PENDAHULUAN
Pengalaman kehilangan dan dukacita adalah hal yang esensial dan normal
dalam kehidupan manusia. Kehilangan memungkinkan individu berubah dan terus
berkembang serta memenuhi potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan,
diharapkan, atau terjadi tiba-tiba, dan proses berduka yang mengikutinya jarang
terjadi dengan nyaman atau menyenangkan. (Videbeck, Sheila 2008)
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KEHILANGAN
Loss of attachment: the loss may be real or imagined and may include the
loss of love, a person, physical functioning, status or self esteem. Many losses take
on importance because of their symbolic meanig. May involve the loss of old friend,
warm memories, and neighborhood association. The ability to sustain, integrate and
rocover from loss, however is a sign of personal maturity and growth.
3
2.1.2 SIFAT KEHILANGAN
4. Kehilangan harga diri : Kebutuhan harga diri terancam atau dianggap sebagai
kehilangan setiap kali terjadi perubahan cara menghargai individu dalam pekerjaan
dan perubahan hubungan. Rasa harga diri individu dapat tertantang atau dialami
4
sebagai suatu kehilangan ketika presepsi diri sendiri berubah. Kehilangan fungsi
peran sehingga kehilangan presepsi dan harga diri karena keterkaitannya dengan
peran tertentu, dapat terjadi bersamaan dengan kematian seseorang yang dicintai.
5. Kehilangan yang berhubungan dengan aktualisasi diri : Tujuan pribadi dan potensi
individu dapat terancam atau hilang ketika krisis internal atau eksternal. Contoh
kehilangan yang terkait dengan aktualisasi diri mencakup gagalnya rencana
menyelesaikan pendidikan, kehilangan harapan untuk menikah dan berkeluarga,
atau seseorang kehilangan penglihatan atau pendengaran ketika mengejar tujuan
menjadi artis atau komposer.
5
2.1.4 PROSES KEHILANGAN
6
2. Fase marah (anger)
Fase ni dimulai dengan timbulnya kesadaran atau kenyataan atau terjadinya
kehilangan. Tidak jarang individu menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar,
menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase tawar-menawar (bergaining)
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju ke fase tawar menawardengan kemurahan tuhan. Respon
ini sering dinyatakan denga kata-kata “kalau saja kejadian ini bisa ditunda
maka saya akan sering berdoa”. Apabila prose berduka ini dialami oleh
keluarga maka pernyataan sebagai berikut sering dijumpai, “kalau saja yang
sakit bukan anak saya”.
4. Fase depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara laian menarik diri,
tidak mau bicara, kadang-kadang bersika sebagai pasien yang sangat baik
dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputuasaan,
perasaan susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu
terpusat pada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang,
individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran
tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerim ini biassanya
dinyatakan dengan kata-kata “saya betul-betul menyanyangi baju saya yang
hilang tapi baju saya yang baru manid juga”,atau “apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh”.
2.2 DUKACITA
2.2.1 DEFINISI
Dukacita adalah suatu proses kompleks yang normal meliputi respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga,
7
dan komunitas memasukkan kehilangan yang aktual, adapatif, atau dipresepsikan ke
dalam kehidupan mereka sehari-hari. (NANDA 2015-2017)
Berduka tidak hanya melibatkan isi (apa yang dipikirkan, dikatakan, dan
dirasakan individu) tetapi juga proses bagaimana individu berpikir berkata dan
merasa. Oleh karena itu, kita akan mempelajari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan individu, yang menderita pengalaman kehilangan.
8
a. Syok, menangis dengan keras, dan menyangkal.
b. Intruksi pikiran, distraksi, dan meninjau kembali kehilangan secara obsesif
c. Menceritakan kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi dan secara
kognitif menyusun kembali peristiwa kehilangan.
9
BAB III
A. PENGKAJIAN
3. Mengingkari kehilangan
5. Konsentrasi menurun
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
1. Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk
individu
2. Mengingkari kehilangan
10. Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas,
libido.
CYS adalah seorang siswa berusia 6 tahun yang mengalami duka cita karena
kematiannya kakek dan perpisahan dari neneknya. Sebelum menerima sekolah
dasar pendidikan, pengasuh utama CYS adalah kakek dan neneknya. Karena
sampai kematian kakek dan penyakit neneknya, ibu CYS baru-baru ini mengambil
alih tugas mengasuh dan merawat. Hubungan antara CYS dan Orang tuanya tidak
sedekat dengan kakek dan neneknya karena CYS menjelaskan orang tuanya jarang
berkunjung dan jarang merawatnya di awal kehidupan. Pekerja sosial telah menilai
keadaan emosional dan proses kognitif selama asupan kasus ditemukan bahwa
Keadaan emosional CYS itu tidak stabil. Setelah kematian kakeknya, CYS
mengungkapkan bahwa dirinya menangis beberapa kali karena kakeknya meninggal
dan berpisah dari neneknya Dia juga merasa kesal dan sedih dengan situasi ini. Dia
bermimpi tentang kakeknya dan menggambarkan bahwa kakeknya selalu lenyap
tiba-tiba dalam mimpinya Selain itu, emosi mungkin memiliki pengaruh tertentu pada
dirinya saat di sekolah, misalnya, perhatian di kelas saat . Selain itu, CYS relatif
matang dibanding anak seusianya. Selama usia enam tahun, anak-anak pindah ke
tahap concrete operational dan mengalami pengurangan egosentrisitas dan
peningkatan kapasitas untuk penalaran abstrak (Piaget, 1970). CYS tahu bahwa
Kakeknya telah meninggal dunia karena sakit dan minum berlebihan. Meski dia
mengerti bahwa kematian itu tidak dapat kembali dan tak terelakkan, dia tidak
memiliki yang jelas dan konsep wawasan tentang kematian.
13
1.PENGKAJIAN
ANALISIS DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DO :
1. CYS berusia 6 th Dukacita terganggu. Berhubungan dengan
2. Sejak kecil diasuh kematian orang terdekat
dan Tinggal (Kakeknya).
bersama kakek
dan neneknya.
(sebelum kakenya
meninggal)
3. Kakek meninggal
karena terlalu
banyak minum.
4. CYS disekolah
kurang
berkonsentrasi.
5. Tinggal bersama
orangtua sekarang.
6. CYS tahu bahwa
kakeknya telah
meninggal, tetapi
belum mengetahui
konsep kematian
yang jelas.
7. Keadaan
emosional CYS
tidak stabil.
DS :
1. CYS mengatakan
orang taunya
14
jarang berrkunjung
dan merawatnya
saat kecil (saat
tinggal dengan
kakek dan nenek
cys)
2. CYS mengatakan
merasa kesal sedih
dan beberapa kali
menangis.
3. CYS sering
memimpikan
kakeknya yang
telah meninggal.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dukacita terganggu adalah suatu gangguan yang terjadi setelah kematian orang
terdekat, ketika pengalaman distress yang menyertai kehilangan gagal memenuhi
harapan normatif dan bermanifestasi gangguan fungsional.
3. SASARAN/TUJUAN
15
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dukungan emosional
Buat pernyataan yang Rangkul atau sentuh
mendukung dan pasien dengan penuh
berempati. dukungan.
Berikan dukungan selama Mendengarkan dengan
fase kehilangan. baik apa yang dikatakan
pasien. Menjelaskan
kepada pasien wajar
menangis dan sedih bila
ada yang meninggal.
16
5. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
17
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.Sifat
kehilangan ada kehilangan maturasional dan kehilangan situasional. Jenis
kehilangan kehilangan fisiologis, kehilangan keselamatan, kehilangan keamanan dan
rasa memiliki, kehilangan harga diri, kehilangan yang berhubungan dengan
aktualisasi diri Fase kehilangan terbagii menjadi 5 fase yaitu : Fase pengingkaran
(denial), Fase marah (anger), Fase tawar-menawar (bergaining), Fase depresi
(depression), Fase penerimaan (acceptance).
Dukacita adalah suatu proses kompleks yang normal meliputi respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga,
dan komunitas memasukkan kehilangan yang aktual, adapatif, atau dipresepsikan ke
dalam kehidupan mereka sehari-hari. (NANDA 2015-2017). Dalam tahap prose s
berduka ada beberapa yang dikemukakan oleh para ahli salah satunya tahap proses
berduka menurut Rodebaugh et al. (1999) adalah Reeling , Merasa (feeling),
Menghadapi (deadline), Pemulihan (healing).
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
18
NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2015-2017
10th edisi. Jakarta:EGC
Moorhedd, Sue dkk. 2016. Nursing Out Classification Edisi 5th. Singapore : Elsevier
Yoseph, Iyus dan Titin Sutini.2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama
Wong,Florence. 2014 .Helping a Child Cope with Loss by Using Grief Therapy.
19