Anda di halaman 1dari 9

Etika Profesional Akuntan Publik (Kode Etik Profesi Akuntan Publik)

Dalam resume didalamnya harus ada:


1. Penjelasan arti etika umum
2. JAWAB ;
Secara umum arti dari etika umum merupakan etika yang lebih ke arah deskriktif atau secara
singkatnya merupakan norma yang digunakan dalam perilaku di kehidupan sehari – hari terkait
dengan sifat seseorang baik atau buruknya sifat seseorang tersebut.
3. Tujuan etika professional
JAWAB
Tujuan dari etika professional yakni bertujuan agar para pekerja yang memiliki profesi dapat
menjalnkan tugasnya sebaik mungkin sesuai dengan profesi yang di ambil dan di jalankan.
Tidak hany itu saja profesi yang di ambil juga dapat berkembang dengan baik nantinya jika
orang tersebut mahir dalam bidang yang ia tekuni terkait dengan profesi yang di tuju tanpa
adanya paksaan dalam menjalankan profesi etrsebut.tujuan dari etika professional juga bisa
dikatakan memiliki banyak menfaat salah satu nya yaitu dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi terkait dengan profesi yang ia jalankan.
4. Komponen Komponen kode etik Profesi Akuntan Publik (IAPI)
JAWAB
Komponen – komponen kode etik profesi akuntan public antara lain :
• Standar teknis
Dimana maksud nya yaitu seorang auditor yang baik mereka tidak memiliki yang
Namanya kepentingan finansial dalam bisnis yang di audit atau dapat dikatakan
seorang audit tersebut tida berafiliasi dengan klien agar audit tersebut dapat memenuhi
syarat dan kewajiban yang akan di jalankan nya agar tentunya proses pengauditan
tersebut dapat terlaksana dengan baik.
• Objektif
Yag dimaksud dengan objektif yaitu membuat segala sesuatu dengan penuh kehati
hatian dengan berdasarkan bukti yang mereka dapatkan sesuai dengan penelitian yang
mereka lakukan tentunya agar nantinya hasil yang mereka dapatkan dapat lebih relevan
dan dapat di percaya.
• Kerahasiaan
Dimana hal yang paling penting dalam meng audit yaitu harus bisa menjaga
kerahasiaan dari sebuah klien sebagai salah satu sikap professional yang bisa audit
tekankan atau terapkan.pentingnya menjaga kerahasiaan tersebut juga agar akuntan
public tersebut lebih bisa terpercaya secara terus menerus serta mampu menjaga
informasi agar tetap di tangan yang tepat dalam penangananya.
• Integritas
Salah satu hal yang paling penting yang tidak akan pernah terlewatkan adalah memiliki
integritas yang tinggi dimana hal integritas yang harus dimiliki dari setiap akuntan atau
auditor adalah sikap jujur,disiplin,terus terang, dan selalu terbuka terkait dengan
informasi keuangan klinen yang mereka dapatkan.selain itu juga audit harus memiliki
informasi rahasia dan membataskan diri mereka dan tidak terlena dari keuntungan
pribadi dengan menipu atau memanipulasi secara sengaja.
• Tangung jawab profesi
Dimana seorang akuntan atau audit harus bisa mempertimbangkan dan bertangung
jawabkan setiap kegiatan yang mereka lakukan agar pekerjaan mereka dapat
membuahkan hasil yang baik dan maksimal.
• Kepentingan public
Dimana kepentingan public yang dimaksud tersebut adalah kewajiban dalam hal
melakukan Tindakan yang akan di jalankan, saling menghormati terutama terkait
dengan kepercayaan sebagai wujud profesionalisme.
• Kompetensi dan kehati hatian professional
Dimana dalam hal tersebut yaitu seorang akuntan atau audit harus selalu berhati – hati
dalam mengambil keputusan atau Langkah yang akan mereka lakukan serta selalu
memberikan pemahaman atau alasan dengan klien atas setiap keputusan yang akan di
ambilnya.
• Perilaku professional
Dimana seorang akuntan harus memiliki pendirian yag tidak berubah ubah atau secara
singkatnya selalu memiliki pendirian yang konsisten dengan baik sebagai perwujudan
tangung jawabnya kepeda penerima jasa.
4. Penjelasan arti penting 8 prinsip etika dalam kode etik Profesi
Akuntan Publik (IAPI) Arti
JAWAB
Arti penting dari 8 prinsip etika dalam kode etik profesi IAPI yaitu dari penjelasan 8 prinsip yang
telah saya paparkan di atas hal yang paling utama adalah membangun kepercayaan terlebi dahulu
kepada orang lain sebaik baiknya, kepercayaan seseorang yang di percayai terhadap mutu jasa sangat
tinggi memngingat kepercayaan adalah kunci yang paling utama dari semua prinsip tersebut. Salah
satu profesi di bidang ekonomi terkait dengan akuntan atau auditor yaitu harus bisa memahami dan
menerapkan ke 8 prinsip kode etik yang telah di jelaskan tersebut dikarenakan 8 prinsip kode etik
tersebut juga membahas perilaku baik ataupun buruk perbuatan manusia. Akan tetapi penerapan dari
ke 8 prinsip tersebut tidak bisa di terapkan begitu saja perlu adanya pelatihan khusus yang di adakan
bagi para akuntan. Seorang akuntan bisa saja langsung memberhentikan tanpa melihat terlebih dahulu
atau menerapkan terlebih dahulu kode etik yang ada akan tetapi hal tersebut bertentangan dan
merupakan masalah yang sangat besar jika tidak menerapkan 8 prinsip kode etik. Oleh karena itu IAI
atau ikatan akutan indoensia mengeluarkan kode etik yang harus di patuhi oleh para akuntan.
5. Penjelasan isi pokok aturan etika dalam kode etik Profesi
Akuntan Publik (IAPI)
JAWAB
Isi pokok aturan etika dalam kode etik profesi IAPI yaitu terkait tentang mempelajari sikap baik
buruknya seseorang akuntan terhadap pekerjaanya, dengan membutuhkan pelatihan khusus sebagai
akuntan. Tidak hanya itu saja inti dari pokok aturan etika kode etik profesi yaitu menerapkan dan
mewajibkan para akuntan mematuhi kode etik yang berlaku selama bekerja, kode etik dapat sangat
membantu para akuntan untuk bekerja secara professional mengingat hal kode etik sebagai panduan
dan aturan bagi seluruh akuntan, karena dasar dari profesi seorang akuntan yaitu memenuhi tangung
jawab yang telah di berukan dan melaksanakan tangung jawab tersebut dengan standar
profesionalisme yang tertingg
LAPORAN AUDIT
laporan merupakan hasil dari keseluruhan tahap akir dari suatu hal yang sedang di kerjakan atau di lakukan.
laporan audit juga merupakan bagian terakir dari keseluruhan proses pengauditan dengan mengkomunikasikan
berbagi temuan – temuan yang didapatkan serta para audit juga akan bertangung jawab atas laporan pengauditan
yang ia berikan secara tepat atau tidak tepat ataupun wajar dan tidak wajarnya disertai dengan alasan.

A. LAPORAN AUDIT STANDAR TANPA PENGECUALIAN


ada beberapa bagian yang dibagi dalam pelaporan pengauditan tanpa pengecualian di antaranya yaitu :
• Judul Laporan
Dimana judul laporanyang di berikan pada standar auditing haruslaj di beri judul yang memiliki kata dari
independent, agar kata independent tersebut dapat membahas mengenai pemakai laporan audit secara
keseluruhan dilaksanakan dengan tidak membeda bedakan atau secara tidak langsung memihak kepada
satu bagian saja.
• Alamat Laporan Audit
pada mulanya sebuah laporan di tunjukan kepada sebuah perusahaan atau kepada para pemegang saham
serta direksi terkait dalam hal tersebut, akan tetapi sekarang kebanyakan laoran tersebut di alamtkan
kepada dewan direksi serta pemegang saham dikarenakan hal tersebut terjadi ditunjukan untuk sebuah
auditor independent terhadap sebuah perusahaan.
• Paragraph pendahuluan
Dimana paragraph pendahuluan tersebut dimaksudkan untuk membuat suatu pernyataan yang sangat
sederhana bawa kantor audit sudah melaksanakan tugasnya dan memberikan hasil laporan pengauditan
yang mereka telah lakukkan.
• Paragraph ruang lingkup
Dimana paragraph ruang lingkup tersebut memberikan fakta yang factual terkait dengan yang dilakukan
oleh para auditor dalam proses pengauditanya, serta para auditor juga memberikan keyakinan bahwa
laporan keungan dari sebuah perusahaan atau pekerjaan yang merek alakukan tersebut telah bebas dari
salah saji material.
• Paragraph pendapat
Dimana paragraph pendapat ini yaitu memberikan hasil akhir atau sebuah kesimpulan kesimpulan yang
para audit tersebut simpulkan berdasarkan hasil pengauditan yang mereka lakukan.
• Nama KAP
Nama dari KAP tersebut yaitu nama yang mengidentifikasi terkait dengan praktisi yang melaksanakan
audit.
• Tanggal laporan audit
Tanggal yang paling tepat bagi laporan audit mencantumkan yaitu dimana tangal atau hari penyelesaian
hasil laporan audit berdasarkan lokasi atau tempat pengauditan dilakukan.
Kondisi – kondisi bagi laporan audit standar tanpa pengecualian :
1. semua laporan keungan di dalamnya sudah lengkap atau sudah memiliki laporan neraca, laporan laba rugi,
laporan laba ditahan serta laporan arus kas.
2. Penugasan yang dilaukan harus sudah dikaitkan dengan ketiga standar umum yang telah di tetapkan.
3. Kemudian adanya bukti yang memadai dari ketiga standar dalam pelaksanaan audit.
4. Laporan keuangan yang diberikan haruslah sesaui dengan ketentuan ketentuan yang berlaku secara umum.
5. Tidak adanya penmbahan situasi bagi para auditor yang bisa saja auditor menambahkan paragraph
penjelasan penmbah dalam pelaporan pengauditan.

B. LAPORAN GABUNGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL


ATAS PELAPORAN KEUANGAN MENURUT Secction 404 DARI Sarbanes-Oxley Act

dimana hal yang dimaksud tersebut yaitu manajemen pengenadian aktivitas internal atas pelaporan
keuangan yang diberikan para auditor harus menerbitkan laporan yang akan diberikan dengan pemberian
laporan secara terpisah atau laporan gabungan yang dimana kedua laporan tersebut harus menyajikan
laporan keuangan maupun laporan manajemen atas pengendalian internal pelaporan keuangan.

C. LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELASAN


ATAU MODIFIKASI KATA – KATA

Ada beberapa yang menjadi perbincangan atau penyebab yang paling penting terkait dengan adanya penambahan
sebuah paragraph pada laporan wajar tanpa pengecualian standar, di antaranya yaitu :
1. belum adanya aplikasi yang memadai atau yang tetap secara konsisten dari prinsip – prinsip akuntansi
secara umum.
2. Keraguanya masi substansia atau going conceren.
3. Penyimpangan prinsip akuntansu yang di rumuskan secara langsung auditor harus setuju.
4. Hal- hal yang terjadi atau masalah – masalah yang terjadi di dalam audit hasulah dilakukan penekanan.
5. Setiap laporan yang sedang di buat atau di audit pastinya para auditor lain akan ikut serta atau terlibat di
dalamnya.
Peraturan 203 dari Kode Perilaku Profesional AICPA menyatakan dalam situasi tidak biasa, penyimpangan
dari prinsip akuntansi yang berlaku umum mungkin tidak memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian
atau pendapat tidak wajar, tetapi untuk menjustifikasi pendapat wajar tanpa pengecualian auditor harus yakin
dan menyatakan serta menjelaskan dalam satu atau beberapa paragraf terpisah pada laporan audit apabila
akuntan publik mengandalkan KAP lain untuk pelaksanaan sebagian audit, maka KAP utama memiliki 3
alternatif, yaitu:
1. tidak memberikan relefansi dalam laporan audit
yang dimaksud disini yaitu jika tidak adanya di berikan relefansi oleh para auditor lainya maka pendapat
wajar tanpa pengecualian dapat di berikan akan tetapi sebaliknya jika ada situasi yang bertentangan maka
diharuskan adanya penyimpangan alasan.
2. memberikan relefansi laporan ( laporan modifikasi kata – kata )
sebuah laporan yang tepat untuk di terbitkan yaitu apabila tidak adanya sebuah praktis atau pekerjahan
tambahan yang diberikan kepada auditor lain .
3. mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian
dimana yang dimaksud disini yaitu para auditor tidak mau memeliki tangung jawab apapun terkait dengan
pekerjaan auditor lainya dikarenakan setiap auditor sudah memeiliki tangung jawab masing – masing.

D. PENYIMPANGAN DARI LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN


1. pembatasan ruang lingkup, jika para auditor tidak dapat menyangupi pengumpulan bukti – bukti yang
ada akan akan terjadi pembatasan ruanng lingkup audit. Biasanya secara umum pembatasan terjadi
atas 2 hal yaitu pembatasan oleh klien dan pembatasan yang terjadi akibat situasi yang berad di luar
kendali klien atau auditor.
2. Prinsip – prinsip yang ada tidak sesuai dengan perlakukan umum ( penyimpangan GAAP )
3. Auditor tidak independent, yang dimanan independent umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari
aturan kode perilaku professional
Laporan keuangan tidak dapat disajikan sesuai dengan GAAP apabila :
1. Pendapat tidak wajar, dipakai hanya Ketika laporan keuangan adalah laporan yang hanya salah saji
sehingga berakibat pada tidak adanya penyajian secara wajar posisi keuangan sesuai dengan GAAP.
2. Menolak memberikan pendapat, penolakan pemberian pendapat akan muncul jika terjadi pembatasan
ruang lingkup audit atau dapat di katakana adanya hubungan yang tidak independent antara klinen dan
auditor.
Tingkat materialitas terdiri dari 3 tingkatan di antaranya :
1. Jumlahnya tidak material,yang dimaksud disini yaitu jika adanya salah saji di dalam laporan tersebut dan
tidak adanya pengaruh yang terjadi maka hal tersebut dapat diangap tidak material dikarenakan pendapat
wajar tanpa pengecualian layak untuk diterbitkan.
2. Jumlahnya aterial tetapi tidak memperburuk lapran keuangan secara keseluruhan, dimana hal tersebut
akan terjadi jika salah saji tersebut mempengaruhi keputusan para pemakai laporan akan tetapi laporan
keuangan tersebut tetap disajikan secara wajar mengingat laporan keuangan tersebut masih sangat
berguna.
3. Jumlahnya sangat material atau begitu pervasive sehingga kewajaran keseluruhan diragukan, dimana hal
tersebut auditor bisa melakukan atau memberikan pendapat tidak wajar tergantung dengan kondisi yang
ada.

E. PEMBAHASAN TENTANG KONDISI YANG MEMERLUKAN PENYIMPANGAN


Ada dua kategori utama terkait dengan pembatasan ruang lingkup audit ddiana 2 kategori yang dimaksud
yaitu pembatasan yang disebabkan oleh klien dan pembatasan oleh kondisi – kondisi yang berada di luar
kendali kien atau auditor. Jika adanya pembatasan ruang lingkup maka respon yang dapat diberikan yaitu
menerbitkan pendapat wajr tanpa pengecualian dan jika terjadi penolakan maka diberikan pendapat
tergantung dari materialitasnya. Peraturan 203 dalam Kode Perilaku Profesional memperkenankan
penyimpangan dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila auditor yakin bahwa ketaatan pada
prinsip tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan. Jika para auditor tidak dapat
memenuhi persyaratan yang ada maka penolakan pemberian pendapat harus dilakukan walaupun semua
prosedur audit di angap perlu dalam situasi tersebut dilaksanakan.

F. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK LAPORAN AUDIT


1. Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian standar,pengidentidikasian auditor atas kondisi – kondisi yang ada dilaksanakan untuk
mencantumkan informasi tentang kondisi dalam file audit sebagai acuan untuk bahan diskusi terkait
dengan pelaporan audit.dan jika kondisi tersebut tidak ada maka laporan audit wajar tanpa
pengecualian dapat dilakukan.
2. Memutuskan materialitas untuk setiap kondisi, jika kondisi tersebut memerlukan penyimpangan dari
pendapat wajar tanpa pengecualian standar maka auditor bisa saja mengevaluasi pengaruh dari potensi
yang terjadi terkait dengan laporan keuangan.
3. Memutuskan jenis laporan audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan tingkat materialitas,
dimana hal tersebut dilakukan dengan mengunkana alat bantu terkait dengan pembuat keputusan.
4. Menuliskan laporan aufit, sebagaian Kntor akuntan pablik memiliki templet computer yang dapat
membantu mengisis sebuah kata – kata yang sangat tepat yang berguna untuk membantu penulisan
laporan audit.
Selanjutnya yaitu situasi yang dibuthan lebih dari 1 modifikasi di dalam pelaporan :
1. Auditor tidak serta merta mengetahui persusahan tersebut mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku
secara umum.
2. Adanya pembatasan ruang lingkup pengauditan.
3. Keraguan perusahaan apakah akan selalu tetap bertahan serta informasi penyebabnya tidak di
ungkapkan secara memadai.
4. Adanya penyimpangan yang terjadi terkait dengan prinsip akutansi lainya dengan tidak konsisten
dengan tahun – tahun sebelumnya.

G. DAMPAK E-COMMERCE TERHADAP PELAPORAN AUDIT


Banyak sekali perusahaan yang memberikan izinin untuk mengakses infomasi keuangan yang ia miliki
melalui web yang mereka punya seperti salah satu contohnya meng uplod laporan hasil keuangan
perusahaan yang telah di audit, sementara hal tersebut tidaklah di wajibkan menurut standar auditing yang
berlaku saat ini.
FASE PENGAUDITAN LAPORANK KEUANGAN
Dimana terdapat empat fase pengaudatan laporan keuangan yaitu :
1. Fase 1 : merencanakan dan merancang pendekatan audit.
Pada awl mulanya atau pada fase pertama terdapat 2 pertimbangan yang paling utama dalam hal
mempengaruhi pendekatan pengauditan, 2 pertimbangan tersebut yaitu perolehan bukti audit yang
cukup dan biaya perolehan bukti audit yang sekecil mungkin. Dalam perolehan bukti audit yang cukup
dan pengendalian atas biaya audit tentunya memiliki perencanaan yang telah siap untuk dilakukan.
Dalam perencanaan perancangan pendekatan audit hal yang harus dilakukan oleh auditor yaitu :
• Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungan klien
Sangat berpengaruh dengan penilayan kelayakan resiko salah saji di dalam laporan keuangan oleh
karena itu para auditor hendaknya memiliki pemahaman yang sangat baik terkait dengan lingkungan
binisi klien.termaksud dengan pengetahuan atas perlakuan klien terkait dengan industry – industry
yang klien tersebut lakukan. Sebagai salah satu contohnya jika seorang klien memasuki dunia bisnis
di bidang industry pertambangan batu bara, maka seorang auditor juga tentunya harus memahami
tentang cara- cara menghitung kandungan kalori di setiap lapisan batu bara, termasuk standar
akuntansi terkait.
• Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
Peminimalisiran resiko salah saji di dalam laporan keungan bisa saja dilakukan jika klien tersebut
bisa mengendalikanya dengan pengendalian secara efektif. Seorang auditor juga pastinya memahami
pengendalian internal yang di berikan oleh klien aerta auditor juga tentunya harus mengevaluasi
keefektifanya. Pengumpulan bukti – bukti yang di lakukan oleh para audit tentunya sangat di tekankan
pada bahan bukti di bagian area pengendalian yang secara tidak efektif di terapkan. Jumlah bukti
pengendalian dapat di kurangi jika pengendalian internal dapat diangap efektif, dan akan berdampak
sangat besar bagi para auditor .
• Menilai resiko salah saji yang material
Auditor bisa saja melakukan srtrategi terkait dengan pemahaman yang ia punya di bidang industry
dan strategi bisnis sehingga dapat mempengaruhi keefektifan pengendalian internal klien dalam hal
menilai resiko salah saji. Dimana hal tersebut juga sangat berdampak sangat besar dalam hal
penetapan waktu audit serta luas prosedur untuk para auditor.

Fase 2 : melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaski


Kemudian pada fase ke 2 Pengujian pengendalian, dimana ppengujia pengendalian merupakan salah satu
prses yang dapat aditor lakukan dalam hal menentukan efektifitas terkait dengan desain dan penerapan
pengendalian internal dari klien.bukti dari pengendalian yang dilakukan dapat menunjukan hasil bahwa
kebijakan serta prosedur yang telah di lakukan berhasil atau tidak dan apakah dapat terlaksana secara
konsisten dengan baik dan benar. Sebagai salah satu conth para auditor bisa menguji efektif pengendalian
dengan cara pembelian secara kredit di lakukan pemeriksaan pada Salinan dokumen terkait dengan
persetujuan kredit yang telah di paraf oleh manajer kredit, maka hal tersebut dapat menunjukan prosedur
pemberian tersebut tentunya sudah di evaluasi kelayakanya oleh para penangung jawab yang
berwewenang akan hal tersebut. Pengujian tersebut juga bisa memiliki tujuan atau maksud lain yang bisa
mengungkapkan adanya kekeliruan terkait dengan salah saji atas pencatatan dan pelaporan transaksi.

Fase 3 : melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo


Lalu pada fase ke 3 Prosedur analitis dimana merupakan perbandingan yang dilakukan yang dimana
berhubungan dengan penilaian saldo akun atau terkait dengan data – data lainya apakah wajar atau
rasional. Sebagai salah satu contoh yang bisa saya berikan yaitu para auditor bisa saja membandingkan
antara beban komisi dan total penjualan bersih untuk menguji kewajaran atas jumlah atau total komisi
yang akan di bayarkan. Dimana pengujian tersebut dapat dilakukan sebagai salah satu prosedur yang
dilakukan dalam salah saji atas saldo akhir akun dalam laporan keuangan.

Fase 4 : menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.


Kemudian fase terakir yaitu penyelesaian semua prosedur dimana para auditor harus bisa menyelesaikan
dan mengabungkan seluruh informasi yang telah di peroleh dengan tujuan untuk mendapatkan kesimpulan
apakah laporan keuangan tersebut dapat disajikan secara wajar. Proses tersebut juga sangat berpengaruh
dalam hal pengandalan pertimbangan professional auditor. Kemudian apabila para auditor sudah selesai
melaksanakan tugasnya maka akuntan public harus menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh klien.
Karakteristik spesifik mengenai skeptisme professional

Terdapat 6 karakteristik skeptisme professional yang di kemukakan oleh Hurtt ( 2003 ) terkait dengan
pengembangan sebuah model skeptisme professional yang dimiliki setiap orang yakni pola piker yang
selalu bertanya – tanya, pendundaan pengambilan keputusan, mencari pengetahuan, kemampuan
pemahaman interpersonal,percaya diri, dan determinasi diri.
1. Karakteristik pertama atau pola piker yang selalu bertanya – tanya, dimana pola pikirir yang dimiliki
tersebut dapat terlihat bahwa orag tersebut sangat susah dalam mengambil sebuah keputusan mengingat
hal bahwa orang tersebut memiliki keragu – raguan dalam mengambil keputusan.
2. Karakteristik yang kedua yakni penundaan pengambilan keputusan, dimana hal tersebut bisa dilihat bahwa
orang tersebut tidak bisa secara terburu buru memutuskan untuk mengambil sebuah keputusan secara
cepat, orang tersebut bisa saja mengmbil keputusan secara cepat akan tetapi ia harus memiliki informasi
yang kuat terkait dengan keputusan yang akan ia ambil.
3. Karakteristik yang ketiga yakni Mencari pengetahuan, dimana hal ini bisa dilihat bahwa orang tersebut
selalu ingin mencari tahu akan sesuatu hal baru yang akan ia dapatkan karena rasa keingintahuanya
mengetahui berbagai ilmu yang akan ia dapatkan.
4. Karakteristik ke empat yakni pemahaman interpersonal, dimana orang yang berkaitan antara satu dengan
yang lainya akan saling belajar tentang cara memahami antar individu – individu yang memiliki
pandangan yang berbeda – beda akan memahami sesuatu hal akan persepsi setiap orang.
5. Karakteristik ke lima yakni percaya diri, dimana karakteristik tersebut sangat di perlukan oleh para auditor
agar dapat mengumpulkan bukti – bukti yang ada selain itu juga percaya diri sangat di perlukan untuk
membentuk suatu karakter orang agar bisa berhadan langsung di depan umum tanpa adanya rasa malu
akan mengungkapkan sesuatu argument – argument lalu kemudian argument tersebut bisa di jadikan
acuan sebagai bahan keputusan yang baik yang akan di putuskan nantinya.
6. Karakteristik ke enam yakni determinasi diri, dimana hal tersebut dapat dilakukan dengan mendukung
setiap keputusan yang ada dalam penentuan kecukupan bukti – bukti audit yang sudah di peroleh.
Standar Auditing secara implisit mengartikan skeptisisme profesional sebagai proses pertimbangan yang
terdiri dari dua proses diagnostik, yakni divergent thinking dan convergent thinking (Plumlee dkk, 2012).
Kedua faktor proses diagnostik ini menunjukkan tingkat skeptisisme auditor dalam menganalisa bukti-bukti
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai