Anda di halaman 1dari 15

AUDIT SIKLUS PENGELUARAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Auditing 2
Dosen Pengampu: Makmuri Ahdi, M.Ak

Disusun oleh kelompok 2:

1. Amelia Kartika (2008205013)


2. Slamet Firdaus (2008205028)
3. Aulia Maharani J (2008205037)

AKUNTANSI SYARIAH 6/A


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Kel.Sunyaragi Kec. Kesambi Kota Cirebon
Telp.(02318491642)
BAB PEMBAHASAN

SIKLUS PENGELUARAN
Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan & proses saat memperoleh barang atau
jasa pada kegiatan operasional bisnis perusahaan.
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi perolehan barang atau jasa. Barang yang diperoleh
perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan untuk
menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
atau sediaan dan surat berharga yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan
pendapatan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang (Agustiyaningsih & Ardini, 2019)
Tujuan dari siklus pengeluaran adalah meminimalkan biaya total, memelihara san
memperoleh persediaan, perlengkapan dan aktivitas lain yang dibutuhkan perusahaan. Siklus
pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai fungsi dan departemen
yang ada dalam perusahaan, dan diakhiri dengan pembayaran atas pembelian. Siklus ini
berkaitan dengan pembelian persediaan, aktiva tetap, barang dan jasa, biaya dibayar di muka dan
pembayaran atas pembelian tersebut.
KELOMPOK TRANSAKSI SIKLUS PENGALUARAN
1. Pembelian Kredit Uang Muka (Dwon Payment)

Dwon payment adalah uang yang ditentukan oleh penjual yang harus dibayarkan oleh pembeli
sebagai jaminan sebelum pelunasan pembayaran. Dwon payment juga dapat berfungsi sebagai
pengikat transaksi (Rizfal Efriadi et al., 2022). Biasanya pelanggan membeli barang mahal
dengan uang muka dan sisanya dicicil pada waktu tertentu.
2. Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas merupakan transaksi pengurangan saldo kas dan bank milik perusahaan akibat
dari pembelian tunai, pembayaran utang, dan transaksi yang mengakibatkan berkurangnya kas.
3. Pembelian Tunai

Pembelian tunai adalah pembelian yang dilakukan oleh bisnis membebaskan uang tunai untuk
membayar barang dan inventaris yang dibeli untuk mengoperasikan bisnis.
4. Penyesuain Pembelian

Kelas transaksi pada pengauditan siklus pengeluaran penyesuaian pembelian mencakup beberapa
jenis transaksi seperti pengeluaran tunai, pengeluaran non-tunai, pengembalian pembelian,
penyesuaian pembelian, dan pembebanan biaya. Saat melakukan pengauditan, auditor harus
memeriksa setiap kelas transaksi ini untuk memastikan bahwa transaksi tersebut terekam secara
akurat dan lengkap dalam laporan keuangan perusahaan.
AKUN DAN REKENING YANG TERPENGARUH
Akun dan rekening yang terpengaruh pada siklus pengeluaran ini, diantaranya:
a. Persediaan barang dagang;
b. Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang;
c. Biaya dibayar di muka, misalnya sewa dibayar di muka atau asuransi;
d. Aktiva tetap, misalnya gedung dan mesin-mesin;
e. Aktiva lain-lain, misalnya aktiva tak berwujud;
f. Utang dagang;
g. Retur dan potongan pembelian;
h. Berbagai biaya, misalnya biaya depresiasi, dan harga pokok penjualan;
i. Kas.

DOKUMEN DAN CATATAN


Dalam siklus pengeluaran, terdapat dokumen dan catatan yang digunakan adalah:
a) Permintaan pembelian, merupakan dokumen permintaan yang dibuat oleh karyawan yang
berwenang, dan dikirimkan pada departemen pembelian untuk membeli barang dan jasa.
b) Order pembelian, yaitu dokumen yang dibuat dan dikirimkan departemen pembelian
kepada perusahaan lain yang menyatakan bahwa perusahaan ingin membeli barang dan
jasa yang dimaksud. Dokumen ini berisi deskripsi, kuantitas, dan informasi lain mengenai
barang atau jasa tersebut.

Dokumen ini sering digunakan untuk mengindikasi adanya otorisasi pembelian.


1. Laporan penerimaan barang, yaitu dokumen yang diuat atas setiap barang yang diterima
dari pemasok. Dokumen ini berisi deskripsi barang, kuantitas yang diterima, tanggal
penerimaan, dan informasi lain mengenai barang atau jasa tersebut. Berdasar dokumen
ini, perusahaan mengakui adanya utang dagang.
2. Faktur (invoice) dari pemasok, dokumen ini berisi data deskripsi dan kuantitas barang
yang diterima, harga termasuk biaya pengangkutan dan asuransi, termin potong harga,
dan tanggal penagihan. Dokumen ini digunakan untuk menagih pelanggan dan berfungsi
juga sebagai dokumen dasar penjurnalan penjualan. Dokumen ini sangat penting, karena
menyatakan jumlah terutang kepada pemasok.
3. Voucher, yaitu dokumen yang mengindikasikan nama pemasok, jumlah terutang, dan
tanggal pembayaran atas pembelian yang telah diterima. Dokumen ini sering digunkana
sebagai otorisasi pencatatan utang, otorisasi pembayaran utang serta pencatatan
pelunasan utang.
4. Ringkasan voucher, dokumen ini digunakan untuk melaporkan total jumlah voucher yang
diolah dalam suatu kelompok atau batch, atau yang diolah selama satu hari tersebut.
5. Register voucher, yaitu suatu jurnal untuk mencatat utang yang timbul dari pembelian.
Pencatatan ini dilakukan berdasar voucher.
6. Laporan pelanggan bulanan dari pemasok, yaitu dokumen atau laporan yang berasal dari
pemasok yang menyatakan saldo awal utang dagang perusahaan, transaksi-transaksi yang
dilakukan pada bulan tersebut lengkap dengan tanggal dan jumlah setipa transaksi,
pembayaran kas yang diterima, dan saldo akhir utang dagang. Data tersebut adalah
berdasar pencatatan atau anggapan pemasok, bukan perusahaan klien.
7. Buku pembantu utang dagang, yaitu buku pembantu untuk mencatat pembelian
individual, pengeluaran kas aatau pembayarn, dan total saldo untuk masing-masing
pemasok. Total jumlah rupiah seluruh rekening pemasok harus sama dengan total jumlah
yang dinyatakan dalam buku besar maupun neraca.
8. Arsip voucher belum dibayar, arsip ini berfungsi sebagaimana layaknya buku pembantu
utang dagang seperti tersebut di atas. Perbedaannya adalah pada pendekataan pengelolaan
utang dagang. Pada arsip voucher ini, utang dagang dikelola berdasar tanggal kapan
utang harus dilunasi, sedangkan buku pembantu utang dagang berdasar rekening setiap
pemasok.
9. Arsip voucher yang sudah dibayar, arsip digunakan untuk menampung voucher yang
sudah dibayar. Dengan demikian, apabila voucher sudah dibayar, maka voucher tersebut
dipindahkan dari arsip voucher belum dibayar ke arsip voucher yang sudah dibayar.

RISIKO BAWAAN DAN STRATEGI AUDIT PADA SIKLUS PENGELUARAN


Indentifikasi risiko adalah pondasi dalam pelaksanaan audit, penilain risiko yang
dilakukan audit dengan mengidentifikasi sumber risiko dan menilai risiko (Alifah, R. 2018).
Dalam menaksir risiko bawaan siklus pengeluaran, auditor perlu mempertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi asersi dalam siklus pengeluaran, meliputi:
a) Tekanan untuk menyatakan lebihb rendah (understate) beban operasional untuk
menampakkan target laba yang telah ditentukan, padahal dalam kenyataannnya target
tersebut tidak tercapai.
b) Tekanan untuk menyatakan lebih rendah besarnya utang dagang untuk menunjukkan
kinerja modal kerja yang lebih baik.

Risiko bawaan siklus pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran ini, yaitu:
1. Volume transaksi yang selalu tinggi.
2. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
3. Pembelian aset yang tidak perlu.
4. Masalah akuntansi yang berkembang, misalnya apakah cost (harga perolehan)
dikapitalisasi atau dinggap biaya.

Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji.


Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi
tersebut. Di samping itu, ada kemungkinan juga bahwa perusahaan melakukan pembelian aset
yang tidak perlu. Aset yang dibeli tetapi tidak berguna sebenarnya harus di-write off dari neraca.
Sering terjadi perusahaan masih tetap mencantumkan aktiva yang tidak berguna dalam neraca
senilai aktiva tersebut apabila berguna. Masalah kauntansi mengenai penentuan apakah harga
perolehan aktiva dikapitalisasi atau dianggap sebagai biaya, mengakibatkan tingginya
kemungkinan kesalahan perlakukan pengeluaran kas.
Dalam perusahaan yang relatif mapan, panksiran risiko pihak manajemen mendorong
untuk disusunnya kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern untuk mengurangi risiko
salah saji yang mungkin terjadi dalam pemrosesan pencatatan dan mengurangi pelaporan
transaksi dalam siklus pengeluaran. Meskipun demikian, keberadaan dan efektivitas
pengendalian untuk masing-masing kelas transaksi untuk pembelian dan pengeluaran kas
mungkin berbeda-beda. Selanjutnya, auditor juga perlu menyadari keterbatasan dari
pengendalian internal. Keterbatasan tersebut bisa diakibatkan oleh adanya pelanggaran oleh
pihak manajemen, kolusi, kesalahpahaman, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan yang selalu berubah.
Tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran menyebabkan bnayak perusahaan
memprioritaskan atau memperluan struktur pengendalian intern siklus pengeluaran untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji. Prioritas ini signifikan mengurangi risiko pengendalian
asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, penilaian dan pengalokasian yang berkaitan
dengan transaksi dan rekening siklus pengeluaran. Jadi, strategi audit yang sering digunakan
adalah Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian yang Ditetapkan Lebih Rendah. Dalam strategi
Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian yang Ditetapkan Lebih Rendah, auditor lebih banyak
mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari penggunaan strategi
ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien sangat baik dan dapat
mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji kelayakan-kelayakan tersebut.
Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern tersebut memang layak diyakini
efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan pengujian pengendalian.
Pada struktur pengendalian intern yang lemah, diasumsikan tidak menggunakan laporan
penerimaan barang yang akurat. Klien menunda pencatatan pembelian sampai pengeluaran kas
terjadi, dan karena jangka waktu kas, tagihan biasanya dilunasi beberapa bulan setelah tanggal
jatuh tempo. Ketika auditor berhadapan dengan kondisi seperti ini, berarti terdapat penyajian
yang terlalu rendah atas utang, sehingga pengujian yang lebih mendalam dari detail utang sangat
diperlukan. Tingkat efektivitas pengendalian sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pengujian
berkaitan dengan risiko.
Seperti siklus pendapatan, pengendalian umumnya tidak mengurangi risiko pengendalian
untuk asersi hak dan kewajiban. Auditor dapat menggunakan kombinasi strategi risiko kontrol
yang dipertimbangkan lebih rendah dan primarily substantive approach. Faktor lain yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih strategi audit adalah pertimbangan cost benefit. Dilakukan
tidaknya pengujian pengendalian tergantung pertimbangan cost benefit. Auditor perlu
membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian intern, dengan penghematan yang
diperoleh dengan berkurangnya pengujian substantif akibat pengutamaan pengujian
pengendalian.
PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN
Dalam mengaudit sebuah perusahaan tentunya seorang auditor memiliki langkah-langkah
yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang benar. Untuk langkah awal yang
dilakukan auditor adalah harus menetapkan risiko pengendalian dan pengujian pengendalian agar
untuk merencanakan langkah-langkah audit yang akan dilakukan seorang auditor dapat
melakukannya dengan tepat dan benar, yaitu menetapkan pengendalian untuk setiap asersi
penting yang terdapat pada saldo rekening, kelompok transaksi, dan komponen pengungkapan
dalam laporan keuangan dan merancang pengujian substantif untuk setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan.
Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas rancangan dan
pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern suatu perusahaan dalam
mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.

Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-hal
berikut:

a. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk


mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan asersi
telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.
b. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan.
c. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji.
d. Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk
menetapkan efektivitas rancangan dan pengoperasiannya.
e. Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko.

Salah saji dan pengendalian yang perlu dikembangkan auditor berdasar pengetahuannya
atas pengolahan transaksi pembelian atau checklist standar milik kantor akuntan publiknya.
Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien, auditor dapat mengetahui apakah
pengendalian yang diperlukan telah dirancang dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas
rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi pembelian. Bukti tersebut kemudian
digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang terkait
dengan transaksi pembelian.
PENGUJIAN
SALAH SAJI PENGENDALIAN
FUNGSI PENGENDALIAN
POTENSIAL YANG PERLU
YANG MUNGKIN
Permintaan Permintaan barang Adanya prosedur Mengajukan
barang dan jasa meleihi yang otorisasi yang pertanyaan mengenai
dibutuhkan memadai prosedur
Penyiapan order Pembelian digunakan Adanya permintaan Memeriksa order
pembelian atas penggunaan pembelian yang pembelian yang
tanpa otorisasi disetujui untuk setiap dibuat berdasar
order pembelian permintaan
pembelian
Penerimaan Barang yang diterima Adanya order Memeriksa laporan
barang tidak sesuai dengan pembelian yang penerimaan untuk
yang dipesan disetujui atas setiap setiap order
penerimaan barang pembelian
Penyimpan Barang keluar Adanya pembatasan Mengamati akses ke
barang gudang tanpa akses ke gudang gudang
otorisasi
Penyiapan Voucher dibuat untuk Adanya pencocokan Memeriksa
voucher utang barang yang tidak antara order dokumentasi
dipesan/diterima pembelian, laporan pendukung untuk
penerimaan, dan pembuatan voucher
faktur pemasok untuk
setiap voucher
Pencatatan utang Voucher tidak dicatat Adanya pengecekan Memeriksa bukti
independen pengecekan
kesesuaian ikhtisar independen
voucher harian
dengan jumlah
tercatat dalam
register voucher

Auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan dapat


mencegah atau mendeteksi salah saji potensial tertentu, baik dengan menggunakan perangkat
lunak komputer ataupun secara manual, yaitu dengan menggunakan daftar pengecekan, misalkan
seperti pada contoh berikut ini.
Contoh pengujian manual :

Pengendalian yang Pengujian


Asersi
diperlukan pengendalian
-Penilaian atau Semua transaksi Tanyakan tentang
klasifikasi pembayaran dilakukan metode untuk
dengan menggunakan cek melakukan pengeluaran
Transaksi pengeluaran
kas, dan periksa buku
kas mungkin tidak
cek.
dicatat(kelengkapan)
atau dapat juga dicatat
dengan jumlah yang
salah.
Semua cek harus Periksa buku cek untuk
bernomor, tercetak dan memastikan bahwa semua
dipertanggungjawabkan cek telah bernomor tercetak
dan periksa urutan
pemakaiannya pada register
cek atau jurnal pengeluaran
kas.
Cek yang belum Observasi penanganan dan
digunakan harus penyimpanan cek.
disimpan pada tempat
yang aman
Pengecekan secara Observasi pelaksanaan
independen antara pengecekan independen
ikhtisar harian cek yang dan/atau lakukan
diterbitkan dengan pengecekan independen.
penjurnalan ke
pengeluaran kas.
Rekonsiliasi bank Obsevasi pembuatan
periodik secara rekonsiliasi dan/atau periksa
independen. rekonsiliasi bank.

Pengendalian yang diperlukan harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan


pertimbangan-pertimbangan lain. Sebagi contoh, apabila volume transaksi pengeluaran kas
cukup tinggi, maka pengecekan independen mengenai kecocokan antara ikhtisar cek yang
dikeluarkan harian dengan jurnal pengeluaran kas yang memungkinkan terdeteksinya kesalahan
dengan segera menjadi cukup penting. Namun apabila volume transaksi pengeluaran kas tidak
begitu banyak dan deteksi kesalahan segera tidak begitu penting, maka rekonsiliasi bank
independen secara periodik sudah dipandang cukup. Dalam situasi seperti ini, rekonsiliasi bank
disebut sebagai pengendalian pengganti.

Pada kolom ketiga pada tabel contoh, menunjukkan daftar kemungkinan pengujian
pengendalian untuk setiap pengendalian yang diperlukan yang telah ditetapkan pada kolom dua.
Pengujian tersebut meliputi pemilihan suatu sampel dan inspeksi atas dokumen-dokumen yang
bersangkutan, pengujian pertanyaan pada personil perusahaan, mengobservasi personil
perusahaan dalam melaksanakan prosedur pengendalian, dan melakukan ulang pengendalian
tertentu. Hasil dari setiap pengujian pengendalian harus memberikan bukti tentang efektivitas
rancangan dan/atau pengoperasian pengendalian yang diperlukan.

Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai berikut:

a) Pengajuan pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas personil perusahaan.


b) Observasi pelaksanaan tugas para personil.
c) Inspeksi atas dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang menunjukkan pelaksanaan
pengendalian.
d) Pengerjaan ulang (reperform) pengendalian oleh auditor.

Tiga prosedur yang disebut pertama, dilakukan juga oleh auditor dalam mendapatkan
pemahaman tentang sistem pengendalian internal (SPI), sedangkan prosedur keempat yaitu
pengerjaan ulang (reperformance) tidak digunakan pada saat itu. Dalam melakukan pengujian,
auditor memilih prosedur-prosedur yang akan menghasilkan bukti yang paling dapat dipercaya
tentang efektivitas kebijakan dan dapat diterapkan dan sama efektifnya dalam memperoleh bukti.
SALAH SAJI POTENSIAL PADA SIKLUS PENGELUARAN
Salah saji dan pengendalian yang perlu dikembangkan auditor berdasar pengetahuannya
atas pengolahan transaksi pengeluaran kas atau checklist standar milik kantor akuntan publiknya.
Melalui pemahaman struktur pengendalian intern klien, auditor dapat mengetahui apakah
pengendalian yang diperlukan telah dirancang dan dijalankan oleh klien.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas
rancangan dan operasi pengendalian dalam transaksi pengeluaran kas. Bukti tersebut kemudian
digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang signifikan yang terkait
dengan transaksi pengeluaran kas.
PENGUJIAN
SALAH SAJI PENGENDALIAN
FUNGSI PENGENDALIAN YANG
POTENSIAL YANG PERLU
MUNGKIN
Pembayaran Cek dikeluarkan Penandatanganan cek Mengamati penanda tangan
utang atas pembelian menelaah voucher dan cek melaksanakan pengecekan
tanpa otorisasi dokumen pendukung dokumen pendukung

Sebuah voucher Voucher dan dokumen Memeriksa keberadaan cap


dibayar dua kali pendukung dicap lunas lunas atas cek terbayar
apabila telah dibuatkan
ceknya
Pencatatan Pengeluaran cek Penggunaan cek Memeriksa bukti penggunaan
pengeluaran tidak dicatat bernomor urut cek bernomor urut
kas

Kesalahan dibuat Adanya rekonsiliasi Memeriksa rekonsiliasi bank


dalam pencatatan bank independen secara
cek periodik

PENGUJIAN SUBSTANTIF UTANG DAGANG


Utang dagang dikelompokkan ke dalam utang atau kewajiban lancar dalam neraca. Utang
dagang sangat mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Utang dagang memiliki potensi besar
terjadi salah saji. Hal ini disebabkan oleh tingginya volume transaksi pembelian secara kredit.
Perusahaan dapat meng-understated utang dagang untuk menunjukkan posisi keuangan dan
solvabilitas perusahaan yang baik.
Penetapan Risiko Deteksi
Dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, akuntan pertama kali harus
menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima utnuk masing-masing asersi yang terkait
secara signifikan. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada besarnya risiko audit yang
ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian transaksi pembelian dan pengeluaran kas.
Risiko pengendalian masing-masing asersi tergantung risiko pengendalian transaksi-transaksi
tersebut yang mempengaruhi transaksi utang dagang. Risiko pengendalian diperoleh auditor
berdasar bukti atau hasil pengujian pengendalian.
Pada umumnya, risiko bawaan untuk asersi penilaian atau pengalokasian tinggi. Hal ini
disebabkan karena adanya risiko bahwa utang dicatat kurang dari jumlah yang semestinya
(understated). Tingginya kemungkinan understatement utang dagang menyebabkan auditor perlu
mengintensifkan perhatiannnya pada asersi kelengkapan. Di samping itu, risiko bawaan asersi
kelengkapan yang tinggi mengakibatkan risiko deteksi yang rendah. Oleh karena itu, auditor
perlu mengintensifkan dan mengekstensifkan pengujian substantif atas asersi kelengkapan.
Dalam pelaksanaan pengujian substantif utang dagang, auditor terutama mengandalkan
bukti yang diperoleh melalui konfirmasi utang dagang yang diperoleh langsung dari pemasok,
pengujian pisah batas, dan menelaah dokumentasi yang dilakukan dalam organisasi klien.
Komponen Risiko – Asersi Utang Dagang

Komponen Risiko EO C RO VA PO
Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Risiko Bawaan Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Risiko Pengendalian Transaksi Pembelian Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Risiko Pengendalian Transaksi Pengeluaran
Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
Kas
Risiko Pengendalian Gabungan Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Risiko Deteksi yang Diterima Tinggi Rendah Sedang Rendah Tinggi

KONFIRMASI UTANG
Tidak seperti konfirmasi piutang dagang. Prosedur ini tidak disyaratkan dalam prosedur
auditing yang diterima umum. Prosedur ini optimal, karena:
a. Konfirmasi tidak memberikan kepastian bahwa saldo utang dagang yang belum tercatat
akan dapat ditemukan auditor.
b. terdapat dokumen yang lebih meyakinkan sebagai bukti, yaitu faktur pemasok dan surat
utang bulanan dari pemasok.
Apabila konfirmasi utang dagang dilaksanakan, maka pilihan konfirmasi terutama
diberikan atas rekening individual pemasok yang bersaldo nol atau kecil. Pengujian ini berkaitan
erat dengan asersi penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajiban, keberadaan atau keterjadian
dan kelengkapan. Bukti yang diperoleh hanya memberi keyakinan yang terbatas atas asersi
kelengkapan karena masih ada kemungkinan ada utang tak tercatat.
Bila konfirmasi utang dagang dianggap perlu oleh auditor, maka saldo yang harus
dikonfirmasi adalah saldo pada neraca dan saldo interim. Konfirmasi utang dagang membuat
komunikasi langsung dengan vendor dan meminta agar mengirimkan pernyataan secara langsung
pada auditor. Konfirmasi utang dagang tidak sama dengan konfirmasi pada piutang dagang.
Konfirmasi utang dagang mengharapkan pernyataan vendor yang merefleksikan catatan vendor
dan bukan catatan perusahaan yang diaudit.
DAFTAR UTANG
Buku besar pembantu biasanya selalu dibuat jika perusahaan juga memutuskan
menggunakan jurnal khusus selain jurnal umum. Jadi misalnya perusahaan punya jurnal utang
usaha, maka dapat dipastikan mereka juga akan membuat buku besar pembantu utang. Buku
besar pembantu utang akan diperbarui setelah transaksi terkait terjadi. Lalu di akhir periode akan
disusun daftar saldo utang. Daftar saldo utang ini bisa jadi pembanding, apakah sama dengan
saldo akun utang dalam buku besar umum atau tidak.
UJI PISAH BATAS PEMBELIAN DAN UTANG TAK TERCATAT
Melakukan Pengujian Pisah Batas Pembelian
Pengujian pisah batas pembelian dirancang auditor untuk memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa:
a. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang dikirimkan oleh pemasok
(FOB Shipping Point),
b. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang sudah benar-benar diterima
dari pemasok (FOB Destination).

Pengujian ini biasanya dilakukan pada tanggal neraca. Jika risiko pengendalian tinggi,
akuntan harus mempertimbangkan kmeungkinan pembelian fiktif. Jika pengujian ini
membuktikan indikasi kesalahan material, kauntan harus meminta klien melakukan penyesuaian.
Pengujian ini menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi kelengkapan, dan keberadaan
atau kejadian utang dagang.
Melakukan Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pengujian ini dirancang auditor untuk memastikan bahwa pengeluaran kas dicatat dalam
periode dikeluarkannya kas tersebut. Pengujian ini sangat penting dalam menentukan berapa
saldo utang dagang yang semestinya tercantum dalam neraca akhir tahun. Oleh karena itu,
pengujian ini semestinya dilakukan pada tanggal neraca.
Bukti dapat dihimpun melalui observasi dan menelaah dokumentasi internal. Auditor
dapat memeriksa cek yang dikeluarkan pada akhir tahun dan mengusutnya ke pencatatan
akuntansinya. Hal ini memungkinkan auditor menilai ketepatan pisah batas pengeluaran kas.
Pengujian ini menghasilkan bukti yang berhubungan dengan asersi kelengkapan, dan keberadaan
atau keterjadian.
Memeriksa Pembayaran Kemudian
Pengujian ini dirancang auditor terutama untuk mendeteksi adanya utang dagang yang
tidak tercatat. Auditor dapat menerapkan prosedur pengujian ini untuk memperoleh bukti yang
berkaitan dengan pembayaran yang belum tercatat pada tanggal neraca. Auditor memilih cek
yang dipilih adalah cek yang dikeluarkan kepda pemasok sebagai pelunasan utang dagang.
Setelah itu auditor membandingkan cek tersebut dengan daftar utang dagang pada tanggal
neraca. Dengan demikian, prosedur pengujian ini biasanya dilaksanakan pada akshir pekerjaan
lapang.
Melalui pengujian ini, auditor dapat menemukan:
a. Adanya utang dagang akhir tahun yang tidak terbayar;
b. Pengeluaran kas sebagai pelunasan utang atas utang dagang yang tidak tercatat pada
tanggal neraca. Pengujian ini menghasilkan bukti mengenai asersi keberadaan atau
keterjadian, penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajian, serta asersi kelengkapan.

Menguji Utang Dagang Tak Tercatat


Utang dagang perlu diperhatikan agar pengeluaran kas perusahaan tetap stabil dan tidak
merugikan perusahaan(Nurjanah, 2019). Pengujian ini merupakan pelengkap prosedur substantif
lainnya. Pengujian ini meliputi investigasi khusus untuk menemukan keberadaan faktur pemasok
yang signifikan yang belum tercatat pada tanggal neraca. Dalam hal ini, auditor dapat
menerapkan prosedur berikut:
a. Mengajukan pertanyaan pada karyawan bagian akuntansi dan pembelian. Pertanyaan
yang diajukan adalah mengenai faktur pembelian yang belum tercatat.
b. Memeriksa dokumen seperti order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur
yang mengandung perbedaan data seperti kuantitas dan harga pembelian.
c. Menelaah anggaran modal, permintaan produksi, dan kontrak lain untuk jumlah yang
belum tercatat.

Pencarian utang dagang yang tidak tercatat berkaitan erat dengan test cut-off yang dapat
mendeteksi catatan transaksi yang salah periode. Sumber yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk mendeteksi utang dagang yang tak tercatat:
1) Catatan utang dagang pada neraca lajur;
2) Jurnal pengeluaran kas;
3) Daftar voucher yang dibayar;
4) File of unmatched receiving reports.
Pengujian ini terutama berkaitan dengan risiko understatement. Oleh karena itu,
pengujian ini terutama berkaitan erat dengan asersi kelengkapan. Di samping itu, pengujian ini
juga menghasilkan bukti mengenai asersi penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajiban, dan
asersi keberasaan atau keterjadian.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, R. (2018). Analisis Perencanaan Audit Laporan Keuangan Studi Pada Kantor Akuntan
Publik Xyz (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta).
Agustiyaningsih, Y., & Ardini, L. (2019). Risk Based Audit Pada Siklus Pengeluaran Studi
Kasus Pada Pt. Pjb Services. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Halim, Abdul dan Totok Budisantoso. (2014). Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan
Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Nurjanah, S. (2019). Aplikasi Pengolahan Data Utang Dagang Pada PT. Siger Jati Bandar
Lampung. Jurnal ONESISMIK, 2, 85–98.
http://jurnal.dcc.ac.id/index.php/onesismik/article/view/275
Rizfal Efriadi, A., Supriadi, S., Studi Akuntansi, P., & Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan
Jakarta, I. (2022). Pengaruh Down Payment dan Insentif Pajak Kendaraan PPNBM
Terhadap Penjualan Mobil selama Pandemi Covid-19. 7(1), 36–44.
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/MAP

Anda mungkin juga menyukai