Anda di halaman 1dari 28

RMK

PENGAUDITAN SIKLUS PENGELUARAN


Dosen Pengampu : Ida Bagus Made Putra Manuaba, SE.,M.Si
Auditing II

Disusun Oleh: Kelompok 2

I Gede Yuda Purwanta (202033122006)


Ni Putu Nisa Arilia Nandita (202033122007)
Komang Ayu Putri Dewi Lestari (202033122008)
Ni Wayan Enjelina Pertiwi Ariansa (202033122009)
M. Hery Siswanto (202033122010)
Putu Sri Ardi Rahayu (202033122013)
Ni Putu Ayu Apriliyanti (202033122014)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2023
1.1 Sifat Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan dan proses yang perlu untuk
memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan operasional bisnis
perusahaan. Siklus pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari
berbagai fungsi dan departemen yang ada dalam perusahaan, dan diakhiri dengan
pembayaran atas pembelian. Siklus itu berkaitan dengan pembelian persediaan, aktiva
tetap, barang dan jasa, biaya dibayar dimuka dan pembayaran atas pembelian tersebut. Dua
kelas transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas.
Pembayaran gaji dan upah, dan pembelian surat berharga organisasi lain serta surat
berharga perusahaan yang dibeli kembali perusahaan (treasury stock), sebenarnya dapat
dimasukkan kedalam siklus pengeluaran dengan pembahasan yang terpisah dari siklus
pengeluaran. Pembayaran gaji dan upah akan dibahas pada pembahasan siklus jasa
personalia. Pembelian surat berharga organisasi lain maupun surat berharga perusahaan
yang dibeli Kembali perusahaan (treasury stock), akan dibahas dalam pembahasan siklus
investasi dan pendanaan. Kedua kelas transaksi ini mempengaruhi berbagai rekening
berikut:
 Persediaan barang dagang
 Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang
 Biaya dibayar di muka , misalnya sewa dibayar dimuka atau asuransi
 Aktiva tetap, misalnya gedung dan mesin- mesin
 Aktiva lain- lain
 Utang dagang
 Retur dan potongan pembelian
 Berbagai biaya misalnya depresiasi, dan harga pokok penjualan
 Kas

1.2 Tujuan Audit Siklus Pengeluaran


Proses audit siklus pengeluaran perusahaan biasa dilakukan di akhir tahun, saat proses
sertifikasi perusahaan, atau dilakukan secara berkala. Secara idealnya, audit harus
dilakukan sedini mungkin secara berkala dan konsisten. Jika audit dilaksanakan secara
berkala dan konsisten, maka siklus pengeluaran pada perusahaan akan lebih mudah untuk
ditelusuri dan diketahui pengeluaran apa saja yang terjadi selama proses siklus tersebut.
Adapun tujuan Audit Siklus Pengeluaran manajemen akan menetapkan asersi implisit atau
eksplisit tentang transaksi siklus pengeluaran dalam laporan keuangan perusahaan. Asersi-
asersi ini dapat mendefinisikan tujuan audit spesifik dari program audit yang terlihat pada
table dibawah. Kebanyakan audit atas siklus pengeluaran mencakup tujuan-tujuan utama
tersebut tetapi tidak dimaksudkan untuk membahas semua situasi yang dihadapi oleh klien.
1.3 Materialitas, Resiko Bawaan, Dan Strategi Audit
Materialitas Siklus pengeluaran merupakan proses inti bagi banyak industri dan
mencerminkan jumlah seta volume transaksi dalam siklus ini dimana resiko terjadinya
salah saji yang material adalah tinggi. Pengalokasian materialitas ke akun-akun yang
dipengaruhi oleh transaksi dalam siklus ini akan bervariasi sesuai dengan
pertimbangannya. Pentingnya siklus pengeluaran ini juga bisa bervariasi menurut jenis
usaha yang dijalankan. Satu industri dapat memproses transaksi bernilai millyaran dollar
selama suatu siklus operasi, sementara yang lainnya mungkin lebih kecil. Sistem akuntansi
yang terkomputerisasi harus mampu memilah pengeluaran menurut kelompok beban dan
besarnya transaksi, serta memudahkan perhitungan observasi, jumlah total dan rata –
ratanya Transaksi dalam siklus pengeluaran kadang kala tidak hanya berpengaruh secara
individual pada hanya satu rekening saja, tetapi dapat berpengaruh pada lebih satu
transaksi. Faktor-faktor risiko melekat yang berhubungan dengan transaksi-transaksi siklus
pengeluaran meliputi:
 Seberapa banyak volume transaksi
 Kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak diotorisasi
 Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai
 Dalam kasus kapitalisasi kas atau penentuan biaya periodic harus mempertimbangkan
terhadap aspek kesinambungan dalam akuntansinya
Keempat factor tersebut sangat menentukan seberapakah tingkat risiko melekat dalam
transaksi siklus ini. Menghadapi kemungkinan tersebut, auditor harus merumuskan strategi
dengan menggabungkan tingkat risiko pengendalian yang rendah dan pengujian substansi
dalam siklus pengeluaran.

1.4 Pemahaman Struktur Pengendalian Intern


Auditor harus memahami ketiga aspek struktur pengendalian intern yang ada dalam
transaksi siklus pengeluaran, yaitu lingkungan pengendalian, system akuntansi, dan
prosedur pengendalian. Pemahaman tersebut sangat berguna dalam menentukan strategi
audit dalam rangka pengujian substansi
a) Aspek lingkungan pengendalian secara umum yang terkait dengan siklus
pengeluaran
Auditor harus memahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan aktivitas
siklus pengeluaran ini, sebagai contoh: semua proses pembelian barang-barang
dibawah kendali direktur operasi, pencatatan dibawah kendali kontroler, sedangkan
proses pengeluaran kas dibawah kendali direktur keuangan, pengaturan pembelian
aktiva tetap (capital expendictures) dan kebijaksanaan investasi strategis lainnya akan
dipertimbangkan bagaimana pelaksanaanya. Untuk memperoleh pemahaman terhadap
bagan organisasi, auditor harus melakukan wawancara (inquiry) kepada manajemen.
b) Sistem akuntansi secara umum yang terkait dengan siklus pengeluaran
Pemahaman terhadap system akuntansi menyebabkan auditor harus mempelajari
metode pengolahan data, dokumen-dokumen kunci, serta catatan yang digunakan
dalam penanganan transaksi siklus pengeluaran. Untuk itu auditor harus mempelajari
manual akuntansi, bagan alir system akuntansi, dan melakukan wawancara dengan
petugas bagian akuntansi untuk mengetahui proses pengolahan transaksi dalam siklus
pengeluaran.
c) Prosedur Pengendalian secara umum yang terkait dengan siklus pengeluaran
Auditor harus memahami bagaimana kecenderungan kelima kategori prosedur
pengendalian dalam operasi transaksi siklus pengeluaran ini. Kelima kategori tersebut
antara lain:
- Adanya otorisasi yang memadai
- Adanya pemisahan tugas
- Adanya dokumen dan catatan akuntansi
- Adanya akses kea rah pengendalian
- Pengecekan yang di lakukan oleh personel yang independent
Auditor harus melakukan evaluasi apakah prosedur pengendalian dalam perusahaan
benar- benar telah berjalan dengan baik. Prosedur pengendalian yang tidak memenuhi
kelima criteria tersebut mempunyai kecenderungan risiko audit yang tinggi

1.5 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pembelian


Aktivitas pengendalian dari suatu perusahaan yang relevan dengan tujuan
audit spesifik untuk transaksi pembelian, dengan mengidentifikasi beberapa dokumen
dancatatan penting yang digunakan dalam pemrosesan transaksi pembelian secara kredit.
Pembahasan tentang fungsi-fungsi ini juga mencakup bagaimana prosedur pengendalian
terjadi sedemikian rupa untuk mengurangi resiko salah saji dalam asersi-asersi laporan
keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi pembelian. Diantara aktivitas pengendalian yang
dibahas adalah pemisahan tugas, pengedalian fisik, pengendalian manajemen, dan
pengendalian akuntansi komputer. Pertimbangan akan diberikan kepada prosedur yang
digunakan auditor untuk memperoleh dan memdokumentasikan pemahaman atas
pengendalian internal, serta melakukan pengujian pengendalian yang digunakan dalam
membuat penilaian akhir atas resiko pengendalian untuk transaksi pembelian
1. Dokumen dan Catatan yang Umum
Sejumlah dokumen dan catatan unum yang tercakup dalam siklus pengenluaran akan
dibahas secara singkat berikut ini. Secara khusus, sistem EDP dapat mengubah bentuk
dokumen atau file transaksi. Sebagai contoh struktur file yang akan dibahas dibawah ini
merupakan salah satu struktur yang lebih tradisional. Bagi perusahaan yang
menggunakan sistem data base, catatan transaksi akan disimpan dalam suatu proses
data base dan auditor perlu memahami tabel-tabel utama yang menggerakkan akses ke
informasi dalam sistem ini, serta bagaimana tabel-tabel tersebut berkaitan satu sama lain.
Meskipun demikian, dokumen dan catatan berikut akan sering ditemukan dalam sebagian
besar sistem akuntansi:
a. Permintaan pembelian. Permintaan tertulis akan barang dan jasa yang diajukan oleh
orang atau departemen yang berwenang kepada departemen pembelian.
b. Pesanan pembelian. Penawaran tertulis dari departemen pembelian kepada
penjual atau pemasok untuk membeli barang atau jasa sebagaimana tertulis dalam
pesanan tersebut.
c. Laporan penerimaan. Laporan yang dibuat atas penerimaan barang yang
menunjukkan jenis dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok.
d. Faktur penjual. Tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis barang yang dikirim
atau jasa yang diberikan, jumlah yang harus dibayar, termin pembayaran, serta
tanggal tagihan tersebut
e. Voucher. Suatu formulir internal yang menyebutkan nama pemasok, jumlah yang
harus dibayar, dan tanggal pembayaran untuk pembelian yang telah diterima.
Formulir ini digunakan untuk mengotorisasi pencatatan dan pembayaran
kewajiban. Banyak sistem pembelian memerlukan paket voucher yang lengkap
sebelum menyetujui pembayaran. Paket voucher ini biasanya berisi salinan
permintaan pembelian, pesanan pembelianan, laporan penerimaan, faktur penjualan,
dan voucher yang sesuai-semua dokumentasi yang mendukung transaksi pembelian.
f. Laporan pengecualian. Laporan yang berisi transaksi-transaksi yang diidentifikasi
untuk diinvestigasi lebih lanjut dengan pengendalian aplikasi komputer.
g. Ikhtisar voucher. Laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses Dalam suatu batch
atau selama sehari.
h. Register voucher. Catatan akuntasi formal yang mencatat kewajiban yang telah
mendapat persetujuan untuk dibayar.
i. File induk pemasok yang telah disetujui. File komputer yang berisi informasi tentang
penjual dan pemasok yang telah disetujui untuk memberikan jasa dari serta melakukan
pembayaran kepadanya.
j. File pesanan pembelian terbuka. File komputer tentang pesanan pembelian yang telah
dikirim ke para pemasok tetapi barang atau jasa belum diterima.
k. File penerimaan. File komputer yang berisi informasi tentang kuantitas
persediaan yang diterima dari pemasok.
l. File transaksi pembelian. File komputer yang berisi data mengenai voucher yang telah
disetujui atas pembelian yang telah diterima. File ini digunakan untuk mencetak
register voucher dan memuktahirkan file utang usaha, persediaan, serta buku
besar.
m. File induk utang usaha. File komputer yang berisi data tentang voucher yang belum
dibayar yang telah disetujui. File ini dapat disusun oleh pemasok. File ini harus
ditambahkan ke saldo dalam akun pengendali hutang usaha
n. File suspensi atau penolakan. File komputer yang menahan transaksi-transaksi yang
belum diproses karena ditolak oleh program aplikasi komputer.

2. Fungsi-Fungsi
 Pengajuan Pembelian
a. Mencantumkan nama pemasok pada daftar pemasok yang telah disetujui.
(Mulyadi, 2002) Transaksi pembelian terdiri dari empat tahap utama berikut : 1)
permintaan pembelian, 2) pemilihan pemasok, 3) oreder pembelian, 4) penerimaan barang,
5) pencatatan hak dan kewajiban yangtimbul dari transaski pembelian. Setiap perolehan
barang harus dilakukan proses otorisasi yang bersifat umum seperti anggaran dan bersfiat
khusus seperti persetujuan setiap kali pelaksanaan anggaran yang akan direalisasikan.
Menyetujui pemasok dalam pengiriman barang dan jasa yang dibutuhkan perusahaan
merupakan pengendalian yang penting tertuama dalam system akuntansi pada
pengendalian komputer. Manajemen yang melakukan penetapan pengendalian dalam
departemen pembelian dengan melakukan otorisasi daftar pemasok yang telah disetujui,
akan menyulitkan karyawan dalam melakukan pengajuan pembelian kepada pemasok yang
fiktif
b. Permintaan barang dan jasa
Permintaan pembalian merupakan dokumentasi awal dari transaksi yang mendukung
arsersi manejemen eksistensi dan keterjadian transaksi pembelian. Permintaan pembelian
biasanya diajukan oleh bagian penyimpanan untuk item persediaan dan item lainnya yang
bukan persediaan. Peruahaan biasanya mengijinkan otorisasi umum untuk operasi rutin
seperti pembelian bahan baku, apabila titik pemesanan kembali yang tercantum dalam
anggaran operasi departemen. Data yang ditolak dalam sistem online akan menghasilkan
laporan yang salah dan seera diperbaiki oleh departemen pemakai dan diajukan kembali
jika permintaan sudah sah. Laporan kesalahan atau permintaan yang tidak urut harus dibuat
secara rutin, dan harus pengecualian dan diinvestigasi
c. Pencatatan kewajiban.
Penerimaan barang dan jasa biasanya menetapkan suatu kewajiban bagi
perusahaan untuk menyelesaikan transaksi. Akuntansi akrual mensyaratkan penetapan
kewajiban. Pengakuan formal oleh perusahaan atas kewajiban hukum, yang meliputi:
- Pembuatan voucher pembayaran dan pencatatan kewajiban.
- Pertanggungjawaban atas transaksi yang telah dicatat
d. Pembuatan voucher dan pencatatan kewajiban
Setelah menerima faktur dari penjual, biasnya personil depatemen utang usaha akan
memasukkan data transaksi melalui terminal. Program edit akan mengecek hal-hal seperti
validitas nomor pemasok, kecocokan antar kuantitas dalam voucher dengan yang
diterima, menguji keakuratan matematis pada faktur penjual dan voucher,
membandingkan klasifikasi akun pada voucher dengan klasifikasi akun pada pesanan
pembelian.

3. Sistem Ilustratif untuk Transaksi Pembelian


Berdasarkan permintaan pembelian yang diterima secara elektronik, dibuatlah pesanan
pembelian dengan terminal online. Komputer akan mengecek nama pemasok pada daftar
pemasok yang telah diotorisasi dan melakukan pengujian yang terbatas berdasarkan
otorisasi yang tepat serta mencetak laporan pengecualian untuk direview oleh
manajer departemen pembelian. Satu salinan pesanan pembelaian lalu dicetak dan
dikirimkan kepada pemasok. Departemen penerimaan, gudang, dan hutang usaha
mempunyai akses ke informasi tentang pesanan pembelian terbuka secara on-line. Apabila
barang telah tiba di departemen penerimaan, maka otorisasi penerimaan dapat diperoleh
dengan mengacu pada file pesanan pembelian terbuka. Selanjutnya barang dihitung,
diperiksa dan klerk departemen penerimaan menggunakan terminal komputernya untuk
mencatat barang yang diterima, dan memutakhirkan baik file penerimaan maupun
persediaan perpetual. Sebuah laporan harian akan diterbitkan untuk menindaklanjuti (1)
selisih antara kuantitas yang dipesan dan kuantitas yang diterima dan (2) pesanan
pembelian selama dua minggu yang lalu tetapi belum diterima barangnya.
Departemen penerimaan, gudang dan hutang usaha dapat mengakses penerimaan tersebut
Pemrosesan transaksi akan terus berjlanjut dengan diterimanya faktur
penjualan.faktur itu diproses per batch yang terdiri dari 25 transaksi dan total batch lalu
dimasukkan ke komputer. Klerk hutang usaha akan memasukkan informasi yang
terdapat dalam faktur dan komputer akan mengecek keakuratan matemats faktur tersebut
serta membandingkan informasinya (jenis, kuantitas, danperiode akuntansi) dengan
laporan penerimaan.
Data pemasok dan distribusi akun dibandingkan dengan pesanan pembelian. Batch
yang tidak sesuai dengan total batch tidak dapat diproses dan input harus segera direview.
Sebuah laporan harian yang mendokumentasikan semua pengecualian, dan transaksi yang
bersangkutan dimasukkan ke file sementara untuk diklarifikasi oleh supervisor hutang
usaha. Sebuah laporan tentang voucher dibuat secara mingguan, dan secara harian selama
akhir bulam bersangkutan
File induk akan memutakhirkan pelaksanaan pengecekan run-to-run dengan
mengecek hutang usaha awal, ditambah dengan voucher baru, yang harus sama dengan
saldo akhir hutang usaha. File transaksi ini digunakan untuk memutakhirkan file
induk hutang usaha dan buku besar. Total buku pembantu itu juga harus dicek terhadap
akun pengendali buku besar. Selembar voucher akan dicetak dan dokumen pendukung
diberi tanda, dilekatkan ke voucher dan diarsip ke bagian hutang usaha. Setelah menerima
laporan pemasok, laporan tersebut lalud ibandingkan dengan buku pembantu hutang usaha
dan menindak lanjuti apabila ada perbedaan. Pada akhir setiap minggu, para manajer
akan menerima laporan mengenai pembelian yang telah dibebankan ke akunnya.
Manajer itu harus mereview keakuratan laporan tersebut

4. Memperoleh Pemahaman dan Menilai Risiko Pengendalian


Auditor harus memperoleh pemahaman tentang siklus pembelian yang mencukupi
untuk merencanakan audit. Yaitu, auditor perlu memiliki pemahaman yang cukup agar
mampu mengidentifkasi jenis-jenis salah saji yang potensial, mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, dan merancang
pengujian substantif. Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada
tingkat pada tingkat yang rendah untuk suatu asersi, maka penting bagi dia untuk
memperoleh pemahaman mengenai prosedur pengendalian atas asersi tersebut.
Sebagaimana halnya dengan keempat komponen pengendalian internal lainnya,
pemahaman tentang aktivitas pengendalian yang berkaitan dengan transaksi
pembelian terutama diperoleh melalui (sesuai SPAP Seksi 318 paragraf 8):
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
b. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasisenior)
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan
auditor intern.
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah
memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli
ekonomi industri badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing).
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh
pemerintah survai, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek, koran
keuangan).
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas. Dokumen yang dihasilkan
oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang dikirim kepada pemegang saham dan
diserahkan kepada badan pengatur, buku-buku promosi, Iaporan keuangan dan
laporan tahunan tahun sebelumnya, anggaran, laporan manajemen intern, laporan
keuangan interim, panduan kebijakan manajemen, panduan akuntansi dan sistem
pengendalian intern, daftar akun, deskripsi jabatan, rencana pemasaran dan penjualan)
Sebagai contoh, auditor dapat mengajukan pertanyaan tentang prosedur yang
diikuti dalam memproses pesanan pembelia, mengobservasi prosedur penerimaan, dan
menginspeksi voucher serta dokumen pendukung didepartemen hutang usaha.
Penggunaan kuesioner atau daftar pertanyaan dan bagan arus akan membantu
dalam mendapatkan serta mendokumentasikan pemahaman itu.
Pengujian pengendalian adalah cara untuk menentukan keefektifan dari
pengendalian semacam itu. Proses penilaian risiko pengendalian untuk transaksi
pembelian adalah sama dengan apa yang dijelaskan pada siklus penjualan. Luas
pertimbangan auditor tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan penilaian risiko
pengendalian untuk setiap asersi tergantung pada strategi audit. Risiko inheren untuk
transaksi pembelian sering ditetapkan pada tingkat maksimum atau tinggi, karena
(1) siklus pembelian mempunyai pengaruh pervasif terhadap laporan keuangan, dan (2)
kerentanan aktiva terhadap penyalagunaan. Auditor juga harus mempertimbangkan
hasil prosedur analitis untuk menentukan penilaian tingkat risiko pengendalian
yang direncanakan dan risiko pengujian rincian.
1.6 Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara Review Pendahuluan
(Preliminary review), menelaah dokumentasi sistem, mengevaluasi bagan alir transaksi,
mengajukan pertanyaan atau wawancara, observasi atau menelaah kembali pengalaman
auditor pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi pemahaman
dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo naratif (uraian
tertulis). Auditor berusaha memahami sistem pengendalian intern dengan mengembangkan
pemahaman atas lingkungan pengendalian klien dan aliran transaksi baik kredit maupun
kas. Contoh, auditor dapat memperoleh pemahaman dengan menelaah prosedur manual
perusahaan dan mewawancarai karyawan yang ada dalam departemen order pelanggan,
departemen kredit, departemen pengendalian persediaan, departemen pengiriman,
departemen penagihan dan departemen penerimaan kas.
a. Review Pendahuluan
Tujuan dari review pendahuluan adalah menentukan apakah keyakinan atas
pengendalian intern layak dan membatasi pengujian substantif atas penjualan, piutang
dagang dan penerimaan kas.
b. Dokumentasi Sistem
Biasanya, auditor mendokumentasikan pemahaman terhadap sistem pengendalian
intern dengan flowchart, kuesioner dan deskripsi naratif. Flowchart umumnya
menyediakan deskripsi sistem pengendalian intern dengan singkat, informatif dan tidak
ambigu (bias). Flowchart digunakan kalau suatu entitas mempunyai sistem yang kompleks
dan volume transaksi yang diproses besar. Kuesioner didesain untuk mendeteksi ketidak
efisienan. Kuesioner diberikan dengan jawaban Yes, No dan N/A (Not Applicable). Berikut
adalah contoh pertanyaan dalam kuesioner transaksi penjualan kredit
c. Deskripsi Naratif
Menjelaskan kondisi sistem pengendalian intern dalam bentuk tulisan. Naratif sangat
sulit untuk disusun dan dipahami secara komprehensif. Oleh karena itu, deskripsi naratif
biasa digunakan untuk tahap yang tidak kompleks dan transaksi yang terkait tidak material,
misalnya kas kecil.
d. Mengevaluasi Bagan Alir
Transaksi Auditor menguji pemahamannya mengenai sistem dengan melakukan
evaluasi bagan alir transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat memilih transaksi penjualan
dan melakukan tracing dari order pelanggan sampai penerimaan kas
1.7 Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas rancangan
dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern suatu perusahaan
dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Risiko
pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi laporan keuangan, tetapi mengingat
bahwa sistern akuntansi difokuskan pada pengolahan transaksi, dan karena banyak kegiatan
pengendalian berkaitan dengan jenis-jenis transaksi tertentu, maka auditor biasanya
memulai dengan menetapkan risiko untuk asersi-asersi kelompok transaksi seperti asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian untuk
transaksi-transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Hasil penetapan resiko tersebut
kemudian digabungkan sedemikian rupa sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian
untuk asersi-asersi saldo rekening yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh kelompok-
kelompok transaksi tersebut. Sebagai contoh, risiko pengendalian yang relevan untuk
transaksi penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas digabungkan agar dapat ditetapkan
risiko untuk asersi-asersi saldo rekening kas. Perlu diingat bahwa penetapan resiko
pengendalian dilakukan untuk masing-masing asersi, bukan untuk struktur pengendalian
intern keseluruhan, masing-masing komponen struktur pengendalian, ataupun masing-
masing kebijakan atau prosedur.
Dalam menetapkan risiko pengedalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-
hal berikut:
a. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk
mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan
asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.
b. Menigidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan
c. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji.
d. Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian-pengendalian yang
diperlukan unuk menetapkan efektivitas rancangan dan pengoperasiannya.
e. Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko. Pengujian pengendalian tidak diperlukan,
apabila risiko pengendalian ditetapkan pada tingkat maksimum.

1.8 Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian pengeluaran kas dan pencatatan meliputi langkah-langkah berikut:
1. Untuk setiap sampel voucher, mintakan cancelled check.
2. Memeriksa cancelled check untuk melihat apakah telah ada tanda tangan yang sah.
3. Membandingkan voucher dengan cancelled check, serta memeriks nomor, tangal,
penerima cek, dan jumlah.
4. Mengusut voucher dan cancelled check ke postingan buku pembantu utang dagang dan
penjurnalan dalam register voucher, kemudian :
a. Menelaah penjurnalan dalam register voucher untuk menentukan klasifikasi
rekening yang tepat
b. Memeriksa ketepatan perhitungan dalam register voucher untuk suatu periode
tertentu, serta mengusut jumlahny ke penjurnalannya.
c. Mengamati sepitas register voucher untuk menemukan item yang tidak wajar.
5. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui keempat
langkah diatas

1.9 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pengeluaran Kas


Pengendalian yang dapat dilakukan dalam prosedur ini adalah:
1. Penggunaan cek bernomor urut.
2. Penandatanganan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau
penyerahan cek kepada pemasok
3. Cek harus yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai.
4. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang keluar dengan
sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran.
5. Voucher dan dokumen pendukung harus dicap
6. Penandatangan harus memastikan bahwa cek sudah sesuai voucher baik nama,
maupun nominal yang harus dibayarkan.
7. Pengecekan independen oleh supervisor akunting atas kesesuaian jumlah yang
dijurnal dan diposting dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.
8. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan
secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek.
9. Pelaksanaan rekonsiliasi bank secara independen.

Dokumen dan Catatan Yang Umum


1. Cek. Perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang yang ditunjukkan
pada perintah tersebut kepada pembawa cek atau nama yang tercantum dalam cek.
2. Ikhtisar cek. Laporan total cek yang diterbitkan dalam batch atau selama hari
bersangkutan.
3. File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran dengan cek kepada
pemasok dan pihak lainnya. File ini digunakan untuk pempostingan ke file induk
hutang usaha dan buku besar.
4. Jurnal pengeluaran kas atau register cek. Catatan akuntansi formal diterbitkan
kepada pemasok dan pihak lainnya

Fungsi-Fungsi
Fungi pencatatan pengeluaran kas
Personel akunting menjurnal pengeluaran kas atas cek yang dikeluarkan. Personel ini tidak
Boleh terlibat atau berpartisipasi dalam transaksi pembelian, dan penyiapan serta
pengeluaran cek.

Fungsi pembayaran utang


Departemen utang bertangung jawab untuk menentukan tau memastikan bahwa voucher
yang belum dibayar, diproses sebagaimana mestinya. Pembayaran harus dilakukan pada
batas waktu pembayaran. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan potongan harga seoptimal
mungkin. Semua pembayaran harus menggunakan cek. Setelah cek dibuatkan lalu
departemen utang meminta tanda tangan ke bendahara, manajer keuangan, atau kepala
bagian keuangan untuk dilakukan pengecekan mengenai kesesuaian jumlah. Selanjutnya
bagian keuangan mengirimkan tembusan cek dan ringkasan cek kepada bagian akunting
dan cek yang asli diserahkan kepada pemasok disertai dengan remittence advice.

Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman


Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau
wawancara, observasi, menelaah dokumen, atau menelaah Kembali pengalaman auditor
pada audit periode sebelumnya dengan klien tersebut. Dokumentasi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo (uraian tertulis naratif).
Contoh pertanyaan dalam kuesioner transaksi pengeluaran kas:
Penetapan Risiko Pengendalian
Auditor harus memperoleh pemahaman (tentang siklus pembelian, agar auditor dapat
mengetahui apakah pengendalian yang diperlukan, telah dirancang, dan dijalankan oleh klien.
Yang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, dan merancang
pengujian subtantif jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat
yang rendah untuk suatu asersi. Jika auditor merencanakan menilai resiko pengendalian pada
tingkat yang sedang atau tinggi, maka ia dapat menggunakan pengetahuan tentang keefektifan
pengendalian yang diperolehnya ketika memahami pengendalian internal. Pengujian
pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas rancangan dan
operasi pengendalian dalam transaksi pengeluaran kas.
Pengujian Pengendalian
Langkah-langkah pengujian pengendalian pengeluaran kas dan pencatatan:
1. Minta cancelled check untuk setiap sampel voucher.
2. Memeriksa cancelled check untuk melihat apakah telah ada tanda tangan yang sah.
3. Membandingkan voucher dengan cancelled check serta memeriksa nomor, tanggal,
penerima cek dan jumlah.
4. Mengusut voucher dan cancelled check ke pemostingan buku pembantu utang dagang
dan penjurnalan dalam register voucher.
5. Mendokumentasikan setiap temuan dalam 4 langkah diatas.

1.10 Pengujian Substantif Saldo Aktiva Tetap


a. Prosedur pemeriksaan terhadap aktiva tetap.
Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan aset perusahaan yang
mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun atau satu siklus produksi normal. Aset-
aset yang termasuk dalam kategori ini antara lain tanah dan bangunan, mesin, peralatan,
alat pengangkut, dan sebagainya. Aset tersebut tidak akan abis digunakan dalam satu tahun
atau satu siklus produksi. Rekening nominal yang berkaitan erat dengan aktiva tetap adalah
biaya depresiasi, biaya perbaikan, dan biaya sewa gedung atau asset lainnya. Aktiva tetap
merupakan komponen terbesar total aset dalam neraca. Biaya-biaya yang berhubungan
dengan aktiva tetap merupakan faktor material dalam laporan laba rugi. Pemeriksaan aktiva
tetap relatif lebih sedikit memakan waktu dan iaya daripada pemeriksaan aktiva lancar
Adapun audit prosedur atas aktiva tetap mempunyai 7 tujuan antara lain: pemeriksa
apakah terdapat internal control yang cukup baik, apakah aktiva tetap yang tercantum
dalam neraca benar- benar ada, penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan betul-betul
merupakan suatu capital expenditure yang diotorisasi, memeriksa apakah disposal
(penarikan ) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar dibuku perusahaan, memeriksa apakah
pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan sesuai dengan
SAk dan konsisten, ada tidaknya aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan. Program
pengujian substantive terhadap saldo aktiva tetap berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit seperti yang diuraikan diatas. Prosedur, audit diklasifikasikan
menjadi empat golongan: prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap
transaksi rinci pengujian terhadap akun rinci dan verifikasi penyajian dan pengungkapan
yang masing-masing prosedur tersebut akan dibahas ke dalam tabel benkut:
b. Proses Audit
Prosedur Pemeriksaan Terhadap Aktiva Kertas Kerja Tanggal Pelaksanaan
Tetap Pelaksanaan
Prosedur audit awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo
akun aktiva tetap yang akan diuji lebih
lanjutan.
a. Usut saldo aktiva tetap yang
tercantum dineraca ke saldo akun
aktiva tetap yang bersangkutan
dibuku besar
b. Hitung kembali saldo akun aktiva
dibuku besar
c. Lakukan review terhadap mutase
luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun aktiva tetap dan
akumulasi depresiasinya
d. Usut saldo awal akun aktiva tetapke
kertas kerja tahun lalu
e. Usut posting pendebitan dan
pengkreditan akun aktiva tetapdalam
ke dalam jurnal yang bersangkutan
f. Lakukan rekonsiliasi akun control
aktiva tetap dalam buku besar ke
buku pembantu aktiva tetap
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitika.
a. Hitung ratio berikut ini :
1) Tingkat perputaran aktiva tetap
2) Ratio laba bersih dengan aktiva
tetap
3) Ratio tetap dengan modal saham
4) Ratio biaya reparasi dan
pemeliharaan dengan aktiva tetap
b. Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data
industri, jumlah yang dianggarkan,
atau data lain
Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
3. Periksa tambahan aktiva tetap ke
dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi berikut
4. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke
dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi tersebut
5. Lakukan pemeriksaan pisah batas
transaksi aktiva tetap
6. Lakukan review terhadap akun biaya
reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci
7. Lakukan inspeksi terhadap aktivat tetap
a. Lakukan inspeksi terhadap
tambahan aktiva tetap
b. Lakukan penyelidikan dan
sesuaikan jika terjadi perbedaan
c. Periksa dokumen yang mendukung
pembayaran utang usaha seetelah
tanggal neraca
8. Periksa bukti hak kepemilikan
aktivatetap dan kontrak
9. Lakukan review terhadap perhitungan
depresiasi aktiva tetap
Vertivikasi Penyajian dan Pengungkapan
10. Bandingkan penyajian aktiva tetap
dengan Prinsip akuntansi berterima
umum
a. Periksa klasifikasi aktiva tetap
dineraca
b. Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan aktiva tetap

1.11 Penetapan Risiko Deteksi


Jenis aktiva tetap yang berbeda mempunyai risiko bawaan dan risiko pengendalian yang
berbeda juga. Risiko bawaan untuk tanah adalah lebih rendah dibanding kan risiko bawaan
untuk kendaraan maupun bangunan. Hal ini diakibatkan oleh kerentanan dalam
pengendalian dan kerumitan dalam perhitungan dari estimasi umur ekonomis dan nilai
residunya. Variasi dalam risiko bawaan dan risiko pengendalian antar berbagai aktiva
tersebut perlu diperhatikan oleh auditor dengan menentukan tingkat risiko deteksi yang
tepat untuk masing-masing pernyataan. Disamping itu, terdapat berbagai faktor lain yang
mempengaruhi tinggi rendahnya risiko bawaan. Risiko bawaan pada pernyataan penilaian
atau pengalokasian adalah relatif tinggi pada pembelian aktiva tetap dengan menggunakan
kredit jangka panjang.
Risiko pengendalian pada aktiva tetap pada umumnya relatif rendah karena transaksi
ini jarang terjadi dan terdapat otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva tetap yang penting.
Meskipun risiko pengendaliannya rendah sehingga risiko deteksinya ditetapkan pada
tingkat yang tinggi, auditor perlu menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian
substantif. Hal ini disebabkan karena transaksi pembelian aktiva tetap secara individual
memiliki pengaruh yang material terhadap laporan keuangan. Berikut ini ada beberapa
risiko bawaan pada aktiva tetap.
a. Impairment, dimana manajemen memperlakukan porsi yang signifikan dari asset
tidak lagi produktif sebagaimana diharapkan. Jika demikian perlu dilakukan juga
penyesuaian terhadap umur ekonomis
b. Potensi pengaturan laba melalui aset tetap:
- Merubah estimasi umur aset dan nilai residu, sehingga beban penyusutan menjadi
lebih rendah dan nilai.
- Kapitalisasi kos semestinya menjadi beban, misalnya beban pemeriharaan dan
perbaikan
- Penyesuaian Impairment yang tidak tepat
- Akuntansi leasing dengan capital atau operating
1.12 Pengujian Substantif Saldo Utang Dagang
Utang usaha merupakan hutang lancar, meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi
dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus
normal kegiatan perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam
aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar lain. Utang lancar terdiri dari 6
kelompok:
1. Hutang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku, bahan penolong,
pembelian suku cadang, dan bahan-bahan yang habis dipakai untuk proses produksi.
Untuk hutang usaha digolongkan lebih lanjut menjadi 2 golongan:
a. Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban.
b. Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban.
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu.
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga, karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut
pajak (fiskus, bank persepsi, bank penerima pembayaran, dll.)
5. Acrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus
b. Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan
yang dijual dengan garansi.
c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarangmisalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utangyang jumlahnya diitung dari besarnya
deplesi sumber alam.
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti:
a. Utang bank
b. Kredit modal usaha.
c. Deviden.
d. Utang pajak.
e. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam 1 tahun

 Proses Audit
Prosedur Pemeriksaan terhadap Utang Kertas Kerja Tanggal Pelaksanaan
dagang Pelaksanaan
Prosedur audit awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas
saldoakun utang usaha yang akan diuji
lebih lanjut
a. Usut saldo utang usaha yang
tercantum di dalam neraca ke saldo
akun utang usaha yang bersangkutan
didalam buku besar
b. Hitung kembali saldo akun utang
usaha di dalam buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar
biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun utang usaha
d. Usut saldo awal akun hutang usaha
ke kertas kerja tahun yang lalu
e. Usut posting pendebitan akun hutang
usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan
f. Lakukan rekonsiliasi akun control
utang usaha dalam buku besar ke
buku pembantu utang usaha
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
a. Hitung ratio berikut ini :
1) Tingkat perputaran utang usaha
2) Ratio utang usaha dengan utang
lancar
b. Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data
industri, jumlah yang dianggarkan,
atau data lain
Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
3. Periksa sampel transaksi utang
usahayang tercatat ke dokumen yang
mendukung timbulnya utang usaha.
a. Periksa pengendalian akun utang
usaha ke dokumen pendukung: bukti
kas keluar, laporan penerimaan
barang, surat order pembelian, atau
dokumen pendukung lain
b. Periksa pendebitan akun usaha
kedokumen pendukung: bukti kas
masuk, memo debit untuk retur
penjualan
4. Lakukan verifikasi pisah batas (out off)
transaksi pembeli
a. Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pembelian dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan
minggu pertama setelah tanggal
neraca
5. Lakukan verifikasi pisah batas (out off)
transaksi pengeluaran kas
a. Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pembayaran utang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca
6. Lakukan pencarian utang yang belum
dicatat
a. Periksa bukti yang mendukung
transaksi pengeluaran kas yang
dicatat setelah tanggal neraca
Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci
7. Lakukan konfirmasi saldo akun rinci
a. Lakukan identifikasi penjualan besar
dengan mereview register bukti kas
keluar atau buku pembantu utang,
arsip induk utang dan kirimkan
konfirmasi kepada kreditur yang
akun utang klien kepadanya
memiliki karakteristik berikut ini :(1)
bersaldo besar, (2) terdapat kegiatan
pembelian yang luar biasa,(3)
bersaldo kecil atau nol, dan (4)
bersaldo debit
b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan
jika terjadi perbedaan
c. Periksa dokumen yang mendukung
pembayaran utang usaha setelah
tanggal neraca
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang
tidak di konfirmasi ke pernyataan piutang
bulanan yang diterima oleh klien dari
kreditur
Vertivikasi Penyajian dan Pengungkapan
9. Bandingkan penyajian utang usaha
dengan prinsip akuntansi berterima
umum
a. Periksa klasifikasi utang usaha
dineraca
b. Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan utang usaha
c. Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan utang usaha
non usaha
d. Mintalah informasi dari klien untuk
menemukan komitmen yang belum
diungkapkan dan utang bersyarat dan
periksa penjelasan yang
bersangkutan dengan utang tersebut
e. Bandingkan akun biaya dengan akun
biaya yang sama tahun lalu atau
biaya yang dianggarkan untuk
mendapatkan indikasi kemungkina
nadanya under statement utang
lancar

