Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu program pemerintah yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan
memberikan akses keuangan kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM). Program ini telah menjadi salah satu instrumen penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi tingkat kemiskinan, dan
menciptakan lapangan kerja. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat
tantangan signifikan terkait kredit bermasalah atau kredit macet.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank yang menjadi
pelaksana program KUR. Sebagai bank dengan jaringan yang luas di seluruh
Indonesia, BRI memiliki peran yang krusial dalam menjaga keberlanjutan
program ini dan mengurangi tingkat kredit bermasalah. Oleh karena itu, penting
untuk mengkaji peranan prosedur pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat
yang dilakukan oleh BRI dalam mengatasi permasalahan ini.

Prosedur pemberian kredit yang baik dan pengawasan yang efektif merupakan
faktor penting dalam menekan angka kredit bermasalah. Proses seleksi calon
penerima kredit yang cermat, analisis kelayakan usaha, penentuan suku bunga
yang sesuai, dan penilaian risiko yang akurat, semuanya merupakan komponen
yang krusial dalam menghindari kredit macet. Lebih lanjut, pengawasan yang
ketat terhadap penggunaan dan pengembalian kredit juga dapat meminimalisir
risiko kredit bermasalah.

Kredit bermasalah memberikan dampak yang merugikan baik bagi bank


maupun bagi penerima kredit. Bagi bank, kredit bermasalah dapat menyebabkan
penurunan kinerja keuangan, meningkatkan biaya operasional untuk
menyelesaikan kredit macet, dan mengurangi kepercayaan nasabah. Sementara
itu, bagi penerima kredit, kredit bermasalah dapat menghambat pertumbuhan
usaha, menyebabkan kesulitan finansial, dan mengganggu keteraturan
pembayaran.

Studi kasus pada Bank BRI sebagai bank pelaksana program KUR penting
dilakukan untuk mengevaluasi peranan prosedur pemberian dan pengawasan
kredit usaha rakyat dalam mengurangi kredit bermasalah. Bank BRI memiliki
pengalaman yang luas dalam menyalurkan kredit kepada sektor UMKM dan telah
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang khusus untuk mengurangi risiko
kredit bermasalah. Dengan menganalisis studi kasus ini, dapat diperoleh wawasan
yang mendalam tentang efektivitas langkah-langkah yang telah diambil oleh Bank
BRI dalam mengatasi kredit bermasalah.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak terkait,
khususnya Bank BRI, dalam meningkatkan prosedur pemberian dan pengawasan
kredit usaha rakyat. Temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi dasar bagi perbaikan kebijakan dan prosedur yang lebih baik guna
mengurangi risiko kredit bermasalah dan memaksimalkan dampak positif program
KUR.

Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi


pengembangan pengetahuan akademis terkait manajemen risiko kredit dan
pemberian kredit kepada sektor UMKM. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi kredit bermasalah dan mengevaluasi efektivitas prosedur
pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat, penelitian ini dapat memperkaya
literatur dalam bidang manajemen keuangan dan perbankan, serta memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pengelolaan risiko kredit.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut adalah rumusan masalahnya:
1. Bagaimana prosedur pemberian kredit usaha rakyat yang diterapkan oleh
Bank BRI dalam program KUR?
2. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh Bank BRI terhadap kredit usaha
rakyat efektif dalam mengurangi tingkat kredit bermasalah?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi Bank BRI dalam implementasi prosedur
pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat pada program KUR?
4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan oleh Bank BRI untuk meningkatkan
pengelolaan risiko kredit dan mengurangi kredit bermasalah pada program
KUR?

1.3 Batasan Masalah


1. Penelitian ini akan membatasi fokusnya pada Bank Rakyat Indonesia
(BRI) sebagai bank pelaksana program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Studi kasus akan difokuskan pada peranan prosedur pemberian dan
pengawasan kredit usaha rakyat yang dilakukan oleh Bank BRI dalam
mengurangi kredit bermasalah.
2. Penelitian ini akan terbatas pada analisis kredit bermasalah pada
program KUR Bank BRI dalam periode waktu tertentu, dan tidak akan
mencakup kredit lainnya yang tidak terkait dengan program ini.
3. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kredit bermasalah akan
diteliti, namun tidak akan melibatkan faktor-faktor eksternal yang
berada di luar kendali Bank BRI, seperti kondisi ekonomi nasional
atau kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi kredit
bermasalah secara umum.
4. Penelitian ini tidak akan melibatkan analisis aspek keuangan dan
operasional secara mendetail pada Bank BRI, namun akan lebih
berfokus pada prosedur pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat
yang dilakukan oleh bank ini.
5. Penelitian ini akan menggunakan data sekunder yang tersedia, seperti
laporan keuangan, kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
Bank BRI, serta data historis terkait kredit bermasalah pada program
KUR. Data primer tidak akan dikumpulkan dalam penelitian ini.
Batasan-batasan tersebut ditetapkan untuk memfokuskan penelitian pada
peran prosedur pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat yang dilakukan
oleh Bank BRI dalam mengurangi kredit bermasalah pada program KUR.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam makalah ini meliputi:
1. Menganalisis prosedur pemberian kredit usaha rakyat yang diterapkan
oleh Bank BRI dalam program KUR.
2. Mengevaluasi efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh Bank BRI
terhadap kredit usaha rakyat dalam mengurangi tingkat kredit
bermasalah.
3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi Bank BRI dalam
implementasi prosedur pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat
pada program KUR.
4. Memberikan rekomendasi terhadap upaya yang dapat dilakukan oleh
Bank BRI untuk meningkatkan pengelolaan risiko kredit dan
mengurangi kredit bermasalah pada program KUR.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
mendalam mengenai peran prosedur pemberian dan pengawasan kredit usaha
rakyat dalam mengurangi kredit bermasalah pada program KUR Bank BRI, serta
memberikan rekomendasi yang dapat membantu Bank BRI dalam meningkatkan
efektivitas program KUR dan mengoptimalkan kontribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi sektor UMKM dan kesejahteraan masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian dalam makalah ini meliputi:
1. Manfaat Akademis: Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan pengetahuan akademis terkait manajemen risiko kredit dan
pemberian kredit kepada sektor UMKM. Temuan dan analisis dalam
penelitian ini dapat memperkaya literatur ilmiah dalam bidang manajemen
keuangan, perbankan, dan ekonomi.
2. Manfaat Praktis bagi Bank BRI: Hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan yang berharga bagi Bank BRI dalam meningkatkan prosedur
pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat pada program KUR.
Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat membantu Bank
BRI dalam mengoptimalkan pengelolaan risiko kredit dan mengurangi
kredit bermasalah, sehingga dapat memperbaiki kinerja keuangan dan
meningkatkan kepercayaan nasabah.
3. Manfaat bagi Sektor UMKM: Dengan meningkatnya efektivitas prosedur
pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat pada program KUR Bank
BRI, diharapkan akan terjadi peningkatan akses keuangan bagi sektor
UMKM. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan
menengah, menciptakan lapangan kerja baru, dan berpotensi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Manfaat bagi Pemerintah dan Kebijakan Publik: Penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pengelolaan
risiko kredit dan peranan prosedur pemberian dan pengawasan kredit
usaha rakyat dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi nasional.
Temuan penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perbaikan kebijakan dan
regulasi terkait dengan penyaluran kredit usaha rakyat.
5. Manfaat Bagi Peneliti dan Masyarakat Umum: Hasil penelitian ini dapat
memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dinamika dan tantangan
yang dihadapi dalam pelaksanaan program KUR, serta pentingnya
pengelolaan risiko kredit secara efektif. Informasi ini dapat membantu
peneliti lain dan masyarakat umum dalam memahami isu-isu terkait
pemberian kredit usaha rakyat dan upaya mengurangi kredit bermasalah
dalam konteks perbankan dan sektor UMKM.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik
dalam konteks akademis, praktis, dan kebijakan, serta kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

1.6 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dengan pengambilan data dari jurnal-jurnal atau berita terkait.
Melalui metode ini, data akan dikumpulkan dari sumber-sumber tertulis yang
relevan, seperti artikel jurnal ilmiah atau berita terkait, yang berkaitan dengan
peranan prosedur pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat dalam
mengurangi kredit bermasalah. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis
secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik, temuan, dan kesimpulan
yang terdapat dalam literatur terkait. Dengan menggunakan metode analisis
deskriptif ini, penelitian ini akan memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang topik penelitian berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
peneliti atau laporan dari berita terkait.

1.7 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peran prosedur pemberian dan pengawasan


kredit usaha rakyat pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilaksanakan
oleh Bank BRI. Program KUR merupakan program yang ditujukan untuk
memberikan akses pembiayaan kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) di Indonesia. Bank BRI, sebagai salah satu bank pelaksana program
KUR, memiliki peranan penting dalam menjalankan prosedur pemberian kredit
dan mengawasi pelaksanaan program ini.

Penelitian ini akan memfokuskan pada analisis prosedur pemberian kredit


usaha rakyat yang diterapkan oleh Bank BRI dalam program KUR. Proses ini
meliputi persyaratan, tahapan, dan mekanisme yang harus dilalui oleh calon
penerima kredit dalam mendapatkan pembiayaan. Selain itu, penelitian juga akan
menganalisis efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh Bank BRI terhadap
kredit usaha rakyat dalam upaya mengurangi tingkat kredit bermasalah.

Dalam konteks penelitian ini, objek penelitian adalah peran prosedur


pemberian dan pengawasan kredit usaha rakyat yang dilakukan oleh Bank BRI,
dengan fokus pada program KUR. Dengan memahami dan menganalisis objek
penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan gambaran yang komprehensif
mengenai bagaimana prosedur tersebut berjalan, sejauh mana efektivitasnya
dalam mengurangi kredit bermasalah, dan rekomendasi untuk perbaikan dan
pengembangan lebih lanjut dalam pelaksanaan program KUR Bank BRI.

BAB II
STUDI KASUS

2.1 Sejarah Bank BRI


Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank terbesar di Indonesia
dan memiliki sejarah yang panjang sebagai lembaga keuangan yang berperan
penting dalam pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Sejarah
BRI bermula pada tahun 1895 dengan didirikannya De Poerwokertosche Hulp en
Spaarbank der Inlandsche Hoofden, sebuah bank yang beroperasi di Jawa Tengah
dengan tujuan membantu masyarakat pribumi dalam hal perbankan. Pada tahun
1946, bank tersebut diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah namanya
menjadi Bank Rakyat Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, BRI menjadi bank milik negara dan
berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada era 1950-an, BRI
berperan dalam program nasionalisasi perbankan, di mana bank-bank asing
dialihkan ke kepemilikan pemerintah Indonesia. Selama periode ini, BRI
mengalami perkembangan pesat dengan memperluas jaringan cabang di seluruh
Indonesia dan memberikan pelayanan perbankan kepada masyarakat luas,
terutama kepada para petani dan nelayan.
Pada tahun 1992, BRI mengalami restrukturisasi sebagai bagian dari upaya
reformasi perbankan di Indonesia. Bank ini mengubah statusnya menjadi
perseroan terbatas dan menjadi bank umum yang berorientasi pada pemberdayaan
ekonomi rakyat. Sebagai bank yang fokus pada sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), BRI memberikan berbagai layanan perbankan seperti kredit
usaha rakyat (KUR) dan layanan keuangan inklusif untuk mendukung
pertumbuhan sektor UMKM.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan perbankan yang
semakin kompleks, BRI mengambil langkah-langkah inovatif untuk
meningkatkan efisiensi dan pelayanan kepada nasabah. Pada tahun 2003, BRI
meluncurkan BRIsat, sebuah jaringan komunikasi satelit yang memungkinkan
pertukaran data secara real-time antara kantor pusat dan seluruh cabang di seluruh
Indonesia. Pada tahun 2014, BRI juga meluncurkan layanan perbankan digital
BRI Mobile yang memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan
melalui ponsel.
Sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia, BRI juga berperan dalam
mendukung program-program pemerintah yang berfokus pada pemberdayaan
ekonomi dan inklusi keuangan. Misalnya, BRI terlibat dalam program Pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan literasi keuangan melalui program Tabungan
Simpedes yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki
rekening tabungan dengan persyaratan yang mudah. BRI juga turut serta dalam
program Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sektor UMKM melalui
berbagai produk dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan sektor tersebut.
Sejak berdiri hingga saat ini, BRI terus tumbuh dan berkembang dengan
jaringan cabang yang luas dan berbagai produk perbankan yang inovatif. Bank ini
memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung perekonomian Indonesia
dan pemberdayaan masyarakat melalui layanan perbankan yang mudah diakses
oleh berbagai lapisan masyarakat. Sejarah panjang BRI menjadi bukti komitmen
bank ini dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2.2 Prosedur Pemberian Kredit Usaha Rakyat


Untuk mendapatkan kredit pinjaman KUR ini tentu harus melakukan beberapa
alur proses pengajuan, hal tersebut dilakukan guna mempermudah transaksi kedua
belah pihak dalam proses pengajuan pinjaman (Bank Rakyat Indonesia, 2021).
Berikut adalah penjelasannya:
a) Calon Nasabah Menghubungi Cabang Bank BRI Terdekat
Untuk mengajukan kredit pinjaman KUR ini nasabah yang
berkepentingan mendatangi kantor bank terdekat untuk melakukan
transaksi langsung dengan pihak bank.
b) Nasabah Mengisi Formulir dan Menyerahkan Dokumen
Salah satu syarat wajib untuk dapat melakukan pinjaman yaitu
nasabah wajib mengisi formulir terlebih dahulu kemudian melengkapi
dokumen yang terdiri dari Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga
(KK), dan Surat Keterangan Usaha (SKU).
c) Petugas Bank Melakukan Uji Kelayakan Usaha Calon Nasabah
Selanjutnya setelah nasabah melengkapi semua dokumen pihak
bank akan melakukan survei secara langsung ke tempat usaha calon
nasabah tersebut sehingga pihak bank dapat melihat dan menganalisis
apakah usaha dari calon nasabah tersebut layak atau tidak untuk diberikan
kredit KUR.
d) Pengecekan BI Checking
Pengecekan BI checking ini bertujuan untuk memastikan calon
nasabah tersebut tidak memiliki pinjaman baik di lembaga keuangan bank
maupun non-bank.
e) Akad dan Pencairan Dana
Setelah pihak bank menetujui pinjaman kredit nasabah maka
selanjutnya dana pinjaman langsung dicairkan ke rekening nasabah
kemudian pihak bank melakukan akda perjanjian dengan nasabah untuk
menentukan ketentuan apa saja yang harus dipenuhi oleh pihak nasabah
tersebut.
Prosedur pemberian kredit usaha rakyat tersebut merupakan langkah-
langkah yang dijalani oleh calon penerima kredit mulai dari pengajuan kredit
hingga pembayaran kredit. Dengan memahami dan mengikuti prosedur ini, Bank
BRI dapat memastikan bahwa kredit usaha rakyat yang diberikan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan, dan calon penerima kredit memiliki kemampuan
untuk membayar kembali pinjaman dengan tepat waktu.
2.3 Efektivitas Pengawasan Kredit Usaha Rakyat Bank BRI
Pengawasan kredit usaha rakyat yang efektif menjadi faktor kunci dalam
mengurangi kredit bermasalah pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank
BRI. Pengawasan yang baik memastikan bahwa kredit yang diberikan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan calon penerima kredit memenuhi
kewajiban pembayaran sesuai dengan jadwal yang disepakati. Bank BRI
melakukan evaluasi yang ketat terhadap calon penerima kredit sejak awal proses
pemberian kredit. Evaluasi ini mencakup analisis terhadap kondisi keuangan,
kapasitas usaha, dan riwayat kredit calon penerima kredit. Dengan melakukan
pengawasan yang ketat sejak awal, Bank BRI dapat mengurangi risiko kredit
bermasalah di masa mendatang.
Selama masa pembiayaan, Bank BRI melibatkan diri dalam pengawasan
aktif terhadap penggunaan dana kredit oleh calon penerima kredit. Bank BRI
memastikan bahwa dana yang diberikan digunakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan dan audit terhadap
kegiatan usaha calon penerima kredit. Jika terdapat pelanggaran atau penggunaan
dana yang tidak sesuai, Bank BRI dapat segera mengambil tindakan yang
diperlukan.
Pengawasan kredit usaha rakyat juga melibatkan pemantauan terhadap
pembayaran kredit. Bank BRI secara rutin memeriksa kepatuhan calon penerima
kredit dalam membayar angsuran kredit sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Jika terdapat keterlambatan atau tunggakan, Bank BRI akan
melakukan tindakan penagihan yang sesuai, seperti memberikan peringatan atau
sanksi kepada calon penerima kredit. Dengan melakukan pengawasan pembayaran
secara ketat, Bank BRI dapat mengurangi risiko kredit macet.
Pengawasan kredit usaha rakyat juga mencakup evaluasi terhadap
performa usaha calon penerima kredit. Bank BRI akan memantau perkembangan
usaha calon penerima kredit untuk memastikan bahwa usaha tersebut berjalan
dengan baik dan mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar
kembali kredit. Jika terdapat indikasi penurunan performa usaha, Bank BRI dapat
memberikan bantuan atau saran untuk membantu calon penerima kredit
memperbaiki kondisi usahanya.
Efektivitas pengawasan kredit usaha rakyat juga terkait dengan sistem
pelaporan dan monitoring yang baik. Bank BRI memiliki mekanisme pelaporan
yang memungkinkan pengawas dan manajemen bank untuk memantau
perkembangan kredit usaha rakyat secara real-time. Informasi yang terkumpul
dari sistem pelaporan tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan yang tepat dalam pengawasan kredit. Dengan sistem pelaporan yang
efektif, Bank BRI dapat mendeteksi dini potensi risiko kredit dan mengambil
tindakan pencegahan yang tepat.
Selain itu, efektivitas pengawasan kredit usaha rakyat juga bergantung
pada komunikasi yang baik antara Bank BRI dan calon penerima kredit. Bank
BRI harus memberikan pemahaman yang jelas mengenai hak dan kewajiban calon
penerima kredit, serta menjelaskan konsekuensi yang akan diterima jika terjadi
pelanggaran. Sebaliknya, calon penerima kredit juga diharapkan melaporkan
secara transparan mengenai perkembangan usaha dan keterlambatan pembayaran
yang mungkin terjadi. Dengan komunikasi yang baik, Bank BRI dapat melakukan
pengawasan yang lebih efektif dalam mengurangi risiko kredit bermasalah.
Dengan menjalankan pengawasan kredit usaha rakyat yang efektif, Bank
BRI dapat meminimalkan risiko kredit bermasalah, melindungi kepentingan bank
dan calon penerima kredit, serta mendukung kelancaran program KUR dalam
mendukung perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di
Indonesia.

2.4 Faktor Penyebab Kredit Bermasalah


Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI adalah kredit bermasalah. Faktor-faktor penyebab
kredit bermasalah perlu dipahami untuk mengatasi masalah ini. Salah satu faktor
penyebabnya adalah kualitas calon penerima kredit. Jika Bank BRI memberikan
kredit kepada calon penerima dengan kemampuan membayar yang rendah, risiko
kredit bermasalah akan meningkat. Faktor-faktor seperti kurangnya pengalaman
dalam pengelolaan usaha, pendapatan yang rendah, atau kurangnya pengetahuan
dalam aspek keuangan dapat menyebabkan kesulitan dalam pembayaran kembali
kredit.
Faktor ekonomi juga berperan penting dalam terjadinya kredit bermasalah.
Perubahan kondisi ekonomi, seperti penurunan pertumbuhan ekonomi, inflasi
yang tinggi, atau fluktuasi suku bunga dapat memberikan dampak negatif pada
kemampuan calon penerima kredit untuk membayar kembali pinjaman. Faktor-
faktor ini dapat mengakibatkan berkurangnya pendapatan usaha, kesulitan dalam
mengelola arus kas, atau peningkatan beban finansial, sehingga meningkatkan
risiko kredit bermasalah.
Faktor lain yang dapat menyebabkan kredit bermasalah adalah masalah
dalam manajemen usaha calon penerima kredit. Ketidakmampuan dalam
mengelola usaha secara efektif, termasuk pengelolaan keuangan yang buruk,
kurangnya perencanaan yang matang, atau lemahnya sistem pengendalian
internal, dapat menyebabkan kredit bermasalah. Ketika calon penerima kredit
tidak mampu mengelola usaha dengan baik, risiko kegagalan dalam membayar
kembali kredit meningkat.
Faktor yang terkait dengan jaminan atau kolateral yang digunakan juga
dapat berkontribusi terhadap kredit bermasalah. Jika jaminan yang digunakan oleh
calon penerima kredit tidak memiliki nilai yang cukup atau tidak dapat dijual
dengan mudah untuk menutupi nilai kredit yang gagal dibayar, risiko kredit
bermasalah akan meningkat. Hal ini terutama berlaku jika nilai jaminan tersebut
mengalami penurunan atau jika calon penerima kredit tidak memelihara jaminan
dengan baik.
Faktor internal dalam Bank BRI juga dapat menjadi penyebab kredit
bermasalah. Jika terdapat kelemahan dalam proses evaluasi dan pengawasan
kredit, seperti kurangnya pemantauan yang efektif terhadap perkembangan usaha
calon penerima kredit, kesalahan dalam analisis kredit, atau kurangnya
komunikasi yang baik antara Bank BRI dan calon penerima kredit, maka risiko
kredit bermasalah dapat meningkat.
Faktor eksternal, seperti perubahan peraturan atau kebijakan pemerintah
terkait pajak, regulasi usaha, atau kebijakan moneter, juga dapat menyebabkan
kredit bermasalah. Jika terdapat perubahan yang tiba-tiba atau tidak terduga dalam
lingkungan bisnis, calon penerima kredit dapat mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dan memenuhi kewajiban pembayaran. Hal ini dapat
mempengaruhi likuiditas dan profitabilitas usaha, serta meningkatkan risiko kredit
bermasalah.
Faktor sosial dan politik juga dapat memengaruhi terjadinya kredit
bermasalah. Misalnya, situasi konflik sosial atau ketidakstabilan politik dalam
suatu wilayah dapat mengganggu kelancaran usaha calon penerima kredit,
menghambat arus kas, atau menyebabkan kerugian yang signifikan. Hal ini dapat
berdampak negatif terhadap kemampuan calon penerima kredit untuk membayar
kembali kredit yang diberikan.
Terakhir, faktor penyebab kredit bermasalah juga dapat berasal dari faktor
psikologis dan perilaku calon penerima kredit. Misalnya, keputusan pengelola
usaha untuk menggunakan dana kredit untuk kepentingan pribadi, mengabaikan
perencanaan keuangan yang matang, atau kurangnya disiplin dalam mengelola
utang dapat menyebabkan kredit bermasalah. Faktor-faktor ini terkait dengan
kesadaran, sikap, dan perilaku individu terkait dengan pengelolaan keuangan dan
tanggung jawab membayar utang.
Memahami faktor-faktor penyebab kredit bermasalah ini dapat membantu
Bank BRI dalam merancang strategi yang efektif untuk mengurangi risiko kredit
bermasalah. Dengan identifikasi yang tepat, Bank BRI dapat mengambil tindakan
pencegahan yang sesuai dan meningkatkan sistem pengawasan agar dapat
mengelola risiko kredit dengan lebih baik.

2.5 Solusi atau Rekomendasi untuk Perbaikan dan Pengembangan


Dalam menghadapi masalah kredit bermasalah pada program Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Bank BRI, diperlukan solusi dan rekomendasi yang efektif. Salah
satu solusi penting adalah peningkatan prosedur pemberian kredit. Bank BRI
perlu meningkatkan proses evaluasi dan seleksi calon penerima kredit dengan
lebih ketat. Hal ini melibatkan analisis yang lebih mendalam terhadap kemampuan
finansial, pengalaman usaha, dan kelayakan calon penerima kredit. Dengan
menerapkan prosedur pemberian kredit yang ketat, Bank BRI dapat mengurangi
risiko kredit bermasalah sejak awal, sehingga meminimalisir kemungkinan
terjadinya masalah di masa depan.
Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan dana kredit juga
merupakan langkah penting. Bank BRI harus memperkuat pemantauan dan audit
terhadap kegiatan usaha calon penerima kredit. Hal ini dapat dilakukan melalui
kunjungan lapangan, pemantauan secara online, dan penggunaan teknologi
informasi yang tepat. Dengan pengawasan yang efektif, Bank BRI dapat
memastikan bahwa dana kredit digunakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Diperlukan peningkatan dalam pengawasan pembayaran kredit. Bank BRI
harus memiliki sistem yang kuat untuk memantau dan mengingatkan calon
penerima kredit yang terlambat atau gagal membayar angsuran kredit. Selain itu,
Bank BRI perlu mengembangkan mekanisme penagihan yang efektif, termasuk
memberikan peringatan, sanksi, atau tindakan hukum yang sesuai jika diperlukan.
Dengan pengawasan pembayaran yang ketat, Bank BRI dapat mengurangi risiko
kredit bermasalah.
Peningkatan pendampingan dan pelatihan bagi calon penerima kredit juga
merupakan solusi yang penting. Bank BRI dapat menyediakan program
pendampingan yang intensif untuk membantu calon penerima kredit dalam
mengelola usaha mereka. Program ini dapat meliputi pelatihan manajemen
keuangan, pengelolaan usaha, dan pemahaman tentang tanggung jawab
pembayaran utang. Dengan pendampingan yang baik, calon penerima kredit dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola usaha dan meminimalisir
risiko kredit bermasalah.
Perlu adanya peningkatan komunikasi antara Bank BRI dan calon
penerima kredit. Bank BRI harus mengkomunikasikan dengan jelas hak dan
kewajiban calon penerima kredit, serta menjelaskan konsekuensi yang akan
diterima jika terjadi pelanggaran. Di sisi lain, calon penerima kredit juga harus
diharapkan untuk melaporkan secara transparan tentang perkembangan usaha dan
kendala yang mereka hadapi. Dengan komunikasi yang baik, Bank BRI dapat
mengatasi potensi risiko kredit bermasalah lebih efektif.
Pemanfaatan teknologi informasi dan sistem yang canggih juga dapat
menjadi solusi untuk mengurangi kredit bermasalah. Bank BRI perlu
mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi untuk mempermudah
pengelolaan data calon penerima kredit, memantau arus kas, dan melacak
pembayaran kredit. Selain itu, penerapan teknologi seperti analisis data dan
kecerdasan buatan dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko potensial secara
lebih akurat. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat, Bank BRI dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kredit.
Kolaborasi dengan pihak terkait juga dapat menjadi rekomendasi penting.
Bank BRI dapat menjalin kerjasama dengan lembaga pemerintah, organisasi
nirlaba, atau lembaga keuangan lainnya untuk mendukung pengembangan usaha
calon penerima kredit. Misalnya, Bank BRI dapat bekerja sama dengan lembaga
pendidikan atau pelatihan untuk memberikan program pelatihan khusus kepada
calon penerima kredit. Kolaborasi semacam ini dapat memperkuat pemahaman
dan keterampilan calon penerima kredit dalam mengelola usaha mereka.
Terakhir, penting untuk melakukan evaluasi dan pemantauan secara
berkala terhadap program KUR yang ada. Bank BRI perlu melihat hasil dan
efektivitas program, mengidentifikasi kelemahan, dan melakukan perbaikan yang
diperlukan. Dengan melakukan evaluasi secara teratur, Bank BRI dapat
meningkatkan program KUR dan mengoptimalkan manfaatnya dalam mengurangi
kredit bermasalah.
Dengan menerapkan solusi dan rekomendasi ini, Bank BRI dapat
memperbaiki dan mengembangkan program KUR, serta mengurangi risiko kredit
bermasalah. Langkah-langkah ini akan mendukung perkembangan usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, serta memberikan dampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Sejarah Bank BRI
Pengawasan kredit usaha rakyat yang efektif merupakan faktor
kunci dalam mengurangi kredit bermasalah pada program Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Bank BRI. Bank BRI melakukan evaluasi ketat terhadap
calon penerima kredit, memantau penggunaan dana kredit, mengawasi
pembayaran kredit, dan melakukan evaluasi terhadap performa usaha
calon penerima kredit. Selain itu, Bank BRI memiliki sistem pelaporan
dan monitoring yang baik untuk mendeteksi dini potensi risiko kredit.
Komunikasi yang baik antara bank dan calon penerima kredit juga penting
dalam pengawasan yang efektif. Dengan menjalankan pengawasan yang
tepat, Bank BRI dapat meminimalkan risiko kredit bermasalah,
melindungi kepentingan bank dan calon penerima kredit, serta mendukung
perkembangan sektor UMKM di Indonesia.

3.1.2 Prosedur Pemberian Kredit Usaha Rakyat


Prosedur pengajuan kredit KUR pada Bank BRI melibatkan
beberapa langkah yang harus diikuti oleh calon nasabah. Langkah-langkah
tersebut meliputi menghubungi cabang Bank BRI terdekat, mengisi
formulir dan menyerahkan dokumen, dilakukan uji kelayakan usaha oleh
petugas bank, pengecekan BI checking, serta dilakukan akad dan pencairan
dana. Proses ini memastikan bahwa kredit yang diberikan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dan calon penerima kredit memiliki
kemampuan untuk membayar kembali pinjaman dengan tepat waktu.
Dengan mengikuti prosedur ini, Bank BRI dapat memudahkan transaksi
antara kedua belah pihak dalam pengajuan pinjaman KUR.

3.1.3 Efektivitas Pengawasan Kredit Usaha Rakyat Bank BRI


Pengawasan kredit usaha rakyat yang efektif merupakan faktor
kunci dalam mengurangi kredit bermasalah pada program Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Bank BRI. Bank BRI melakukan evaluasi yang ketat
terhadap calon penerima kredit sejak awal proses pemberian kredit,
meliputi analisis terhadap kondisi keuangan, kapasitas usaha, dan riwayat
kredit calon penerima kredit.
Selama masa pembiayaan, Bank BRI melibatkan diri dalam
pengawasan aktif terhadap penggunaan dana kredit, memantau kegiatan
usaha calon penerima kredit, dan mengambil tindakan jika terdapat
pelanggaran atau penggunaan dana yang tidak sesuai. Bank BRI juga
melakukan pengawasan terhadap pembayaran kredit, memastikan
kepatuhan calon penerima kredit, dan mengambil tindakan penagihan jika
terjadi keterlambatan atau tunggakan. Evaluasi terhadap performa usaha
calon penerima kredit dilakukan untuk membantu memperbaiki kondisi
usaha jika diperlukan. Efektivitas pengawasan kredit usaha rakyat juga
tergantung pada sistem pelaporan dan monitoring yang baik, serta
komunikasi yang baik antara Bank BRI dan calon penerima kredit.
Dengan menjalankan pengawasan yang efektif, Bank BRI dapat
meminimalkan risiko kredit bermasalah, melindungi kepentingan bank dan
calon penerima kredit, serta mendukung perkembangan sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
3.1.4 Faktor Penyebab Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Bank BRI memiliki beberapa faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut
meliputi kualitas calon penerima kredit, kondisi ekonomi yang tidak
menguntungkan, masalah dalam manajemen usaha calon penerima kredit,
jaminan atau kolateral yang tidak memadai, faktor internal dalam Bank
BRI, perubahan peraturan atau kebijakan pemerintah, faktor sosial dan
politik, serta faktor psikologis dan perilaku calon penerima kredit.
Untuk mengatasi masalah kredit bermasalah, Bank BRI perlu
memahami faktor-faktor penyebab tersebut dan mengambil tindakan
pencegahan yang tepat. Tindakan tersebut meliputi evaluasi yang lebih
ketat terhadap calon penerima kredit, pemantauan aktif terhadap
penggunaan dana kredit, perbaikan dalam manajemen usaha, penilaian
yang lebih teliti terhadap jaminan atau kolateral, perbaikan dalam proses
evaluasi dan pengawasan kredit, penyesuaian terhadap perubahan
eksternal, pengelolaan risiko sosial dan politik, serta edukasi dan
peningkatan kesadaran mengenai pengelolaan keuangan dan tanggung
jawab membayar utang. Dengan langkah-langkah ini, Bank BRI dapat
mengurangi risiko kredit bermasalah dan mendukung perkembangan
sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

3.1.5 Solusi atau Rekomendasi untuk Perbaikan dan Pengembangan

Dalam menghadapi masalah kredit bermasalah pada program


Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI, beberapa solusi yang efektif dapat
diterapkan. Pertama, Bank BRI perlu meningkatkan prosedur pemberian
kredit dengan melakukan evaluasi yang lebih ketat terhadap calon
penerima. Hal ini melibatkan analisis mendalam terhadap kemampuan
finansial, pengalaman usaha, dan kelayakan mereka. Selain itu, Bank BRI
harus memperkuat pengawasan terhadap penggunaan dana kredit melalui
kunjungan lapangan, pemantauan online, dan penggunaan teknologi
informasi yang tepat. Dengan penerapan prosedur pemberian kredit yang
ketat dan pengawasan yang efektif, Bank BRI dapat meminimalisir risiko
kredit bermasalah sejak awal.
Selanjutnya, Bank BRI perlu meningkatkan pendampingan dan
pelatihan bagi calon penerima kredit. Dengan menyediakan program
pendampingan yang intensif, Bank BRI dapat membantu calon penerima
kredit dalam mengelola usaha mereka dengan baik. Program ini dapat
meliputi pelatihan manajemen keuangan, pengelolaan usaha, dan
pemahaman tentang tanggung jawab pembayaran utang. Selain itu, Bank
BRI harus meningkatkan komunikasi antara bank dan calon penerima
kredit, dengan mengkomunikasikan hak dan kewajiban dengan jelas serta
membangun saluran komunikasi yang transparan. Pemanfaatan teknologi
informasi dan sistem yang canggih juga dapat membantu dalam mengelola
kredit dengan lebih efisien dan efektif. Dengan menerapkan solusi-solusi
ini, Bank BRI dapat mengurangi risiko kredit bermasalah dan mendukung
pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

3.2 Saran

Bank BRI dapat meningkatkan efektivitas prosedur pemberian dan


pengawasan kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan cara meningkatkan kerjasama
dengan lembaga pemerintah terkait dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi. Dalam kerjasama dengan lembaga pemerintah, Bank BRI dapat
memperoleh akses terhadap informasi dan program yang mendukung
pengembangan usaha calon penerima kredit. Selain itu, pemanfaatan teknologi
informasi seperti analisis data dan aplikasi perbankan digital dapat membantu
dalam mengidentifikasi risiko potensial dengan lebih akurat serta meningkatkan
efisiensi proses pemberian dan pengawasan kredit.

Dengan sinergi antara Bank BRI dan lembaga pemerintah, Bank BRI
dapat menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan UMKM dan
mengurangi risiko kredit bermasalah. Sementara itu, pemanfaatan teknologi
informasi memungkinkan Bank BRI untuk meningkatkan transparansi, efisiensi,
dan akurasi dalam proses pemberian dan pengawasan kredit. Dengan mengambil
langkah-langkah ini, Bank BRI dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada
calon penerima kredit, mengurangi risiko kredit bermasalah, dan mendorong
perkembangan UMKM di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, B., & Susanto, R. (2019). Pengawasan Kredit PT. Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) Ophir Pasaman Barat. EconPapers.
https://econpapers.repec.org/RePEc:osf:osfxxx:aunvc

Aprilianawati, D., A, Z. Z., & Nuzula, N. F. (2014). Analisis Pengawasan Kredit


Usaha Rakyat (KUR) dalam Meminimalisir Terjadinya Kredit Bermasalah
(Studi pada Bank Jatim Cabang Tulungagung Periode 2010-2013). Garuda
Kemdikbud. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=190003&val=6468&title=ANALISIS%20PENGAWASAN
%20KREDIT%20USAHA%20RAKYAT%20KUR%20DALAM
%20MEMINIMALISIR%20TERJADINYA%20KREDIT
%20BERMASALAH%20Studi%20pada%20Bank%20Jatim%20Cabang
%20Tulungagung%20Periode%202010-2013

Cahyani, R. F. (2021). Prosedur Pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada


Bank BRI Kantor Unit Cijulang. Laporan Magang.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/33632/18213049%20Re
zita%20Feby%20Cahyani.pdf?sequence=1

Gusniarni, G. (2021). Pengaruh Efektivitas Kredit Usaha Rakyat (KUR)


Terhadap Peningkatan Laba Usaha Kecil dan Menengah pada Nasabah
PT. Bank Bri Unit Libureng Kabupaten Bone. Skripsi.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13306-Full_Text.pdf

Nursyahriana, A., Hadjat, M., & Tricahyadinata, I. (2017). Analisis Faktor


Penyebab Terjadinya Kredit Macet. FORUM EKONOMI.
https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/FORUMEKONOMI/article/view/
2109/144
Tentang BRI - Bank BRI | Melayani Dengan Setulus Hati. Tentang BRI. (n.d.).
https://bri.co.id/tentang-bri

Anda mungkin juga menyukai