PENGAUDITAN II
EKA446 / B2
PENGAUDITAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Utang Usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari pembelian
barang dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Utang
usaha meliputi kewajiban yang timbul dari kegiatan seperti pembelian bahan baku,
peralatan, reparasi dan sebagainya. Utang usaha dibuktikan dengan adanya faktur
yang menunjukkan kewajiban perusahaan. Terdapat 3 tahapan dalam metodologi
untuk perancangan pengujian rinci saldo untuk utang usaha, sebagai berikut:
Tahap I: Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang memengaruhi utang usaha.
Tahap I: Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren.
Tahap I dan II: Menilai risiko pengendalian dan merancang serta melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.
Tahap III: Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk utang usaha.
Tahap III: Merancang pengujian rinci atas utang usaha untuk memenuhi tujuan
audit saldo
Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca
Karena penekanan audit pada kurang saji, maka pengujian sesudah tanggal neraca
sangat penting untuk dilakukan. Luasnya pengujian untuk menemukan utang yang
tidacatat sangat tergantung pada penliaian risiko dan materialitas saldo potensial
dalam akun yang bersangkutan. Prosedur yang sama juga digunakan untuk mencari
utang tidak dicatat dan diterapkan pula untuk tujuan ketelitian. Berikut merupakan
prosedur yang umum dilakukan, diantaranya:
1) Memeriksa dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah tanggal
neraca
2) Memeriksa dokumen pendukung untuk faktur tagihan yang belum dibayar
sampai beberapa minggu setelah akhir bulan.
3) Telusuri laporan penerimaan barang yang diterbitkan sebelum akhir tahun
dengan faktur penjual yang bersangkutan.
4) Telusuri laporan dari pemasok yang menunjukkan saldo terutang ke daftar
saldo utang usaha
5) Pengiriman konfirmasi kepada pemasok yang memiliki hubungan bisnis
dengan klien
Pengujian Pisah Batas
Pengujian pisah batas utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi
yang diukukan beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah tanggal neraca
telah dibukukan pada periode yang tepat. Prosedur pengujian pisah batas untuk
kurang saji (utang tidak dicatat) adalah dengan menelusur laporan penerimaan
barang yang diterbitkan sebelum akhir tahun buku kepada pemasok yang
bersangkutan. Sedangkan, prosedur pengujian pisah batas untuk lebih saji, auditor
harus menelusur laporan penerimaan barang yang diterbitkan setelah akhir tahun
buku kefaktur yang bersangkutan untuk meyakinkan bahwa transaksi yang
bersangkutan tidak dimasukkan sebagai utang usaha.
1) Hubungan antar pisah batas dengan observasi fisik persediaan
Dalam menentukan apakah pisah batas sudah benar, sebaiknya pengujian
pisah batas dikoordinasikan dengan observasi fisik persediaan. Informasi
pisah batas untuk pembelian juga harus diperoleh selama observasi fisik
persediaan. Pada waktu itu auditor harus mereview prosedur-prosedur di
bagian penerimaan barang untuk memastikan bahwa semua barang yang
diterima telah dihitung, dan auditor harus mencatat dalam dokumentasi
audit nomor laporan penerimaan barang terakhir yang dicantumkan dalam
perhitungan fisik. Setelah tanggal perhitungan fisik, auditor kemudian harus
menguji catatan akuntansi untuk pisah batas. Apabila perhitungan fisik
dilakukan sebelum tanggal terakhir dari tahun buku, auditor masih harus
melakukan pisah batas utang usaha dan melakukan verifikasi akhir.
2) Persediaan dalam perjalanan (inventory in transit)
Dalam menentukan utang usaha, auditor harus membedakan antara
pembelian persediaan yang dilakukan atas dasar FOB destination dengan
yang dilakukan atas dasar FOB origin dengan memeriksa faktur dari
penjual.
a. Untuk FOB destination, hak pemilikan atas barang berpindah
kepada pembeli apabila barang telah diterima oleh pembeli. Jadi
hanya persediaan yang diterima sebelum atau tepat pada tanggal
neraca yang harus dimasikkan ke dalam persediaan dan utang
usaha pada akhir tahun.
b. Untuk FOB origin, perusahaan harus mencatat persediaan dan
utang usaha yang bersangkutan pada periode ini apabila
pengiriman telah dilakukan sebelum atau tepat pada tanggal neraca
dan jika dinilai material. Auditor juga dapat memeriksa faktur atas
barang yang diterima beberapa waktu setelah akhir tahun.
Keandalan Bukti
1) Perbedaan antara faktur dari penjual dengan laporan dari penjual
Auditor harus membedakan antara faktur dari penjual dengan laporan dari
penjual dalam melakukan verifikasi atas jumlah yang terutang kepada
pemasok. Auditor mendapat bukti tentang transaksi individual dengan
keandalan tinggi ketika ia memeriksa faktur dari penjual beserta dokumen
pendukungnya, seperti laporan penerimaan barang dan order pembelian.
Berebda dengan faktur penjualan, laporan dari penjual tidak begitu
diperlukan untuk memeriksa transaksi individual, karena laporan dari
penjual hanya encakup jumlah total transaksi, jumlah unit yang dibeli,
harga, biaya angkut, dan data lainnya. Namun, dalam hal memeriksa saldo
utang usaha, laporan dari penjual lah yang dinilai lebih benar. Serta, dalam
hal pengujian pembelian dan pengujian substantif golongan transaksi, faktur
penjualan lah yang lebih baik digunakan untuk memeriksa.
2) Perbedaan antara laporan dari penjual dengan konfirmasi
Perbedaan paling penting terdapat pada sumber informasinya. Laporan dari
penjual dibuat oleh penjual (pihak ketiga yang independen) tetapi berada di
tangan klien ketika auditor memeriksanya. Hal ini bisa memberi
kesempatan kepada klien untuk merekayasa/mengubah laporan dari penjual
atau menyembunyikan laporan dari auditor. Pada konfirmasi isinya sama
dengan laporan dari penjual namun isinya lebih dapat dipercaya tetapi
konfirmasi hanya akn dilakukan ketika pengendalian internal klien lemah,
dan tidak tersedianya laporan dari penjual, atau apabila auditor meragukan
integritas klien, maka pengiriman permintaan konfirmasi kepada penjual
layak untuk dilakukan. Apabila auditor memeriksa laporan dari penjual atau
jawaban konfirmasi, harus dilakukan rekonsiliasi antara laporan atau
konfirmasi dengan daftar utang usaha. Selisih yang ditemukan, seringkali
terjadi karena adanya barang dalam perjalanan, check yang sudah dikirim
klien tetapi belum sampai ke tangan penjual, atau karena adanya penundaan
dalam proses akuntansi.
Ukuran Sampel
Auditor juga harus memertimbangkan ukuran sampel dalam pengujian rinci
atas saldo utang usaha. Ukuran sampel dalam hal ini sangat bervariasi tergantung
pada berbagai faktor, misalnya materialitas utang usaha, jumlah akun yang ada,
hasil penilaian risiko pengendalian, dan hasil audit tahun lalu. Apabila
pengendalian internal klien lemah, yang tidak jarang dijumpai pada utang usaha,
maka hampir seluruh populasi harus diperiksa.
DAFTAR REFERENSI