Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ALAT KESEHATAN

TENSIMETER( SPHYGMOMANOMETER)

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad Faizal R (1548052)


2. Ninda Lestari (1548054)
3. Sinta Rahmawati (1548072)
4. Tutik Listiyani (1548079)
5. Vibulla Husnul A (1548083)
6. Yosefa K B Leo (1548086)
7. Joesnayanti (1448038)

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA


YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini
bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan
alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit
dan atau penggunaan obat jangka panjang.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan
fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai
“silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada
organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Di Indonesia,
dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang cenderung rendah
dibandingkan dengan negara yang sudah maju, jumlah pasien yang
tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak
mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.
Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya
pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai
pengontrolan tekanan darah secara optimal. Maka untuk mencapai
tujuan tersebut, diperlukan partisipasi aktif para sejawat Apoteker yang
melaksanakan praktek profesinya pada setiap tempat pelayanan
kesehatan. Apoteker dapat bekerja sama dengan dokter
dalammemberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, memonitor
respons pasien melalui farmasi komunitas, adherence terhadap terapi
obat dan non-obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek
samping, dan mencegah dan/atau memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pemberian obat.
Penyakit hipertensi memerlukan pantauan rutin pada penderita.
Penderita hipertensi selain minum obat secara rutin juga harus
mengetahui berapa tekanan darah mereka secara berkala. Saat ini
antusias masyarakat untuk mengontrol tekanan darahnya secara rutin
terus meningkat diiringi dengan banyaknya praktek penggunaan
tensimeter di sarana pelayanan kesehatan yang meluas. Oleh karena
itu, maka perlu adanya pengetahuan tentang penggunaan tensimeter
yang baik dan benar, jenis tensimeter, kelebihan dan kekurangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penggunaan tensimeter yang baik dan benar?
2. Ada berapa tensimeter yang biasa digunakan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penggunaan tensimeter yang baik dan
benar
2. Untuk mengetahui berbagai jenis tensimeter yang biasa digunakan
di pasaran.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi
Tensimeter pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Nikolai Korotkov,
seorang ahli bedah Rusia yang menggunakan tensimeter untuk mengukur
tekanan darah. Tensimeter pada awalnya menggunakan air raksa sebagai
sebagai pengisi alat ukur tekanan darah. Sejak itu, tensimeter air raksa telah
digunakan sebagai “gold standart” pengukuran tekanan darah oleh para dokter.
Pada zaman sekarang, kesadaran masyarakat akan konservasi lingkungan
meningkat dan penggunaan alat ukur dari air raksa menjadi perhatian dunia.
Kesalahan pada tensimeter menimbulkan kekeliruan dalam pembacaan
tekanan darah menyebabkan nilai pengukuran tekanan dari berada di bawah
maupun di atas nilai yang sebenarnya. Prinsip kerja tensimeter menggunakan
hukum-hukum fisika
B. Jenis tensimeter
Pada umumnya tensimeter terbagi menjadi 2 yaitu tensimeter manual dan
tensimeter digital. Tensimeter manual terbagi lagi menjadi 2 yaitu tensimeter
air raksa dan tensimeter non air raksa atau aneroid. Berikut penjelasan dari
tensimeter air raksa, tensimeter aneroid, dan tensimeter digital.
1. Tensimeter Air Raksa
Tensimeter air raksa merupakan tensimeter konvensional yang
sebenarnya sudah jarang dipakai di luar negeri, karena tensimeter ini
masih menggunakan air raksa yang berbahaya jika sampai alat pecah dan
air raksa terkena kulit atau saluran pernafasan. Tensimeter jenis ini
memerlukan stetoskop untuk mendengar muncul bunyi suara tekanan
sistolik dan diastolik pada jantung. Keunggulan yang dimiliki oleh
tensimeter air raksa adalah akurasinya yang tinggi, sedangkan
kelemahannya pada ukurannya yang besar sehingga akan sangat
merepotkan untuk dibawa kemana-mana.
2. Tensimeter Non Air Raksa / Aneroid
Tensimeter Non Air Raksa atau Aneroid merupakan tensimeter
konvensional yang lebih aman dari tensimeter air raksa karena tidak
menggunakan air raksa melainkan menggunakan putaran berangka sebagai
pengganti air raksa. Tensimeter aneroid juga masih menggunakan
stetoskop dalam penggunaannya. Digunakannya pengukur Pegas pada
umumnya menggantikan kolom air raksa (yang digunakan pada tensimeter
air raksa) karena lebih kuat dan menghindari masalah lingkungan yang
terkait dengan masalah toksisitas air raksa. Peningkatan tekanan
memperluas balon pengembang, yang kemudian menggerakan pointer
sepanjang sekala untuk menunjukan tekanan. Masalah yang dapat
ditimbulkan dengan Tensimeter pegas adalah rentannya kehilangan
akurasi dari waktu ke waktu dan oleh karena itu memerlukan kalibrasi
reguler.
3. Tensimeter Digital
Tensimeter Digital merupakan tensimeter yang lebih modern dan
akurat, langsung menunjukan hasil dalam bentuk angka. Tensimeter digital
tidak membutuhkan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda
tekanan sistolik dan diastolik, maka tensimeter digital menggunakan
sensor sebagai alat pendeteksinya sehingga baik digunakan untuk setiap
orang tanpa terkecuali mereka yang memiliki gangguan pendengaran.
Pengukur tekanan darah digital ini beroperasi dengan menggunakan tenaga
baterai, hasil pengukurannya pun dapat langsung terlihat pada layar
monitor yang memunculkan angka pengukuran tekanan darah. Variasi
tensimeter digital yaitu tensimeter digital pergelangan tangan, dimana
letak manset berada di pergelangan tangan. Ukuran monitor lebih kecil di
bandingkan monitor tensimeter lengan.

C. Faktor yang mempengaruhi hasil tekanan darah


1. Umur
Tekanan darah seseorang akan meningkat bersamaan dengan
bertambahnya umur, dikarenakan semakin berkurangnya distensibilitas
dinding pembuluh darah seiring pertambahan usia. Hal ini mengakibatkan
peningkatan terhadap tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan diastolik
meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara
fleksibel pada penurunan tekanan darah.
2. Jenis kelamin
Tekanan darah pria lebih tinggi daripada tekanan darah wanita, hal ini
disebabkan wanita memimiliki hormon estrogen dan progesteron yang
menjaga pembuluh darah tetap elastis, tetapi setelah menopause, tekanan
darah akan meningkat karena pembuluh darah menjadi tidak elastis lagi.
3. Posisi tubuh
Jumlah darah arteri pada dasarnya ditentukan oleh jumlah darah yang
terkandung di dalam arteri tersebut. Variasi tekanan darah dapat terjadi
bila pasien mengambil posisi yang berbeda-beda. Tekanan darah dalam
arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada
saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat
dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi
oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup.
Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume
darah yang kembali ke jantung.
a) Berdiri dan Tekanan Darah
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah
yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin
menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika
seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.
Sebanyak 300-500 ml pada posisi berdiri, darah pada pembuluh vena
anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan
sampai 40%. Pengumpulan darah di vena lebih banyak pada posisi
berdiri. Mengakibatkan volume darah yang kembali ke jantung sedikit,
isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan
tekanan darah akan turun. Tekanan darah berkurang akan menentukan
kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Volume jantung
berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang.
b) Gerak tubuh dan tekanan darah
Gerak tubuh secara teratur dapat memperbaiki tonus otot dan sikap
tubuh, serta dapat meningkatkan relaksasi. Gerakan tubuh merangsang
peredaran darah ke otot dan organ tubuh yang lain. Terjadi
peningkatan tekanan arteri pada saat selama tubuh bergerak.
Peningkatan terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan
vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini dapat
sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg selama bergerak,
otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Hal ini
menyebabkan peningkatan denyut jantung. Kosekuensi dari
peningkatan denyut jantung menyebabkan waktu pengisian diastolic
memendek dan terjadi penurunan kapasitas jantung.
c) Duduk dan tekanan darah
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil.
Hal ini dikarnakan pada saat duduk system vasokontraktor simpatis
teransang melalui saraf rangka menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini
meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh
vena cadangan abdomen, membantu mengelurkan darah dari cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Hal tersebut membuat darah yang
tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan
respon ini disebut refleks kompresi abdomen. Kerja jantung pada
posisi duduk, dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan
gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat.
d) Berbaring dan tekanan darah
Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi
berbaring. Gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena
arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan
gravitasi dan tidak terlalu memompa. Hal ini terlihat bahwa selama
kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier (VO2
max 40% - 60%). Isi sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai
maksimal sedangkan pada posisi kerja hanya terdapat sedikit
peningkatan, dan nilai ini sama dengan nilai maksimal yang diperoleh
pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Makin besar intensitas kerja
(melebihi 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup,
disebabkan memendeknya waktu pengisian diastole akibat frekuensi
denyut jantung yang meningkat.
4. Kondisi Ruang Pemeriksaan
Suhu ruang, ketenangan dan kenyamanan pada ruang periksa yang
nyaman harus diperhatikan. Suhu ruang yang terlalu dingin dapat
meningkatkan tekanan darah. Suhu ruangan yang baik adalah suhu
ruangan normal yaitu berkisar 20-25 derajat celcius.
5. Keadaan Psikologis
Keadaan psikologis yang terganggu seperti stres akan meningkatkan
tekanan darah dengan meningkatkan kadar kolesterol serum yang akan
melemahkan dan merusak pelapis pembuluh darah, menyediakan tempat
bagi mengendapnya lipid sehingga terbentuk plak kolesterol. Akhirnya
lumen menyempit, tahanan perifer meningkat, dan tekanan darah naik.
6. Olahraga
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa aktivitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah pada individu yang menderita hipertensi
(tekanan darah tinggi). Olahraga secara teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah.
7. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT berkorelasi dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. IMT dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang
dapat terkena risiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat
badannya. Seseorang dikatakan kelebihan berat badan jika IMT ≥ 25 dan
dikatakan obesitas apabila ≥30. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung
dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik bilamana 5 kg dari
berat badan yang berlebih hilang maka akan menurunkan 2-10 poin
tekanan darah sistolik.

D. Cara Menggunakan Tensimeter


1. Tensimeter Air Raksa
a. Buka tensimeter air raksa.
b. Geserlah jarum ke arah ON agar air raksa naik.
c. Raba nadi pasien yang akan diperiksa kemudian pasanglah manset
sesuai dengan ukuran pasien.
d. Lilitkan manset tensimeter ke lengan atas kiri atau kanan di atas siku.
Manset dililitkan pada bagian ini karena pada bagian ini terdapat
pembuluh darah arteri yang berasal langsung dari jantung, pembuluh
ini terletak dekat di bawah kulit dapat disebut juga Arteri Brachialis.
e. Upayakan tensimeter diletakkan sejajar dengan jantung baik dalam
posisi tidur maupun duduk atau berdiri, tangan diperiksa dalam
keadaan rileks.
f. Tutup katup pengatur udara pada pompa karet manset tensimeter
dengan cara memutar ke kanan sampai habis.
g. Pasang stetoskop pada telinga anda kemudian bagian yang pipih
ditempelkan pada bagian lipatan siku di sebelah bawah lilitan manset.
h. Pompalah udara ke dalam manset dengan cara menekan pompa karet
berulang-ulang sampai tekanan menunjukkan angka 140 mmHg.
Tekanan 140 mmHg ini atas dasar mmHg di atas tekanan systole yang
diperkirakan pada orang dewasa normal (Tidak menderita hipertensi)
yaitu 120 mmHg. Bila yang diperiksa adalah penderita hipertensi,
maka naikkan kembali 20 mmHg dan seterusnya secara bertahap.
i. Manset yang dipompa menyebabkan tekanannya meningkat dan
menekan Arteri Brachialis sehingga aliran darah berhenti mengalir.
j. Buka kembali katup pengatur udara dengan cara memutar ke kiri,
dengar dan amati suara dari stetoskop yang timbul ketika katup manset
dibuka kemudian sambil mengamati angkanya pada skala air raksa.
k. Detakan yang didengar untuk pertama kali adalah sistolik, sedangkan
detakan yang terakhir sebelum suara benar-benar hilang adalah suara
diastolik.
l. Kemudian, rapikan kembali perlengkapan tensimeter tersebut.
2. Tensimeter non air raksa
a. Raba nadi Pasien yang akan diperiksa kemudian pasanglah manset
sesuai dengan ukuran pasien.
b. Lilitkan manset tensimeter ke lengan atas kiri atau kanan di atas siku.
Manset dililitkan pada bagian ini karena pada bagian ini terdapat
pembuluh darah arteri yang berasal langsung dari jantung, pembuluh
ini terletak dekat di bawah kulit dapat disebut juga Arteri Brachialis,
c. Upayakan tensimeter diletakkan sejajar dengan jantung baik dalam
posisi tidur maupun duduk atau berdiri, tangan diperiksa dalam
keadaan rileks.
d. Pasang stetoskop pada telinga anda kemudian bagian yang pipih
ditempelkan pada bagian lipatan siku di sebelah bawah lilitan manset.
e. Pompalah udara ke dalam manset dengan cara menekan pompa karet
berulang-ulang sampai jarum tekanan menunjukkan angka 140 mmHg.
Tekanan 140 mmHg ini atas dasar mmHg di atas tekanan systole yang
diperkirakan pada orang dewasa normal (Tidak menderita hipertensi)
yaitu 120 mmHg. Bila yang diperiksa adalah penderita hipertensi,
maka naikkan kembali 20 mmHg dan seterusnya secara bertahap,
f. Manset yang dipompa menyebabkan tekanannya meningkat dan
menekan Arteri Brachialis sehingga aliran darah berhenti mengalir.
g. Buka kembali katup pengatur udara dengan cara memutar ke kiri,
dengar dan amati suara dari stetoskop yang timbul ketika katup manset
dibuka kemudian sambil mengamati angkanya pada skala lingkaran.
h. Detakan yang didengar untuk pertama kali adalah sistolik, sedangkan
detakan yang terakhir sebelum suara benar-benar hilang adalah suara
diastolik.
i. Kemudian, rapikan kembali perlengkapan tensimeter tersebut.
3. Tensimeter digital

a. Duduklah di kursi yang nyaman serta istirahatlah sekitar 5 menit.


b. Balutkan bagian tengah tangan atau sekitar 3 cm dari lekuk siku bagian
dalam dengan selubung tensimeter, pastikan dibalut dengan kencang
namun jangan terlalu kencang sebab akan mempengaruhi kualitas
pembacaan terhadap tensimeter digital.
c. Pastikan katup pelepas udara sudah tertutup
d. Aturlah tekanan yang yang diberi tensimeter 30 sampai 40mmHg lebih
tinggi dari pembacaan sistole yang terakhir, misalnya apabila tensi
anda yang sebelumnya adalah 120/80mmHg maka aturlah tekanan
yang akan diberi tensimeter 160mmHg.
e. Apabila prosesnya berjalan benar, maka secara perlahan selubung akan
mengembang serta ketikan sudah mencapai tekanan yang ditentukan
secara perlahan selubung akan mengempis antara 2 sampai 5mmHg/
detik. Angka tersebut akan ditunjukkan pada layar tensimeter.
f. Catatlah angka yang yang ditunjukkan pada layar tensimeter serta
lakukan pengukuran secara berkala di lain waktu. Apabila angka lebih
tinggi berarti tekanan sistole dan jika rendah berarti tekanan diastole.
E. Kelebihan dan kekurangan tensimeter
a. Tensimeter air raksa
 Kelebihan :
o Akurasinya tinggi
o Tidak memerlukan kalibrasi
o Alat tahan lama
 Kelemahan:
o Memerlukan bantuan tenaga ahli dalam pengukuran
o Dapat terkontaminasi logat berat, jika air raksanya bocor
atau pecah (tidak ramah lingkungan).
o Membutuhkan alat tambahan ketika melakukan pengukuran
yaitu stetoskop
o Biaya lebih mahal
b. Tensimeter Aneroid
 Kelebihan :
o Lebih praktis dari tensimeter air raksa
o Hasil pengukuran cukup akurat
o Tidak terkontaminasi logam berat
 Kelemahan :
o Memerlukan bantuan tenaga ahli dalam pengukuran
o Membutuhkan alat tambahan ketika melakukan pengukuran
yaitu stetoskop
o Biaya mahal
o Perlu kalibrasi
c. Tensimeter Digital
 Kelebihan
o Tensimeter yang paling praktis dalam
penggunaannyamudah dibawa
o Tidak terkontaminasi logam berat
o Tidak memerlukan bantuan tenaga ahli saat melakukan
pengukuran
o Harga lebih murah karena tidak memerlukan alat tambahan
saat pengukuran
 Kelemahan
o Hasil tekanan darah tidak selalu akurat karena dipengaruhi
beberapa faktor yaitu cara menggunakan alat, pergerakan
saat melakukan pemeriksaan, dan kekuatan baterai yang
digunakan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan simpulan :
1. Untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang akurat
diperlukan pengetahuan yang baik dan benar dalam penggunaan
tensimeter.
2. Tensimeter dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : tensimeter air raksa,
tensimeter non air raksa/aneroid, dan tensimeter digital.

Anda mungkin juga menyukai