Anda di halaman 1dari 22

PEMBAHASAN

2.1 Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran

Tujuan keseluruhan dalam audit siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk
mengevaluasi apakah akun dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan pengeluaran kas
untuk akuisisi tersebut telah disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Terdapat 3 klasifikasi transaksi dalam siklus ini, yaitu:

1. Akuisisi barang dan jasa


2. Pengeluaran kas
3. Retur pembelian dan cadangan serta potongan pembelian

Gambar 1 1 Akun-akun dalam siklus akuisisi dan pembayaran

Terdapat 10 akun khusus yang termasuk dalam siklus akuisisi dan pembayaran dalam
akun T pada gambar di atas. Akun pengendalian untuk tiga kategori biaya yang paling
banyak digunakan oleh perusahaan. Untuk setiap akun pengendalian, juga diberikan contoh
untuk akun beban anak perusahaannya perlu digaris bawahi bahwa akun dalam jumlah besar
dipengaruh oleh siklus ini. Oleh karenanya tidak mengherankan jika proses audit untuk
siklus akuisisi dan pembayaran memakan waktu yang lebih lama daripada siklus lainnya.

Pada gambar di atas, menunjukkan bahwa setiap transaksi akan didebet atau dikredit ke
utang dagang. Oleh karena banyak perusahaan banyak melakukan akuisisi melalui kas kecil
maka gambar ini sebenarnya sangat sederhana. Diasumsikan bahwa akuisisi yang dibayar
tunai diproses dengan cara yang sama dengan yang menggunakan utang usaha.

2.2 Fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang Terkait

Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan
untuk memperoleh barang serta jasa guna mengoperasikan suatu bisnis. Siklus tersebut
umumnya dimulai dengan pembuatan permintaan pembelian oleh karyawan yang
berwenang yang memerlukan barang dan jasa, dan berakhir dengan pembayaran utang
usaha.

Kolom ketiga pada tabel akun-akun dalam siklus akuisisi dan pembayaran menyajikan
empat fungsi bisnis yang terjadi dalam setiap bisnis ketika mencatat tiga kelas transaksi
pada siklus akuisisi dan pembayaran. Ketiga fungsi yang pertama adalah mencatat akuisisi
barang dan jasa secara kredit, sementara fungsi yang keempat adalah mencatat pengeluaran
kas untuk pembayaran kepada vendor.

1. Memproses Pesanan Pembelian


Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal bagi
siklus ini. Bentuk pasti dari permintaan itu dan persetujuan yang diperlukan tergantung
pada sifat barang atau jasa serta kebijakan perusahaan. Dokumen yang umum
digunakan meliputi:
a. Permintaan pembelian (Purchase Requistion). Digunakan untuk meminta
barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang berupa permintaan akuisisi
seperti atas bahan oleh seorang mandor ruangan penyimpan, perbaikan oleh pihak
luar oleh personil kantor atau pabrik, atau permintaan asuransi dari wakil direktur
penanggung jawab aset tetap. Perusahaan biasanya bergantung pada spesifikasi
pencatatan pesanan yang terkomputerisasi untuk mengawali permintaan
pembelian persediaan secara otomastis.
b. Pesanan pembelian. Pesanan pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk
memesan barang dan jasa dari vendor. Pesanan tersebut mencakup deskripsi,
kuantitas, dan informasi terkait barang dan jasa yang ingin dibeli perusahaan dan
sering kali digunakan untuk menunjukkan otorisasi pembelian. Perusahaan
biasanya menyerahkan pesanan pembelian secara elektronik kepada vendor yang
menyediakan pertukaran data elektronik (Elektronic Data Interchange/EDI).

2. Penerimaan Barang dan Jasa


Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan merupakan titik kritis dalam siklus ini
karena pada waktu inilah biasanya perusahaan mengakui adanya akuisisi dan utang
yang terkait dalm pencatatan mereka. Saat barang diterima, dibutuhkan pengendalian
yang memadai untuk menguji deskriptif, kuantitas, waktu tiba, dan kondisi barang
yang dibeli. Laporan penerimaan adalah selembar kertas atau dokumen elektronik
yang disiapkan pada saat barang diterima. Laporan tersebut mencakup deskriptif
barang jumlah diterima, data yang diterima, dan data penting lainnya.

3. Mengakui Kewajiban
Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa memerlukan
pencatatan yang tepat waktu dan akurat. Pencatatan awal akan mempengaruhi laporan
keuangan dan pengeluaran kas aktual, karena itu perusahaan harus berhati-hati
mencantumkan semua transaksi, hanya akuisisi yang di lakukan, dan pada jumlah yang
tepat. Dokumen dan catatan yang umum meliputi:
a. Faktur vendor. Faktur vendor adalah dokumen yang diterima dari vendor dan
menunjukkan jumlah yang terhutang atas suatu akuisisi. Faktur tersebut
menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang serta jasa yang diterima, harga, syarat
diskon tunai, tanggal penagihan, dan total jumlahnya. Faktur vendor sangat penting
karena menunjukan jumlah yang tercatat dalam berkas transaksi pembelian. Untuk
perusahaan yang menggunakan EDI, faktur vendor dikirimkan secara elektronik,
sehingga cara mengauditnya akan berbeda.
b. Memo Debet (debit memo) juga merupakan dokumen yang diterima Memo dari
vendor dan menunjukkan pengurangan jumlah yang terutang kepada vendor akibat
retur barang atau pengurangan yang diberikan. Memo tersebut sangat mirip dengan
faktur vendor, tetapi mendukung pengurangan utang usaha peningkatan.
c. Voucher Voucher sering digunakan oleh organisasi dalam menetapkan cara yang
formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan
memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi nomor urut. Voucher meliputi
sampul atau folder yang berisi dokumen dan paket dokumen yang relevan seperti
pesanan pembelian, salinan packing slip, laporan penerimaan, dan faktur vendor.
Setelah pembayaran dilakukan, salinan cek ditambahkan ke paket voucher.
d. File Transaksi Akuisisi Ini adalah file yang dibuat komputer yang meliputi semua
transaksi akuisisi yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode, seperti
satu hari, satu minggu, atau satu bulan. File ini berisi semua informasi yang
dicantumkan ke dalam sistem dan meliputi informasi tentang setiap transaksi,
seperti nama vendor, tanggal, jumlah, klasifikasi akun atau klasifikasi, dan
deskripsi serta kuantitas barang dan jasa yang dibeli. File tersebut juga dapat
menampung retur dan pengurangan pembelian atau dapat diselenggarakan file
terpisah untuk transaksi tersebut. Tergantung pada kebutuhan perusahaan, informasi
dalam file transaksi akuisisi dapat digunakan untuk berbagai catatan, listing, atau
laporan, seperti jurnal akuisisi, file induk utang usaha, dan transaksi untuk saldo
akun atau divisi tertentu.
e. Jurnal Akuisisi atau Listing Jurnal akuisisi (acquisitions journal) atau listing
yang sering kali disebut sebagai jurnal pembelian, umumnya dibuat dari file
transaksi akuisisi dan umumnya meliputi nama vendor, tanggal, jumlah, dan
klasifikasi akun atau klasifikasi setiap transaksi, seperti perbaikan dan
pemeliharaan, persediaan atau utilitas. Jurnal tersebut juga mengidentifikasi apakah
akuisisi dilakukan secara tunai atau dengan utang usaha. Jurnal atau listing dapat
mencakup setiap periode waktu, yang biasanya sebulan. Jurnal atau listing meliputi
total setiap jumlah akun yang dicatat selama periode waktu tersebut. Transaksi yang
sama yang dicatat dalam jurnal atau listing juga diposting secara simultan ke buku
besar umum dan, jika dilakukan secara kredit, ke file induk utang usaha.
f. File Induk Utang Usaha File induk utang usaha (accounts payable master file)
Mencatat transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi
untuk setiap vendor. File induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi, retur dan
serta pengeluaran kas yang terkomputerisasi. Total setiap saldo akun dalam file
induk sama dengan total saldo utang usaha dalam buku besar umunm. Printout file
induk utang usaha menunjukkan, per vendor, saldo awal utang usaha, setiap
akuisisi, retur dan pengurangan akuisisi, pengeluaran kas, dan saldo akhir Namun,
banyak juga perusahaan yang tidak menyelenggarakan file induk per vendor.
Perusahaan tersebut membayar berdasarkan faktur setiap vendor. Karena itu, total
faktur vendor yang belum dibayar dalam file induk sama dengan total utang usaha.
g. Neraca Saldo Utang Usaha Neraca saldo utang usaha (accounts payable trial
balance) mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap vendor atau dari setiap
faktur atau voucher pada suatu titik waktu. Neraca tersebut dibuat secara langsung
dari file induk utang usaha.
h. Laporan vendor (vendor's statement) adalah dokumen setiap bulan oleh vendor
dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, tersebot meinan, pembayaran kepada
vendor, dan saldo akhir. Saldo dan a ttly be an dan representasi vendor atas
transaksi yang dilakukan selama pe en. Kecuali untuk jumlah yang diperselisihkan
dan perse d jalan, bukan kli utang usaha klien harus sama dengan laporan vendor.
embayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifkan agp
semua entitas. Aktivitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo akon
kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang terkait dengan proses pengeleara
kas yang diperiksa auditor termasuk
i. Cek Dokumen ini umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika
pembayaran sudah jatuh tempo. Sebagian besar perusahaan menggunakan cek yang
dibuat metalu komputer berdasarkan informasi yang tercantum dalam file transaksi
akuisisi pada saat barang dan jasa diterima. Biasanya cek dibuat dalam format
multisalinan, d mana yang asli diberikan pada pihak yang dibayar (payee), satu
salinan diarsipkan dengan faktur vendor dan dokumen pendukung lainnya, dan
yang lainnya diarsip secara numeris. Pada sebagian besar kasus, setiap cek dicatat
dalam file transaksi jatan kas. Setelah cek ditandatangani oleh orang yang
berwenang, cek tersebut menjadi sebuah aset. Karena itu, cek yang telah
ditandatangani harus dikirimkan oleh si penandatangan atau orang yang ditunjuk
oleh penandatangan. Ketika cek dicairkan oleh vendor atau dikliring oleh bank
klien, cek itu disebut sebagai cek yang dibatalkan Pada titik tersebut, cek bukan lagi
merupakan sebuah aset, melainkan sebuah dokomen. Dalam beberapa rencana EDI,
perusahaan menyerahkan pembayaran secara elektzonik kepada vendor melalui
transfer dana elektronik (electronic funds transfer EFT) antara bank perusahaan dan
bank vendor.
j. File Transaksi Pengeluaran Kas (Cash Disbursement Transaction File) Ini
adalah file yang dibuat dengan komputer yang pengeharan kas yang diproses oleh
sistem akuntansi selama suatu periode, seperti satu hari, satu minggu, atau satu
bulan. File ini berisi jenis informasi yang sama seperti yang dibahas untuk ile
transaksi akuisisi. mencantumkan semua transaksi akuisisi.
k. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas (Cash Disbursement Journal or Listing)
Ini adalah listing atau laporan yang dibuat dari file transaksi pengeluaran kas yang
mencantumkan semua transaksi selama setiap periode waktu. Transaksi yang sama,
ermasık semua informasi yang relevan, akan dicantumkan dalam file induk utang
usaha dan buku besar umum.

