Anda di halaman 1dari 7

Lampiran Materi: Pertemuan 1: Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pendahuluan
Berubahnya paradigma pembangunan nasional ke arah demokratisasi dan desentralisasi,
menumbuhkan kesadaran yang luas tentang perlunya peran serta masyarakat dalam
keseluruhan proses dan program pembangunan. Hampir semua program pemerintah
mensyaratkan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaanya, dimana masyarakat
ditempatkan pada posisi strategis yang menentukan keberhasilan program pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
masyarakat.
Di bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memelihara, dan
meningkatkan kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment.
Menurut Ife (1995) menyatakan bahwa “empowerment is a process of helping
disadvantaged groups and individual to compete more effectively with other interests, by
helping them to learn and use in lobbying, using the media, engaging in political action,
understanding how to ‘work the system,’ and so on” Artinya: konsep pemberdayaan
(empowerment) sebagai upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada
setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat
menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin.

Paul (1987) dalam Prijono dan Pranarka (1996) mengatakan bahwa pemberdayaan
berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan kesadaran politis dan
kekuasaan pada kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap
”proses dan hasil-hasil pembangunan.

Friedman (1992) dalam hal ini pembangunan alternatif menekankan keutamaan politik
melalui otonomi pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan rakyat yang
berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokrasi dan
pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua
kecenderungan, antara lain:
1. Kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada
masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula
dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi
2. Kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses
memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.

Menurut Chambers, 1995, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan


ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and
sustainable”. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut
(safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari
alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.

Soemodiningrat, (2002), dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga
sisi, yaitu:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling), bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering), diperlukan
langkah2 lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini
meliputi langkah2 nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat, tetapi juga pranata2nya. Menanamkan nilai2 budaya modern ( kerja
keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban) adalah bagian pokok dari upaya
pemberdayaan ini. Juga pembaharuan institusi2 sosial dan pengintegrasiannya ke dalam
kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Jadi: yang terpenting
adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan masyarakatnya.
3. Memberdayakan diartikan pula melindungi, dalam proses pemberdayaan, harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah
amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan
yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa
yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan
dengan pihak lain).
Robinson (1994)
Pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan
pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak.

Payne (1997)

Pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya,


kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan
dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan
kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk
lebih diberdayakan melalui u saha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,
ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada
pertolongan dari hubungan eksternal.

Sumaryadi, (2005)  
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mempersiapkan  masyarakat seiring dengan
langkah memperkuat kelembagaan masyarakat  agar mereka mampu mewujudkan
kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang
berkelanjutan

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun


kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan sosial. Payne (1997)
menyatakan keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih
besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui
pengembangan langkah-langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.

Menurut Mardikanto “2014:202”, terdapat enam tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu:


1. Perbaikan Kelembagaan “Better Institution”: Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang
dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring
kemintraanusaha.
2. Perbaikan Usaha “Better Business”: Perbaikan pendidikan “semangat belajar”, perbaikan
aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki
bisnis yang dilakukan.
3. Perbaikan Pendapatan “Better Income”: Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang
dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk
pendapatan keluarga dan masyarakat.
4. Perbaikan Lingkungan “Better Environment”: Perbaikan pendapatan diharapkan dapat
memperbaiki lingkungan “fisik dan sosial” karena kerusakan lingkungan seringkali
disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.
5. Perbaikan Kehidupan “Better Living”:Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang
membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan
masyarakat.
6. Perbaikan Masyarakat “Better Community”: Kehidupan yang lebih baik yang didukung
oleh lingkungan “fisik dan sosial” yang lebih baik, diharapkan akan terwujud ke
kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

Tingkatan Keberdayaan Masyarakat


Menurut Susiladiharti dalam Huraerah (2011) terbagi ke dalam lima tingkatan:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar
2. Terjangkaunya sistem sumber atau akses terhadap layanan publik
3. Kesadaran akan kekutan dan kelemahan atas diri sendiri dan juga lingkungannya
4. Mampu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di masyarakat dan
lingkungan yang lebih luas
5. Kemampuan untuk mengendalikan diri dan lingkungannya. Tingkatan kelima ini dapat
dilihat dari keikutsertaan dan dinamika masyarakat dalam mengevaluasi dan
mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi dan pemerintahan.

Proses Pemberdayaan Masyarakat


Terdiri atas:

1. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan


sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih
berdaya.
2. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Najiati dkk (2005), ada 4 prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program
pemberdayaan yaitu prinsip kesetaraan, pasrtisipasi, keswadayaan atau kemandirian dan
berkelanjutan.

Kesetaraan

Prinsip utama dalam proses pemberdayaan masyarakat ialah adanya kesetaraan atau
kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-
program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang
dibangun ialah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui
kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat ialah program


yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi oleh
masyarakat. Namun untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses
pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat.

Keswadayaan Atau Kemandirian

Prinsip keswadayaan ialah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat dari


pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang tidak
berkemampuan “the have not”, melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit
“the have little”. Mereka memiliki kemampuan untuk menabung pengetahuan yang
mendalam tentang kendala2 usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga
kerja dan kemauan serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi.
Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan. Bantuan dari
orang lain yang bersifat materiil harus dipandang sebagai penunjang sehingga pemberian
bantuan tidak justru melemahkan tingkat keswadayaannya.

Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran
pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti,
peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat
sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Soekanto (1987), emberdayaan masyarakat memiliki 7 tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan: pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu
pertama, penyimpangan petugas yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2. Tahapan Pengkajian “Assessment”: pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal
ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan “feel
needs” dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program Atau Kegiatan: pada tahapan ini petugas
sebagai agen perubahan “exchange agent” secara partisipatif mencoba melibatkan warga
untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program
dan kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi, :pada tahapan ini agen perubahan membantu
masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa
yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga
petugas membantu memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5. Tahap Pelaksanaan “Implemantasi” Program Atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai
kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.
Kerja sama antar petugas 
6. Tahap Evaluasi, sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebainya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek
biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan
untuk jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.

Indikator Hasil pemberdayaan Masyarakat


Keberhasilan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masyarakat, dapat
menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Input

 Sumber daya manusia, yakni tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh formal
maupun informal
 Besarnya dana yang digunakan, baik dana yang berasal dari kontribusi masyarakat
setempat maupun dana yang diperoleh dari bantuan di luar masyarakat tersebut.
 Bahan-bahan, alat-alat atau materi lain yang digunakan untuk menyokong kegiatan
pemberdayaan masyarakat tersebut.

2. Proses

 Jumlah penyuluhan kesehatan dilaksanakan


 Frekuensi dan jenis pelatihan dilaksanakan
 Jumlah tokoh masyarakat atau kader kesehatan yang dilatih sebagai motivator
 Pertemuan- pertemuan masyarakat dalam rangka perencanaan dan pengambilan
keputusan

3. Output

 Jumlah dan jenis UKBM (upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat),
missal : Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dana Sehat, dan sebagainya.
 Jumlah orang atau anggota masyarakat yang telah meningkat pengetahuan dan
perilakunya tentang kesehatan.
 Jumlah anggota keluarga yang mempunyai usaha untuk meningkatkan pendapatan
keluarga
 Meningkatkan fasilitas-fasilitas umum di masyarakat
4. Outcome

 Menurunnya angka kesakitan dalam masyarakat


 Menurunnya angka kematian umum dalam masyarakat
 Menurunnya angka kelahiran dalam masyarakat;;;;;;;;
 Meningkatnya status gizi anak balita dalam masyarakat

Contoh2 pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan:

1. Pemberdayaan melalui penanggulangan gizi kurang/buruk pada balita: Posyandu Balita


2. P Pemberdayaan melalui penanggulangan penyakit PTM pada lansia: Posyandu Lansia
3. Dsb

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai