Disusun Oleh :
Umi Kulsum
P27906120035
2. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai
berikut : (Aspani, 2016).
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik
(sistolic overload).
1) Volume : defek septum trial, defek septum ventrikel,
duktus arteriosus paten.
2) Tekanan: stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi
aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic
overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
b. Aterosklerosis Koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang
abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri
dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik
dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta
memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial
maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk
jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban
volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta
menyebabkan beban tekanan (after load).
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik
dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
3. Manifestasi Klinik
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru,
kadar saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi
jantung tambahan bunyi jantung S3 atau “gallop
ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan
dapat berubah menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih
dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul
gejala- gejala seperti: gangguan pencernaan, pusing,
sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas, sianosis, kulit
pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
Sumber : (Aspiani,2016)
5. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal
melakukan tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang
namanya gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa
dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal
mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh
untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme
respon primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,
meningkatnya beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi
ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin
memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal
atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah
dari curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan
curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang
harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas
(perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban
kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel
kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan.
Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena
curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan .
6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
dengan kasus gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler,
penyimpangan aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi
atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan
untuk menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang
terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi
volume balik dan kelainan regional, model M paling
sering diapakai dan ditanyakan bersama EKG)
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan
pendekatan transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan
stenosis katup atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung.
Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau
perubahan dalam pembuluh darah abnormal
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan
cairan/penurunan fungsi ginjal terapi diuretik.
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika
gagal jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan
alkalosis respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan
peningkatan PCO2 (akhir).
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi.
j. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan
hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung.
8. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu
sebagai berikut :
a. Terapi Farmakologi
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik,
angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker,
angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung,
antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien
dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan
gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan,
monitoring dan kontrol faktor resiko.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Keluhan Utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal,
ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6) Urine menurun
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.
Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler
pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan
edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang
mengganggu pasien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada
pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas
infark miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia.
Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien
pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga
alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung,
dan penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pengkajian Data
1) Aktivitas dan Istirahat : adanya kelelahan, insomnia,
letargi, kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat
istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites,
disaritmia, fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur,
peningkatan JVP, sianosis, pucat.
3) Respirasi : : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea,
riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan
muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat,
nokturia, diare atau konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada
kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan Darah
Rentang normal :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
Nilai normalnya :
Frekuensi : 60-100x/menit
(bradikardi atau takikkardi)
c) Suhu
Metabolisme menurun, suhu menurun
d) Respirasi
Nilai normalnya :
Frekuensi : 16-20 x/menit
Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada
saat istirahat / aktivitas
3) Head to Toe Examination
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Muka : ekspresi, pucat
c) Mata : konjungtiva: anemis, ikterik atau
tidak
d) Mulut : apakah ada tanda infeksi
e) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau
tidak, kesimetrisan
f) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid dan limfe
g) Dada : gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah
arkus kosta kanan
i) Ekstremitas : lengan-tangan:reflex, warna dan
tekstur kulit, edema, clubbing, bandingakan arteri
radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan Khusus Jantung
Inspeksi
Vena leher dengan JVP meningkat, letak
ictus cordis (normal : ICS ke5)
Palpasi
PMI bergeser kekiri, inferior karena
dilatasi atau hepertrofi ventrikel
Perkusi
Batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis
Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para
Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea
Para Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio
Clavicularis Sinistra
Auskultasi
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya
katup atrioventrikular, yang terjadi pada
saat kontraksi isimetris dari bilik pada
permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya
katup aorta dan arteri pulmonalis pada
dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole.
(BJ II normal selalu lebih lemah daripada
BJ I)
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto Thorax
Foto thorax dapat mengungkapkan adanya
pembesaran jantung, edema atau efusi pleura
yang menegaskan diagnosa CHF
b) EKG
EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi,
hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia,
hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal
jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan
kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin dan
enzim hati.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun,
takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi nafas
tambahan
Kriteria minor:
1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur
2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping
hidung, pola nafas abnormal, warna kulit abnormal,
kesadaran menurun.
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subjektf : Dipsnea
2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal
Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi
semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekpirasi dan inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah.
c. Hipervolemia (D.0022)
Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel,
dan/atau intraseluler.
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal
dyspnea (PND)
2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat
badan meningkat dalam waktu singkat, JVP dan/atau
CVP meningkat , refleks hepatojugular (+)
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih
banyak dari output, kongesti paru.
Penyebab : Kelemahan
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Mengeluh lelah
2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat
Kriteria minor :
1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak
nyaman setelah beraktifitas, merasa lemah
2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktifitas, gambaran EKG menunjukkan
iskemia, sianosis
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif
Faktor resiko :
kekurangan/kelebihan cairan, kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment
yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa
berdasarkan SIKI adalah :
Diagnosis
No Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Tujuan : Pemantauan Respirasi
pertukaran Setelah dilakukan (I.01014)
gas b.d tindakan 1. Monitor frekuensi 1. Mengetahui ada atau
perubahan keperawatan irama, kedalaman tidaknya gangguan
membran diharapkan dan upaya nafas pernafasan
alveolus- pertukaran gas 2. Monitor pola nafas 2. Mengetahui pola
kapiler meningkat. 3. Monitor kemampuan nafas klien
batuk efektif 3. Untuk membantu
Kriteria hasil : 4. Monitor nilai AGD pengeluaran sekret
(Pertukaran gas 5. Monitor saturasi 4. Mengetahui
L.01003) oksigen keadekuatan suplai
1. Dipsnea 6. Auskultasi bunyi oksigen
menurun nafas 5. Menurunnya saturasi
2. Bunyi nafas 7. Jelaskan tujuan dan oksigen menunjukkan
tambahan prosedur perlunya yang lebih
menurun pemantauan adekuat/perubahan
3. Pola nafas 8. Kolaborasi terapi.
membaik penggunaan oksigen 6. Untuk mengetahui ada
4. PCO2 dan O2 saat aktifitas atau tidaknya kelainan
membaik dan/atau tidur pada paru–paru klien
7. Memberikan
pemahaman mengenai
manfaat tindakan
yang dilakukan
8. Menurunkan beban
pernapasan dan
mencegah terjadinya
sianosis.
2. Pola nafas Tujuan : Manajemen jalan nafas
tidak efektif Setelah dilakukan (I.01011)
b.d hambatan tindakan 1. Monitor pola 1. Mengetahui pola nafas
upaya nafas keperawatan nafas klien
(mis: nyeri diharapkan pola 2. Monitor frekuensi, 2. Mengetahui ada atau
saat bernafas) nafas membaik. irama, kedalaman dan tidaknya gangguan
upaya nafas pernafasan
Kriteria hasil : 3. Monitor sputum 3. Mengetahui risiko
(pola nafas (jumlah, warna, aroma) terjadinya sumbatan
L.01004) 4. Posisikan semi fowler jalan nafas
1. Frekuensi nafas atau fowler 4. Memaksimalkan
dalam rentang 5. Ajarkan teknik batuk ekspansi paru
normal efektif 5. Batuk efektif
2. Tidak ada 6. Kolaborasi pemberian memudahkan
pengguanaan mis. bronkodilator, pengeluaran sekret
otot bantu jika perlu. 6. Pemberian
pernafasan bronkodilator via
3. Pasien tidak inhalasi akan langsung
menunjukkan menuju area broncus
tanda dipsnea yang mengalami
spasme sehingga lebih
cepat berdilatasi
3. Hipervolemia Tujuan : Manajemen hipervolemia
b.d gangguan Setelah dilakukan (I.03114)
mekanisme tindakan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui adanya
regulasi keperawatan hipervolemia ortopnea, dispnea,
diharapkan 2. Monitor intake dan edema, JVP/CPV
keseimbangan cairan output cairan meningakat dan suara
meningkat. 3. Monitor efek samping nafas tambahan.
Kriteria hasil : diuretik 2. Membantu dalam
Keseimbangan 4. Batasi asupan cairan menganalisa
cairan (L. 03020) dan garam keseimbangan cairan
1. Tererbebas dari 5. Anjurkan melapor dan derajat kekurangan
edema haluaran urin <0,5 cairan.
2. Haluaran urin mL/kg/jam dalam 6 jam 3. Mengetahui ada
meningkat 6. Ajarkan cara membatasi tidaknya hipotensi
3. Mampu cairan ortortostatik,hipovole
mengontrol 7. Kolaborasi pemberian mia, hipokalemia,
asupan cairan diuretik hiponatremia
4. Membatasi cairan akan
menentukan berat
tubuh ideal, haluaran
urin dan respon
terhadap terapi
5. Agar haluaran dan
masukan dapat
terkontrol
6. Agar cairan tidak
berlebihan
7. Diuretik digunakan
untuk mengurangi
kongesti alveolar dan
meningkatkan
pertukaran gas.
4. Intoleransi Tujuan : Manajemen energi
aktifitas b.d setelah dilakukan (I.050178)
kelemahan tindakan 1. Monitor kelelahan 1. Mengidentifikasi
keperawatan fisik dan emosional kekuatan/kelemahan
diharapkan toleransi 2. Monitor pola dan dan dapat memberikan
aktifitas meningkat. jam tidur informasi mengenai
3. Sediakan lingkungan pemulihan
Kriteria hasil : yang nyaman dan 2. Mengkaji perlunya
Toleransi aktivitas rendah stimulus mengidentifikasi
(L.05047) 4. Anjurkan tirah intervensi yang tepat
1. Kemampuan baring 3. Meningkatkan kualitas
melakukan 5. Anjurkan melakukan tidur yang baik.
aktifitas sehari- aktifitas secara 4. Meningkatkan
hari meningkat bertahap kenyamanan istirahat
2. Pasien mampu 6. Kolaborasi dengan serta dukungan
berpindah ahli gizi tentang cara fisiologis/psikologis
dengan atau meningkatkan 5. Meminimalkan atrofi
tanpa bantuan asupan makanan otot, meningkatkan
3. Pasien sirkulasi, mencegah
mangatakan terjadinya kontraktur
dipsnea saat 6. Mempercepat proses
dan/atau setelah penyembuhan
aktifitas
menurun
5. Resiko Tujuan : Edukasi Edema
gangguan setelah dilakukan (I.12370)
integritas kulit tindakan 1. Mengkaji kesiapan
d.d kelebihan keperawatan 1. Identifikasi pasien dan keluarga
volume cairan diharapkan integritas kemampuan pasien menerima edukasi.
kulit dan jaringan dan keluarga 2. Mengkaji
meningkat. menerima informasi pengetahuan pasien
2. Berikan kesempatan dan keluarga
Kriteria hasil : pasien dan keluarga 3. Menjelaskan defenisi,
Integritas kulit dan bertanya tanda, dan gejala
jaringan (L.14125) 3. Jelaskan tentang edema & cara
1. Resiko balance cairan penanganan serta
kerusakan 4. Intruksikan pasien pencegahan edema
jaringan dan keluarga untuk 4. Mengkaji seberapa
integritas kulit menjelaskan kembali paham pasien dan
meningkat definisi, penyebab, keluarga mengenangi
2. Tidak ada tanda gejala dan tanda, edukasi yang telah
kemerahan penanganan dan diberikan.
3. Tidak ada pencegahan edema.
keluhan nyeri
pada daerah
edema
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan
pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkai
pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan.
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 52 Tahun
No. Medrec : 00267704
Diagnosa Medis : Gagal Jantung Kongestif (CHF)
Alamat :
Bandar Buat No.5 Lubuk Kilangan, Padang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan suaminya sesak nafas
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 02 Januari 2021 jam 21.30 Tn. J berusia 52 tahun
masuk ke IGD RSUP Dr. M. Djamil dengan keluhan sesak nafas sejak
3 jam yang lalu di sertai dengan nyeri dada yang tidak menjalar dan
keringat dingin, yang dirasakan saat istirahat. Tampak lemah dan
wajah pucat, TD : 133/91 mmHg, nadi: 108x/menit, pernafasan:
32x/menit, suhu: 37 °C, Saturasi 97%. Pada saat di IGD pasien
dilakukan pemeriksaan Laboratorium dengan hasil: Hb 11.6 g/dl,
Leukosit 10,31 x10^3/µl, Trombosit: 142 x10^3/µl, Ht : 49%, Ureum
darah 329mg/dl, Kreatinin darah 9.4 mg/dl, Natrium 136 Mmol/L
Kalium: 4.6 Mmol/L, Klorida serum 104 Mmol/L, PT 15,4 detik,
APTT 47,9 detik.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Januari 2021
pasien sudah hari rawatan ke-4. Keluarga mengatakan nafas masih
sesak, posisi semi fowler, tampak lemah, terpasang alat pacu jantung
(PTCA). Pasien terpasang IVFD Nacl 0,9% 16 tts/i. Terpasang O2
nasal kanul 5lt/menit. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 96 x/menit, pernafasan 38 x/menit,
suhu 37 ̊C. rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal 03 januari
2021 didapatkan hasil pasien mengalami kardiomegali dan EKG
jantung menunjukan aritmia saat/setelah aktifitas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. Pasien sebelumya dirawat di
RSUP dr M.Djamil Padang dengan CHF, dan sudah pasang cincin 2
buah pada 2019 lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada keluarga yang
menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit menular.
4. AKTIVTAS/ ISTIRAHAT
a. Gejala (Subjektif)
1) Pekerjaan : PNS
2) Aktivitas/ hobi :-
3) Aktivitas waktu luang : Istirahat dirumah
4) Perasaan bosan/ tidak puas : Kadang merasa bosan dengan
aktivitas yang sama
5) Keterbatasan karena kondisi : Tidak ada
6) Tidur malam: ±5 jam Tidur siang : ± 2 jam
7) Kebiasaan tidur : Teratur, kadang tidak sering
terbangun dimalam hari karena sesak nafas
8) Insomnia : Tidak ada
9) Rasa segar saat bangun : Tidak
b. Tanda (Objektif)
1) Respons terhadap aktivitas yang teramati : Baik, mempengaruhi
kardiovaskular, dengan frekuensi HR : 96x/menit, Pernapasan :
38x/menit
2) Status mental : Tidak ada kelainan
3) Pengkajian neuromuskular
a) Massa/ tonus otot : Tonus otot melemah
b) Rentang gerak : Bebas
- Kekuatan ekstermitas atas 4/5 (Mampu menggerakkan
persendian dengan gaya gravitasi, mampu melawan
dengan tahan sedang).
- Kekuatan ekstermitas bawah 4/5 (Mampu
menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi,
mampu melawan dengan tahan sedang)
c) Deformitas : Tidak ada
5. SIRKULASI
a. Gejala (Subjektif)
1) Riwayat tentang hipertensi : Ada
2) Masalah jantung : Ada
3) Demam rematik : Tidak ada
4) Edema mata kaki/ kaki : Tidak ada
5) Flebitis : Tidak ada
6) Penyembuhan lambat : Tidak ada
7) Klaudikasi : Tidak ada
8) Ekstremitas : Tidak ada kesemutan maupun kebas
9) Batuk/ hemoptisis : Tidak ada
10) Perubahan frekuensi/ jumlah urine : Tidak ada/ ±250cc/8jam
b. Tanda (Objektif)
1) TD : 140/90 mmHg
2) Nadi : 96x/menit
3) Gap auskultatori : normal suara SI dan SII jantung (dub dan lub)
4) Nadi (Palpasi) :
Karotis : Teraba Femoralis : Teraba
Temporal : Teraba Popliteal : Teraba
Jugularis : Teraba Postibial : Teraba
Radialis : Teraba Dorsalis pedis : Teraba
5) Jantung (palpasi) :
Bunyi jantung : dub dan lub
Frekuensi : 96x/menit
Irama : Tidak teratur
Kualitas : Baik
Friksi gesek : Normal
Murmur : Tidak ada
Bunyi napas : Vesikuler
Desiran vaskular : Tidak ada
Distensi vena jugularis : Tidak ada
Ekstremitas : Suhu : 37 oC, Warna : Kemerahan
Pengisian kapiler : > 3 detik
Tanda Homan’s : Tidak ada varises
Abnormalitas kuku : Tidak ada
Penyebaran/ kualitas rambut : Merata, kulit kepala bersih tidak
ada ketombe
Warna : Membran Mukosa kemerahan
Punggung kuku : berwarna merah muda
Diaforesis : Tidak ada
6. INTEGRITAS EGO
a. Gejala (Subjektif)
1) Faktor stres : Tidak ada
2) Cara menangani stres : Menonton tv
3) Masalah-masalah finansial : Tidak ada
4) Status hubungan : Baik
5) Faktor-faktor budaya : Tidak ada
6) Agama : Islam, Kegiatan keagamaan : -
7) Gaya hidup : Normal, Perubahan terakhir : Tidak ada
8) Perasaan-perasaan : Ketidakberdayaan : tidak ada
9) Keputusasaan : Ketidakberdayaan : tidak ada
b. Tanda (Obyektif)
1) Status emosional : Tampak Cemas
2) Menarik diri : Tidak ada, Takut : Tidak ada
3) Mudah tersinggung : Tidak, Tidak sabar : Tidak
4) Euforik : Tidak ada
5) Respons-respons fisiologis yang terobservasi : Biasa saja
7. ELIMINASI
a. Gejala (Subjektif)
1) Pola BAB : 1x/hari
2) Karakter fases : Khas Feses
3) Riwayat perdarahan : Tidak ada, Hemoroid : Tidak ada
4) Konstipasi : Tidak ada, Diare : Tidak ada