2.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substsntif Atas
Transaksi

Pada audit khusus, akun yang paling banyak menyita waktu untuk diverifikasi oleh
pengujian atas rincian saldo adalah akun piutang usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha,
dan beban. Perhatikan bahwa empat dari lima akun tersebut berhubungan langsung dengan
siklus akuisisi dan pembayaran. Jika auditor dapat mengurangi pengujian atas rincian saldo
akun dengan menggunakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk memverifikasi efektivitas pengendalian internal terhadap akuisis serta pengeluaran
kas, waktu bersih yang dapat dihemat sangatlah pengujian pengendalian dan Dalam audit
yang dilaksanakan dengan baik pengujian substantif atas transaksi untuk siklus akuisis dan
pembayaran menerima perhatian yang sangat besar, terutama apabila klien memiliki
pengendalian internal yang efektif.

Pengujian substantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran dibagi ke
dalam dua bidang yang luas

1. Pengujian akuisisi, yang meliputi tiga dari empat fungsi bisnis yang telalh dibahas
sebelumnya dalam bab inic memroses pesanan pembelian barang dan jasa, serta
mengakui kewajiban
2. Pengujian pembayaran, yang menyangkut fungsi keempat, yaitu memroses 2

Gambar 18-2 mengilustrasikan metodologi untuk merancang pengujian pengendalian


dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan bab-bab sebelumnya.
Selanjutnya, mari kita bahas setiap bagian dari Gambar 1s-a Auditor harus memahami
pengendalian internal untuk siklus akuisisi dan dimulai dengan pemahaman atas
pengendalian internal

Auditor harus Mem pembayaran sebagai bagian dari pelaksanaan prosedur penilaian
risiko dengan Pengendalian dengaan mempelajari bagan arus klien, melaksanakan
pengujian kas. Prosedur untuk memahami mereview kuesioner pengendalian internal, serta
untuk transaksi akuisisi dan pengeluaran pengendalian internal dalam siklus akuisisi dan
pembayaran serupa dengan prosedur yang dilaksanakan pada siklus transaksi lainnya,
seperti yang dibahas dalam bab-bab sebel umnya

Selanjutnya, akan dibahas pengendalian internal kunci untuk setiap fungsi bisnis Meni
yang digambarkan sebelumnya dalam bab ini Hal tersebut merupakan otorisasi lainnya,
pencatatan yang tepat waktu dan review yang independen atas transaksi, Penb pembelian,
pemisahan fungsi penyimpanan barang yang diterima serta otorisasi pembayaran kepada
vendor.

Otorisasi Pembelian. Otorisasi yang tepat untuk melakukan akuisisi akan memastikan
bahwa barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi tujuan perusahaan yang
diotorisasi, dan menghindari akuisisi item yang berlebihan atau tidak diperilukan. Sebagian
besar perusahaan mensyaratkan tingkat otorisasi untuk ienis akuisisi yang berbeda atau
jumlah nilai uang yang berbeda. Sebagai contoh, akuisisi aset tetap yang melebihi batas
nilai uang yang telah ditentukan memerlukan persetujuan dewan direksi; item-item yang
secara relatif jarang diperoleh, seperti polis asuransi dan kontrak jasa jangka panjang,
disetujui oleh pejabat tertentu perlengkapan dan jasa yang berharga lebih murah dari
jumlah yang ditetapkan disetujui oleh supervisor serta kepala departemen; dan beberapa
jenis bahan baku serta perlengkapan dipesan kembali secara otomatis apabila sudah berada
di bawah tingkat yang telah ditentukan sebelumnya, sering kali mełalui komunikasi
langsung dengan komputer vendor.

Setelah permintaan pembelian melalui suatu akuisisi telah disetujui, pesanan


pembelian untuk memperoleh barang atau jasa harus mulai dibuat. Pesanan pembelian
yang dibuat untuk vendor atas item tertentu pada harga tertentu akan dikirimkan pada atau
sebelum waktu yang ditetapkan. Pesanan pembelian, yang biasanya dibuat secara tertulis

Gambar 1 2 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantif atas Transaksi untuk Siklus Akuisisi dan Pembayaran

dan terdiri dari dokumen hukum, merupakan tawaran untuk membeli barang atau jasa.
Biasanya perusahaan meminta departemen pembelian untuk memastikan kualitas
barang dan jasa yang memadai pada harga minimum. Agar pengendalian internal berjalan
baik, departemen harus terpisah dari departemen yang mengotorisasi akuisisi atau
menerima barang. Semua pesanan pembelian harus dipranomori agar akuntansi untuk
semua pesanan pembelian yang beredar menjadi lebih mudah dan harus meliputi kolom
serta ruang yang cukup guna meminimalkan kemungkinan penghilangan yang tidak
disengaja pada formuit ketika barang dipesan.

Pemisahan Penyimpanan Aset dari Fungsi Lainnya. Sebagian besar perush meminta
departemen penerimaan untuk mulai membuat laporanman ke bukti penerimaan dan
pemeriksaan barang. Satu salinan biasanya diser gudang bahan baku dan yang lainnya
departemen utang usaha yang trsebt informasinya. Untuk mencegah pencurian dan
penyalahgunn, Dara harus dikendalikan secara fisik dari penerimaannya hingga penggun a
ukan pelepasannya. Personil di departemen penerimaan harus independen ntansi harus
ruang penyimpanan dan departemen akuntansi. Terakhir, catatan aku mentransfer tanggung
jawab atas barang setiap kali barang itu diun penerimaan ke penyimpanan, dari
penyimpanan ke dari manufaktur saksi Dalam

Pencatatan yang Tepat Waktu dan Review Independen atas transaksi. Dalam
beberapa perusahaan, pencatatan kewaiban atas akuisisi dibuat atas dasah an hing utang
usaha umumnya Hal ini dilakukan ara ng dan jasa. Dalam perusahaan lainnya, pencatatan d
faktur vendor diterima. kedua kasus, departemen bertanggung jawab untuk memverifikasi
kelayakan akuisisi. Hal ini dilakukan dengan membandingkan rincian pada pesanan
pembelian, laporan pemesanan, dan faktut vendor untuk menenthkan bahwa deskripsi,
harga, kuantitas, syarat, dan ongkos angkut yang ada dalam faktur vendor sudah benar.

Pengendalian yang penting dalam departemen hutang usaha dan teknologi informasi
adalah persyaratan bahwa personil yang mencatat akuisisi tidak boleh memiliki kas,
sekuritas, dan aset lainnya. Dokumen dan catatan yang prosedur yang tepat untuk
menyimpan catatan, pengecekan independen atas bantuan juga mewakili perlindungan
yang penting dalam urusan usaha.
Otorisasi Pembayaran. Pengendalian yang paling penting terhadap pengeluaran kas
termasuk:

 Penandatanganan cek oleh individu yang memiliki wewenang yang tepat.


 Pemisahan tanggung jawab untuk menandatangani cek dan melaksanakan fungsi utang
usahat.
 Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh si penandatangan cek pada
saat cek ditandatangani.

Cek harus dipranomori agar jauh lebih mudah memperhitungkan semua cek dan
dicetak pada kertas khusus agar sulit untuk mengubah payee atau penerima pembayaran
atau jumlah. Perusahaan harus berhati-hati dalam melakuk pengendalian fisik terhadap cek
kosong, yang sudah tidak digunakan lagi, dan yang telah ditandatangani. Mereka juga
harus memiliki metode pembatalan dokumen pendukung agar tidak bisa digunakan lagi
sebagai pendukung cek lainnya pada waktu nanti. Metode yang umum adalah menuliskan
nomor cek pada dokumen pendukung.

Setelah mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi, auditor menilai


risiko pengendalian. Jika ingin mengandalkan pengendalian untuk mendukung penilaian
risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum, auditor melaksanakan pengujian
pengendalian untuk memperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif.
Setelah efektivitas operasi pengendalian tambahan, auditor akan ditingkatkan dan
didukung oleh pengujian pengendalian gurangi pengujian substanstif. Tentu saja, jika klien
adalah sebuah perusahaan publik, auditor harus mendokumentasikan dan menguji
pengendalian secara memadai untuk menerbitkan pendapat mengenai pengendalian
internal terhadap laporan keuangan.

Bukti audit dalam suatu penugasa audit akan bervariasi dengan pengendalian internal
dan situasi lainnya. Efisiensi audit yang signifkan dapat dicapai pada banyak Bukti audit
dalam penugasan bervariasi audit apabila pengendalian beroperasi secara efektif.
Empat dari tujuan audit enam transaksi terkait untuk akuisisi pantas mendapatkan
perhatian special dan diamati harus dengan lebih hati-hati. Kebenaran banyak akun aset,
liabilitas, dan beban bergantung pada kebenaran pencatatan dalam transaksi akuisisi dalam
jurnal akuisisi, terutama berkaitan dengan empat objektif ini.

1. Akuisisi Tercatat untuk Barang dan Jasa yang Diterima, Konsisten dengan
Ketertarikan Klien (Occurrence) Jika auditor puas dengan kontrol yang pantas untuk
objektif ini, tes untuk transaksi yang tidak layak dan transaksi yang tercatat namun tdak
terjadi dapat dikurangi dengan mudah. Kontrol yang layak mencegah pencatatan tidak
disengaja dari akuisisi tidak terjadi, terutama mencatat akuisisi ganda. Kontrol yang layak
juga mencegah klien dari memasukkan beban bisnis atau transaksi penipuan aset atau
keuntungan utama manajemen atau pegawai lainnya dari pada entitas teraudit. Contohnya,
transaksi tidak layak terlihat jelas, seperti akuisisi dari barang pribadi oleh karyawan.
Dalam contoh lain, kelayakan atas transaksi lebih sulit untuk dievaluasi, seperti
pembayaran member country club pegawai atau liburan ke luar negeri manajemen beserta
keluarganya. Jika kontrol terhadap transaksi tidak layak atau tidak terjadi itu tepat,
pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen pendukung itu perlu.

2. Akuisisi yang Terjadi Tercatat (Completeness) Kegagalan untuk mencatat akuisisi


barang dan jasa yang diterima mengurangi utang dan menghasilkan kelebihan pada
pendapatan dan modal pemilik. Maka, auditor menganggap ini adalah objektif penting
untuk akuisisi. Mungkin sulit untuk auditor melakukan akun detail untuk menentukan
apakah transaksi tidak tercatat benar-benar ada, maka auditor harus atas bergantung pada
kontrol dan tes substantive untuk tujuan ini. Dengan tambahan, karena audit atas utang
biasanya memakan waktu, internal kontrol yang efektif, di tes dengan benar, dapat
mengurangi biaya audit secara signifikan.

3. Akuisisi Dicatat dengan Akurat (Accuracy) Kelanjutan dati tes detail adalah
banyaknya neraca dana kun beban bergantung pada evaluasi audito atas keefektivan dari
kontrol internal terhadap akurasi atas transaksi akuisisi yang tercatat. Sebagai contoh, jika
auditor percaya transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam jurnal akuisisi, dapat
diterima untuk mengambil akuisisi periode yang baru saat neraca dari pad ajika kontrolnya
tidak layak. Ketika klien menggunakan pencatatan barang dagang perpetual, tes detail atas
barang dagang dapat juga dikurangi secara signifikan jika auditor percaya pencatatan
perpetual tersebut akurat. Kontrol atas akuisisi yang termasuk dalam pencatatan perpetual
biasanya dites sebagai bagian dari tes kontrol dan tes substantive atas transaksi untuk
akuisisi.

4. Akuisisi Diklasifikasikan dengan Benar (Classification) Tes detail atas salah satu akun
dapat dikurangi jika auditor percaya bahwa kontrol internal layak untk menyediakan
asurans masuk akal atas klasifikasi yang benar dalam jurnal akuisisi. Meski semua akun
terpengaruh pada tingkat tertentu oleh afektivitas kontrol atas klasifikasi, dua area yang
paling terpengaruh pada saat akuisisi adalah aset tetap, dan semua akun beban, seperti
perbaikan dan pemeliharaan, utilitas dan iklan.

Secara relative memakan waktu unuk auditor untuk melakukan tes dokumentasi dari
periode akuisasi aset tetap sekarang dana kun beban untuk keakuratan dan klasifikasi.
Meski begitu, penghematan waktu dapat terjadi dengan signifikan ketika kontrolnya
efektif.

Ada tiga perbedaan penting dalam akuisisi dan pembayaran jika dibandingkan dengan
siklus lainnya.

1. Ada jumlah akun lebih besar yang terlibat dalam siklus ini, termasuk akun laporan
laba rugi dana akun posisi keuangan. Efeknya adalah menigkatnya potensial untuk
klasifikasi salah saji, beberapanya mungkin mempengaruhi pendapatan. Contoh dari
salah saji antara beban perbaikan dan perawatan dan aset tetap. Alhasil, auditor
biasanya mengurangi tingkat tolerir untuk pengecualian, terutama untuk atribut
klasifikasi.
2. Sudah lebih umum bagi transaksi dalam siklus ini untuk menuntut pertimbangan yang
signifikan, seperti biaya lease dan kontruksi.
3. Jumlah nilai uang setiap transaksi dalam siklus mencakup rentang yang luas.
2.4 Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha
Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima
dalam peristiwa bisnis biasa. Kewajiban akan dianggap sebagai utang usaha hanya jika
total jumlah kewajiban itu diketahui dan terutang pada tanggal neraca.
Pada gambar 18-3 ini, mengikhtisarkan metodologi untuk merancang pengujian atas
rincian saldo utang usaha. Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi terkait menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika
hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi pengujian atas
rincian saldo utang usaha, tetapi karena utang usaha cenderung material bagi sebagian
besar perusahaan, auditor hamper selalu melaksanakan sejumlah pengujian atas rincian
saldo.

Gambar 1 3 Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo


Utang Usaha
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap I)

Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan jasa, termasuk penekanan yang
lebih besar pada pembelian persediaan just-in-time, pembagian informasi yang meningkat
dengan pemasok, dan penggunaan teknologi serta e-commerce untuk melakukan transaksi
bisnis, telah mengubah semua aspek siklus akuisisi dan pembayaran bagi banyak
perusahaan. Risiko bisnis klien yang signifikan dapat saja berasal dari perubahan-perubahan
tersebut. Auditor harus memahami sifat perubahan sistem tersebut untuk mengidentifikasi
apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi
kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha.

Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Auditor umumnya menetapkan materialitas kinerja yang relative tinggi untuk utang usaha,
dan menilai risiko inheren sebgai sedang atau tinggi karena banyak transaksi yang dapat
mempengaruhi utang usaha.

Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian


Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap I dan II)

Setelah menetapkan materialitas kinerja dan risiko inhern untuk utang usaha, auditor menilai
risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap pengendalian internal. Auditor juga
harus memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana pengendalian tersebut
berhubungan dengan utang usaha.

Pengaruh pengendalian internal klien terhadap pengujian utang usha dapat diilustrasikan
dengan dua contoh:

1. Asumsikan bahwa klien memiliki pengendalian internal yang sangat efektif terhadap
pencatatan dan pembayaran akuisisi. Penerimaan barang didokumentasikan secara tepat
waktu dengan laporan penerimaan yang telah dipranomori; sementara voucher yang
dipranomori disiapkan secara tepat waktu dan efisien serta dicatat dalam file transaksi
akuisisi dan file induk utang usaha. Pengeluaran kas dilakukan tepat waktu ketika jatuh
tempo dan segera dicatat dalam file transaksi pengeluaran kas serta file induk utang
usaha. Saldo setiap utang usaha dalam file induk direkonsiliasi setiap bulan dengan
vendor, dan secara otomatis computer akan merekonsiliasi total file induk dengan buku
besar umum. Dalam situasi tersebut, verivikasi utang usaha akan memerlukan sedikit
upaya audit setelah auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal beroperasi secara
efektif.
2. Asumsikan bahwa laporan keuangan penerimaan tidak digunakan, klien menunda
pencatatan akuisisi hingga pengeluaran kas dilakukan, dan karena lemahnya posisi kas,
tagihan sering kali dibayar beberapa bulan setelah tanggal jatuh temponya, ketika auditor
menghadapi situasi semacam itu, kemungkinan besar aka nada kurang saji utang usaha;
karena itu, diperlukan pengujian atas rincian saldo utang usaha yang ekstensif untuk
menentukan apakah utang usaha telah dinyatakan dengan benar pada tanggal neraca.

Kita telah membahas pengendalian terhadap utang usaha dan pengujian pengendalian
serta pengujian substansitf atas transaksi yang paling penting sebelumnya dalam bab ini.
Selain pengendalian tersebut, setiap bulan orang yang independen atau program komputer
juga akan merekonsiliasi laporan vendor dengan kewajiban yang tercatat dan file induk
utang usaha dengan buku besar umum. Setelah menilai risiko pengendalian, auditor
merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantive atas
transaksi akuisisi dan pengeluaran kas.

Penggunaan prosedur analitis merupakan hal yang penting dalam siklus akuisisi dan
pembayaran seperti pada setiap siklus lainnya, terutama untuk mengungkapkan salah saji
utang usaha. Tabel 18-4 mengilustrasikan prosedur analitis untuk akun-akun neraca serta
laporan laba rugi dalam siklus akuisisi dan pembayaran, yang berguna untuk
mengungkapkan bidang dimana penyelidikan tambahan memang diperlukan.

Auditor harus membandingkan total beban tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
untuk mengungkapkan salah saji utang usaha serta akun beban. Karena akuntansi double-
entry, salah saji akun beban biasanya juga menimbulkan salah saji yang sama pada utang
usaha. Karena itu, membandingkan beban saat ini seperti sewa, utilitas, dan tagihan lainnya
yang terjadwal secara teratur dengan tahun sebelumnya, merupakan prosedur yang efektif
untuk menganalisis utang usaha apabila beban dari tahun ke tahun diharapkan relative
stabil.

Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah menentukan apakah saldo
utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secara layak. Tujuh dari
delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang dibahas pada bab 6 di jilid I dapat
diterapkan pada utang usaha: eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas,
detail tie-in, serta hak dan kewajiban. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban.

Terdapat perbedaan penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban dan asset.
Ketika memverifikasi aset, auditor menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan
konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan dokumen pendukung. Auditor tidak boleh
mengabaikan kemungkinan aset mengalami kurang saji tetapi harus lebih memperhatikan
lebih saji. Pendekatan yang berlawanan ini diambil ketika memverifikasi saldo kewajiban;
yaitu fokus utamanya adalah pada kewajiban yang kurang saji atau dihilangkan.

Perbedaan penekanan ketika mengaudit asset dan kewajiban dihasilkan secara


langsung dari kewajiban hukum akuntan public. Jika investor ekuitas, kreditor, dan
pemakai lainnya menentukan setelah diterbitkannya laporan keuangan yang diaudit bahwa
ekuitas pemilik dilebih sajikan secara material, tuntutan hukum terhadap kantor akuntan
public mungkin akan terjadi. Karena lebih saji ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih
saji asset atau kurang saji kewajiban, merupakan hal yang dialami bagi akuntan publik
untuk menekankan kedua jenis salah saji tersebut. Auditor tidak boleh mengabaikan
kemungkinan bahwa asset akan mengalami kurang saji dan kewajiban mengalami lebih
saji, dan harus merancang pengujian demi mendeteksi kurang saji laba serta ekuitas
pemilik yang material, termasuk yang berasal dari lebih saji utang usaha yang material.

Kita akan menggunakan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang sama dari bab
16 yang kita terapkan untuk memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat
diterapkan pada kewajiban, dengan tiga modifikasi kecil:

1. Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya
dapat ditetapkan pada asset.
2. Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterapkan pada kewajiban.
Untuk asset, auditor memperhatikan hak klien atas penggunaan dan pelepasan asset
itu. Untuk kewajiban, auditor memperhatikan kewajiban klien atas pembayaran
kewajiban. Jika klien tidak memiliki kewajiban untuk membayar suatu kewajiban, hal
tersebut tidak boleh dianggap sebagai kewajiban.
3. Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih
saji, seperti yang baru saja kita bahas.

Tabel 18-5 menyajikan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan prosedur
pengujian atas rincian saldo yang umum untuk utang usaha. Prosedur audit aktual yang
digunakan auditor sangat bervariasi tergantung pada sifat entitas, materialitas utang usaha,
sifat dan efektivitas pengendalian internal, serta risiko inheren. Ketika melaksanakan
pengujian atas rincian saldo utang usaha dan akun kewajiban lainnya, auditor juga dapat
mengumpulkan bukti mengenai empat tujuan penyajian dan pengungkapan, terutama
ketika melaksanakan pengujian tujuan kelengkapan. Prosedur lain yang berhubungan
dengan tujuan penyajian dan pengungkapan dilakukan sebagai bagian dari prosedur untuk
menyelesaikan audit, yang akan dibahas pada bab 24.

Pengujian Kewajiban Setelah Periode Karena menekankan pada kurang saji dalam akun
kewajiban, pengujian kewajiban setelah periode (out-of-peroid liabilities test) merupakan
hal yang penting bagi utang usaha. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha
yang belum tercatat, yang sering kali disebut pencarian utang usaha yang belum tercatat,
sangat tergantung pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang
potensial. Prosedur audit yang sama yang digunakan untuk mengungkapkan utang yang
belum tercatat dapat diterapkan pada tujuan keakuratan. Berikut adalah prosedur audit
yang umum.

Memeriksa Dokumentasi yang Mendasari Pengeluaran Kas Selanjutnya Auditor


memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca guna
menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika
memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo
utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah dilakukan. Laporan
penerimaan menunjukkan tanggal persediaan diterima sehingga merupakan dokumen yang
sangat berguna. Demikian juga, faktur vendor biasanya menunjukkan tanggal jasa
diberikan. Auditor sering kali memeriksa dokumentasi pengeluaran kas yang dibuat pada
periode selanjutnya selama beberapa minggu setelah tanggal neraca, terutama apabila klien
tidak membayar tagihan secara tepat waktu.

Memeriksa Dokumen yang Mendasari Tagihan yang Belum Dibayar Beberapa


Minggu Setelah Akhir Tahun Auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama
seperti sebelumnya dan untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda karena dilakukan
untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir audit dan bukan untuk kewajiban
yang telah dibayar.

Sebagai contoh, dalam audit untuk tahun yang berakhir 31 Maret, asumsikan auditor
memeriksa dokumen pendukung untuk cek yang dibayar hingga tanggal 28 Juni. Tagihan
yang masih belum dibayar pada tanggal 28 Juni harus diperiksa untuk menentukan apakah
hal ini merupakan kewajiban pada tanggal 31 Maret.

Menelusuri Laporan Penerimaan yang Dikeluarkan Sebelum Akhir Tahun ke Faktur


Vendor Terkait Semua barang dagang yang diterima sebelum akhir tahun periode
akuntansi harus dicantumkan sebagai utang usaha, Dengan menelusuri laporan penerimaan
yang diterbitkan hingga akhir tahun ke faktur vendor dan memastikan bahwa laporan itu
telah dimasukkan dalam utang usaha, auditor menguji kewajiban yang belum tercatat.

Menelusuri Laporan Vendor yang Menunjukkan Saldo yang Jatuh Tempo ke Neraca
Saldo Utang Usaha Jika klien menyimpan file laporan vendor auditor dapat menelusuri
setiap laporan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk
memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha.

Mengirim Konfirmasi ke Vendor dengan Siapa Klien Melakukan Bisnis Walaupun


penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang untuk piutang
usaha, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus dari
daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan, dan saldo akun yang salah saji. Pengiriman
konfrmasi kepada vendor yang aktif yang saldonya belum dicantumkan dalam daftar utang
usaha merupakan cara yang bermanfaat dalam mencari tahu jumlah yang dihilangkan.
Jenis konfirmasi ini biasanya disebut konfirmasi saldo nol. Pembahasan tambahan
mengenai kon utang usaha akan ditangguhkan hingsa akhir bab ini.

Pengujian Pisah Batas Pengujian pisah batas (cutoff tests) utang usaha dilakukan untuk
menentukan apakah transaksi yang dicatat beberapa hari sebelum dan setelah tanggal
neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian audit kewajiban setelah
periode yang baru saja kita bahas semuanya merupakan pengujian pisah batas untuk
akuisisi, tetapi menekankan pada kurang saji. Tiga prosedur yang pertama juga dapat
diterapkan untuk memeriksa dokumentasi pendukung sebagai pengujian atas lebih saji
utang usaha. Sebagai contoh, pengujian prosedur ketiga atas kurang saji (utang usaha yang
belum dicatat) dilakukan dengan menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan
sebelum akhir tahun ke faktur vendor terkait. Untuk menguji jumlah pisah batas lebih saji,
auditor harus menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan setelah akhir tahun ke
faktur terkait guna memastikan bahwa hal itu tidak dicatat sebagai utang usaha (kecuali
merupakan persediaan dalam perjalanan, yang akan dibahas dengan singkat). sebelumnya,
tetapi kita akan berfokus pada dua aspek di sini: hubungan pi perjalanan.

Kita telah membahas sebagian besar pengujian pisah batas pada bagian batas dengan
observasi fisik persediaan dan penentuan jumlah persediaan dalam perjalanan.

Hubungan Pisah Batas dengan Observasi Fisik Persediaan apakah pisah batas utang
usaha sudah benar, sangatlah penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan
observasi fisik persediaan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa akuisisi persediaan senilai
$400.000 terlambat diterima pada sore hari tanggal 31 Desember, setelah observasi fisik
persediaan selesai. Jika akuisisi dimasukkan dalam utang usaha dan pembelian tetapi
dikecualikan dari persediaan akhir, hal itu akan menimbulkan kurang saji laba bersih
sebesar $400.000. Sebaliknya, jika akuisisi dikecualikan baik dari persediaan maupun
utang usaha, terdapat salah saji dalam neraca, tetapi laporan laba ruginya benar. Satu-
satunya cara bagi auditor untuk mengetahui jenis salah saji mana yang telah terjadi adalah
mengoordinasikan pengujian pisah batas dengan observasi persediaan.

Informasi pisah batas untuk akuisisi harus diperoleh selama observasi fisik persediaan.
Pada saat tersebut, auditor harus mereview prosedur dalam departemen penerimaan untuk
menentukan bahwa semua persediaan yang diterima telah dihitung, dan auditor harus
mencatat pada dokumentasi audit nomor laporan penerimaan terakhir di mana persediaan
dilibatkan dalam perhitungan fisik. Setelah tanggal perhitungan fisik, auditor kemudian
harus menguji catatan akuntansi menyangkut pisah batas. Auditor harus menelusuri nomor
laporan penerimaan yang didokumentasikan sebelumnya ke catatan utang usaha untuk
memverifikasi bahwa hal itu telah dimasukkan atau dikecualikan dengan benar. Sebagai
contoh, asumsikan bahwa nomor laporan penerimaan terakhir yang merepresentasikan
persediaan yang dilibatkan dalam perhitungan fisik adalah 3167. Auditor harus mencatat
nomor dokumen ini dan selanjutnya menelusuri hal itu dan beberap nomor sebelumnya ke
faktur vendor terkait dan ke daftar utang usaha atau file induk utang usaha untuk
menentukan bahwa semuanya telah dicantumkan. Demikian juga, utang usaha atas akuisisi
yang dicatat pada laporan penerimaan dengan nomor ya ng lebih besar dari 3167 harus
dikecualikan dari utang usaha

Jika klien melakukan perhitungan fisik sebelum hari terakhir tahun berjalan auditor
masih harus melakukan pisah batas utang usaha pada saat perhitungan fisik dengan cara
seperti yang digambarkan pada paragraf sebelumnya. Selain itu, auditor juga harus
memverifikasi apakah semua akuisisi yang dilakukan antara perhitungan fisik dan akhir
tahun telah ditambahkan ke persediaan fisik dan utang usaha.

Persediaan dalam Perjalanan Menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan


antara akuisisi persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin. Untuk
FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli ketika persediaan diterima, sehingga
hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum tanggal neraca yang harus dimasukkan
dalam persediaan dan utang usaha pada akhir tahun. Jika akuisisi dilakukan atas dasar FOB
origin, perusahaan harus mencatat persediaan dan utang usaha terkait pada periode berjalan
jika pengiriman dilakukan pada atau sebelum tanggal neraca.

Auditor dapat menentukan apakah persediaan diakuisisi atas dasar FOB destination
atau FOB origin dengan memeriksa faktur vendor. Auditor harus memeriksa faktur atas
barang dagang yang diterima tidak lama setelah akhir tahun guna menentukan apakah hal
itu dilakukan atas dasar FOB origin. Untuk barang yang diakuisisi atas dasar FOB origin,
dan apabila tanggal pengiriman adalah pada atau sebelum tanggal neraca, persediaan dan
utang usaha terkait harus dicatat pada periode berjalan jika jumlahnya material.

Perbedaan Antara Faktur Vendor dan Laporan Vendor Auditor harus membedakan
antara faktur vendor dan laporan vendor ketika memverifikasi jumlah yang terutang kepada
vendor. Auditor akan memperoleh bukti yang sangat andal mengenai setiap transaksi
ketika mereka memeriksa faktur vendor dan dokumen pendukung terkait, seperti laporan
penerimaan dan pesanan pembelian. Laporan vendor tidak begitu disukai seperti faktur
untuk memverifikasi setiap transaksi karena laporan itu hanya mencantumkan total jumlah
transaksi. Unit yang diperoleh, harga, ongkos angkut, dan data lainnya tidak dicantumkan.
Mana dari kedua dokumen tersebut yang lebih baik dalam memverifikasi saldo utang usaha
yang benar? Laporan vendor lebih unggul dalam memverifikasi utang usaha karena
mencantumkan saldo akhir. Auditor dapat membandingkan faktur vendor yang ada dengan
milik klien dan masih belum mengungkapkan yang hilang. yang merupakan perhatian
utama dalam utang usaha.

Mana dari kedua dokumen tersebut yang lebih baik untuk menguji akuisisi dalam
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi? Faktur vendor lebih
unggul dalam memverifikasi transaksi karena auditor memverifikasi setiap transaksi dan
faktur menunjukkan rincian akuisisi.

Perbedaan Antara Laporan Vendor dan Konfirmasi Perbedaan paling penting antara
laporan vendor dan konfirmasi utang usaha terletak pada sumber informasinya. Laporan
vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada di tangan klien
pada sat auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk mengubah
laporan vendor atau menyimpan laporan tertentu dari auditor.

Respons terhadap permintaan konfirmasi utang usaha umumnya berupa laporan


tersendiri yang dikirimkan langsung ke kantor akuntan publik oleh vendor. Respons
tersebut menyediakan informasi yang sama seperti laporan vendor tetapi lebih dapat
diandalkan. Selain itu, konfirmasi utang usaha sering kali melibatkan permintaan informasi
mengenai wesel bayar dan penerimaan utang serta persediaan konsinyasi yang dimiliki
oleh vendor tetapi disimpan atas premise klien. Ilustrasi mengenai permintaan konfirmasi
utang usaha yang umum disajikan pada Gambar 18-4. Karena ketersediaan laporan vendor
dan faktur vendor, yang keduanya merupakan bukti yang relatif dapat diandalkan karena
berasal dari pihak ketiga, konfirmasi utang usaha kurang begitu umum ketimbang
konfirmasi piutang usaha. Jika klien memiliki pengendalian internal yang memadai dan
laporan vendor tersedia untuk diperiksa, konfirmasi biasanya tidak dikirimkan. Akan
tetapi, jika pengendalian internal klien lemah, jika laporan tidak tersedia, atau jika auditor
mempertanyakan integritas klien, sangatlah penting untuk mengirimkan permintaan
konfirmasi kepada vendor. Karena menekankan pada kurang saji akun kewajiban, akun
yang dikonfirmasi harus mencakup akun saldo yang besar, aktif, dan nol serta sampel
representatif dari semua akun lainnya. Ketika auditor memeriksa laporan vendor atau
menerima konfirmasi, maka dia harus merekonsiliasi laporan atau konfirmasi dengan
daftar utang usaha. Perbedaan yang ada sering kali disebabkan oleh persediaan dalam
perjalanan, cek yang telah dikirimkan oleh klien tetapi belum diterima oleh vendor pada
tanggal laporan, dan penundaan pemrosesan catatan akuntansi. Rekonsiliasi ini memiliki
sifat umum yang sama seperti yang dibahas pada Bab 16 untuk piutang usaha. Dokumen
yang umumnya digunakan untuk merekonsiliasi saldo pada daftar utang usaha dengar
konfirmasi atau laporan vendor termasuk laporan penerimaan, faktur vendor cek yang
dibatalkan. Pembahasan kita mengenai pengujian atas rincian saldo utang usaha terutama
berfokus pada prosedur audit yang umumnya dilakukan, dokumen dan catatan yang
diperiksa, serta penetapan waktu pengujian. Auditor juga harus mempertimbangkan ukuran
sampel ketika mengaudit utang usaha. Ukuran sampel untuk pengujian utang usaha sangat
bervariasi, tergantung pada faktor-faktor seperti materialitas utang usaha, jumlah utang
yang beredar, penilaian risiko pengendalian, dan hasil tahun sebelumnya. Jika
pengendalian internal klien lemah, yang bukan merupakan hal yang umum untuk utang
usaha, hampir semua item populasi harus diverifikasi. Pada situasi lainnya, pengujian yang
minimal mungkin sudah mencukupi. Sampling statistik umumnya jarang digunakan dalam
mengaudit utang usaha ketimbang untuk piutang usaha. Mendefinisikan populasi dan
menentukan ukuran populasi untuk utang usaha jauh lebih sulit. Karena penekanannya
diberikan pada utang usaha yang dihapus, auditor harus berusaha memastikan bahwa
populasi melibatkan semua utang yang potensial.

Anda mungkin juga menyukai