1.13 Pertimbangan Program Audit


Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima untuk masing-masing asersi. Pada umumnya pengujian substantif lebih
banyak diterapkan untuk asersi penilaian dan pengalokasian dan kelengkapan. Hal ini
konsisten dengan potensi understated saldo utang dagang. Bila tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima adalah rendah untuk suatu asersi, maka lebih banyak prosedur pengujian
substantif yang perlu dilakukan, dan auditor perlu mengintensifkan efektifitas prosedur
pengujiannya. Disamping itu, auditor juga dapat memodifikasi penentuan waktu dan luas
pengujian substantive tertentu. Dalam pelaksanaan pengujian substantif utang dagang,
auditor terutama mengandalkan bukti yang diperoleh melalui konfirmasi utang dagang
yang langsung diperoleh dari pemasok, pengujian pisah batas dan menelaah dokumentasi
yang dilakukan dalam organisasi klien.
A. Kesimpulan

Umumnya transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran dalam perusahaan


terdiri dari: 1.Transaksi pembelian 2. Transaksi pengeluaran kas. Terdapat beberapa tujuan dari
audit siklus pengeluaran dari kelmpok transaksi atau saldo dari kategori-kategori asersi. Asersi-
asersi tersebut adalah eksistensi atau kejadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau
alokasi, penyajian dan pengungkapan.
Pemahaman tentang bisnis dan industri klien akan memudahkan kita untuk menilai
seberapa besar tingkat materialitas, risiko inheren, dan risiko prosedur analitis dari siklus
pengeluaran. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan untuk mengevaluasi aktifitas
pengendalian dalam transaksi pembelian dan pengeluaran kas yaitu dokumen dan catatan
umum, fungsi-fungsi pembelian & pengeluaran kas, sistem untuk transaksi pembelian &
pengeluaran kas, serta pemahaman dan penilaian risiko.
DAFTAR PUSTAKA

Ayudewi. 2019. “Pengauditan Siklus Pengeluaran”


https://www.coursehero.com/file/46067764/Sifat-Siklus-Pengeluarandocx/ diakses
pada tanggal 9 April 2023
Studocu.com. 2020. “Makalah audit siklus pengeluaran”
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/economy/makalah-
audit-siklus-pengeluaran/46883760 diakses pada tanggal 9 april 2023
Taruk Lobo, Maxyanus. 2015. “Makalah Audit Siklus Pengeluaran”
https://www.academia.edu/12341643/Makalah_Audit_Siklus_Pengeluaran diakses
pada tanggal 9 April 2023
Nova Artanti, Fatmawati. 2013. “Pengujian Substantif terhadap saldo utang dagang”
https://www.scribd.com/doc/169414150/Pengujian-Substantif-Terhadap-Saldo-Utang-
Dagang diakses pada tanggal 10 April 2023
Taruk Lobo, Maxyanus. 2014. “Risiko Deteksi dan Rancangan Uji Substantif”
https://www.academia.edu/11314325/risiko_deteksi_dan_rancangan_uji_substantif
diakses pada tanggal 10 April 2023
Janmis, Rolando. 2019. “Pengauditan siklus pendapatan dam pengeluaran”
https://www.academia.edu/38885073/Pengauditan_Siklus_Pendapatan_and_siklus_pe
ngeluaran diakses pada tanggal 10 April 2023
Nurhasunah. “Audit Aktiva tetap”
https://www.academia.edu/30184874/BAB_II_AUDIT_AKTIVA_TETAP diakses
pada tanggal 10 April 2023
Salim, Irawati. 2015. “Penetapan risiko pengendalian dan pengujian pengendalian”
https://www.scribd.com/doc/269725342/PENETAPAN-RISIKO-PENGENDALIAN-
DAN-PENGUJIAN-PENGENDALIAN diakses pada tanggal 10 April 2023
Wayanmurdani. 2020. “Pertimbangan program audit”
https://www.coursehero.com/file/56809311/58-PERTIMBANGAN-PROGRAM-
AUDITdocx/ diakses pada tanggal 10 April 2023
Yunipradnyaswari. 2013. “Penghimpunan dan pendokumentasian pemahaman”
https://www.coursehero.com/file/38222008/FIXdocx/ diakses pada tanggal 10 April
2023
Halim, Abdul dan Santoso, Totok Budi. 2004. Auditing 2 (Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan
Laporan Keuangan). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
https://id.scribd.com/document/399767861/AKTIVITAS-PENGENDALIAN-
transaksi-Pengeluaran-Kas-4-3 / diakses pada tanggal 10 April 2023

Anda mungkin juga menyukai