5) Pola BAK : 6 x/hari, Inkontimensia : Tidak ada
6) Karakter urine : Khas amoniak
7) Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak ada
8) Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada
9) Penggunaan diuretik : Tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Abdomen : Nyeri tekan tidak ada, Lunak
2) Massa : Tidak ada
3) Bising usus : 20x/menit, Hemoroid : Tidak ada
4) Perubahan kandungan kemih : Tidak ada, BAK terlalu sering : -
8. MAKANAN/ CAIRAN
a. Gejala (Subjektif)
1) Diit biasa (tipe) : makanan lumat (bubur), Jumlah : 1/2 porsi,
makanan per hari : 3x/ hari
2) Makan terakhir/ masukan : Bubur , Pola diit : Sesuai ahli gizi
3) Kehilangan selera makan : Tidak, Mual/ muntah : tidak
4) Nyeri ulu hati/ salah cerna : Tidak ada
5) Alergi/ intoleransi makanan : Tidak ada
6) Masalah-masalah mengunyah/ menelan : Tidak ada
7) Gigi : berjumlah 32 buah
8) Berat badan biasa : 66 kg, Perubahan berat badan : BBS : 63 kg
9) Penggunaan diuretik : Tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Berat badan sekarang : 63 kg, Tinggi badan: 169 cm, Bentuk
tubuh : Ideal
2) Turgor kulit : Elastis, lembab, membran mukosa : Kering
3) Edema : Tidak ada
4) Periorbital : Tidak ada, Asites : Tidak ada
5) Distensi vena jugularis : Ada 10cmH2O
6) Pembesaran tiroid : Tidak ada hernia/ massa
7) Kondisi gigi/ gusi : Baik/ gusi kemerahan
8) Penampilan lidah : Baik dan kemerahan
9) Membran mukosa : Kering
9. HYGIENE
a. Gejala (Subjektif)
1) Aktivitas sehari-hari : PNS
2) Mobilitas : Baik, makan mandiri
3) Hygiene : Mandi : 2x/hari, berpakaian ganti 2x/hari
4) Toileting : BAK cateter, BAB dibantu keluarga
5) Waktu mandi yang diinginkan : Pagi (05.30 WIB), Sore (16.30
WIB)
6) Pemakaian alat bantu/ prostetik : Tidak ada
7) Bantu diberikan oleh : Tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Penampilan umum : Baik
2) Cara berpakaian : Baik, kebiasaan pribadi : tampak rapih
3) Bau badan : Tidak ada, Kondisi kulit kepala : Bersih
4) Adanya kutu : Tidak ada
10. NEUROSENSORI
a. Gejala (Subjektif)
1) Rasa ingin pingsan/ pusing : Tidak
2) Sakit kepala : Tidak, Lokasi nyeri : - , Frekuensi : -
3) Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : Tidak ada
4) Stroke (gejala sisa) : Tidak ada
5) Kejang : Tidak ada
6) Mata : Konjungiva anemis, Sklera tidak ikterik
7) Glaukoma : Tidak ada, Katarak : Tidak ada
8) Telinga : Pendengaran baik
9) Epistaksis : Tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Status mental : Baik
2) Terorientasi/ disorientasi : Orientasi waktu, tempat, orang baik
3) Kesadaran : Compos Mentis (E4M5V6)
4) Memori Saat ini : Baik
5) Kaca mata : Tidak ada
11. PERNAPASAN
a. Gejala (Subjektif)
1) Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : Tidak ada
2) Riwayat bronkitis :Tidak mempunyai riwayat seperti asma
3) Tuberkulosis : Tidak ada, Emifisema : Tidak ada
4) Pneumonia kambuhan : Tidak ada
5) Pemanjanan terhadap udara berbahaya : Tidak ada
6) Perokok : Ya, Pak/ hari : 2 bungkus/ Hari, Lama dalam tahun : ±
25 tahun
7) Penggunaan alat bantu pernapasan : Ya, Oksigen : Terpasang
nasal kanul 5 lpm.
