Anda di halaman 1dari 15

MODUL PEMERIKSAAN AKUNTANSI

MODUL
AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN :
MEMAHAMI TRANSAKSI PENJUALAN

DISUSUN OLEH
ICKHSANTO WAHYUDI, S.E, M. Ak

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2021

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 15
Audit Siklus Penjualan dan Penagihan : Memahami Transaksi Penjualan

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami Siklus Penjualan dan Penagihan
2. Memahami Audit Penjualan dan Penagihan

B. Uraian

Guna memahami konsep audit yang diterapkan dalam praktik, auditor juga harus
memahami penerapan audit dalam bidang-bidang tertentu. Salah satu bagian penting
audit yaitu siklus penjualan dan penagihan. Bab ini membahas audit pada siklus
penjualan dan penagihan dengan fokus utama pada pengertian transaksi penjualan.

A. Identifikasi Transaksi Akuntansi


Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan secara kritis dan teratur terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta dokumen
pembukuan dan bukti-bukti yang menyertainya. Auditor tidak dapat melakukan
pemeriksaan laporan keuangan tanpa pengetahuan yang memadai mengenai
laporan keuangan beserta transaksi akuntansi sesuai jenis bidang usaha
perusahaan yang diaudit. Secara umum, transaksi dalam laporan keuangan
dibedakan menjadi tiga sebagai berikut :
1. Transaksi Rutin
a. Penjualan, Piutang dan Penagihan Piutang (Sales, Receivables and
Collection)
Sumber utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan barang dan
jasa. Pengelolaan penjualan berkaitan erat dengan piutang dan penagihan
piutang untuk menjaga arus kas perusahaan tetap stabil dan dapat terus
beroperasi. Pengelolaan ini antara lain menentukan termin pembayaran,
diskon penjualan, ataupun denda atas keterlambatan pembayaran
piutang.
b. Pembelian, Hutang dan Pembayaran Hutang (Purchase, Payable and
Payment)
Pengaturan persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan perlu
dilakukan supaya tidak banyak barang yang terlalu lama berada di dalam
gudang penyimpanan. Pada perusahaan manufaktur, efisiensi atas
penggunaan barang dalam produksi turut menentukan nilai harga pokok
persediaan (HPP) yang berdampak pada laba secara keseluruhan.
Pembelian persediaan barang juga berkaitan erat dengan termin
pembayaran hutang atas pembelian barang kredit dan pengaturan waktu
pembayaran untuk menjaga arus kas perusahaan.
c. Sistem Penggajian dan Pembayaran Gaji (Payroll and Payment)
Sistem penggajian mencakup tunjangan ataupun fasilitas yang diberikan
kepada karyawan selama bekerja dan juga waktu penggajian. Selain itu
ditentukan pula metode pembayaran atas pajak penghasilan karyawan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 15
2. Transaksi Tidak Rutin
a. Akuisisi Asset (Acquisition of Assets)
Akuisisi suatu perusahaan atas perusahaan lain dapat dilakukan melalui
pembelian aktiva perusahaan tersebut. Pada suatu kombinasi bisnis,
pihak pengakuisisi (acquirer) harus mengakui dan mengukur asset
teridentifikasi yang diperoleh dari pihak yang diakuisisi (acquiree) dalam
laporan keuangannya.
b. Investasi (Investment)
Perusahaan harus mencatat dalam laporan keuangannya nilai investasi
yang dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Hutang (Loan)
Adakalanya perusahaan memerlukan dana sehingga mengambil pinjaman
jangka panjang maupun jangka pendek dari lembaga keuangan lain.
Pengembalian hutang serta beban lain yang menyertainya dicatat dalam
laporan keuangan dan juga dokumen perjanjian serta dokumen
pendukung lainnya disimpan sebagai bukti.

3. Estimasi Akuntansi
a. Penilaian Asset (Valuation of Assets)
Nilai buku asset dilakukan penyusutan setiap bulan sesuai dengan
metode penyusutan yang dipilih pada awal pencatatan asset. Penilaian
asset mencakup juga apabila terjadi kebijakan revaluasi asset ataupun
penilaian atas umur manfaat asset tetap.
b. Penilaian Persediaan (Valuation of Inventory)
Perhitungan persediaan barang (stock opname) dilakukan secara berkala
dan dilakukan penyesuaian atas barang rusak, hilang, kadaluarsa, atau
tidak dapat lagi digunakan.
c. Penilaian Piutang (Valuation of Receivable)
Evaluasi atas umur piutang dilakukan untuk memilah piutang yang
memiliki peluang kecil untuk tertagih hingga dilakukan penghapusan
piutang.
d. Pajak dan Pajak atas Pendapatan Perusahaan (Taxes and Corporate
Income Taxes)
Manajemen atas perpajakan (tax planning) perusahaan dapat dilakukan
untuk mengatur pembayaran pajak perusahaan. Tetapi hal ini hendaknya
dilakukan dengan hati-hati supaya tidak tergelincir dalam penghindaran
pajak (tax avoidance) ataupun penggelapan pajak (tax evasion).
e. Lainnya
Estimasi akuntansi lainnya antara lain kewajiban kontinjensi, nilai wajar
instrument keuangan, dan pengukuran asset tak berwujud setelah
pengakuan awal.

B. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan dan Penagihan


Audit atas siklus penjualan dan penagihan bertujuan untuk melakukan evaluasi
atas saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut. Penyajian saldo akun
dalam siklus penjualan dan penagihan dievaluasi apakah wajar serta sesuai
dengan standar akuntansi. Sifat akun dalam siklus penjualan dan penagihan
memiliki perbedaan sesuai dengan jenis industry dan klien yang terlibat pada

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 15
proses bisnis perusahaan. Meski terdapat perbedaan sifat dan penamaan akun
dalam berbagai industri barang maupun jasa, kesemuanya tetap memiliki konsep
kunci yang sama.

Siklus penjualan dan penagihan memiliki lima kelas transaksi (classes of


transactions in the sales and collection cycle) sebagai berikut :
1. Penjualan (Penjualan Tunai dan Kredit).
2. Penerimaan Kas.
3. Return dan Pengurangan Penjualan.
4. Penghapusan Piutang Tak Tertagih.
5. Estimasi Beban Piutang Tak Tertagih.

Adapun akun-akun yang terkait dalam siklus penjualan dan penagihan ialah :
1. Penjualan
2. Piutang Usaha
3. Kas di Bank (bagian debet dari penerimaan kas)
4. Return dan Pengurangan Penjualan
5. Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih
6. Beban Piutang Tak Tertagih
7. Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih

Aliran informasi akuntansi dalam berbagai akun dalam siklus penjualan dan
penagihan digambarkan dalam bagan berikut ini :

Bagan 1 : Akun dalam Siklus Penjualan dan Penagihan

Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 15
C. Fungsi Bisnis dalam Siklus Penjualan dan Penagihan
Siklus penjualan dan penagihan terdiri dari berbagai proses dan keputusan-
keputusan yang perlu dilakukan dalam pengalihan kepemilikan barang dan/atau
jasa kepada pelanggan. Siklus ini dimulai dengan adanya permintaan atas barang
dan/atau jasa oleh pelanggan, penyerahan barang yang dikonversi menjadi
piutang usaha hingga akhirnya menjadi kas setelah tertagih. Pengecualian pada
penjualan tunai yang langsung terjadi penyerahan barang dan/atau jasa dan
ditukar dengan kas di bank.

Ketika mencatat lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan,
terjadi fungsi bisnis yang berbeda. Auditor harus dapat memahami fungsi bisnis
dan dokumen serta catatan perusahaan untuk dapat menilai risiko pengendalian
dan merancang pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas suatu
transaksi. Berikut ini penjelasan atas delapan fungsi bisnis untuk siklus
penjualan dan penagihan :

1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan


Siklus penjualan dan penagihan dimulai dengan adanya permintaan
pelanggan atas barang dan/atau jasa. Permintaan tersebut secara legal formal
merupakan penawaran untuk membeli barang dengan ketentuan yang
berlaku di perusahaan.

Pesanan pelanggan (customer order) merupakan permintaaan akan barang


dan/atau jasa yang dilakukan pelanggan melalui telepon, surat, tenaga
penjualan, website perusahaan, ataupun sarana lainnya yang disediakan oleh
perusahaan. Setelah pesanan pelanggan diterima (customer order),
selanjutnya dilakukan pembuatan pesanan penjualan.

Pesanan penjualan (sales order) merupakan dokumen yang digunakan


sebagai sarana untuk memperjelas deskripsi, kuantitas, ukuran, serta
informasi detail lain mengenai barang dan/atau jasa yang dipesan oleh
pelanggan. Hal ini berguna untuk menghindari kesalahan dalam penyediaan
barang dan/atau jasa sesuai permintaan pelanggan. Selain itu, dokumen
pesanan penjualan juga digunakan untuk persetujuan kredit serta otorisasi
atas pengiriman barang dan/atau jasa.

2. Pemberian Kredit
Persetujuan atas penjualan kredit dilakukan oleh individu yang memiliki
kewenangan atas persetujuan penjualan secara kredit. Persetujuan kredit
harus diberikan sebelum dilakukan pengiriman barang. Pemberian
persetujuan kredit harus dilakukan dengan otorisasi yang ketat dan kuat,
karena persetujuan kredit yang lemah akan menghasilkan piutang ragu-ragu
dan bahkan piutang usaha memiliki peluang lebih besar untuk tidak tertagih.

Pada sistem persetujuan kredit yang telah terkomputerisasi, otomatisasi


dilakukan berdasarkan batasan kredit sebelumnya yang telah disetujui pada
file induk pelanggan. Otorisasi yang dilakukan oleh komputer hanya akan
terjadi ketika pesanan penjualan yang diminta ditambah saldo pelanggan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 15
yang telah ada lebih kecil dari batas kredit yang telah ditentukan di awal
pada file induk.

3. Pengiriman Barang
Fungsi bisnis pengiriman barang merupakan awal mula siklus penyerahan
asset perusahaan (barang) kepada pelanggan. Pengakuan penjualan biasanya
dilakukan ketika barang dikirim. Pada saat pengiriman, dibuat juga
dokumen pengiriman yang dilakukan secara otomatis dengan sistem
komputer sesuai informasi pesanan penjualan. Dokumen pengiriman
penting untuk disimpan karena akan digunakan untuk melakukan penagihan
sesuai jumlah barang yang dikirim kepada pelanggan. Dokumen pengiriman
barang seringkali berupa salinan atas bill of lading, yang berisikan kontrak
tertulis mengenai penerimaan dan pengiriman barang antara pembawa
barang (ekspedisi) dengan penjual.

Dokumen pengiriman yang berisi deskripsi barang, kuantitas, ukuran dan


informasi detail mengenai barang yang dikirmkan dibuat dalam beberapa
salinan. Dokumen pengiriman asli diberikan kepada pelanggan dan
menyimpan salinannya. Apabila diperlukan, setiap departemen dalam
perusahaan yang terlibat dalam proses penjualan menyimpan salinan
dokumen pengiriman. Dokumen pengiriman dapat dibuat secara elektronik
(pengiriman melalui email) ataupun dicetak di atas kertas. Apabila
perusahaan mencatat persediaan dengan metode perpetual, dapat
melakukan pembaharuan persediaan barang berdasarkan catatan
pengiriman.

4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan


Pemberian informasi kepada pelanggan mengenai penagihan atas
pembelian barang hendaknya dilakukan dengan benar dan tepat waktu.
Beberapa aspek penting penagihan penjualan kepada pelanggan ialah :
a. Semua pengiriman telah ditagih dengan lengkap (kelengkapan =
completeness).
b. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian =
occurence).
c. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan =
accuracy).

Ketepatan penagihan penjualan kepada pelanggan mencakup beban yang


ditanggung pelanggan atas pengiriman barang dengan harga yang telah
disetujui. Beban tersebut antara lain ongkos kirim atau biaya angkut,
asuransi, dan syarat pembayaran.

Pada sebagian besar sistem penagihan penjualan, dokumen yang disiapkan


terdiri dari beberapa salinan faktur penjualan dan melakukan
pembaharuan secara simultan atas file transaksi penjualan, file induk
piutang usaha, serta file induk buku besar umum untuk penjualan dan
piutang usaha. Berbagai informasi tersebut bermaanfaat dalam pencatatan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 15
jurnal penjualan serta bersamaan dengan penerimaan serta kredit lainnya,
berguna untuk pembuatan neraca saldo piutang usaha.

Berikut ini diuraikan beberapa dokumen dan catatan yang digunakan


dalam penagihan penjualan kepada pelanggan :
a. Faktur Penjualan : berisikan deskripsi mengenai data barang yang
dijual, yaitu jenis barang, harga, ongkos kirim atau biaya angkut,
asuransi, syarat penjualan, serta data lain yang diperlukan.
Perusahaan mengirimkan faktur penjualan asli kepada pelanggan
untuk menunjukkan jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo
pembayaran. Faktur penjualan biasanya dibuat secara otomatis
melalui otomatisasi komputer setelah diinput nomor pelanggan,
kuantitas, tujuan dan syarat penjualan.
b. File Transaksi Penjualan : merupakan kumpulan file atas seluruh
transaksi penjualan pada suatu periode yang telah dirangkum secara
otomatis oleh komputer. File yang terkumpul dalam data komputer
tersebut juga mencakup return dan diskon penjualan. Informasi
dalam file transaksi penjualan bermannfaat untuk pembuatan
catatan, listing, dan laporan lain sesuai kebutuhan perusahaan.
c. Jurnal Penjualan atau Listing : merupakan listing atau laporan yang
dibuat dari file transaksi penjualan dengan data mengenai nama
pelanggan, tanggal, jumlah, klasifikasi akun, ataupun
pengelompokan transaksi berdasarkan divisi atau lini produk.
Transaksi dalam jurnal atau listing juga diposting secara simultan ke
buku besar umum ataupun ke file induk piutang usaha (untuk
transaksi kredit).
d. File Induk Piutang Usaha : merupakan file yang berisi pencatatan
mengenai penjualan individual, penerimaan kas, serta return dan
diskon penjualan bagi pelanggan serta bermanfaat untuk
mempertahankan saldo akun pelanggan. Pembaharuan atas file
induk piutang usaha diperoleh dari file transaksi penjualan, return
dan diskon penjualan, serta penerimaan kas atas piutang. Total saldo
piutang usaha pada buku besar umum sama dengan total saldo akun
individual dalam file induk. File induk piutang usaha disebut juga
buku besar pembantu piutang usaha atau subbuku besar. Rincian file
induk piutang usaha menunjukkan saldo menurut pelanggan, saldo
awal piutang usaha, setiap transaksi penjualan, return dan diskon
(pengurangan) penjualan, penerimaan kas, serta saldo akhir.
e. Neraca Saldo Piutang Usaha : merupakan laporan mengenai daftar
jumlah piutang dari setiap pelanggan pada waktu tertentu. Laporan
ini dibuat dari file induk piutang usaha serta merupakan neraca saldo
menurut umur (aged trial balance) dengan informasi mengenai total
saldo dan jumlah hari piutang beredar, dikelompokkan menurut
kategori jumlah hari.
f. Laporan Bulanan : merupakan salinan dari bagian file induk piutang
usaha pelanggan. Dokumen ini dikirimkan melalui surat atau email
kepada setiap pelanggan dengan informasi mengenai saldo awal
piutang usaha, jumlah dan tanggal setiap penjualan, pembayaran kas

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 15
yang diterima, memo kredit yang diterbitkan, serta saldo akhir
beserta tanggal jatuh tempo.

5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas


Fungsi bisnis pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas terdiri dari
penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas yang dilakukan melalui uang
tunai, cek, dan transfer dana elektronik. Proses ini rawan terjadinya
pencurian sehingga kas harus disetor ke bank dengan jumlah yang sesuai,
tepat waktu, serta dicatat dalam file transaksi penerimaan kas. Selanjutnya
file ini digunakan untuk pembuatan jurnal penerimaan kas serta dilakukan
pembaharuan atas file induk piutang usaha dan buku besar umum.

Beberapa dokumen dan catatan dalam penerimaan kas ialah :


a. Remittance Advice : merupakan dokumen yang dikirim kepada
pelanggan untuk kemudian dikembalikan kepada penjual dengan
disertai pembayaran kas. Dokumen remittance advice berisikan
nama pelanggan, nomor faktur penjualan, dan jumlah faktur.
Sebagai catatan atas kas yang diterima, remittance advice
memungkinkan kas untuk dapat segera disetor ke bank serta untuk
melakukan perbaikan atas pengendalian aktiva. Apabila pelanggan
tidak menyertakan kembali remittance advice saat melakukan
pembayaran, dokumen remittance advice akan dibuat pada saat itu
juga.
b. Prelisting Penerimaan Kas : merupakan daftar yang disusun saat kas
diterima. Penyusunan daftar ini dilakukan oleh individu yang tidak
berkaitan ataupun bertanggungjawab terhadap pencatatan penjualan,
piutang usaha ataupun kas serta tidak memiliki akses terhadap
catatan akuntansi. Kegunaan daftar ini untuk melakukan verifikasi
kebenaran dan ketepatwaktuan atas penerimaan kas yang telah
dicatat dan didepositokan. Perusahaan dapat juga menggunakan
sistem lockbox sehingga pelanggan mengirimkan pembayaran
langsung pada alamat yang ditentukan oleh bank. Selanjutnya
tanggung jawab atas penerimaan, pembuatan catatan atas
pembayaran pelanggan yang diterima melalui alamat lockbox,
dilakukan oleh pihak bank. Kemudian bank menyetorkan
penerimaan itu kepada rekening bank perusahaan dengan dasar
ketepatwaktuan. Selain itu transaksi pembayaran dapat juga
dilakukan melalui transfer dana elektronik (electronic funds transfer
= EFT) dari rekening pelanggan ke rekening bank perusahaan.
Konfirmasi atas transaksi lockbox dan EFT diberikan oleh pihak
bank kepada perusahaan sehingga dapat dilakukan pembuatan ayat
jurnal penerimaan kas pada pencatatan sistem akuntansi.
c. File Transaksi Penerimaan Kas : file ini memberikan informasi yang
smaa seperti pada transaksi penjualan dengan mencantumkan detail
transaksi penerimaan kas yang telah diproses dalam sistem
akuntansi selama periode tertentu.
d. Jurnal Penerimaan Kas atau Listing : laporan ini diperoleh dari file
transaksi penerimaan kas yang berisi informasi semua transaksi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 15
dalam periode waktu tertentu. Seluruh informasi yang relevan juga
akan disertakan dalam pencatatan file induk piutang usaha dan buku
besar.

6. Pemrosesan dan Pencatatan Return dan Pengurangan Penjualan


Ketika pelanggan mengajukan komplain atas pembelian barang,
perusahaan dapat menerima pengembalian barang (return) ataupun
memberikan pengurangan harga (diskon) sebagai kompensasi.
Pengembalian barang ke gudang harus disertai laporan penerimaan atas
barang yang direturn. Pencatatan atas return dan pengurangan penjualan
dilakukan dalam file transaksi return dan pengurangan penjualan, serta
dicatat pula dalam file induk piutang usaha. Dokumen dan catatan yang
menyertai return dan pengurangan penjualan ialah :
a. Memo Kredit : merupakan dokumen yang berisi hal-hal mengenai
pengurangan jumlah dari pelanggan akibat return brang ataupun
pengurangan harga. Bentuk fisik memo kredit dapat serupa atau
menyamai bentuk faktur penjualan dengan isi yang berbeda yaitu
mengenai pengurangan dan bukan penambahan piutang usaha
b. Jurnal Return dan Pengurangan Penjualan : merupakan jurnal untuk
pencatatan return dan pengurangan penjualan. Memiliki fungsi yang
sama sebagaimana jurnal penjualan, seringkali perusahaan mencatat
transaksi ini dalam jurnal penjualan dan tidak dibuat dalam jurnal
terpisah.

7. Penghapusan Piutang Usaha Tak Tertagih


Tidak tertagihnya suatu piutang dari pelanggan tidak dapat dihubungkan
secara langsung dengan kinerja departemen kredit atau penagihan, sebab
tentu saja ada saja pelanggan yang tidak baik dan tidak berniat membayar
hutang, atau bahkan mengalami kebangkrutan. Penghapusan piutang
dilakukan setelah diperoleh kesimpulan atas penyelidikan bahwa sejumlah
tertentu piutang usaha tidak dapat ditagih. Penyesuaian atas piutang tak
tertagih dilakukan dalam proses akuntansi untuk mendapat nilai perkiraan
piutang usaha yang tepat dan sesuai keadaan yang sebenarnya. Dokumen
internal digunakan untuk penghapusan piutang tak tertagih, disebut sebagai
formulir otorisasi piutang tak tertagih, serta ditandangani oleh pihak yang
memiliki otoritas.

8. Penyediaan Piutang Tak Tertagih


Berdasarkan asumsi bahwa perusahaan tidak dapat 100% menagih piutang
atas penjualannya, prinsip akuntansi mengharuskan adanya pencatatan
beban piutang tak tertagih sesuai jumlah yang telah diperkirakan.
Transaksi ini dicatat pada setiap akhir bulan atau setiap periode tertentu.
Ringkasan atas hubungan kelas transaksi, akun, fungsi bisnis dan dokumen serta
catatan yang berkaitan dalam siklus penjualan dan penagihan disajikan dalam tabel
berikut ini :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 15
Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Penjualan Pemrosesan pesanan
Penjualan pelanggan Pesanan pelanggan
Piutang Usaha Pemberian kredit Pesanan penjualan
Pesanan pelanggan atau pesanan
Pengiriman barang penjualan
Penagihan pelanggan dan
pencatatan penjualan Dokumen pengiriman
Faktur penjualan
File transaksi penjualan
Jurnal penjualan atau listing
File induk piutang usaha
Neraca saldo piutang usaha
Laporan bulanan
Penerimaan kas Kas di bank Pemrosesan dan pencatatan
(debet dari penerimaan kas
Remittance advice
penerimaan
kas) Prelisting penerimaan kas
File transaksi penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas atau listing
Return dan Return dan Pemrosesan dan pencatatan
pengurangan pengurangan return dan pengurangan
penjualan penjualan penjualan Memo kredit
Jurnal return dan pengurangan
Piutang Usaha penjualan
Penghapusan Penghapusan piutang usaha Formulir otoritas piutang tak
piutang tak Piutang usaha tak tertagih tertagih
tertagih Penyisihan
untuk piutang
tak tertagih Jurnal umum
Beban piutang tak Beban piutang Penyediaan piutang tak Jurnal umum
tertagih tak tertagih tertagih
Penyisihan
piutang tak
tertagih

Tabel I : Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, Dokumen, dan Catatan Terkait
Siklus Penjualan dan Penagihan
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

D. Identifikasi Pengendalian Internal


Auditor hendaknya memahami pengendalian internal perusahaan untuk dapat
memperoleh keyakinan yang memadai mengenai keandalan unsur laporan
keuangan, kepatuhan atas hukum dan peraturan, serta efektifitas dan efisiensi
operasional perusahaan. Rancangan atas pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi penjualan dilakukan dalam beberapa tahapan berikut
ini :
1. Memahami Pengendalian Internal – Penjualan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 15
Auditor dapat memahami pengendalian internal perusahaan klien dengan
mempelajari bagan arus penjualan dan penerimaan kas, membuat kuesioner
mengenai pengendalian internal, serta melakukan pengujian dengan
mengikuti jejak transaksi (walkthrough).

2. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan – Penjualan


Penilaian atas risiko pengendalian dilakukan melalui empat Langkah
berikut ini :
a. Membuat kerangka kerja yang berisi enam tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi penjualan. Tujuan audit tersebut yaitu :
i. Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman yang benar-benar
dilakukan kepada pelanggan nonfiktif (keterjadian).
ii. Transaksi penjualan yang ada sudah dicatat (kelengkapan).
iii.Penjualan yang dicatat adalah sebesar jumlah barang yang dikirim
dan ditagihkan serta diacatat dengan benar (keakuratan).
iv. Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar dalam file induk
piutang usaha dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan
pengikhtisaran).
v. Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi).
vi. Penjualan dicatat pada tanggal yang benar (penetapan waktu).
b. Melakukan identifikasi pengendalian internal dan kelemahannya.
Pengendalian internal terdiri dari sebelas poin berikut ini :
i. Kredit disetujui secara otomatis oleh komputer serta diperbandingkan
dengan batas kredit yang diotorisasi.
ii. Penjualan yang dicatat didukung oleh dokumen pengiriman yang
diotorisasi dan pesanan pelanggan yang telah disetujui.
iii.Terdapat pemisahan tugas antara penagihan, pencatatan, penjualan,
dan penanganan penerimaan kas.
iv. Dokumen pengiriman diserahkan kepada bagian penagihan setiap
hari dan ditagihkan keesokan harinya.
v. Dokumen pengiriman dipranomori dan dipertanggungjawabkan
seminggu sekali.
vi. Total batch kuantitas yang dikirim dibandingkan dengan kuantitas
yang ditagihkan.
vii. Harga jual per unit diperoleh dari file induk daftar harga yang
berisi harga-harga yang telah disetujui.
viii. Transaksi penjualan diverifikasi secara internal.
ix. Rekening koran dikirim kepada pelanggan setiap bulan.
x. Komputer secara otomatis membukukan transaksi ke dalam catatan
tambahan piutang usaha dan buku besar umum.
xi. File induk piutang usaha direkonsiliasikan dnegan buku besar umum
setiap bulan.

Adapun defisiensi yang signifikan atau kelamahan yang material dalam


pengendalian internal terdiri dari :
i. Tidak ada verifikasi internal atas kemungkinan faktur penjualan
dicatat lebih dari satu kali.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 15
ii. Tidak ada pengendalian untuk menguji pencatatan secara tepat
waktu.
c. Setelah dilakukan identifikasi, pengendalian internal dan kelemahannya
dikaitkan dengan tujuan audit.
d. Penilaian risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit dilakukan dengan
melakukan evaluasi atas pengendalian dan kelemahan atas setiap tujuan.
Langkah penilaian ini penting karena berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan auditor mengenai pengujian pengendalian dan
pengujian substantif.

Aktivitas pengendalian kunci pada transaksi penjualan terdiri dari enam hal
berikut ini :
a. Pemisahan tugas yang memadai. Pemisahan tugas antara penagihan,
pencatatan, penjualan, dan penerimaan kas bermanfaat untuk mencegah
terjadinya salah saji (misstatement) yang diakibatkan oleh kesalahan
input ataupun penipuan dan kecurangan.
b. Otorisasi yang tepat. Otorisasi diperiksa pada tiga titik kunci berikut :
i. Kredit harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.
ii. Barang harus dikirim hanya setelah otorisasi yang tepat diberikan.
iii. Harga termasuk syarat dasar penjualan, ongkos kirim dan biaya
angkut, serta diskon harus diotorisasi.
c. Dokumen dan catatan yang memadai. Dokumen dan catatan yang
mendukung adanya penjualan telah dibuat dan diotorisasi sesuai sistem
penerimaan, pemrosesan, dan pencatatan transaksi.
d. Dokumen yang telah dipranomori. Penomoran dokumen sebelum
digunakan dilakukan sebagai antisipasi atas kemungkinan terjadinya
gagal tagih ataupun duplikasi nomor.
e. Laporan bulanan. Pengiriman laporan bulanan dapat membantu
pelanggan untuk melakukan pengecakan dan memberikan respons atas
saldo yang dinyatakan dengan tidak benar.
f. Prosedur verifikasi internal. Pengecekan atas proses dan pencatatan
transaksi penjualan dilakukan oleh sistem yang terkomputerisasi atau
oleh individu yang independent untuk dapat memastikan tercapaianya
tujuan audit.

3. Menentukan luas pengujian pengendalian. Pada perusahaan publik,


pengujian yang menjangkau secara luas (ekstensif) atas pengendalian kunci
dan evaluasi atas defisiensi terhadap laporan auditor mengenai
pengendalian internal atas laporan keuangan. Adapun luas pengujian pada
perusahaan non publik berkaitan dengan efektifitas pengendalian serta
keyakinan auditor bahwa pengujian telah dilakukan dan dapat diandalkan.
Luas pengujian hendaknya juga mempertimbangkan adanya kenaikan biaya
pengujian.

4. Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif untuk


penjualan. Guna melakukan verifikasi atas efektifitas setiap pengendalian
kunci, harus dirancang satu atau lebih pengujian pengendalian. Pada
pengujian substantif atas transaksi, beberapa prosedur digunakan oleh

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 15
auditor tanpa memandang situasinya, sementara beberapa prosedur lainnya
dilakukan dengan bergantung pada kelayakan pengendalian dan hasil
pengujian pengendalian. Prosedur audit pengujian substantif atas pencatatan
penjualan yang terjadi dilakukan dengan memperhatikan tiga jenis salah saji
yang mungkin terjadi :
i. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah
dilakukan. Vouching atas ayat jurnal tertentu dalam jurnal penjualan
yang ditelusuri hingga ke dokumen pengiriman dan pendukung lainnya
dilakukan untuk memastikan bahwa penjualan benar-benar terjadi.
ii. Penjualan dicatat lebih dari satu kali. Review numeris atas daftar
transaksi penjualan dilakukan untuk melihat adanya duplikasi nomor
penjualan. Pengecekan atas pembatalan dokumen dan kemungkinan
digunakan untuk penjualan lain juga perlu dilakukan.
iii.Pengiriman dilakukan kepada pelanggan. Kecurangan jenis ini dapat
terjadi apabila penjualan dan otorisasi pengiriman dilakukan oleh orang
yang sama. Penelusuran informasi pelanggan pada faktur penjualan
hingga file induk pelanggan dapat dilakukan auditor untuk menguji
adanya pelanggan fiktif.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 15
C. Latihan

1. Ada __________ kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan.

A. Tiga
B. Dua
C. Empat
D. Lima

2. Keputusan dan proses yang diperlukan untuk pengalihan kepemilikan barang dan jasa
kepada pelanggan setelah tersedia untuk dijual mengacu pada:

A. Akuisisi dan siklus pembayaran


B. Siklus penjualan dan penagihan
C. Siklus inventaris dan pergudangan
D. Penggajian dan siklus Personil

3. Sistem ___________ adalah ketika pelanggan melakukan pembayaran langsung ke


alamat yang dikelola oleh bank.

A. Lockbox
B. Diatur
C. Kontrol
D. Tempat penyimpanan

4. Otorisasi yang tepat untuk penjualan meliputi:

A. Persetujuan sebelum pengiriman


B. Persetujuan persyaratan kredit
C. Persetujuan kredit
D. Semua yang di atas

5. Manakah dari berikut ini yang merupakan contoh pengendalian untuk tujuan audit
yang berkaitan dengan pencatatan penjualan dengan benar untuk jumlah barang yang
dikirim?

A. Dokumen pengiriman resmi


B. Dokumen pengiriman yang telah diberi nomor sebelumnya
C. Rekonsiliasi file induk piutang dengan buku besar.
D. Laporan berkala dikirim ke pelanggan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 15
D. Jawaban

1. D
2. B
3. A
4. D
5. D

E. Referensi

1. Auditing an Integrated approach, Aren, Elder dan Beasley, Prentice Hall Inc.
2. SPAP (Standard Profesi Akuntan Publik), IAPI, revisi 2013

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 15

Anda mungkin juga menyukai