Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II
EKA446 / B2
PENGAUDITAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
PEMBAHASAN

A. Akun-Akun Dan Golongan Transaksi Dalam Siklus Pembelian Dan


Pembayaran
Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran adalah untuk
menilai apakan akun-akun yang di pengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta
pengeluaran kas untuk pembelian tersebut telah di sajikan secara wajar sesuai
dengan standar keuangan. Ada tiga kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus
ini, yaitu:
1. Pembelian barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur pembelian dan potongan pembelian
Akun-akun dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran

Terdapat 10 akun yang lazim digunakan dalam siklus pembelian dan


pembayaran seperti yang ditunjukkan dengan akun T pada bagan di atas. Untuk
menyederhanakan, dalam gambar tersebut hanya ditunjukkan akun kontrol untuk
tiga kelompok besar beban yang umum digunakan pada kebanyakan perusahaan.
Untuk setiap akun kontrol, juga diberikan contoh akun pembantu beban yang
termasuk dalam akun kontrol yang bersangkutan. Jelas kiranya bahwa banyak akun
yang terlibat dalam siklus ini. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila
pengauditan siklus pembelian dan pembayaran seringkali lebih memakan waktu
dibandingkan siklus-siklus lainnya. Bagan diatas juga menunjukkan bahwa setiap
transaksi mempengaruhi entah pendebetan atau pengkreditan terhadap akun utang
usaha dikarenakan banyak perusahaan melakukan pembelian langsung dengan
check atau melalui kas kecil.

B. Fungsi-Fungsi Bisnis Dalam Siklus Dan Dokumen Serta Catatan


Siklus pembelian dan pembayaran menyangkut pengambilan keputusan dan
proses untuk mendapatkan barang dan jasa untuk menyelenggarakan suatu bisnis.
Siklus biasanya diawali dengan pembuatan permintaan pembelian oleh
pejabat yang memiliki wewenang untuk mengajukan permintaan pembelian, dan
diakhiri dengan pembayaran utang usaha yang timbul dari pembelian tersebut.
Tabel Golongan Transaksi, Akun-Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen
serta Catatan untuk Siklus Pembelian dan Pembayaran

Golongan Dokumen dan


Akun Fungsi Bisnis
Transaksi Catatan
Pembelian 1. Persediaan 1. Pembuatan 1. Permintaan
2. Properti, order pembelian
peralatan, aset pembelian 2. Order pembelian
tetap lainnya 2. Penerimaan 3. Laporan
3. Beban dibayar barang dan jasa penerimaan
di muka 3. Pengakuan barang dan jasa
4. Beban pabrik utang 4. Faktur dari
5. Beban penjual
penjualan 5. Memo debit
6. Beban 6. Voucher
administrasi 7. File transaksi
pembelian
8. Master file utang
usaha
9. Daftar utang
usaha
10. Laporan dari
pemasok
Pengeluaran 1. Kas di bank 1. Pembayaran 1. Check
Kas (untuk dan pencatatan pembayaran
pengeluaran pengeluaran kas 2. File transaksi
kas) pengeluaran kas
2. Utang usaha 3. Jurnal
3. Potongan pengeluaran kas
Adapun fungsi-fungsi bisnis dan dokumen-dokumen serta catatan yang
digunakan pada siklus pembelian dan pembayaran yaitu:
1. Pembuatan Order Pembelian
Pengajuan permintaan untuk membeli barang atau jasa oleh pejabat
perusahaan klien adalah kegiatan awal siklus ini. Formulir yang digunakan
dan pemberian persetujuan (approval) tergantung pada sifat barang dan jasa
serta kebijakan yang diterapkan perusahaan. Dokumen-dokumen yang
lazim digunakan meliputi:
a. Permintaan Pembelian
Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang
dan jasa oleh pejabat perusahaan yang diberi kewenangan untuk
mengajukan permintaan pembelian (misalnya: Kepala Gudang atau
Kepala Departemen Produksi).
b. Order Pembelian
Order pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan
barang dan jasa dari pemasok. Dokumen ini berisi deskripsi,
kuantitas, dan informasi yang berhubungan dengan barang dan jasa
yang diinginkan perusahaan untuk dibeli dan seringkali digunakan
untuk menunjukkan persetujuan pembelian.
2. Penerimaan Barang dan Jasa
Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan dari pemasok adalah saat yang
paling kritis dalam sikius ini, karena saat ini oleh kebanyakan perusahaan
dipakai pertama kali untuk mengakui pembelian dan utang yang
bersangkutan.
3. Pengakuan Kewajiban (Utang)
Pengakuan kewajiban yang tepat atas barang dan jasa yang telah diterima
menuntut adanya pencatatan yang tepat dan akurat. Pencatatan pertama kali
mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas yang sesungguhnya.
Oleh karena itu perusahaan harus seksama dalam memasukkan semua
transaksi pembelian.
a. Faktur dari Pemasok
Faktur dari pemasok adalah dokumen yang diterima dari penjual dan
menunjukkan jumlah yang terutang yang berasal dari pembelian
barang dan jasa. Dokumen tersebut menyebutkan deskripsi barang
atau, jasa, kuantitas barang dan jasa yang diterima, harga (termasuk
biaya pengangkutan), ketentuan tentang potongan harga, tanggal
faktur, dan total harga faktur.
b. Memo Debet
Memo Debet juga merupakan dokumen yang diterima dari pemasok
dan menunjukkan pengurangan atas jumlah yang terutang yang
disebabkan karena adanya pengembalian (retur) barang ke pemasok
atau diterimanya pengurangan harga.
c. Voucher
Voucher biasanya digunakan dalam suatu organisasi untuk
menetapkan cara yang formal dalam pencatatan dan pengawasan
pembelian, terutama dengan membua tagar setiap transaksi pembelian
bernomor urut.
d. File Transaksi Pembelian
File transaksi pembelian adalah file yang dihasilkan komputer yang
mencakup semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem
akuntansi untuk suatu periode tertentu, misalnya satu hari, satu
minggu, atau sebulan. File tersebut berisi semua informasi.
e. Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian dihasilkan dari file transaksi pembelian dan
biasanya berisi nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun
untuk setiap transaksi, seperti reparasi dan pemeliharaan, persediaan,
atau kelompok akun lainnya.
f. Master File Utang Usaha
Master file utang usaha mencatat transaksi pembelian, pengeluaran
kas, dan retur pembelian untuk setiap pemasok. Master file ini di
mutakhirkan (updated) dari file transaksi komputer untuk pembelian,
retur pembelian, dan pengeluaran kas.
g. Daftar Utang Usaha
Sesuai dengan namanya, daftar utang usaha berisi daftar jumlah yang
terutang kepada masing-masing pemasok atau untuk setiap faktur,
atau voucher pada suatu saat tertentu. Daftar ini dibuat langsung dari
master file utang usaha.
h. Laporan dari Pemasok (Vendor’s Statement)
Laporan dari pemasok adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok
setiap akhir bulan dan menunjukkan saldo awal, pembelian, retur
pembelian, dan pembayaran ke pemasok tersebut, serta saldo akhir.

4. Pengolahan dan Pencatatan Pengeluaran Kas


Pada kebanyakan perusahaan, pembayaran untuk pembelian barang dan
jasa merupakan aktivitas yang signifikan. Aktivitas ini secara langsung
akan mengurangi saldo akun kewajiban, biasanya akun utang usaha.
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan proses pembayaran yang akan
diperiksa auditor meliputi:
a. Check
Dokumen ini biasa digunakan untuk pembayaran pembelian pada saat
kewajiban jatuh tempo. Banyak perusahaan menggunakan komputer
untuk menyiapkan check berdasarkan informasi yang tercantum
dalam file transaksi pembelian pada saat barang dan jasa diterima.
b. File Transaksi Pengeluaran Kas
File ini dihasilkan komputer yang meliputi seluruh transaksi
pengeluaran kas yang diolah sistem akuntansi untuk suatu periode
tertentu, mungkin per hari, per minggu, atau per bulan. File ini berisi
jenis informasi yang sama seperti telah dibahas pada file transaksi
pembelian.
c. Jurnal Pengeluaran Kas
Ini adalah daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi
pengeluaran kas yang mencakup seluruh transaksi pada suatu periode
waktu tertentu. Transaksi yang sama, termasuk semua informasi yang
relevan, dimasukkan ke dalam master file utang usaha dan buku besar.
C. Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian
Substantive Transaksi
Akun-akun yang paling banyak menyerap waktu pemerkiksaan adalah piutang
usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha, dan aku beban yang empat dari lima akun
tersebut berkaitan dengan siklus pembelian. Pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi untuk siklus pembelian dan pembayaran terbadi dalam dua
bagian besar, yaitu:
1. Pengujian pembelian yang berkaitan dengan order pembelian, penerimaan
barang dan jasa, dan pengakuan utang.
2. Pengujian pengeluaran kas yang berkaitan dengan pengolahan dan
pencatatan pengeluaran kas.
Metodologi dalam perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi untuk siklus pembelian adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman Pengendalian Internal
Pemahaman ini dapat diperoleh auditor dengan mempelajari bagian alir
yang berlaku pada perusahaan klien, mereview daftar pertanyaan
pengendalian internal, dan melaksanakan pengujian mengikuti jejak
transaksi pembelian dan pengeluaran kas.
2. Penilaian Risiko Pengendalian Direncanakan
Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan atas pengendalian
internal kunci untuk setiap fungsi bisnis, yang meliputi:
a. Otorisasi Pembelian
Pemberian otorisasi yag tepat untuk pembelian menjamin bahwa
barang dan jasa yang dibeli sungguh-sungguh barang yang
dibutuhkan perusahaan dan menghindari terjadinya pembelian
yang berlebihan.
b. Pemisahan Pemegang Aset dari Fungsi Lainnya
Perusahaan memiliki bagian penerimaan yang diarsipkan ke
bagian gudang bahan baku dan ke bagian utang. Catatan
akuntansi juga harus mengikuti perpindahan tanggung jawab atas
barang setiap saat ketika barang tersebut berpindah dari
penerimaan barang ke gudang, dari gudang ke pabrik, dan
seterusnya.
c. Ketepatan Waktu Pencatatan dan Review Independen atas
Transaksi
Bagian dalam perusahaan harus bertanggungjawab untuk
mencermati ketepatan pembelian dengan membandingkan
rincian dalam order pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur dari pemasok untuk menentukan bahwa uraian, harga,
kuantitas, termin, dan biaya pengangkutan dalam faktur penjual
adalah benar.
d. Otorisasi Pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi:
1) Penandatanganan check oleh individu yang diberi otorisasi
oleh perusahaan.
2) Pemisahan tanggung jawab untuk menandatangani check
dan melaksanakan fungsi utang usaha.
3) Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh
penandatanganan check sebelum suatu check
ditandatangani.

3. Penentuan Luas Pengujian Pengendalian


Apabila auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian untuk
mendukung penilaian risiko pegendalian pendahuluan di bawah
maksimum, auditor melakukan pengujian pengendalia untuk mendapatkan
bukti bahwa pengendalian telah beroperasi dengan efektif.

4. Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Golongan Transaksi untuk Memenuhi Tujuan Audit Golongan
Transaksi Pembelian
Terdapat empat dari enam tujuan audit golongan transaksi yang mendapat
perhatian khusus untuk siklus pembelian, yaitu:
a. Keterjadian
Pembelian terbukukan adalah untuk barang dan jasa yang diterima.
Pengendalian yang memadai bisa mencegah terjadinya pencatatan
transaksi yang tidak pernah terjadi secara tidak sengaja, terutama
yang berupa pencatatan pembelian ganda.
b. Kelengkapan
Pembelian yang terjadi telah dibukukan. Auditor harus
memandang kegagalan pencatatan pembelian barang dan jasa yang
diterima menyebabkan utang usaha kurang saji dan mengakibatkan
laba bersih dan ekuitas pemilik lebih saji sebagai tujuan yang
penting.
c. Ketelitian
Pembelian dicatat dengan akurat. Luas pengujian rinci pada
kebanyakan akun neraca dana kun beban tergantung pada evaluasi
auditor tentang efektivitas pengendalian internal atas ketelitian
pencatatan transaksi pembelian.
d. Penggolongan
Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila
auditor yakin bahwa pengendalian internal mencukupi untuk dapat
memberikan keyakinan memadai mengenai penggolongan yang
benar di dalam jurnal pembelian.
Pengeluaran Kas
Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas
pada saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal
pembelian untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan
dokumen pendukung lainnya diperiksa pada saat yang sama.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive
golongan transaksi untuk pembelian dan pembayaran menggunakan sampling audit
statistik.

D. Metodelogi Untuk Merancang Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang Usaha

Utang Usaha adalah kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari pembelian
barang dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan normal perusahaan. Utang
usaha meliputi kewajiban yang timbul dari kegiatan seperti pembelian bahan baku,
peralatan, reparasi dan sebagainya. Utang usaha dibuktikan dengan adanya faktur
yang menunjukkan kewajiban perusahaan. Terdapat 3 tahapan dalam metodologi
untuk perancangan pengujian rinci saldo untuk utang usaha, sebagai berikut:
Tahap I: Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang memengaruhi utang usaha.
Tahap I: Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren.
Tahap I dan II: Menilai risiko pengendalian dan merancang serta melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.
Tahap III: Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk utang usaha.
Tahap III: Merancang pengujian rinci atas utang usaha untuk memenuhi tujuan
audit saldo
Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca
Karena penekanan audit pada kurang saji, maka pengujian sesudah tanggal neraca
sangat penting untuk dilakukan. Luasnya pengujian untuk menemukan utang yang
tidacatat sangat tergantung pada penliaian risiko dan materialitas saldo potensial
dalam akun yang bersangkutan. Prosedur yang sama juga digunakan untuk mencari
utang tidak dicatat dan diterapkan pula untuk tujuan ketelitian. Berikut merupakan
prosedur yang umum dilakukan, diantaranya:
1) Memeriksa dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah tanggal
neraca
2) Memeriksa dokumen pendukung untuk faktur tagihan yang belum dibayar
sampai beberapa minggu setelah akhir bulan.
3) Telusuri laporan penerimaan barang yang diterbitkan sebelum akhir tahun
dengan faktur penjual yang bersangkutan.
4) Telusuri laporan dari pemasok yang menunjukkan saldo terutang ke daftar
saldo utang usaha
5) Pengiriman konfirmasi kepada pemasok yang memiliki hubungan bisnis
dengan klien
Pengujian Pisah Batas
Pengujian pisah batas utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi
yang diukukan beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah tanggal neraca
telah dibukukan pada periode yang tepat. Prosedur pengujian pisah batas untuk
kurang saji (utang tidak dicatat) adalah dengan menelusur laporan penerimaan
barang yang diterbitkan sebelum akhir tahun buku kepada pemasok yang
bersangkutan. Sedangkan, prosedur pengujian pisah batas untuk lebih saji, auditor
harus menelusur laporan penerimaan barang yang diterbitkan setelah akhir tahun
buku kefaktur yang bersangkutan untuk meyakinkan bahwa transaksi yang
bersangkutan tidak dimasukkan sebagai utang usaha.
1) Hubungan antar pisah batas dengan observasi fisik persediaan
Dalam menentukan apakah pisah batas sudah benar, sebaiknya pengujian
pisah batas dikoordinasikan dengan observasi fisik persediaan. Informasi
pisah batas untuk pembelian juga harus diperoleh selama observasi fisik
persediaan. Pada waktu itu auditor harus mereview prosedur-prosedur di
bagian penerimaan barang untuk memastikan bahwa semua barang yang
diterima telah dihitung, dan auditor harus mencatat dalam dokumentasi
audit nomor laporan penerimaan barang terakhir yang dicantumkan dalam
perhitungan fisik. Setelah tanggal perhitungan fisik, auditor kemudian harus
menguji catatan akuntansi untuk pisah batas. Apabila perhitungan fisik
dilakukan sebelum tanggal terakhir dari tahun buku, auditor masih harus
melakukan pisah batas utang usaha dan melakukan verifikasi akhir.
2) Persediaan dalam perjalanan (inventory in transit)
Dalam menentukan utang usaha, auditor harus membedakan antara
pembelian persediaan yang dilakukan atas dasar FOB destination dengan
yang dilakukan atas dasar FOB origin dengan memeriksa faktur dari
penjual.
a. Untuk FOB destination, hak pemilikan atas barang berpindah
kepada pembeli apabila barang telah diterima oleh pembeli. Jadi
hanya persediaan yang diterima sebelum atau tepat pada tanggal
neraca yang harus dimasikkan ke dalam persediaan dan utang
usaha pada akhir tahun.
b. Untuk FOB origin, perusahaan harus mencatat persediaan dan
utang usaha yang bersangkutan pada periode ini apabila
pengiriman telah dilakukan sebelum atau tepat pada tanggal neraca
dan jika dinilai material. Auditor juga dapat memeriksa faktur atas
barang yang diterima beberapa waktu setelah akhir tahun.
Keandalan Bukti
1) Perbedaan antara faktur dari penjual dengan laporan dari penjual
Auditor harus membedakan antara faktur dari penjual dengan laporan dari
penjual dalam melakukan verifikasi atas jumlah yang terutang kepada
pemasok. Auditor mendapat bukti tentang transaksi individual dengan
keandalan tinggi ketika ia memeriksa faktur dari penjual beserta dokumen
pendukungnya, seperti laporan penerimaan barang dan order pembelian.
Berebda dengan faktur penjualan, laporan dari penjual tidak begitu
diperlukan untuk memeriksa transaksi individual, karena laporan dari
penjual hanya encakup jumlah total transaksi, jumlah unit yang dibeli,
harga, biaya angkut, dan data lainnya. Namun, dalam hal memeriksa saldo
utang usaha, laporan dari penjual lah yang dinilai lebih benar. Serta, dalam
hal pengujian pembelian dan pengujian substantif golongan transaksi, faktur
penjualan lah yang lebih baik digunakan untuk memeriksa.
2) Perbedaan antara laporan dari penjual dengan konfirmasi
Perbedaan paling penting terdapat pada sumber informasinya. Laporan dari
penjual dibuat oleh penjual (pihak ketiga yang independen) tetapi berada di
tangan klien ketika auditor memeriksanya. Hal ini bisa memberi
kesempatan kepada klien untuk merekayasa/mengubah laporan dari penjual
atau menyembunyikan laporan dari auditor. Pada konfirmasi isinya sama
dengan laporan dari penjual namun isinya lebih dapat dipercaya tetapi
konfirmasi hanya akn dilakukan ketika pengendalian internal klien lemah,
dan tidak tersedianya laporan dari penjual, atau apabila auditor meragukan
integritas klien, maka pengiriman permintaan konfirmasi kepada penjual
layak untuk dilakukan. Apabila auditor memeriksa laporan dari penjual atau
jawaban konfirmasi, harus dilakukan rekonsiliasi antara laporan atau
konfirmasi dengan daftar utang usaha. Selisih yang ditemukan, seringkali
terjadi karena adanya barang dalam perjalanan, check yang sudah dikirim
klien tetapi belum sampai ke tangan penjual, atau karena adanya penundaan
dalam proses akuntansi.
Ukuran Sampel
Auditor juga harus memertimbangkan ukuran sampel dalam pengujian rinci
atas saldo utang usaha. Ukuran sampel dalam hal ini sangat bervariasi tergantung
pada berbagai faktor, misalnya materialitas utang usaha, jumlah akun yang ada,
hasil penilaian risiko pengendalian, dan hasil audit tahun lalu. Apabila
pengendalian internal klien lemah, yang tidak jarang dijumpai pada utang usaha,
maka hampir seluruh populasi harus diperiksa.
DAFTAR REFERENSI

Jusup, A. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: STIE YKPN.

Anda mungkin juga menyukai