b. Tanda (Objektif)
1) Pernapasan : Frekuensi : 38x/menit, Kedalaman : baik, dan
tampak simetris
2) Penggunaan otot-otot asesori : Tidak ada, Napas cuping hidung :
Tidak ada
3) Fremitus : Baik
4) Bunyi napas : Vesikuler
5) Egofoni : Baik
6) Sianosis : Tidak ada baik di jari maupun tubuh
7) Karakteristik sputum : Tidak ada
8) Fungsi mental/ gelisah : Tidak
12. KEAMANAN
a. Gejala (Subjektif)
1) Alergi/ sensitivitas : Tidak ada
2) Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : Tidak ada
3) Perilaku resiko tinggi : Tidak ada
4) Tranfusi darah/ jumlah : Tidak ada
5) Gambaran reaksi : Baik
6) Riwayat cedera kecelakaan : Tidak ada
7) Fraktur/ dislokasi : Tidak ada
8) Artritis/ sendi tak stabil : Tidak ada
9) Masalah punggung : Tidak ada
10) Kerusakan penglihatan, pendengaran : Tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Suhu tubuh : 37oC, Diaforesis : Tidak ada
2) Integritas kulit : Lembab
3) Jaringan parut : Tidak ada Kemerahan : Ya
4) Laserasi : Tidak ada, Ulserasi : Tidak ada
5) Ekimosis : Tidak ada, Lepuh : Tidak ada
6) Luka bakar : (derajat/ persen) : Tidak ada, Drainase : Tidak ada
b. Pemeriksaan Rontgen
Berdasarkan hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal 03
Januari 2021 pasien mengalami kardiomegali.
16. TERAPI MEDIS
Jenis Terapi Dosis
Cairan IV: Nacl 0.9 %
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. (SDKI : D.0008) Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas
2. (SDKI : D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-
kapiler.
3. (SDKI : 0056) Intoleransi aktivitas berhunungan dengan kelemahan
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal 06 Januari 2021
No Diagnosa Tindakan keperawatan Respon Tanda
Keperawatan Tangan
1 SDKI : D.0008 Identifikasi S: Umi
Penurunan curah karakteristik nyeri - Pasien mengatakan Kulsum
jantung dada cepat lelah
Monitor EKG 12 - Pasien mengatakan
sadapan badan masih terasa
Monitor aritmia lemas
thoraks - Saturasi 96 %
pemantauan - Saturasi 96 %
- Pasien mengerti
Informasikan hasil
tindakan yang akan
pemantauan
dilakukan.
3 Kode : D.0056 Sediakan lingkungan S: Umi
Intoleransi nyaman dan rendah - Pasien mengatakan Kulsum
aktivitas stimulus badan masih terasa
Lakukan rentang lemah
gerak pasif dan/atau - Pasien mengatakan di
aktif bantu oleh keluarga
Berikan aktivitas O:
distraksi yang - Pasien tampak pucat
menyenangkan berkurang
bertahap menghabiskan
kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Tanggal 08 Januari 2021
No Diagnosa Tindakan keperawatan Respon Tanda
Keperawatan Tangan
1 SDKI : D.0008 Identifikasi S: Umi
Penurunan curah karakteristik nyeri - Pasien mengatakan Kulsum
jantung dada lemas dan lelah sudah
Monitor EKG 12 berkurang
sadapan O:
Monitor aritmia - Pasien udah tidak
jantung RR : 30x/menit
pemantauan - Saturasi 97 %
CATATAN PERKEMBANGAN
DAFTAR PUSTAKA