Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PENGANGGARAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Penganggaran Perusahaan

Dosen pengampu :
Haulah Nakhwatunnisa, M. Si

Disusun oleh kelompok 2:

1. Ika Maulani (2008205019)


2. Nanda Silvia (2008205023)
3. Gina Fauzia Hasanah (2008205027)
4. Slamet Firdaus (2008205028)
5. Aulia Maharani J (2008205037)

AKUNTANSI SYARIAH 4/A


FAKULTAS SYARIAH & EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Kel.Sunyaragi Kec. Kesambi Kota Cirebon
Telp.(02318491642)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga kami selaku pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan besar kita yakni
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami selaku pemakalah mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena
berkat limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok dari mata
kuliah Penganggaran Perusahaan dengan tema “Sistem Penganggaran”.
Kami tentu sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari para pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Cirebon, 18 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Penganggaran.........................................................................................
2.2 Anggaran P.........................................................................................................
2.3 Ciri-Ciri Penganggaran......................................................................................
2.4 Prosedur Penyusunan Penganggaran.................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan keputusan rencana kerja untuk jangka
waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif yang lain (Basri, R.,
2013).. Dalam organisasi yang berorientasi laba, penyusunan anggaran seringkali diartikan sama
dengan perencanaan laba, sedangkan dalam organisasi yang tidak berorientasi terhadap laba,
penyusunan anggaran menekankan pada penggunaan atau alokasi sumberdaya (Mulyadi, 2001).
Seiring dengan berjalannya waktu, kebijakan dalam sistem penganggaran sektor publik telah
mengalami berbagai perkembangan. Perkembangan yang terjadi dalam sistem penganggaran sektor
publik di Indonesia telah membawa banyak perubahan. Sejarah perkembangan sistem penganggaran
sektor publik menurut Baswir (2000) terdiri dari beberapa jenis antara lain sistem anggaran
tradisional, sistem anggaran kinerja, dan sistem anggaran perencanaan pemograman.

Tentunya setiap negara memiliki atau menggunakan sistem penganggaran yang berbeda satu
sama lain. Perbedaan sistem penganggaran sektor publik dengan tiap-tiap negara menyebabkan
timbulnya perbedaan dalam ketentuan pelaksanaannya, juga akan menyebabkan timbulnya
perbedaan dalam sistem akuntansinya (Guilding, dkk, M. 2000). Walaupun demikian, dalam sistem
penganggaran publik di setiap negara hampir selalu terdapat tiga aspek yaitu: aspek perencanaan,
aspek pengelolaan, dan pelaksanaan serta aspek pertanggungjawaban.

Di Indonesia, perubahan sistem penganggaran sektor publik meliputi ketentuan, cara-caranya


maupun peraturannya. Hal ini ditunjukkan dari perubahan menggunakan sistem penganggaran
tradisional (Traditional Budgeting) menjadi sistem penganggaran berorientasi kinerja (Performance
Budgeting). Perubahan tersebut diawali dengan keluarnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, yang didalamnya menjelaskan tentang perubahan sistem penganggaran
tradisional menjadi sistem penganggaran berbasis kinerja.

1.2 Rumusan Masalah

a. Sistem Penganggaran ?
b. Anggaran Tradisional, Anggaran Berbasis Kinerja, Zero Based Budgeting ?
c. Ciri-Ciri Anggaran ?
d. Prosedur Penyusunan Anggaran ?
1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui
b. Untuk mengetahui
c. Untuk mengetahui
d. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Penganggaran

Penganggaran adalah perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk


keuangan dan ukuran kuantitatif lainnya (Supriyono, 2002). Laba yang ingin dicapai oleh perusahaan
ditentukan pada saat penganggaran. Oleh karena itu penganggaran disebut juga perencanaan laba
(profit planning). Setelah kegiatan dalam anggaran diimplementasikan, hasilnya akan dibandingkan
dengan anggarannya sehingga dapat diketahui penyimpangan yang timbul. Penyimpangan yang
timbul tersebut dianalisis lebih lanjut untuk kemudian digunakan sebagai umpan balik di kegiatan
yang akan datang.
Sistem anggaran di Indonesia pada awalnya mengikuti sistem anggaran tradisional
(traditional budgeting system) yang berakhir secara bertahap sampai tahun anggaran 1970/1971
untuk anggaran pembangunan, sedangkan anggaran rutin disusun secara tradisional berakhir pada
tahun 1973/1974. Sistem anggaran tradisional lebih menekankan pada aspek pelaksanaan dan
pengawasan anggaran. Dalam pelaksanaan yang dipentingkan adalah besarnya hak tiap
departemen/lembaga sesuai dengan obyek dan sudah dibenarkan apabila sesuai dengan peraturan dan
prosedur yang berlaku. Sedangkan dalam pengawasannya yang diutamakan adalah keabsahan bukti
transaksi dan kewajaran laporan keuangan. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam sistem tradisional
meliputi:
1. Pengurusan anggaran, yaitu pembuatan perkiraan penerimaan dan pengeluaran;
2. Pengesahan oleh lembaga yang berwenang;
3. Pembelanjaan;
4. Pencatatan realisasi penerimaan dan pengeluaran oleh bendaharawan; dan,
5. Pertanggungjawaban kas berupa pertanggungjawaban realisasi pengeluaran (Djamaludin,
1977).

2.2 Anggaran Tradisional, Anggaran Berbasis Kinerja, dan Zero Based Budgedting

a. Anggaran Tradisional
Traditional budgeting system adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan
atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada kebutuhan untuk
belanja/pengeluaran.
Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan
penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas obyek-obyek
pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap departemen/lembaga.
Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi pengeluaran saja, tanpa
diperiksa dan diteliti apakah dana telah digunakan secara efektif/efisien atau tidak. Mula-mula
pemerintah memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen lembaga kemudian setiap
departemen/lembaga mengambil jatah dana tersebut dan menggunakannya untuk melaksanakan
kegiatan sampai habis. Setelah dana tersebut habis dipakai, setiap departemen/lembaga
melaporkan bahwa dana tersebut sudah dipakai. Jadi tolok ukur keberhasilan anggaran tersebut
adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran tersebut seimbang (balance) maka anggaran
tersebut dapat dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus, berarti
anggaran tersebut gagal.
Jelaslah, di sini bahwa sistem anggaran tradisional lebih menekan pada segi
pertanggungjawaban keuangan (dana) dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien tidaknya
penggunaan dana tersebut. Anggaran diartikan semata-mata sebagai alat dan sebagai dasar
legitimasi (pengabsahan) berapa besarnya pengeluaran negara dan berapa besarnya penerimaan
yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran tersebut.

b. Anggaran Berbasis Kinerja


Performance budgeting system berorientasi kepada pendayagunaan dana yang tersedia untuk
mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sistem penyusunan anggaran ini
tidak hanya didasarkan kepada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi di dalam
Traditional Budget, tetapi juga didasarkan kepada tujuan-tujuan atau rencana-rencana tertentu
yang untuk pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup
dan biaya/dana yang dipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien.
Jadi, dalam sistem anggaran performance ini bukan semata-mata berorientasi kepada berapa
jumlah yang dikeluarkan, tetapi sudah dipikirkan terlebih dulu mengenai rencana kegiatan, apa
yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, dan bagaimana pengalokasian biaya agar
digunakan secara efektif dan efisien.
Sistem ini mulai menitikberatkan pada segi penatalaksanaan (management control),
sehingga dalam sistem ini efisiensi penggunaan dana diperiksa, juga hasil kerjanya.
Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas kegiatan dan telah ditetapkan suatu tolok
ukur berupa standar biaya dan hasil kerjanya. Salah satu syarat utama untuk penerapan sistem
ini adalah digunakannya sistem akuntansi biaya sebagai alat untuk menentukan biaya masing-
masing program dan akuntansi biaya sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran
dana.
Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan
atau hasil anggaran itu dengan menggunakan dana secara efisien.

c. Zero Based Budgeting


Zero Based Budgeting (ZBB) adalah sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan
kegiatan, bukan pada yang telah dilakukan dimasa lalu. Setiap kegiatan akan dievaluasi secara
terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam visi pada tahun yang bersangkutan.
Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem
anggaran tradisional. Sebagian kelemahan sistem anggaran tradisional antara lain:
1) Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan
jangka panjang.
2) Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak diteliti secara
menyeluruh efektivitasnya.
3) Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
4) Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu
pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik
yang tidak diinginkan.

Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based Budgeting disini dapat
menghilangkan incrementalism dan line-item, karena anggaran diasumsikan dimulai dari nol.
Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun
ini untuk menetapkan anggaran ditahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat
infl asi atau jumlah penduduk. Sedangkan pada sistem Zero Based Budgeting (ZBB) tidak
berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan
anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini juga. Dengan Zero Based Budgeting (ZBB),
seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali (dimulai dari nol lagi). Item
anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan dapat dihilangkan
dari struktur anggaran, atau mungkin mucul item yang baru.
2.3 Ciri-Ciri Anggaran

Tidak setiap rencana kerja organisasi dapat disebut sebagai anggaran. Karena, anggaran
memiliki beberapa ciri khusus yang memebedakan dengan sekedar rencana (Rusdianto, 2006).
1. Dinyatakan dalam satuan moneter

Penulisan dalam satuan moneter tersebut dapat juga didukung oleh satuan kwantitatif lain, misalnya
unit. Penyusunan rencana kerja dalam satuan moneter tersebut, bertujuan untuk mempermudah
membaca dan usaha untuk mengerti rencana tersebut. Rencana kerja yang diwujudkan di dalam suatu
cerita panjang akan menyulitkan anggota organisasi untuk membaca atau mengerti. Karena itu,
sebaiknya anggaran disusun dalam bentuk kwantitatif moneter yang ringkas.

2. Umumnya mencakup kurun waktu satu tahun.

Bukan berarti anggaran tidak dapat disusun untuk kurun waktu lebih pendek, tiga bulanan misalnya
atau untuk kurun waktu lebih panjang, seperti lima tahunan. Batasan waktu di dalam penyusunan
anggaran akan berfungsi untuk memberikan batasan rencana kerja tersebut.

3. Mengandung komitmen manajemen

Anggaran harus disertai dengan upaya pihak manajemen dan seluruh anggota organisasi untuk
mencapai apa yang telah ditetapkan. Tanpa upaya serius dari pihak manajemen untuk mencapainya
maka penyusunan anggaran tidak akan banyak manfaatnya bagi perusahaan. Karena itu, di dalam
menyusun anggaran perusahaan harus mempertimbangkan dengan teliti sumber daya yang dimiliki
perusahaan untuk menjamin bahwa anggaran yang disusun adalah realistis.

4. Usulan anggaran disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pelaksana anggaran.

Anggaran tidak dapat disusun sendiri-sendiri oleh setiap bagian organisasi tanpa persetujuan dari
atasan pihak penyusun.

5. Setelah disetujui anggaran hanya dapat diubah jika ada keadaan khusus. Jadi, tidak setiap saat dan
dalam segala keadaan anggaran boleh diubah oleh manajemen. Anggaran boleh diubah jika situasi
internal dan eksternal organisasi memaksa untuk mengubah anggaran tersebut. Perubahan asumsi
internal dan eksternal memaksa untuk mengubah anggaran karena jika dipertahankan malah membuat
anggaran tidak relevan lagi dengan situasi

yang ada.

6. Jika terjadi penyimpangan/varians didalam pelaksanaannya, harus dianalisis sebab terjadinya


penyimpangan tersebut. Karena, tanpa ada analisis yang lebih mendalam tentang penyimpangan
tersebut maka potensi untuk terulang lagi di masa mendatang menjadi besar. Tujuan analisis
penyimpangan tersebut adalah untuk mencari penyebab penyimpangan, supaya tidak terulang lagi di
masa mendatang dan agar penyususnan anggaran dikemudian hari menjadi lebih relevan dengan
situasi yang ada.
2.4 Prosedur Penyusunan Anggaran

Dalam penyusunan anggaran (budget ), yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyusunan
anggaran serta kegiatan penganggaran lainnya adalah di tangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal
tersebut disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwenang dan
bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan secara keseluruhan. Namun dalam menyiapkan dan
menyusun anggaran (budget) serta kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani
sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam
perusahaan.
Menurut Mas’ud Machfoedz dalam penyusunan anggaran, terdapat beberpa hal penting yang
harus diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Harus selalu diingat bahwa anggaran merupakan bagian dari sistem yang lebih besar.
b. Dalam penyusunan angaran harus sudah ditentukan terlebih dahulu tujuan pokok perusahaan.
c. Setelah ditentukan tujuan pokok perusahaan, maka disusun beberapa alternatif program, setelah
itu ditentukan program-program mana yang paling mungkin dilaksanakan.
d. Program pada umumnya meliputi kegiatan untuk beberapa tahun, oleh karena itu program harus
dibagi-bagi secara tahunan.
e. Setelah ditetapkan pembagian tersebut diterjemahkan dalam angkaangka pada tahun tertentu.
f. Bagian yang diserahi tugas mempersiapkan dan menyusun anggaran tersebut sangat tergantung
pada struktur organisasi dari masing-masing perusahaan, tugas ini dapat didelegasikan kepada :
1) Bagian administrasi ; Biasa dilakukan oleh perusahaan kecil, karena kegiatan perusahaan
tidak terlalu kompleks, sederhana dengan ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas
penyusunan anggaran tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian yang ada di
perusahaan. Penunjukkan bagian administrasi dilakukan karena pada bagian ini terkumpul
semua data dan informasi yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Dengan bekal data
informasi tersebut, ditambah dengan informasi-informasi ekstern, maka bagian administrasi
diharapkan mampu menyusun anggaran daripada bagian lain dalam perusahaan.
2) Panitia anggaran ; Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar, sebab pada perusahaan
besar kegiatannya cukup kompleks, dengan ruang lingkup yang luas, sehingga bagian
administrasi sudah tidak mungkin dan tidak mampu untuk menyusun anggaran sendiri tanpa
partisipasi dari bagian lain di perusahaan. Bagian-bagian yang terlibat di dalam panitia
anggaran adalah antara lain :
 Direksi ; berperan memberikan bahan masukan mengenai berbagai kendala umum serta
rencana perusahaan secara menyeluruh baik rencana jangka pendek maupun rencana
jangka panjang.
 Manajer perusahaan ; bertugas menyusun anggaran penjualan dan anggaran biaya
distribusi, termasuk biaya iklan dan promosi.
 Manajer Produksi; bertugas menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan
seluruh kegiatan produksi, seperti jumlah yang akan dihasilkan, tenaga kerja, bahan
mentah, pembelian dan biaya overhead pabrik.
 Manajer keuangan ; bertugas menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan
posisi keuangan perusahaan seperti anggaran kas, anggaran rugi laba dan neraca.
 Manajer umum , administrasi dan personalia; bertugas menyusun anggaran-anggaran yang
berhubungan dengan biaya umum dan administrasi serta personalia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Didit Herlianto, 2003, Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaam, Gosyen


Publishing, Yogyakarta

Andriani, W., & Hatta, E., 2012. Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada
Pemerintah Pusat (Studi pada Politeknik Negeri Padang). Jurnal Akuntansi &
Manajemen, 7(1), 24-3.
http://www.anggaran-old.kemenkeu.go.id/dja/edef-konten-view.asp?
id=98#:~:text=Traditional%20budgeting%20system%20adalah%20suatu,pada
%20kebutuhan%20untuk%20belanja%2Fpengeluaran.

https://ppjp.ulm.ac.id/2020/tinjauan-perubahan-sistem-penganggaran-berbasis-kinerja-di-
indonesia, diakses 16 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai