Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II
EKA 446 / B2
REVIUW PENGAUDITAN

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
PEMBAHASAN

1. Pengauditan Dengan Pendekatan Akun, Siklus Risk Base Audit


Audit laporan keuangan dilakukan dengan memecah laporan
keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil.
Pembagian atau pemecahan audit atas segmen – segmen bisa dilakukan
dengan memperlakukan setiap pos (rekening) yang tercantum dalam
laporan keuangan sebagai segmen yang terpisah. Salah satu cara
segmentasi audit adalah dengan memperlakukan setiap akun dalam
laporan keuangan sebagai suatu segmen tersendiri. Pemecahan
semacam ini biasanya akan menyebabkan audit menjadi kurang efisien.
Dengan pendekatan audit semacam itu, audit atas rekening – rekening
menjadi tidak terpadu dan akibatnya selain tidak efisien, audit juga
menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, pendekatan tersebut pada masa
sekarang ini sudah dianggap kuno dan diganti dengan pendekatan lain
yang lebih terpadu yang disebut pendekatan siklus.
Segmentasi audit yang lazim digunakan kini adalah pendekatan
siklus yang menempatkan jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun
yang berkaitan dalam segmen yang sama. Logika penggunaan
pendekatan siklus dapat dilihat dengan membayangkan bagaimana
transaksi dicatat dalam jurnal dan dirangkum di buku besar dan laporan
keuangan. Sepanjang dimungkinkan, berbagai jurnal yang berbeda
dengan saldo-saldo rekening buku besar yang diakibatkan oleh
transaksi-transaksi tersebut. Pendekatan siklus diimplementasikan agar
proses pengauditan berjalan lebih efisien karena pendekatan ini
mengikuti aliran pencatatan dalam jurnal dan ringkasannya di buku
besar serta laporan keuangan. Pendekatan siklus transaksi bisa
dilakukan oleh auditor sesuai dengan perusahaan-perusahaan yang
diaudit dan pertimbangan auditor sendiri. Adapun segmentasi siklus
dari pendekatan siklus meliputi :
⮚ Siklus penjualan dan pengumpulan piutang
Dalam siklus ini mencakup akun-akun kas di bank, piutang
usaha, piutang lain-lain, cadangan kerugian piutang, penjualan,
retur penjualan dan kerugian piutang dengan jurnal sumber
meliputi jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas dan jurnal umum.
⮚ Siklus pembelian dan pembayaran
Siklus ini mencakup jurnal pembelian, jurnal pengeluaran
kas, jurnal umum dengan akun yang diklasifikasi dalam siklus ini
antara lain : kas di bank, persediaan, aset tetap, akumulasi
depresiasi, beban-beban dalam laporan laba rugi
⮚ Siklus penggajian dan personalia
Siklus ini menggabungkan kas di bank, utang gaji, utang pph
karyawan, beban gaji dan komisi, beban pajak karyawan dalam
satu siklus dengan jurnal sumber mencakup jurnal penggajian dan
jurnal umum
⮚ Siklus persediaan dan penggudangan
Siklus ini mencakup akun persediaan dan harga pokok
penjualan dengan jurnal sumber mencakup jurnal pembelian, jurnal
penjualan, dan jurnal umum
⮚ Siklus perolehan modal dan pengembaliannya
Siklus ini berhubungan erat dengan siklus pembelian dan
pembayaran. Transaksi-transaksi dalam siklus ini melibatkan akun
kas di bank, utang wesel, modal saham, agio saham, laba ditahan,
dividen, beban bunga yang berasal dari jurnal pembelian, jurnal
pengeluaran kas, dan jurnal umum.
2. Hubungan Antar Siklus

Gambar diatas merupakan hubungan dari siklus-siklus dalam


pendekatan siklus. Dalam pendekatan siklus tidak mengenal awal dan akhir
kecuali pada saat awal perusahaan didirikan dan ketika perusahaan
dilikuidasi. Aktivitas perusahaan dimulai dengan adanya siklus perolehan
modal yang biasanya dalam bentuk kas. Kas yang diperoleh dari penanaman
modal digunakan untuk membeli bahan baku, aset tetap dan barang serta
jasa lainnya yang menghasilkan barang (siklus pembelian dan pembayaran).
Selain itu, kas digunakan juga untuk mendapatkan tenaga kerja dengan
tujuan mendukung proses operasional menghasilkan barang (Siklus
penggajian dan personalia). Hasil penggabungan kedua siklus ini adalah
persediaan (Siklus persediaan dan penggudangan). Kemudian persediaan
dijual diiringi dengan timbulnya tagihan serta penerimaan kas (Siklus
Penjualan dan pengumpulan piutang). Kas yang dihasilkan dari penjualan
digunakan untuk membayar dividen dan bunga serta untuk memulai kembali
siklus. Pada perusahaan jasa, siklus-siklus cenderung sama yang
membedakan hanya tidak adanya persediaan.

3. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


❖Pengujian Pengendalian
● Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Pengujian Pengendalian terdapat dalam SA 330 yang menyatakan
bahwa “Suatu prosedur audit yang didesain untuk mengevaluasi
efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan
mengoreksi, kesalahan penyajian material pada tingkat asersi”.
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan
terhadap rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur
pengendalian internal. Pengujian pengendalian ini, dilaksanakan
auditor untuk menilai efektivitas kebijakan atau prosedur pengendalian
untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi
laporan keuangan. Dalam banyak hal auditor tidak akan mendapatkan
bukti yang cukup untuk menurunkan penilaian risiko pengendalian ke
tingkat yang cukup rendah. Oleh karena itu auditor harus mencari bukti
tambahan mengenai efektivitas pengendalian sepanjang periode yang
diaudit melalui pengujian pengendalian.
● Prosedur Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat
yaitu, selama pekerjaan interim dan pada saat mendekati akhir tahun.
Prosedur penilaian risiko untuk memperoleh bukti audit tentang
rancangan dan implementasi pengendalian yang relevan dapat
mencakup :
1) Meminta keterangan dari personal entitas yang sesuai
2) Menginspeksi dokumen dan laporan
3) Mengamati penerapan pengendalian tertentu
4) Melakukan pelaksanaan ulang prosedur klien
Apabila hasil pengujian pengendalian mendukung rancangan
dan pelaksanaan pengendalian sebagaimana yang diharapkan, maka
auditor akan menggunakan penetapan risiko pengendalian yang
sama sebagaimana ditetapkan di awal. Namun, apabila pengujian
pengendalian menunjukkan tidak berjalan dengan efektif, maka
risiko pengendalian yang sudah ditetapkan harus dipertimbangkan
kembali. Luas pengujian pengendalian yang diterapkan bergantung
pada penilaian awal risiko pengendalian. Apabila auditor
menghendaki penilaian risiko pengendalian yang rendah maka
diperlukan pengujian yang lebih luas.

