Anda di halaman 1dari 24

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II

PENGAUDITAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN

Oleh:

KELOMPOK 9

Dewa Agung Nanda Nugraha (2207531287)


Ida Bagus Ageng Winanda (2207531288)
Galuh Angkasa Uma Devi (2207531291)
Ni Putu Rika Aprianti (2207531293)
I Made Budi Darmawan (2207531298)

Dosen Pengampu :

Dr. Ni Ketut Rasmini, S.E., M.Si., Ak., CA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2024
MIND MAP

ii
DAFTAR ISI

MIND MAP ........................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN .................................................................................................................... 1

1. Akun-Akun Dan Golongan Transaksi Dalam Siklus Pembelian Dan Pembayaran ...... 1

2. Fungsi-Fungsi Bisnis Dalam Siklus Dan Dokumen Serta Catatan................................ 1

3. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif


Transaksi ............................................................................................................................ 5

4. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang Usaha ............... 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 21

iii
PEMBAHASAN
1. Akun-Akun Dan Golongan Transaksi Dalam Siklus Pembelian Dan Pembayaran
Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembaran adalah untuk menilai
apakan akun-akun yang di pengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta pengeluaran
kas untuk pembelian tersebut telah di sajikan secara wajar sesuai dengan standar
keuangan. Ada tiga kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus ini, yaitu:

a. Pembelian barang dan jasa


b. Pengeluaran kas
c. Retur pembelian dan potongan pembelian

Ada 10 akun yang lazim digunakan dalam siklus pembelian dan pembayaran seperti
yang ditunjukan pada akun T pada gambar 15-1. Dalam gambar tersebut hanya
ditunjukan akun kontrol untuk tiga kelompok besar beban umum yang digunakan pada
kebanyakan perusahaan. Untuk setiap akun kontrol, juga diberikan contoh akun
pembantu yang termasuk kedalam akun kontrol yang bersangkutan.

2. Fungsi-Fungsi Bisnis Dalam Siklus Dan Dokumen Serta Catatan


Siklus pembelian dan pembayaran menyangkut pengambilan keputusan dan proses
untuk mendapatkan barang dan jasa untuk menyelenggarakan suatu bisnis. Siklus
biasanya diawali dengan pembuatan permintaan pembelian oleh pejabat yang memiliki

1
kewenangan untuk mengajukan permintaan pembelian, dan diakhiri dengan pembayaran
utang usaha yang timbul dari pembelian tersebut. Untuk menyederhanakan, dalam
ilustrasi ini tidak akan dibahas tentang retur pembelian dan potongan pembelian,
walaupun kedua hal tersebut terjadi dalam siklus ini, tetapi jumlahnya tidak signifikan.

Tabel Golongan Transaksi, Akun-akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan
untuk Sikius Pembelian dan Pembayaran
Golongan Akun Fungsi Bisnis Dokumen Catatan
Transaksi
Pembelian 1) Persediaan 1) Pembuatan 1) Permintaan
2) Properti, peralatan, order pembelian
aset tetap lainnya pembelian 2) Order pembelian
3) Beban dibayar 2) Penerimaan 3) Laporan
dimuka barang dan penerimaan
4) Utang usaha jasa barang dan jasa
5) Beban pabrik 3) Pengakuan 4) Faktur dari
utang penjual
6) Beban penjualan
7) Beban administrasi 5) Memo debet
6) Voucher
7) File transaksi
pembelian
8) Jurnal
pembelian
9) Master file
utang usaha
10) Daftar utang
usaha
11) Laporan dari
pemasok

Pengeluaran Kas 1) Kas di bank (untuk 1) Pembayaran 1) Cek pembayaran


pengeluaran kas) dan

2
2) Utang usaha pencatatan 2) File transaksi
3) Potongan pengeluaran pengeluaran kas
pembelian kas
3) Jurnal
pengeluaran kas

a. Pembuatan Order Pembelian


Pengajuan permintaan untuk membeli barang atau jasa oleh pejabat perusahaan
klien adalah kegiatan awal siklus ini. Formulir yang digunakan dan pemberian
persetujuan (approval) tergantung pada sifat barang dan jasa serta kebijakan yang
diterapkan perusahaan. Dokumen-dokumen yang lazim digunakan meliputi:
1) Permintaan Pembelian
Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh
pejabat perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengajukan permintaan
pembelian (misalnya: Kepala Gudang atau Kepala Departemen Produksi).
2) Order Pembelian
Order pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan
jasa dari pemasok. Dokumen ini berisi deskripsi, kuantitas, dan informasi lain
yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diinginkan perusahaan untuk
dibeli dan seringkali digunakan untuk menunjukkan persetujuan pembelian.
b. Penerimaan Barang Dan Jasa
Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan dari pemasok adalah saat yang
paling kritis dalam siklus ini, karena saat ini oleh kebanyakan perusahaan dipakai
pertama kali untuk mengakui pembelian dan utang yang bersangkutan.

c. Pengakuan Kewaj1ban (Utang)


Pengakuan kewajiban yang tepat atas barang dan jasa yang telah diterima
menuntut adanya pencatatan yang tepat dan akurat. Pencatatan pertama kali
mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas yang sesungguhnya. Oleh
karena itu perusahaan harus seksama dalam memasukkan semua transaksi
pembelian.

1) Faktur dari Pemasok


Faktur dari pemasok adalah dokumen yang diterima dari penjual dan
menunjukkan jumlah yang terutang yang berasal dari pembelian barang dan jasa.

3
Dokumen tersebut menyebutkan deskripsi barang atau, jasa, kuantitas barang dan
jasa yang diterima, harga (termasuk biaya pengangkutan), ketentuan tentang
potongan harga, tanggal faktur, dan total harga faktur.
2) Memo Debet
Memo Debet juga merupakan dokumen yang diterima dari pemasok dan
menunjukkan pengurangan atas jumlah yang terutang yang disebabkan karena
adanya pengembalian (retur) barang ke pemasok atau diterimanya pengurangan
harga.
3) Voucher
Voucher biasanya digunakan dalam suatu organisasi untuk menetapkan cara
yang formal dalam pencatatan dan pengawasan pembelian, terutama dengan
membuat agar setiap transaksi pembelian bernomor urut.
4) File Transaksi Pembelian
File transaksi pembelian adalah file yang dihasilkan komputer yang
mencakup semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem akuntansi untuk
suatu periode tertentu, misalnya satu hari, satu minggu, atau sebulan. File tersebut
berisi semua informasi.
5) Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian dihasilkan dari file transaksi pembelian dan biasanya berisi
nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun untuk setiap transaksi,
seperti reparasi dan pemerliharaan, persediaan, atau kelompok akun lainnya.
6) Master File Utang Usaha
Master file utang usaha mencatat transaksi pembelian, pengeluaran kas, dan
retur pembelian untuk setiap pemasok. Master file ini dimutahirkan (updated)
dari file transaksi komputer untuk pembelian, retur pembelian, dan pengeluaran
kas.
7) Daftar Utang Usaha
Sesuai dengan namanya, daftar utang usaha berisi daftar jumlah yang terutang
kepada masing-masing pemasok atau untuk setiap faktur, atau voucher pada
suatu saat tertentu. Daftar ini dibuat langsung dari master file utang usaha.
8) Laporan dari Pemasok (Vendor's Statement)

4
Laporan dari pemasok adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok setiap
akhir bulan dan menunjukkan saldo awal, pembelian, retur pembelian, dan
pembayaran ke pemasok tersebut, serta saldo akhir.
d. Pengolahan dan Pencatatan Pengeluaran Kas
Pada kebanyakan perusahaan, pembayaran untuk pembelian barang dan jasa
merupakan aktivitas yang signifikan. Aktivitas ini secara langsung akan mengurangi
saldo akun kewajiban, biasanya akun utang usaha. Dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan proses pembayaran yang akan diperiksa auditor meliputi:

1) Cek
Dokumen ini biasa digunakan untuk pembayaran pembelian pada saat kewajiban
jatuh tempo. Banyak perusahaan menggunakan komputer untuk menyiapkan
check berdasarkan informasi yang tercantum dalam file transaksi pembelian pada
saat barang dan jasa diterima.
2) File Transaksi Pengeluaran Kas
File ini dihasilkan komputer yang meliputi seluruh transaksi pengeluaran kas
yang diolah sistem akuntansi untuk suatu periode tertentu, mungkin per hari, per
minggu, atau per bulan. File ini berisi jenis informasi yang sama seperti telah
dibahas pada file transaksi pembelian.
3) Jurnal Pengeluaran Kas
Ini adalah daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi pengeluaran kas
yang mencakup seluruh transaksi pada suatu periode waktu tertentu. Transaksi
yang sama, termasuk semua informasi yang relevan, dimasukkan ke dalam
master file utang usaha dan buku besar.

3. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif


Transaksi
Dalam pengauditan pada umumnya, akun-akun yang paling banyak menyerap waktu
pemeriksaan adalah piutang usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha, dan akun beban.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk siklus pembelian dan
pembayaran terbagi dalam dua bagian besar berikut:

5
a. Pengujian pembelian, yang berkaitan dengan tiga dari empat fungsi bisnis yang telah
disinggung di atas, yakni: order pembelian, penerimaan barang dan jasa, dan
pengakuan utang.
b. Pengujian pengeluaran kas, yang berkaitan dengan fungsi keempat, yakni;
pengolahan dan pencatatan pengeluaran kas.

(Metodologi untuk Perancangan, Pengujian, Pengendalian, dan Pengujian


Substantif Transaksi untuk Silabus Pembelian dan Pembayaran)

1. Pemahaman Pengendalian Internal


Pemahaman tentang pengendalian internal untuk siklus pembelian dan
pembayaran sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko, dapat diperoleh
auditor dengan mempelajari bagan alir yang berlaku pada perusahaan klien,
mereview daftar pertanyaan pengendalian internal, dan melaksanakan pengulan
mengikuli jejak transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Prosedur untuk
mendapatkan pemahaman pengendalian internal tentang siklus pembelian dan
pembayaran serupa dengan prosedur yang dilaksanakan untuk situs lainnya.

2. Menilai Risiko Pengendalian Direncanakan


Selanjutnya dilakukan pemeriksaan atas pengendalian internal kunci untuk
setiap fungsi bisnis seperti telah dijelaskan pada awal bab ini, yaitu: otorisasi
pembelian, pemisahan antara penyimpan barang yang diterima dari fungsi-fungsi

6
lainnya, ketepatan waktu pencatatan dan review independen atas transaksi, serta
otorisasi pembayaran kepada pemasok.
a) Otorisasi Pembelian
Pemberian otorisasi yang tepat untuk pembelian menjamin bahwa
barang dan jasa yang dibeli sungguh-sungguh barang yang dibutuhkan
perusahaan, dan dengan demikian menghindarkan terjadinya pembelian yang
berlebihan atau tidak diperlukan. Banyak perusahaan mensyaratkan berbagai
tingkat otorisasi untuk pembelian yang berbeda atau menurut jumlah
rupiahnya.
b) Pemisahan Antara Pemegang Aset dari Fungsi Lainnya
Kebanyakan perusahaan memiliki bagian penerimaan yang harus
membuat laporan penerimaan barang sebagai bukti bahwa barang telah
diterima dan diperiksa. Salah satu copy biasanya dikirimkan ke gudang bahan
baku dan lembar lainnya dikirim ke bagian utang untuk memberi informasi
yang mereka butuhkan. Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan,
barang harus diawasi secara fisik sejak barang tersebut diterima hingga
digunakan atau dijual. Personel yang ditugasi di bagian penerimaan harus
independen dari bagian gudang dan bagian akuntansi.
Terakhir, catatan akuntansi harus mengikuti perpindahan tangungjawab atas
barang setiap saat ketika barang tersebut berpindah, dari penerimaan barang
ke gudang, dari gudang ke pabrik, dan seterusnya.
c) Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen atas Transaksi
Pada sejumlah perusahaan, pencatatan utang yang timbul dari transaksi
pembelian dilakukan ketika barang atau jasa diterima. Pada perusahaan
lainnya, pencatatan ditangguhkan hingga faktur dari pemasok diterima. Cara
manapun yang dipakai, baglan utang bertanggungjawab untuk mencermati
ketepatan pembelian. Hal ini dilakukan dengan membandingkan rincian
dalam order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok
untuk menentukan bahwa uraian atau deskripsi, harga, kuantitas, termin, dan
biaya pengangkutan dalam faktur penjual adalah benar. Bagian utang juga
berkewajiban memeriksa kebenaran perkalian, penjumlahan, dan
pendistribusian akunnya. Dalam perusahaan yang menerapkan akuntansi
berbantuan komputer, perangkat lunak komputer bisa memeriksa kesesuaian

7
antar dokumen pan memeriksa ketelitan faktur secara otomatis. Bagian utang
juga harus memeriksa penggunaan laporan penerimaan barang untuk
memastikan bahwa tujuan kelengkapan telah tercapai. Pengendalian penting
di bagian utang dan bagian teknologi intormasi mensyaratkan bahwa personel
yang mencatat pembelian harus adak memilki akses ke kas, surat berharga,
dan aset lain. Dokumen dan catatan yang cukup, prosedur yang tepat untuk
pencatatan, dan pengecekan independen atas kineria, semua merupakan
pengendalian yang penting dalam fungsi utang usaha.
d) Otorisasi Pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi:
(1) Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi olen
perusahaan.
(2) Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan
melaksanakan fungsi utang usaha.
(3) Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatangan
check sebelum suatu check ditandatangani.
Check harus bernomor urut tercetak untuk memudahkan pengawasan
penggunaan check dan dicetak pada kertas khusus untuk mempersulit pengubahan
nama penerima atau jumlah rupiahnya, jika check tersebut akan disalahgunakan
seseorang. Perusahaan harus melakukan pengawasan fisik atas blangko check, check
yang dibatalkan, maupun check yang sudah ditandatangani. Perusahaan juga harus
mempunyai cara untuk mencegan penggunaan kembali bukti pendukung yang telah
digunakan, misalnya dengan memberi tanda dengan dicap atau diperforasi. 3)
Menentukan Luasnya Pengujian Pengendalian

Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan


efisiensinya, auditor bisa menilai risiko pengendalian. Apabila auditor
bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian untuk mendukung
penilaiann risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum, auditor
melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian telah beroperasi dengan efektif. Dengan telah beroperasinya
pengendalian secara efektif yang didukung dengan tambahan pengujian
pengendalian, auditor akan bisa menurunkan pengujian substantifnya.

8
4. Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Golongan Transaksi untuk Pembelian
Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada
pengendalian internal serta keadaan lainnya. Efisiensi audit yang signifikan akan
tercapai dalam audit apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Empat dari
enam tujuan audit golongan transaksi pantas untuk mendapatkan perhatian
khusus:

a) Pembelian Terbukukan Adalah untuk Barang dan Jasa yang Diterima


(Keterjadian)
Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya pencatatan
transaksi yang tidak pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama yang berupa
pencatatan pembelian ganda. Pengendalian yang memadai juga bisa
mencegah klien dari kesalahan mencatat beban bukan beban perusahaan, atau
transaksi penyalahgunaan aset atau hal-hal yang mendatangkan keuntungan
bagi manajemen dan bukan untuk kepentingan perusahaan yang diaudit.
b) Pembelian yang Terjadi Telah Dibukukan (Kelengkapan)
Kegagalan mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima
menyebabkan utang usaha kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan
ekuitas pemilik lebih saji. Auditor kadang kesulitan melakukan audit rinci
saldo untuk menentukan apakah suatu transaksi tidak tercatat, maka lebih
mengandalkan pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi
untuk tujuan ini.
c) Pembelian Dicatat dengan Akurat (Ketelitian)
Apabila auditor yakin bahwa transaksi aset tetap dicatat dengan benar
dalam jurnal pembelian, maka bisa diterima apabila auditor memutuskan
untuk memeriksa dokumen pendukung pembelian periode ini yang lebih
sedikit selama melakukan pengujian rinci saldo dibandingkan dengan apabila
pengendalian tidak memadai. Apabila klien mengunakan catatan persediaan
perpetual, pengujian rinci saldo juga dapat dikurangi secara signifikan
seandainya auditor percaya bahwa catatan perpetual adalah akurat.
Pengendalian atas pembelian yang terkandung dalam catatan perpetual
biasanya diuji sebagian bagian dari pengujian pengendalian, dan pengujian
substantif golongan transaksi pembelian.

9
d) Pembelian Digolongkan dengan Benar (Penggolongan)
Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila
auditor yakin bahwa pengendalian internal mencukupi untuk dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai penggolongan yang benar
dalam jurnal pembelian. Auditor akan banyak membutuhkan waktu untuk
melaksanakan pengujian dokumen pembelian aset tetap dan akun-akun beban
periode ini guna memeriksa ketelitian dan kebenaran penggolongan. Oleh
karena itu akan sangat menghemat waktu apabila pengendalian internal
efektif.

10
5. Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan
Trasaksi untuk Pengeluaran Kas
Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas
pada saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal
pembelian untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan
dokumen pendukung lainnya diperiksa pada saat yang sama. Dengan demikian
verifikasi dilakukan secara efisien tanpa mengurangi efektivitas pengujian.

11
6. Sampling Atribut untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
a. Golongan Transaksi
Mengingat pentingnya pengujian pengendalian dan pengujian golongan
transaksi untuk pembelian dan pembayaran, maka penggunaan sampling atribut
menjadi sangat lazim dilakukan. Ada tiga hal yang berbeda pada siklus pembelian
dan pembayaran dibandingkan dengan siklus lainnya :
a) Siklus ini menyangkut banyak akun, baik yang berupa akun-akun laba rugi,
maupun akun neraca. Dampaknya ialah kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam penggolongan menjadi tinggi, bahkan beberapa diantaranya
berpengaruh terhadap laba bersih.
b) Dalam siklus ini sangat lazim diperlukan pertimbangan yang signifikan,
kebutuhan atas pertimbangan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian.
c) Jumlah rupiah untuk transaksi individual, seringkali berjumlah sangat besar.
Akibatnya, auditor menggabungkan unsur-unsur yang besar dan tidak biasa
seperti itu dan mengujinya 100%.

4. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang Usaha


Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari pembelian
barang dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Utang usaha
meliputi kewajiban yang timbul dari pembelian bahan baku, peralatan, listrik, dan barang

12
atau jasa lainnya yang diterima sebelum akhir tahun buku. Utang usaha harus dibedakan
dari utang biaya dan kewajiban utang bunga. Kewajiban merupakan utang usaha hanya
apabila total kewajiban diketahui dan terutang pada tanggal neraca. Apabila pengujian
pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi menunjukkan bahwa
pengendalian internal beroperasi secara efektif, dan prosedur analitis menunjukkan hasil
yang memuaskan, auditor pada umumnya akan menurunkan pengujian rinci saldo.
Namun, karena pada kebanyakan perusahaan, utang usaha cenderung menjadi material,
auditor hampir selalu melakukan pengujian rinci saldo.

a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Memengaruhi Utang Usaha (Tahap I)


Upaya-upaya untuk merampingkan pembelian dan pembayaran barang dan jasa,
termasuk lebih meningkatkan pembelian persediaan secara just-in-time, telah
mengubah semua aspek siklus pembelian dan pembayaran pada banyak perusahaan.
Perubahan dan sistem tersebut sangatlah kompleks. Perubahan-perubahan tersebut
dapat meningkatkan risiko bisnis secara signifikan. Contohnya, pemasok bisa
memiliki akses yang lebih besar pada catatan utang usaha yang memungkinkan
mereka untuk secara terus menerus memonitor saldo utang usaha dan melakukan
rekonsiliasi rinci transaksi. Auditor harus paham sifat perubahan sistem untuk
mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen terkait
memengaruhi kemungkinan kesalahan penyajian material dalam utang usaha.

13
b. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Seperti piutang usaha, mayoritas transaksi dapat memengaruhi utang usaha.
Saldo sering kali berjumlah besar dan meliputi sejumlah besar pemasok dan biasanya
akan mahal bila harus mengaudit semua akun tersebut. Maka dari itu, auditor
biasanya menetapkan materialitas kinerja untuk utang usaha relatif tinggi. Dengan
alasan yang sama, auditor sering menilai risiko inheren pada tingkat medium atau
tinggi. Mereka biasanya menaruh perhatian pada tujuan kelengkapan dan tujuan
saldo pisah batas karena potensi terjadinya kurang saji dalam saldo utang usaha.

c. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang Serta Melaksanakan Pengujian


Pengendalian dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi (Tahap II)
Pengujian substantif yang dilakukan auditor pada akhirnya akan tergantung pada
efektivitas pengendalian internal yang berkaitan dengan utang usaha. Oleh karena
itu, auditor harus memiliki pemahaman yang dalam tentang bagaimana pengendalian
yang berhubungan dengan utang usaha. Pengaruh pengendalian internal klien atas
pengujian pengendalian internal dapat digambarkan dengan contoh berikut ini :

1) Misalkan klien memiliki pengendalian internal yang efektif atas catatan dan
pembayaran untuk pembelian. Penerimaan barang didokumentasi melalui
penggunaan laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak; voucher
bernomor urut tercetak dibuat dengan tepat dan efisien dan dicatat dalam file
transaksi pembelian dan master file utang usaha. Pengeluaran kas dilakukan
dengan tepat pada tanggal jatuhnya dan segera dicatat dalam file transaksi
pembayaran dan dalam master file utang usaha. Saldo utang usaha individual
dalam master file direkonsiliasi secara bulanan dengan laporan dari pemasok, dan
komputer secara otomatis merekonsiliasi total master file dengan buku besar.
Dalam situasi demikian, verifikasi atas utang usaha hanya membutuhkan sedikit
usaha dari auditor, karena auditor berkesimpulan bahwa pengendalian internal
telah beroperasi dengan efektif.
2) Misalkan perusahaan tidak menggunakan laporan penerimaan barang, klien
menunda pencatatan pembelian hingga dilakukan pembayaran kas, dan karena
kekurangan kas, tagihan dari pemasok sering dibayar beberapa bulan setelah
tanggal jatuhnya. Apabila auditor berhadapan dengan situasi semacam itu, ada
kemungkinan terjadi kurang saji dalam utang usaha; oleh karena itu diperlukan

14
pengujian rinci yang ekstensif untuk memastikan apakah utang usaha telah
ditetapkan dengan tepat pada tanggal neraca.
d. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Penggunaan prosedur analitis merupakan suatu hal yang penting dalam siklus
pembelian dan pembayaran dalam menemukan kesalahan penyajian dalam utang
usaha. Auditor harus membandingkan total beban tahun ini dengan tahun sebelumnya
untuk menemukan kesalahan penyajian dalam utang usaha ataupun akun beban.
Karena penggunaan pembukuan berpasangan, suatu kesalahan penyajian dalam akun
beban biasanya juga akan berakibat kesalahan penyajian yang sama pada akun utang
usaha. Oleh karena itu, pembanding beban-beban tahun ini seperti sewa atau listrik,
yang terjadwal dengan reguler dengan tahun sebelumnya merupakan prosedur yang
efektif dalam menganalisis utang usaha apabila beban dari tahun ke tahun relatif
stabil.
e. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Rinci Saldo Akun Utang Usaha
(Tahap III)
Tujuan keseluruhan audit utang usaha adalah untuk menentukan apakah saldo
utang usaha telah disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan tepat. Terdapat hal
penting dalam penekanan audit atas liabilitas. Dalam hal tersebut, auditor akan
menekankan pada kemungkinan terjadinya kurang saji atau penghilangan liabilitas.

Karena kesalahan penyajian ekuitas pemilik dapat timbul baik dengan membuat
lebih saji aset atau membuat kurang saji liabilitas, maka logis bagi auditor untuk
menaruh perhatian yang besar pada kedua jenis kesalahan penyajian tersebut. Auditor
juga tidak boleh lupa bahwa kemungkinan aset kurang saji dan liabilitas lebih saji,
termasuk yang timbul dari kesalahan penyajian berupa lebih saji dalam utang usaha.
Dalam uraian berikut, akan digunakan tujuan audit saldo yang diterapkan dalam
mengaudit piutang usaha, untuk pengauditan utang usaha dengan tiga modifikasi
kecil berikut :

1) Tujuan nilai bersih bisa direalisasi tidak diterapkan untuk liabilitas. Nilai bersih
bisa direalisasi hanya diterapkan untuk aset.
2) Aspek hak pemilikan dari tujuan hak dan kewajiban tidak diterapkan untuk
liabilitas. Untuk aset, auditor sangat menekankan pada hak klien atas penggunaan

15
dan penghapusbukuan aset. Untuk liabilitas, auditor memusatkan perhatian pada
kewajiban klien untuk membayar ulang. Apabila klien tidak mempunyai
kewajiban untuk membayar, maka tidak akan dicantumkan sebagai liabilitas.
3) Untuk liabilitas, lebih ditekankan pada pencarian kurang saji daripada atas lebih
saji.

Tabel Tujuan Audit Saldo dan Pengujian Rinci atas Saldo Utang Usaha
Tujuan Audit Saldo Komentar
Prosedur Pengujian Rinci
Saldo

Utang Usaha dalam daftar Bila penjumlahan


utang usaha cocok dengan Jumlah ulang atau gunakan dilakukan secara manual
yang tercantum pada master computer untuk tidak perlu seluruh
file yang bersangkutan, dan menjumlahkan daftar utang halaman dijumlah
totalnya cocok dengan yang usaha
tercantum dibuku besar Penelurusan ke master
Telusur total ke buku besar
(Kecocokan Saldo) file bisa dibatasi, kecuali
Telusur Faktur penjual bila pengendalian lemah.
individual ke master file untuk
mencocokkan nama dan
jumlahnya.
Utang usaha dalam daftar Biasanya kurang
utang usaha sugguh- mendapat perhatian,
Telusur dari daftar utang usaha
sungguh ada (Keberadaan)
ke faktur penjual dan laporang karena perhatian utama
dar pemasok. Konfirmasi pada lebih saji.
utang usaha, terutama untuk
yang berjumlah besar dan
tidak biasa.

Utang usaha yang ada telah Lakukan pengujian liabilitas Ini adalah pengujian audit
tercantum dalam daftar setelah tanggal penutupan yang penting untuk utang
utang usaha (Kelengkapan) buku. usaha.
Utang usaha yang tercantum
Lakukan prosedur yang sama Biasanya, tekanan pada
dalam daftar telah akurat
(Ketelitian) dengan digunakan untuk prosedur untuk ketelitian
tujuan keberadaan dan ini adalah kurang saji
pengujian setelah tanggal disbanding dengan untuk
penutupan buku. penghilangan.

Utang usaha yang tercantum Review daftar dan master file Pengetahuan tentang
dalam daftar telah yang bersangkutan dengan bisnis klien sangat
digolongkan dengan benar pihak yang berelasi, liabilitas penting untuk pengujian
(Penggolongan) berbungan, utang jangka ini.
Panjang, utang bersaldo debet.

16
Transaksi dalam siklus Ini merupakan pengujian
pembelian dan pembayaran Lakukan pengujian setelah yang sangat penting untuk
telah dicatat pada periode tanggal penutupan buku. utang usaha. Ini disebut
yang tepat. (Pisah-Batas) Lakukan pengujian rinci pengujian pisah batas.
sebagai bagian dari observasi
penghitungan persediaan.

Lakukan pengujian untuk


persediaan perjalanan.
Utang usaha yang tercantum Review daftar dan master file Pengetahuan tentang
dalam daftar telah yang bersangkutan dengan bisnis klien sangat
digolongkan dengan benar. pihak yang berelasi, liabilitas penting untuk pengujian
(Penggolongan). berbunga, utang jangka ini.
Panjang, utang bersaldo debet.

1) Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca


Karena penekanan audit pada kurang saji dalam akun-akun liabilitas,
pengujian sesudah tanggal neraca sangat penting artinya bagi utang usaha.
Luasnya pengujian untuk menemukan utang yang tidak dicatat, sangat tergantung
pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo potensial dalam akun
yang bersangkutan. Prosedur audit yang sama yang digunakan untuk mencari
utang tidak dicatat diterapkan pula untuk tujuan ketelitian. Berikut adalah
prosedur-prosedur yang lazim digunakan.
a) Periksalah dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah tanggal
neraca.
b) Periksalah dokumen pendukung untuk faktur tagihan yang belum dibayar
sampai beberapa minggu setelah akhir tahun.
c) Telusur laporan penerimaan barang yang diterbitkan sebelum akhir tahun
dengan faktur penjual yang bersangkutan.
d) Telusur laporan dari pemasok yang menunjukkan saldo terutang ke daftar
saldo utang usaha.
e) Pengiriman konfirmasi kepada pemasok yang memiliki hubungan bisnis
dengan klien
2) Pengujian Pisah Batas
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dibukukan
beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah tanggal neraca telah dibukukan
pada periode yang tepat. Lima pengujian audit liabilitas yang telah dijelaskan di

17
atas semuanya merupakan pengujian pisah batas untuk pembelian, tetapi
semuanya ditekankan untuk menemukan kurang saji. Tiga prosedur pertama juga
bermanfaat untuk memeriksa dokumen pendukung sebagai pengujian untuk lebih
saji utang usaha. Untuk menguji lebih saji pisah batas, auditor harus menelusur
laporan penerimaan barang yang diterbitkan setelah akhir tahun buku ke faktur
yang bersangkutan untuk meyakinkan bahwa transaksi yang bersangkutan tidak
dimasukkan sebagai utang usaha.
f. Keandalan Bukti
Auditor harus memahami keandalan relatif tiga tipe utama bukti yang biasa
digunakan untuk memeriksa utang usaha, yaitu: faktur penjual, laporan dari penjual,
dan konfirmasi.
1) Perbedaan antara faktur dari penjual dengan laporan dari penjual
Auditor harus bisa membedakan kedua hal tersebut dalam melakukan
verifikasi atas jumlah yang terutang kepada pemasok. Auditor mendapat bukti
tentang transaksi individual dengan keandalan tinggi ketika memeriksa faktur
dari penjual beserta dokumen pendukungnya, seperti laporan penerimaan barang
dan order pembelian. Berbeda dengan faktur penjualan, laporan dari penjual tidak
begitu diperlukan untuk memeriksa transaksi individual, karena laporan dari
penjual hanya mencakup jumlah total transaksi. Jumlah unit yang dibeli, harga,
biaya angkut, dan data lainnya tidak tercantum dalam laporan tersebut.
Dalam hal memeriksa saldo utang usaha yang benar, maka laporan dari
penjual lebih baik untuk memeriksa utang usaha karena didalamnya ditunjukkan
saldo akhir. Sedangkan, dalam hal pengujian pembelian dalam pengujian
pembelian dan pengujian substantif golongan transaksi, maka faktur dari penjual
lebih baik untuk memeriksa transaksi karena auditor memeriksa transaksi
individual dan faktur menunjukkan rincian pembelian.
2) Perbedaan antara laporan dari penjual dan konfirmasi
Perbedaan terpenting antara kedua hal tersebut adalah sumber informasinya.
Laporan dari penjual dibuat oleh penjual, tetapi berada ditangan klien ketika
auditor memeriksanya. Hal ini dapat memberi kesempatan kepada klien untuk
merekayasa laporan dari penjual atau menyembunyikan laporan dari auditor.

18
Jawaban atas permintaan konfirmasi untuk utang usaha pada umumnya harus
dikirim langsung ke kantor akuntan publik oleh penjual. Konfirmasi berisi
informasi yang sama dengan laporan dari penjual tetapi bisa lebih dipercaya.
Selain itu, konfirmasi utang usaha seringkali juga meminta informasi lain, seperti
tentang utang wesel, atau barang konsinyasi yang merupakan milik si penjual
tetapi disimpan di gudang klien.
Apabila auditor memeriksa laporan dari penjual atau jawaban konfirmasi,
maka harus dilakukan rekonsiliasi antara laporan atau konfirmasi dengan daftar
utang usaha. Selisih yang ditemukan seringkali terjadi karena adanya barang
dalam perjalanan, check sudah dikirim klien tapi belum sampai ke tangan
penjual, atau karena adanya penundaan dalam proses akuntansi.
3) Ukuran Sampel
Ukuran sampel dalam pengujian utang usaha sangat bervariasi, tergantung pada
berbagai faktor seperti materialitas utang usaha, jumlah akun yang ada, hasil
penilaian risiko pengendalian, dan hasil audit tahun lalu. Apabila pengendalian
internal klien lemah, yang tidak jarang dijumpai pada utang usaha, hampir seluruh
populasi harus diperiksa. Dalam situasi yang lain hanya sebagian kecil dipandang
perlu untuk diperiksa. Perumusan populasi dan penentuan ukuran populasi sering
lebih sulit untuk utang usaha. Karena tekanan audit adalah pada utang usaha yang
tidak dicatat, auditor harus mencoba agar populasi mencakup semua kewajiban
potensial.

19
g. Kesimpulan
Gambar dibawah meringkas bagaimana empat jenis prosedur audit digunakan
untuk memperoleh asurans audit untuk transaksi dan akun-akun dalam situs
pembelian dan pembayaran. Setelah prosedur-prosedur untuk memperoleh
pemahaman pengendalian internal dan pengujian pengendalian digunakan, auditor
dapat mengevaluasi apakah pengendalian atas transaksi dalam siklus Ini telah
beroperasi dengan efektif. Apabila risiko pengendalian dinilai rendah, auditor dapat
mengurangi pengujian substantif atas saldo akhir pada akun-akun terkait. Sebaliknya
apabila risiko pengendalian dinilal tinggi, maka dibutuhkan pengujian substantif
yang ledih banyak pada akun-akun terkait. Pada bab ini, saldo akhir difokuskan pada
sakdo akhir akun utang usaha.
Dengan memadukan semua jenis pengujian audit seperti nampak pada Gambar
di bawah, auditor dapat memperoleh asurans keseluruhan yang lebih tinggi untuk
transaksi dan akun-akun dalam siklus pembelian dan pembayaran daripada asurans
yang diperoleh dari satu pengujian saja. Auditor dapat meningkatkan asurans yang
diperoleh dari setiap pengujian, dan dengan demikian meningkatkan asuransi
keseluruhan untuk siklus ini,

20
DAFTAR PUSTAKA
Al Haryono Yusuf 2014, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II, Yogyakarta:
STIE YKPN.

21

Anda mungkin juga menyukai