Anda di halaman 1dari 17

Pengujian Substantive

Penjualan dan Penerimaan


Kas
Nama Kelompok 1 :
Ni Kadek Yuliartini (1833122112)
Aprinelia Sara Anjelita Rihi (1933122007)
Ni Putu Ayunda Astyka Dewi (1933122051)
Ni Luh Desiana Karismawati (1933122054)
Pengujian substantif merupakan tahap audit yang memberikan bukti
kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.

Program audit untuk pengujian substantif terbagi dalam 5 tahap


sebagai berikut:
1. Prosedur Audit Awal (Initial Procedure)
2. Prosedur Analitis
3. Pengujian Detail Transaksi
4. Pengujian Detail Saldo
5. Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan audit siklus penjualan dan penerimaan kas adalah untuk


mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi siklus sudah
disajikan secara wajar sesuai standar akuntansi atau tidak.
Setiap transaksi dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan
dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun
piutang usaha atau penyisihan untuk piutang tak tertagih. Untuk
mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian
internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun kredit.
Dalam siklus penjualan ada 8 fungsi bisnis :

1.Memproses pesanan pelanggan


2.Pemberian kredit
3.Pengiriman barang
4.Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan

5.Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas


6.Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurang penjualan
7.Penghapusan piutang usaha tak tertagih
8.Penyediaan piutang tak tertagih
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS
TRANSAKSI PENJUALAN
1. Memahami pengendalian internal
2. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan
3. Menentukan luas pengujian pengendalian
4. Merancang pengujian pengendalian untuk
penjualan
5. Merancang pengujian substantif transaksi
penjualan
Adapun langkah pengujian substantif atas transaksi
penjualan sesuai dengan tujuan audit, yaitu :
1.Pemisahan tugas yang memadai
Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan.
2.Menentukan luas pengujian pengendalian
Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian.
3.Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada
pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil.
4.Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber.
5.Penjualan dicatat dengan akurat
Ikhtisar metodologi penjualan
- Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi berasal dari kerangka kerja yang disajikan
dengan setiap tujuan dipisahkan untuk memfasilitasi penilaian resiko pengendalian yang
lebih baik
- Pengendalian kunci yang ada berasal dari matriks resiko pengendalian auditor.
Rancangan pengendalian internal yang telah dibuat oleh menajemen agar mecapai enam
tujuan audit atas transaksi.
- Pengujian pengendalian auditor merancang pengujian pengendalian untuk
memverifikasi keefektifannya.
- Defisiensi, defisiensi yang telah diidentifikasikan oleh auditor mengidentifikasikan tidak
adanya pengendalian yang efektif.
- Pengujian substantif atas transaksi, pengujian ini akan membantu auditor untuk
menentukan apakah ada salah saji moneter dalam transaksi penjualan.
Prosedur audit format perancangan dan kinerja
Prosedur-prosedur audit yang telah direncankan akan membantu membuat
program audit yang efektif dan efisien. Namun, tidak efisien apabila prosedur
audit dilakukan sesuai dengan format perancangan. Sehingga dapat dilakukan
penggabungan program audit format perancangan menjadi program audit
format kinerja. Adapun hal-hal yang akan terjadi jika penggabungan tersebut
tercapai :

- Mengeliminasi prosedur duplikat


- Memastikan bahwa dokumen tertentu diperiksa
- Memungkinkan auditor melakukan prosedur yang lebih efektif
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS
TRANSAKSI PENERIMAAN
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses
berikut ini :
a.Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
b.Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
c.Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi
setiap tujuan.
Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang dicatat
telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof of cash
receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah penerimaan
kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau
setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama.

Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha


Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi
kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani penerimaan kas
dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan
kas kedalam system.
Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat

Auditor paling sulit mendeteksi jenis penggelapan kas yang terjadi


sebelum kas dicatat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya,
utamanya apabila penjualan dan penerimaan kas dicatat secara
bersamaan.
TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP KAS

- Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan


kas.
- Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang
dicantumkan di neraca.
- Membuktikan kelengkapan kas yang dicantumkan di neraca.
- Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca.
- Membuktikan kewajaran penilaian kas yang tercantum dineraca.
- Membuktikan kewajaran panyajian dan pengungkapan kas di neraca.
Pengaruh hasil pengujian substantif atas transaksi

Hasil dari pengujian substantif atas transaksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sisa audit, utamanya terhadap pengujian substantif atas rincian saldo. Bagian dari audit
yang paling dipengaruhi oleh pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan
dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, biaya piutang tak tertagih dan
penyisihan untuk piutang tak tertagih. Pengaruh yang paling signifikan dari hasil
pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah
terhadap konfirmasi piutang usaha, yaitu jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan penetapan
waktu pengujian.
KESIMPULAN
Pengujian substantif merupakan tahap audit yang memberikan bukti kewajaran
laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen
Audit siklus penjualan dan penerimaan kas bertujuan untuk mengevaluasi apakah saldo
akun yang dipengaruhi siklus sudah disajikan secara wajar sesuai standar akuntansi
atau tidak. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti
proses:

a. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit


b. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
c. Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi
setiap tujuan.

Sesi Tanya Jawab


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai