mengatakan
dulu sering liburan tapi sekarang tidak pernah.
Ny. S mengatakan hubungan dengan suami dan keluarga baik dan
harmonis, kemudian pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
Ibu rajin beribadah kemudian berdo’a agar diberikan keturunan.
Lingkungan di rumah Ny. S bersih dan nyaman, tidak mempunyai hewan
peliharaan .
Dari hasil pemeriksaan diketahui keadaan Ny. S baik, kesadaran
composmentis, status emosional stabil, TD 100/70 mmHg, Nadi 84 x/
menit, RR 22 x/ menit, Suhu 36,5 °C, TB 145 cm, BB 55 kg dan status
present dalam batas normal. Kemudian kami memberikan anjuran kepada
ibu untuk rajin berolahraga, makan nutrisi yang baik, kemudian
menganjurkan kepada suami Ny. S untuk berhenti merokok.
Pada kunjungan kedua kami memberikan asuhan kebidanan
tentang persona hygine, dan pemeriksaan. Dan pada kunjungan yang
ketiga kami memberikan KIE tentang berhubungan, masa subur dan
menganjurkan untuk periksa ke dr. Sp.OG.

51
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkat kesuburan seorang wanita dapat dilihat dari keadaan fertil dan
infertilnya. Fertilisasi ialahmerupakan kemampuan seorang wanita untuk
hamil dan melahirkan anak hidupoleh pria yangmampu menghamilinya. Jadi
fertilisasi itu merupakan kemampuan fungsi pasangan yang sanggup
menjadikan kehamilan anak hidup. Sebelum dan sesudahnya tidak
seorangpun tahu apakah pasangan itu fertil atau tidak.. Riwayat fertilisasi
sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilisasi dikemudian hari baikpada
pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan
Infertilitas merupakan tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1
tahun atau lebih dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian kontrasepsi. Disebut
infertilitas primer itu kalau istri belum pernah hamil selama 12 bulan
walaupun bersenggama secara rutin. Dan disebut dengan infertilitas sekunder
itu kalau istri pernah hamil akan tetapikemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun melakukan bersenggama.
B. Saran
1. Setiap tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan dukungan pada pasangan infertilitas.
2. Diharapkan setiap tenaga kesehatan terutama bidan memberikan asuhan
sesuai dengan teori sehingga tercapainya asuhan yang tepat dalam
melakukan pendekatan bagi pasanagn infertilitas.

52

Anda mungkin juga menyukai