Anda di halaman 1dari 11

85 - 95

Dinamika Kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)


di Indonesia
Eko Aristanto, Umu Khouroh*, Christina Sri Ratnaningsih
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Merdeka Malang, Indonesia
*umu.khouroh@unmer.ac.id

Abstract
This study aims to: 1) analyze the development of regulations, governance and the
Kredit Usaha Rakyat scheme; 2) analyzes interest subsidy policies in the Kredit
Usaha Rakyat Program; and 3) analyze the development and performance of the
distribution of the Kredit Usaha Rakyat Program. This type of research used
associative descriptive research with research indicators are regulations, interest
rates, realization and debtors on the distribution of the Kredit Usaha Rakyat
Program. The research period is conducted from 2008 to 2019 with observations
on banks channeling Kredit Usaha Rakyat Program. The results of the study
explained that during the period 2008 to 2019 there were 37 regulations governing
the governance of the Kredit Usaha Rakyat Program, there was a change in
management from a credit guarantee scheme to an interest subsidy scheme that
had an impact on reducing interest rates, increasing the realization of the
distribution and debtors of the Kredit Usaha Rakyat.

Keywords: Interest Subsidy Policies, KUR Debtors, KUR Distribution Realization

PENDAHULUAN orang, serta memiliki kontribusi terhadap


Keberadaan Undang-Undang No. 20 Produk Domestik Bruto sebesar 42,85 % pada
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan tahun 2018. Dalam struktur ekonomi
Menengah memberikan penegasan kepada menunjukkan dominasi kegiatan ekonomi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dilakukan pelaku usaha mikro dan kecil
untuk mengambil peran dalam pemberdayaan mencapai 99,89 % (Aristanto, 2020).
usaha mikro dan kecil melalui penyediaan Dibalik potensi dan kontribusi pelaku
pembiayaan sesuai dengan ketentuan usaha mikro dan kecil dalam perekonomian,
peraturan perundangan (Taufik, 2017). terdapat berbagai kendala yang sedang
Melalui Undang-Undang tersebut dihadapi oleh pelaku usaha mikro dan kecil.
menunjukan pemerintah memiliki perhatian Penelitian Dewayanti & Chotim (2004)
yang tinggi terhadap pemberdayaan usaha menjelaskan beberapa kondisi penyebab
mikro dan kecil mendasar pada kondisi bahwa kurang berkembang optimalnya pelaku usaha
usaha mikro dan kecil secara nyata mikro dan kecil , diantaranya adalah: 1)
berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. kesulitan menembus pasar, 2) kelemahan
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan dalam pengelolaan dan pengembangan usaha,
UKM pada tahun 2018 menunjukan jumlah dan 3) keterbatasan akses sumber pembiayaan
pelaku usaha mikro dan kecil sejumlah dari lembaga keuangan formal. Hal senada
64.133.354 pelaku usaha dengan kemampuan disampaikan Rachmawati dkk., (2019) bahwa
menyerap tenaga kerja sejumlah 112.757.796 permodalan merupakan elemen penting

85
86

dalam kegiatan dan keberlanjutan usaha. Hal berbagai perubahan kebijakan yang dilakukan
tersebut dikuatkan bahwa pelaku usaha mikro pemerintah sesuai arah kebijakan
dan kecil seringkali terkendala kurangnya pemberdayaa usaha mikro dan kecil. Berbagai
dana dalam mengembangan usaha (Reid, A.; perubahan tersebut menyentuh berbagai
Nightingale, P., 2011). Dalam berbagai kajian aspek kebijakan yang bersifat mendasar
menunjukkan keterbatasan pendanaan usaha meliputi perubahan skema penyaluran Kredit
dan akses permodalan menjadi faktor Usaha Rakyat, perluasan cakupan penerima
penghambat tumbuh dan berkembang pelaku program Kredit Usaha Rakyat, perluasan
usaha mikro dan kecil secara memadai lembaga penyalur Program Kredit Usaha
(Penrose, 1959; Murray dkk., 2012; Rakyat. Upaya perluasan juga dilakukan
Smolarski & Kut, 2011; Venckuviene & dengan mendorong peran aktif pemerintah
Snieska, 2014). daerah untuk melakukan berbagai fasilitasi
Berbagai kondisi yang dihadapi dalam upaya optimalisasi penyaluran Kredit
pelaku usaha mikro dan kecil mendorong Usaha Rakyat (Aristanto, 2019b). Berbagai
pemerintah untuk menyusun paket kebijakan upaya tersebut di atas, tentunya
yang fokus pada peningkatan akses pelaku mengakibatkan perubahan dan dinamika
usaha mikro dan kecil pada sumber dalam proses penyaluran Program Kredit
pembiayaan. Melalui Instruksi Presiden Usaha Rakyat. Mendasarkan pada kondisi
Nomor 6 Tahun 2007 perlu melaksanakan tersebut di atas, maka penelitian melakukan:
upaya percepatan pengembangan sektor riil 1) menganalisis regulasi, tata kelola dan
dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil skema Kredit Usaha Rakyat, 2) menganalisis
dengan salah satu kebijakan yang berorientasi kebijakan subsidi bunga pada Program Kredit
pada peningkatan akses pelaku usaha mikro Usaha Rakyat, dan 3) menganalisis kinerja
dan kecil pada sumber pembiayaan terdapat 3 penyaluran Program Kredit Usaha Rakyat.
(tiga) komponen kebijakan yang yang akan
dicapai, yaitu : 1) meningkatkan akses sumber METODE
pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil, 2) Jenis dan Pendekatan Penelitian
memperkuat sistem penjaminan kredit bagi Metode penelitian yang digunakan
usaha mikro dan kecil, dan 3) penelitian deskriptif dengan pendekatan
mengoptimalkan pemanfaatan dana non kualitatif dan kuantitatif. Melalui metode
perbankan (Sugiarso, 2018). penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan
Melalui Inpres tersebut, Pemerintah dan menganalisis berbagai dinamika
pada bulan November 2007 meluncurkan pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat.
Program Kredit Usaha Rakyat sebagai respon Fokus penelitian lebih menekankan pada
terhadap persoalan akses permodalan yang aspek regulasi dan tata kelola, perubahan
dialami sebagian besar pelaku usaha mikro kebijakan suku bunga dan perkembangan
dan kecil. Program ini diperuntukkan bagi penyaluran Program Kredit Usaha Rakyat
pelaku usaha mikro dan kecil dalam bentuk secara nasional.
akses permodalan dengan penjaminan.
Dengan skema penjaminan kredit pada Teknik Pengumpulan Data
Program Kredit Usaha Rakyat memberikan Data penelitian digunakan berupa data
kemudahan akses pelaku usaha mikro dan kurun waktu (time series) dan data antar
kecil yang telah feasible namun belum pengamatan (cross section) berdasarkan data
bankable (Windhyastiti dkk., 2013) laporan penyaluran Program Kredit Usaha
Pada awal pelaksanaan Program Rakyat yang telah disalurkan oleh perbankan
Kredit Usaha Rakyat merupakan bagian dan lembaga pembiayaan. Data Penelitian
kebijakan yang pro terhadap kemiskinan (pro bersumber dari laporan Bank Penyalur Kredit
poor), dengan mendorong perluasan askes Usaha Rakyat selama periode 2008 s.d. 2019.
permodalan pada lembaga keuangan fomal. Adapun variabel dan skala pengukuran dalam
Dalam perjalanan program ini, mengalami penelitian ini meliputi :
87

Tabel 1.Variabel dan Skala Penelitian untuk melaksanakan program Kredit Usaha
No Variabel Skala Rakyat.
1 Regulasi dan Aturan Program Rasio
Kredit Usaha Rakyat Tabel 2. Para Pihak Pelaksana Program Kredit
2 Tingkat Suku Bunga Kredit Rasio Usaha Rakyat
Usaha Rakyat No Para Pihak Pelaksana
3 Realisasi Penyaluran Kredit Rasio 1. Pemerintah
Usaha Rakyat a) Kementerian Negara Koperasi dan
4 Debitur Kredit Usaha Rakyat Rasio UKM,
b) Kementerian Keuangan,
Metode pengumpulan data c) Kementerian Pertanian,
mengunakan : 1) studi literatur dari berbagai d) Kementerian Kehutanan,
peraturan, pedoman pelaksanaan program, e) Kementerian Kelautan dan
berbagai kajian dari Kementerian/Lembaga, Perikanan,
2) survei perkembangan terhadap penyaluran f) Kementerian Perindustrian
dan kinerja Kredit Usaha Rakyat, dan 3) 2. Perbankan
melakukan diskusi dan pendalaman program a) Bank BRI,
b) Bank Mandiri,
dengan Komite Kebijakan Kredit Usaha c) Bank BNI,
Rakyat. d) Bank BTN,
e) Bank Bukopin dan
Analisis Data f) Bank Syariah Mandiri
Metode analisis data penelitian 3. Lembaga Penjamin
mengunakan analisis deskriptif kuantitatif a) Perum Sarana Pengembangan
dapat berupa tabel dan grafik dan kualitatif Usaha
berupa penjelasan terhadap berbagai b) PT. Asuransi Kredit Indonesia
informasi dan data terkait dengan kebijakan Sumber : Data Sekunder, Diolah (2020)
program Kredit Usaha Rakyat. Analisis data
mengunakan analisis kecenderungan (trends), Pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha
pengujian test of homogeneity of variances Rakyat (KUR) pada awal pelaksanaan
dan pengujian one way anova. program secara umum terdapat beberapa
prioritas kebijakan meliputi : 1) Lembaga
HASIL DAN PEMBAHASAN Penyalur Kredit Usaha Rakyat adalah Bank
Dinamika Perkembangan Regulasi, Tata BUMN, dengan mempertimbangkan aspek
Kelola dan Skema Kredit Usaha Rakyat kehati-hatian pelaksanaan program dan fungsi
Berlandaskan pada Instruksi Presiden strategis yang melekat pada Bank BUMN;
No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan 2) Kebijakan penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan (KUR) mengunakan Skema Penjaminan
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Kredit; 3) Kredit Usaha Rakyat yang
Menengah pada bulan November 2007 disalurkan meliputi: a) KUR Mikro dengan
dimulai pelaksanaan Program Kredit Usaha ketentuan plafond kredit maksimal Rp 5 juta,
Rakyat. Sebagai landasan teknis pelaksanaan b) KUR Ritel dengan ketentuan plafond
Program Kredit Usaha Rakyat dituangkan kredit maksimal mencapai Rp500 juta; dan
dalam Nota Kesepahaman Bersama 4) Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
(Memorandum of Understanding /MoU) mengunakan 2 (dua) pola antara lain: a) Pola
antara Pemerintah, Lembaga Penjaminan dan penyaluran langsung kepada Individu (End
Perbankan pada tanggal 9 Oktober 2007 User), b) Pola penyaluran tidak langsung
tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan melalui Linkage Program.
kepada UMKM dan Koperasi. Seiring perjalanan pelaksanaan
Penandatanganan MoU menjadi komitmen penyaluran Program Kredit Usaha Rakyat
pemerintah, perbankan dan lembaga penjamin terdapat beberapa perubahan dan perbaikan
88

regulasi dalam pelaksanaannya, meliputi: 1) Tabel 4. Peraturan Skema Kredit Usaha Rakyat
Penambahan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai 2007 s.d. 2019
(KUR) yang disalurkan yaitu: a) KUR Tenaga Skema Program Kredit Usaha
Rakyat
Kerja Indonesia sesuai dengan Inpres No. 1 No
Jenis Peraturan
Penjaminan Subsidi Bunga
Jumlah

Tahun 2010. KUR-TKI digunakan untuk 1 Peraturan Presiden


(2007-2014) ( 2015- Sekarang)
1 - 1
membantu pembiayaan proses administrasi 2 Instruksi Presiden 3 - 3
3 Peraturan Menteri 2 12 15
proses penempatan kerja di luar negeri, b) 4 Keputusan Menteri 6 8 14
5 Surat Edaran Menteri - 1 1
KUR Khusus sesuai Peraturan Menteri 6 Nota Kesepahaman
Koordinator Bidang Perekonomian No 11 (MoU) 4 - 4
Jumlah 16 21 37
Tahun 2017 yang menjelaskan bahwa KUR Sumber : Analisis Data (diolah), 2020
Khusus diperuntukkan bagi kelompok usaha
perkebunan rakyat, peternakan rakyat dan Dalam pelaksanaan Program Kredit
perikanan rakyat, c) KUR Pariwisata sesaui Usaha Rakyat selama periode 2007 s.d. 2019
dengan Peraturan Menteri Koordinator terdapat 37 peraturan mulai setingkat
Bidang Perekonomian No 8 Tahun 2018 yang Peraturan Presiden sampai dengan Surat
diperuntukan bagi pelaku usaha di bidang Edaran Menteri yang bersifat memperbaiki
pariwisata; dan 2) Perubahan Skema dan melengkapi tata kelola kebijakan
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang semula Program Kredit Usaha Rakyat (tabel 4). Hal
mengunakan Skema Penjaminan Kredit, tersebut menunjukkan tingkat kehati-hatian
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor pemerintah dalam melakukan intervensi
146/PMK.05/2015 dilakukan perubahan kebijakan pemberdayaan usaha mikro dan
dengan mengunakan Skema Subsidi Bunga; kecil dan sekaligus konsisten kebijakan yang
3) Perluasan jangkauan penyaluran Kredit berpihak pada pelaku usaha mikro dan kecil.
Usaha Rakyat secara nasional ditingkatkan Di samping itu, berbagai perubahan peraturan
dengan mengandeng lembaga penyalur Kredit tersebut pada akhirnya mendorong tata kelola
Usaha Rakyat dengan pelibatan 10 Bank kebijakan Program Kredit Usaha Rakyat
Swasta Nasional, 21 Bank Pembangunan berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai dan
Daerah, 5 Lembaga Pembiayaan dan 4 memberikan dampak positip bagi
Koperasi dengan melibatkan 11 lembaga peningkatan kegiatan ekonomi para pelaku
penjamin. Penambahan jumlah lembaga usaha mikro dan kecil.
penyalur Kredit Usaha Rakyat tersebut sangat
memperhatikan kelompok sasaran sektor Rasionalitas Pilihan Kebijakan Subsidi
ekonomi yang dibiayai dan karakteristik Bunga pada Program Kredit Usaha
usaha pelaku usaha mikro dan kecil di Rakyat
wilayah perkotaan dan perdesaan. Pemerintah terus mendorong
pengembagan usaha mikro dan kecil, melalui
Tabel 3. Skema, Plafon Pinjaman dan Suku Bunga
kebijakan dan program yang bersifat financial
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
asistance maupun technical assistance
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Keterangan
2007 2012 2018 (Khouroh dkk., 2019). Dalam penelitian ini
Skema Penjaminan Kredit Penjaminan Kredit Subsidi Bunga
Plafon Pinjaman konteks pemberdayaan usaha mikro, kecil dan
 KUR Mikro  Rp1 juta s.d.  Rp5 juta s.d.  Maks Rp25 juta
Rp5 juta Rp20 juta  Diatas Rp25 juta s.d. menegah berfokus pada perluasan akses
 KUR Ritel  Rp5 juta s.d.  Rp20 juta s.d. Rp500 juta
 KUR TKI Rp500 juta Rp500 juta  Maks Rp25 juta pelaku usaha mikro dan kecil pada lembaga
 KUR Khusus  Diatas Rp. 25 juta s.d.
Rp500 juta keuangan, melalui beberapa skim kredit
Suku Bunga
 KUR Mikro  24% p.a  22% p.a  7% efektif pertahun program (Aristanto, 2019a). Adapun skema
(Subsidi Bunga 10,5%)
 KUR Ritel  16% p.a  14% p.a  7% efektif pertahun
(Subsidi Bunga 5,5%)
kredit program yang diimplementasikan,
 KUR TKI  7% efektif pertahun
(Subsidi Bunga 14%)
melalui pelaksanaan Program Kredit Usaha
 KUR Khusus  7% efektif pertahun
(Subsidi Bunga 5,5%)
Rakyat. Dimana dalam kebijakan kredit
Sumber : Data Sekunder (diolah), 2020 program, menurut Hermanto (1992)
intervensi pemerintah dilakukan melalui
subsidi, diantaranya adalah: 1) subsidi
89

terhadap tingkat suku bunga (subdisi bunga), pasar dan risiko moral hazard dan risiko
2) subsidi terhadap biaya risiko kegagalan default yang dimiliki oleh debitur.
kredit (penjamiman kredit), dan 3) subsidi Evaluasi terhadap pelaksanaan
pada biaya administrasi pengelolaan kredit. Program Kredit Usaha Rakyat mengunakan
Periode awal penyaluran Program skema penjaminan kredit dari berbagai kajian
Kredit Usaha Rakyat mulai tahun 2007 s.d. yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
2013 sesuai dengan Nota Kesepahaman terdapat beberapa kelemahan di lapangan
Bersama (Memorandum of Understanding menurut Ika (2014) terdapat indikasi
/MoU) antara Pemerintah, Lembaga ketidaktepatan sasaran pada debitur penerima
Penjaminan dan Perbankan menunjukkan Program Kredit Usaha Rakyat yang
penyaluran Program Kredit Usaha Rakyat ditunjukkan dengan adanya agunan tambahan
mengunakan skema penjaminan kredit. yang diminta bank pelaksana. Artinya pelaku
Melalui skema ini pemerintah memberikan usaha mikro dan kecil yang menerima
penjaminan sebesar 70% s.d. 80% dari risiko Program Kredit Usaha Rakyat adalah nasabah
kredit yang melalui perusahaan penjamin. yang feasible dan bankable. Di samping itu
Secara teori penjaminan kredit dimaknai menilai akuntabilitas penyaluran Program
sebagai pemberian pengamanan terhadap Kredit Usaha Rakyat kurang akuntabel.
pengembalian kredit yang telah disalurkan Beberapa evaluasi yang dilakukan
perbankan, yang pada kondisi kenormalan yang berkaitan dengan Program Kredit Usaha
pelaku usaha tersebut tidak memiliki akses Rakyat dengan skema penjaminan kredit
terhadap kredit (Rini & Aristanto, 2019). menunjukkan bahwa terdapat beberapa
Dasar pertimbangan pemberlakuan kelemahan, dan memberikan rekomendasi
skema penjamin pada Program Kredit Usaha untuk melakukan pemberhentian Imbal Jasa
Rakyat bahwa calon debitur yang feasible Penjaminan (IJP) dan Penyertaan Modal
namun unbankable, dengan kata lain para Negara (PMN) kepada BUMN penjamin
debitur mampu melakukan pembayaran kredit, sambil melakukan perbaikan ketepatan
pinjaman namun tidak mampu memenuhi kelompok sasaran Program Kredit Usaha
persyaratan jaminan yang dipersyaratkan oleh Rakyat (Ika dkk., 2016). Hal tersebut
bank. Hal tersebut senada dengan Alvaro mendorong pemikiran untuk melakukan
(2001) bahwa tujuan penerapan penjaminan koreksi terhadap skema penjaminan kredit
kredit adalah untuk mendorong perbankan yang sedang berjalan dan mendorong
lebih memiliki kekeluasan dalam penyaluran menerapkan Skema Subsidi Bunga. Dalam
kredit bagi pelaku usaha. konteks ekonomi makro, subsidi pada
Skema penjaminan ada Program hakekatnya merupakan bentuk instrumen
Kredit Usaha Rakyat diawal periode fiskal yang dilaksanakan oleh pemerintah
penyalurannya, menurut Aziz & Wicaksono dalam aktivitas ekonomi guna meningkatkan
(2016) memberikan keuntungan bagi kesejahteraan masyarakat secara adil dan
beberapa pihak yaitu : 1) pelaku usaha mikro merata (Yustika, 2008). Namun penyaluran
dan kecil berupa keringanan penyediaan program Kredit Usaha Rakyat menjelaskan
persyaratan jaminan kredit yang harus Skema Subsidi Bunga diambil pemerintah
dipenuhi, 2) pihak perbankan memiliki adalah bentuk intervensi pemerintah yang
keyakinan dalam penyaluran Kredit Usaha mendorong agar biaya bunga yang di bayar
Rakyat, dan 3) pemerintah terhindar dari pelaku usaha mikro dan kecil lebih murah,
risiko fiskal atas fluktuasi tingkat suku bunga sehingga membantu pelaku usaha
pasar, menginggat pemerintah hanya meningkatkan ruang gerak dalam kegiata
memberikan subdisi ada imbal jasa usahanya dan sekaligus mendorong
penjaminan. Namun juga terdapat kelemahan keberlanjutan dalam kegiatan usaha.
pada skema penjaminan kredit pelaku
membayar suku bunga sesuai dengan harga
90

Tabel 5. Perubahan Skema Kredit Usaha Rakyat Usaha Rakyat, maka penyaluran Program
(KUR) mulai 2007 s.d. 2019 Kredit Usaha Rakyat selanjutnya
2007-2014
Evolusi Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2015 2017 2018
mengunakan skema subsidi bunga.
 Skema Imbal Jasa
Penjaminan (IJP) :
 Skema Subsidi
Bunga : 12%
 Skema Subsidi
Bunga : 9%
 Skema Subsidi
Bunga : 7%
Pelaksanaan kegiatan penyaluran Program
3.25%
 33 Bank Pelaksana,
 7 Bank Pelaksana,
2 Perusahaan
 34 Bank Pelaksana,
4 Perusahaan
 41 Penyalur, 11
Perusahaan
Kredit Usaha Rakyat dengan skema subsidi
4 Perusahaan
Penjamin
Penjamin
 Total Penyaluran
Penjamin, 2 KSP, 10
Penjamin
Penjamin, 14
Pemerintah bunga ini mendorong suku bunga kredit usaha
 Total Penyaluran per Desember 2015  Total penyaluran per  Target penyaluran
Rp178 triliun sebesar Rp22,75 Desember 2017 Rp120 triliun Rakyat mengalami penurunan yang cukup
dengan 12,5 juta triliun dengan 1 sebesar Rp96,7
akad kredit juta akad kredit triliun dengan 4 juta signifikan (tabel 6) yang awalnya pada tahun
 NPL = 3.3% (75,9% dari target) debitur (90,7% dari
target) 2007 tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat
Sumber : Data Sekunder (diolah), 2020 sebesar 24% pertahun mengalami penurunan
pada tahun 2015 sebesar 12% dan selanjutnya
Tabel 6. Analisis Kecenderungan Tingkat Suku suku bunga Kredit Usaha Rakyat mengalami
Bunga KUR Periode 2007 sd. 2019 (Metode penurunan kembali pada tahun 2018 menjadi
Ordinary Least Square)
7%.
Indikator Suku Bunga* Melalui skema subsidi bunga
Jumlah SB KUR : 12 memberikan berbagai keuntungan dalam
SB KUR Terendah : 0,07 bentuk keringanan bagi debitur dalam
SB KUR Tertinggi : 0,24 memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan
Range SB KUR : 0,17 bagi pelaku usaha mikro dan kecil yang relatif
Rerata SB KUR : 0,17 baru memulai usaha sangat menguntungkan.
SB KUR di Bawah Rerata : 5
Menginggat risiko default yang ditanggung
SB KUR di Atas Rerata : 7
Standar Deviasi SB KUR : 0,07279
perbankan sehingga perbankan juga selektif
Sumber : Analisis Data, 2020 dalam prinsip kehati-hatian penyaluran kredit.
Keterangan : *) Suku Bunga Skema Kredit Usaha Namun perubahan skema ini juga akan
Rakyat Mikro meningkatkan risiko fiskal yang dihadapi
pemerintah yang diakibatkan fluktuasi tingkat
suku bunga pasar. Namun pilihan tersebut
tetap harus diambil pemerintah sebagai
bagian komitmen untuk perluasan akses
pelaku usaha mikro dan kecil terhadap
permodalan pada lembaga keuangan dan
lembaga pembiayaan.

Perkembangan dan Kinerja Penyaluran


Program Kredit Usaha Rakyat
Gambar 1 : Analisis Kecenderungan Tingkat Pelaksanaan Program Kredit Usaha
Suku Bunga KUR Rakyat telah berjalan selama 12 tahun
Sumber : Analisis Data, 2020 semenjak diluncurkan pemerintah pada
Keterangan : Suku Bunga Skema Kredit Usaha Rakyat November 2007. Dalam pelaksanaannya
Mikro dipantau dengan seksama oleh Kementerian
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Implementasi kebijakan skema selaku leading sector dari program tersebut
subsidi bunga pada Program Kredit Usaha dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Rakyat dapat mengurangi risiko kegagalan kebijakan tersebut di bawah Komite
penyaluran kredit bagi bank pelaksana, Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro
dengan jaminan pembayaran subsidi bunga dan Kecil (Komite KUR). Pada tahun 2008-
oleh pemerintah (Widhiyanto dkk., 2017). 2010 terdapat 6 Bank Penyalur Kredit Usaha
Melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor Rakyat mampu menyalurkan Kredit Usaha
146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Rakyat sebesar Rp 41.181 miliar dengan
Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit jumlah debitur sebanyak 4.146.643 pelaku
91

usaha mikro, kecil dan menengah.


Selanjutnya pada periode 2011 s.d. 2014
terdapat 33 Bank Penyalur Kredit Usaha
Rakyat mampu menyalurkan Kredit Usaha
Rakyat sebesar Rp 144.484 miliar dengan
jumlah debitur sebanyak 8.662.850 pelaku
usaha mikro, kecil dan menengah. Periode
2008 s.d. 2014, penyaluran Kredit Usaha
Rakyat mengunakan Skema Penjaminan
Kredit mampu menyalurkan sebanyak Rp
186.295 miliar dengan jumlah 12.809.493
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Gambar 2 : Analisis Kecenderungan Realisasi
Penyaluran KUR
Sedangkan pada periode 2015 s.d. 2019 Sumber : Analisis Data, 2020
penyaluran Kredit Usaha Rakyat mengunakan
Skema Subsidi Bunga mampu menyalurkan Tabel 8. Analisis Kecenderungan Debitur KUR
sebanyak Rp 476.338 Miliar dengan jumlah Periode 2008 s.d. 2019 (Metode Ordinary Least
18.623.137 pelaku usaha mikro, kecil dan Square)
menengah. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Indikator Debitur KUR
mulai 2008 s.d. 2019 menunjukkan
Jumlah Debitur KUR : 12
kecenderungan (trends) yang meningkat baik
Debitur KUR Terendah : 1.103.663
sisi realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat Debitur KUR Tertinggi : 4.729.876
secara rata-rata mengalami peningkatan Range Debitur KUR : 3.726.213
42,85% per tahun (lihat tabel 7), sedangkan Rerata Debitur KUR : 2.619.385,8
untuk debitur penerima Kredit Usaha Rakyat Debitur KUR di Bawah
menunjukkan kecenderungan (trends) yang Rerata : 9
meningkat secara rata-rata mengalami Debitur KUR di Atas
peningkatan 31,27% pertahun (lihat tabel 8). Rerata : 4
Dengan kecenderungan peningkatan Kredit Standar Deviasi Debitur
Usaha Rakyat yang dapat disalurkan Bank KUR : 1.394.405,4
Sumber : Analisis Data, 2020
Pelaksana KUR, menunjukkan keseriusan
Bank Pelaksana KUR dan Pemerintah untuk
mensukseskan Program Kredit Usaha Rakyat
di tahun mendatang.

Tabel 7. Analisis Kecenderungan Realisasi


Penyaluran KUR Periode 2008 s.d. 2019 (Metode
Ordinary Least Square)
Indikator Penyaluran KUR (milliar)
Jumlah Data KUR : 12
KUR Terendah : 11.475
KUR Tertinggi : 140.120
Range KUR : 128.645
Rerata KUR : 55.219,42 Gambar 3 : Analisis Kecenderungan Debitur
KUR di Bawah Rerata : 8 KUR
KUR di Atas Rerata : 4 Sumber : Analisis Data, 2020
Standar Deviasi
: 45.331,19
Penyaluran KUR
Sumber : Analisis Data, 2020
92

Tabel 9. Hasil Pengujian Test of Homogeneity of Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih
Variances kecil dari 0,05 (0,012<0,05), maka Suku
Test of Bunga KUR selama 2008 s.d. 2019 adalah
Homogeneity of berbeda. Untuk realisasi penyaluran KUR
No. Indikator Variances Kesimpulan menunjukkan tingkat signifikansi realisasi
Levene Sig (2- penyaluran KUR sebesar 0,014. Hal ini
Statistic tailed) berarti tingkat signifikansinya lebih kecil dari
1
Regulasi
2,195 0,169
Tidak 0,05 (0,014<0,05), maka realisasi penyaluran
KUR Berbeda KUR selama 2008 s.d. 2019 adalah berbeda.
2 Suku Bunga Untuk debitur KUR menunjukkan tingkat
9,525 0,012 *) Berbeda
KUR signifikansi debitur KUR sebesar 0,075. Hal
3 Realisasi ini berarti tingkat signifikansiya lebih kecil
Penyaluran 7,829 0,014 *) Berbeda
dari 0,10 (0,075>0,10), maka debitur KUR
KUR
4 Debitur selama 2008 s.d 2019 adalah berbeda.
4,653 0,075 **) Berbeda Hasil pengujian one way anova pada
KUR
Sumber : Hasil Pengolahan, 2020 tabel 10 menunjukan nilai one way anova
Keterangan : *) Signifikan di tingkat kesalahan 0,05. pada regulasi KUR menunjukkan tingkat
**) Signifikan di tingkat kesalahan 0,10. signifikansi sebesar 0,321. Hal tersebut
berarti tingkat signifikansi lebih besar dari
Tabel 10. Hasil Pengujian One Way Anova 0,05 (0,321>0,05), maka regulasi KUR
One Way Anova selama 2008 s.d. 2019 adalah tidak berbeda
No. Indikator Sig (2- Kesimpulan artinya berbagai regulasi yang di susun pada
F periode penyaluran Kredit Usaha Rakyat
tailed)
Regulasi Tidak (KUR) dengan mengunakan Skema
1 1,088 0,321
KUR Berbeda Penjaminan Kredit (2008 s.d. 2014) tidak
2 Suku Bunga memiliki perbedaan dengan regulasi yang di
171,837 0,000 *) Berbeda
KUR susun pada periode penyaluran Kredit Usaha
3 Realisasi Rakyat (KUR) dengan Skema Subsidi Bunga
Penyaluran 15,522 0,003 *) Berbeda (2015 s.d 2019). Sedangkan nilai one way
KUR
anova pada suku bunga KUR menunjukkan
4 Debitur
9,591 0,011 *) Berbeda tingkat signifikansi sebesar 0,000, dan
KUR
Sumber : Hasil Pengolahan, 2020 realisasi KUR menunjukkan tingkat
Keterangan : *) Signifikan di tingkat kesalahan 0,05. signifikansi sebesar 0,003. Hal tersebut
berarti tingkat signifikansi lebih kecil dari
Penelitian ini juga melakukan 0,05 (0,000<0,05) dan (0,003>0,05), maka
pengujian skema penyaluran Kredit Usaha suku bunga KUR dan realisasi KUR selama
Rakyat (Skema Penjaminan Kredit dan 2008 s.d. 2019 adalah berbeda, artinya
Skema Suku Bunga) terhadap Regulasi KUR, berbagai suku bunga KUR dan realisasi KUR
Suku Bunga KUR, Realisasi Penyaluran KUR pada periode penyaluran Kredit Usaha Rakyat
dan Debitur KUR. Berdasarkan tabel 9 (KUR) dengan mengunakan Skema
menunjukkan hasil tes homogenitas (test of Penjaminan Kredit (2008 s.d. 2014) memiliki
homogeneity of variace) dengan nilai statistik perbedaan dengan suku bunga KUR dan
levena (levena statistic) pada regulasi KUR realisasi KUR pada periode penyaluran Kredit
menunjukkan tingkat signifikansi regulasi Usaha Rakyat (KUR) dengan Skema Subsidi
KUR sebesar 0,169. Hal ini berarti tingkat Bunga (2015 s.d 2019). Sedangkan nilai one
signifikansinya lebih besar dari 0,05 way anova pada debitur KUR menunjukkan
(0,169>0,05), maka regulasi KUR selama tingkat signifikansi sebesar 0,011. Hal
2008 s.d. 2019 adalah tidak berbeda. Untuk tersebut berarti tingkat signifikansi lebih kecil
suku bunga KUR menunjukkan tingkat dari 0,05 (0,011<0,05), maka debitur KUR
signifikansi suku bunga KUR sebesar 0,012. selama 2008 s.d. 2019 adalah berbeda, artinya
93

berbagai debitur KUR pada periode secara nasional, 2) Penyaluran Kredit Usaha
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rakyat mengunakan Skema Subsidi Bunga
dengan mengunakan Skema Penjaminan sebagai perbaikan terhadap skema
Kredit (2008 s.d. 2014) memiliki perbedaan penjaminan kredit dengan pertimbangan
dengan debitur KUR pada periode penyaluran skema subsidi bunga memberikan berbagai
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan Skema keuntungan dalam bentuk keringanan bagi
Subsidi Bunga (2015 s.d. 2019). Hasil debitur dalam memenuhi kewajiban
pengujian menunjukan bahwa perubahan pembayaran bunga dan bagi pelaku usaha
skema penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang mikro dan kecil dan menunjukkan
semula Skema Penjaminan Kredit berubah kecenderungan (trends) suku bunga Kredit
menjadi Skema Subsidi Bunga memberikan Usaha Rakyat mengalami penurunan selama
dampak terhadap indikator Suku Bunga KUR, periode 2008 s.d 2019; 3) Realisasi
Realisasi Penyaluran KUR dan Debitur KUR penyaluran dan jumlah debitur Kredit Usaha
pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat periode Rakyat selama periode 2008 s.d 2019
2008 s.d. 2019. Hal tersebut juga didukung menunjukkan kecenderungan (trends) yang
dengan kecenderungan pada indikator suku meningkat baik sisi realisasi penyaluran
bunga KUR yang terus menurun selama Kredit Usaha Rakyat secara rata-rata
periode 2008 s.d. 2019. Dampak penurunan mengalami peningkatan 42,85% pertahun,
suku bunga KUR mendorong peningkatan sedangkan untuk debitur penerima Kredit
penyaluran KUR dan debitur KUR selama Usaha Rakyat menunjukkan kecenderungan
periode 2008 s.d 2019. Kondisi tersebut (trends) yang meningkat secara rata-rata
memberikan indikasi bahwa perubahan mengalami peningkatan 31,27% pertahun;
kebijakan suku bunga memberikan dampak dan 4) Pengujian one way anova
strategis bagi upaya perluasan akses pelaku menunjukkan bahwa perubahan skema
usaha mikro dan kecil terhadap permodalan penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang semula
lembaga keuangan formal. Dengan jumlah Skema Penjaminan Kredit berubah menjadi
sektor ekonomi yang beragam pada pelaku Skema Subsidi Bunga memberikan dampak
usaha mikro dan kecil, agar cakupan dan terhadap indikator Suku Bunga KUR,
jangkauan program Kredit Usaha Rakyat Realisasi Penyaluran KUR dan Debitur KUR
semakin besar, maka perlunya untuk terus pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat periode
mendorong penambahan jenis skema produk 2008 s.d. 2019. Menginggat potensi pelaku
Kredit Usaha Rakyat yang menyesuaikan usaha mikro dan kecil yang besar, maka
dengan karakteristik usaha mikro dan kecil. upaya perluasan akses terhadap Kredit Usaha
Namun penambahan jenis skema produk Rakyat menjadi critical point yang sangat
Kredit Usaha Rakyat tersebut, tetap mendesak untuk terus dilakukan, mengingat
memperhatikan tingkat risiko kredit dan terdapat kesenjangan antara penawaran dan
menjalankan prinsip kehati-hatian bagi bank permintaan KUR dilihat dari aspek sebaran
penyalur Kredit Usaha Rakyat. wilayah dan sektor ekonomi.

Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA


Hasil penelitian ini menjelaskan Aristanto E. (2019a). Kredit Usaha Rakyat
bahwa: 1) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR): Pilihan Kebijakan Afirmatif
selama periode 2008 s.d. 2019 terdapat 37 Mendorong Pengembangan Usaha
peraturan mulai setingkat Peraturan Presiden Mikro, Kecil dan Menengah di
sampai dengan Surat Edaran Menteri yang Indonesia. Journal of Banking and
bersifat memperbaiki dan melengkapi tata Finance, 1(1), 10–23.
kelola kebijakan Program Kredit Usaha Aristanto E. (2019b). Optimalisasi Peran
Rakyat, yang mendorong semakin Pemerintah Daerah dalam
meningkatnya perluasan jangkauan dan Mendukung Penyaluran Kredit Usaha
cakupan pada Program Kredit Usaha Rakyat Rakyat di Jawa Timur. Jurnal
94

Manajemen Dan Kewirausahaan, 7 Entrepreneurship and Management


(1),1–13. Journal, 7(1), 39–55.
https://doi.org/10.26905/jmdk.v7i1.2 https://doi.org/10.1007/s11365-009-
841 0128-1
Aristanto E. (2020). Peranan Strategis Bank Khouroh U, Windhyastiti I, & Handayani K.
Pemerintah (BUMN) dalam (2019). Peran Kebijakan Pemerintah
Pemberdayaan Pelaku dalam Memperkuat Aliansi Strategis
Usaha Mikro dan Kecil. LPPM dan Meningkatkan Daya Saing
Universitas Merdeka Malang. Ekonomi Kreatif. Jurnal Manajemen
Aziz A, & Wicaksono E. (2016). Analisis Dan Kewirausahaan, 7( 2), 205–224.
Skema Alternatif Kredit Program Navajas Ruiz Alvaro. (2001). Credit
Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Guarantee Schemes: Conceptual
Menengah. Jurnal Ekonomi Dan Frame, Financial System
Kebijakan Publik, . 7( 2), 143–157. Development Project.
Dewayanti R, & Chotim EE (2004). GTZ/FONDESIF.
Marjinalisasi dan Eksploitasi Rachmawati IK, Alamsyah AR, Aristanto E,
Perempuan Usaha Mikro di & Hidayatullah S. (2019). Model of
Perdesaan Jawa. Yayasan Akatiga. Accommodating Microfinance
Edith T. Penrose. (1959). The Theory of the Institutions for SMEs. International
Growth of the Firm. Blackwell. Journal of Scientific & Technology
Gordon Murray, Marc Cowling, Weixi Liu, & Research, 8(11), 2342–2346.
Olga Kalinowska-Beszczynska. Reid, A.; Nightingale, P. (2011). The Role of
(2012). Government co-financed Different Funding Models in
‘Hybrid’Venture Capital Stimulating the Creation of Innovative
programmes: Generalizing developed New Companies. What is the most
economy experience and its relevance appropriate model for Europe? A
to emerging nations. Kauffman report to the European Research Area
International Research and Policy Board. European Commission,
Roundtable, Liverpool, 1–29. Technopolis.
Hermanto. (1992). Keragaman Penyaluran Rini RS, & Aristanto E. (2019). Pengaruh
Kredit Pertanian: Suatu Analisis Data Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Makro dalam Perkembangan (KUR), Tingkat Suku Bunga terhadap
Perkreditan di Indonesia. Pusat Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Non Performing Loan (NPL) dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Biaya Operasi dan Pendapatan
Pertanian Bogor. Operasi (BOPO). Jurnal Akuntansi
Ika S, Nurhidayat R, & Mutaqin. (2016). Berkelanjutan Indonesia, 2(2), 148–
Kredit Usaha Rakyat (KUR): 164.
“Indonesian Way” Untuk Sugiarso. (2018). Sinergi Pemberdayaan
Mensejahterakan Rakyat Indonesia. UMKM. KPPN Surakarta.
Kajian Ekonomi Keuangan - Badan Syahrir Ika. (2014). Evaluasi Efektivitas
Kebijakan Fiskal. Program Kredit Usaha Rakyat. Badan
www.fiskal.kemenkeu.go.id/dw- Kebijakan Fiskal.
konten- Taufik AI. (2017). Evaluasi Regulasi Dalam
view.asp?id=2016063015311565025 Menciptakan Kemudahan Berusaha
5356 Bagi UMKM. Jurnal Rechtsvinding,
Jan Smolarski, & Can Kut. (2011). The 6, 3).
Impact of Venture Capital Financing Vitalija Venckuviene, & Vytautas Snieska.
Method on SME Performance and (2014). Government Sponsored
Internationalization. International Venture Capital Funds and Their
95

Relation to Innovations in Lithuanian


SMEs. Economics and Management,
19 (1), 54–62.
Widhiyanto I, Nuryartono N, Harianto, &
Siregar H. (2017). Kredit Ketahanan
Pangan dan Energi: Implementasi dan
Persepsi oleh Petani Padi. Analisis
Kebijakan Pertanian, (15)2, 99–112.
http://dx.doi.org/10.21082/akp.v15n2
.2017
Windhyastiti I, Ratnaningsih CS & Khouroh
U.. (2013). Pengembangan Model
“Hybrid Blending Financial”: Upaya
Mencari Format Ideal Dalam
Meningkatkan Perluasan Akses KUR
bagi Usaha Mikro dan Kecil. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan,
1(1), 17–28.
Yustika AE. (2008). Refleksi Subsidi dalam
Perekonomian Indonesia. Bisnis &
Ekonomi Politik (Quarterly Review of
the Indonesia Economy), 9( 3), 1–7.

Anda mungkin juga menyukai