❖ Pengujian Substantif
Pengujian substantif adalah suatu prosedur audit yang
dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi (SA 330. 4 (a)). Pengujian substantif menyediakan
bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan. Prosedur pengujian substantif terdiri dari :
1) Pengujian substantif golongan transaksi digunakan untuk
menentukan apakah keenam tujuan audit transaksi meliputi
keterjadian, kelengkapan, keakuratan, posting-
pengikhtisaran, penggolongan, dan ketepatan waktu telah
terpenuhi untuk setiap golongan transaksi.
2) Prosedur analitis substantif adalah pengevaluasian terhadap
informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis
hubungan antara data keuangan dan data non-keuangan.
Prosedur analitis meliputi perbandingan antara jumlah yang
tercantum dalam pembukuan dengan ekspektasi yang
dikembangkan auditor. Standar audit mewajibkan hal tersebut
dilakukan pada tahap perencanaan dan penyelesaian audit.
Namun demikian, prosedur analitis bisa juga dilakukan
sebagai pengujian substantif untuk mengaudit saldo akun.
3) Pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun
buku besar, baik akun neraca maupun akun laba rugi.
Prosedur ini menekankan pada pengujian rinci saldo pada
akun-akun neraca (riil).
4. Risk Base Audit
Audit berbasis Risiko adalah suatu teknik audit yang menekankan
terhadap aspek risiko. Audit atas laporan keuangan memiliki tujuan
meningkatkan kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju.
Tujuan itu dapat dicapai dengan pemberian opini oleh auditor dengan
memperoleh asurans yang layak atau keyakinan memadai mengenai apakah
laporan keuangan disusun dalam segala hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan yang berlaku. Asurans yang layak dicapai ketika auditor
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit
ke tingkat rendah yang dapat diterima (to an acceptable level). Risiko audit
(audit risk) yang dimaksud adalah resiko dimana auditor memberikan opini
audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara
material. Adapun risiko audit terdiri atas dua unsur utama yakni
- Risiko salah saji material merupakan gabungan risiko bawaan (inherent
risk) dan risiko pengendalian (control risk) yang mengindikasikan
laporan keuangan mungkin/berpotensi mengandung salah saji material
- Risiko Deteksi (Detection Risk) adalah risiko saat prosedur audit yang
dilaksanakan tidak dapat mendeteksi salah saji yang bisa material
dalam laporan keuangan

Dalam melaksanakan audit berbasis risiko, auditor wajib memahami


beberapa hal berikut sebagaimana tertuang dalam ISA 200
- Skeptisisme profesional yang berarti bahwa auditor wajib
merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan skeptisisme
profesional dengan menyadari bawa mungkin ada situasi yang
menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material
- Pertimbangan profesional yang berarti auditor wajib profesional dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan
- Asurans yang layak yang berarti auditor harus memperoleh bukti audit
yang cukup untuk menekan risiko ke tingkat rendah yang dapat diterima

Audit berbasis risiko memiliki 3 langkah dalam pelaksanaannya, meliputi :


- Penilaian risiko (risk assessment)
Pada tahap ini, tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah
saji yang material karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat
laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas yang
memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasikan
tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai.
- Menanggapi risiko (risk response)
Tahap kedua yakni menanggapi risiko dimana tujuan auditor adalah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko (salah saji
material) yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasikan
tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut.
- Pelaporan (reporting)
Tahap terakhir dalam audit berbasis risiko adalah menilai bukti audit
yang diperoleh dan menentukan apakah itu sudah cukup dan tepat untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam
tahap pelaporan, auditor merumuskan opini mengenai laporan
keuangan berdasarkan evaluasi atas kesimpulan yang ditarik
berdasarkan bukti audit yang diperoleh dan memberikan opini dengan
jelas melalui laporan tertulis yang juga menjelaskan dasar pemberian
pendapat tersebut.
5. Working Paper (WP) Audit ATLAS dari P2PK
Dalam praktiknya, audit keuangan dilaksanakan dalam sebuah file
dalam bentuk excel yang terdiri dari beberapa sheet, yang secara
umumnya akan langsung digabungkan menjadi satu Laporan Auditor
Independen dan akhirnya opini audit akan ditentukan berdasarkan
keakuratan dari laporan keuangan yang diaudit. Pemberian opini oleh
auditor akan berpengaruh terhadap kualitas audit tersebut. Disamping
itu, pesatnya kemajuan teknologi informasi berdampak pada
metodologi audit yang yang digunakan oleh auditor. Metodologi audit
terus berevolusi agar dapat menghadapi perubahan yang dinamis.
Penggunaan metodologi yang dapat digunakan oleh auditor untuk
mencapai sasaran audit berdasarkan ruang lingkup yang telah
ditetapkan adalah pemanfaatan komputer untuk alat bantu audit.
Lalu, dalam Standar Audit (SA) konvergensi International
Standards on Auditing (ISA), hanya dijelaskan proses melaksanakan
audit dan masing-masing komponen dalam audit cycle, namun tidak
disebutkan platform yang ideal digunakan untuk melaksanakan audit.
Sehingga secara praktik, sangat bervariasi metode melacak kerja
lapangan audit.
Hal tersebut mengakibatkan masih banyaknya kelemahan
terkait pemahaman atas pelaksanaan audit berbasis risiko dan tidak
adanya sarana audit yang dapat menunjang proses audit. Alhasil
Kementerian Keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
(PPPK) bekerja sama dengan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
mengembangkan aplikasi software ATLAS (Audit Tool Linked and
Archive System). Proses yang disajikan pada ATLAS sudah
berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Secara
gambaran luas, proses audit terdiri dari 3 tahap, yakni tahap perikatan
(pre-engagement), tahap proses audit (audit risk response), dan proses
pelaporan akhir (completing and reporting).
Aplikasi ATLAS membantu auditor untuk mengurangi adanya
resiko yang terjadi saat melakukan pengauditan maupun saat membuat
kertas kerja serta untuk meningkatkan kualitas audit dan berguna agar
auditor bisa menyusun progres dan data-data yang diperlukan secara
lebih rapi, dikarenakan semuanya ditemukan di satu tempat. Penerapan
aplikasi ATLAS juga dapat digunakan sebagai panduan bagi Akuntan
Publik di Indonesia terutama yang belum menyelenggarakan kertas
kerja dengan baik.
❖ Working Paper Audit ATLAS dari P2PK
1. Informasi status KKP

Kertas kerja dapat diakses dengan meng-klik ikon pada laman


“CONTENT”. Informasi ini digunakan untuk memantau status
kertas kerja pada setiap tahapan audit dan juga terdapat
informasi mengenai hari dan jam audit yang telah disesuaikan.
2. Beranda
Kertas kerja ini terdapat beberapa informasi umum yang
harus diisi oleh auditor sebelum melakukan proses selanjutnya
dalam aplikasi. Adapun informasi yang harus diisi oleh auditor,
yaitu identitas auditor dan tim perikatan, identitas klien, dan
informasi perikatan.
3. Audit Cycle (Siklus Audit)

Kertas kerja ini berisi informasi proses perencanaan


audit secara garis besar yang meliputi tahapan pra perikatan,
risk assessment, risk response, dan reporting. Terdapat pula
gambar siklus audit guna memudahkan auditor, apabila terdapat
evaluasi bukti audit yang mengharuskan auditor untuk
melakukan pekerjaan tambahan yang diperlukan pada tahap
sebelumnya, auditor dapat kembali ke tahap sebelumnya
dengan mengklik gambar pada siklus audit maka akan langsung
menuju pada kertas kerja yang bersangkutan.
4. CONTENT (Daftar Isi)

Pada laman ini berisikan daftar seluruh kertas kerja


yang terdapat dalam aplikasi ATLAS beserta indeks untuk
setiap kertas kerja.
5. Input Laporan Keuangan

Untuk dapat menginput data laporan keuangan pada


tahap awal, auditor harus memasuki tahap Pra Perikatan terlebih
dahulu. Setelah pengisian kertas kerja tersebut secara lengkap
maka secara otomatis terdapat informasi risiko perikatan pada
tingkat high atau low. Kemudian terdapat pilihan dropdown
yang digunakan auditor untuk menjawab pertanyaan mengenai
menerima atau menolak hubungan kerja dengan klien. Apabila
auditor memutuskan untuk menerima hubungan kerja dengan
klien maka muncul link “Template Laporan Keuangan”.
Selanjutnya auditor dapat langsung menuju halaman input
laporan keuangan dari lama “CONTENT” dengan memilih
indeks D.100 Input Laporan Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, I. A. (2021). STANDAR AUDIT 330 (REVISI 2021). Retrieved from


Institut Akuntan Publik Indonesia: https://iapi.or.id/
Koh, H. (2022, Juli 27). Pemakaian ATLAS dalam Kerja Lapangan Audit.
Retrieved from accounting.binus.ac.id:
https://accounting.binus.ac.id/2022/07/27/pemakaian-atlas-dalam-kerja-
lapangan-audit/

Anda mungkin juga menyukai