1. Jelaskan dan gambarkan pengertian auditing menurut Alvin A Arens et.,al (setelah
edisi tahun 2012), tentukan key wordnya dan berikan contoh aplikatif untuk jenis
Audit Operasional dan Audit Compliance.
Jawab:
Auditing menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2012:4) adalah
sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person”. Artinya auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat atau derajat kesesuaian antara informasi tersebut dan
kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Adalah jenis pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan. Meliputi kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional manajemen yang telah ditetapkan, dengan tujuan
untuk mengetahui kegiatan operasi yang dilakukan berjalan secara efektif dan efisien.
Yaitu jenis pemeriksaan yang tujuanya untuk mengetahui apakah perusahaan telah
mentaati peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku baik yang di tetapkan oleh pihak
intern maupun pihak ekstern entitas/perusahaan. Audit ketaatan berfungsi untuk
menentukan sejauh mana perusahaan mentaati peraturan, kebijakan, peraturan pemerintah
bahkan hukum yang harus dipatuhi oleh entitas yang di audit. Sebagai contoh, perusahaan
harus mematuhi sejumlah undang-undang yang berkaitan dengan tenaga kerja, seperti
Equal Employement Opurtunity Act dan fair labor standards Act, demikian pula halnya
dengan para kontraktor pertahanan yang harusmematuhi berbagai persyaratn kontrak
pemerintah.
2. Jelaskan gambar Auditing Services yang dapat diberikan KAP di bawah ini, dengan
menjelaskan terlebih dahulu arti dari setiap jasa-jasa tersebut
Jawab:
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi
pengambil keputusan.sedangkan jasa non assurance adalah jasa yang diberikan oleh
akuntan publik atau auditor independen yang didalamnya ia tidak memberikan suatu
pendapat, keyakinan negatif ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.
Pada jasa assurance, di dalamnya terdiri dari jasa atestasi dan jasa assurance lainnya. jasa
atestasi merupakan jenis jasa penjaminan yang dilakukan profesi akuntan publik atau
auditor independen dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan
kesimpulan tentang keandalan pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Jasa atestasi
ini terdiri dari 5kategori, yaitu:
1. Audit atas laporan keuangan historis, merupakan suatu bentuk jasa atestasi di
mana auditor mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan pendapat tentang
apakah laporan keuangan tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
2. review laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa laporan
keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum, sama seperti audit.
3. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
4. Jasa atestasi mengenai teknologi informasi. AICPA) dan CICA telah
mengembangkan lima prinsip yang berkaitan dengan privasi online, keamanan,
integritas pemrosesan, ketersediaan, dan kerahasiaan untuk digunakan dalam
melakukan jasa-jasa seperti Webtrust dan Systrust.
5. Jasa atestasi lain, misalnya jasa atestasi mengenai informasi dalam perkiraan
laporan keuangan seorang klien untuk memperoleh pembiayaan.
Lalu untuk jasa assurance lainnya yaitu berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi
pengambil keputusan.
Lalu, dalam lingkup jasa non-assurance terdapat 3 jasa yang disediakan, yaitu:
a. Jasa Pajak, KAP (Kantor Akuntan Publik) membantu klien menyusun Surat
Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) untuk PPh, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dll.
b. Konsultasi manajemen, KAP membantu klien meningkatkan efektifitas operasinya,
meliputi pemberian rekomendasi dan sejumlah saran mengenai pembenahan sistem
akuntansi, pemanfaatan instalasi computer, ikut serta menyusun strategi pemasaran, dll.
c. Jasa Akuntansi dan Pembukuan, banyak perusahaan kecil dengan staf akuntansi terbatas
menyerahkan pembuatan laporan keuangannya kepada KAP, atau melakukan tugas-tugas
pembukuan.
Jawab:
Program Audit,
Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan
pekerjaan lapangan. Dalam survei pendahuluan, auditor mengidentifikasi tujuan operasi,
risiko, kondisi-kondisi operasi dan kontrol yang diterapkan.
Prosedur Audit,
Definisi dari prosedur audit sendiri adalah instruksi untuk para auditor sebagai teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup dalam
audit. Prosedur audit pada saat di lapangan biasanya meliputi: kegiatan inspeksi,
pengamatan, konfirmasi dan penerimaan keterangan dan lainnya.
Asersi manajemen,
Asersi Manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan yang baik
secara eksplisit ataupun implisit. oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta
pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi-asersi ini bagi kelas
transaksi, saldo akun, dan penyajian serta pengungkapan.
Audit objective, (tujuan audit)
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas
sesuai dengan prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Evidence
Bukti Audit atau audit evidence adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk
membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu.
Memperoleh sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai
tujuan audit.
Contoh tujuan audit terkait transaksi yaitu tujuan audit khusus terkait transaksi penjualan
dan tujuan audit khusus terkait retur dan tunjangan penjualan. Contoh tujuan audit terkait
dengan saldo misalnya tujuan audit khusus yang terkait dengan saldo piutang dan tujuan
audit khusus yang terkait dengan saldo utang. Contoh tujuan audit terkait dengan
penyajian dan pengungkapan yaitu misalnya, terdapat tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan khusus untuk piutang dan wesel bayar.
Jawab:
Pendekatan audit berbasis risiko bukan berarti menggantikan pendekatan audit konvensional
yang dijalankan oleh lembaga audit intern yang sudah berjalan selama ini. Pendekatan ini
hanya membawa suatu metodologi audit yang dapat dijalankan oleh auditor intern dalam
pelaksanaan penugasan auditnya melalui pendekatan dan pemahaman atas risiko yang harus
diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna mencapai tujuan.
Perbedaan pendekatan audit berbasis risiko dengan pendekatan audit konvensional adalah
pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi perhatian pada pengujian
transaksi individual dan lebih berfokus pada pengujian atas sistem dan proses bagaimana
manajemen mengatasi hambatan pencapaian tujuan, serta berusaha untuk membantu
manajemen mengatasi (mengalihkan) hambatan yang dikarenakan faktor risiko dalam
pengambilan keputusan.
Tahapan audit berbasis resiko meliputi 3 langkah, yaitu Risk Assessment (Penialain
Risiko), Risk Response (Merespon Risiko) dan Report (Pelaporan).
Perhatian auditor lebih jauh lagi dititikberatkan pada penilaian atas risiko (risk
assessment). Auditor melakukan penilaian risiko bukan hanya semata-mata untuk audit
namun lebih difokuskan pada risiko atas pembuktian kelangsungan dan perkembangan
aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan manajemen.
Auditor mencoba membuat scenario risiko dimasa kini dan dimasa depan yang akan
berdampak pada pencapaian tujuan organisasi, sehingga dalam memberikan
rekomendasi audit lebih dititikberatkan pada pengelolaan risiko (risk management)
selain pengelolaan pengendalian (management control)
Dalam laporan audit, auditor lebih menitik beratkan pada pengungkapan proses yang
memiliki risiko selain dari berfungsi atau tidaknya pengendalian.
Menurut Arens, tahapan audit konvensional meliputi empat tahap sebagai berikut:
5. Apa yang anda pahami tentang konsep Materialitas dalam auditing? Apakah ada
perbedaan baik secara konseptual maupun secara aplikatif mengenai konsep
Materialitas ini dalam audit ?? Jelaskan!!
Jawab:
Materialitas adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih
rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi
ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi
dan yang tidak terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan
Konsep Penjelasan
Materialitas
Materialitas pd Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minumum yang
tingkat saldo mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji
akun material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh
dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
6. Apa yang mendorong Indonesia mengadopsi ISA? Apa saja keunggulan ISA dan
keuntungan dari mengadopsi ISA? Jelaskan!
Jawab:
Tuanakotta (2013) menjelaskan terbitnya ISA diawali dengan munculnya beberapa skandal
akuntansi yakni adanya manipulasi atas laporan keuangan di pasar modal dan pasar uang
dunia. Auditor dianggap gagal untuk mendeteksi financial statement fraud yang ada, oleh
karena itu IFAC secara proaktif dan reaktif menerbitkan ISA sebagai solusi untuk mampu
mengurangi nilai kecurangan yang ada. Pengadopsian dan perubahan secara penuh standar
audit antara International Standard on Auditing (ISA) dengan standar terdahulu bukanlah
perubahan tanpa makna. Beberapa profesi akuntan berpendapat bahwa perubahan standar
audit bersifat substantif dan mendasar. ISA memberikan penekanan yang sangat besar
terhadap faktor risiko sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak
suatu entitas dalam penugasan auditnya sampai setelah menerbitkan laporan yang berisi
opininya.
