i
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Memahami standar pelaporan hasil audit
b. Mengetahui proses penyusunan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi audit
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Setiap laporan hasil audit yang dinilai mengandug kesalahan yang signifikan,
dikoreksi dan dikirimkan kepada pihak-pihak yang menerima laoran sebelumnya.
Materi Laporan
Materi atau isi laporan harus cukup lengkap dan jelas agar dapat diperoleh suatu
laoran yang informative dan efektif. Materi antara lain;
1. Tujuan, luas dan pendekatan audit
Dimaksudkan agar pembaca laporan sejak awal mengetahi tujuan, luas dan
pendekatan audit sehingga dapat memahami dengan baik materi yang
dikemukakan dalam laporan.
2. Temuan audit
Temuan yang diungkapkan dalam laporan harus memuat secara jelas
mengenai fakta, keadaan yang seharusnya serta dampak dan penyebab
terjadinya penyimpangan.
3. Kesimpulan auditor internal atas hasil audit
Auditor internal harus memberi kesimpulan atas temuanya baik berupa
keberhasilan meupun penyimpangan sesuai dengan lingkup auditnya.
4. Pernyataan auditor internal bahwa audit telah dilakuakn sesuai dengan
SPFAIB
Auditor internal perlu menyapaikan bahwa audit telah dilakukan sesuai
dengan SPFAIB.
5. Rekomendasi auditor internal
Apabila dalam audit ditemuakn adanya kelemahan atau penyimpangan,
auditor internal harus memberi rekomendasi perbaikan.
6. Tanggapan auditee
Auditee harus diberikan kesempatan untuk memberi tanggapn atas temuan
audit yang dapat berupa pembenaran/ persetujuan, atas keberatan dan
alasannya.
7. Hasil pengecekan komitmen auditee
Dalam hasil laporan harus dikemukakan hasil pengecekan atas pelaksanaan
komitmen auditee atas audit sebelumnya yang belum dapat dilaksanakan.
Dalam hal suatu informasi audit bersifata sangat terbatas dan tidak dapat dicantumkan
dalam laporan hasil audit, maka informasi tersebut dilaporakan secara khusus kepada
4
direktur utama dan dewan komisaris serta direktur kepatuhan sesuai dengan tingkat
inforamsi khusust ersebut.
Penyampaian laporan
1. Laporan audit internal harus disampaikan oleh CAE kepada direktur utama,
Dewan Komisaris, Direktur Kepatuhan dan auditee dapat diketahui dan
ditindaklanjuti.
2. Direktur Utama dan Dewan Komisaris menyampaikan laporan pelaksanaan
dan pokok-pokok hasil audit intern kepada bank sentral.
3. Jika terdapat temuan audit intern yang diperkirakan dapat mengganggu
kelangsungan usaha bank, Direktur Utama dan Dewan Komisaris harus segera
melaporkannya kepada bank setral.
4. Penyampaian laporan kepada pihak ketiga, selain untuk memenuhi kewajiban
hokum dan regulasi m, mak CAE harus mempertimbangkan adanya potensial
risiko bagi perusahaan dan telah berkonsultasi dengan majaneman senior
maupun bagianlegal perusahaan serta telah melakukan pembatasan terhadap
pemakaian laporan hasil audit.
5
Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat
diketahui perkembangannya dan dapat diingatkan kepada auditee apabila
auditee belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau
sampai batas waktu yang dijanjikan, termasuk memastikan bahwa
rekomendasi yang membutuhkan tindak lanjut segera, selalu diawasi sampai
dengan rekomendasi tersebut selesai.
Teknik yang digunakan untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut:
a. Rekomendasi diberikan kepada manajemen yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan tindak lanjut.
b. Selalu mendapatkan progress tindakl lanjut secara periodic dari
manajemen untuk mengevaluasi status implementasi rekomendasi
c. Mendapatkan informs dari unit lain yang bertanggungjawab
menindaklanjuti.
d. Melaporkan kepada manajemen senior atau BOD mengenai status tindak
lanjut rekomendasi audit.
6
Analisis penyebab belum direalisaiskannya tindak lanjut perbaikan atas hasil
audit sesuai dengan komitmen, perlu dilakukan. Fatkor yang diperhatikan
dalam menganalisis sebagai berikut:
a. tingkat signifikaan dari laporan hasil audit
b. besaran upaya dan biaya yang diperlukan untuk melakukan tindakan lanjut
perbaikan.
c. Tingkat kesuliatan atas tindak lanjut perbaikan
d. Jangka waktu yang digunakan.
Hasil analisis atas tidak dipenuhinya komitmen manajemen dan/atau auditee
dalam bentuk realisasi tindak lanjut hasil audit, harus dikomunikasikan
dengan pihak manajemen dan/atau auditee. Tujuan komunikasi untuk
bersama-sama mencari solusi pelaksanaan tindak lanjut perbaikan atas
masalah tersebut.
Hal-hal terkait pemantauan tindak lanjut yang perlu pendapat perhatian
adalah:
1. Prosedur pemantauan
Adalah pandauan berisi standar kerja dari kegiatan memantau tindak lanjut
hasil audit, mengatur tahapan kerja yang harus dilakukan kegiatan ini.
2. Ringkasan eksekutif
Adalah bentuk laporan ringkas kepada direktur utama, dewan komisaris
maupun manajemen berisi hal-hal sangat penting dari hasil audit yang
memerlukan perhatian khusus untuk segera ditindak lanjuti karena
dikategorikan tinggi tingkat risikonya.
3. Jadwal memantau hasil audit
Memantau hasil audit dilakuakan secara berkesinambungan dalam periode
tertentu, yang berawal dari tanggal diterbitkannya laporan hasil
pemeriksaan.
4. Sumber daya pelaksanaan memantau hasil audit
Sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
memantau hasil audit ditujuk khusus untuk melaksanakan fugi
pemantauan offsite.
5. Kebijakan dan prosedur memantau hasil audit
Memantau hasil audite dengan cara:
a. Mewajibkan pelaporan status tindak lanjut dari auditee secara berkala
7
b. Enfarcement secara berkal atas upaya tindak lanjut yang dilakuakn
auditee
c. Membuat laporan berkala atas hasil tindak lanjut seluruh temuan.
Contoh kasus
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menaruh perhatian pada sektor – sektor
strategis guna mencegah terjadinya praktik korupsi. Salah satu sektor strategis yang
difokuskan yakni tata kelola energi listrik nasional dimana KPK bersinergi dengan
berbagai pihak untuk mewujudkan tata kelola yang bebas dari korupsi. Salah satu
yang dilakukan KPK yakni dengan menggelar koordinasi dengan Kementerian
ESDM, Kementerian BUMN, PT PLN (Persero) dan civil society seperti
Transparency International Indonesia (TII) bertajuk “ Memperkuat Tata Kelola Listrik
Nasional ” di Gedung KPK, Jakarta, pada Kamis (26/1). Dalam kesempatan itu,
dihadiri empat Pimpinan KPK, Laode M. Syarief, Alexander Marwata, Basaria
Panjaitan, dan Saut Situmorang; Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM
Jarman, dan Dirut PLN Sofian Basyir.
Wakil Ketua KPK Laode M. Syarief mengatakan, energi listrik merupakan salah satu
faktor yang sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa. Jika di sektor strategis
ini digerogoti oleh praktik korupsi sudah jelas pembangunan nasional akan terhambat.
“ Pertemuan ini berupaya mensinergikan program dan kegiatan berbagai stakeholder,
contohnya, integrasi berbagai regulasi dan kebijakan pemerintah terkait ketenaga
listrikan ”, ungkap Syarief. Ia menambahkan, KPK melakukan fungsi monitoringnya
dan mendorong
2 | Mitigasi Resiko Audit by Agung Widiyarti
semua pihak terkait untuk melakukan pembenahan. “ Dalam upaya pencegahan
korupsi, dipandang perlu untuk mengadakan pertemuan stakeholder kunci untuk
mengkoordinasikan solusi terhadap permasalahan – permasalahan yang ada secara
konkrit ”, katanya.
8
Sementara itu, Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengapresiasi langkah KPK
menaruh perhatian dalam sektor kelistrikan ini, dan pihaknya berkomitmen untuk
melakukan pembenahan. “ Demi membangun sistem kontrol yang lebih baik, kami
sangat senang berkoordinasi dengan KPK yang sangat mendukung rencana – rencana
untuk pengamanan, dan bagaimana bahwa korupsi dan gratifikasi itu bisa diamankan
dalam proyek – proyek PLN ”, ujar Sofyan.
Pencegahan korupsi pada sektor kelistrikan perlu dilakukan dengan cara, antara lain,
memetakan titik rawan korupsi dan mengidentifikasikan risiko fraud. Di sisi lain,
upaya pencegahan korupsi memerlukan peran serta berbagai stakeholder yang terlibat
dalam sektor ini.
Dari uraian kasus diatas, KPK mengajak pencegah dini terhadap penyalahgunaan
yang akan terjadi pada sektor Tata Kelola Energi Listrik Nasional. Karena energi
listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pembangunan suatu
bangsa. Jika di sektor strategis ini digerogoti oleh praktik korupsi sudah jelas
pembangunan nasional akan terhambat.
Manajemen Resiko
Perlunya Manajemen Resiko untuk mengatasi terjadinya penyalahgunaan dilapangan.
Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara – cara yang digunakan
manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya
risiko. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur dan
menangani risiko – risiko yang dihadapi perusahaan. Tampubolon (2004)
mendefinisikan manajemen risiko sebagai paradigma baru berupa tata kelola
organisasi yang tidak bersifat statis (lentur) agar mampu menanggapi risiko usaha
yang terus berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi. Djohanputro (2004),
mendefinisikan manajemen risiko korporat terintegrasi merupakan proses terstruktur
dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan
alternatif penanganan risiko dan dalam memonitor serta mengendalikan penanganan
risiko tersebut.
3 | Mitigasi Resiko Audit by Agung Widiyarti
9
Siklus Manajemen Risiko
Pada pertemuan diatas dibahas Pencegahan korupsi pada sektor kelistrikan perlu
dilakukan dengan cara, antara lain, memetakan titik rawan korupsi dan
mengidentifikasikan risiko fraud. Di sisi lain, upaya pencegahan korupsi memerlukan
peran serta berbagai stakeholder yang terlibat dalam sektor ini.
Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai
dengan Gambar berikut :.
Tahap 1. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah dengan melakukan analisis
pihak berkepentigan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari
McKenzie, yaitu shared value, strategy, structure, staff, skills, system dan style.
Tahap 2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko.
Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai atau eksposure yang rentan
terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko terjadi.
Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya.
Tahap 3. Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas disebabkan karena keterbatasan
sumber daya untuk menghadapi semua risiko. Pemetaan bertujuan untuk memilih
risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai
perusahaan bila dikelola.
4 | Mitigasi Resiko Audit by Agung Widiyarti
Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko
Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa pengelolaan
risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi
pengelolaan.
Tahap 5. Monitor dan Pengendalian
10
Monitor dan pengendalian penting dilaksanakan karena :
1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan
sesuai dengan rencana.
2. Manajemen perlu memastikan model pengelolaan risiko cukup efektif, artinya
model yang diterapkan sesuai dan mencapai tujuan pengelolaan risiko.
3. Risiko itu sendiri berkembang. Monitor dan pengendalian bertujuan untuk
memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil
risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada
perubahan prioritas risiko
Hasil dari pembahasan yang terjadi antara pihak KPK dengan pihak terkait mengenai
Tata Kelola Energi Listrik Negara dapat disimpulkan bahwa Listrik merupakan
Energi vital bagi kehidupan rakyat disuatu negara khususnya di Indonesia dengan
berbagai masalah yang akan terjadi jika tidak diawasi sejak dini.
Permasalahan yang akan timbul dari Tata Kelola Energi Listrik, antara lain :
1. Pengelolaan sumber daya Energ Listrik ini rentan akan penyalahgunaan diberbagai
sektor jika tidak dilakukan pengendalian intern sejak dini.
2. Bentuk penyelewengan yang akan terjadi dari sektor energi listrik ini misalnya,
Penyelewengan dalam bentuk pengadaan anggaran dana dalam semua proyek –
proyek PLN.
3. Adanya “ permainan “ terorganisir dalam hal integrasi berbagai regulasi dan
kebijakan pemerintah terkait ketenaga listrikan.
4. Dalam hal pembangunan penyaluran Listrik tidak merata di setiap daerah.
5 | Mitigasi Resiko Audit by Agung Widiyarti
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan hasil audit sekurang-kurangnya harus memenuhi standar :Laporan harus
tertulis, laporan diuraikan secara singkat dan mudah dipahami, laporan harus
didukung kertas kerja yang memadai, laporan harus objektif, laporan harus
konstruktif, laporan harus ditandatangani oleh auditee intern dan/atau CAE,
laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu, laporan dituangkan secara
sistematis.
Proses penyusunan laporan ; Kompliasi dan temuan audit, Konfirmasi dengan
audit, diskusi dengan CAE, diskusi dengan auditee, review laporan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Eko. Sawitri, Peni. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Universitas Gunadarma
13