Anda di halaman 1dari 43

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BRI UNIT KRAMAT


JATI

Diaz Rakaputra Asianto

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Unit Kramat Jati”
adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2023

Diaz Rakaputra Asianto


H34180123
ABSTRAK
DIAZ RAKAPUTRA ASIANTO. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Unit Kramat Jati. Dibimbing oleh
Rahmat Yanuar.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pemerintah yang bergerak
pada bidang pembiayaan yang diperuntukan bagi usaha kecil, mikro, dan menengah
(UMKM) yang usahanya layak namun tidak memiliki agunan yang cukup sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh perbankan. BRI Unit Kramat Jati
merupakan salah satu bank yang menyalurkan KUR. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik debitur dan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi KUR pada sektor agribisnis di BRI Unit Kramat Jati.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda
dengan jumlah responden berjumlah 65 orang. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa karakteristik yang dimiliki oleh setiap debitur berbeda-beda. Hasil
regresi linear berganda didapatkan bahwa usia nasabah, laba bersih, dan nilai
agunan memiliki nilai yang signifikan terhadap besaran nilai realisasi KUR selain
itu variabel usia nasabah dan lama usaha memiliki nilai koefisien negatif.

Kata Kunci: Agribisnis, Kredit Usaha Rakyat (KUR), UMKM


ABSTRACT
DIAZ RAKAPUTRA ASIANTO. Factors Affecting the Realization of Kredit
Usaha Rakyat (KUR) at BRI Unit Kramat Jati. Supervised by Rahmat Yanuar.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) is a government program engaged in financing
that is intended for Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) whose business
is feasible but does not have sufficient collateral by the requirements set by banks.
BRI Unit Kramat Jati is one of the banks that distribute KUR. This study aims to
describe the characteristics of the debtor and analyze the factors that influence the
realization of KUR in the agribusiness sector at BRI Unit Kramat Jati. The method
used in this study is multiple linear regression analysis with the number of
respondents amounting to 65 people. Based on the results of the study, it can be
seen that the character possessed by each debtor is different. The results of multiple
linear regression found that age, net income, and collateral value are significantly
affect the amount of KUR realization. In adition, the coefficient of age and length
of business have negative value.

Keywords: Agribusiness, Kredit Usaha Rakyat (KUR), UMKM


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2023
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BRI UNIT KRAMAT
JATI

DIAZ RAKAPUTRA ASIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
2 Eva Yolynda Aviny, SP, MM
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di BRI Unit Kramat Jati
Nama : Diaz Rakaputra Asianto
NIM : H34180123

Disetujui oleh

Pembimbing:
__________________
Rahmat Yanuar SP, M.Si

Diketahui oleh

Ketua Departemen Agribisnis:


Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si. __________________
NIP 196312271990032001
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Maret 2022 dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR) di BRI Unit Kramat Jati. Skripsi ini ditulis dengan tujuan memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rahmat Yanuar SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan serta bimbingan pada penyusunan skripsi ini.
2. Eva Yolynda Aviny, SP, MM. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberi bimbingan dalam proses perkuliahan.
3. Tursina Andita Putri, SE, M.Si selaku dosen evaluator kolokium yang telah
memberi evaluasi dan saran pada proses penyusunan proposal skripsi.
4. Dr. Yanti N. Muflikh, SP, M.Agribuss selaku dosen moderator seminar hasil
yang telah memberi evaluasi dan saran mengenai penelitian skripsi saya.
5. Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si. dan Eva Yolynda Aviny, SP, MM. selaku
dosen penguji dalam ujian skripsi saya.
6. Pihak BRI Unit Kramat Jati yang telah membantu proses pengambilan data
penelitian.
7. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua dan
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga kepada teman-
teman Agribisnis angkatan 55 yang telah membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Bogor, Januari 2023

Diaz Rakaputra Asianto


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
1.5 Ruang Lingkup 4
II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah 5
2.2 Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat 5
2.3 Faktor Realisasi Kredit Usaha Rakyat 6
III KERANGKA PEMIKIRAN 9
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 9
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional 10
IV METODE PENELITIAN 12
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 12
4.2 Jenis dan Sumber Data 12
4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data 12
V GAMBARAN UMUM 16
5.1 Gambaran Umum Bank Rakyat Indonesia 16
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 19
6.1 Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Kramat Jati 19
6.2 Karakteristik Responden KUR BRI Unit Kramat Jati 20
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi KUR 24
VII SIMPULAN DAN SARAN 29
7.1 Simpulan 29
7.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR TABEL

1 Jumlah UMKM dan Usaha Besar di Indonesia Tahun 2017-2019 1


2 Realisasi KUR di Indonesia Kuartal 1 Tahun 2021 2
3 Analisis Deskriptif Debitur KUR BRI Unit Kramat Jati 20
4 Usia responden debitur KUR BRI Unit Kramat Jati 21
5 Jumlah Tanggungan Keluarga debitur KUR pada BRI Unit Kramat Jati 21
6 Laba bersih per bulan debitur KUR BRI Unit Kramat Jati 22
7 Lama usaha debitur KUR Mikro pada BRI Unit Kramat Jati 23
8 Jumlah karyawan debitur KUR pada BRI Unit Kramat Jati 23
9 Nilai agunan debitur KUR pada BRI Unit Kramat Jati 24
10 Hasil Regresi Nilai Skewness 24
11 Hasil regresi nilai VIF 25
12 Hasil regresi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR
pada BRI Unit Kramat Jati 26
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pembangunan dan
perekonomian nasional. Peran tersebut diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja
dan peningkatan PDB di Indonesia. Data Kementerian Pertanian tahun 2017
memaparkan bahwa kontribusi sektor pertanian menempati urutan terbesar kedua
setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 13 persen terhadap perekonomian
Indonesia secara keseluruhan. Namun, hal itu tidak berbanding lurus dengan laju
pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia yang menurun. Pada tahun 2019 laju
pertumbuhan perekonomian bidang pertanian sebesar 3.61 persen sedangkan pada
tahun 2021 terus menurun hingga 1.8. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh
keterbatasan modal para petani dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) sehingga perlu upaya guna menanggulangi permasalahan tersebut.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2020, tercatat
sekitar 99.99 persen usaha di Indonesia merupakan UMKM, sedangkan sekitar 0.01
persen lainnya merupakan golongan dari usaha besar. Tahun 2017 hingga 2019
jumlah UMKM mengalami perkembangan sebesar 1.95 persen, sedangkan usaha
besar mengalami perkembangan sebesar 1.61 persen.
Tabel 1 Jumlah UMKM dan Usaha Besar di Indonesia Tahun 2017-2019

Skala Usaha (Unit)


Tahun
UMKM Pangsa (%) Usaha Besar Pangsa (%)
2017 62.922.617 99.99 5.460 0,01
2018 64.194.057 99.99 5.550 0,01
2019 65.465.497 99.99 5.637 0,01
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM 2020

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi
yang tak kalah penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan UMKM tersebut
dalam perekonomian tercermin dari total unit usaha UMKM mencapai 99,9% dari
total unit usaha dan kontribusi penyerapan tenaga kerja di UMKM sebesar 97% dari
total penyerapan tenaga kerja serta kontribusi UMKM terhadap PDB sebesar
61.97% (BKPM 2020).
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan
membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global, seperti
meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan
teknologi, serta perluasan area pemasaran. Berbagai tantangan dan permasalahan
yang sering dialami oleh pelaku UMKM, seperti keterbatasan informasi ataupun
akses terhadap pemerolehan kredit ataupun pembiayaan, keterbatasan dalam
mengakses teknologi, kemampuan manajerial, dan akses terhadap permodalan
sehingga dapat membatasi pertumbuhan dan peluang investasi. Dalam mengatasi
permasalahan tersebut, pemerintah melakukan sebuah kebijakan sesuai dengan UU
No 20 tahun 2008 pasal 7 dan 8 yang berbunyi bahwa pemerintah dan pemerintah
daerah untuk menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan program kredit usaha
2

rakyat (KUR) untuk membantu mengatasi kurangnya akses UMKM dalam


memperoleh kredit atau pembiayaan usaha.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program yang dirancang oleh pemerintah
yang sumber dana sepenuhnya berasal dari dana bank. KUR disalurkan melalui
beberapa bank seperti Bank BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, BCA, serta beberapa
bank pembangunan daerah yang dapat dilihat pada Tabel 2. Pemerintah
memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70 persen sementara 30
persen sisanya ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam
rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka
mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Pada UMKM banyak terdapat
pelaku agribisnis dengan usaha di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan
kehutanan yang memiliki keterbatasan modal dalam membangun dan
mengembangkan bisnisnya.

Tabel 2 Realisasi KUR di Indonesia Kuartal 1 Tahun 2021


Total Penyaluran KUR
No Bank
Plafon Jumlah Debitur
1 BRI 58.397.886.002.269 2.093.475
2 Bank Mandiri 13.102.218.299.000 135.538
3 BNI 9.901.483.435.120 100.326
4 BTN 61.805.100.000 222
5 BCA 77.495.844.077 596
Total 81.540.888.680.466 2.330.157
Sumber : Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian 2021

Pada Tabel 2 menunjukkan lima bank nasional dengan penyaluran KUR


terbesar di Indonesia. Hingga tahun 2021 Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan
bank penyalur KUR dengan plafon dan jumlah debitur terbanyak jika dibandingkan
dengan beberapa bank penyalur lainnya. Pada tahun 2021 BRI berhasil
merealisasikan sebanyak Rp194,90 triliun atau setara 76 persen dari target
pemerintah sebesar Rp253 triliun, sedangkan pada tahun 2022 BRI berhasil
mengucurkan KUR sebesar Rp206,56 triliun atau setara 81,29 persen dari total
target yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tahun 2022 sebesar Rp254,1 triliun.
Banyaknya jumlah debitur pada Bank Rakyat Indonesia tak lepas karena BRI
memiliki banyak unit kerja hingga ke pelosok daerah yang belum terjangkau oleh
bank lain. Selain itu BRI juga lebih berpengalaman dalam pemberian kredit bagi
usaha skala mikro, kecil, dan menengah dibandingkan dengan bank lain.
Diharapkan dengan adanya program KUR, para pelaku UMKM dapat dilayani BRI
dalam keperluan tambahan dana untuk perkembangan usahanya sesuai dengan
salah satu misi BRI yaitu melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk
menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.
Tingginya jumlah plafon pada Bank Rakyat Indonesia merupakan cerminan
bahwa BRI lebih banyak dipilih oleh calon debitur. Jumlah debitur berbanding lurus
dengan nilai realisasi kredit yang diberikan BRI kepada debitur. Tingginya realisasi
KUR yang terjadi pada BRI kepada para UMKM merupakan cerminan dari
tingginya prestasi BRI dalam kegiatan penciptaan keuntungan ataupun membantu
masyarakat khususnya para pelaku UMKM dalam bidang pembiayaan.
3

1.2 Rumusan Masalah


Seiring dengan berkembangnya sektor perdagangan di daerah perkotaan dan
pedesaan serta meningkatnya UMKM mengakibatkan tumbuhnya persaingan yang
ketat sehingga para pelaku usaha harus mampu bertahan dan mengembangkan
usahanya. Untuk mempertahankan serta mengembangkan usaha maka para pelaku
usaha harus memiliki pondasi yang kuat seperti modal usaha yang dapat digunakan
untuk menjalankan usaha serta mengembangkan bahkan dapat meningkatkan
usahanya.
Modal usaha merupakan salah satu faktor yang penting bagi keberlangsungan
suatu usaha dan perkembangan usaha. Sulitnya akses terhadap permodalan
merupakan salah satu permasalahan para pelaku usaha baik yang telah menjalankan
usahanya maupun yang baru ingin memulai sebuah usaha.
KUR diberikan untuk mengembangkan serta meningkatkan inovasi usaha-
usaha kecil, mikro, dan menengah yang disalurkan melalui BRI Unit yang berada
di seluruh pelosok negeri maupun di perkotaan. Untuk mengembangkan dan
meningkatkan inovasi usaha, para pelaku usaha memerlukan modal usaha
tambahan agar dapat mengembangkan usaha sehingga dapat meningkatkan
perekonomian.
DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia dengan aktivitas ekonomi
yang tinggi. Salah satu tempat aktivitas ekonomi pada sektor perdagangan yaitu
pasar tradisional. Pasar Induk Kramat Jati merupakan salah satu pasar tradisional di
DKI Jakarta yang terletak di Kotamadya Jakarta Timur. Penyaluran KUR di Cabang
Kramat Jati dilakukan pada unit-unit kerja Cabang Kramat Jati atau disebut kantor
unit BRI Kramat Jati. kontor unit memiliki peran membantu kantor cabang serta
menyalurkan KUR.
BRI Unit Kramat Jati merupakan salah satu unit kerja BRI Cabang Kramat
Jati dengan pengajuan KUR yang cukup tinggi. Adanya program KUR membuat
banyak minat pengusaha untuk memanfaatkannya sebagai tambahan modal usaha.
Oleh karena itu BRI Unit Kramat Jati harus lebih selektif dalam merealisasikan
KUR kepada calon debiturnya. Realisasi merupakan jumlah pencairan nilai kredit
yang telah disetujui oleh pihak BRI dalam proses pengajuan kredit. Menurut hasil
wawancara dengan pihak BRI Unit Kramat Jati, tercatat bahwa dalam setiap
bulannya BRI Unit Kramat Jati memperoleh rata-rata pengajuan KUR mencapai 20
orang, sedangkan rata-rata realisasi setiap bulannya hanya 15 orang. Banyaknya
jumlah pengajuan KUR tidak sebanyak jumlah KUR yang dicairkan. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang belum dipenuhi oleh calon debitur sebagai
syarat penerima pinjaman KUR.
Pada penelitian ini, BRI Unit Kramat Jati banyak menyalurkan KUR kepada
pelaku usaha pada sektor perdagangan di bidang agribisnis karena letak dari BRI
unit Kramat Jati berdekatan dengan lokasi Pasar Kramat Jati yang merupakan pasar
induk di Jakarta. Pasar Induk Kramat Jati merupakan pasar sentra buah-buahan dan
sayur-sayuran yang menjadi pasar penting bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
UMKM yang melakukan usaha di pasar ini membutuhkan modal yang cukup besar
agar dapat bersaing dengan para pelaku usaha lainnya yang ada di pasar tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1 Bagaimana karakteristik debitur kredit usaha rakyat (KUR) pada sektor
agribisnis di BRI Unit Kramat Jati?
4

2 Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi kredit usaha rakyat


(KUR) pada sektor agribisnis di BRI Unit Kramat Jati?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian
ini dilaksanakan dengan harapan dapat mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan karakteristik debitur kredit usaha rakyat (KUR) pada
sektor agribisnis di BRI Unit Kramat Jati
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi kredit
usaha rakyat (KUR) pada sektor agribisnis di BRI Unit Kramat Jati.

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi yang
berkepentingan, yaitu:
1. Bagi pihak perbankan secara umum dan BRI Unit Kramat Jati khususnya,
diharapkan dapat memberikan bahan informasi dan bahan pertimbangan
dalam upaya meningkatkan penyaluran realisasi Kredit Usaha Rakyat.
2. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka serta
referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.
3. Bagi pelaku usaha diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan faktor yang mempengaruhi besaran nilai realisasi KUR yang
diberikan BRI.

1.5 Ruang Lingkup


Kegiatan penelitian atau penulisan ini dilakukan pada Bank Rakyat Indonesia
unit Kramat Jati dengan pertimbangan bahwa BRI merupakan salah satu bank yang
melaksanakan program pemerintah dalam bidang pembiayaan permodalan untuk
masyarakat mikro. Objek yang diteliti adalah faktor karakteristik debitur pelaku
agribisnis serta faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit usaha rakyat
debitur. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada debitur pengguna KUR di sektor
perdagangan.
5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang biasa disingkat dengan UMKM
merupakan salah satu sektor ekonomi masyarakat yang cukup penting. Kredit
sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam hal ini
terutama pada UMKM. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha yang
produktif dan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya
dalam menyediakan kesempatan kerja dan sumber yang cukup besar bagi
penerimaan negara, sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah menyebutkan
bahwa UMKM merupakan usaha produktif milik perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria yang diatur dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2008.
Kriteria UMKM menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2008 sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).
2. Kritera Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

2.2 Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat


Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya agar memperoleh hasil yang diinginkan. Tujuan prosedur
adalah untuk untuk membantu seseorang agar dapat memahami tata cara
melaksanakan suatu kegiatan dengan baik dan tepat. Sementara itu, bank
merupakan salah satu lembaga keuangan di Indonesia yang mempunyai peran
penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan, fungsi utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan
dana dari masyarakat ke masyarakat dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah
kredit.
6

Kredit merupakan penyediaan uang yang dapat disamakan dengan


persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank (kreditur) dan pihak peminjam
(debitur). Menurut Amanda (2015) kredit adalah sumber utama penghasilan bagi
bank yang merupakan sumber operasi terbesar, Sebagian dana operasional dibuat
dalam bentuk kredit. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah layanan dari bank untuk
menunjang perkekonomian rakyat melalui peminjaman modal usaha. Dalam
permohonan pengaujan KUR, calon debitur diharuskan untuk mengikuti beberapa
prosedur yang harus dijalankan.
Prosedur penyaluran KUR pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) dimulai dari
tahap kelengkapan berkas, pengajuan permohonan, penilaian usaha, realisasi, dan
pengawasan debitur. Kelengkapan berkas yang harus disiapkan calon debitur
diantaranya fotokopi KTP, fotokopi kartu keluarga, fotokopi surat nikah, pas foto,
fotokopi surat keterangan usaha dari pemerintah setempat, dan fotokopi surat
jaminan. Setelah berkas tersebut telah dipenuhi, calon debitur melakukan pengajuan
permhonan kredit dengan mengisi form yang telah disediakan oleh pihak bank.
Penilaian usaha dilakukan dimulai dari pengecekan id dari Bank Indonesia (BI Cek)
mengenai kredibilitas calon debitur. Selanjutnya Kepala Unit akan meneliti data
yang sudah dikumpulkan mantri dan mengambil keputusan apakah calon debitur
layak atau tidak layak untuk realisasikan KUR.
Realisasi KUR dilakukan dengan akad perjanjian kredit antara calon debitur
dan kreditur (BRI) yang kemudian dana dicairkan melalui rekening BRI milik calon
debitur. Pengawasan debitur dilakukan pada mantri yang diharapkan dapat
mengurangi terjadinya tunggakan dalam pembayaran angsuran hingga kredit telah
sepenuhnya dibayarkan.
Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
menyimpulkan bahwa prosedur penyaluran Kredit Usaha Rakyat cukup mudah dan
mekanisme penyaluran kredit pada bank lainnya pada dasarnya sama. Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI) melakukan
prosedur penyaluran KUR yang sama mengingat KUR merupakan program
pemerintah dalam pembiayaan UMKM (Hutagaol 2009; Mulyarto 2009; Hidayanto
2010; Sari 2007)

2.3 Faktor Realisasi Kredit Usaha Rakyat


Faktor yang mempengaruhi realiasi bank dapat diketahui dari hasil penelitian
penelitian terdahulu. Banyak faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha
Rakyat kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Menurut Irawati (2011)
faktor yang mempengaruhi realisasi KUR yaitu pengalaman kredit, usia,
pendapatan bersih, dan agunan. Menurut Mulyarto (2009) terdapat enam faktor
yang memengaruhi realisasi yaitu nilai agunan, frekuensi pengembalian,
pendapatan, lama usaha, modal, dan jenis usaha yang dimiliki.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh (Hutagaol 2009) sama dengan
penelitian (Mulyarto 2009), hanya saja pada penelitian Hutagaol adanya
penambahan variabel jarak lokasi usaha sebagai bentuk dari aspek condition.
Sedangkan pada penelitian Lubis (2009) dapat disimpulkan bahwa variabel
pendapatan usaha, pendapatan bersih, dan jumlah kredit yang diajukan kepada BRI
sangat berpengaruh nyata kepada realisasi KUR.
Mekanisme penyaluran kredit dengan tahap-tahap yang dimiliki tidak terlepas
dari dari prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of
7

Economic). Pada penelitian Sari (2007) menggunakan variabel pengalaman kredit


sebagai bentuk dari aspek character, sedangkan pada penelitian Sembiring (2013)
menggunakan variabel usia nasabah dan tingkat Pendidikan sebagai bentuk dari
aspek character. Adapun prosedur yang menggunakan prinsip-prinsip 5 C ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil besarnya tunggakan yang dapat terjadi
nantinya setelah adanya pencairan KUR. Mengingat kredit yang diberikan adalah
kredit untuk sektor UMKM, prinsip character dan capacity menjadi faktor yang
dipertimbangkan oleh pihak bank di dalam menyalurkan kreditnya. Hal tersebut
bertujuan untuk memperoleh kredit yang berkualitas, yakni kredit yang tepat
sasaran dengan meminimalkan terjadinya tunggakan dalam proses pelunasannya
(Sari 2007; Hutagaol 2009; Mulyarto 2009; Hidayanto 2010; Sembiring 2013).
Pada penelitian ini untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat di BRI Unit Kramat Jati menggunakan
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan tujuan menjelaskan
faktor apa saja yang memengaruhi realisasi kredit dengan bantuan analisis regresi
linear berganda. Dengan menggunakan alat analisis tersebut maka didapatkan
faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR yang
disalurkan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah jenis KUR yang diteliti hanya berfokus pada satu jenis KUR saja dan lokasi
penelitiannya. Jenis KUR yang diteliti yaitu KUR Mikro dan Lokasi BRI untuk
penelitian berlokasi di pasar Kramat Jati.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dikenal dengan adanya prinsip 5C’s
yang meliputi:
1. Character (Karakter);
Pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan yaitu adanya keyakinan
dari pihak Bank atau pemberi kredit bahwa peminjam memiliki moral,
watak, ataupun sifat pribadi yang positif, kooperatif, dan juga penuh rasa
tanggung jawab dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, anggota
masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
2. Capacity (Kapasitas);
Kemampuan debitur untuk memimpin dan mengelola kegiatan usahanya
serta mampu melihat prospektif masa depan. Kemampuan debitur perlu
dianalisis agar dapat dinilai apakah debitur dapat menjalankan usaha
dengan baik dan memberikan keuntungan, serta menjamin bahwa ia
mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang
telah ditentukan. Pengukuran kemampuan seseorang dapat dilihat
berdasarkan pendekatan materil dan pengalamannya dalam dunia bisnis
yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon debitur, serta
kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan
usaha dengan pesaing lainnya.
3. Capital (Modal);
Bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang
dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah hanya
berdasarkan pada besar kecilnya modal, namun difokuskan kepada
bagaimana distribusi modal ditempatkan sehingga segala sumber yang
telah ada dapat berjalan secara efektif. Analisis mengenai modal dapat
dilihat dari hasil neraca lajur untuk melihat gambaran dan petunjuk
mengenai kondisi perusahaan.
8

4. Collateral (Agunan);
Collateral merupakan agunan untuk persetujuan pemberian kredit yang
merupakan sarana pengaman atas risiko yang mungkin terjadi atas
wanprestasinya debitur dikemudian hari. Agunan harus dianalisis apakah
layak dan dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Apabila
terjadi wanprestasi, agunan diharapkan mampu melunasi sisa utang
kredit baik utang pokok maupun bunganya.
5. Condition of economy (Kondisi ekonomi);
Kondisi ekonomi menjadi pertimbangan dalam pemberian kredit. Dalam
pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi
sektor usaha pemohon kredit khususnya perlu memperoleh perhatian
bank. Tujuannya adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi
diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.
9

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis


Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu pemahaman dari berbagai
literatur untuk mendukung variabel-variabel penelitian. Sumber literatur seperti
buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah lainnya yang diyakini
kebenaran guna mendukung penelitian ini.

3.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank


Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan
menyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dan kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk lainnya dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sedangkan menurut Prof. G.M. Verryn Stuart (2008) menyatakan bahwa Bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dalam alat pembayaran konsumtif atau dengan dana yang diperoleh dari orang
lain.
Bila disimpulkan dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
bank merupakan tempat penyimpanan uang masyarakat, memberi, dan
menyalurkan serta menjadi perantara dalam pembayaran. Dalam menjalankan
bisnisnya, bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang
kemudian bank menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit. Bunga daripada
kredit tersebut merupakan sebuah pendapatan bagi bank.

3.1.2 Pengertian Kredit


Kredit berasal dari kata Italia, Credere yang artinya kepercayaan, yaitu
kepercayaan dari kreditor bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman
beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Dalam hal ini
kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak.
Menurut Linggau dan Hamidah (2010) kredit adalah penyerahan barang,
jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar
kepercayaan terhadap pihak lain (debitur atau penerima pinjaman atau
penghutang) dengan janji membayar dari debitur kepada debitur pada tanggal
yang telah disepakati kedua belah pihak.
Kredit dapat berjalan apabila telah disepakati oleh kedua belah pihak baik
debitur selaku pihak penerima dana dan kreditur selaku pihak pemberi dana.
Menurut Simorangkir (2004), unsur-unsur kredit antara lain adalah:
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikan, baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan
datang.
2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan
kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur
waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada
10

sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima di masa yang
akan datang.
3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama
kredit diberikan maka tingkat risiko akan semakin tinggi. Dengan adanya
unsur risiko maka timbul agunan dalam pemberian kredit. Prestasi atau
objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat
berbentuk barang dan jasa.
Sependapat dengan Simorangkir (2004), menurut Suyatno et al. (1995)
terdapat tambahan satu unsur kredit yaitu prestasi. Prestasi atau objek kredit
tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk barang
atau jasa. Menurut Kasmir (2004) unsur-unsur kredit antara lain:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit
yang diberikan berupa uang, barang, atau jasa akan benar diterima kembali
dimasa tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan diberikan oleh
bank yang sebelumnya sudah dilakukan penelitian tentang nasabah
mengenai kondisi di masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon
kredit.
2. Kesepakatan
Kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit dalam suatu
perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajiban masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau
jangka panjang.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian kredit dapat menyebabkan
risiko macet dalam pengembalian kredit. Semakin panjang suatu kredit
maka risiko macet semakin tinggi. Risiko ini menjadi tanggungan bank.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit. Balas jasa dalam
bentuk bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan yang
diperoleh bank. Selain itu bagi bank yang menerapkan prinsip syariah
balas jasa ditentukan dengan bagi hasil.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional


Penelitian dengan judul faktor realisasi Kredit Usaha Rakyat pada sektor
Agribisnis di BRI Unit Kramat Jati, yang bertujuan salah satunya untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi realiasi KUR pada BRI Unit Kramat Jati. BRI
Unit Kramat Jati merupakan Kantor yang berada dibawah naungan Kantor Wilayah
II. Penyaluran kredit pada BRI dimulai dari penilaian terhadap prinsip 5C. Aspek
kelayakan usaha dalam pemberian KUR menjadi salah satu aspek yang penting
dalam Kesehatan pinjaman, dengan harapan debitur yang meminjam dapat
mengembalikan dana secara teratur sesuai dengan kesepakatan yang sudah
11

disepakati. Alur kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada


Gambar 1

Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI


Unit Kramat Jati

Mekanisme Penyaluran KUR


Variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi KUR

Penilaian KUR dalam


penyaluran pembiayaan
Karakteristik Debitur KUR sektor berdasarkan prinsip 5C:
Agribisnis di BRI Unit Kramat Jati Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition

Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis Deskriptif

Faktor-faktor yang memengaruhi


realisasi KUR di BRI Unit Kramat
Jati

Rekomendasi Kebijakan Kredit

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Unit Kramat Jati
12

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian mengenai Faktor-faktor Realisasi Kredit Usaha Rakyat pada
Sektor Agribisnis di BRI Unit Kramat Jati dilakukan di Bank Rakyat Indonesia Unit
Kramat Jati. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan Bank Rakyat Indonesia merupakan bank penyalur dengan jumlah
realisasi KUR terbanyak di Indonesia. Pengambilan data berlangsung pada bulan
Maret hingga Agustus 2022.

4.2 Jenis dan Sumber Data


Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian dilakukan melalui data
sekunder. Data pada penelitian ini berjumlah 65 nasabah KUR Mikro BRI Unit
Kramat Jati pada sektor perdagangan yang telah terealisasi pada bulan Maret hingga
Agustus 2022. Data internal yang digunakan yaitu surat permohonan pengajuan
kredit, pedoman kerja BRI, data realisasi KUR Tahun 2022, berkas KUR, serta
brosur mengenai kredit usaha rakyat. Data eksternal diperoleh dari literatur
penelitian, jurnal penelitian maupun internet. Proses penelitian dimulai dari
penelusuran sumber data dari berbagai referensi yang relevan, kemudian dilakukan
pengumpulan data, pengolahan data, hasil dan pembahasan hingga penulisan
laporan akhir.

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data


Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Pengolahan data untuk mengetahui
karakteristik debitur dan proses keputusan debitur terhadap KUR di BRI Unit
Kramat Jati dilakukan secara deskriptif. Pengolahan data untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi debitur terhadap KUR dilakukan secara kuantitatif yaitu
menggunakan SPSS.

4.3.1 Analisis Deskriptif


Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2017). Sedangkan menurut
Nazir (2013) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan menjelaskan gambaran umum
Bank Rakyat Indonesia dan mendeskripsikan karakteristik debitur KUR untuk
sektor Agribisnis di BRI Unit Kramat Jati.
13

4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda


Regresi linear berganda adalah regresi linear untuk menganalisis besarnya
hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua
(Sitepu dan Sebayang 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
besaran nilai realisasi KUR di BRI Unit Kramat Jati, sedangkan variabel
independen pada penelitian ini mengacu pada pedoman 5C yaitu usia nasabah
yang mengacu pada character, laba bersih, lama usaha, dan jumlah karyawan
yang menunjukkan capacity debitur serta nilai agunan menunjukkan pada sisi
collateral Variabel yang mempengaruhi kredit di BRI Unit Kramat Jati
dituliskan pada persamaan regresi linear berganda berikut yang diperoleh
berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu:
Y= a + β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5 +β6X6
Dimana:
Y : Besaran realisasi kredit (rupiah)
X1 : Usia nasabah (tahun)
X2 : Laba Bersih per bulan (rupiah)
X3 : Nilai Agunan (rupiah)
X4 : Lama Usaha (tahun)
X5 : Jumlah Karyawan (orang)
X6 : Tanggungan keluarga (orang)
a : Nilai konstanta
β1,….β6 : Koefisien variabel independen

4.3.3 Evaluasi Model Pendugaan


Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model
yang digunakan terpenuhi secara statistik. Dalam membuat suatu keputusan ada
atau tidaknya pengaruh yang terjadi pada variabel bebas (X) dengan variabel
terikat (Y), maka digunakan uji F dan uji T. Uji F digunakan untuk melihat
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersamaan,
sedangkan uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang
diduga memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y) dalam penelitian ini.
a. Uji F
Menurut Ghozali (2009) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel secara keseluruhan terhadap variabel terikat.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan Hipotesis
a) Ho:β1,β2,β3 = 0 Artinya variabel-variabel independen secara
simultan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependennya.
b) H1:β1,β2,β3 ≠ 0 Artinya variabel-variabel independen secara
simultan berpengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependennya.
2) Menentukan Tingkat Signifikansi
a) Menentukan tingkat signifikansi atau taraf keyakinan yang
digunakan dengan derajat kebebasan atau degree of freedom (df)
bagi pembaginya dan n-k bagi penyebutannya (di mana n = jumlah
observasi dan k= variabel penjelas).
14

b) Menghitung Fhitung untuk menentukan apakah hipotesis diterima


atau ditolak dilakukan dengan membandingkan F hitung dan F
Tabel. Dalam penelitian ini F hitung ditentukan dengan bantuan
program SPSS.
c) Membandingkan F hitung dengan F Tabel Ketentuan dari
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Jika F hitung ≤ F Tabel maka diterima
2. Jika F hitung > F Tabel maka ditolak
b. Uji T
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel terikat (Y).
Dalam melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka
digunakan uji T.
Rumus perhitungannya adalah:

Thitung = bi – Bi/S(bi)

Dimana:
bi = koefisien regresi ke-I yang diduga
i = parameter ke-I yang dihipotesiskan
S(bi) = standar deviasi atau simpangan baku dari bi
i = 1,2,3,4

Bila t-hit > t-Tabel, maka tolak Ho artinya variabel-variabel


bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
Jika t-hit <t-Tabel, maka terima Ho artinya variabel-variabel bebas
tidak berpengaruh nyata terhadap bariabel tak bebas.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat
kebaikan model. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh
model tersebut, semakin besar koefisien determinasi. Koefisien
determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

1 − 𝐽𝐾𝑆 ∑(Yi − Y)2


𝑅2 = =
𝐽𝐾𝑇 ∑(Yi − Y)2

Dimana:
R2 = koefisien determinasi
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa
JKT = Jumlah Kuadrat
Total Y = Nilai rataan respon
Y = Nilai dugaan

Asumsi dalam Analisis Regresi Linear Berganda


1. Uji Normalitas
Asumsi Normalitas merupakan pengujian kenormalan
distribusi data yang dibutuhkan dalam regresi linear berganda.
Kenormalam didapat dari sebaran regresi yang merata disetiap nilai.
15

Cara yang digunakan dalam mengetahui normalitas data adalah


dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative
probability dan grafik histogram. Data dikatakan cukup baik apabila
sebaran data pada grafik histogram mendekati atau disekitar garis
lurus. Sebaliknya, jika sebaran data tidak terletak dan jauh dari
sekitar garis lurus, maka data yang diuji memiliki sebaran yang tidak
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan keadaan dimana terjadi
hubungan linear yang sempurna atau mendekati antar variabel
independen dalam model regresi. Suatu model regresi dapat
dikatakan multikolinearitas jika terdapat fungsi linear yang
sempurna pada beberapa atau semua independen dalam fungsi linear.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas merupakan keadaan dimana terjadi
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi. Pengujian dilakukan dengan meregresikan variabel-
variabel bebas terhadap nilai absolut residual. Residual adalah
selisih antara nilai variabel Y dengan nilai variabel Y yang di prediks,
dan absolut adalah nilai mutlak (nilai positif). (R>0.05).

4.3.4 Hipotesis
Tingkat realisasi KUR pada BRI Unit Kramat Jati diduga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terbagi dalam karakteristik individu, karakteristik usaha,
dan karakteristik kredit. Karakteristik individu yaitu usia debitur dan jumlah
tanggungan debitur, karakteristik usaha meliputi lama usaha, laba bersih per
bulan, jumlah karyawan usahanya, karakteristik kredit yaitu nilai agunan.
Berdasarkan literatur review serta kerangka teori yang ada (5C), maka dapat
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Hubungan pengaruh variabel antara karakteristik individu terhadap tingkat
realisasi KUR.
i. Usia debitur diduga berpengaruh positif terhadap besaran realisasi KUR.
ii. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap
besaran realisasi KUR.
b. Hubungan pengaruh variabel antara karakteristik usaha terhadap tingkat
realisasi KUR.
i. Lama usaha yang dijalankan debitur diduga berpengaruh positif
terhadap besaran realisasi KUR.
ii. Jumlah karyawan debitur diduga berpengaruh positif terhadap besaran
realisasi KUR.
iii. Laba bersih dalam satu bulan diduga berpengaruh positif terhadap
besaran realisasi KUR.
c. Hubungan pengaruh variabel antara karakteristik kredit terhadap tingkat
realisasi KUR.
i. Besaran nilai agunan diduga berpengaruh positif terhadap besaran
realisasi KUR.
16

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Bank Rakyat Indonesia


Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada
tanggal 16 Desember 1895 oleh seorang patih yang bernama Raden Bei Aria
Wirjaatmadja. Pada saat ini, BRI merupakan salah satu bank milik pemerintah yang
terbesar di Indonesia. Dalam menjalankan aktivitas operasional, BRI berpedoman
pada cisi dan misi yang membantu perusahaan untuk tetap fokus dalam meraih
pencapaian keberhasilan. Visi dan misi akan membantu BRI untuk selalu berupaya
mencapai idealisme dengan mengingatkan manajemen serta karyawan bahwa
mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang sama, yang kan menjadi sumbangan
dalam keberhasilan jangka panjang. Adapun visi dan misi Bank Rakyat Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Visi BRI
Menjadi bank kemersial terkemuka yang mengutamakan kepuasan nasabah.
b. Misi BRI
i. Melakukan kegiatan pembankan yang terbaik dengan mengutamakan
pelayanan kepada usaha Mikro, Kecil dan Menengah utnuk menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat
ii. Memberikan pelayanan prima kepada nsasabah melalui jaringan kerja
yang tersebar luas didukung oleh sumber daya manusia yang profesional
dan teknologi informasi yang handal dengan menerapkan manajemen
risiko yang tepat dan praktik good corporate governance
iii. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholders).

Dalam pencapaian visi serta misi yang dimiliki BRI, pada setiap kantor
cabang BRI memiliki pegawai yang bertugas dalam menjalankan visi dan misi yang
dimiliki, masing-masing bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya adalah sebagai berikut:

1. Pemimpin Cabang (PINCA)


Pemimpin Cabang merupakan wakil direktur kantor pusat. Selaku
pemimpin tertinggi yang berada dicabang. PINCA memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk mengkoordinir selruh kegiatan di bank agar terarah
agar mencapai target yang telah ditetapkan.
2. Asisten Manajer Operasional
Asisten Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap
kelancaran seluruh proses kegiatan operasional cabang kramat jati. Asisten
Manajer Operasional memiliki bawahan untuk membantu melakukan
strategi yang telah disediakan untuk melayani nasabah yaitu supervisor
penunjang bisnis dan supervisor penunjang operasional.
17

3. Asisten Manajer Pemsaran Dana


Asisten Manajer Pemasaran Dana memiliki tugas dan
tanggungjawab untuk menyusun strategi-strategi untuk menyalurkan dana
yang dimiliki oleh BRI cabang Kramat Jati untuk diputar dan menghasilkan
keuntungan. Serta bertanggungjawab terhadap tugas Funding Officer.
Asisten Manajer Pemasaran Dana memiliki kesamaan tugas dengan Asisten
Manajer Pemasaran Kredit yaitu sama-sama memasarkan uang yang ada di
BRI hanya aja AMPD lebih memasarkan dana dibidang deposito, simpanan,
dan penjualan saham BRI.
4. Asisten Manajer Pemasaran Kredit
Asisten Manajer Pemasaran Kredit adalah pegawai yang bertugas
memimpin pegawai yang bergerak di bidang bisnis penyaluran uang dalam
bidang perkreditan yaitu account officer. Tanggung jawab manajer
pemasaran adalah mengelola bisnis dibidang pinjaman. Semua yang
merupakan produk BRI mengenai pinjaman diatur dan diawasi oleh Asisten
Manajer Pemasaran.
5. Funding Officer
Funding Officer memiliki tugas untuk menjalankan strategi-strategi
yang dirancang oleh Asisten Manajer Pemasaran Dana. Funding Officer
mencari nasabah dan menangani semua produk BRI cabang Kramat Jati
yang berhubungan pemutaran dana seperti Deposito, Simpanan dan
penjualan saham BRI.
6. Account Office
Account Officer memiliki tugas untuk menjalankan strategi-strategi
yang dirancang oleh Asisten Manajer Pemasaran kredit. Account Officer
mencari nasabah dan menangani semua produk BRI cabang Kramat Jati
yang berhubungan pemutaran kredit seperti KUR
7. Supervisor penunjang bisnis (SPB)
Sepervisor Penunjang Bisnis sebagai administrasi kredit dan credit
investigation. Supervisor penunjang bisnis (SPB) adalah pemimpin lini
tengah yang memiliki tugas memimpin petugas administrasi kredit.
Tugasnya adalah sebagai pegawai yang mendukung aktivitas kerja dari
account officer, manajer pemasaran dan pemimpin cabang. Tanggung
jawab dari SPB adalah petugas administrasi kredit.
8. Supervisor Penunjang Operasional
Supervisor Penunjang Operasional sebagai kepala yang
bertanggungjawab bagian pelayanan kepada nasabah. Supervisor
penunjang Operasional (SPO) adalah pemimpin lini tengah yang memiliki
tugas memimpin petugas teller dan Custumer Service.
9. Administrasi Kredit
18

Administrasi Credit merupakan bawahan dari Supervisor Penunjang


Bisnis. Tugas Administrasi Credit adalah menilai jaminan dan agunan
pinjaman, monitoring rekening pinjaman dan dokumentasi kredit.
10. Teller
Teller bertugas untuk melakukan kegiatan transaksi tunai dan non
tunai yang meliputi setoran, penarikan maupun transfer. Adapun beberapa
contoh transaksi yang dilakukan oleh teler adalah penerimaan setoran
tabungan, penerimaan setoran pinjaman, penarikan tabungan dan
overbooking tabungan.
11. Customer Service
Customer service bertugas untuk melayani kebutuhan nasabah
dalam melakukan transaksi di BRI Unit yang lebih bersifat administratif.
Customer service berfungsi untuk menjelaskan kepada nasabah tentang
keseluruhan produk-produk BRI khususnya simpanan dan pinjaman.

5.2 Gambaran Umum Kantor BRI Unit Kramat Jati


Kantor BRI Unit Kramat Jati merupakan kantor yang membantu Kantor BRI
Cabang Kramat Jati. BRI Unit Kramat Jati berdiri pada tahun 2007. Terbentuknya
unit ini untuk menjangkau lebih dekat dengan masyarakat di daerah Pasar Induk
Kramat Jati yang diharapkan akan menjadi nasabah simpan dan pinjam di BRI Unit
Kramat Jati.
BRI Unit Kramat Jati terletak di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas,
tepatnya pada Jalan Raya Bogor Km 21, Jakarta Timur. Mayoritas nasabah BRI
Unit Kramat Jati berdomisili di area Pasar Induk Kramat Jati yang merupakan
sebagian besar nasabahnya adalah seorang pedagang di Pasar Induk.
BRI Unit Kramat Jati memiliki 15 orang pegawai, yang terdiri dari satu orang
kepala unit, enam orang mantri, satu orang supervisor (SPV), empat orang teller,
dan tiga orang customer service (CS). BRI Unit Kramat Jati dipimpin oleh seorang
Kepala Unit yaitu Bapak Denny Nugroho yang membawahi Mantri, SPV, CS dan
Teller.
19

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Kramat Jati


Penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang dilakukan oleh BRI memiliki beberapa
prosedur yang harus dilakukan oleh calon nasabah. Prosedur yang dilakukan oleh
calon nasabah diharapkan dapat lebih mengenal karakteristik calon nasabah secara
keseluruhan dan menghasilkan kredit yang berkualitas. Kredit yang berkualitas
dimaksudkan pada kredit yang tepat sasaran dan diharapkan tidak terjadi tunggakan
atau keterlambatan dalam proses penyelesaian angsurannya. Proses yang harus
dilakukan calon nasabah dalam memperoleh KUR di BRI Unit Kramat Jati yaitu
melakukan pengajuan, perlengkapan berkas, dan penilaian kredit apakah layak atau
tidak untuk mendapatkan kredit.
Mekanisme penyaluran KUR tidak sulit jika calon nasabah memahami
prosedur pengajuan KUR. Pengajuan KUR memiliki beberapa tahapan yang harus
dilaksanakan oleh calon debitur, selanjutnya Account Officer (AO) akan
melakukan survei ke lokasi usaha calon debitur untuk mengetahui kelayakan usaha.
Setelah dinyatakan layak oleh AO, maka selanjutnya dilakukan proses pengecekan
melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia (BI Checking). Setelah
dinyatakan hasil pengecekan baik maka selanjutnya calon debitur melakukan
pengisian dan perlengkapan berkas. Hasil dari keseluruhan tahapan survei dan
berkas-berkas calon debitur akan diperiksa dan dilakukan survey ulang oleh
Pimpinan Cabang (PINCA). Jika semua informasi sudah sesuai maka dilakukan
akad yang merupakan perjanjian antara pihak debitur dan pihak kreditur. Berikut
merupakan mekanisme tahapan penyaluran KUR BRI:
c. Tahap pengajuan/permohonan kredit
Calon debitur mengajukan permohonan KUR secara tertulis kepada
pihak BRI. Calon debitur diminta untuk datang langsung ke kantor BRI
terdekat untuk mememenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal
pengajuan permohonan kredit.
d. Tahap pemeriksaan/analisis kredit
Tahapan pemeriksaan dan analisis kredit bertujuan untuk mengetahui
apakah kondisi lokasi usaha layak dan untuk memeriksa berkas-berkas
yang sudah disiapkan sesuai dengan persyaratan. Pada tahap pemeriksaan,
salah satu dari pihak BRI Unit Kramat Jati akan meninjau langsung tentang
kelayakan calon debitur untuk diberikan pinjaman dengan menanyakan
hal-hal yang bersangkutan dengan permohonan peminjaman KUR seperti
pencocokan fotocopy identitas sesuai dengan aslinya, menanyakan hal
yang berhubungan dengan usaha calon debitur misalnya modal, tentang
usaha, tentang pinjaman terhadap pihak lain dan sebagainya. Hal tersebut
dilakukan untuk menganalisis apakah calon debitur mampu
mengendalikan pinjaman atau tidak.
e. Tahap Pemberian Putusan Kredit
Calon debitur akan menerima keputusan kredit dengan persetujuan
untuk memberikan KUR sesuai dengan permintaan calon debitur.
Keputusan permohonan kredit berupa memenuhi seluruh permohonan atau
sebagian permohonan kredit dari calon debitur. Pihak BRI akan
memberitahu kembali kepada pihak debitur untuk mengkonfirmasi
20

kembali terkait pengajuan kredit. Pada umumnya, jumlah besaran kredit


yang disetujui oleh pihak BRI mendekati jumlah yang diajukan calon
debitur.
Setelah itu kepala unit wajib memastikan bahwa dokumen-dokumen
yang berkaitan atau yang mendukung pemberian putusan kredit masih
berlaku, sah dan memiliki kekuatan hukum.
f. Tahap pencairan kredit
Pencairan kredit yang telah disetujui dapat dilakukan dengan cara yang
ditentukan oleh bank. Tahapan pencairan kredit meliputi beberapa tahap
yaitu tahap pencairan, penandatanganan perjanjian kredit, flat bayar dan
pembayaran pencairan kredit.

6.2 Karakteristik Nasabah KUR BRI Unit Kramat Jati


Nasabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah debitur KUR BRI unit
Kramat Jati yang melakukan kegiatan usaha pada sektor agribisnis. Karakteristik
dalam penelitian ini yang diduga berpengaruh terhadap realisasi KUR BRI yang
diidentifikasi melalui beberapa faktor yang terbagi dalam tiga kelompok, yakni
karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. Analisis
deskriptif pada penelitian ini dapat dilihat dari laba bersih perbulan, usia, nilai
agunan, lama usaha, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah karyawan. Tabel
analisis deskriptif pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Analisis Deskriptif Debitur KUR BRI Unit Kramat Jati


Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata
Laba Bersih per
65 Rp2.000.000 Rp14.000.000 Rp6.500.000/bulan
Bulan
Usia 65 19 tahun 59 tahun 29 tahun
Nilai Agunan 65 Rp.13.000.000 Rp120.000.000 Rp50.000.000
Lama Usaha 65 2 tahun 36 tahun 12 tahun
Jumlah Tanggungan 65 1 orang 5 orang 2 orang
Jumlah Karyawan 65 1 orang 8 orang 4 orang

6.2.1 Karakteristik Nasabah KUR BRI Unit Kramat Jati Menurut


Karakteristik Individu
Nasabah dalam penelitian ini berjumlah 65 orang debitur yang
berdomisili di wilayah kerja kantor unit Kramat Jati. Karakter (character)
merupakan satu dari penilaian 5C kepada calon debitur untuk mengukur tingkat
kepercayaan BRI bahwa debitur memiliki moral, kooperatif, dan rasa tanggung
jawab dalam menjalankan kegiatan usaha. Karakteristik individu yang dianalisis
dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa faktor/variabel, yakni usia dan
jumlah tanggungan keluarga.

a. Usia
Proses realisasi KUR BRI memperhatikan banyak faktor, salah satu
karakteristik yang digunakan adalah usia debitur. Dalam proses pengajuan KUR
21

dimana setiap calon nasabah wajib menginformasikan usia mereka. Kebenaran


identitas usia nasabah akan dicocokan dengan tanda pengenal dari calon nasabah.
Menurut Priyono dan Yasin (2016), Apabila umur seorang debitur terlalu
muda masih belum memiliki pengalaman dalam menjalankan usaha dan belum
dapat bertanggung jawab terhadap kredit yang diajukan, sedangkan debitur
dengan usia diatas 40 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan fisik bagi
individu.
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa rata-rata usia debitur pada KUR
BRI Unit Kramat Jati adalah pada usia 29 tahun. Usia debitur dibagi menjadi
empat kategori, dimana persentase terbanyak adalah usia 25 – 34 tahun dengan
persentase 49 persen. Usia 35 – 44 tahun dengan persentase 9 persen. Usia 17 –
24 tahun memiliki nilai persentase 34 persen. Sedangkan persentase terkecil
berada pada usia lebih dari 45 tahun yaitu sebesar 8 persen.

Tabel 4 Usia responden debitur KUR BRI Unit Kramat Jati


Usia Jumlah (orang) Presentase (%)
17-24 22 34
25-34 32 49
35-44 6 9
> 45 5 8
Jumlah 65 100

b. Jumlah Tanggungan Keluarga


Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh debitur merupakan orang yang
menjadi tanggungan debitur termasuk diri sendiri. Banyaknya jumlah
tanggungan setiap debitur berbeda-beda, ada yang menanggung dirinya sendiri
dengan kata lain belum menikah dan ada yang memiliki tanggungan sebanyak
lima orang. Menurut Lestari (2016), jumlah tanggungan keluarga dalam suatu
rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan
karena berhubungan dengan kebutuhan anggota keluarga yang semakin banyak.
Jumlah tanggungan keluarga nasabah KUR pada BRI Unit Kramat Jati dapat
dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Jumlah Tanggungan Keluarga debitur KUR pada BRI Unit Kramat Jati
Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah Responden (orang) Persentasi (%)
0 21 32
1 18 28
2 17 26
3 8 12
4 1 1
Total 65 100
22

6.2.2 Karakteristik Nasabah KUR BRI Unit Kramat Jati Menurut


Karakteristik Usaha
Karakteristik dari usaha dapat menentukan kapasitas dari setiap calon
debitur. Kapasitas (capacity) merupakan satu dari penilaian 5C kepada calon
debitur untuk mengukur kemampuan melunasi kewajibannya dari kegiatan
usaha atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank.
Karakteristik usaha meliputi laba bersih per bulan, jumlah karyawan dan lama
usaha berjalan.
a. Laba Bersih per Bulan
Laba bersih merupakan salah satu kriteria yang diperhatikan oleh pihak
bank karena berpengaruh terhadap perhitungan tingkat pengembalian kredit.
Laba bersih ini disebut sebagai Re-payment Capacity (RPC) yaitu besaran
kapasitas pembayaran kredit oleh nasabah tersebut. Nasabah yang mampu
melunasi kredit apabila nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran per bulan.
Dalam hal ini tingkat RPC yang digunakan BRI dalam memberikan kredit
sebesar 75 persen dari nilai RPC, sehingga apabila nilai RPC nasabah lebih besar
dari angsuran yang ada, maka nasabah tersebut dapat diberikan kredit. Dalam
pemberian kredit tidak ada batasan minimum selama nilai RPC lebih besar dari
angsuran, maka akan diberikan kredit.
Laba bersih debitur BRI Unit Kramat Jati sangat bervariasi yang dapat
dilihat pada Tabel 6. Rata-rata laba yang didapatkan oleh debitur KUR BRI Unit
Kramat Jati adalah Rp 6.500.000. Sebanyak 34 orang memiliki pendapatan
dibawah rata-rata dan sisanya sebesar 31 orang memiliki penghasilan dibawah
rata-rata setiap bulannya.

Tabel 6 Laba bersih per bulan debitur KUR BRI Unit Kramat Jati
Jumlah Presentase
Laba Bersih per Bulan
(orang) (%)
<Rp 3.000.000 8 12
Rp 3.000.001 – Rp.6.000.000 23 35
Rp 6.000.001 – Rp.10.000.000 30 46
>Rp10.000.001 4 6
Jumlah 65 100

b. Lama Usaha
Menurut Wicaksono (2011) lama seseorang menjalankan usahanya dapat
memengaruhi produktivitasnya, sehingga dapat menekan biaya produksi lebih
kecil daripada hasil penjualannya. Dalam hal ini, pihak BRI Unit Kramat Jati
memiliki syarat untuk pengajuan kredit harus memiliki usaha yang telah berjalan
minimal enam bulan. Seluruh debitur yang ada pada penelitian ini sudah
memenuhi ketentuan yang berlaku, sehingga diketahui bahwa debitur KUR BRI
Unit Kramat Jati merupakan kategori nasabah cukup berpengalaman dalam
menjalankan usaha.
Berdasarkan Tabel 7, debitur dengan waktu usaha antara kurang dari 4
tahun memiliki persentase enam persen atau terdapat empat debitur. Debitur
yang memiliki waktu usaha antara 5 sampai 15 tahun berjumlah 49 debitur
dengan persentase 75 persen, yang memiliki usaha 16 sampai 25 tahun terdapat
23

10 debitur dengan persentase 15 persen, sedangkan debitur yang memiliki waktu


usaha 26 hingga 36 tahun sebanyak dua orang dengan persentase tiga persen.

Tabel 7 Lama usaha debitur KUR Mikro pada BRI Unit Kramat Jati
Lama Usaha (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)
<4 4 6
5 – 15 49 75
16 – 25 10 15
26 – 36 2 3
Jumlah 65 100

c. Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan merupakan salah satu variabel yang diduga memiliki
pengaruh terhadap nilai realisasi KUR. Banyak atau sedikitnya karyawan yang
dimiliki oleh debitur bergantung pada skala usaha yang dijalankannya. Terdapat
usaha yang memiliki banyak karyawan karena usaha yang dijalankan cukup
besar, sedangkan terdapat usaha yang cukup memiliki satu karyawan saja untuk
melakukan semua aktivitas usahanya. Berdsarkan Tabel 8, debitur pada BRI
Unit Kramat Jati memiliki karyawan rata rata 4 orang dengan satu usaha minimal
memiliki satu karyawan. Jumlah karyawan dengan persentase terbesar memiliki
persentase 75 persen atau 49 usaha yang memiliki satu hingga lima orang
karyawan.

Tabel 8 Jumlah karyawan debitur KUR pada BRI Unit Kramat Jati
Jumlah karyawan (orang) Jumlah Responden (orang) Persentasi (%)
1–5 49 75
6 – 10 16 25
Total 33 100

6.2.3 Karakteristik Nasabah KUR BRI Unit Kramat Jati menurut


Karakteristik Kredit
Karakteristik dari kredit dapat menilai agunan dari setiap calon debitur.
Agunan (collateral) merupakan salah satu prinsip 5C yang digunakan sebagai
alat jaminan fisik maupun non-fisik yang diberikan debitur dalam menghadapi
kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada
saat kredit tersebut harus dilunasi. Pada dasarnya, collateral merupakan agunan
debitur yang diberikan kepada bank untuk mengikat keseriusan debitur
menjalankan usaha dan membayar kewajiban kredit. Karakteristik kredit dalam
penelitian ini merupakan variabel nilai agunan.
a. Nilai Agunan
Agunan merupakan barang jaminan yang diserahkan oleh debitur sebagai
jaminan atas yang diterimanya. Manfaat agunan bagi kreditur adalah sebagai alat
jaminan apabila pihak debitur tidak mampu melunasi kreditnya. Agunan dapat
menjadi alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian
pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi.
24

Penyaluran KUR untuk calon debitur diwajibkan untuk memberi agunan.


