SIKLUS PENGELUARAN
Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan & proses saat memperoleh barang atau
jasa pada kegiatan operasional bisnis perusahaan.
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi perolehan barang atau jasa. Barang yang diperoleh
perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan untuk
menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
atau sediaan dan surat berharga yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan
pendapatan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang (Agustiyaningsih & Ardini, 2019)
Tujuan dari siklus pengeluaran adalah meminimalkan biaya total, memelihara san
memperoleh persediaan, perlengkapan dan aktivitas lain yang dibutuhkan perusahaan. Siklus
pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai fungsi dan departemen
yang ada dalam perusahaan, dan diakhiri dengan pembayaran atas pembelian. Siklus ini
berkaitan dengan pembelian persediaan, aktiva tetap, barang dan jasa, biaya dibayar di muka dan
pembayaran atas pembelian tersebut.
KELOMPOK TRANSAKSI SIKLUS PENGALUARAN
1. Pembelian Kredit Uang Muka (Dwon Payment)
Dwon payment adalah uang yang ditentukan oleh penjual yang harus dibayarkan oleh pembeli
sebagai jaminan sebelum pelunasan pembayaran. Dwon payment juga dapat berfungsi sebagai
pengikat transaksi (Rizfal Efriadi et al., 2022). Biasanya pelanggan membeli barang mahal
dengan uang muka dan sisanya dicicil pada waktu tertentu.
2. Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas merupakan transaksi pengurangan saldo kas dan bank milik perusahaan akibat
dari pembelian tunai, pembayaran utang, dan transaksi yang mengakibatkan berkurangnya kas.
3. Pembelian Tunai
Pembelian tunai adalah pembelian yang dilakukan oleh bisnis membebaskan uang tunai untuk
membayar barang dan inventaris yang dibeli untuk mengoperasikan bisnis.
4. Penyesuain Pembelian
Kelas transaksi pada pengauditan siklus pengeluaran penyesuaian pembelian mencakup beberapa
jenis transaksi seperti pengeluaran tunai, pengeluaran non-tunai, pengembalian pembelian,
penyesuaian pembelian, dan pembebanan biaya. Saat melakukan pengauditan, auditor harus
memeriksa setiap kelas transaksi ini untuk memastikan bahwa transaksi tersebut terekam secara
akurat dan lengkap dalam laporan keuangan perusahaan.
AKUN DAN REKENING YANG TERPENGARUH
Akun dan rekening yang terpengaruh pada siklus pengeluaran ini, diantaranya:
a. Persediaan barang dagang;
b. Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang;
c. Biaya dibayar di muka, misalnya sewa dibayar di muka atau asuransi;
d. Aktiva tetap, misalnya gedung dan mesin-mesin;
e. Aktiva lain-lain, misalnya aktiva tak berwujud;
f. Utang dagang;
g. Retur dan potongan pembelian;
h. Berbagai biaya, misalnya biaya depresiasi, dan harga pokok penjualan;
i. Kas.
Risiko bawaan siklus pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran ini, yaitu:
1. Volume transaksi yang selalu tinggi.
2. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
3. Pembelian aset yang tidak perlu.
4. Masalah akuntansi yang berkembang, misalnya apakah cost (harga perolehan)
dikapitalisasi atau dinggap biaya.
Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-hal
berikut:
Salah saji dan pengendalian yang perlu dikembangkan auditor berdasar pengetahuannya
atas pengolahan transaksi pembelian atau checklist standar milik kantor akuntan publiknya.
Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien, auditor dapat mengetahui apakah
pengendalian yang diperlukan telah dirancang dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas
rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi pembelian. Bukti tersebut kemudian
digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang terkait
dengan transaksi pembelian.
PENGUJIAN
SALAH SAJI PENGENDALIAN
FUNGSI PENGENDALIAN
POTENSIAL YANG PERLU
YANG MUNGKIN
Permintaan Permintaan barang Adanya prosedur Mengajukan
barang dan jasa meleihi yang otorisasi yang pertanyaan mengenai
dibutuhkan memadai prosedur
Penyiapan order Pembelian digunakan Adanya permintaan Memeriksa order
pembelian atas penggunaan pembelian yang pembelian yang
tanpa otorisasi disetujui untuk setiap dibuat berdasar
order pembelian permintaan
pembelian
Penerimaan Barang yang diterima Adanya order Memeriksa laporan
barang tidak sesuai dengan pembelian yang penerimaan untuk
yang dipesan disetujui atas setiap setiap order
penerimaan barang pembelian
Penyimpan Barang keluar Adanya pembatasan Mengamati akses ke
barang gudang tanpa akses ke gudang gudang
otorisasi
Penyiapan Voucher dibuat untuk Adanya pencocokan Memeriksa
voucher utang barang yang tidak antara order dokumentasi
dipesan/diterima pembelian, laporan pendukung untuk
penerimaan, dan pembuatan voucher
faktur pemasok untuk
setiap voucher
Pencatatan utang Voucher tidak dicatat Adanya pengecekan Memeriksa bukti
independen pengecekan
kesesuaian ikhtisar independen
voucher harian
dengan jumlah
tercatat dalam
register voucher
Pada kolom ketiga pada tabel contoh, menunjukkan daftar kemungkinan pengujian
pengendalian untuk setiap pengendalian yang diperlukan yang telah ditetapkan pada kolom dua.
Pengujian tersebut meliputi pemilihan suatu sampel dan inspeksi atas dokumen-dokumen yang
bersangkutan, pengujian pertanyaan pada personil perusahaan, mengobservasi personil
perusahaan dalam melaksanakan prosedur pengendalian, dan melakukan ulang pengendalian
tertentu. Hasil dari setiap pengujian pengendalian harus memberikan bukti tentang efektivitas
rancangan dan/atau pengoperasian pengendalian yang diperlukan.
Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai berikut:
Tiga prosedur yang disebut pertama, dilakukan juga oleh auditor dalam mendapatkan
pemahaman tentang sistem pengendalian internal (SPI), sedangkan prosedur keempat yaitu
pengerjaan ulang (reperformance) tidak digunakan pada saat itu. Dalam melakukan pengujian,
auditor memilih prosedur-prosedur yang akan menghasilkan bukti yang paling dapat dipercaya
tentang efektivitas kebijakan dan dapat diterapkan dan sama efektifnya dalam memperoleh bukti.
SALAH SAJI POTENSIAL PADA SIKLUS PENGELUARAN
Salah saji dan pengendalian yang perlu dikembangkan auditor berdasar pengetahuannya
atas pengolahan transaksi pengeluaran kas atau checklist standar milik kantor akuntan publiknya.
Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien, auditor dapat mengetahui apakah
pengendalian yang diperlukan telah dirancang dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas
rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi pengeluaran kas. Bukti tersebut kemudian
digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang terkait
dengan transaksi pengeluaran kas.
PENGUJIAN
SALAH SAJI PENGENDALIAN
FUNGSI PENGENDALIAN YANG
POTENSIAL YANG PERLU
MUNGKIN
Pembayaran Cek dikeluarkan Penandatanganan cek Mengamati penanda tangan
utang atas pembelian menelaah voucher dan cek melaksanakan pengecekan
tanpa otorisasi dokumen pendukung dokumen pendukung
Komponen Risiko EO C RO VA PO
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko Bawaan Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Risiko Pengendalian Transaksi Pembelian Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Risiko Pengendalian Transaksi Pengeluaran
Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
Kas
Risiko Pengendalian Gabungan Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Risiko Deteksi yang Diterima Tinggi Rendah Sedang Rendah Tinggi
KONFIRMASI UTANG
Tidak seperti konfirmasi piutang dagang. Prosedur ini tidak disyaratkan dalam prosedur
auditing yang diterima umum. Prosedur ini optimal, karena:
a. Konfirmasi tidak memberikan kepastian bahwa saldo utang dagang yang belum tercatat
akan dapat ditemukan auditor.
b. terdapat dokumen yang lebih meyakinkan sebagai bukti, yaitu faktur pemasok dan surat
utang bulanan dari pemasok.
Apabila konfirmasi utang dagang dilaksanakan, maka pilihan konfirmasi terutama
diberikan atas rekening individual pemasok yang bersaldo nol atau kecil. Pengujian ini berkaitan
erat dengan asersi penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajiban, keberadaan atau keterjadian
dan kelengkapan. Bukti yang diperoleh hanya memberi keyakinan yang terbatas atas asersi
kelengkapan karena masih ada kemungkinan ada utang tak tercatat.
Bila konfirmasi utang dagang dianggap perlu oleh auditor, maka saldo yang harus
dikonfirmasi adalah saldo pada neraca dan saldo interim. Konfirmasi utang dagang membuat
komunikasi langsung dengan vendor dan meminta agar mengirimkan pernyataan secara langsung
pada auditor. Konfirmasi utang dagang tidak sama dengan konfirmasi pada piutang dagang.
Konfirmasi utang dagang mengharapkan pernyataan vendor yang merefleksikan catatan vendor
dan bukan catatan perusahaan yang diaudit.
DAFTAR UTANG
Buku besar pembantu biasanya selalu dibuat jika perusahaan juga memutuskan
menggunakan jurnal khusus selain jurnal umum. Jadi misalnya perusahaan punya jurnal utang
usaha, maka dapat dipastikan mereka juga akan membuat buku besar pembantu utang. Buku
besar pembantu utang akan diperbarui setelah transaksi terkait terjadi. Lalu di akhir periode akan
disusun daftar saldo utang. Daftar saldo utang ini bisa jadi pembanding, apakah sama dengan
saldo akun utang dalam buku besar umum atau tidak.
UJI PISAH BATAS PEMBELIAN DAN UTANG TAK TERCATAT
Melakukan Pengujian Pisah Batas Pembelian
Pengujian pisah batas pembelian dirancang auditor untuk memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa:
a. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang dikirimkan oleh pemasok
(FOB Shipping Point),
b. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang sudah benar-benar diterima
dari pemasok (FOB Destination).
Pengujian ini biasanya dilakukan pada tanggal neraca. Jika risiko pengendalian tinggi,
akuntan harus mempertimbangkan kmeungkinan pembelian fiktif. Jika pengujian ini
membuktikan indikasi kesalahan material, kauntan harus meminta klien melakukan penyesuaian.
Pengujian ini menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi kelengkapan, dan keberadaan
atau kejadian utang dagang.
Melakukan Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pengujian ini dirancang auditor untuk memastikan bahwa pengeluaran kas dicatat dalam
periode dikeluarkannya kas tersebut. Pengujian ini sangat penting dalam menentukan berapa
saldo utang dagang yang semestinya tercantum dalam neraca akhir tahun. Oleh karena itu,
pengujian ini semestinya dilakukan pada tanggal neraca.
Bukti dapat dihimpun melalui observasi dan menelaah dokumentasi internal. Auditor
dapat memeriksa cek yang dikeluarkan pada akhir tahun dan mengusutnya ke pencatatan
akuntansinya. Hal ini memungkinkan auditor menilai ketepatan pisah batas pengeluaran kas.
Pengujian ini menghasilkan bukti yang berhubungan dengan asersi kelengkapan, dan keberadaan
atau keterjadian.
Memeriksa Pembayaran Kemudian
Pengujian ini dirancang auditor terutama untuk mendeteksi adanya utang dagang yang
tidak tercatat. Auditor dapat menerapkan prosedur pengujian ini untuk memperoleh bukti yang
berkaitan dengan pembayaran yang belum tercatat pada tanggal neraca. Auditor memilih cek
yang dipilih adalah cek yang dikeluarkan kepda pemasok sebagai pelunasan utang dagang.
Setelah itu auditor membandingkan cek tersebut dengan daftar utang dagang pada tanggal
neraca. Dengan demikian, prosedur pengujian ini biasanya dilaksanakan pada akshir pekerjaan
lapang.
Melalui pengujian ini, auditor dapat menemukan:
a. Adanya utang dagang akhir tahun yang tidak terbayar;
b. Pengeluaran kas sebagai pelunasan utang atas utang dagang yang tidak tercatat pada
tanggal neraca. Pengujian ini menghasilkan bukti mengenai asersi keberadaan atau
keterjadian, penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajian, serta asersi kelengkapan.
Pencarian utang dagang yang tidak tercatat berkaitan erat dengan test cut-off yang dapat
mendeteksi catatan transaksi yang salah periode. Sumber yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk mendeteksi utang dagang yang tak tercatat:
1) Catatan utang dagang pada neraca lajur;
2) Jurnal pengeluaran kas;
3) Daftar voucher yang dibayar;
4) File of unmatched receiving reports.
Pengujian ini terutama berkaitan dengan risiko understatement. Oleh karena itu,
pengujian ini terutama berkaitan erat dengan asersi kelengkapan. Di samping itu, pengujian ini
juga menghasilkan bukti mengenai asersi penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajiban, dan
asersi keberasaan atau keterjadian.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, R. (2018). Analisis Perencanaan Audit Laporan Keuangan Studi Pada Kantor Akuntan
Publik Xyz (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta).
Agustiyaningsih, Y., & Ardini, L. (2019). Risk Based Audit Pada Siklus Pengeluaran Studi
Kasus Pada Pt. Pjb Services. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Halim, Abdul dan Totok Budisantoso. (2014). Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan
Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Nurjanah, S. (2019). Aplikasi Pengolahan Data Utang Dagang Pada PT. Siger Jati Bandar
Lampung. Jurnal ONESISMIK, 2, 85–98.
http://jurnal.dcc.ac.id/index.php/onesismik/article/view/275
Rizfal Efriadi, A., Supriadi, S., Studi Akuntansi, P., & Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan
Jakarta, I. (2022). Pengaruh Down Payment dan Insentif Pajak Kendaraan PPNBM
Terhadap Penjualan Mobil selama Pandemi Covid-19. 7(1), 36–44.
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/MAP