Apa insentif bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA. Kita bisa melakukan
pendekatan dari sisi kekuatan pasar dan nilai tambah.
• Kekuatan Pasar
KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global (seperti The Big Four) dan jaringan
internasional lainnya (banyak diantaranya second-tier firms) melayani klien global dan
internasional yang mengadopsi standar-standar IFAC. Beberapa diantaranya sejak 2000-
an sudah aktif melatih partner dan staf dengan metodologi audit berbasis ISA,
berkomunikasi dan menyiapkan klien audit mereka dengan mengenalkan ketentuan-
ketentuan dan kewajiban yang ditetapkan ISA.
Bagi KAP yang melayani klien audit semacam ini, ISA bukan pilihan. Atau, lebih
tepatnya, “pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerja
internasional”. Sangat jelas bahwa kekuatan pasar merupakan penentu.
• Ada Nilai Tambah
Pembahasan mengenai kekuatan pasar mengisyaratkan hal lain, yakni adanya nilai
tambah. Tanpa nilai tambah, tidak akan ada “daya memaksakan”. Ada cerita dibalik
argument kekuatan pasar. Diawali dengan skandal akuntansi yang dalam istilah ISA,
massive and pervasive. Auditor gagal mendeteksi financial statement fraud tersebut.
Lembaga yang menetapkan standar (standard-setting body) secara pro aktif atau reaktif
menemukan solusi.
Target utama penerima nilai tambanh tentu para investor dan calon investor yang dengan
standar baru akan memperoleh laporan keuangan yang lebih baik. Akan tetapi pada
akhirnya, profesi akuntansi juga memperoleh manfaat yang besar. Setidak-tidaknya,
profesi meraih nilai tambah tidak berwujud (intangible) berupa peningkatan mutu audit.
Tentu ada peningkatan beban audit yang tidak selamanya tercermin dalam tambahan fee.
Beban audit dalam tahun-tahun pertama sangat signifikan, berupa biaya pendidikan dan
pelatihan, penerbitan kembali pedoman audit yang dipakai KAP, sampai pada
opportunity Cost karena partner harus mengikuti pelatihan atau member pelatihan kepada
stafnya atau member penjelasan kepada kliennya, dan lebih banyak waktu partner (dalam
ketentuan ISA) pada setiap perikatan.
7. Jelaskan beberapa terminology yang ada dalam Audit berikut ini: FRF (Financial
Reporting Framework), TCWG, Inhernt Limitation, Engagement Letter, Client
Representation Letter, Management Letter, Audit Risk, Audit Failure, Business Risk,
Business Failure, Information Risk.
Jawab:
Harmonisasi standar akuntansi dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti
sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional. Negara tersebut hanya membuat agar
standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar akuntansi
internasional.
Konvergensi dalam standar akuntansi dan dalam konteks standar internasional berarti
nantinya ditujukan hanya akan ada satu standar. Satu standar itulah yang kemudian berlaku
menggantikan standar yang tadinya dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri.
Maka statement “dari harmonisasi menuju konvergensi”, berarti adanya perubahan dari
Harmonisasi yang bersifat fleksibel dan terbuka yang memungkinkan adanya perbedaan
antara standar yang dianut oleh negara tersebut dengan standar internasional, menjadi
konvergensi yang diharapkan akan menghapus perbedaan tersebut perlahan lahan dan
bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara standar negara tersebut
dengan standar yang berlaku secara internasional.
Ada beberapa konsekuensi dari penerapan International Standard on Auditing (ISA) tersebut
Apakah auditor paska ISA bertanggungjawab untuk menemukan fraud dalam audit umum
(general audit)?
Bagaimana menerapkan ISA untuk audit klien-klien kecil ?
Apakah ketidaktahuan dari auditor untuk menerapkan ISA bisa dianggap sebagai
Negligence /keteledoran profesional dan berdampak hukum paska penerbitan UU
Akuntan Publik?
Bagaimana kita harus mengajarkan auditing ke mahasiswa paska ISA? karena standar
berubah dari rule based ke principle based?
Apakah benar ISA akan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan?
Jawab:
Dalam buku "Audit berbasis ISA", Tuanakotta (2013) menjelaskan 5 (lima) hal yang
berbeda secara fundamental antara ISA dengan SPAP (standar audit
sebelumnya/konvensional) Perbedaan tersebut antara lain:
10. Performance Materiality menjadi kunci bagi auditor dalam merancang rencana
pengujian audit tertentu berdasarkan professional judgement auditor atas risiko
tertentu yang berkaitan dengan saldo akun, transaksi, atau disclosure dalam laporan
keuangan
a. Jelaskan maksud dari statement di atas dan mengapa demikian?
b. Jelaskan pula 4 jenis audit test yang dapat diterapkan auditor dalam menetapkan
prosedur audit yang tepat dalam menanggapi risiko dan berikan contohnya!
Jawab:
Performance Materiality dikatakan menjadi kunci bagi auditor dalam merancang rencana
pengujian audit tertentu berdasarkan professional judgement dikarenakan mampu
memberikan pertimbangan penting dalam pemberian opini yang tepat atas penyajian
laporan keuangan. Pertimbangan tersebut merupakan pertimbangan profesional yang
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan pemakai laporan keuangan. Penelitian
yang dilakukan Septiant (2014) membuktikan secara empiris bahwa pertimbangan
materialitas berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Semakin
baik pertimbangan tingkat materialitas yang dilakukan auditor maka opini yang diberikan
oleh auditor sendiri akan semakin tepat.
Dalam perencanaan audit, auditor telah menetapkan berbagai risiko akun yang mungkin
terdapat salah saji material, atau bahkan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan. berdasarkan penetapan materialitas pada saat perencanaan audit, auditor
kemudian melakukan pembuktian setiap tingkat materialitas yang ditemui dalam
perencanaan audit. Dalam penetapan material setidaknya suatu saldo akun, auditor dapat
mendasarkan pada laporan keuangan tahun lalu, dan lingkup bisnis klien. Oleh karena itu,
pengalaman auditor atas perusahaan yang diauditnya tersebut sangat bermanfaat bagi
auditor dalam menetapkan material dalam suatu saldo akun
11. Journal Entries, estimasi manajemen, transaksi penting, transaksi related party,
serta revenue recognition menjadi petunjuk bagi auditor dalam mendeteksi adanya
management override. Berikan gambaran dari kelima hal tersebut yang membuktikan
kebenaran pernyataan di atas!
Jawab:
Berikut adalah sejumlah gambaran kasus untuk membuktikan kebenaran pernyataan di atas.
Journal Entries: Journal entries digunakan untuk mencatat setiap transaksi yang dilakukan.
Misalnya bisa terjadi sebuah pemesanan barang yang sebetulnya tidak diperlukan oleh
entitas. Akan tetapi, manajemen dengan kewenangannya meng-OK-kan pemesanan barang
tersebut, yang mana jika nanti telah sampai barang tersebut, akan dijual oleh pihak
manajemen. Tetapi, setelah diaudit oleh auditor, dengan melihat adanya transaksi tersebut
yang tercatat secara otomatis, namun sama sekali tidak pernah direncanakan atau diinginkan
oleh pihak perusahaan, maka manajemen bisa tertangkap atas tindakan tidak
bertanggungjawabnya tersebut. Estimasi Manajemen: adalah jumlah yang dipilih
manajemen untuk pengakuan terhadap adanya estimasi akuntansi. Dalam melakukan
estimasi, auditor dapat bertanya kepada manajemen tentang perubahan situasi yang
memerlukan estimasi akuntansi yang baru atau perlunya revisi atas estimasi yang ada.
Review dan evaluasi proses estimasi manajemen, termasuk penyusunan asumsi yang
menjadi dasar estimasi, keandalan data yang digunakan dan proses persetujuan atau reviu
intern. Kebutuhan akan management expert timbul karena kekhususan masalah yang
memerlukan estimasi, sifat teknis dari model yang digunakan untuk memenuhi ketentuan
kerangka laporan keuangan yang berlaku dan transaksi, peristiwa dan kondisi yang
memerlukan estimasi akuntansi, bersifat unusual atau istimewa atau jarang terjadi di entitas
tersebut.
Transaksi Penting: pada dasarnya setiap transaksi yang terjadi di perusahaan itu penting,
dari mulai transaksi dengan jumlah uang kecil sampai besar, hingga transaksi jarang terjadi
sampai yang terjadi berulang. Untuk melengkapi sebuah pencatatan transaksi keuangan,
maka bukti-bukti transaksi harus disimpan agar dapat digunakan jika terjadi selisih atau
kesalahan dalam pencatatan. Bukti transaksi dinilai penting untuk kegiatan operasional
perusahaan. Dengan adanya Bukti transaksi , tingkat keefektifan sumber daya ekonomi suatu
perusahaan dapat dinilai, sehingga bisa dijadikan pertimbangan sebagai bahan untuk
mengambil keputusan.
12. Analytical Test/Procedures merupakan salah satu jenis pengujian substantive yang
umumnya dilakukan auditor di setiap tahapan audit.
Jawab:
Menurut SAS No. 56 (AU 329,02) prosedur analitis adalah "evaluasi informasi keuangan
yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang logis antar data keuangan maupun non
keuangan yang meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atas harapan yang
dikembangkan oleh auditor". Prosedur analitis dapat digunakan untuk tujuan sebagai
berikut:
Sebagai alat perencanaan, untuk menentukan nature, timing dan perluasan prosedur
audit lainnya, memahami bisnis klien, dan mengidentifikasi area yang mungkin
memiliki risiko.
Sebagai uji substantif, untuk mendapatkan bukti audit yang nyata tentang asersi
terkait saldo akun atau transaksi.
Sebagai reviu keseluruhan dari laporan keuangan dalam tahap penyelesaian audit,
mengidentifikasi kenaikan atau penurunan tidak biasa yang tidak terdeteksi dalam
tahap perencanaan dan pengujian audit, dan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan telah disajikans ecara wajar.Tujuan utama dari prosedur analitik substantif
adalah untuk mendapatkan jaminan, dalam kombinasi dengan pengujian audit
lainnya (seperti pengujian system pengendalian intern dan pengujian substantif
perincian), yang berhubungan dengan pernyataan laporan keuangan untuk satu atau
lebih area audit.
b. Apa saja manfaat yang didapatkan auditor ketika melaksanakan Analytical Test pada
tahap perencanaan audit, pelaksanaan audit, dan penyelesaian audit? Lengkapi jawaban
anda dengan contoh-contohnya! (pelajari ref dari Arens, chapter 8: Audit Plan…)
Prosedur analitis yang digunakan dalam perencanaan audit harus fokus pada:
Meningkatkan pemahaman auditor pada bisnis klien.
Mengidentifikasi area yang mungkin terdapat risiko
Prosedur analitis yang diterapkan sebagai uji substantif memungkinkan auditor untuk
mendapatkan bukti nyata tentang asersi. Prosedur ini melibatkan perbandingan laporan
keuangan dengan harapan auditor untuk menilai kewajaran saldo suatu akun atau
transaksi. Ketika dalam penerapan prosedur analitis didapatkan kenaikan atau penurunan
tidak biasa, auditor harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Prosedur analitis juga
berguna untuk menduga kondisi keuangan klien dan mengurangi luasnya pengujian-
pengujian. Jika hasil pembandingan tidak menunjukkan adanya fluktuasi yang abnormal
dapat diartikan bahwa kemungkinan kesalahan dan ketidakberesan sangat kecil sehingga
pengujian tidak perlu diperluas.
Prosedur analitis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan sebagai berikut:
Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu,
lingkup dan prosedur audit.
Pada fase pengujian, untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis-jenis transaksi.
13. Kemukakan secara lengkap dan jelas yang anda ketahui tentang Audit
Documentation dalam Working Papers; meliputi: pengertian, sifat, ciri-ciri
dokumentasi yang baik, fungsinya, jenis-jenis, Serta contoh yang memenuhi
persyaratan dokumentasi yang baik.
Jawab:
Pengertian
Audit Documentation dalam Working Paper merupakan catatan-catatan yang
dibuat/dikumpulkan dan disimpan oleh Akuntan Publik mengenai prosedur pemeriksaan
yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, keterangan yang diperolehnya, dan
kesimpulan yang ditariknya sehubungan dengan auditnya.
Sifat
- Bukti bahwa auditor mempunyai dasar dalam mengambil keputusan
- Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai SA
14. Apa yang dimaksud dengan Audit Evidence? Audit Evidence Decission meliputi 4
hal, jelaskan dan berikan contoh aplikatifnya! Jelaskan pula 8 jenis bukti audit yang
anda ketahui dan buatkan prosedur audit yang tepat untuk mendapatkan masing-
masing jenis bukti audit tersebut.
Jawab:
Bukti audit adalah segala informasi yang dapat mempresentasikan setiap angka yang
terdapat pada laporan keuangan dan dapat digunakan oleh auditor sebagai pertimbangan
dalam penilaian sebuah laporan keuangan. Dalam menentukan prosedur audit mana yang
akan digunakan, auditor dapat memilih dari delapan kategori umum bukti audit. Setiap
prosedur audit membutuhkan satu atau lebih jenis bukti audit seperti berikut :
a. Pemeriksaan Fisik
Merupakan pemeriksaan atau penghitungan yang dilakukan oleh auditor atas aset
berwujud. Jenis bukti ini sering kali dikaitkan dengan persediaan dan kas, namun dapat
pula diterapkan untuk memverifikasi surat-surat berharga, piutang dagang dan aset
tetap.
b. Konfirmasi
Merupakan jawaban lisan atau tertulis yang diterima dari pihak ketiga yang independen
untuk melakukan verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.
c. Dokumentasi
Merupakan pemeriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien untuk
membuktikan informasi yang harus, atau sebaiknya, dimasukkan dalam laporan
keuangan.
d. Prosedur Analitis
Menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau
data lain yang muncul telah disajikan secara wajar dibandingkan dengan perkiraan
auditor.
e. Tanya Jawab dengan Client
Merupakan diperolehnya jawaban tertulis atau informasi dari klien sebagai jawaban atas
pertanyaan yang diberikan auditor.
f. Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang mencakup pengecekan ulang atas contoh-contoh pernitungan yang
dilakukan oleh klien.
g. Pengerjaan ulang
Merupakan pengujian yang dilakukan oleh seorang auditor independen terhadap
prosedur pembukuan atas pengendalian yang awalnya dilakukan sebagai bagian dari
pembukuan entitas dan sistem pengendalian internal.
h. Pengamatan
Penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas-aktivitas klien, auditor mendapatkan
kesempatan untuk menggunakan panca indera untuk mengevaluasi banyak hal.
15. Sistem Pengendalian Intern (SPI) menjadi faktor penting dalam audit, baik
pendekatan konvensional maupun based risk. Apa yang dimaksud dengan SPI serta
gambarkan urgensinya seperti apa. Buatkan pula perbandingan terkait penerapan SPI
:conventional based & based risk. Bagaimana penerapan SPI di perusahaan kecil dan
siapa yang bertanggungjawab atas SPI yang efektif?
Jawab:
Menurut Mulyadi (2001, 183) Sistem pengendalian internal meliputi organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipenuhinya
kebijakan manajemen.
Urgensi dari adanya SPI ini yaitu sebagai sistem yang dapat mengontrol, mengawasi, dan
mengarahkan organisasi agar mencapai tujuannya.
Based Risk
Audit berbasis risiko (RBA) adalah sebuah metodologi yang menghubungkan audit internal
dengan seluruh kerangka manajemen risiko yang memungkinkan proses audit internal
mendapatkan keyakinan memadai bahwa manajemen risiko organisasi telah dikelola dengan
memadai sehubungan dengan risiko yang dapat diterima (risk appetite). Risiko perlu
dikelola dengan tepat dan wajar melalui pengawasan secara berkala. Pengelolaan risiko
dengan tepat dapat memberikan
jaminan yang memadai bahwa kegiatan operasional dapat berlangsung secara optimal sesuai
dengan tujuan perusahaan.
Pendekatan audit berbasis risiko mendasarkan pada profil risiko perusahaan dalam
mengembangkan perencanaan audit. Pendekatan audit berbasis risiko mengurutkan dari
risiko tertinggi sampai terendah dan memprioritaskan audit pada risiko-risiko yang tinggi,
sehingga sumber daya audit yang tersedia dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dan
efektif. Koordinasi antara Satuan Pengawasan Internal (SPI), Biro Manajemen Risiko dan
unit kerja merupakan hal yang penting dalam penerapan pendekatan audit berbasis risiko.
Conventional Based
Sistem pengendalian internal dalam audit berbasis konvensional berperan sebagai pengawas
meliputi aktivitas yaitu infeksi, observasi, perhitungan, pengecekan yang memiliki tujuan
untuk memastikan kepatuhan dan ketaatan pada ketentuan, kebijakan serta peraturan yang
telah ditetapkan. peran auditor sebagai pengawas biasanya menghasilkan saran atau
rekomendasi yang memberikan dampak jangka pendek pada perusahaan.
Penerapan SPI pada perusahaan kecil masih cenderung sangat lemah, namun pada
lingkungan pengendaliannya sendiri perusahaan kecil memiliki keunggulan untuk dapat
membangun lingkungan pengendalian yang kuat. Hal ini dikarenakan karyawan yang
dimiliki relatif sedikit dan berinteraksi dengan frekuensi lebih sering sehingga memudahkan
pembentukan budaya dan penanaman etik perusahaan. Perusahaan kecil cenderung sudah
mengidentifikasi risiko yang dimiliki, misalnya risiko bisnis ataupun risiko operasional.
Dengan terbatasnya sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan kecil, ini sangat
memungkinkan terjadinya perangkapan tugas dan tanggung jawab dalam suatu aktivitas. Hal
ini menyebabkan lemahnya perusahaan dalam aktivitas pengendalian. Maka, secara
keseluruhan perusahaan kecil menghadapi tantangan dalam penerapan sistem pengendalian
intern yang efektif. Hal tersebut dikarenakan perusahaan mempunyai sumber daya yang
terbatas, karyawan yang terbatas, dan constraint biaya dan manfaat.
Perusahaan kecil biasanya tidak mempunyai fungsi auditor secara formal, biasanya fungsi
ini dirangkap oleh bagian lain misalnya seorang karyawan senior dari fungsi akuntansi yang
hanya bertugas memeriksa laporan yang terkait dengan keuangan saja (financial audit).
Tanggung jawab terhadap SPI ada perusahaan kecil dan menengah lebih efektif terlihat pada
pemantauan yang dilakukan oleh manajer unit bersangkutan dan CEO yang merangkap
biasanya merangkap pemilik perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena struktur organisasi
yang sederhana dan rentang kendali yang sempit yang memudahkan pemantauan yang lebih
dekat dan terinci oleh manajemen.
16. ISA menuntut adanya perubahan substantif dan mendasar, meliputi perubahan
dalam cara berpikir, cara bertindak dan cara bersikap auditor. Secara umum ada 6
hal yang berbeda secara fundamental dibandingkan standar lama (Tuanakotta, 2012):
1) Penekanan pada Audit Berbasis Resiko,
2) Perubahan dari Rules based ke Principle Based,
3) Berpaling dari model matematis,
4) Menekankan pada Kearifan Profesional (professional judgement),
5) Pengendalian Intrnal,
6) Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG).
Jelaskan maksud dari pernyataan di atas!
