Anda di halaman 1dari 17

RINGKASAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN

Oleh :

Ni Putu Tasya Tirana Charlist (1807531244 / 32)

Kelas : EKA446 C4
Dosen Pengampu : Dr. Drs. Ketut Muliartha RM, M.M.,Ak.,CA.,CPA

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PEMBAHASAN

1. Akun-Akun Dan Golongan Transaksi Dalam Siklus Pembelian Dan


Pembayaran

Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran adalah untuk menilai
apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta
pengeluaran kas untuk pembelian tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Gambar 15-1 melukiskan bagaimana aliran informasi
akuntansi melalui berbagai akun di dalam siklus pembelian dan pembayaran. Ada
tiga kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus ini, yaitu:

a. Pembelian barang dan jasa


b. Pengeluaran kas
c. Retur pembelian dan potongan pembelian

2. Fungsi-Fungsi Bisnis Dan Dokumen Serta Catatan Dalam Siklus Pembelian


Dan Pembayaran

Siklus pembelian dan pembayaran menyangkut pengambilan keputusan dan


proses untuk mendapatkan barang dan jasa untuk menyelenggarakan suatu bisnis.
Siklus biasanya diawali dengan pembuatan permintaan pembelian oleh pejabat yang
memiliki kewenangan untuk mengajukan permintaan pembelian, dan diakhiri dengan
pembayaran utang usaha yang timbul dari pembelian tersebut. Tiga fungsi pertama
adalah untuk pencatatan pembelian barang dan jasa secara kredit, dan fungsi keempat
adalah untuk pencatatan pengeluaran kas untuk pembayaran ke pemasok.
Golongan Transaksi, Akun-akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan
untuk Sikius Pembelian dan Pembayaran
Golongan
Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Pembelian Persediaan Properti, Pembuatan order Permintaan pembelian
peralatan, aset tetap pembelian Order pembelian
lainnya Beban dibayar
di muka
Utang usaha Beban
pabrik Beban penjualan Laporan penerimaan
Beban administrasi Penerimaan barang dan barang dan jasa
jasa
Faktur dari penjual
Memo debet Voucher
Pengakuan utang File transaksi pembelian
Jurnal pembelian
Master file utang usaha
Daftar utang usaha
Laporan dari pemasok

Check Pembayaran
File transaksi kas

Kas di bank (untuk Jurnal pengeluaran kas


pengeluaran kas) Utang pengeluaran
usaha Potongan
pembelian
Pengeluaran Pembayaran dan
kas pencatatan pengeluaran
kas.

1.1 Pembuatan Order Pembelian


Pengajuan permintaan untuk membeli barang atau jasa oleh pejabat perusahaan
klien adatah kegiatan awal siklus ini. Formulir yang digunakan dan pemberian
persetujuan (approval) tergantung pada sifat barang dan jasa serta kebijakan yang
diterapkan perusahaan. Dokumen-dokumen yang lazim digunakan meliputi:
a. Permintaan Pembelian
Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa
oleh pejabat perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengajukan
permintaan pembelian (misalnya: Kepala Gudang atau Kepala Departemen
Produksi).
b. Order Pembelian
Order pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan
jasa dari pemasok. Dokumen ini berisi deskripsi, kuantitas, dan informasi lain
yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diinginkan perusahaan untuk
dibeli dan seringkali digunakan untuk menunjukkan persetujuan pembelian.
1.2 Penerimaan Barang Dan Jasa
Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan dari pemasok adalah saat yang
paling kritis dalam sikius ini, karena saat ini oleh kebanyakan perusahaan dipakai
pertama kali untuk mengakui pembelian dan utang yang bersangkutan.
1.3 Pengakuan Kewajiban (Utang)
Pengakuan kewajiban yang tepat atas barang dan jasa yang telah diterima
menuntut adanya pencatatan yang tepat dan akurat. Pencatatan pertama kali
mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas yang sesungguhnya. Oleh
karena itu perusahaan harus seksama dalam memasukkan semua transaksi pembelian.
1.3.1Faktur dari Pemasok
Faktur dari pemasok adalah dokumen yang diterima dari penjual dan
menunjukkan jumlah yang terutang yang berasal dari pembelian barang dan jasa.
Dokumen tersebut menyebutkan deskripsi barang atau, jasa, kuantitas barang dan jasa
yang diterima, harga (termasuk biaya pengangkutan), ketentuan tentang potongan
harga, tanggal faktur, dan total harga faktur.
1.3.2Memo Debet
Memo Debet juga merupakan dokumen yang diterima dari pemasok dan
menunjukkan pengurangan atas jumlah yang terutang yang disebabkan karena adanya
pengembalian (retur) barang ke pemasok atau diterimanya pengurangan harga.
1.3.3Voucher
Voucher biasanya digunakan dalam suatu organisasi untuk menetapkan cara yang
formal dalam pencatatan dan pengawasan pembelian, terutama dengan membuat agar
setiap transaksi pembelian bernomor urut.
1.3.4File Transaksi Pembelian
File transaksi pembelian adalah file yang dihasilkan komputer yang mencakup
semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode
tertentu, misalnya satu hari, satu minggu, atau sebulan. File tersebut berisi semua
informasi.
1.3.5Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian dihasilkan dari file transaksi pembelian dan biasanya berisi
nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun untuk setiap transaksi, seperti
reparasi dan pemerliharaan, persediaan, atau kelompok akun lainnya.
1.3.6Master File Utang Usaha
Master file utang usaha mencatat transaksi pembelian, pengeluaran kas, dan retur
pembelian untuk setiap pemasok. Master file ini dimutahirkan (updated) dari file
transaksi komputer untuk pembelian, retur pembelian, dan pengeluaran kas.
1.3.7Daftar Utang Usaha
Sesuai dengan namanya, daftar utang usaha berisi daftar jumlah yang terutang
kepada masing-masing pemasok atau untuk setiap faktur, atau voucher pada suatu saat
tertentu. Daftar ini dibuat langsung dari master file utang usaha.
1.3.8Laporan dari Pemasok (Vendor's Statement)
Laporan dari pemasok adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok setiap akhir
bulan dan menunjukkan saldo awal, pembelian, retur pembelian, dan pembayaran ke
pemasok tersebut, serta saldo akhir.
1.4 Pengolahan Dan Pencatatan Pengeluaran Kas
Pada kebanyakan perusahaan, pembayaran untuk pembelian barang dan jasa
merupakan aktivitas yang signifikan. Aktivitas ini secara langsung akan mengurangi
saldo akun kewajiban, biasanya akun utang usaha. Dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan proses pembayaran yang akan diperiksa auditor meliputi:
a. Check
Dokumen ini biasa digunakan untuk pembayaran pembelian pada saat
kewajiban jatuh tempo. Banyak perusahaan menggunakan komputer untuk
menyiapkan check berdasarkan informasi yang tercantum dalam file transaksi
pembelian pada saat barang dan jasa diterima.
b. File Transaksi Pengeluaran Kas
File ini dihasilkan komputer yang meliputi seluruh transaksi pengeluaran kas
yang diolah sistem akuntansi untuk suatu periode tertentu, mungkin per hari,
per minggu, atau per bulan. File ini berisi jenis informasi yang sama seperti
telah dibahas pada file transaksi pembelian.
c. Jurnal Pengeluaran Kas
Ini adalah daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi pengeluaran
kas yang mencakup seluruh transaksi pada suatu periode waktu tertentu.
Transaksi yang sama, termasuk semua informasi yang relevan, dimasukkan ke
dalam master file utang usaha dan buku besar.

3. Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Pengendalian Daln Pengujian


Substantif Golongan Transaksi

Dalam pengauditan pada umumnya, akun-akun yang paling banyak menyerap


waktu pemeriksaan adalah piutang usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha, dan
akun beban. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk siklus
pembelian dan pembayaran terbagi dalam dua bagian besar berikut:
a. Pengujian pembelian, yang berkaitan dengan tiga dari empat fungsi bisnis
yang telah disinggung di atas, yakni: order pembelian, penerimaan barang
dan jasa, dan pengakuan utang.
b. Pengujian pengeluaran kas, yang berkaitan dengan fungsi keempat, yakni;
pengolahan dan pencatatan pengeluaran kas.
3.1 Pemahaman Pengendalian Internal
Pemahaman tentang pengendalian internal untuk siklus pembelian dan
pembayaran sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko, dapat diperoleh auditor
dengan mempelajari bagan alir yang berlaku pada perusahaan klien, mereview daftar
pertanyaan pengendalian internal, dan melaksanakan pengujian mengikuti jejak
transaksi pembelian dan pengeluaran kas

3.2 Menilai Risiko Pengendalian Yang Direncanakan


Selanjutnya pemeriksakan di lakukan atas pengendalian internal kunci untuk
setiap fungsi bisnis seperti:
a. Otorisasi Pembelian
Memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi
tujuan perusahaan yang diotorisasi, dan menghindari pembelian yang
berlebihan atau tidak diperlukan.
b. Pemisahan Pemegang Aset Dari Fungsi Lainnya
Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang harus dikendalikan
secara fisik dari saat penerimaannya hingga penggunaan atau pelepasannya.
Personel di departemen harus independen dari bagian gudang dan departemen
akuntansi.
c. Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen Atas Transaksi
Pembelian harus dicatat tepat waktu tergantung kebijakan perusahaan, bisa
pada saat penerimaan barang atau ditangguhkan sampai faktur pemasok
diterima. Pencatat pembelian tidak boleh memiliki akses ke kas, sekuritas, dan
aktiva lainnya.
d. Otorisasi pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi :
a) Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi oleh
perusahaan
b) Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan
melaksanakan fungsi utang usaha
c) Pemisahan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatanganan
check sebelum suatu check ditandatangani.
3.3 Menentukan Luasnya Pengujian Pengendalian

Apabila auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian untuk


mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum, auditor
melakukan pengujian penegndalian untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian
telah beroperasi denga efektif. Dengan telah beroperasinya pengendalian secara
efektif yang didukung dengan tambahan pengujian pengendalian, auditor akan bisa
menurunkan pengujian substantifnya.

3.4 Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Golongan


Transaksi Untuk Pembelian

Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada
pengendalian internal serta keadaan lainnya. Efisiensi audit yang signifikan akan
tercapai dalam audit apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Empat dari enam
tujuan audit golongan transaksi pantas untuk mendapatkan perhatian khusus oleh
karena itu akan dibahas lebih dalam dibawah ini.

a. Pembelian terbukukan adalah untuk barang dan jasa yang diterima


(keterjaadian)
Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya pencatatan transaksi
yang tidak pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama yang berupa
pencatatan pembelian ganda. Pengendalian yang memadai juga bisa
mencegah klien dari kesalahan mencatat beban bukan beban perusahaan, atau
ttransaksi penyalahgunaan aset atau hal-hal yang mendatangkan keuntungan
bagi manajemen dan bukan untuk kepentingan perusahaan yang diaudit.
b. Pembelian yang terjadi telah dibukukan (kelengkapan)
Kegagalan mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima menyebabkan
utang usaha kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan ekuitas pemilik
lebih saji. Auditor kadang kesulitan melakukan audit rinci saldo untuk
menentukan apakah suatu transaksi tidak tercatat, maka lebih mengandalkan
pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi untuk tujuan ini.
c. Pembelian dicatat dengan akurat (ketelitian)
Apabila auditor yakin bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam
jurnal pembelian, maka bisa diterima apabila auditor memutuskan untuk
memeriksa dokumen pendukung pembelian periode ini yang lebih sedikit
selama melakukan pengujian rinci saldo dibandingkan dengan apabila
pengendalian tidak memadai. Apabila klien mengunakan catatan persediaan
perpetual, pengujian rinci saldo juga dapat dikurangi secara signifikan
seandainya auditor percaya bahwa catatan perpetual adalah akurat.
d. Pembelian digolongkan dengan benar (penggolongan)
Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila auditor yakin
bahwa pengendalian internal mencukupi untuk dapat memberikan keyakinan
yang memadai mengenai penggolongan yang benar dalam jurnal pembelian.
Auditor akan banyak membutuhkan waktu untuk melaksanakan pengujian
dokumen pembelian aset tetap dan akun-akun beban periode ini guna
memeriksa ketelitian dan kebenaran penggolongan. Oleh karena itu akan
sangat menghemat waktu apabila pengendalian internal efektif.
3.5 Perancangan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Golongan
Transaksi Untuk Pengeluaran Kas
Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas pada
saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal pembelian
untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan dokumen pendukung
lainnya diperiksa pada saat yang sama. Dengan demikian verifikasi dilakukan secara
efisien tanpa mengurangi efektivitas pengujian.
3.6 Sampling Atribut Untuk Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif
Golongan Transaksi
Mengingat pentingnya pengujian pengendalian dan pengujian golongan transaksi
untuk pembelian dan pembayaran, maka penggunaan sampling atribut menjadi sangat
lazim dilakukan. Ada tiga hal yang berbeda pada siklus pembelian dan pembayaran
dibandingkan dengan siklus lainnya :
a. Siklus ini menyangkut banyak akun, baik yang berupa akun-akun laba rugi,
maupun akun neraca. Dampaknya ialah kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam penggolongan menjadi tinggi, bahkan beberapa diantaranya
berpengaruh terhadap laba bersih.
b. Dalam siklus ini sangat lazim diperlukan pertimbangan yang signifikan,
kebutuhan atas pertimbangan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian.
c. Jumlah rupiah untuk transaksi individual, seringkali berjumlah sangat besar.
Akibatnya, auditor menggabungkan unsur-unsur yang besar dan tidak biasa
seperti itu dan mengujinya 100%.

4. Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang Usaha


Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari pembelian
barang dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Utang usaha
meliputi kewajiban yang timbul dari pembelian bahan baku, peralatan, listrik, reparasi
dan jenis barang dan jasa lainnya yang diterima sebelum akhir tahun buku. Utang
usaha dapat diidentifikasi melalui keberadaan faktur dari penjual yang menunjukkan
kewajiban perusahaan. Utang usaha dibedakan dari utang biaya dan kewajiban utang
bunga. Kewajiban merupakan utang usaha hanya apabila total kewajiban diketahui
dan terutang pada tanggal neraca.

4.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Mempengaruhi Utang Usaha


(Tahap 1)

Banyak perusahaan yang fokus untuk memperbaiki manajemen aktivitas rantai


pemasokan yang mengubah rancangan sistem yang digunakan untuk menginisiasi dan
mencatat aktivitas pembelian dan pembayaran. Upaya untuk merampingkan
pembelian dan pembayaran barang dan jasa, termasuk meningkatkan embelian
persediaan secara just in time, meningkatkan berbagai informasi dengan pemasok,
dan penggunaan teknologi informasi dan e-commerce untuk transaksi bisnis, telah
mengubah semua aspek siklus pembelian dan pembayaran pada banyak perusahaan.
Perubahan ini bisa meningkatkan risiko bisnis secara signifikan.

4.2 Menetapkan Materialitas Kinerja Dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Seperti piutang usaha, sejumlah transaksi bisa memengaruhi utang usaha.


Saldonya seringkali berjumlah besar dan meliputi sejumlah besar pemasok dan
biasanya akan mahal untuk mengaudit akun tersebut. Auditor biasanya menetapkan
materialitas kinerja untuk utang usaha relatif tinggi dan sering menilai risiko inheren
pada tingkat medium atau tinggi. Auditor biasanya menaruh perhatian pada tujuan
kelengkapan dan tujuan saldo pisah batas karena potensi terjadinya kurang saji dalam
saldo utang usaha.

4.3 Menilai Risiko Pengendalian Dan Merancang Serta Melaksanakan


Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi
(Tahap I Dan II)

Pengujian substantif auditor pada akhirnya akan tergantung pada efektivitas


pengendalian internal yang berkaitan dengan utang usaha. Pengaruh pengendalian
internal klien atas pengujian pengendalian internal dapat dilakukan dengan dua
contoh berikut:

a. Misalkan klien memiliki pengendalian internal yang efektif atas catatan dan
pembayaran untuk pembelian. Penerimaan barang didokumentasi melalui
penggunaan laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak, voucher
bernomor urut tercetak dibuat dengan tepat dan efisien dan dicatat dalam file
transaksi pembelian dan master file utang usaha. Pengeluaran kas dilakukan
tepat pada tanggal jatuhnya dan dicatat dalam file transaksi pembayaran dan
master file utang usaha. Saldo utang usaha individual dalam master file
direkonsiliasi secara bulanan dengan laporan dari pemasok, dan computer
secara otomatis merekonsiliasi total master file dengan buku besar. Verifikasi
atas utang usaha tersebut hanya membutuhkan sedikit usaha dari auditor,
karena auditor berkesimpulan bahwa pengendalian internal telah beroperasi
dengan efektif.
b. Misalkan perusahaan tidak menggunakan laporan penerimaan barang, klien
menunda pencatatan pembelian hingga dilakukan pembayaran kas dan karena
kekuranan kas, tagihan dari pemasok sering dibayar beberapa bulan setelah
tanggal jatuhnya. Dalam situasi ini diperlukan pengujian rinci yang ekstensif
untuk memastikan apakah utang usaha telah ditetapkan dengan tepat pada
tangal neraca.

4.4 Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)

Auditor harus membandingkan total beban tahun ini dengan tahun sebelumnya
untuk menemukan kesalahan penyajian dalam utang usaha maupun dalam akun
beban. Karena penggunaan pembukuan berpasangan (double entry accounting), suatu
kesalahan penyajian dalam akun beban biasanya juga akan berakibat kesalahan
penyajian yang sama pada akun utang usaha. Oleh karena itu, pembandingan beban-
beban tahun ini misalnya sewa, listrik, dan beban-beban terjadwal dengan regular
dengan tahun sebelumnya merupakan prosedur yang efektif dalam menganalisis
utang usaha apabila beban dari tahun ke tahun relatif stabil.

4.5 Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Rinci Saldo Akun Utang Usaha
(Tahap III)

Tujuan keseluruhan audit utang usaha adalah untuk menentukan apakah saldo
utang usaha telah disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan tepat. Dalam audit
utang usaha diterapkan keberadaan, kelengkapan, penggolongan, pisah batas,
kecocokan saldo, dan hak serta kewajiban. Nilai bersih bisa direalisasi tidak bisa
diterapkan pada utang usaha. Ada perbedaan penting dalam penekanan audit atas
liabilitas dan aset.

4.5.1 Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca

Luasnya pengujian untuk menemukan utang yang tidak dicatat, sangat tergantung
pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo potensial dalam akun
bersangkutan. Prosedur audit yang sama yang digunakan untuk mencari utang tidak
dicatat diterapkan pula untuk tujuan ketelitian. Berikut ini prosedur yang sering
digunakan:

a. Periksalah Dokumen Pendukung untuk Pengeluaran Kas Sesudah Tanggal


Neraca
Auditor memeriksa dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah
tanggal neraca untuk menentukan apakah pengeluaran kas itu untuk
membayar utang dari periode yang diperiksa. Apabila pembayaran itu untuk
pembayaran periode ini, auditor harus menelusur ke daftar utang usaha untuk
memastikan utang termaksud tercantum dalam daftar. Laporan penerimaan
barang menunjukkan tanggal barang diterima dan faktur penjual biasanya
menunjuukan tangga suatu jasa yang diberikan.
b. Periksalah Dakumen Pendukung untuk Faktur Tagihan yang Belum Dibayar
Sampai Beberapa Minggu Setelah Akhir Tahun
Auditor melakukan prosedur ini di pcriode berikutrya dengan cara yang sama
seperti prosediur di alas untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda dengan
yang di atas, yaitu dalam hal kewajiban yang belun dibayar sampai menjelang
akhir audit, bukan kewajiban yang sudah dibayar.
c. Telusur Laporan Penerimaan Barang yang Diterbitkan Sebelum Akhir Tahun
dengan Faktur Penjual yang Bersangkutan.
Semua barang yang diterima sebelum akhir tahun buku harus dimasukkan
sebagai utang usaha. Dengan menelusur laporan penerimaan barang yang
diterbitkan menjelang akhir tahun buku ke faktur penjual den meyakinkan
bahwa semua telah dimasukkan sabaai utang usaha, auditor menguji ada
tidaknya utang yang tidak dicatat.
d. Telusur Laporan dari Pemasok yang Menunjukkan Saldo Terutang ke Daftar
Saldo Utang Usaha
Apabila klien menyimpan arsip laporan bulanan dari pemasok, auditor dapat
menelusuri setiap laporan yarg menunjukkan saldo terutang pada setiap
tanggal neraca ke daftar utang usaha, untuk memastikan telah dimasukkan
sebagai utang usaha.
e. Pengiriman Konfirmasi kepada Pemasok yang Memiliki Hubungan Bisnis
dengan Klien
Meskipun pengiriman konfirmasi untuk utang usaha tidak begitu lazim
dibandingkan dengan konfirmasi intuk piutang usaha, namun auditor dapat
menggunakan prosedur ini jika dipandang perlu untuk menguji jangan-jangan
nama pemasok tidak tercantum dalam daftar utang, atau ada transaksi yang
dihilangkan, atau saldonya tidak sesuai dengan catatan pemasok. Perngiriman
konfirmasi kepada pemasok aktif yang saldonya tidak tercantum dalam daftar
utang adalah cara yang efektif untuk mengungkapkan utang tidak dicatat.
Jenis korfirmasi ini biasanya disebut konfimasi saldo nol (zero balance
confirmation).
4.5.2 Pengujian Pisah Batas

Pengujian pisah batas utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi
yang dibukukan beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah tanggal neraca
telah dibukukan pada periode yang tepat. Lima pengujian audit liabilitas yang telah
dikemukakan di atas semau merupakan pengujian pisah batas untuk pembelian, tetapi
semuanva ditekankan untuk menemukan kurang saji. Tiga prosedur pertama juga
bermanfaat untuk memeriksa dokumen pendukung sebagai pengujian untuk lebih saji
utang usaha.

a. Hubungan antara Pisah Batas dengan Observasi Fisik Persediaan


Dalam menentukan apakah pisah batas sudah benar, sebaiknya pangujian
pisah batas dikoordinasikan dengan observasi penghitungan fsik persediaan.
Persediaan dalam Perjalanan (Inventory in transit)
b. Dalam menentukan utang usaha, auditor harus membedakan antara pembelian
porsediaan yang dilakukan atas dasar FOB destination dengan yang dilakukan
atas dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak pemilikan atas barang
berpindah kepada pembeli apabila barang telah diterima pembeli. Jadi hanya
persediaan yang diterima sebelum atau tepat pada tanggal neraca yang harus
dimasukkan ke dalam persediaan dan utang usaha pada akhir tahun. Apabila
pembelian dilakukan atas dasar FOB origin, perusahaan harus meneatat
persediaan dan utang yang bersangkutan pada periode ini apabila pengiriman
telah lakukan sebelum atau tepat pada tanggal neraca. Auditor akan dapat
menentukan apakah persediaan telah dibeli atas dasar FOB destination
ataukah FOB origin dengan memeriksa faktur penjual. Auditar harus
memeriksa faktur untuk barang-barang yang diterima beberapa waktu setelah
akhir tahun untuk menentukan apakah barang tersebut dibeli atas dasar FOB
origin.

4.6 Keandalan Bukti

Auditor harus memahami keandalan relatif tiga tipe utama bukti yang biasa
digunakan untuk memeriksa utang usaha, yaitu: faktur penjual, laporan dari penjual
(pemasok), dan konfirmasi

4.6.1 Perbedaan antara Faktur dari Penjual dengan Laporan dari Penjual

Auditor harus bisa membedakan antara faktur dari penjual dengan laporan dari
penjual dalam melakukan verifikasi atas jumlah yang terutang kepada pemasok.
Auditor mendapat bukti tentang transaksi individual dengan keandalan tinggi ketika
ia memeriksa faktur dari penjual beserta dokumen pendukungnya, seperti laporan
penerimaan barang dan order pembelian. Berbeda dengan faktur penjualan, laporan
dari penjual tidak begitu diperlukan untuk memeriksa transaksi individual, karena
laporan dari penjual hanya mercakup jumlan total transaksi. Jumlah unit yang dibeli,
harga biaya angkut, dan data lain tidak tercantum dalam laporan itu. Laporan dari
penjual lebih baik untuk memeriksa utang usaha karena didalamnya ditunjukkan
saldo akhir. Auditor dapat membandingkan faktur penjual yang ada dengan daftar
utang usaha yang dibuat klien, tapi tetap kehilangan sesuatu yang merupakan hal
utama dalam utang usaha. Faktur dari penjual lebih baik untuk memeriksa transaksi
karena auditor memeriksa transaksi individual dan faktur menunjukkan rincian
pembelian.

4.6.2 Perbedaan antara Laporan dari Penjual dengan Konfirması

Perbedaan terpenting antara laporan dari penjual dengan konfirmasi utang


usaha adalah sumber informasinya. Laporan dari penjual dibuat oleh penjual (pihak
ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien ketika auditor memeriksanya.
Hal ini bisa memberi kesempatan kepada klien untuk merekayasa/mengubah laporan
dari penjual atau menyembunyikan laporan dari auditor. Dengan adanya laporan dari
penjual dan faktur yang diterbitkan penjual, yang keduanya merupakan bukti yang
bisa dipercaya karena dibuat oleh pihak ketiga, konfirmasi menjadi kurang lazim
digunakan dalam audit atas utang usaha dibandingkan dengan konfirmasi yang sangat
lazim digunakan dalam audit atas piutang usaha.

4.7 Ukuran Sampel

Pembahasan tentang pengujian rinci atas saldo utang usaha di atas dititikberatkan
pada prosedur-prosedur audit yang lazim dilakukan dokumen dan catatan yang
diperiksa, serta saat pengujian. Auditor harus juga mempertimbangkan ukuran sampel
dalam audit atas utang usaha Ukuran sampel dalam pengujian utang usaha sangat
bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti misalnya: materialitas utana usaha,
jumlah akun yang ada, hasil penilaian risiko pengendalian, dan hasil audit tahun yang
lalu. Apabila pengendalian internal klien lemah, yang tidak jarang dijumpai pada
utang usaha, hampir seluruh populasi harus diperiksa. Dalam situasi yang lain hanya
sebagian kecil dipandang perlu untuk diperiksa. Sampling statistikal kurang lazim
digunakan untuk pengauditan utang usaha dibandingkan dengan untuk piutang usaha.
Perumusan populasi dan penentuan ukuran populasi sering lebih sulit untuk utang
usaha. Karena tekanan audit adalah pada utang usaha yang tidak dicatat, auditor harus
mencoba agar populasi mencakup semua kewajiban potensial.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta :
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN

Jusup, Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan) Buku 1. Yogyakarta: Unit Penerbitan


dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

Anda mungkin juga menyukai