KUR pada BRI Unit Kramat Jati diberlakukan agunan senilai minimal sama
dengan jumlah kredit yang diajukan pada calon debitur. Berdasarkan Tabel 9,
nilai agunan debitur KUR BRI Unit Kramat Jati beragam. Persentase terbesar
memiliki nilai agunan sebesar 40.000.000 hingga 80.000.000 yaitu sebesar 54
persen. Terdapat dua jenis agunan yang dapat diterima oleh BRI Unit Kramat
Jati yaitu agunan hak pakai dan agunan hak milik. Agunan hak pakai berupa
tempat usaha debitur, sedangkan agunan hak milik dapat berupa tempat tinggal
debitur.

Tabel 9 Nilai agunan debitur KUR pada BRI Unit Kramat Jati
Nilai Agunan (Rp) Jumlah (orang) Presentase (%)
10.000.000 – 40.000.000 24 37
40.000.001 – 80.000.000 35 54
80.000.001 – 100.000.000 5 8
>100.000.000 1 2
Jumlah 65 100

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi KUR


Besaran realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan BRI kepada
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hubungan antara faktor yang
memengaruhi realisasi KUR dapat dituliskan dalam sebuah model persamaan
realisasi. Dalam penelitian ini terdapat enam faktor yang diduga memengaruhi
realisasi KUR, Yaitu Usia (X1), Laba (X2), Nilai Agunan (X3), Lama Usaha (X4),
Jumlah Karyawan (X5), Jumlah Tanggungan (X6).
Proses pengujian asumsi klasik statistik dilakukan secara bersamaan dengan
proses uji regresi sehingga langkah yang dilakukan pada pengujian dilakukan pada
lembar kerja yang sama dengan pengujian regresi pada aplikasi SPSS. Untuk
menghasilkan pengujian model yang baik maka dilakukan pengujian normalitas,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Pemeriksaan Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah pada suatu
model regresi serta variabel yang digunakan terdistribusi normal atau tidak
normal. Pada uji normalitas data dapat dilakukan dengan melihat kurva normal
p-plot. Data yang terdistribusi normal akan memiliki nilai skewness yang
mendekati angka nol sehingga memiliki kemiringan yang cenderung seimbang.
Nilai skewness yang diperoleh dari variabel pada penelitian ini memiliki nilai
skewness yang mendekati angka nol yang menggambarkan data terdistribusi
normal (dapat dilihat pada Tabel 10).

Tabel 10 Hasil Regresi Nilai Skewness


Skewness
N
Statistic Std. Error
Usia 65 1.696 0.297
Laba Bersih 65 0.293 0.297
25

Nilai Agunan 65 0.659 0.297


Lama Usaha 65 1.487 0.297
Jumlah Karyawan 65 0.224 0.297
Jumlah Tanggungan 65 0.426 0.297

Output SPSS pada Tabel 10 terlihat bahwa usia, penghasilan/laba, nilai


agunan, lama usaha, jumlah karyawan, dan jumlah tanggungan memiliki nilai
skewness mendekati nol. Nilai skewness yang diperoleh yang menunjukkan
bahwa seluruh variabel memiliki kecenderungan terdistribusi secara normal.
b) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahui terdapat atau
tidaknya multikolinearitas pada model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi
dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance mengukur variabilitas
dari variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi, dikarenakan
VIF = 1/tolerance, dan menunjukkan terdapat kolinearitas yang tinggi. Nilai cut
off yang digunakan adalah untuk nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF diatas angka
10. Hasil uji melalui Variance Inflation Factor (VIF) dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil regresi nilai VIF


Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
(Constant)
Usia 0.625 1.600
Laba Bersih 0.573 1.745
Nilai Agunan 0.527 1.897
Lama Usaha 0.722 1.385
Jumlah Karyawan 0.872 1.147
Jumlah Tanggungan 0.894 1.118

Nilai VIF yang diperoleh dari data penelitian ini tidak lebih besar dari 10
dan nilai tolerance tidak lebih dari 0.1. sehingga dapat dinyatakan bahwa model
regresi linear berganda terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas dan dapat
digunakan dalam penelitian.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model
regresi terjadi ketidaknyamanan varian dari residual dalam satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Salah satu cara mengetahui ada atau tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model regresi linear berganda, yaitu dengan
melihat grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu SRESID
dengan residual error yaitu ZPRED.
Hasil dari output SPSS pada gambar Scatterplot menunjukkan penyebaran
titik-titik data yang menyebar diatas dan dibawah. Keadaan gambar scatterplot
ini menyatakan bahwa model regresi linear berganda terbebas dari asumsi klasik
heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
26

Setelah dilakukan berbagai pengujian yang menyatakan bahwa model


regresi linear berganda terbebas dari asumsi-asumsi klasik, maka dilakukan
pengujian data untuk memperoleh model yang baik sehingga dapat mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada BRI Unit Kramat Jati.
Pengolahan data dilakukan dengan variabel dependen yaitu jumlah realisasi
kredit dan variabel independen yang terdiri dari Usia, Laba, Nilai Agunan, Lama
Usaha, Jumlah Karyawan, Jumlah Tanggungan. Pengujian data dilakukan
dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen atau dengan taraf nyata (α)
sebesar lima persen. Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi
realisasi KUR pada BRI Unit Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil regresi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR


pada BRI Unit Kramat Jati
Unstandardized Standardized
Model t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.227 4.364 0.281 0.780
Usia -0.374 * 0.110 -0.144 -3.393 0.001
Laba Bersih 0.804 * 0.381 0.094 2.112 0.039
Nilai Agunan 0.898 * 0.050 0.837 18.117 0.000
Lama Usaha -0.130 0.154 -0.033 -0.844 0.402
Jumlah 0.487 0.477 0.037 1.022 0.311
Karyawan
Jumlah 0.660 0.754 0.031 0.875 0.385
Tanggungan
R-Sq = 93.1% R-Sq(adj) = 92.8%
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression 31917.525 6 5319.587 138.538 .000b
Residual 2227.091 58 38.398
Total 34144.615 64
Signifikansi taraf nyata 5%

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari


statistik F lebih kecil dari taraf nyata lima persen (P = 0,000 < α). Sehingga
terdapat setidaknya ada satu data variabel independen yang berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen. Akurasi model dugaan dilakukan dengan melihat
koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0.931 atau 93.1 persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi KUR dapat berpengaruh positif dan negatif serta memiliki hasil yang
signifikan dan tidak signifikan. Hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝒀 = 𝟏. 𝟐𝟐𝟕 − 𝟎. 𝟑𝟕𝟒 𝒍𝒏 𝑿𝟏 + 𝟎. 𝟖𝟎𝟒 𝒍𝒏 𝑿𝟐 + 𝟎. 𝟖𝟗𝟖 𝒍𝒏 𝑿𝟑 − 𝟎. 𝟏𝟑𝟎 𝒍𝒏 𝑿𝟒
+ 𝟎. 𝟒𝟖𝟕 𝒍𝒏 𝑿𝟓 + 𝟎. 𝟔𝟔𝟎 𝒍𝒏 𝑿𝟔
27

Model persamaan tersebut menunjukkan variabel laba bersih, nilai agunan,


jumlah karyawan dan jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap besar
realisasi KUR, hal ini dapat diartikan bahwa semakin besar laba bersih, semakin
besar nilai agunan, semakin banyak jumlah karyawan, dan semakin banyak
jumlah tanggungannya maka nilai realisasi KUR akan semakin bertambah.
Sedangkan, variabel-variabel yang memiliki nilai signifikan adalah variabel usia,
nilai agunan, dan laba bersih.

a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi nilai realisasi
KUR. Pengisian data tanggal lahir dalam formulir pendaftaran merupakan
informasi untuk BRI dalam menganalisis kredit. Selain itu, variabel usia
merupakan salah satu cerminan 5C yang masuk kedalam kategori character
yang diduga usia nasabah yang terlalu muda masih belum matang dalam
mengelola usahanya, sedangkan nasabah yang memiliki usia yang terlalu tua
diduga sudah tidak produktif.
Usia yang masih dalam masa produktif biasanya mempunyai tingkat
produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia
tua sehingga fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas (Aprilyanti 2017).
Usia antara 20 hingga 40 tahun merupakan usia yang dianggap sangat produktif,
sedangkan pada usia diatas 40 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan fisik
bagi individu (Priyono dan Yasin 2016).
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai P-value yang diperoleh sebesar
0.001, nilai p-value yang dihasilkan lebih kecil dari taraf nyata lima persen
sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara usia nasabah dengan besaran
realisasi KUR signifikan, Namun koefisien regresi yang dihasilkan memiliki
nilai negatif terhadap besaran realisasi KUR. Nilai negatif yang dimiliki
koefisien regresi pada variabel usia dapat diartikan jika usia debitur semakin tua
maka besaran nilai realisasi KUR akan menurun. Usia debitur yang semakin tua
dianggap mempunyai banyak tanggungan keluarga jika dibandingkan dengan
debitur dengan usia remaja. Hal ini dapat dikaitkan dengan jumlah tanggungan
keluarga dan laba bersih perbulannya, dalam artian bahwa semakin tua debitur
maka akan semakin banyak jumlah tanggungannya yang kemudian akan
mengurangi jumlah pendapatan yang dihasilkan perbulannya.

b. Laba Bersih
Laba bersih merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi
besaran realisasi KUR. Laba bersih yang diduga sebagai faktor yang
memengaruhi adalah laba bersih perbulan yang diperoleh dari usaha nasabah.
Laba bersih yang dihasilkan oleh debitur merupakan hasil daripada omset yang
diterima dikurangi dengan seluruh biaya operasional usaha dan jumlah
tanggungan keluarga. Hal tersebut berkaitan dengan capacity debitur dalam
ketepatan waktu pengembalian kredit, maka besaran laba bersih nasabah diduga
dapat memengaruhi besaran realisasi KUR yang akan didapat oleh debitur.
Hasil regresi laba bersih per-bulan memiliki nilai p-value sebesar 0.039
yang memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Nilai p-value lebih
kecil dari taraf nyata menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara laba bersih dengan besaran realisasi yang diterima oleh debitur. Koefisien
28

regresi menunjukkan nilai positif yang dapat diartikan bahwa semakin besar laba
bersih per-bulan debitur maka dapat meningkatkan besaran realisasi KUR.
Dengan kata lain bahwa semakin besar laba bersih nasabah maka BRI akan
memiliki kepercayaan untuk meningkatkan besarnya realisasi KUR yang akan
diberikan
Hasil regresi yang didapatkan memiliki kesamaan terhadap dugaan awal
yang menyatakan bahwa laba bersih memiliki hubungan yang signifikan
terhadap realisasi KUR. Laba bersih merupakan hal yang sangat diperhatikan
dalam pengajuan KUR karena pihak bank harus menghitung besaran
kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran atau pelunasan kredit yang
diperoleh dari BRI.

c. Nilai Agunan
Nilai agunan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi
besaran nilai realisasi KUR yang dapat diterima oleh debitur. Agunan
merupakan sebuah jaminan yang diberikan debitur untuk memperoleh KUR.
Besaran nilai agunan beragam sesuai dengan besarnya pengajuan KUR.
Hasil regresi linear yang diperoleh terhadap variabel nilai agunan memiliki
hubungan yang signifikan dengan nilai p-value 0.000. Nilai p-value lebih kecil
dari taraf nyata sehingga hubungan antara nilai agunan dengan besaran realisasi
KUR memiliki hubungan signifikan. Koefisien regresi yang dihasilkan memiliki
nilai positif terhadap besaran realisasi KUR yang dapat diartikan bahwa semakin
besar nilai agunan maka debitur dapat memiliki tingkat kepercayaan BRI dalam
memberikan KUR semakin besar juga. Nilai koefisien regresi yang dihasilkan
sebesar 0.898 yang memiliki arti bahwa jika nilai agunan bertambah satu persen
maka tingkat kepercayaan BRI untuk memberikan pinjaman meningkat sebesar
0.898 persen kepada debitur.
Hasil regresi linear berganda yang dihasilkan sesuai dengan dugaan awal
yang menyatakan bahwa variabel nilai agunan berpengaruh signifikan terhadap
besaran nilai realisasi KUR yang didapat oleh calon debitur. Nilai agunan
berpengaruh signifikan terhadap besaran realisasi KUR karena pihak BRI
memberikan syarat sebagai calon debitur KUR. Nilai agunan akan dinilai oleh
pihak BRI berdasarkan harga rata-rata pasar selama periode peminjaman. Nilai
agunan yang diajukan oleh calon debitur harus sama atau lebih dengan besaran
KUR yang diajukan oleh calon debitur.
29

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dalam pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik nasabah mayoritas berumur 30 tahun. Sebagian nasabah BRI
Unit Kramat Jati memiliki laba bersih senilai enam juta rupiah perbulan. Lama
usaha yang dijalankan oleh debitur KUR BRI Unit Kramat Jati rata-rata 12 tahun.
Sedangkan untuk jumlah karyawan dan jumlah tanggungan keluarga mayoritas
memiliki 4 orang karyawan dan 2 orang tanggungan dalam keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang menjadi faktor pengaruh besaran
realisasi KUR di BRI Unit Kramat Jati yang memiliki hubungan signifikan
berdasarkan hasil uji yang dijalankan adalah usia, laba bersih per bulan dan besaran
nilai agunan yang dimiliki oleh debitur. Seluruh variabel yang signifikan telah
diperhatikan oleh pihak BRI untuk menyalurkan KUR. Sedangkan lama berdirinya
usaha, jumlah karyawan dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh
signifikan terhadap besarnya nilai realisasi KUR yang diberikan BRI. Walaupun
ketiga variabel yang tidak signifikan pada penelitian ini, namun pihak BRI tetap
menganalisa ketiga variabel tersebut.

7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka diharapkan BRI Unit
Kramat Jati dapat lebih melihat karakteristik calon debitur lainnya, tidak hanya
sebatas faktor-faktor yang berpengaruh signifikan atau tidak, sehingga tujuan KUR
BRI dapat tersalur dengan tepat sasaran dalam membantu pengusaha mikro. Laba
bersih merupakan salah satu variabel yang signifikan dan menjadi variabel yang
penting dalam penentu besarnya realisasi kredit, oleh karna itu pihak BRI perlu
memperhatikan faktor tersebut. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menemukan solusi serta variabel lain diluar penelitian ini agar calon debitur dapat
menerima realisasi KUR yang optimal, serta mengembalikan kreditnya dengan baik
sehingga akan terjalin kerjasama dan citra yang baik antara BRI dan nasabah.
30

DAFTAR PUSTAKA

Aprilyanti, S. (2017). Pengaruh Usia dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
(Studi Kasus: PT. OASIS Water International Cabang Palembang). Jurnal
Sistem Dan Manajemen Industri, 1(2), 68.
https://doi.org/10.30656/jsmi.v1i2.413
Bank Indonesia. 2016. Perkembangan Kredit UMKM dan MKM 2016. [Internet].
(diunduh pada Oktober 2021). Tersedia pada: htpp://www.bi.go.id
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2020. Upaya Pemerintah Untuk
Memajukan UMKM Indonesia. [Internet]. [diunduh 2022 Okt 10]. Tersedia
pada: https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita/upaya-pemerintah-
untuk-memajukan-umkm-indonesia.
Hidayanto E. 2010. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Studi Kasus Usaha Agribisnis di BRI Unit Tongkol, Jakarta
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hutagaol, EIP. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencairan
Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus pada BRI
Unit Cigombong-Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): umla Pertanian Bogor.
Irawati R. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit
Cibinong Cabang Bogor-Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi ke-4. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. 2021. Data Realisasi KUR 2021.
[Internet]. [diunduh 2022 Okt 15]. Tersedia pada:
http://www.kur.ekon.go.id/realisasi_kur/2021/6
Kementerian Koperasi dan UMKM. 2020. Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah dan Usaha Besar tahun 2017-2019. Jakarta (ID): Kemenkop UKM.
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2017. Peningkatan PDB
UMKM di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2021 Okt 20]. Tersedia pada:
http://depkop.go.id
Lestari. Wardiyah Puji. 2016. Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi
Konsumsi Rumah Tangga PNS Guru SD di Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo. Artikel. Universitas Brawijaya. Malang
Linggau B, Hamidah. 2010. Bisnis Kredit Mikro Panduan Praktis Bankir Mikro dan
Mahasiswa. Jakarta (ID): Penerbit Papas Sinar Sinanti.
Lubis Anna M. 2009. Faktor-Faktor Yang memengaruhi Realisasi Kredit dan
Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kasus: BRI Unit Cibungbulang)
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mulyarto E. 2009 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Priyono, J dan Yasin, M. 2016. Analisis usia, gaji dan beban tanggungan terhadap
produksi home industry sepatu di Sidoarjo (Studi Kasus di Kecamatan Krian).
J. Ekonomi dan Bisnis. 1 (1): 95-120.
31

Sari, G. W. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit


Umum Pedesaan (KUPEDES) Di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (kasus
Pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup). [Skripsi]. Bogor: Program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Sembiring I. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha
Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor).
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Simorangkir O. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Bogor
(ID): Ghalia Indonesia.
Stuart, Prof. G.M Verryn. (2008). Bank dan Non-Bank. [Internet]. [diunduh 2022
Okt 15]. Tersedia pada: www.perekonomianindonesiaraya.blogspot.com/
2008/11/ekonomi.html
Suyatno T, Chalik HA, Sukada M, Ananda TY, Marala DT. 1995. Dasar-Dasar
Perkreditan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Wicaksono Deddy. T. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pedagang Kaki Lima Penjual Bakso du Kota Semarang.
32

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 14 Desember 1999 sebagai
anak pertama dari pasangan Bapak Rudy Asianto dan Ibu Dwi Nur Aini. Pendidikan
sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di SMA Negeri 106 Jakarta, dan lulus
pada tahun 2018. Pada tahun 2018 juga, penulis diterima sebagai mahasiswa
program sarjana (S-1) di Program Studi Agribisnis IPB.

Selama mengikuti program S-1, penulis aktif dalam kegiatan panita dan
organisasi seperti HIPMA 2020 dan Indonesia Agribusiness Fair 2020. Penulis juga
pernah mengikuti kegiatan magang Career Development & Assessment IPB Bank
Negara Indonesia selama 6 bulan dan ditempatkan pada Divisi Remedial &
Recovery Coorporation

Anda mungkin juga menyukai