Jawab:
1. Penekanan pada Audit Berbasis Resiko
Ciri yang paling menonjol dari auditing berbasis ISA ialah penekanan terhadap aspek
risiko. Sebelumnya, buku-buku auditing dalam praktik GAAS menekankan audit
pemeriksaan (examination) atas akun satu persatu, dengan penekanan pada akun-akun
neraca. Risiko audit tidak dibahas, atau jika disinggung (seperlunya) keterkaitan dengan
auditing tidak diperagakan.
Arens dan penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke dalam pendekatan siklus
(cycle approach) yang mengintegrasikan audit atas seluruh akun dalam siklus yang
bersangkutan. Arens dan rekan-rekan tidak mengabaikan faktor risiko. Namun, ISAs
memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko, sejak auditor
mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya
sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan.
ISA berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor (dengan istilah ‘”the auditor shall”)
dalam menilai risiko (to assess risk), dalam menanggapi risiko yang dinilai (to respond to
assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk), baik yang akan
dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak
menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent). Sebagai konsep auditing, Arens dan
rekan-rekannya mengenal risiko dan peranannya dalam suatu audit, ISA selangkah lebih
maju; ISA merajut konsep risiko dalam setiap tahap audit
2. Perubahan dari Rules based ke Principle Based
ISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards) adalah standar-standar yang
berbasis prinsip (principles based standards), yang merupakan perubahan besar dari
standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan (rules based standards).
Principles based standards mengharuskan akuntan membuat sejumlah estimasi yang harus
dapat dipertanggung jawabkan dan mensyaratkan semakin banyak Judgment profesional.
3. Berpaling dari model matematis
Pendekatan matematis mempunyai kelemahan, yakni membuat auditor jadi robot, hal ini
terlihat dalam mengisi check list yang seharusnya merupakan alat bantu bagi auditor untuk
berpikir. Dalam praktiknya, yang terjadi sebaliknya justru membuat auditor berhenti
berpikir. Salah satu sifat dari model–model matematis adalah kerumitannya. Kerumitan
atau kompleksitas model matematis sering memberikan kesan keliru, seolah olah model itu
seperti black box yang memberikan jawaban yang tepat.
ISAs menekankan (menggunakan istilah “the auditor shal” berulang-ulang dalam setiap
ISA) penggunaan professional judgement.
4. Menekankan pada Kearifan Profesional (professional judgement)
Konsekuensi yang paling mudah diamati ialah keterlibatan partner yang mempunyai
pengalaman, pendidikan dan pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sikap
skeptis (professional skepticism).
Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman yang
memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISAs. Untuk Indonesia,
ciri penerapan ISAs yang paling jelas ialah seberapa besarnya keterlibatan partner yang
pakar dalam penugasan audit.
5. Pengendalian Internal
Yang ditekankan ISA ialah kewajiban entitas (dalam membangun, memelihara, dan
mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban auditor (dalam menilai
pengendalian internal dan menggunakan hasil penilaiannya) serta komunikasi dengan
manajemen terkait hal auditor menemukan defesiensi dalam pengendalian internal.
Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam standar audit dan bagian
yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko. Contoh dari cara berpikir cara lama dapat
dilihat dalam banyak praktik diindonesia, Akuntan publik mereview sistem pengendalian
internal, dan produk yang dihasilkan ialah rekomendasi perbaikan sistem (dalam surat
manajemen/management letter). Yang terpenting justru tidak dilakukan auditor; ia tidak
mengaitkan prosedur audit selanjutnyaa dengan hasil review atas pengendalian internal.
Seolah-olah antara prosedur audit selanjutnya dan review atas pengendalian internal berdiri
sendiri, independen satu dari yang lain. Ini merupakan perubahan mendasar dalam
perubahan pola pikir yang ditekankan oleh ISA. Selain itu ISA juga menekankan pada
perubahan dalam pemahaman konsep ini, yaitu dengan mengenalkan lima unsur
pengendalian internal.
6. Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG)
ISAs menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. TCWG adalah orang atau
lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas yang dibentuk karena
perkembangan dalam tata kelola pada dua dekade terakhir. Konsekuensinya adalah bahwa
jika orang atau lembaga TCWG itu eksis dalam entitas tersebut (misalnya dipasar modal di
dunia), auditor wajib berkomunikasi dengan mereka.